laporan wonolopo rw 03

70
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuberculosis (TB) merupakan infeksi saluran pernapasan tersering di dunia yang menjadi salah satu target dari pemeberantasan penyakit menular oleh Melenium Development Goals (MDGs). Sebagian besar negara-negara di dunia tidak berhasil mengendalikan penyakit TB.Oleh karena itu, pada tahun 1992 TB ditetapkan sebagai “global emergency” oleh WHO. WHO menyatakan 22 negara dengan angka TB tertinggi di dunia sebagian berasal dari negara-negara di Afrika, Asia serta Amerika.Dari seluruh kasus di dunia, India menyumbang 30%, China 15%, dan Indonesia 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Indonesia berada pada urutan ketiga setelah India dan Cina negara dengan angka TB tertinggi di dunia dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 kasus dan jumlah kematian sekitar 101.000 kasus per tahun. Insidensi kasus TB BTA (+) positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.. Jumlah kasus TB paru di Jawa Tengah pada tahun 2008 sebanyak 16.748 kasus. Jumlah kasus TB Paru di Puskesmas Mijen pada tahun 2011 ditemukan ,13 kasus 1

Upload: dadan-fakhrurijal

Post on 28-Nov-2015

75 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuberculosis (TB) merupakan infeksi saluran pernapasan tersering di

dunia yang menjadi salah satu target dari pemeberantasan penyakit menular

oleh Melenium Development Goals (MDGs). Sebagian besar negara-negara di

dunia tidak berhasil mengendalikan penyakit TB.Oleh karena itu, pada tahun

1992 TB ditetapkan sebagai “global emergency” oleh WHO.

WHO menyatakan 22 negara dengan angka TB tertinggi di dunia sebagian

berasal dari negara-negara di Afrika, Asia serta Amerika.Dari seluruh kasus di

dunia, India menyumbang 30%, China 15%, dan Indonesia 10% dari total

jumlah pasien TB di dunia. Indonesia berada pada urutan ketiga setelah India

dan Cina negara dengan angka TB tertinggi di dunia dengan jumlah kasus

baru sekitar 539.000 kasus dan jumlah kematian sekitar 101.000 kasus per

tahun. Insidensi kasus TB BTA (+) positif sekitar 110 per 100.000 penduduk..

Jumlah kasus TB paru di Jawa Tengah pada tahun 2008 sebanyak 16.748

kasus. Jumlah kasus TB Paru di Puskesmas Mijen pada tahun 2011 ditemukan

,13 kasus BTA (+) Positif, 19 kasus BTA Negatif (-), 29 kasus TB anak, dan 2

kasus Ekstra Paru.

Dari hasil survey yang telah dilakukan di Desa Rejosari RW 03,

didapatkan satu kasus TB yang kurang menjadi perhatian bagi masyarakat

sekitar.Hal ini berpengaruh pada penularan yang dapat meningkatkan angka

kesakitan TB di wilayah tersebut.

Rendahnya angka kesembuhan penderita menyebabkan tingginya angka

penularan. Penularan TB paru dipengaruhi oleh beberapa factor seperti

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan kependudukan.Dibutuhkan

survey kesehatan masyarakat untuk mengetahui factor resiko yang dominan

terdapat di masyarakat sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat

sasaran terhadap penderita TB dan masyarakat sekitarnya.

1

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menigkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit TB dan factor

resikonya di RW 03 dusun Rejosari kelurahan Wonolopo..

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menganalisis data masalah

kesehatan komunitas di RW 03 dusun Rejosari kelurahan Wonolopo.

b. Menetapkan prioritas masalah kesehatan masyarakat.

c. Menetapkan alternative pemecahan masalah kesehatan masyarakat.

d. Melakukan interfensi kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat

untuk meningkatkan derajat kesehatannya (promotif, preventif,

kuratif, rehabilitative, dan rujukan).

e. Melakukan kegiatan promosi kesehatan masyarakat dengan

menggunakan bahasa dan media yang efektif dan dipahami oleh

masyarakat.

C. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Ilmu Kesehatan

Masyarakat dengan melakukan survey secara langsung di masyarakat.

b. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB dan

factor resikonya.

2. Manfaat Praktis

a. Mahasiswa mampu mengelola masalah kesehatan pada individu

sebagai bagian dari masalah kesehatan masyarakat secara

konfrehensif, holistic, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif

dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.

b. Meningkat kesadaran masyarakat tentang kesehatan sehingga tercapai

derajatkesehatan masyarakat yang optimal.

2

D. METODOLOGI PENGUMPULAN DATA

Laporan ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder

yang didapatkan di Dusun Rejosari kelurahan Wonolopo tanggal 25-26

Januari 2012. Data yang dikumpulkan berupa :

1. Data primer :berupawawancara dan observasi langsung.

2. Data sekunder : diambil dari data kelurahan Wonolopo.

Pengambilan sampel menggunakan metode cluster random sampling yaitu

mengambil sampel dengan cara meenghitung jumlah sampel untuk

Kelurahan Wonolopo dari data sekunder jumlah kepala keluarga. Jumlah

kepala keluarga di Kelurahan Wonolopo yaitu 1.118 KK, kemudian

dengan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SE = degree of reability/confidence coefisien

Degree of reability = 0,05

CC = 95% = 1,96

p +q = 1

p = q = 0,5

SE = 0,05/1,96 = 0,0255

SE=√ p . qn

.√ N . p−nN . p−1

0,0255=√ 0,5.0,5n

.√ 1118−n1118−1

0,0255=√ 0,25n

.√ 1118−n1117

(0,0255)2=0,25n

x1118−n

1117

(0,0255)2=0,25(1118−n)

1117 n

0,00065=( 0,25 x 1118 )−0,25 n

1117 n

0,00065 x1117 n=(0,25 x1118 )−0,25 n

(0,00065 x1117 n )+0,25 n=0,25 x 1118

3

n=0,25 x 11180,97605

n= 279,50,97605

n=286

diperoleh sampel 286 KK.

Kemudian jumlah sampel dibagi dengan jumlah mahasiswa yang

melakukan survey sebanyak 48 orang, sehingga didapatkan:

n=28648

=6 KK

Jadi setiap mahasiswa bertanggungjawab untuk mensurvey 6 KK

Data yang diperoleh dilakukan identifikasi masalah dan ditentukan

prioritas masalah dengan metode Hanlon kualitatif. Kemudian dianalisis

secara deskriptif untuk mencari penyebab masalah dengan konsep HL

Blum dengan melihat empat faktor resiko yang mempengaruhi status

kesehatan yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan

kependudukan. Kemudian dilakukan konfirmasi dengan ketua RW dan

tokoh masyarakat setempat. Penyebab-penyebab masalah yang telah

dikonfirmasi, dianalisis dengan Paired Comparisson, tabel Pareto dan

diagram Pareto untuk memilih penyebab masalah apa saja yang berdaya

ungkit tinggi. Selanjutnya ditentukan alternatif pemecahan masalah secara

sistematis yang paling mungkin dilaksanakan.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri tersebut bersifat anaerob dan hidup pada organ

tubuh yang memikiki tekanan parsial tinggi seperti paru, ginjal, tulang, dan kelenjar

limfe. Penyakit tuberkulosis pada umumnya menyerang paru, namun dapat

menyebar hingga di luar paru seperti pada meningen, tulang, kulit, hepar. Infeksi

akan terjadi bila dalam waktu 2-10 minggu setelah pajanan respon imun tidak

berfungsi dengan baik.

Bakteri M. tuberculosismerupakan bakteri tahan asam yang dapat bertahan

hidup pada lingkungan dengan kelembapan tinggi, intensitas cahaya matahari

kurang, dan sirkulasi udara yang buruk.

B. Patofisiologi

Tuberkulosis primer

Bakteri M. tuberculosismasuk melalui saluran pernafasan dan akan bersarang

di jaringan paru kemudian membentuk jaringan pneumonik yang disebut sebagai

sarang primer atau afek primer. Sarang primer dapat terbentuk di lapangan paru

mana saja. Dari sarang primer akan terlihat radang saluran getah bening menuju

hilus (limfangitis lokal) yang akan diikuti peradangan pada kelenjar getah bening di

hilus (limfadenitis regional). Sarang primer dan limfangitis regional selanjutnya

dikenal sebagai kompleks primer. Adapun kompleks primer akan dapat menjadi

salah satu dari berikut:

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis

fibrotik, sarang perkapuran di hilus)

3. Menyebar dengan cara :

Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya

Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan

bronkus, biasanya bronkus lobusmedius oleh kelenjar hilus yang membesar

sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan

5

akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang

tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada

lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai

epituberkulosis.Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan

maupun ke paru sebelahnya atau tertelan.Penyebaran secara hematogen dan

limfogen.Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan

virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan

tetetapi bila tidak terdapat imunitas yang adekuat, penyebaran ini akan

menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis

tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan

tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,

genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir

dengan :

o Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang

pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau

o Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

Tuberkulosis pasca-primer

Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian

tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post

primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk

dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk

tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena

dapat menjadi sumber penularan.Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang

dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus

inferior.Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib

sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :

1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat.

Sarang tadi mula mula meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan

dengan penyebukan jaringan fibrosis.

2. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran,

dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang

tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan

kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.

6

3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).

Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti

awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti

sklerotik). Nasibkaviti ini :

o Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru.

Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang

disebutkan diatas

o Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut

tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi

mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi

o Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open

healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri,

akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang

terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate

shaped)

C. Gambaran Klinis

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal

dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah

gejala respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)

1. Gejala respiratorik

o batuk 2 minggu

o batuk darah

o sesak napas

o nyeri dada

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai

gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis

pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses

penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama

terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk

membuang dahak ke luar.

2. Gejala sistemik

o Demam

7

o Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan

menurun

3. Gejala tuberkulosis ekstra paru

Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya

pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak

nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat

gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak

napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

D. Klasifikasi

Sesuai dengan pedoman nasional penanggulangan TB paru, maka kasus TB

diklasifikasikan menjadi:

o Kasus kronik

Pasien TB dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai

pengobatan ulang (kategori 2). Hal ini ditunjang dengan rekam medis

sebelumnya dan atau riwayat penyakit dahulu.

o Kasus gagal pengobatan

Pasien TB yang hasil pemeriksaan dahaknya positif atau kembali positif

pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

o Kasus kambuh (relaps)

Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan TB dan telah

dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan

BTA positif (dahak atau kultur)

o Kasus gagal

Pasien TB yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama

pengobatan

E. Penularan

Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis. Ditularkan melalui udara ( droplet nuclei) saat seorang pasien

TBC batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup

oleh orang lain saat bernafas. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak.Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan

dahak berada dalam waktu yang lama.Ventilasi dapat mengurangi jumlah

8

percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.

Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan

lembab.Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman

yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositifan hasil

pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.Faktor yang

memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi

percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

F. Faktor Resiko

1. Umur

Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda.

Di indonesia diperkirakan 75% penderita TB paru adalah kelompok usia

produktif yaitu 15-50 tahun.

2. Jenis kelamin

TB paru lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita karena laki-

laki memiliki kebiasaan merokok.

3. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai

rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan penyakit Tb paru yang pada

akhirnya akan mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat serta jenis

pekerjaan.

4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan akan mempengaruhi faktor resiko yang dihadapi setiap

individu. Bila pekerjaan berada pada lingkungan yang berdebu maka

paparan partikel debu akan berpengaruh terhadap gangguan pada saluran

pernafasan. Paparan ini akan mempengaruhi morbiditas terutama penyakit

saluran pernafasan dan umumnya TB paru.

Jenis pekerjaan akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan keluarga

yang selanjutnya berdampak pada pemeliharaan kesehatan, kepemilikan

jenis rumah, konsumsi makanan. Status gizi yang buruk akak

mempermudah tertularnya TB, begitu juga bila sudah terkena TB maka

status gizi yang buruk akan memperlambat penyembuhan. Pendapatan

9

yang rendah akan mengakibatkan ketidak mampuan membangun rumah

yang memenuhi syarat kesehatan sehingga mempermudah resiko tertular

TB.

5. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok akan meningkatkan resiko terkena TB paru sebanyak

2,2 kali.

6. Keadaan hunian kamar tidur

Luas lantai harus cukup untuk jmlah orang yang tinggal di dalam

rumah.Untuk rumah sederhana luas minimum 9m2per orang.Untuk kamar

tidur diperlukan luas minimum 3 m2/orang. Luas rumah yang terlalu

sempit akan menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen dan bila salah

satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi maka akan mempermudah

penularan pada anggota keluarga yang lain. Untuk mencegah penularan

penyakit pernafasan jarak tepi tempat tidur yang satu dengan yang lainnya

minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua

orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah 2 tahun. Untuk

menjamin volume udara cukup, disyaratkan juga langit-langit minimum

tingginya 2,75 cm.

7. Pencahayaan

Cahaya matahari dapat membunuh bakteri patogen yang ada di dalam

rumah misalnya Tb. Luas jendela minimum 10 % luas lantai. Bila

sirkulasi udara baik dan cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah

maka akan mengurangi penularan antar anggota keluarga.

8. Ventilasi

Ventilasi yang cukup sangat penting untuk menjaga sirkulasi dan

kesegaran udara.Bila ventilasi tidak mencukupi maka kelembaban udara

di dalam ruangan naik.Kelembaban yang tinggi merupakan media yang

baik bagi perkembangan bakteri patogen, termasuk TB.Untuk sirkulasi

yang baik diperlukan paling sedikit ventilasi sebesar 10% dari luas

antai.Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai dan

10

ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai.Udara juga

diperlukan untuk mengatur temperatur kamar 22-30 0 C.

9. Kondisi Rumah

Atap, dinding dan lantai dapat mejadi tempat perkembangbiakan kuman.

Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan

penumpukan debu sehingga menjadi media pertumbuhan kuman

penyebab TB.

10. Status gizi

Orang dengan status gizi yang kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk

menderita TB paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya

cukup atau lebih. Begitu juga sebaliknya, gizi yang buruk atau kurang

akan mempengaruhi imunitas seseorang.

11. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan

sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan.

Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya

beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh

terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan

kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB

Paru.

12. Perilaku

Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan

penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara

pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang

sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang

disekelilingnya.

G. Pencegahan

1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin

11

2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan

(air sabun)

3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan

4. Menghindari udara dingin

5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke

dalam tempat tidur

6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari

7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga

mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain

8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

H. Pengobatan

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)

dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat

utama dan tambahan.untuk

I. Komplikasi

Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum

pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai

pengobatan.Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah :

o Batuk darah

o Pneumotoraks

o Luluh paru

o Gagal napas

o Gagal jantung

o Efusi pleura

12

BAB III

GAMBARAN UMUM KONDISI DESA

A. KELURAHAN WONOLOPO

1. LETAK GEOGRAFIS

Wonolopo adalah kelurahan di Kecamatan Mijen, Kota Semarang,

Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.Kelurahan Wonolopo terletak pada

ketinggian ±230 m dpl.

a. Batas Wilayah

Kelurahan Wonolopo berbatasan dengan Kelurahan Ngadirejo

sebagai batas bagian utara, dengan Kelurahan Jatisari sebagai batas

selatan, dengan Keluahan Mijen sebagai batas bagian timur, dan

Kelurahan wonoplumbon sebagai batas bagian barat.

b. Suhu dan curah hujan

Kelurahan Wonolopo mempunyai suhu maksimum 30oC, dengan

curah hujan rata-rata 110 mm/th.

2. STATUS KESEHATAN

Tabel 1 Keluarga Berencana

Jumlah Pos/Klinik KB 6 buah

Jumlah PUS (pasangan usia subur) 1.039 pasang

Jumlah masuk KB 808 orang

Jumlah akseptor KB 948 orang

- PIL 186 orang

- IUD 37 orang

- Kondom 214 orang

- Suntik 311 orang

13

- MOP 8 orang

- MOW 9 orang

- KB mandiri 183 orang

3. KEPENDUDUKAN

Jumlah Kepala Keluarga : 4.477 KK

Jumlah Penduduk : 6.331 jiwa

Laki-laki : 3.158 jiwa

Perempuan : 3.173 jiwa

Luas wilayah : ………………………… km2

Tabel 2.1 Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin

0 - 5 tahun  306 Orang

6 - 16 tahun  917 Orang

17 - 25 tahun  747 Orang

26 - 55 tahun 3.022 Orang

56 Tahun keatas 1.206 Orang

Sumber : Data Monografi Kelurahan Wonolopo Juli s/d Desember 2011

Tabel 2.2 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

Belum sekolah 1. 059 orang

Tidak Tamat sekolah Dasar  378 orang

Tamat SD/sederajat 375 orang

Tamat SLTP/Sederajat 1.624 orang

Tamat SLTA/Sederajat 1.221 orang

Tamat akademi/sederajat  313 orang

Tamat Perguruan

Tinggi/Sederajat  281 orang

Sumber : Data Monografi Kelurahan Wonolopo Juli s/d Desember 2011

Tabel 2.3 Distribusi penduduk menurut mata pencaharian

14

MATA PENCAHARIAN JUMLAH

Petani 1.573 orang

Nelayan 0 orang

Peternak 151 orang

Pengusaha industri 41 orang

Pekerja buruh kasar 415 orang

Pengrajin 140 orang

PNS (ABRI/Sipil) 150 orang

Karyawan swasta 0 orang

Pensiunan 162 orang

Lain-lain 126 orang

4. PELAYANAN KESEHATAN

Di Kelurahan Wonolopo terdapat 1 unit Puskesmas yang memberikan

pelayanan kesehatan. Berdasarkan data monografi Kelurahan Wonolopo

bulan Juli sampai Desember 2011 didapatkan tenaga kesehatan yang

bekerja di puskesmas dengan kategori antara lain: dokter sebanyak 1

orang, bidan sebanyak 4 orang, perawat sebanyak 8 orang. Bentuk

pelayanan kesehatan yang membantu kinerja Puskesmas, yakni posyandu,

sebanyak 11 posyandu.

Tenaga kesehatan diluar Puskesmas yakni praktek dokter umum

sebanyak 2 orang.

5. LINGKUNGAN

Kondisi rumah dibedakan menurut sifat dan bahan bangunannya

adalah sebagai berikut: rumah dindingnya terbuat dari batu/gedung

permanen sebanyak 695 buah, rumah yang dindingnya terbuat dari

sebagian batu/gedung/semi permanen sebanyak 677 buah, rumah yang

dindingnya terbuat dari bambu/lainnya sebanyak 5 buah.

15

B. DUSUN REJOSARI

Dusun Rejosari adalah dusun yang terletak di Desa Wonolopo, Kecamatan

Mijen.Dusun ini memiliki 3 RT (RT 01, RT 02, RT 03).Di bawah ini

dijelaskan keadaan umum Dusun Rejosari.

1. STATUS KESEHATAN

Berdasarkan survey di Rejosari pada 3 RT didapatkan jumlah bayi

yang lahir hidup sebanyak 9 jiwa, dan ditemukan 1 kelahiran bayi dengan

status BBLR (berat bayi lahir rendah).

Angka kesakitan yang ditemukan dalam kurun waktu 1 bulan terakhir

sebanyak 50 jiwa. Dengan proporsi penyakit: ISPA sebanyak 39 jiwa,

tifoid sebanyak 2 jiwa, arthritis rematoid sebanyak 1 jiwa, hipertensi

sebanyak 3 jiwa. diabetes mellitus dan hipertensi sebanyak 1 jiwa, TB

paru sebanyak 1 jiwa, diare sebanyak 1 jiwa, dermatitis sebanyak 1 jiwa,

sakit gigi sebanyak 1 jiwa.

Angka kematian yang ditemukan dalam 1 tahun terakhir sebanyak 2

jiwa dengan kategori umum (bukan bayi, balita, atau ibu bersalin).

2. KEPENDUDUKAN

Berdasarkan survey yang dilakukan didapatkan jumlah kepala keluarga

di Dusun Rejosari sebanyak 59 KK.Jumlah penduduk sebanyak 200 jiwa

dengan rincian laki-laki sebanyak 98 jiwa dan perempuan 102 jiwa.

16

Grafik 3.1. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin

17

Grafik 3.2. Distribusi penduduk

menurut tingkat pendidikan

322

15

14

59

28

40

19

Tingkat pendidikan

Tidak pernah sekolah Belum sekolahTidak tamat SDbelum tamat SDTamat SD/sederajatTamat SLTP/sederajatTamat SLTA/sederajatTamat perguruan tinggi/akademi

18

Tidak

pernah

seko

lah

Belum se

kolah

Tidak

tamat

SD

belum ta

mat SD

Tamat

SD/se

derajat

Tamat

SLTP/se

derajat

Tamat

SLTA/se

derajat

Tamat

perguru

an tingg

i/aka

demi

0.00%5.00%

10.00%15.00%20.00%25.00%30.00%35.00%

2%

11%8% 7%

30%

14%

2%

10%

Tingkat Pendidikan

19

Grafik 3.3. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian

17

53

20

2

10

32

246

30

11

22

mata pencaharian

PetaniPedagangPeternakPengusaha industriPekerja buruh kasarPengrajinPNSKaryawan swastaPensiunanpelajarIRTtidak bekerjabelum bekerja

Petani

Pedag

ang

Petern

ak

Pengu

saha i

ndustri

Pekerj

a buru

h kasar

Pengra

jin PNS

Karyaw

an sw

asta

Pensiu

nan

pelajar IRT

tidak bek

erja

belum bek

erja

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

8.50%

2.50%1.50%0.00%

10.00%

1.00%

5.00%

16.00%

1.00%

23.00%

15.00%

5.50%

11.00%

Mata Pencaharian

20

3. PELAYANAN KESEHATAN

Berdasarkan survey tenaga kesehatan di Dusun Rejosari terdapat

seorang bidan. Data imunisasi bayi dengan kriteria umur maksimal 12

bulan dengan jumlah bayi sebanyak 9 jiwa, antara lain BCG sebanyak 7

jiwa, DPT I sebanyak 5 jiwa, DPT II sebanyak 5 jiwa, DPT III sebanyak 7

jiwa, Polio I sebanyak 7 jiwa, Polio II sebanyak 7 jiwa, Polio III sebanyak

5 jiwa, Polio IV sebanyak 5 jiwa, Campak sebanyak 1 jiwa, Hepatitis B

sebanyak 8 jiwa.

Jumlah balita sebanyak 17 jiwa dengan gizi baik sejumlah 17 balita,

dan tidak ditemukan balita dengan gizi kurang dan gizi buruk.

Balita yang diberi ASI dengan kriteria balita berumur maksimal 2

tahun sejumlah 16 balita, sedangkan yang tidak diberi ASI tidak

ditemukan.

Grafik 4 Imunisasi pada balita

BCGDPT I

DPT II

DPT III

Polio I

Polio II

Polio III

Polio IV

Campak

Hepati

tis B0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

2

3

4

5

6

7

8

9 10

7 5 5 7 7 7 5 5 1 8

Jumlah Imunisasi Bayi

21

4. PERILAKU

Berdasarkan hasil survey ada tiga kategori penilaian perilaku yang

merupakan indikator bersih dan sehatnya perilaku suatu keluarga, yakni

perilaku mandi, perilaku buang air besar (BAB) dan keluarga sadar gizi

(KADARZI).

Perilaku mandi warga Dusun Rejosari adalah sebagai berikut:

frekuensi mandi 1 kali sehari sebanyak 3 KK, serta frekuensi mandi 2 kali

sehari sebanyak 56 KK. Warga yang mempunyai kamar mandi sendiri

sebanyak 57 KK, yang menggunakan pemandian umum sebanyak 2

KK.Ditilik berdasarkan penggunaan sabun saat mandi sejumlah 59 KK

artinya seluruh KK yang menjadi responden menggunakan sabun saat

mandi.

Perilaku BAB warga Dusun Rejosari yang menggunakan agsatrine

(kakus) sejumlah 54 KK).Dan sebanyak 5 KK menggunakan

jumbleng/cemplung.

Keluarga sadar gizi memiliki indikator antara lain keluarga makan

aneka ragam makanan sejumlah 42 KK yang tidak sejumlah 17 KK,

keluarga (bumil/balita) memantau kesehatan dan pertumbuhan dengan cara

menimbang berat badan sebanyak 16 yang tidak 1 KK, keluarga yang

menggunakan garam beryodium dalam makanan sehari-hari sejumlah 54

KK yang tidak 5 KK, Ibu yang memberi ASI sampai bayi berumur 4 bulan

sejumlah 9 KK yang tidak memberi ASI sampai bayi berumur 4 bulan

sejumlah 5 KK.

22

Grafik 5.1. Perilaku Mandi

Mandi 1

kali

Mandi 2

kali

Mandi 3

kali

KM sendiri

Peman

dian umum

Sunga

i

Pakai

sabun

Tidak

pakai

sabun

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

5.08%

94.90%

0.00%

96.66%

3.33% 0.00%

100.00%

0.00%

Grafik 5.2. Perilaku BAB

angsatrin (kakus) jumbleng / cemplung

kolam ikan sembarang tempat

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

91.50%

8.84%0.00% 0.00%

23

Grafik 5.3. Keluarga sadar gizi

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

71.18%

94.11% 91.52%

64.28%

28.81%

5.88% 8.47%

35.71%

yatidak

5. LINGKUNGAN

Dalam survey yang dilakukan pada 48 rumah terdapat rumah yang

dinyatakan layak sehat sebanyak 34 rumah sedangkan yang tidak layak

sehat sebanyak 14 rumah.Dari 48 rumah tersebut diantaranya

menggunakan sumber air berasal dari sumur pompa/sumur gali sebanyak

58 KK dan sisanya menggunakan PAM sebanyak 1 KK.

Rumah yang memiliki penampungan air kotor dengan metode SPAL

sebanyak 54 KK dan yang menggunakan metode peresapan terbuka

sebanyak 2 KK, dan yang membuang sembarangan ada 3 KK.

Kondisi jendela rumah yang dibuka rutin terdapat 51 KK dan sisanya

tidak membuka jendela secara rutin sebanyak 8 KK.

Dalam kategori pembuangan sampah, sejumlah 1 KK diangkat oleh

UKS, kemudian sejumlah 57 KK dikumpulkan dibakar/pupuk, serta 1 KK

membuang sampah di sungai/sembarangan.

24

KK yang mempunyai kandang ternak sebanyak 33 KK, yang terpisah

dengan rumahnya sebanyak 26 KK sedangkan yang menempel/di dalam

rumah sebanyak 7 KK.

KK yang memiliki halaman bersih sebanyak 44 KK sedangkan yang

tidak bersih sebanyak 15 KK.

Kepala keluarga yang memiliki rumah yang dikategorikan memiliki

kepadatan lalat tinggi sebanyak 20 KK, sedangkan yang dikategorikan

memiliki kepadatan lalat rendah sebanyak 39 KK.

Kepala keluarga yang memiliki rumah yang dikategorikan memiliki

kepadatan jentik nyamuk tinggi sebanyak 10 KK , sedangkan yang

dikategorikan memiliki jentik nyamuk rendah sebanyak 49 KK.

Di Dusun Rejosari terdapat organisasi sosial/kemasyarakatan sebanyak

4 jenis diantaranya PKK, arisan, pengajian, dan kumpul RT/RW.

25

Diagram 1 Kesehatan Lingkungan

70.83%29.16

%

98.30%

1.69%

91.52%

3.38%5.08%

86.44%

13.55%

1.69%96.61%

1.69%78.78

%

21.21%

74.57%

25.42%

33.89%

66.10%

16.94%

83.05%

rumah layak sehat

rumah tidak sehat

sumber air sumur pompa / gali

sumber air perlindungan mata air

sumber air penampungan air hujan

sumber air sungai

SPAL

peresapan terbuka

selokan ke sungai

air kotor dibuang sembarangan

ada jendela dibuka

ada jendela ditutup

tidak ada jendela

sampah diangkat oleh UKS

sampah dikumpulkan dibakar/pupuk

dibuang di lubang sampah

sampah dibuang disungai/ sembarangn

kandang ternak terpisah

kandang ternak didalam rumah/menempel

halaman pekarangan bersih

halaman tidak bersih

lalat kepadatan tinggi

lalat kepadatan rendah

jentik nyamuk kepadatan tinggi

jentik nyamuk kepadatan rendah

26

BAB IV

PRIORITAS MASALAH DAN PENGAMBIALN KEPUTUSAN

(PMPK)

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi masalah akan berdasarkan data primer yang diperoleh melalui

survey kesehatan masyarakat di Dusun Rejosari (RW 3) Kelurahan Wonolopo

Kec. Mijen Semarang, dan didapatkan angka kesakitan sebagai berikut :

1. ISPA (39 kasus)

2. Hipertensi (3 kasus)

3. Typhoid (2 kasus)

4. TB (1 kasus)

5. Diare (1 kasus)

B. PRORITAS MASALAH

Untuk menentukan prioritas masalah digunakan metode Hanlon Kualitatif

dengan beberapa kriteria diantaranya :

1. Kriteria urgensi

2. Kriteria seriousness

3. Kriteria growth

Kemudian total nilai dari ketiga kriteria tersebut dijumlahkan, sehingga

didapatkan prioritas masalah berdasarkan banyaknya skor akhir.

27

Tabel 3.1 KriteriaUrgensi

Masalah Hipertensi ISPA Diare Typoid TB

Total

Horizo

ntal

Hipertensi - - - - 0

ISPA - - - 0

Diare + - 1

Typoid - 0

TB 0

Total Vertikal 0 1 2 2 4

Total Horizontal 0 0 1 0 0

Total 0 1 3 2 4

Tabel 3.2 Kriteria Seriousness

Masalah Hipertensi ISPA Diare Typoid TB

Total

Horizo

ntal

Hipertensi + - - - 1

ISPA - - - 0

Diare - - 0

Typoid - 0

TB 0

Total Vertikal 0 0 2 3 4

Total Horizontal 1 0 0 0 0

Total 1 0 2 3 4

28

Tabel 3.3 Kriteria Growth

Masalah Hipertensi ISPA Diare Typoid TB

Total

Horizo

ntal

Hipertensi - - - - 0

ISPA - + - 1

Diare + - 1

Typoid - 0

TB 0

Total Vertikal 0 1 2 1 4

Total Horizontal 0 1 1 0 0

Total 0 2 3 1 4

Tabel 3.4. Penilaian Prioritas Masalah

Masalah Urgency Seriousness Growth JumlahPrioritas

masalah

Hipertensi 0 1 0 1 V

ISPA 1 0 2 3 IV

Diare 3 2 3 8 II

Thypoid 2 3 1 6 III

TB 4 4 4 12 I

PRIORITAS MASALAH :

1. TB

2. Diare

3. Typhoid

4. ISPA

5. Hipertensi

29

Status kesehatan :KelahiranKesakitanKematian

UHHStatus gizi

Perilaku :MandiBABKeluarga sadar gizi

Kependudukan :Jenis kelaminUmurTingkat pendidikanPekerjaan

Kesehatan lingkungan :PerumahanSumber airPenampungan air kotorJendela rumahPembuangan sampahKandang ternakHalaman pekaranganLalatJentik nyamukSosial

Pelayanan kesehatan :

Tenaga kesehatanPeran serta masyarakat (kaderPosyanduPKMImunisai bayiBalitaKIA/KB

Berdasarkan metode Hanlon Kualitatif diatas maka didapatkan prioritas

masalah yang paling utama yaitu tentang penyakit TB.

C. ANALISIS PENYEBAB (HL BLUM)

Untuk menganalisis penyebab masalah, digunakan konsep HL

Blum.Dalam konsep HL Blum, status kesehatan dapat dinilai dari beberapa

indikator, diantaranya kelahiran, kesakitan, kematian, umur harapan hidup

(UHH), status gizi dan sebagainya.Status kesehatan tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan

kependudukan. Hubungan antara status kesehatan dan factor yang

mempengaruhinya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.1. Analisis Penyebab

30

Tabel 4.1 Kriteria HL BLUM

Masalah Faktor Determinan

Lingkungan Perilaku YanKes Penduduk

TB - Masih banyak rumah

yang tidak layak

sehat. (29,16%)

- Masih terdapat rumah

dengan jendela yang

tidak memenuhi

syarat baik secara

kualitas dan

kuantitas. (13,55%)

- Masih terdapat

kandang ternak di

dalam rumah.

(21,21%)

- Masih terdapat

warga yang

kebutuhan gizinya

kurang terpenuhi.

(28,18%)

- Masih terdapat bayi

yang tidak

mendapatkan ASI

eksklusif.

- Kurangnya

penyuluhan mandiri

mengenai TB.

- Kurang berjalannya

kegiatan kunjungan

terhadap warga yang

sakit oleh petugas.

- Jumlah laki-laki kelompok umur

dewasa muda lebih banyak.

- Kurangnya pengetahuan

masyarakat mengenai PHBS,

Kesehatan rumah dan

lingkungan yang berhubungan

dengan penyakit TB

- Rendahnya tingkat pendidikan

(Tamat SD) 29%.

- Banyaknya warga yang bekerja

di kawasan berdebu (peternak,

buruh kasar, dan karyawan

pabrik).

- Rata-rata tingkat ekonomi

menengah ke bawah.

31

Analisis penyebab masalah dengan menggunakan konsep HL Blum

didapatkan beberapa penyebab masalah antara lain :

A. Masih banyak rumah yang tidak layak sehat.

B. Masih terdapat rumah dengan jendela yang tidak memenuhi syarat baik

secara kualitas dan kuantitas.

C. Masih terdapat kandang ternak di dalam rumah

D. Masih terdapat warga yang kebutuhan gizinya kurang terpenuhi.

E. Masih terdapat bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.

F. Kurangnya penyuluhan mandiri mengenai TB.

G. Kurang berjalannya kegiatan kunjungan terhadap warga yang sakit oleh

petugas.

H. Jumlah laki-laki kelompok umur dewasa muda lebih banyak.

I. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai PHBS, Kesehatan rumah

dan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit TB

J. Rendahnya tingkat pendidikan (Tamat SD) 29%.

K. Banyaknya warga yang bekerja di kawasan berdebu (peternak, buruh

kasar, dan karyawan pabrik).

L. Rata-rata tingkat ekonomi menengah ke bawah.

32

Beberapa penyebab masalah di atas diprioritaskan dengan menggunakan

Tabel 5.1. Paired Comparation

A B C D E F G H I J K L T.

Horizontal

A A A A A F A A I A A A 9

B B B B F B B I B B B 8

C C C F C C I C C C 7

D D F G D I D D D 5

E F G E I J K E 2

F F F I F F F 5

G G I G G G 4

H I J K H 1

I I I I 3

J J J 2

K K 1

L 0

T. Vertikal 0 0 0 0 0 5 2 0 8 2 2 0

T.

Horizontal

9 8 7 5 2 5 4 1 3 2 1 0

TOTAL 9 8 7 5 2 10 6 1 11 4 3 0

Berdasarakan tabel Paired Comparation didapatkan urutan penyebab

masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai PHBS, Kesehatan rumah

dan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit TB.

2. Kurangnya penyuluhan mandiri mengenai TB.

3. Masih banyak rumah yang tidak layak sehat.

4. Masih terdapat rumah dengan jendela yang tidak memenuhi syarat baik

secara kualitas dan kuantitas.

33

5. Masih terdapat kandang ternak di dalam rumah

6. Kurang berjalannya kegiatan kunjungan terhadap warga yang sakit oleh

petugas.

7. Masih terdapat warga yang kebutuhan gizinya kurang terpenuhi.

8. Rendahnya tingkat pendidikan (Tamat SD) 29%.

9. Banyaknya warga yang bekerja di kawasan berdebu (peternak, buruh

kasar, dan karyawan pabrik).

10. Masih terdapat bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.

11. Jumlah laki-laki kelompok umur dewasa muda lebih banyak.

12. Rata-rata tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Tabel 5.2. Kumulatif

Urutan Masalah Skor Perhitungan % %

kumulatif

1 I 11 11/66 x 100% 16,66 16,66

2 F 10 10/66 x 100% 15,15 31,81

3 A 9 9/66 x 100% 13,63 45,44

4 B 8 8/66 x 100% 12,12 57,56

5 C 7 7/66 x 100% 10,60 68,16

6 G 6 6/66 x 100% 10,00 78,16

7 D 5 5/66 x 100% 7,57 85.73

8 J 4 4/66 x 100% 6,06 91,79

9 K 3 3/66 x 100% 4,54 96,33

10 E 2 2/66 x 100% 3,03 99,36

11 H 1 1/66 x 100% 1,51 100%

12 L 0 0/66 x 100% 0 100%

34

Gambar 4.2. Diagram Pareto

I F A B C G D J K E H L0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

16.66%31.81%

45.44%57.56%

68.16%78.16%

85.73%91.79%96.33%99.36%100.00%100.00%

PersenPersen Kumulatif

Menurut Pareto tidak semua penyebab masalah harus diselesaikan cukup

menyelesaikan penyebab masalah dimana persen kumulatifnya mencapai

80%. Dengan demikian, ada tujuh penyebab masalah yang harus diselesaikan,

antara lain :

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai PHBS, Kesehatan rumah

dan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit TB.

2. Kurangnya penyuluhan mandiri mengenai TB.

3. Masih banyak rumah yang tidak layak sehat.

4. Masih terdapat rumah dengan jendela yang tidak memenuhi syarat baik

secara kualitas dan kuantitas.

5. Masih terdapat kandang ternak di dalam rumah

6. Kurang berjalannya kegiatan kunjungan terhadap warga yang sakit oleh

petugas.

7. Masih terdapat warga yang kebutuhan gizinya kurang terpenuhi.

35

D. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Alternatif pemecahan masalah :

1. Penyuluhan penyakit TB dan faktor resikonya.

2. Penyuluhan makanan sehat, murah dan bergizi.

3. Membagi genting kaca untuk setiap rumah.

4. Melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas Mijen untuk

melaksanakan kunjungan rumah penderita TB.

E. PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tabel 6.1. Kriteria mutlak

kegiatan Input output Keterangan

man material money marketing methode

I 1 1 1 1 1 1 Lolos

II 1 0 0 1 1 1 Tidak lolos

III 1 0 0 1 1 1 Tidak lolos

IV 1 1 1 1 1 1 Lolos

Tabel 6.2. Kriteria keinginan

Kegiatan Mudah (60) Berkembang

(40)

Berkesinambungan

(20)

Jumlah

I 8 x 60 = 480 8 x 40 = 320 8 x 20 = 160 960

IV 8 x 60 = 480 4 x 40 = 160 6 x 20 = 120 760

Setelah diuji dengan kriteria mutlak dan kriteria keinginan maka

dipilihlah kegiatan I untuk dilaksanakan, yaitu akan dilakukan penyuluhan

tentang TB dan faktor resikonya.

36

F. PENYUSUSNAN RENCANA KEGIATAN

Tabel 7 Plan of Action (POA)

Penyuluhan “TB dan Faktor Resikonya”

NoKegiatan

What

(Uraian)

Who

(Pelaksana)

When

(Waktu)

Where

(Tempat)

How Much

(Biaya)

1 Persiapan

(Perencanaan)

1. Persiapan materi penyuluhan

(leaflet):

a. Penyakit TB

b. Rumah sehat

2. Pembagian undangan kepada warga

RW 3

Mahasiswa FK

Unimus

Selasa, 31

Januari 2012

Laboratorium

Kesehatan

Masyarakat

UNIMUS

1. Biaya fotocopy :

Rp 20.000,-

2. Biaya print : Rp

10.000,-

2 Pelaksanaan 1. Penyuluhan:

a. Definisi TB

b. Gejala dan tanda TB

c. Cara penularan TB

d. Pengobatan TB

e. Pencegahan TB

Pelaksana:

Mahasiswa FK

Unimus

Sasaran:

Warga RW 3

Rabu, 1

Februari

2012

Rumah

Kepala RW 3

dusun

Rejosari

kelurahan

Wonolopo

1. Biaya

Konsumsi : Rp

150.000,-

2. Biaya

sourvenir: Rp

100.000,-

37

f. Komplikasi TB

2. Metode penyuluhan langsung

menggunakan teknik komunikasi dua

arah.

3. Alat : LCD, Leaflet, laptop.

4. Pretest dan Postest yang dilakukan

secara lisan.

dusun Rejosari

kelurahan

Wonolopo

Semarang

Semarang

3 Pengawasan,

Pengendalian,

Penilaian

1. Laporan kegiatan

2. Evaluasi langsung oleh DPL

3. Indikator keberhasilan:Terjadi

peningkatan pengetahuan

masyarakat tentang TB dan faktor

resikonya yang ditunjukkan

dengan adanya peningkatan

kemampuan menjawab

pertanyaan pretest dan postes.

Mahasiswa FK

Unimus

kepada DPL

25 Januari –

3 Februari

2012

Laboratorium

Kesehatan

Masyarakat

Unimus,

Kampus

Unimus

38

G. INTERVENSI KEGIATAN

Plan of action (POA) Penyuluhan TBC dan faktor resikonya dilaksanakan

setelah POA ini disetujui dalam musyawarah masyarakat desa (MMD) pada

Sabtu, 28 Januari 2012.POA ini sendiri dilaksanakan pada hari Rabu, 01

Februari 2012 bertempat di kediaman Ketua RW 03 Dusun Rejosari

Kelurahan Wonolopo.Penyuluhan ini dilaksanakan bersamaan dengan

kegiatan pertemuan rutin bulanan PKK.

Kegiatan penyuluhan dimulai pada pukul 16.30 WIB sampai dengan 17.50

WIB.Dengan jumlah peserta 23 warga yang terdiri dari kader PKK dan warga.

Adapun susunan acara terdiri dari ; pembukaan oleh Ketua kelompok,

perkenalan mahasiswa, pretes tentang TBC secara lisan, penyuluhan tentang

TBC dan faktor resikonya, Tanya jawab, post tes dan penutup. Penyuluhan

berjalan dengan kondusif diikuti dengan season Tanya jawab yang berjalan

cukup antusias.

Pada season pretes diberikan lima pertanyaaan pada peserta yaitu ; 1).

Definisi TB, 2). Gejala dan tanda TB, 3). Penularan TB, 4). Faktor resiko TB,

5).Pencegahan penularan dan pengobatan TB. Dari lima pertanyaan tersebut

hanya satu pertanyaan yang berhasil dijawab oleh 1 peserta, yaitu definisi TB.

Adapun materi yang disampaikan dalam penyuluhan meliputi definisi, gejala

dan tanda, penularan, faktor resiko, pencegahan, pengobatan, komplikasi dan

bahaya TB pada anak serta himbauan untuk mewaspadai TB.

Tanya jawab dilakukan setelah penyuluhan diberikan dan berlangsung

selama 30 menit dengan enam pertanyaan dari peserta penyuluhan. Pertanyaan

yang diajukan peserta antara lain tentang ; 1). Hubungan antara kipas angin

dengan batuk, 2).Perbedaan antara batuk TB dan non TB, 3). Gejala lain TB

(gejala TB ekstra paru), 4). Nyeri sendi lutut, 5). Kistoma Ovari, 6). Hipertensi

dan gizi. Season post tes terdiri dari lima pertanyaan yang sama dengan

pertanyaan pretes. Kelima pertanyaan tersebut dapat dijawab oleh lima orang

39

peserta. Setelah post test dilanjutkan dengan penutupan dan doa’. Acara

penyuluhan TB dan faktor resikonya berjalan dengan lancar dan peserta

penyuluhan cukup antusias.

H. EVALUASI KEGIATAN

Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar meski terjadi keterlambatan

pelaksanaan acara dikarenakan peserta datang tidak sesuai dengan jadwal

undangan.Peserta cukup antusias mengikuti acara penyuluhan ditunjukan dari

banyaknya pertanyaan yang diajukan peserta meski pertanyaan diluar tema

penyuluhan. Terjadi peningkatan pengetahuan peserta yang dinilai dari

peningkatan kemampuan menjawab pertanyaan pretes dan post tes. Pada

pretas peserta hanya mampu manjawab satu pertanyaan dari lima pertanyaan

oleh satu orang sedangkan pada post tes lima pertanyaan dapat dijawab oleh

lima orang. Jalannya acara dimeriahkan dengan adanya pembagian bingkisan

untuk peserta yang bisa menjawab pertanyaan.

40

BAB V

PEMBAHASAN

Pengambilan data status kesehatan masyarakat dilakukan melalui survey

kesehatan masyarakat dengan menggunakan kuesioner.Survey tersebut dilakukan

pada tanggal 25 januari 2012. Berdasarkan hasil survey didapatkan data masalah

kesehatan masyarakat yang ada di Dusun Rejosari RW III Kelurahan Wonolopo

antara lain; Infeksi Saluran Pernafasan Akut (78%), Hipertensi (4%), TBC (2%),

Thypoid (2%), dan Arthritis Reumathoid (2%). Masalah tersebut merupakan lima

besar masalah yang ditemukan. Survey yang telah dilakukan memiliki

keterbatasan yaitu waktu pelaksanaan survey yang terlalu singkat sehingga

sosialisasi kepada masyarakat kurang optimal.Disamping itu, terjadi penolakan

oleh masyarakat untuk mengikuti survey maupun menolak untuk dilakukan

observasi bangunan fisik setelah wawancara.

Setelah didapatkan data masalah kesehatan masyarakat kemudian

dilakukan penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon

Kualitatif.Kriteria dalam metode ini yaitu urgency, seriousness, dan

growth.Setelah itu, didapatkan masalah yang menjadi prioritas adalah

Tuberkulosis (TB).Metode Hanlon Kualitatif menitikberatkan pada penilaian

subjektif atas suatu masalah yang meliputi kegawatan, keparahan, dan

perkembangan.

Dengan pendekatan konsep HL Blum, maka analisis penyebab masalah

dilakukan. Dari proses tersebut didapatkan penyebab masalah TB yang ada di RW

III Dusun Rejosari terdiri dari beberapa faktor. Faktor lingkungan yang menjadi

penyebab yaitu kondisi jendela dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat

(13,55%), rumah tidak layak sehat (29, 16%), kandang di dalam rumah (21,21%).

Kondisi tersebut menyebabkan udara di dalam rumah menjadi lembab sehingga

memudahkan penularan TB. Faktor perilaku masyarakat yang menjadi penyebab

yaitu adanya keluarga yang tidak memakan aneka ragam makanan sebesar

41

28,81%. Dengan makan makanan yang tak beraneka ragam, memungkinkan status

gizi menjadi kurang yang pada akhirnya mempengaruhi imunitas dan

memudahkan terjadinya infeksi. Adapun faktor kependudukan yang menjadi

penyebab yaitu rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, mayoritas (29,5 %)

tamat SD, mayoritas pekerjaan masyarakat (16%) adalah karyawan swasta.

Tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan dan perilaku

kesehatan sehingga akan menjadi faktor resiko penularan TB. Di wilayah RW III

tidak tersedia fasilitas pelayanan kesehatan, namun hanya ada satu orang tenaga

kesehatan (bidan) yang berdomisili di wilayah tersebut.

Dari penyebab masalah tersebut di atas, dilakukan suatu penentuan

prioritas penyebab masalah dengan metode paired compare. Dalam metode ini

dilakukan pembandingan secara berpasangan dari masing-masing penyebab

masalah. Dari metode ini didapatkan urutan prioritas penyebab masalah sebagai

berikut;

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai PHBS, Kesehatan rumah

dan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit TB.

2. Kurangnya penyuluhan mandiri mengenai TB.

3. Masih banyak rumah yang tidak layak sehat.

4. Masih terdapat rumah dengan jendela yang tidak memenuhi syarat baik

secara kualitas dan kuantitas.

5. Masih terdapat kandang ternak di dalam rumah

6. Kurang berjalannya kegiatan kunjungan terhadap warga yang sakit oleh

petugas.

7. Masih terdapat warga yang kebutuhan gizinya kurang terpenuhi.

8. Rendahnya tingkat pendidikan (Tamat SD) 29%.

9. Banyaknya warga yang bekerja di kawasan berdebu (peternak, buruh

kasar, dan karyawan pabrik).

10. Masih terdapat bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.

11. Jumlah laki-laki kelompok umur dewasa muda lebih banyak.

12. Rata-rata tingkat ekonomi menengah ke bawah.

42

Kemudian dengan menggunakan konsep Pareto, yaitu cukup menyelessaikan

penyebab masalah yang presentase kumulatifnya ≤ 80% maka didapatkan

penyebab masalah yang harus diselesaikan yaitu;

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai PHBS, Kesehatan rumah

dan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit TB.

2. Kurangnya penyuluhan mandiri mengenai TB.

3. Masih banyak rumah yang tidak layak sehat.

4. Masih terdapat rumah dengan jendela yang tidak memenuhi syarat baik

secara kualitas dan kuantitas.

5. Masih terdapat kandang ternak di dalam rumah

6. Kurang berjalannya kegiatan kunjungan terhadap warga yang sakit oleh

petugas.

7. Masih terdapat warga yang kebutuhan gizinya kurang terpenuhi.

Dari beberapa penyebab masalah tersebut dengan binstorming diusulkan

beberapa alternative pemecahan masalah, yaitu; 1). Penyuluhan penyakit TB dan

faktor resikonya., 2). Penyuluhan makanan sehat, murah dan bergizi, 3).Membagi

genting kaca untuk setiap rumah, 4).Melakukan koordinasi dengan pihak

Puskesmas Mijen untuk melaksanakan kunjungan rumah penderita TB. Dengan

menggunakan kriteria mutlak dan keinginan yaitu mempertimbangkan

pelaksanaan alternatif pemecahan masalah berdasarkan man (SDM), money

(biaya), material (alat),method (cara), dan marketing (sosialisasi) serta keinginan

kelopok yang didasarkan pada aspek kemudahan pelaksanaan, kemugkinan

berkembang, serta kesinambungan suatu program maka didapatkan alternative

yang dijadikan POA yaitu penyuluhan penyakit TB dan factor resikonya.

Penyusunan POA dilkukan dengan brainstorming kelompok serta

konfirmasi dengan ketua RW serta dosen pembimbing lapangan. POA yang telah

disusun tersebut tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar, tapi

membutuhkanantusiasme masyarakat serta metode yang menarik sehingga materi

yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

43

Pada pelaksanana POA, warga yang hadir hanya 23 orang dari 48

undangan, hal ini dikarenakan waktu sosialisasi kegiatan yang singkat. Meski

peserta cukup antusias, tetapi bahasa masih merupakan kendala yang cukup

berarti.Selain itu, penyaji adalah mahasiswa yang belum terlatih untuk

melaksanakan penyuluhan.Disamping itu, tingkat pendidikan peserta masih

menjadi kendala penyampaian materi.Sebagian besar merupakan tamatan SD atau

sederajat.

Penyuluhan TB dan faktor resikonya cukup berhasil.Pada saat pretes,

peserta hanya satu orang yang bisa menjawab pertanyaan sejumlah satu butir

pertanyaa. Pada saat postes terdapat lima pertanyaan yang bisa dijawab oleh lima

peserta. Meski terjadi beberapa kendala, namun scara keseluruhan penyuluhan

dapat dikatakan cukup berhasil yang ditunjukkan dengan adanya peninkatan

kemampuan menjawab pertanyaan peserta.

44

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dari data hasil survey yang telah dilakukan di Dusun Rejosari RW 03

Kelurahan Wonolopo didapatkan masalah kesehatan antara lain ; Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (78%), Hipertensi (4%), TBC (2%), Thypoid

(2%), dan Arthritis Reumathoid (2%).

2. Hasil identifikasi masalah dengan menggunakan Hanlon Kualitatif

didapatkan prioritas masalah sebagaai berikut; TBC, Diare, Thypoid,

ISPA, Hipertensi. Tiga urutan teratas yaitu ; TBC, Diare, Thypoid.

3. Analisis penyebab masalah dengan pendekatan HL Blum antara lain :

TB :

a. Lingkungan :

- Masih banyak rumah yang tidak layak sehat. (29,16%)

- Masih terdapat rumah dengan jendela yang tidak memenuhi syarat

baik secara kualitas dan kuantitas. (13,55%)

- Masih terdapat kandang ternak di dalam rumah. (21,21%)

b. Perilaku

- Masih terdapat warga yang kebutuhan gizinya kurang terpenuhi.

(28,18%)

- Masih terdapat bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.

c. Pelayanan Kesehatan

- Kurangnya penyuluhan mandiri mengenai TB.

- Kurang berjalannya kegiatan kunjungan terhadap warga yang sakit

oleh petugas.

d. Kependudukan

- Jumlah laki-laki kelompok umur dewasa muda lebih banyak.

- Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai PHBS, Kesehatan

rumah dan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit TB

- Rendahnya tingkat pendidikan (Tamat SD) 29%.

45

- Banyaknya warga yang bekerja di kawasan berdebu (peternak,

buruh kasar, dan karyawan pabrik).

- Rata-rata tingkat ekonomi menengah ke bawah.

4. Alternative pemecehan masalah sebagai berikut :

a. Penyuluhan penyakit TB dan faktor resikonya.

b. Penyuluhan makanan sehat, murah dan bergizi.

c. Membagi genting kaca untuk setiap rumah.

d. Melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas Mijen untuk

melaksanakan kunjungan rumah penderita TB.

5. Perencanaan kegiatan yang terpilih berdasarkan metode ilmiah yaitu;

penyuluhan tentang TB dan faktor resikonya.

B. SARAN

1. Untuk PBL berikutnya diharapkan untuk memberikan waktu survey yang

lebih panjang.

2. Sosialisasi pelaksanaan POA lebih ditingkatkan.

3. Meningkatkan peran kader dalam melakukan upaya peningkatan kesehatan

masyarakat.

4. Perlu adanya upaya – upaya peningkatan kesehatan dengan cara

meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) oleh

pihak yang terkait (kader kesehatan, Forum Kesehatan Desa, Tenaga

Kesehatan) berkaitan dengan penyakit TB.

46

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman nasional penanggulangan TB Indonesia. 2007. Jakarta: DEPKES RI2. Soepandi, Priyanti Z. Diagnosis Dan Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya

Tb-Mdr. Jakarta : Departemen Pulmonologi & Ilmu kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan

3.

47