laringomalasia surya 16.docx
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 LARINGOMALASIA Surya 16.docx
1/8
PRESENTASI KASUS
LARINGOMALASIA
Presentator :dr. Hermawan Surya D
Moderator : dr. Dan Paramta !" M.S#." S$.THT%KL
&a'an I(mu Kese)atan Te(n'a Hdun' Ten''oro* + Ke$a(a Le)er
,a*u(tas Kedo*teran Un-erstas Gada) Mada/ RS DR.Sardto0o'ya*arta
1234
-
7/25/2019 LARINGOMALASIA Surya 16.docx
2/8
1
PENDAHULUAN
Laringomalasia atau laring flaksid
kongenital merupakan penyebab tersering dari
kelainan laring kongenital, berupa stridor
inspiratoris pada bayi. Laringomalasia ini
terjadi karena belum matangnya
kartilago dan / atau neuromuskuler dari laring
yang menyebabkan obstruksi supraglottis.
Berdasarkan anatomi, penyebab obstruksi dapat
disebabkan oleh kolaps ke anterior dari lipatan
aryepiglottic, tubular epiglottis yang panjang,
kolaps anteromedial dari corniculate dan
kartilago kuneiform, dan pendeknya plika
aryepiglottic. Biasanya, pasien dengan keadaan
ini menunjukkan gejala pada saat baru
dilahirkan, dan setelah beberapa minggu
pertama kehidupan secara bertahap
berkembang stridor inspiratoris dan kadang
kesulitan dalam pemberian makanan.1
Laringomalasia merupakan penyakit
yang dapat sembuh sendiri, yang mula-mula
terjadi segera setelah kelahiran, dan memberat
pada bulan keenam, serta membaik pada umur
1-2 tahun. Stridor sering diperburuk oleh
agitasi, menangis, makan, infeksi saluran
pernapasan atas atau posisi terlentang. Stridor
umunya berkurang atau membaik saat tidur
pada kasus ringan sampai sedang.1,2
erkadang kelainan kongenital ini
dapat menjadi cukup berat sehingga
membutuhan penanganan bedah. !enyebab
pasti laringomalasia masih belum diketahui.
"da beberapa teori seperti abnormalitas
anatomi pada kartilago laring, immaturitas dan
kolapsnya kartilago dan yang terakhir
berkembang adalah kelainan neuromuscular
pada laring. !enegakan diagnosis didapatkan
melalui pemeriksaan menggunakan endoskopi
fleksibel selama respirasi spontan.1,2
#rekuensi tidak diketahui secara pasti,
namun laringomalasia marupakan penyebab
tersering timbulnya stridor inspiratoris pada
bayi. $nsidens laringomalasia sebagai penyebab
dari stridor inspiratoris berkisar antara %&'-
(%'. idak terdapat predileksi ras ataupun
jenis kelamin.2
)a*kins dan +lark 1( yang
melakukan e0aluasi dengan laringoskopi
fleksibel pada % pasien, menemukan
orang dengan laringomalasia primer dan 2
orang dengan laringomalasia sekunder.
Sedangkan 3ussbaum dan 4aggi 1&
melaporkan sebanyak 5' dari 2( anak
dengan laringomalasia juga mempunyai
kelainan pernafasan lainnya.
!ada penelitian )olinger pada 21
pasien dengan stridor, kelainan kongenital pada
laring dan trakea menempati urutan pertama
5&,' dan kedua 15'. !enyebab tersering
keadaan stridor pada bayi ialah laringomalasia
dan trakeomalasia sebagai dua kelainan
kongenital yang tersering pada laring %,'
dan trakea %,(' pada neonatus, bayi dan
anak-anak. 6ejadian laringomalasia pada laki-
laki dua kali lebih banyak daripada
perempuan.
Beberapa penelitian melaporkan
sebanyak 5%-(%' bayi dengan stridor
disebabkan oleh laringomalasia. !ada 1&-1%'
-
7/25/2019 LARINGOMALASIA Surya 16.docx
3/8
2
kasus laringomalasia bersifat berat dan
dibutuhkan suatu inter0ensi bedah untuk
penatalaksanaannya. 4elissa dkk, menemukan
dari 22 anak dengan laringomalasia, 2 ,1'
diantaranya membutuhkan inter0ensi bedah
karena laringomalasia berat.
6elainan kongenital laring pada
laringomalasia kemungkinan merupakan akibat
dari kelainan genetik atau kelainan
embriologik. 7alaupun dapat terlihat pada saat
kelahiran, beberapa kelainan baru nampak
secara klinis setelah beberapa bulan atau tahun.8ua teori besar mengenai penyebab kelainan
ini adalah bah*a kartilago imatur kekurangan
struktur kaku dari kartilago matur, sedangkan
yang kedua mengajukan teori iner0asi saraf
imatur yang menyebabkan hipotoni. Sindrom
ini banyak terjadi pada golongan sosio ekonomi
rendah, sehingga kekurangan gi9i mungkin
merupakan salah satu faktor etiologinya.%
Laringomalasia merupakan penyebab
tersering dari stridor inspiratoris kronik pada
bayi. Bayi dengan laringomalasia memiliki
insidens untuk terkena refluks
gastroesophageal, diperkirakan sebagai akibat
dari tekanan intratorakal yang lebih tinggi yang
dibutuhkan untuk mengatasi obstruksi
inspiratoris. 8engan demikian, anak-anak
dengan masalah refluks seperti ini dapat
memiliki perubahan patologis yang sama
dengan laringomalasia, terutama pada
pembesaran dan pembengkakan dari kartilago
aritenoid.%
Laringomalasia sekunder acquired)
meskipun jarang, kadang-kadang dilaporkan,
dengan onset pada anak-anak yang lebih tua
dan pada orang de*asa. )al ini biasanya
berhubungan dengan trauma, operasi, lesi
neurologis atau penyakit degeneratif seperti
!arkinson, sklerosis atau penyakit jaringan
amyotrophic seperti :lhers-8anlos syndrome.
Biasanya, epiglotis saja yang terlibat, menjadi
floppy dan kadang-kadang in0aginating sampai
ke pita suara. Beberapa kasus, di mana tidak
ada penyebab medis dapat ditemukan, dianggap
;idiopatik;.15
:aya
hidup dan pola makan harus disesuaikan susu
yang kental, posisi tubuh setelah makan, tidak
minum dengan botol sebelum/saat berbaring,
mengatur posisi bagian kepala tempat tidur atau
kasur. =anitidin dapat digunakan pada dosis
mg / kg / hari dan !!$ dapat digunakan di dosis
1 sampai 2 mg / kg / hari. 6eefektifan
-
7/25/2019 LARINGOMALASIA Surya 16.docx
4/8
3
pengobatan ini dilaporkan dalam beberapa
penelitian. !ada tahun 2&11, kelompok ahli
S#?=L merekomendasikan pengobatan
medikamentosa untuk laringomalasia dengan
tanda-tanda keparahan, atau di muncul tanda
karakteristik pharyngolaryngeal refluks. !!$
juga dianjurkan pasca operasi
supraglottoplasty.1(
!arsial epiglottectomy +?2 laser
berbentuk-@ merupakan terapi pilihan yang
simple untuk acquired laringomalasia, rendah-
risiko dan pengobatan yang efektif.15
Laringomalasia didiagnosis banding
dengan penyebab stridor inspiratoris lain pada
anak-anak. "ntara lain yaitu, hemangioma
supraglotik, massa atau adanya jaringan
intraluminal seperti laryngeal web dan kista
laring, kelainan akibat trauma seperti edema
dan stenosis supraglotik, maupun kelainan pada
pita suara.5
LAPORAN KASUS
!asien bayi laki-laki usia 1,% bulan
datang ke !oli ) =S Sardjito bersama kedua
orang tuanya dengan keluhan utama sering
mendengar suara nafas bunyi. 6eluhan
dirasakan sejak 1 minggu setelah kelahiran saat
sedang posisi terlentang dan menangis. 6etika
kepala diposisikan miring kanan dan kiri,
tengkurap suara nafas bunyi hilang. ?rang tua
pasien tidak pernah merasakan ada gejala
kebiruan pada kulit dan sesak nafas. idak ada
gangguan saat menyusui, ri*ayat tersedak
disangkal. 6eluhan di telinga, hidung dan
tenggorokan disangkal.
=i*ayat kehamilan ibu tidak
mengalami sakit dan minum obat selain
suplemen hamil, ri*ayat keguguran
sebelumnya disangkal. =i*ayat kelahiran bayi
lahir prematur spontan normal saat usia
kehamilan 2 minggu, langsung menangis,
berat badan lahir 1&& gram. =i*ayat penyakit
keluarga belum pernah mengalami sakit serupa.
!ada pemeriksaan fisik bayi terlihat
tenang compos mentis. anda 0ital nadi 11&
-
7/25/2019 LARINGOMALASIA Surya 16.docx
5/8
4
sedikit demi sedikit, fisioterapi dan akan
die0aluasi airway 1 bulan lagi dan jika ada
keadaan semakin jelek yaitu disertai adanya
kebiruan dan atau ada sesak nafas diharapkan
segera ke rumah sakit.
4asalah yang diangkat dalam kasus ini
adalah penatalaksanaan dari pasien ini.
DISKUSI
8iagnosis pada kasus ini ditegakkan
berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik
dan didukung oleh pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesa, didapatkan suara nafas
bunyi pada posisi terlentang, pemeriksaan fisik
didapatkan terdengar suara stridor inspiratoir
ketika posisi bayi tidur terlentang, pada
pemeriksaan penunjang endoskopi laring
tampak epiglotis tegak, plika ariepiglotik tidak
memendek tampak redundancy mukosa
arietenoid ke anterior, pergerakan plika 0okalis
dalam batas normal sehingga pasien
didiagnosis dengan Laringomalasia tipe 1.
4enurut 4elissa, et al ., 2&&%
laringomalasia adalah penyebab paling umum
dari stridor pada bayi dan anak-anak, dan
mempunyai kejadian 5&' sampai (%' dari
semua kasus anomali kongenital laring.
Laringomalasia dicirikan oleh adanya stridor
inspirasi yang terdeteksi dalam 2 minggu
pertama kehidupan dan biasanya menghilang
pada usia 2 tahun.
Laringomalasia merupakan suatu
proses jinak yang dapat sembuh spontan pada
(&' bayi saat usia 1-2 tahun. >ejala stridor
inspirasi kebanyakan timbul segera setelah lahir
atau dalam usia beberapa minggu atau bulan ke
depan. Stridor dapat disertai dengan retraksi
sternum, interkostal, dan epigastrium akibat
usaha pernafasan. !ada beberapa bayi tidak
menimbulkan gejala sampai anak mulai aktif
sekitar bulan atau dipicu oleh infeksi
saluran nafas. Stridor yang terjadi bersifat
ber0ibrasi dan bernada tinggi. Stridor akan
bertambah berat sampai usia bulan, menetap
sampai usia bulan dan bersifat intermitten dan
hanya timbul bila usaha bernafas bertambah
seperti saat anak aktif, menangis, makan,
kepala fleksi atau posisi supinasi. Setelah itu
keadaan makin membaik. idak ada korelasi
antara lama berlangsungnya stridor dengan
derajat atau *aktu serangan.11
4enurut Lee 2&&, pemeriksaan fisik
bayi bisa tampak gembira dan berinteraksi
secara *ajar. 8apat terlihat takipneu ringan.
anda-tanda 0ital normal, saturasi oksigen juga
normal. Biasanya terdengar aliran udara nasal,
suara ini meningkat jika posisi bayi terlentang.
angisan bayi biasanya normal, penting untuk
mendengar tangisan bayi selama pemeriksaan.
Stridor murni berupa inspiratoris. Suara
terdengar lebih jelas di sekitar angulus
sternalis. mumnya, gejala menjadi lebih berat
pada saat tidur dan beberapa 0ariasi posisi
dapat terjadiC stridor lebih keras pada saat
pasien dalam posisi supinasi dan berkurang
pada saat dalam posisi pronasi. Baik proses
menelan maupun akti0itas fisik dapat
memperkeras stridor.(
Berdasarkan letak prolaps dari struktur
supraglotis, ?lney dkk membuat klasifikasi
untuk laringomalasia. 6lasifikasinya adalahA
ipe 1, yaitu prolaps dari mukosa kartilago
-
7/25/2019 LARINGOMALASIA Surya 16.docx
6/8
5
arytenoid yang tumpang tindihC ipe 2, yaitu
memendeknya plika ariepiglotikaC ipe , yaitu
melekuknya epiglotis ke arah posterior.
Laringoskopi fleksibel dapat membantu
menyingkirkan diagnosis anomali laring
lainnya seperti kista laring, paralisis pita suara,
malformasi pembuluh darah, neoplasma,
hemangioma subglotis, gerakan pita suara
paradoks, stenosis glotis dan *eb glotis.
!emeriksaan laringoskopi fleksibel memiliki
beberapa kerugian, yaitu risiko terle*atkannya
diagnosis laringomalasia ringan bila pasienmenangis dan kurang akurat dalam menilai
keadaan subglotis dan trakea.%
4asih menjadi perdebatan di kalangan
ahli apakah setiap bayi dengan laringomalasia
harus melalui pemeriksaan laringoskopi
meskipun pemeriksaan tersebut masih
merupakan standar baku untuk menilai
obstruksi nafas, mengingat pemeriksaan ini
memiliki beberapa kelemahan bagi kelompok
umur neonatus, seperti resiko anestesi dan
instrumentasi, alat endoskopi yang khusus,
membutuhkan ahli anestesi yang handal, dan
biaya yang mahal.
!ada kasus ini penatalaksanaannya
adalah dengan konser0atif. Sebagian besar anakdengan kelainan ini dapat ditangani secara
konser0atif. Darang terjadi dimana seorang anak
memiliki kelainan yang signifikan sehingga
memerlukan operasi. rakeostomi merupakan
prosedur pilihan untuk laringomalasia berat.
Supraglotoplasti dapat dilakukan pada kasus-
kasus yang lebih ringan.(
!ada keadaan ringan, bayi diposisikan
tidur tengkurap, tetapi hindari tempat tidur
yang terlalu lunak, bantal dan selimut. Dika
secara klinis terjadi hipoksemia saturasi
oksigen E&', harus diberikan oksigenasi.
Sedangkan pada laringomalasia yang berat,
akan tampak gejala obstruksi nafas yang
disertai retraksi otot sternal dan interkosta, baik
saat tidur atau terbangun, sulit makan, refluks
berat dan gagal tumbuh. "nak-anak yang
mengalami hal ini berisiko mengalami serangan
apnea. 6eadaan hipoksia akibat obstruksi nafas
dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan
terjadi korpulmonal.(
?lney dkk membuat kategori kandidat
yang sebaiknya dilakukan laringoskopi dan
bronkoskopi. 6riterianya adalahA 1. Bayi
laringomalasia dengan gangguan pernafasan
yang berat, gagal tumbuh, mengalami fase
apnea, atau pneumonia berulang. 2. Bayi
dengan gejala yang tidak sesuai dengan
gambaran laringomalasia yang ditunjukkan
oleh laringoskopi fleksibel. . Bayi dengan lesi
di laring. . Bayi yang akan dilakukan
supraglotoplasti.1%
!enatalaksanaan yang dapat dilakukan
adalah dengan trakeostomi yang dilakukan bila
terjadi komplikasi obstruksi jalan nafas dari
laringomalasia yang berat. 4enurut Dackson
dan Dackson, 12, pada keadaan yang berat ini
maka inter0ensi bedah tidak dapat dihindari dan
penatalaksanaan baku adalah membuat jalan
pintas berupa trakeostomi sampai masalah
teratasi. 3amun pada anak-anak, resiko
morbiditas dan mortalitas trakeostomi berisiko
tinggi.11,1%
-
7/25/2019 LARINGOMALASIA Surya 16.docx
7/8
6
!ada tahun 122, $glauer mempelopori
tindakan operasi pada laringomalasia dengan
cara membuang ujung epiglotis. 8i tahun 1,
Sch*art9 membuang sebagian epiglotis dengan
irisan berbentuk F@G. Hal9a dkk, 1(
melaporkan pada akhir-akhir ini peran bedah
endoskopi pada struktur supra glotis telah
menjadi alternati0e dibanding trakeostomi, dan
memberikan harapan yang lebih baik. !eran
bedah laring mikro dengan menggunakan laser
+?2 telah mulai digunakan sejak tahun 1(&-
an. Sedangkan @augh merupakan orang
pertama yang melakukan epiglotidektomi
dengan laser +?2 dengan pendekatan
endoskopi pada tahun 1(.1,1%
Berdasarkan klasifikasi ?lney, pada
pasien ini juga tidak direncanakan untuk
tindakan operasi supraglotoplasti yang
memiliki sinonim epiglotoplasti dan
ariepiglotoplasti. erdapat tiga teknik
supraglotoplasti yang dapat dilakukan. eknik
yang dipilih tergantung pada kelainan
laringomalasianya. !ada tipe 1, dimana terjadi
prolaps mukosa aritenoid pada kartilago
aritenoid yang tumpang tindih, dilakukan eksisi
jaringan mukosa yang berlebihan pada bagian
posterolateral dengan menggunakan pisau
bedah atau dengan laser +?2. Laringomalasia
tipe 2, dikoreksi dengan cara memotong plika
ariepiglotika yang pendek yang menyebabkan
mendekatnya struktur anterior dan posterior
supraglotis. Laringomalasia tipe , ditangani
dengan cara eksisi mele*ati ligamen
glosoepiglotika untuk menarik epiglotis ke
depan dan menjahitkan sebagian dari epiglotis
ke dasar lidah.11,1%
RINGKASAN
elah dilaporkan seorang bayi laki laki
umur 1,% bulan dengan diagnosis
laringomalasia tipe1. erapi pada pasien ini
adalah konser0atif dan orang tua pasien diberi
edukasi untuk tidur miring ke salah satu sisi,
ketika makan dan minum dianjurkan untuk
pada posisi setengah duduk dan dilakukan
sedikit demi sedikit, fisioterapi dan akan
die0aluasi airway 1 bulan lagi dan jika ada
keadaan semakin jelek yaitu disertai adanya
kebiruan dan atau ada sesak nafas diharapkan
segera ke rumah sakit.
DA,TAR PUSTAKA
1. Bailey BD, +alhoun 6). Head and NeckSurgery Otolaringology, Volume one, 5th
Edition. Lippincott I =a0en !ublishers.
!hiladelphia, S". 2&1
2. 4arc +. horne, Susan L. >aret9.
LaryngomalaciaA =e0ie* and Summary of
+urrent +linical !ractice in 2&1%. !ediatric
=espiratory =e0ie*. 2&15. !A -
. Ballenger DD. enyakit !elinga, Hidung,
!enggorok, "e#ala dan $eher, %ilid Satu,
Edi&i '(.Binarupa "ksara. Dakarta. 2&&2
. 4elissa ". >. "0elino, =aJuel K. >.
Liriano, =eginaldo #ujita, Shirley
!ignatari, Luc L. 4. 7eck
-
7/25/2019 LARINGOMALASIA Surya 16.docx
8/8
7
>ra*-)ill +ompany. 3e* Kork, S".
2&&.
5. Lee 6D. E&&ential Otolaringology Head
and Neck Surgery, +th Edition. 4c >ra*-
)ill 4edical !ublishing 8i0ision. 3e*
Kork, S". 2&&.(. Bye 4=. Laryngomalacia. pdate Dun 1%,
2&1%A cited Dun 1, 2&15. "0ailable fromA
httpA//***.emedicine.medscape.com/articl
e/1&&2%2(.
. !aston #. $aringomalacia and
!racheomalacia. "0ailable at httpA
//pedclerk.bsd.uchicago.edu/
tracheomalacia. html. "ccessed on
8ecember 11th2&&5.
. e