laporan tutorial modul bintil di wajah

9
Fakultas Kedokteran Laporan Tutorial Universitas Alkhairaat Palu, 13 Januari 2015 SISTEM INDERA KHUSUS MODUL 2 BINTIL DI WAJAH Disusun Oleh: Nama : Rahmatia Anwar Stambuk : 12 777 014 Kelompok : IV (Empat) Pembimbing : dr. Nur Rahmah, M.Kes, Sp.KK

Upload: rachma-tya-anwar

Post on 13-Apr-2016

363 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Laporan Tutorial Modul Bintil Di Wajah

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Modul Bintil Di Wajah

Fakultas Kedokteran Laporan TutorialUniversitas Alkhairaat Palu, 13 Januari 2015

SISTEM INDERA KHUSUSMODUL 2

BINTIL DI WAJAH

Disusun Oleh:

Nama : Rahmatia Anwar

Stambuk : 12 777 014

Kelompok : IV (Empat)

Pembimbing : dr. Nur Rahmah, M.Kes, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

PALU

2015

Page 2: Laporan Tutorial Modul Bintil Di Wajah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario

Seorang laki-laki 17 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan bintil

kemerahan pada daerah wajah yang telah dialami sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat

keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada. Hasil pemeriksaan

laboratorium dalam batas normal.

B. Kata Kunci

1. Laki-laki, 17 tahun

2. Bintil kemerahan pada wajah

3. Sejak 1 bulan

4. Riwayat keluarga tidak ada

5. Hasil Laboratorium normal

Page 3: Laporan Tutorial Modul Bintil Di Wajah

BAB II

PEMBAHASAN

ACNE VULGARIS

A. BATASAN

Akne vulgaris adalah peradangan menahun folikel pilosebasea yang

ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista. Pada tempat

predileksi di muka, leher, bahu, lengan atas, dada dan punggung.

B. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel

yang biasanya longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas dari

saluran folikel tersebut.

2. Produksi sebum yang meningkat, menyebabkan peningkatan unsur

komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadi akne.

3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses

inflamasi dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada

patogenesis penyakit.

4. Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes,

Staphylococcus epidermidis, Pityrosporum ovale dan Pityrosporum

orbiculare) yang berperan pada proses kemotatik inflamasi serta

pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.

5. Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies

yang memperberat akne.

6. Hormon

Hormon androgen memegang peranan penting, karena dapat

meningkatkan aktivitas kelenjar sebasea. Estrogen secara fisiologis tidak

berpengaruh langsung terhadap produksi sebum, tetapi estrogen dapat

menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis,

gonadotropin memiliki efek menurunkan sebum.

Page 4: Laporan Tutorial Modul Bintil Di Wajah

7. Stress dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik secara langsung

atau melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis

8. Faktor lain : iklim, kosmetik, diet, ras dan familial.

C. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis akne vulgaris berupa komedo, papul,pustul, nodul, dan

kista. Pillsburry membagi klasifikasi akne vulgaris menjadi 4 tingkat, yaitu:

1. Komedo di muka

2. Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka

3. Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada dan

punggung

4. Akne konglobata

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang khusus berupa ekskohleasi komedo (pengeluaran

sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna/comedo extractor)

dengan mudah dapat dilakukan untuk membuktikan apakah papul kecil yang

terjadi benar sebuah komedo karena komedo merupakan gejala patognomonik

akne. Sebum yang tersumbat pada akne tampak sebagai masa padat seperti lilin

atau nasi lunak yang ujungnya kadang-kadang berwarna hitam..

E. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

Pemeriksaan histopatologis tidak spesifik berupa sebukann sel radang

kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan masa sebum di dalam folikel.

Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang diduga memegang peranan

penting dalam proses biokimia sebum (enzim lipase kuman mengubah trigliserida

menjadi asam lemak bebas yang lebih padat) dapat dilakukan untuk tujuan

penelitian etiologis dan terapeutik.

Page 5: Laporan Tutorial Modul Bintil Di Wajah

F. PENATALAKSAAN

1. Pencegahan

a. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan

perubahan isi sebum misalnya dengan diet rendah lemak dan

karbohidrat dan melakukan perawatan kulit untuk membersihkan

permukaan kulit.

b. Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne misalnya stres,

kosmetik, alkohol, rokok.

2. Pengobatan

a. Pengobatan Topikal

Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya

sulfur (4 – 8%), resorsinol (1 – 5%), asam salisilat (2 – 5%), peroksida

benzoil (2,5 – 10%), asam vitamin A (0,025 – 0,1%), asam azeleat (15 –

20%) dan asam alfa hidroksi [AHA] (asam glikolat 3 – 8%). Antibiotika

topikal misalnya oksitetrasiklin (1%), eritromisisn (1%), klindamisin

fosfat (1%). Antiperadangan topical: Hidrokortison 1 – 2,5%, suntikan

intralesi triamsinolon asetonid 10 mg/cc untuk lesi nodulo-kistik

b. Pengobatan Sistemik

1) Antibakteri sistemik : Tetrasiklin 250 mg – 1,0 mg/hari,

Eritromisin 4 x 250 mg/hari, dan Doksisiklin 50 mg/hari.

2) Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara

kompetitif menduduki resptor organ target di kelenjar sebasea,

misalnya estrogen (50 mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau

antiandrogen siproteron.

3) Vitamin A sebagai anti keratinisasi (50.000 ui – 150.000 ui/hari).

Isotretinoin (0,5 – 1 mg/kgBB/hari) untuk menghambat produksi

sebum pada akne nodulokistik dan konglobata.

Page 6: Laporan Tutorial Modul Bintil Di Wajah

DAFTAR PUSTAKA

1. Bahan Kuliah dr. Nur Rahmah, M.Kes, Sp.KK “Akne Vulgaris”

2. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2010

3. Graham-Brown R, Burns T. Lecture Notes Dermatologi. Edisi kedelapan.

Jakarta: Erlangga, 2005