lapsus emergensi medis palpitasi

Upload: rudi-rakhmad-hidayatullah

Post on 08-Jan-2016

48 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Lapsus Emergensi Medis Palpitasi

TRANSCRIPT

  • PALPITASI

    Supervisor : dr. Ali Haedar, Sp.EM

    Roro Puji Waty Rudi Rakhmad H.

  • BACKGROUND

    Istilah palpitasi digunakan untuk menggambarkan persepsi subjektif mengenai abnormalitas aktivitas jantung yang berhubungan dengan aritmia yang bergejala

    Palpitasi terhitung sebanyak 16% dari gejala-gejala yang memicu pasien untuk berkunjung ke dokter umum.

    Merupakan gejala nomer dua setelah nyeri dada sebagai keluhan yang menyertai saat evaluasi oleh spesialis jantung.

    (Raviele et al., 2011; Barkoudah and Collins, 2012)

  • DEFINISI

    - Suatu kondisi saat seseorang menyadari denyut jantungnya - terjadi secara mendadak maupun perlahan-lahan - dideskripsikan sebagai rasa tidak nyaman sampai rasa nyeri di dada atau area anatomis sekitarnya yang dapat berlangsung detik,menit, jam hingga hari - berupa percepatan, perlambatan, peningkatan kekuatan denyut jantung, sampai irregularitas denyut jantung

    Denyutan jantung pada palpitasi dapat berupa sensasi pukulan (thumping), dentuman (pounding), dan juga getaran (fluttering) yang intermitten atau kontinu

    Loscalzo, 2010

  • PATOFISIOLOGI

    Kontraksi jantung yang terlalu cepat, ireguler, atau sangat pelan Aritmia jantung, gangguan mental, penyakit sistemik, obat

    Kontraksi yang sangat intens dan gerakan abnormal dari jantung Penyakit jantung struktural dengan stroke volume

    Anomali dalam persepsi subyketif dari denyut jantung

    Gangguan psikosomatik

    (Raviele et al., 2011; Barkoudah and Collins, 2012)

  • } Abbot, 2005

    43%

    31%

    6%

    4%

    16%

  • } Abbot, 2005

  • TIPE PALPITASI & PRESENTASI KLINIS

    Tipe Palpitasi Deskripsi subjective

    Denyut jantung

    Onset dan terminasi

    Situasi pencetus

    Gejala penyerta

    Ekstra sistolik skipping / missing beat, sinking of the heart

    Irregular, bergantian dengan denyut jantung normal

    Mendadak Istirahat -

    Takikardia beating wings di dada

    Regular / irregular, kadang denyut lebih cepat

    Mendadak Aktifitas fisik Sinkop, dyspnoe, fatigue, nyeri dada

    Akibat anxietas Anxietas, agitasi Regular, denyut jantung sedikit lebih cepat

    Gradual Stress, cemas Kesemutan di tangan dan wajah, dyspnoe, nyeri dada atipikal

    Pulsasi Debaran jantung (pounding)

    Regular, frekuensi normal

    Gradual Aktivitas fisik Asthenia

    (Raviele et al., 2011)

  • Karakteristik Klinis Palpitasi dengan Takikardi

    Tipe Aritmia Denyut Jantung Situasi Pencetus Gejala Penyerta

    Manuver Vagal

    AVRT, AVNRT Onset mendadak dengan peningkatan denyut jantung periodik

    Aktivitas fisik, perubahan posisi tubuh

    Poliuri Berhenti mendadak

    Fibrilasi Atrium Irregular dengan denyut jantung bervariasi

    Aktifitas fisik, setelah makan, asupan alkohol

    Poliuri Penurunan denyut jantung sementara

    Takikardia atrial atau flutter

    Regular (irregular bila konduksi AV bervariasi) dengan peningkatan denyut jantung

    - - Penurunan denyut jantung sementara

    Takikardia ventrikular

    Regular dengan peningkatan denyut jantung

    Aktivitas fisik Tanda dan gejala gangguan hemodinamik

    Tidak ada efek apapun

    (Raviele et al., 2011)

  • PVC

    Couplet : 2 EV, Takikardia atrial: 3 atau lebih EV Bigemini : 1 kompleks sinus diikuti 1 EV Trigemini : 2 kompleks sinus diikuti 1 EV

  • } Atrial Fibrillation & Atrial Flutter Terjadi bila seluruh sel otot di atrium menjadi sepertipacemaker, sehingga kontraksi atrium menjadi tidak beraturan menyebabkan bentuk detakan yang bergetar. Saat sinyalnya diteruskan ke ventrikel, ventrikel berusaha menyamakan kecepatan atrium, sehingga terjadilah denyut jantung yang sangat tidak beraturan

    Atrial Fibrilasi } Gelombang P yang tidak teratur frekuensi 350-600x/m } Gelombang QRS yang tidak teratur frekuensi 140-200x/m } Fibrilasi atrial halus: defleksi gel P < 1 mm } Fibrilasi atrial kasar: defleksi gel P > 1 mm

  • Atrial Flutter } Denyut atrium cepat dan teratur, frekuensi 250-350/menit } Gelombang fluter : seperti gergaji } Biasanya terdapat konduksi 2:1, karena simpul AV tak dapat

    meneruskan semua impuls dari atrium

  • } SVT (Supraventricular Tachycardia) } Bila sistem listrik di atrium terganggu, akan menyebabkan atrium

    memompa sangat cepat (bisa sampai 150 kali per menit). Aliran listrik ini juga menjalar ke ventrikel yang mengikuti kecepatan pompa atrium.

    } Kondisi ini normal terjadi dalam kondisi stress, pengaruh kopi, obat pseudoefedrin, dll.

    } Karena semua berawal dari SA node, maka sering dinamakan sebagaisinus tachycardia.

    } Regular, narrow QRS, takikardi 200/menit, tidak ditemukan gelombang P.

  • } PSVT (Paroxymal Supraventricular Tachycardia) Dengan cara yang sama, PSVT dapat terjadi antara hitungan detik sampai berjam-jam dan terjadi karena dipicu oleh tinggi konsumsi kafein atau alkohol, kelebihan hormon tiroid, dan abnormalitas level elektrolit.

  • } VT (Ventricular Tachycardia)&VF (Ventricular Fibrillation)

    Ventricular Tachycardiaadalah kondisi otot ventrikel berdetak sendiri, tidak

    mengikuti detakan atrium. Merupakan jenis palpitasi yang dapat mengancam

    jiwa. Terjadi karena penyakit jantung koroner saat otot jantung tidak cukup

    mendapatkan suplai darah.

    Ventricular Fibrillationlebih berbahaya dibandingkan VTkarena dalam kondisi

    ini, jantung tidak berfungsi sama sekali dan dapat menyebabkan kematian

    seketika seperti yang terjadi pada sebuah serangan jantung.

  • Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi yang tidak teratur dan cepat. FV halus ( fine ) : gelombang f < 3 mm FV kasar ( coarse ) : gelombang f > 3 mm

    Fibrilasi Ventrikel

  • Takikardia Ventrikel dan Torsade de Pointes

  • Blok AV Derajat I

  • Blok AV Derajat Dua

    Blok AV derajat dua dapat dibagi menjadi : 1. Blok AV tipe Wenckebach atau tipe Mobitz I 2. Blok AV tipe Mobitz II 3. Blok AV lanjut atau derajat tinggi

  • Blok AV Tipe Wenckebach

    Dasar diagnosis : Interval PR makin memanjang, suatu saat ada gelombang QRS yang hilang.

  • Blok AV Tipe Mobitz II

    Dasar diagnosis : Interval PR tetap, suatu saat ada gelombang QRS yang hilang.

  • Blok AV Derajat III (Blok AV Total)

    } Pada blok AV total, atrium dan ventrikel berdenyut sendiri-sendiri, yang disebut disosiasi AV komplit.

    } Gambaran EKG secara khas menunjukkan letak gelombang-gelombang P yang tak ada hubungannya dengan letak gelombang-gelombang QRS.

  • PENDEKATAN DIAGNOSTIK

    } Tujuan utama evaluasi pasien dengan palpitasi adalah menentukan apakah gejala disebabkan oleh aritmia yang mengancam jiwa atau tidak.

    } Evaluasi pada pasien harus dimulai dengan anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap sebelum melakukan pemeriksaan diagnostik tambahan.

    (Loscalzo, 2010)

    (Chaitman, 2012)

  • ANAMNESA } Tanyakan mengenai kondisi yang terjadi saat terjadinya

    palpitasi. } Bagaimana deskripsi dari palpitasi yang dirasakan } Aktivitas yang dapat memicu dan menghentikan terjadinya

    palpitasi. } Seberapa sering pasien mengalami gejala palpitasi, durasi tiap

    episode, dan seberapa parah gejalanya. } Riwayat penggunaan obat-obatan dan diet. } Riwayat keluarga dengan gangguan irama jantung.

    (Loscalzo, 2010 ; Chaitman, 2012; Abbot, 2005)

  • TANDA DAN GEJALA

    } Palpitasi dapat dikaitkan dengan rasa berdebar-debar atau jika palpitasi yang berkepanjangan, bisa ada perasaan penuh di dada.

    } Kadang-kadang pasien merasa sesak napas, dan mungkin sulit untuk memutuskan apakah kepenuhan.

    } Episode berkepanjangan dapat dikaitkan dengan nyeri dada, sesak napas, berkeringat, dan, mual dan muntah. Beberapa jenis masalah irama jantung dapat menyebabkan pusing atau bahkan pingsan.

    (Loscalzo, 2010 ; Chaitman, 2012)

  • PEMERIKSAAN FISIK

    } Pemeriksaan fisik yang dapat menjadi kunci untuk mengkonfirmasi ada tidaknya aritmia sebagai penyebab palpitasi serta konsekuensi hemodinamiknya seperti pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan pulsasi, tekanan vena jugularis serta auskultasi jantung (murmur, kardiomegali), pemeriksaan leher.

    (Loscalzo, 2010 ; Chaitman, 2012; Abbot, 2005)

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG

    } Elektrokardiografi (EKG) } EKG 12 sadapan merupakan pemeriksaan pertama yang

    harus dilakukan dan merupakan gold standard untuk pemeriksaan palpitasi, karena dapat menunjukkan penyebab palpitasi melalui investigasi lebih lanjut pada jantung.

    (Abbot, 2005)

  • (Abbot, 2005)

  • PENATALAKSANAAN

    } Terapi sangat bergantung pada diagnosa, misalnya sinus takikardi membutuhkan terapi penyebabnya (nyeri, perdarahan, ansietas, efek antikolinergik, dsb).

    } Non Farmakologis penting dimana 25% pasien dengan SVT dapat dibantu dengan valsava manuver atau pemijatan sinus karotis.

    } Farmakologi meliputi adenosine, verapamil, atau amiodarone.

    (Loscalzo, 2010 ; Chaitman, 2012)

  • FARMAKOLOGI

    } Adenosine ultra-short-acting AV nodal blocker. } Dosis : 6 mg iv bolus cepat pada vena proksimal, diikuti

    secepatnya dengan aliran 20 ml saline dan elevasi lengan. Dapat diulang 2x pada dosis 12 mg IV sampai 30 mg.

    } Verapamil (CCB) sama efektifnya dengan

    adenosine. } Kerugiannya: onset lebih lama, efek samping yang

    bermakna dari penurunan kontraktilitas miokard dan vasodilatasi perifer.

    (Loscalzo, 2010 ; Chaitman, 2012)

  • } Amiodarone digunakan jika adenosine gagal dan terdapat tanda gagal jantung kongestif. } Dosis: 150 mg IV selama 10 menit, dapat diulang 1x

    } Diltiazem (CCB) sama efektifnya dengan verapamil untuk

    Narrow Complex SVT. } Dosis: 10-20 mg IV selama 2 menit. Jika tidak efektif, diikuti

    15 menit kemudian dengan bolus yang kedua sebanyak 0,35 mg/kg IV.

    (Loscalzo, 2010 ; Chaitman, 2012)

  • Stratifikasi Risiko Aritmia & Palpitasi

    (Wolff dan Cowan, 2009)

  • PROGNOSIS

    } Umumnya tidak berbahaya } Tingkat mortalitas rendah (1,6% pertahun) } Rekurensi gejala sangat sering (hingga 77%) } Kualitas hidup sangat terganggu (menyebabkan kecemasan

    dan frekuensi ke IGD menjadi sering)

    (Raviele et al., 2011)

  • LAPORAN KASUS

  • Identitas } Nama : Ny. S } Usia : 33 tahun } Pekerjaan : IRT } Alamat : Dusun Wates Tulungagung } Status : Menikah } No RM : 07xxx } IGD : Red Zone 26-8-2015 RSUD Iskak Tulungagung

  • PRIMARY SURVEY

    A : Paten, suara nafas tambahan (snoring, gargling, stridor) (-).

    B : Ekspansi dada simetris, RR 20 x/menit, regular, sat O2 99%, retraksi

    dinding dada (-)

    C : TD: 80/palpasi mmHg, Nadi : 160x/menit, kuat, regular, akral hangat

    dan kering, CRT < 2 detik

    D : GCS 456, reek cahaya +/+, pupil bulat isokor 3mm / 3mm

    E : Suhu aksila 36,6C

    Pasien masuk redzone

  • INITIAL TREATMENT

    vA : -

    vB : O2 via NC 4 lpm

    vC : IV line NaCl 0,9% 30 tpm

    Drip dobutamin 0.5g/kg/jam

    vD : -

  • Anamnesis (autoanamnesis) } KU : berdebar-debar } Riwayat Penyakit Sekarang :

    pasien mengaku berdebar-debar dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan memberat 2 hari ini. Muncul saat pagi hari setelah bangun tidur, lamanya kurang lebih 15 menit.

    Berdebar-debar dirasakan hilang timbul, sering muncul ketika beraktivitas atau ketika stres dan hilang dengan istirahat.

  • Pasien juga mengeluh lemas seluruh badan, disertai nyeri di dada sebelah kiri, lama kurang lebih lima menit, dan dirasakan terkadang menjalar ke bahu sebelah kiri. Pasien juga mengeluh keringat dingin ketika serangan. Mual (-) muntah (-) bengkak (-) sesak malam hari (-) Stres (+) karena anak sedang sakit.

    } Riwayat Penyakit Dahulu : HT(-) DM (-) jantung bengkak (+) } Riwayat Penyakit Keluarga : (-) } Riwayat Pengobatan (-) } Riwayat Sosial : pasien seorang IRT dengan 2 anak. Meroko (-)

    alkohol(-)

  • PHYSICAL EXAMINATION

    General Appearance: moderatelly ill Looked normoweight

    GCS: 4.5.6 BP : 80 per palpasi

    PR: 160bpm, strong, regular

    RR: 20 tpm Tax: 36.6

    Head anemic conjunctiva +, icteric sclerae -, lnn enlargment (-),

    Neck JVP R+3 cm H2O.

    Chest

    Heart Ictus invisible, palpable at ICS V MCL S Trill: - Heaves: - RHM ~ SL D LHM ~ ictus S1 and S2 single, murmur(-)

    Lung Stem Fremitus D=S Sonor Sonor v v Rh - - Wh - - Sonor Sonor v v - - - - Sonor Sonor v v - - - -

    Abdomen soefl, bowel sound normal, tendernes -, liver span 8 cm, Traubes space tympany, shifting dullness -

    Extremities Warm, edema -/- ,

  • LABORATORY FINDING (26-08-2015)

    Lab Value (Normal) Lab Value (Normal)

    Leukocyte 12560 4.700 11.300 /L Natrium 140 136-145 mmol/L

    Haemoglobine 9.4 11,4 - 15,1 g/dl Kalium 4.1 3,5-5,0 mmol/L

    PCV 28.6 38 - 42% Chlorida 105 98-106 mmol/L

    Trombocyte 304.000 142.000 424.000 /L

    BUN 8.6 6-20 mg/dL

    Creetinine 0.65

  • EKG (26-8-2015)

  • } Aritmia pada irama ventrikel dengan HR 150x/menit } Frontal Axis : Normal } Horizontal Axis: Normal } PR interval : Adak dapat dievaluasi } QRS complex : 0,08 } QT interval : 0,32 Kesimpulan: SVT

  • DIAGNOSIS KERJA

    } Dari primary survey dan secondary survey yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang lain, dapat didiagnosa pasien ini mengalami:

    1. Palpitasi dt SVT

    DISPOSITION Cardiology Departement

  • 1. Perempuan, 33 tahun mengalami berdebar sejak 2 tahun terakhir, nyeri dada kiri (+), terkadang menjalar ke bahu, sesak (-), PND (-), DOE (-), bengkak (-), riwayat DM dan HT terkontrol (-)

    2. Pemeriksaan fisik: TD 80 per palpasi, N 160x/menit iregular, RR 20x/menit, Tax 36,60C.

    3. EKG: SVT 4. Lab: - 5. Terapi: O2 4 lpm via Nasal canul, IV line IVFD NaCl 0.9% ,

    drip dobutamin 0.5g/kg/menit, drip amiodarone 450mg dalam 100cc NS

    } Berdasarkan data dari primary dan secondary survey, kita membuat kesimpulan pasien mengalami palpitasi dt SVT

    PEMBAHASAN

  • AHA, 2010

  • KESIMPULAN

  • } Palpitasi merupakan perasaan subjektif pasien berupa rasa tidak nyaman/ bergetar/ nyeri di dada atau daerah anatomis disekitarnya yang dapat terjadi mendadak atau perlahan

    } Palpitasi dapat disebabkan oleh karena gangguan pada jantung, kondisi psikologis, penggunaan obat-obatan, maupun gangguan elektrolit

    } Tatalaksana dari palpitasi yaitu antiaritmia (amiodarone), calsium channel blocker (verapamil/diltiazem)

  • TERIMA KASIH