laporan tugas akhir - digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN TUGAS AKHIR
MONITORING POTENSIAL HAZARD AREA PRODUKSI SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.
COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA
Hemas Winahyoe Astarini R0009049
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
MONITORING POTENSIAL HAZARD AREA PRODUKSI SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.
COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA
Hemas Winahyoe Astarini*), Harninto*), Hardjanto**)
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk memonitoring potensial hazard yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yang kemudian ditindak lanjuti dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Metode : Penelitiaan dilaksanakan dengan menggunakan metode deskripsi yaitu metode yang memberikan gambaran yang jelas tentang memonitoring potensial hazard area produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Pengambilan data dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara tenaga kerja, studi keperpustakaan, dan dokumentasi. Hasil : Monitoring potensial hazard area produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java ditemui berbagai potensi dan faktor bahaya yang dapat mengakibatkan suatu resiko yang menyebabkan kerugian atau kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja ataupun kerusakan aset perusahaan (peralatan/mesin/kendaraan) yang perlu mendapatkan monitoring potensial bahaya sehingga dapat menurunkan tingkat kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang dapat menimbulkan kerugian baik tenaga kerja maupun perusahaan. Simpulan : Perusahaan telah memonitoring potensi bahaya sehingga dapat mencegah kecelakaan kerja sesuai dengan Undang-Undang, Permenaker, Kepmenaker. Saran yang diberikan supaya perusahaan perlu adanya ketegasan pelaksanaan penggunaan alat pelindung diri dan lebih ditingkatkan awarenees penggunaan APD bagi tenaga kerja yang berada di area produksi juga penetapan standar yang mengacu pada Kepmenakaer No. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja sekarang sudah tidak berlaku sehingga sebaiknya PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java beralih pada Kepmenaker No. 13/MEN/2011 Kata kunci : Monitoring Potensial Hazard
*) Prodi Diploma III Hiperkes dan KK FK UNS. **) Prodi Diploma IV Keselamatan Kerja FK UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat serta inayahnya sehingga pelaksanaan magang dan penyusunan laporan magang dengan judul “Monitoring Potensial Hazard Area Proses Produksi Sebagai Upaya Preventif Pencegahan Kecelakaan Kerja PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java” dapat selesai tepat waktu.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Disamping itu magang ini dilaksanakan untuk membina dan menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta potensi-potensi bahaya di perusahaaan.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S. PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono SKM., M. Kes, selaku ketua Program D. III Hiperkes dan
keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Harninto, dr., Ms., Sp.Ok selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 4. Hardjanto, dr., MS. Sp.Ok selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 5. Bapak Sri Hartanto selaku OHS Manager PT. Coca Cola Amatil Indonesia
Central Java yang telah membimbing penulis selama melakukan magang. 6. Bapak Muh. Wardoyo selaku OHS Supervisor PT. Coca Cola Amatil
Indonesia Central Java yang telah membimbing penulis selama melakukan magang.
7. Seluruh pendamping lapangan, staf dan tenaga kerja PT. Coca Cola Amatil Indonesia Central Java
8. Orang tua dan kakak tercinta yang selalu mendukung dan memotivasi penulis, terimakasih atas doa dan kasih sayangnya yang secara langsung dan tidak langsung memberikan dorongan yang sangat luar biasa dalam penyelesaian laporan ini.
9. Teman-teman sesama mahasiswa magang dan pihak-pihak lain yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut membantu selama penyusunan laporan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan tugas akhir. Kiranya penyusunan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya.
Surakarta, April 2012 Penulis,
Hemas Winahyoe Astarini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .......................................... iii
ABSTRAK . .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7
B. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40
A. Metode Penelitian.............................................................................. 40
B. Lokasi Penelitian............................................................................... 40
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 40
D. Sumber Data ..................................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 41
F. Pelaksanaan ...................................................................................... 42
G. Analisis Data ..................................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 43
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
B. Pembahasan....................................................................................... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 82
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 82
B. Pembahasan....................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 90
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ................................................................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tingkat Kekerapan ......................................................................... 30
Tabel 2. Tingkat Keparahan ......................................................................... 31
Tabel 3. Penentu jumlah orang terkena paparan ........................................ 33
Tabel 4. Penentu Kemungkinan ................................................................... 33
Tabel 5. Tingkat Risk Rating......................................................................... 33
Tabel 6. Hasil Pengukuran Kebisingan ........................................................ 44
Tabel 7. Hasil Pengukuran Pencahayaan ..................................................... 45
Tabel 8. Hasil Pengukuran Getaran ............................................................. 46
Tabel 9. Hasil Pengukuran Iklim Kerja ........................................................ 47
Tabel 10. Hasil Pengukuran Kualitas Udara ............................................... 48
Tabel 11. Faktor Bahaya Tempat Kerja ....................................................... 49
Tabel 12. Identifikasi bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
Area Produksi LiIne 8 ........................................................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Magang
Lampiran 2. Jadwal Magang
Lampiran 3. Kode Hazard
Lampiran 4. Daftar Resiko Penilaian K3 Area Manufacturing 2012
Lampiran 5. Formulir Pelaporan Investigasi Kejadian PT. CCAI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada era
industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan
modernisasi serta transformasi globalisasi. Hal tersebut disamping
memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi, tentunya efek samping
yang tidak dapat dielaknya adalah bertambahnya jumlah dan ragam sumber
bahaya. Faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat keselamatan dan
kesehatan kerja. Proses kerja tidak aman, dan sistem kerja yang semakin
kompleks dan modern dapat menjadi ancaman tersendiri bagi keselamatan dan
kesehatan kerja. (Tarwaka, 2008).
Sebagai tambahan beban kerja yang merupakan beban langsung akibat
pekerjaan atau beban pekerjaan yang sebenarnya, pekerjaan biasanya
dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang menyebabkan adanya
beban tambahan kepada tenaga kerja baik jasmaniah maupun rohaniah
(Suma'mur P.K, 2009).
Setiap proses produksi, peralatan/mesin dan tempat kerja yang
digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi
bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja. Tenaga kerja yang
terpapar dengan potensi bahaya lingkungan kerja tertentu dalam waktu yang
tertentu pula akan mengalami gangguan-gangguan kesehatan, baik fisik
maupun psikis, sesuai dengan jenis dan besarnya potensi bahaya yang ada,
atau dengan kata lain akan timbul penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Menurut Martina Indah Lestari (2005) menyatakan untuk mengukur
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dan membuktikan bahwa perusahaan
atau tempat kerja telah melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 05/MEN/1996
dilakukan audit sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Dengan demikian agar masalah K3 dapat dilaksanakan dengan baik
diperlukan pembinaan dan pengawasan secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Oleh karena itu, K3 yang merupakan salah satu bagian
dari upaya perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan
pada setiap tingkatan proses untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas
kerja, kerugian berupa cacat atau cidera yang bersifat sementara maupun
permanen atau bahkan terjadi kematian serta kerusakan properti dan
lingkungan (Tarwaka, 2008).
Lingkungan kerja sering sangat tidak membantu untuk upaya
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Suhu, kelembaban, dan
ventilasi udara ditempat kerja menyebabkan suhu efektif berada diluar zona
yang biasa untuk memfasilitasi kemudahan dan kenyamanan kerja bahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
merupakan tekanan panas sebagai beban tambahan yang berat bagi pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya. Pencahayaan dan penerangan yang
demikian penting untuk kemudian melakukan pekerjaan sering diabaikan,
dengan akibat kelelahan luar biasa pada mata dan konsekuensinya sangat
menurunkan efisiensi kerja serta terjadinya banyak kesalahan dalam
melakukan pekerjaan. Intensitas kebisingan jauh melebihi 85 dBA sehingga
bukan saja mengganggu produktifitas tapi juga berada pada taraf
membahayakan bagi alat pendengaran pekerja. Lingkungan kerja sering penuh
oleh debu, uap, gas dan lain lain yang disatu pihak sangat mengganggu
produktifitas kerja dan mengurangi mutu hasil kerja, serta juga dipihak lain
luar biasa berpengaruh sangat negatif bagi kesehatan dan menyebabkan
sakitnya tenaga kerja (Suma'mur P.K 2009).
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java merupakan perusahaan
yang memproduksi minuman ringan yang memiliki faktor dan potensi bahaya
disetiap proses produksinya. Melalui penerapan K3 di perusahaan tersebut
maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,
effisiensi di segala bidang, serta keselamatan dan kesehatan kerja sehingga
mampu mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
dapat menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja maupun perusahaan.
Melalui kegiatan observasi dan survei di area produksi PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java, penulis bertujuan untuk mengetahui sumber
potensi bahaya dengan memonitoring potensi bahaya yang ada di PT. Coca-
Cola Amatil Indonesia Central Java melalui tugas akhir dengan judul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
“Monitoring Potensial Hazard Area Produksi Sebagai Upaya Preventif
Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java”.
Dengan adanya magang tersebut berharap dapat menambah
pengalaman kerja bagi mahasiswa dan dapat melakukan pendataan dan
evaluasi potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja yang ditimbulkan oleh
proses produksi. Selain ini dapat merencanakan koreksi dan perencanaan
pengendalian bahaya yang di timbulkan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan monitoring potensial hazard yang ada di PT. Coca-
Cola Amatil Indonesia Central Java.
C. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran memonitoring faktor–faktor potensi bahaya di
tempat kerja yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui proses produksi, serta potensi
bahayanya.
b. Mahasiswa dapat mengevaluasi faktor bahaya dan potensi bahaya
yang ada di tempat kerja.
c. Mahasiswa mampu mengetahui langkah-langkah pengendalian
terhadap faktor bahaya dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
d. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan yang di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java.
e. Mahasiswa mengetahui fasilitas Keselamatan dan Kesehatan yang ada
di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
f. Mahasiswa mendapatkan data-data yang diperoleh untuk menyusun
tugas akhir.
D. Manfaat Magang
1. Bagi Perusahaan
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat
bagi perusahaan sehingga dapat dijadikan dasar bagi tindakan koreksi
/perbaikan dalam mengimplementasikan K3 dan peningkatan kualitas
K3 di Perusahaan.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan saran
maupun masukan yang bermanfaat di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java sehingga resiko kecelakaan kerja dapat diminimalisir
serta diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan yang
bermanfaat di perpustakaan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java.
2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Diharapkan dapat menambah wawasan serta mengembangkan
penerapan keilmuan mengenai pengetahuan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Diharapkan dapat menambah perbendaharaan kepustakaan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Diharapkan sebagai masukan (feed back) terhadap kesesuaian
kurikulum dengan kualitas mahasiswa dibidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
3. Bagi Mahasiswa
a. Hasil penelitian diharapkan mendapatkan pengalaman nyata di
lapangan khususnya dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
b. Diharapkan dapat mengidentifikasi bahaya yang ada di tempat kerja.
c. Diharapkan dapat menerapkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja
telah di dapat di perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahaya
a. Pengertian bahaya
Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau
berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan berupa cedera, penyakit,
kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi
operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).
Hazard adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan
dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja.
Bahaya kerja adalah setiap keadaan lingkungan kerja yang
berpotensi untuk terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat
kerja. Bahaya kerja terdiri dari bahaya faktor peralatan mesin,
fisiologik dan beban kerja, fisik, kimiawi, biologis, dan psikologis
(Harrianto, 2010).
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan
pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut
disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan
kecelakaan (Suma’mur, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Jenis bahaya
Jenis bahaya ada lima (Soehatman Ramli, 2010) yaitu :
1) Bahaya mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau
benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan
secara manual dengan penggerak. Misalnya : gerinda, bubut,
potong, press, tempa pengaduk. Bagian yang bergerak pada mesin
mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong,
menempa, menjepit, menekan. Gerakan mekanis ini dapat
menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit,
terpotong, dan terkupas.
2) Bahaya listrik
Bahaya listrik bersumber dari energi listrik yang dapat
mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik,
dan hubungan arus pendek. Di lingkungan kerja banyak ditemukan
bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja
atau mesin yang menggunakan listrik.
3) Bahaya kimiawi
Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia
antara lain :
a) Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic).
b) Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam
keras, cuka air aki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c) Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia
memiliki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya golongan
senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG.
d) Polusi dan pencemaran lingkungan.
4) Bahaya fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :
a) Bising yang dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau
kerusakan indera pendengaran.
b) Tekanan.
c) Getaran.
d) Suhu panas atau dingin.
e) Cahaya atau penerangan.
f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultraviolet, dan sinar infra
merah.
5) Bahaya biologis
Diberbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang
bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat
di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya
ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan
kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.
c. Tempat kerja
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 1, menyatakan bahwa tempat kerja adalah tiap ruangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana
tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya, termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan,
halaman, dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Menurut Permenaker No. PER. 05/MEN/1996 pasal 1 tentang
SMK 3 yang dimaksud tempat kerja adalah setiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya baik darat, didalam
tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara yang berada
didalam wilayah kerusakan hukum Republik Indonesia.
2. Sumber Bahaya
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya
sumber–sumber bahaya di lingkungan kerja (Syukri Sahab, 1997). Sumber
bahaya berasal dari :
a. Bangunan, peralatan, dan instansi.
Perlu mendapat perhatian dari mulai konstruksi bangunan harus
kokoh dan memenuhi syarat. Disain ruangan dan tempat kerja harus
menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Pencahayaan dan ventilasi
harus baik. Tersedia penerangan darurat yang diperlukan. Jalan dan
gang harus diberi marka yang jelas. Pada tempat yang memerlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dipasang rambu yang sesuai keperluan. Tersedianya jalan
penyelamatan diri yang diperlukan lebih dari satu sisi yang
berlawanan. Pintu harus membuka keluar untuk memudahkan keluar
untuk memudahkan penyelamatan diri.
Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik
dalam desain maupun konstruksi. Sebelum penggunaan harus diuji
terlebih dahulu serta diperiksa oleh suatu tim ahli. Jika diperlukan
modifikasi harus sesuai dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang
ditentukan. Sebelum operasi harus dilakukan percobaan operasi untuk
menjamin keselamatannya serta dioperasikan oleh operator yang
memenuhi syarat.
Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang
mengandung bahaya. Peralatan kerja yaitu yang digunakan atau
dipakai tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya, seperti : mesin-
mesin untuk proses produksi, meja kerja, generator, instalasi listrik,
tangga, ketel lokal exhauster (ventilasi keluar setempat), pengatur suhu
ruangan, ketel uap, crane, lift, dll. Potensi bahaya faktor mesin
peralatan yaitu cedera dan kecelakaan kerja (Jati Kusuma, 2010).
Apabila tidak diperlukan dengan semestinya serta tidak dilengkapi
dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan
macam-macam bahaya seperti : kebakaran, sengatan listrik, ledakan,
luka atau cedera. Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu
pengaman yang telah diatur oleh peraturan-peraturan dibidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit pengoperasiannya perlu
disediakan semacam petunjuk sebagai daftar periksa
pengoperasiannya.
b. Faktor kimia
Bahan kimia menjadi berbahaya bagi manusia terutama karena
potensi toksisitasnya. Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan kimia
untuk merusak suatu jaringan, organ, atau sistem tubuh (Harrianto,
2010).
Bahaya dari bahan kimia meliputi berbagai risiko sesuai
dengan sifat bahan antara lain (Budiono, 2003) :
1) Mudah terbakar
Bahan kimia yang bila mengalami suatu reaksi oksidasi
pada kondisi tertentu akan menghasilkan nyala api.
2) Mudah meledak
Bahan kimia yang mudah meledak merupakan bahan kimia
yang berupa padatan atau cairan atau campurannya sebagai akibat
suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas atau
perubahan) menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses
yang relatif singkat disertai dengan pelepasan tekanan yang besar
serta suara yang keras.
3) Menimbulkan alergi atau iritasi.
4) Korosif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Bahan kimia meliputi asam-asam alkali dan bahan-bahan
kuat lainnya yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam
bejana atau penyimpanan. Senyawa asam alkali dapat
menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang
kulit dan sistem pernafasan.
5) Bersifat racun
Bahan kimia dalam jumlah relatif sedikit dapat
mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan
kematian, apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui injeksi. Sifat
racun dari bahan kimia ini dapat akut dan sering tergantung pada
jumlah bahan tersebut yang masuk ke dalam tubuh.
6) Radioaktif
Bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk
memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, sinar gamma,
sinar netron, dan lain-lain yang dapat membahayakan tubuh
manusia.
7) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh.
8) Mengakibatkan kelainan pada janin.
9) Menyebabkan kanker.
Pemajanan bahan kimia mengakibatkan terjadinya perubahan
biologi atau fungsi tubuh yang menisfestasinya berupa keluhan, gejala
dan tanda gangguan kesehatan. Kerusakan jaringan atau sel tubuh
terutama terjadi pada organ target, bahan kimia bisa bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
neurotoksik (meracuni saraf), hepatotoksik (meracuni hati/liver),
nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik (meracuni darah), sistemik
(meracuni seluruh fungsi tubuh) dan sebagainya (Harrianto, 2010).
Setiap bahan kimia berbahaya harus dilengkepi dengan
Material Safety Data Sheet (MSDS). MSDS ini dapat dimintai kepada
pemasok dengan memasukkannya dalam kontrak pembelian bahan.
c. Fisiologik dan beban kerja
Beban kerja meliputi beban mental, fisik dan sosial. Upaya
penempatan pekerja harus sesuai dengan kemampuannya jika tidak
maka akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal, low back pain,
serta kelelahan. Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu
memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajad kesehatan,
pembebanan tidak melebihi 30-40 % dari kemampuan kerja
maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari. Berdasarkan
hasil beberapa observasi, bebas untuk tenaga kerja Indonesia adalah 40
kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali
maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan (Jati Kusuma,
2010).
Penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter
praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang
diusahakan tidak melebihi 30-40 per menit diatas denyut nadi sebelum
bekerja yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji
dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan stress (Jati Kusuma, 2010).
d. Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang
digunakan. Proses yang digunakan industri ada sederhana tetapi ada
proses yang rumit. Proses yang berbahaya ada juga proses yang kurang
berbahaya. Dari proses tersebut terkadang timbul asap, debu, panas,
bising dan bahaya mekanis seperti : terjepit, terpotong, tertimpa bahan.
Hal tersebut mengakibatkan kecelakaan juga penyakit akibat kerja.
Proses banyak bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku dan
bahan penolong. Ada bahan kimia yang merupakan hasil sampingan.
Sebagaian bahan tersebut termasuk bahan kimia berbahaya seperti
bahan mudah terbakar, meledak, iritan dan beracun.
e. Cara kerja
Bahan dari cara kerja dapat membahayakan tenaga kerja itu
sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara
lain :
1) Cara mengangkat dan mengangkut, bila dilakukan dengan cara
yang salah mengakibatkan cedera dan paling sering adalah cedera
patah tulang punggung. Juga sering terjadi kecelakaan sebagai
akibat cara mengangkat dan mengangkut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam
percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.
3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara
pemakaian yang salah.
f. Faktor fisik
Physical hazard yaitu suatau kondisi yang bersumber pada
karakteristik secara fisik dari obyek yang dapat memperbesar
terjadinya kerugian (Budiono, 2003). Lingkungan fisik mencangkup
kebisingan, pencahayaan, getaran atau vibrasi, radiasi pengion, radiasi
non pengion dan iklim kerja.
1) Kebisingan
Merupakan gangguan yang berpotensi mempengaruhi
kenyamanan dan kesehatan terutama berasal dari kegiatan
operasional peralatan pabrik, sedangkan operator (karyawan yang
mengoperasikan peralatan pabrik) merupakan komponen
lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya
peningkatan kebisingan. Oleh sebab itu diperlukan upaya
pengendalian bising di lingkungan pabrik yang mencangkup
pengendalian untuk karyawan dan juga untuk lingkungan sekitar
pabrik. Kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dB untuk 8 jam
kerja sehari atau 40 jam seminggu. Dasar hukum yang digunakan
adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat
kerja (Sungkar, 2003).
Efek yang ditimbulkan kebisingan adalah (Budiono, 2003) :
a) Mengurangi kenyamanan dalam bekerja
Tidak semua tenaga kerja mengalami gangguan akan
kebisingan. Ini disebabkan tenaga kerja sangat terbiasa oleh
kondisi yang ada dalam jangka waktu yang cukup lama.
b) Menggangu komunikasi atau percakapan antar pekerja
Kesalahan informasi yang disampaikan terutama bagi pekerja
baru dapat berakibat fatal.
c) Mengganggu konsentrasi.
d) Menurunkan daya dengar, baik bersifat sementara maupun
permanen.
e) Tuli akibat kebisingan (Noise Induce Hearing Loss).
2) Pencahayaan
Penerangan tenaga kerja adalah salah satu sumber cahaya
yang menerangi benda-benda di tempat kerja. Penerangan yang
berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan (Budiono, 2003).
Sama seperti faktor lingkungan yang lain apabila intensitas
penerangan tidak memadai (suram atau menyilaukan) maka dapat
menyebabkan produktivitas tenaga kerja menjadi rendah. Hal ini
dikarenakan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a) Kondisi lingkungan yang suram umumnya tenaga kerja akan
berupaya untuk dapat melihat pekerjaannya dengan sebaik-
baiknya dengan cara berakomodasi secara terus menerus.
Upaya demikian akan menyebabkan terjadinya ketegangan
mata (eye strain) menciptakan ketegangan mata otot dan syaraf
yang dapat mempercepat kelelahan bukan hanya kelelahan
mata saja, namun juga kelelahan otot bahkan syaraf atau
kelelahan mental. Kondisi demikian cenderung akan
menurunkan ketelitian dan lebih lanjut dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan, memperpanjang waktu kerja,
menurunkan produksi disamping itu juga dapat menurunkan
kewaspadaan dan cenderung kecelakaan kerja.
b) Intensitas penerangan yang berlebihan (kelebihan cahaya) akan
menyebabkan terjadinya kesilauan di tempat kerja, cenderung
menciptakan ketegangan mata, otot, syaraf yang dapat
mempercepat terjadinya kelelahan (Moeljosoedarmo, 2008).
Alat untuk mengetahui intensitas penerangan adalah
Luxmeter. Intensitas penerangan yang dinyatakan dalam satuan
Lux. Intensitas penerangan diukur dengan dua cara yaitu (Budiono,
2003) :
a) Penerangan umum, diukur setiap meter persegi luas lantai
dengan tinggi permukaan kurang dari 85 cm dari lantai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b) Penerangan lokal, diukur di tempat kerja atau meja kerja pada
objek yang dilihat oleh tenaga kerja.
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan
mata akibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja, memperpanjang
jangka waktu, keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala,
kerusakan indera mata, kelelahan mental, menimbulkan kecelakaan
kerja (Budiono, 2003).
Penerangan yang dibutuhkan tenaga kerja agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan cara sebaik-baiknya adalah
penerangan yang cukup, tidak suram, dan mencegah terjadinya
kesilauan sehingga membantu menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman dan menyenangkan. Penerangan yang cukup akan
membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan menghemat waktu
kerja. Dapat melihat dengan mudah, nyaman merupakan
penghematan energi dan mencegah terjadinya kecelakaan
(Moeljosoedarmo, 2008). Untuk pengaturan intensitas
pencahayaan telah diatur dalam Peraturan Menteri Perburuhan No.
7 Tahun 1964.
3) Getaran atau vibrasi.
Getaran terjadi bila energi mekanis yang berasal dari
getaran suatu benda ditransmisikan pada suatu objek yang tetap.
Dalam kesehatan kerja, seorang pekerja dapat terpajan pada dua
jenis vibrasi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a) Vibrasi seluruh badan (whole body vibration) bila vibrasi
ditransmisikan keseluruh tubuh.
b) Vibrasi segmental bila vibrasi ditansmisikan teralokasi 1
segmen tubuh biasanya lengan dan tangan pada saat
menggunakan peralatan yang bergetar (Harrianto, 2010).
Pengaruh getaran pada tenaga kerja dapat dibedakan
menjadi gangguan kenikmatan bekerja, mempercepat terjadinya
kelelahan, gangguan kesehatan. Getaran seluruh badan dapat
memicu terjadinya pengelihatan kabur, sakit kepala, gemetaran
(shakeness), dan kerusakan organ pada bagian dalam. Sedangkan
getaran pada lengan dan tangan dapat mengakibatkan sakit kepala,
sakit indera perasa pada jari-jari menurun fungsinya dan terbentuk
noda putih pada punggung jari/telapak tangan (white finger
syndrom) (Budiono, 2003).
Pengukuran getaran yang ada dibandingkan dengan NAB
yang tercantum pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor :
KEP.51/MEN/1999 mengenai Nilai Ambang Batas (NAB) getaran
untuk pemajanan lengan dan tangan (Budiono, 2003).
4) Iklim kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-
51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat
Kerja, pasal 1 ayat 5 berbunyi “Iklim kerja adalah hasil perpaduan
antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat pekerjaannya”.
Pengukuran suhu basah dan suhu kering menggunakan
peralatan yang sama yaitu termometer suhu udara, perbedaan
terletak pada pemasangan kain katun pada bola (bulb) termometer
tersebut. Suhu basah menunjukkan keadaan uap air dan dingin di
udara. Suhu bola atau suhu radiasi merupakan pengukuran suhu
akibat adanya radiasi panas di lingkungan. Radiasi panas bisa
berasal dari sinar matahari, proses produksi atau proses
metabolisme tubuh. Kelembaban udara mengukur banyaknya uap
air yang berada di udara sedangkan kecepatan gerakan udara atau
angin merupakan pengukuran terhadap gerakan udara. Di
Indonesia, parameter yang tingkat iklim kerja adalah Indeks Suhu
Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/Men/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja (Ardyanto, 2005).
a) Iklim kerja panas
Suhu lingkungan di tempat kerja yang telalu panas atau
terlalu dingin berbahaya terhadap kesehatan individu pekerja.
Pajanan suhu lingkungan yang terlalu panas disebut heat stress.
Keseimbangan antara panas tubuh dan lingkungan diperlukan
supaya metabolisme tubuh dapat berjalan lancar. Proses
pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mekanisme konveksi, radiasi, evaporasi, dan konduksi. Proses
metabolisme tubuh yang berinteraksi dengan panas di
lingkungannya akan mengakibatkan pekerja mengalami
tekanan panas. Tekanan panas ini dapat disebabkan karena
adanya sumber panas maupun karena ventilasi tidak baik
(Harrianto, 2010).
Pengaruh pemaparan panas terhadap kesehatan
(Budiono 2003) yaitu :
(1) Dehidrasi merupakan keadaan dimana tubuh letih, lesu,
lemah, dan katuk.
(2) Heat cramps merupakan bertambahnya keringat yang
menyebabkan hilangnya garam Natrium dalam tubuh.
Gejala antara lain kejang otot tubuh dan perut sakit sekali.
(3) Heat exhaustion biasanya oleh karena cuaca yang sangat
panas terutama bagi mereka yang belum beraklimatisasi
terhadap udara panas. Penderita biasanya berkeringat
sangat banyak, tekanan darah menurun dan denyut nadi
lebih cepat dari biasanya.
(4) Heat stroke merupakan keadaan dimana temperatur tubuh
40-41 oC yang mengakibatkan kerusakan jaringan-jaringan
seperti liver, ginjal, dan otak. Pekerja merasakan sakit
kepala, fatigue, pening, denyut nadi cepat, dan cepat tidak
sadarkan diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b) Iklim kerja dingin
Sektor industri pekerja yang bekerja di lingkungan kerja
yang bersuhu dingin misalnya di pabrik es, kamar pendingin,
ruang komputer, ruang kantor, dan sebagainya (Budiono,
2003).
Akibat suhu dingin terhadap kesehatan pekerja
(Budiono, 2003):
(1) Chilblain
Diderita tenaga kerja sebagai akibat di tempat kerja
yang cukup dingin dengan waktu yang cukup lama.
(2) Trencfoot
Terjadi kerusakan anggota badan terutama kaki
akibat kelembaban atau suhu dingin walaupun suhu masih
diatas titik beku. Gejalanya antara lain pucat, kadang nadi
tidak teraba, rasa kesemutan, kaku, berat bila lanjut terjadi
gangrene.
(3) Froshbite
Suhu yang sangat rendah dibawah titik beku.
Kondisi penderita sama seperti yang mengalami penyakit
trencfoot namun stadium teakhir penyakit ini adalah
gangrene.
g. Faktor biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Faktor biologi merupakan salah satu faktor bahaya yang
mungkin ditemukan di tempat kerja. Bahaya biologi sering kali luput
dari pengamatan atau perhatian sehingga bahaya dari faktor ini tidak
dikenal, dikontrol, diantisipasi, dan cenderung diabaikan sampai suatu
ketika menjadi keadaan yang sangat sulit diperbaiki. Bahaya dari
faktor biologi sangat bervariasi seperti juga berbagai pekerjaan yang
mungkin dapat terekspose oleh faktor ini, untuk itu dengan mengenal
bahaya dari biologi diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari
(Pusparini, 2008).
Bahaya kerja biologi yaitu gangguan kesehatan atau penyakit
yang didapat dari tempat kerja akibat pajanan oleh mikroorganisme
seperti virus, bakterial, jamur, parasit, dan lain-lain.
1) Bahaya kerja biologi akibat kontak dengan individu yang terinfeksi
atau kontak dengan sekresi, ereksi atau jaringan tubuh manusia
yang terinfeksi. Misalnya hepatitis, AIDS, tuberkulosis, dan lain-
lain. Keterpajanan biasanya terjadi pada para tenaga kerja
kesehatan dan petugas laboratorium.
2) Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat penularan dari binatang
yang menginfeksi manusia secara langsung atau melalui kontak
dengan sekresi, ereksi atau jaringan tubuh binatang yang terinfeksi.
Misalnya leptospirosis, antraks, toksoplasmosis dan lain-lain.
Keterpajanan biasanya terjadi pada petani, perawat binatang
peliharaan dan pekerja konstruksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat polusi udara yang
mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit.
Keterpajanan biasanya terjadi pada pekerja kantor yang
menggunakan AC sentral, tenaga pekerja pembersih cerobong asap
pabrik, dan pabrik-pabrik yang menghasilkan debu kerja
(Harrianto, 2010).
h. Faktor psikologis
Ilmu psikologis stress diartikan sebagai suatu kondisi yang
terjadi bila kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat sehingga
menimbulkan adanya ketidakseimbangan. Stress sebagai pengalaman
emosional negatif disertai reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan
perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri
terhadap situasi yang menyebabkan stress.
Faktor psikologis memainkan peran besar karena penyakit itu
dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan
yang akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja sehingga
perlu adanya upaya pengendalian yang dilakukan dengan melakukan
kegiatan komunikasi, refreshing, kegiatan lomba pada saat hari raya,
kegiatan meeting yang dilakukan dari pihak perusahaan.
i. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pekerja
melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif
memberikan rasa aman dan memungkinkan para pekerja untuk dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bekerja secara optimal. Jika tenaga kerja menyenangi lingkungan kerja
dimana tenaga kerja bekerja, maka pekerja tersebut akan betah di
tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja tenaga kerja
juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencangkup hubungan kerja
yang terbentuk antara sesama pekerja dan hubungan kerja antar
bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat tenaga kerja bekerja
(Budiono, 2003).
Lingkungan kerja terjadi dari : faktor lingkungan fisik, kimia,
biologik, ergonomik, psikologik yang dapat mengakibatkan berbagai
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan
produktivitas dan efisiensi kerja.
Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap kesehatan dan
sikap tenaga kerja memandang pekerjaan mereka. Selain itu, udara di
tempat kerja dan bagaimana atmosfer tersebut bersih dari uap-uap
berbahaya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap komunitas
masyarakat sekitarnya.
3. Monitoring Potensial Hazard
Monitoring potensial hazard adalah suatu proses interaksi yang
digunakan oleh organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempatnya guna mengurangi
risiko akibat bahaya tersebut. Monitoring potensial hazard dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
maksimal 1 (satu) bulan sekali. Tahapan monitoring potensi bahaya antara
lain : (Harrianto, 2010).
a. Identifikasi bahaya kerja
Identifikasi bahaya kerja adalah suatu proses yang
dilaksanakan untuk mendeteksi adanya ancaman bahaya ditempat
kerja. Langkah ini merupakan hal yang pertama dilakukan dalam
monitoring bahaya kerja sebelum evaluasi yang mendetail
dilaksanakan. Identifikasi bahaya kerja meliputi pengukuran kasar
bahaya di lingkungan kerja.
Langkah pertama untuk menghilangkan atau mengendalikan
hazard adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran
hazard di tempat kerja. Pada saat mengidentifikasi bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan yang berhubungan dengan proses kegiatan
akan mempertimbangkan Hazard/bahaya yang meliputi:
1) Fall Hazard, misalnya : terjatuh dari ketinggian, tertimpa
benda/material (Hazard Code : FH).
2) Machinery Entrapment, misalnya terjepit v-belt, terpotong, luka
akibat mesin (Hazard Code : ME).
3) Noise Hazard, bahaya kebisingan (Hazard Code : NH).
4) LEV Hazard, bahaya debu, uap beracun yang memerlukan Local
Exhaust ventilation (Hazard Code : LH).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
5) Manual Handling Hazard, bahaya akibat melakukan aktivitas
handling manual seperti terkilir, penyakit yang timbul akibat aspek
ergonomi, dsb (Hazard Code : MHH).
6) Fire Hazard, bahaya kebakaran (Hazard Code : FRH).
7) Material handling Equipment/Pedestrian Collision, bahaya yang
timbul dari peralatan untuk handling dan bahaya tertabrak (Hazard
Code : PC).
8) Confined Space Hazard, bahaya berada dalam ruang terbatas
(Hazard Code : CSH).
9) Chemical Exposure, bahaya terpapar bahan kimia (Hazard Code :
CE).
10) Electrical Hazard, bahaya listrik misalnya kesetrum, dsb (Hazard
Code : EH).
11) Energy Hazard, bahaya dari energi, misalnya steam, panas, dsb
(Hazard Code : HEH).
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses aktivitas yang
dilakukan mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi
sebagai penyebab terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat
kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Menurut Tarwaka (2008)
proses identifikasi bahaya adalah :
1) Membuat daftar semua objek (mesin peralatan, bahan proses kerja,
sistem kerja, kondisi kerja) yang ada ditempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2) Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya.
3) Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat
yang berhubungan dengan objek-objek tersebut.
4) Mereview kecelakaan, catatan P3K, dan informasi lainnya.
5) Mencatat seluruh hazard yang telah teridentifikasi.
b. Penilaian hasil evaluasi risiko bahaya kerja
Risiko merupakan suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan
atau kerugian pada periode waktu/siklus tertentu. Sedangkat tingkat
risiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan
keparahan (consequence/severity) dari suatu kejadian yang dapat
menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cidera dan sakit yang
mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja
(Tarwaka, 2008).
Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja merupakan hasil
rangkuman peninjauan semua faktor yang mengakibatkan bahaya kerja
pada manusia. Penilaian ini akan memberikan fakta dan kemungkinan
yang relevan, sehingga memudahkan penetapan langkah berikutnya
dalam pengendalian risiko bahaya kerja. Dengan mempertimbangkan
hal-hal atau risiko terburuk yang akan terjadi antara lain meliputi :
1) Cedera (Injury)
Jari terputus, seseorang meninggal dunia akibat kecelakaan atau
keracunan, akibat kronis atau akut, tidak mampu bekerja untuk
beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Sakit (Illness)
Gangguan fungsi paru secara permanen, sakit kepala, muntah-
muntah karena keracunan, ketulian menetap, stress, dll.
3) Kerusakan (Damage)
Apakah terjadi peledakan, kebakaran, pelepasan racun bahan-
bahan kimia, mesin-mesin tidak bisa beroperasi lagi, dll.
4) Biaya (Cost)
Pabrik tidak bisa berproduksi, banyak kehilangan pekerja terampil,
biaya perawatan kesehatan, image public, dll.
5) Keselamatan umum (Public Safety)
Apakah pelanggan menderita kerugian, apakah ada orang lain yang
terkena dampaknya, dll.
Didalam penilaian risiko harus dilakukan secara sistematis
dan terencana dengan mengikuti tahapan-tahapan proses penilaian
risiko yang dilakukan untuk menilai tingkat risiko kecelakaan atau
cidera dan sakit dan merupakan proses kelanjutan dari proses
identifikasi hazard yaitu :
1) Estimasi tingkat kekerapan
Mempertimbangkan tentang berapa lama seorang tenaga kerja
terpapar potensi bahaya. Tingkat kekerapan (probability)
kecelakaan atau sakit dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 1. Tingkat kekerapan Tingkatan Kategori Penjelasan
1 Rarely Suatu kejadian yang memerlukan suatu kondisi yang sangat khusus & waktu bertahun-tahun untuk mungkin terjadi lagi.
2 Unlikely Suatu kejadian yang mungkin terjadi setiap tahun pada suatu kondisi tertentu.
3 Occasional Suatu kejadian yang mungkin terjadi setiap minggu sampai setiap bulan pada beberapa kondisi tertentu.
4 Frequent Suatu kejadian yang mungkin terjadi setiap hari pada hampir semua kondisi yang ada.
5 Constant Suatu kejadian yang pasti terjadi & terus-menerus selama kegiatan dilakukan.
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
2) Estimasi tingkat keparahan
Mempertimbangkan tentang berapa banyak orang yang ikut
terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana
saja yang dapat terpapar potensi bahaya.
Tingkat keparahan (consequence/severity) kecelakaan atau
sakit dapat dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori sebagai berikut
:
Tabel 2. Tingkat keparahan Tingkatan Kriteria Penjelasan
1 Trivial Cedera ringan {perawatan P3K (tindakan medis sederhana, pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada daftar obat esensial atau generik)}, kerugian materi sangat kecil (0-1 juta rupiah), tidak kehilangan waktu kerja.
2 Low Cedera ringan, memerlukan perawatan P3K,{tindakan medis sederhana, bimbingan dan konsultasi kesehatan,
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sambungan
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
pemberian obat–obatan dengan berpedoman kepada daftar obat esensial atau generik, pemeriksaan laboratorium sederhana, pemeriksaan dan pengobatan dokter umum} langsung dapat ditangani, kerugian materi sedang ( 1 juta-5 juta rupiah) kehilangan waktu kerja 1 x 24 Jam (berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja RI No. Kep.84/BW/1998 tenhtang cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan lampiran I B II no. 3
3 Minor Cedera ringan, memerlukan perawatan medis (tindakan medis sederhana, bimbingan dan konsultasi kesehatan, pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada daftar obat esensial atau generik, pemeriksaan laboratorium sederhana, pemeriksaan dan pengobatan dokter umum, pemeriksaan diagnosis lanjutan, rujukan rawat inap di rumah sakit yang ditunjuk perusahaan), kerugian materi cukup besar, kehilangan waktu kerja maksimal 2 x 24 jam
4 Major Cidera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara total, sakit permanen, memerlukan perawatan medis, (pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis, rawat inap di rumah sakit yang ditunjuk perusahaan, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi) dan perawtan jangka panjang {treatment berkelanjutan (rehabilitasi)} kerugian materi besar (25 juta rupiah – 50 juta rupiah), kehilangan waktu kerja lebih dari 2 x 24 jam
5 Fatality
Menyebabkan kematian, off-site release bahan toksik dan efeknya merusak, kerugian materi sangat besar (50 juta rupiah – 100 juta rupiah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3) Penentuan jumlah orang terkena paparan
Tabel 3. Jumlah orang terkena paparan Tingkatan Kriteria
1 1 – 2 orang 2 3 – 7 orang 3 8 – 15 orang 4 16 – 50 orang 5 Lebih dari 50 orang
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
4) Penentuan Kemungkinan (likelihood)
Tabel 4. Tingkat kemungkinan Tingkatan Kriteria Penjelasan
1 Unlikely / Hampir tidak mungkin
Suatu insiden mungkin dapat terjadi pada suatu kondisi yang khusus/luar biasa/setelah bertahun-tahun.
2 Possible /Kemungkinan kecil
Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu, namun kecil kemungkinan terjadinya
3 Probable /Sedang
Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu.
4 Likely /Mungkin terjadi
Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi
5 Certain /Hampir pasti
Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi/setiap kegiatan yang dilakukan.
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
5) Penentuan risk rating
Tabel 5. Risk rating Nilai Kriteria Penjelasan 50 > PRIORITAS 1
( Critical Priority ) Harus segera dilakukan tindakan untuk mengurangi risiko. Aktifitas/kegiatan bisa dihentikan sampai risiko tersebut dihilangkan
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
atau dikontrol secara ketat dan tepat
10-50 PRIORITAS 2 (Monitor & Control)
Diperlukan monitor dan kontrol berkelanjutan untuk memperkecil risiko dengan melakukan perbaikan desain mesin–peralatan, memperbaiki kualitas APD serta awareness & training.
< 10 PRIORITAS 3 (Tolerate)
Tidak ada risiko atau risiko sudah dapat dikendalikan
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
c. Pengendalian dan pemantauan bahaya risiko
Tarwaka (2008) Pengendalian dan pemantauan bahaya risiko
terdiri dari lima macam prioritas pengendalian yaitu eliminasi,
engineering/rekayasa, penggantian/substitusi, pengendalian secara
administratrasi, alat pelindung diri (APD).
1) Eliminasi
Merupakan suatu pengendalian secara fisik untuk
meniadakan atau menghilangkan sama sekali faktor penyebab
sehingga dianggap cara yang paling ideal meskipun dalam
pelaksaannya perlu pertimbangan berbagai aspek yang berkaitan
dengan produksi. Pengendalian dengan cara eliminasi bisa juga
dikatakan cara menghilangkan potensi bahaya langsung dari
sumbernya.
2) Subsitusi
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Mengganti kegiatan atau potensi bahaya yang ada dengan
yang lebih aman namun menghasilkan produk atau manfaat yang
tidak berbeda misalnya mengganti asbestoses dengan fiber glass.
Cara substitusi dalam pelaksanaannya senantiasa dievaluasi
kembali mengingat proses atau bahan pengganti dapat juga
menimbulkan pengaruh lain.
3) Rekayasa/enginering
Kegiatan merekayasa atau memodifikasi peralatan atau alat
yang ada sehingga sumber bahaya atau potensi bahaya yang ada
dapat berkurang.
4) Pengendalian administrasi
Pengendalian secara administratif untuk mendukung cara
pengendalian lainnya misalnya melalui tanda peringatan,
pertimbangan aspek keselamatan dan kesehatan dalam proses
pembelian bahan atau peralatan, petunjuk cara kerja yang sehat dan
aman bahkan penerapan sistem rotasi untuk mengurangi
pemaparan. Mengurangi tingkat risiko atas potensi bahaya yang
mungkin timbul dengan cara melakukan/menetapkan aturan,
prosedur dan cara bekerja yang aman.
5) Alat pelindung diri
Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan tipe
potensi bahaya yang ada sehingga pekerja terlindung dari potensi
bahaya yang mungkin timbul dalam aktivitas pekerjaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Menurut Tarwaka (2008) pencegahan kecelakaan kerja pada
umumnya adalah untuk mencari kecelakaan bukan mencari siapa yang
salah. Dengan mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan maka dapat
disusun suatu rencana pencegahan. Hal ini merupakan program K3 yang
pada hakekatnya adalah merupakan rumusan dari suatu strategi bagaimana
menghilangkan atau mengendalikan potensi bahaya yang sudah diketahui.
Untuk membuat program K3 dalam rangka pencegahan kecelakaan
kerja, beberapa tahap yang harus dipahami dan dilalui yaitu :
a. Identifikasi masalah dan kondisi tidak aman.
b. Model kecelakan.
c. Penyelidikan kecelakaan.
d. Azas–azas pencegahan kecelakaan.
e. Perencanaan dan pelaksanaan.
Suma`mur (1996) menyatakan bahwa, kecelakaan akibat kerja
dapat dicegah dengan :
a. Peraturan perundangan
Ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada
umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan,
pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas
pengusaha dan buruh, latihan P3K, dan pemeriksaan kesehatan.
b. Standarisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tidak resmi
mengenai konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-
jenis peralatan industri tertentu, praktek keselamatan, APD atau
higiene umum.
c. Pengawasan
Pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
d. Penelitian bersifat teknik
Penelitian teknik misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar
pengaman, penguji APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.
e. Riset medis
Riset medis terutama meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis,
faktor-faktor lingkungan dan keadaan-keadaan fisik yang
mengakibatkan kecelakaan.
f. Penelitian psikologis
Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola–pola kewajiban
yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
g. Penelitian secara statistik
Penelitian statistik untuk menetapkan jenis–jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa–
apa sebabnya.
h. Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pendidikan yang menyangkut keselamatan dalam kurikulum teknik,
sekolah–sekolah perniagaan atau kursus–kursus pertukangan.
i. Latihan-latihan
Latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja baru
menyangkut peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan
keterampilan K3 bagi tenaga kerja.
j. Penggairahan
Penggunaan aneka cara untuk penyuluhan dan pendekatan lain untuk
menimbulkan sikap untuk selamat.
k. Asuransi
Asuransi yaitu finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan,
misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan
Salah satu cara dengan inspeksi atau pemeriksaan yaitu suatu kegiatan
pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih memenuhi
ketentuan dan persyaratan K3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
B. Kerangka Pemikiran
Area produksi PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java
↓ Bahaya
lingkungan kerja
↓ Faktor bahaya
Potensial bahaya
↓ Monitoring
Faktor bahaya Potensial bahaya
↓
Identifikasi bahaya Tidak ada identifikasi bahaya ↓ ↓
Penilaian risiko Tidak ada penilaian risiko ↓ ↓
Pengendalian risiko Tidak ada pengendalian risiko ↓ ↓
Aman Kecelakaan kerja
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan metode deskriptif dengan metode
tersebut penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan utama untuk
memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Penelitian secara deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau
menggambarkan masalah penelitian yang terjadi (Dodiet Aditya S, 2009).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pengambilan data dilakukan di PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java di area produksi beralamat JL. Raya
Soekarno–Hatta Km 30 Ungaran 50501 dengan jenis usaha produsen air
minum ringan (soft drink) berupa Sprite, Fanta, Coca cola dalam botol
mililiter.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Identifikasi bahaya adalah suatu upaya mengenali seluruh situasi atau
kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di area produksi PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java.
Penilaian risiko sebagai upaya menilai tingkatan potensi bahaya yang
mengakibatkan kecelakaan yang timbul di area produksi PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pengendalian bahaya sebagai upaya meminimalisir kecelakaan kerja
dengan cara menurunkan tingkat risiko melalui hirarki pengendalian risiko
sehingga kecelakaan area produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java dapat ditekan sehingga kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar
dan tidak menimbulkan kerugian terhadap tenaga kerja dan perusahaan.
D. Sumber Data
1. Data primer
Data yang diperoleh dari observasi lapangan dan tanya jawab dengan
karyawan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen dan catatan perusahaan yang
berhubungan dengan K3.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi lapangan
Teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung, sekaligus
survei kelapangan untuk mengetahui sistem operasional dan proses
produksi serta mencari potensi dan faktor bahaya yang ada di PT. Coca-
Cola Amatil Indonesia Central Java.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan tanya jawab serta langsung dengan
karyawan yang berwenang dan berkaitan langsung dengan masalah K3.
3. Kepustakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah K3 yang ada di
perusahaan serta laporan penelitian yang sudah ada dan sumber lainnya
yang ada kaitannya dengan topik magang.
4. Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari dokumen-
dokumen terkendali maupun tak terkendali serta catatan perusahaan yang
berhubungan dengan objek penelitian.
F. Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek kerja lapangan dimulai pada tanggal 01 Februari-
29 Februari 2012 dengan waktu pukul antara 08.00-17.00 WIB. Namun
praktek kerja lapangan diperpanjang sampai dengan tanggal 31 Maret 2012.
G. Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian, peneliti berusaha untuk
memonitoring potensial hazard yang ada dengan membandingkan data yang
diperoleh dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti undang-
undang, Permenaker, Kepmenaker.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil survey lapangan mengenai proses produksi dan
lingkungan kerja ditemui berbagai potensi dan faktor bahaya yang dapat
mengakibatkan suatu risiko yang menyebabkan kerugian atau kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja ataupun kerusakan aset perusahaan
(peralatan/mesin/kendaraan). Sumber risiko yang dapat di line 8 besar
kemungkinan sama dengan line-line lainnya. Sumber risiko yang terjadi antara
lain seperti terpeleset/terjatuh, luka/tergores, tertabrak forklift, faktor bahan
kimia (lime atau kapur (Ca(OH)2), chlorine, resin, NaCl, caustic soda (NaOH)
dan lain-lain) dan faktor fisik seperti kebisingan, getaran, pencahayaan,
tekanan panas dan faktor fisiologis seperti sikap kerja, keserasian tenaga kerja
dengan peralatan atau mesin. Faktor bahaya psikologi sosial yang dapat dilihat
dari beberapa aspek antara lain hubungan karyawan dengan perusahaan,
atasan, dan sesama karyawan dan hubungan perusahaan dengan masyarakat
sekitar yang monoton.
Faktor bahaya di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
diklasifikasikan menjadi
1. Faktor bahaya fisik
a. Kebisingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Kebisingan merupakan faktor bahaya fisik yang dapat
menyebabkan ketulian, gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi
dan kelelahan. Jenis bising yang ada di PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java adalah kebisingan mesin filler, mesin washer,
compressor, blower dan forklift serta kebisingan impulsive berulang
yang dihasilkan oleh dentingan botol yang sedang berjalan diatas
conveyor.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Kebisingan di Unit Produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java dengan waktu pajanan 8 jam/hari.
No Lokasi pemeriksaan Intensitas kebisingan (dB-A) 1. Ruang blower line 8 81,40 2. Ruang bottling line 8 80,30 3. Ruang filling line 8 86,50 4. Ruang blower line 8 75,10 5. Ruang bottling frestea 78,90 6. Ruang filling frestea 86,00
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Upaya pencegahan kebisingan yang dilakukan ahli K3 PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java terhadap tenaga kerja yang
berada di area produksi dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
berupa ear plug dan untuk usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan
rutin hasil kebisingan setiap 6 bulan sekali dan pemeriksaan
pendengaran tenaga kerja dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali
oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri). Kondisi tenaga kerja tentang penggunaan APD berbeda-
beda, ada tenaga kerja yang konsisten menggunakan ear plug namun
ada juga yang tidak konsisten menggunakannya. Selain memakai APD
tenaga kerja mengalami rotasi kerja dan pergantian shift kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b. Pencahayaan
Pencahayaan di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
bersumber dari pencahayaan buatan yang berasal dari lampu serta
pencahayaan alami yang berasal dari sinar matahari, intensitas
penerangan tiap ruang produksi umumnya sudah memenuhi standar.
Tabel 7. Hasil Pengukuran Pencahayaan di Unit Produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java dengan waktu pajanan 8 jam/hari.
No Lokasi pemeriksaan Intensitas Cahaya (Lux)
minimal
Hasil Intensitas Cahaya
Jenis Pekerjaan
1. Ruang boiler 100 186 Tidak rutin 2. Ruang syrup 200 165 Tidak rutin 3. Ruang Air Compressor 100 464 Tidak rutin 4. Ruang Lab Plant 300 234 Rutin 5. Ruang Lab.Water
Treatment 300 282 Rutin
6. Ruang Lab. WWT 300 2437 Rutin 7. Lampu inspektor
bottling line 8 300 567 Rutin
8. Lampu inspektor bottling frestea
300 663 Rutin
9. Ruang bottling line 8 200 358 Tidak rutin 10. Ruang bottling frestea 200 333 Tidak rutin 11. Ruang filling line 8 200 721 Tidak rutin 12. Ruang filling frestea 200 173 Tidak rutin Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Upaya pencegahan dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java dengan mengatur penempatan titik lampu diutamakan
pada objek kerja, memanfaatkan sumber penerangan alami semaksimal
mungkin, membersihkan/merawat sumber penerangan secara rutin dan
berkesinambungan serta menggantinya apabila sudah redup dan untuk
usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan rutin setiap 1 (satu) tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri).
c. Getaran
Getaran bersumber dari mesin-mesin yang beroperasi di ruang
bottling dan filling line 8 dan frestea.
Tabel. 8 Pengukuran Getaran dilakukan diruang filling dan bottling line 8 serta ruang bottling dan filling frestea.
No Lokasi Pemeriksaan Ruang
bottling line 8 (µm)
Ruang bottling line frestea (µm)
Ruang filling line 8 (µm)
Ruang filling line frestea (µm)
Frekuensi NAB Getaran (µm)
1. 15,9 47,5 63,4 31,7 4 <100 2. 20,3 30,4 40,6 30,4 5 <80 3. 12,8 12,8 12,8 25,6 6,3 <70 4. 4,0 8,0 8,0 15,9 8,0 <50 5. 7,6 1,02 7,7 7,7 10 <37 6. 3,2 6,5 6,5 6,5 12,5 <32 7. 3,0 3,0 3,0 3,0 16 <25 8. 1,9 1,3 1,3 1,2 20 <20 9. 0,8 1,6 0,8 1,6 25 <17 10. 0,3 1,3 0,8 1,0 31,5 <12 11. 0,3 0,6 0,6 0,5 40 <9 12. 0,3 0,3 0,4 0,2 50 <8 14. 0,1 0,3 0,1 0,2 63 <6 Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
Upaya pencegahan getaran yang dilakukan ahli K3 PT. Coca-
Cola Amatil Indonesia Central Java dengan pemeriksaan rutin setiap 1
(satu) tahun sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri) serta melengkapi ruang kerja dengan peredam
getaran, memperbaiki dan memelihara sistem penahan getaran,
mengurangi getaran pada sumber misalnya memberi bantalan pada
sumber serta penggunaan APD berupa sarung tangan ketika bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Selain memakai APD tenaga kerja mengalami rotasi kerja dan
pergantian shift kerja.
d. Iklim kerja
Suhu yang panas berasal dari mesin-mesin yang menghasilkan
panas seperti boiler, serta mesin-mesin di ruang bottling yang bekerja
ketika mencuci botol secara modern. Tempat-tempat yang
menghasilkan panas adalah ruang filling dan bottling, ruang syrup,
ruang boiler dan ruang compressor. Hasil pengukuran iklim kerja
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 9 Hasil Pengukuran Iklim Kerja Suhu Bola Basah (ISBB) No Lokasi
pemeriksaan Hasil
pemeriksaan ISBB (oC)
Pengaturan waktu kerja setiap jam
Beban kerja
NAB ISBB (oC)
1. Ruang boiler 26,2 75% - 100% Ringan 31,0 2. Ruang syrup 27,3 75% - 100%
Ringan 31,0
3. Ruang Air Compressor
27,6 75% - 100%
Ringan 31,0
4. Ruang filling frestea
27,9 75% - 100%
Ringan 31,0
5. Ruang filling line 8
27,6 75% - 100%
Ringan 31,0
6. Ruang bottling frestea
27,4 75% - 100%
Ringan 31,0
7. Ruang bottling line 8
27,7 75% - 100%
Ringan 31,0
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Upaya pencegahan dan pengendalian iklim kerja dilakukan PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java dengan pemeriksaan rutin
setiap 1 (satu) tahun sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi
Pencegahan Pencemaran Industri) serta pemasangan air conditioner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang dipasang pada ruang-ruang seperti ruang kantor dan
laboratorium. Untuk ruang yang tidak memungkinkan dipasang air
conditioner diberi jendela, kipas angin untuk pertukaran udara.
Kondisi tenaga kerja tidak mengalami kelainan kulit akibat suhu panas.
2. Faktor bahaya kimia
Faktor bahan kimia yang terdapat di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java adalah gas, bahan-bahan kimia lain (lime atau kapur
(Ca(OH)2), chlorine, resin, NaCl, ferro sulfat (FeSO4), caustic soda
(NaOH) dan lain-lain) dan debu. Penggunaan bahan kimia di PT. Coca-
Cola Amatil Indonesia Central Java dapat menimbulkan efek kesehatan
bagi tenaga kerja maka dari itu dilakukan pemeriksaan kualitas udara.
Tabel. 10 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Parameter (mg/m2) No Lokasi
pemeriksaan SO2 NO2 H2S NH3 Ox TSP Keterangan
1. Ruang bottling
0,003 0,037 <0,001 0,003 0,017 0,28 Memenuhi NAB
2. Ruang filling line 8
0,0033 0,017 0,001 0,034 0,025 0,09 Memenuhi NAB
3. Ruang syrup 0,019 0,049 0,001 0,051 0,025 0,05 Memenuhi NAB
4. Ruang filling frestea
0,019 0,033 0,001 0,051 0,025 0,3 Memenuhi NAB
NAB 5,2 5,6 14 17 0,2 10 Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
Upaya pencegahan dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti pada
tabel 6. Usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan rutin setiap 1 (satu)
tahun sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri). Selain APD ada juga penyediaan MSDS,
pemasangan simbol bahaya, eye wash dan shower emergency.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel. 11 Faktor Bahaya di Tempat Kerja dan Usaha Pencegahan No Bagian Faktor bahaya Usaha penanggulangan 1. WTP Gas chlorine Masker gas, kacamata Chlorine cair Masker kain, sepatu karet, sarung tangan
karet Chemical
lime Masker kain, sepatu karet, sarung tangan karet
2. WWTP TSP Masker kain, sepatu karet, kacamata Urea Masker kain, sepatu karet, kacamata HCl Masker kain, sepatu karet, kacamata Chlorine Masker kain, sepatu karet, kacamata
3. Ruang Syrup
Filter Aid Masker kain, sepatu karet
Air panas Sepatu karet, sarung tangan kulit Caustic soda Masker kain, sepatu karet, kacamata Debu karbon Masker kain Konsentrat Masker kain, sepatu karet
4. Washer Caustic soda Masker kain, sepatu karet, kacamata, sarung tangan karet
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Proses produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
tidak lepas dari bahan kimia dan mesin yang dapat menimbulkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja karena tidak mungkin menghentikan
penggunaan bahan kimia dan mesin, maka diadakan usaha
penanggulangan untuk melindungi tenaga kerja seperti menyediakan alat
pelindung diri yang sesuai bagi tenaga kerja yang berinteraksi dengan
bahan kimia, penyediaan data bahan berbahaya atau Material Safety Data
Sheet (MSDS) dan modifikasi mesin.
3. Faktor bahaya biologi yang menggangu di PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java disebabkan oleh :
a. Bakteri dari saluran limbah.
b. Tikus, hama, dan serangga pengganggu lainnya yang berkeliaran
disetiap area kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4. Faktor bahaya fisiologi yang ada yang menggangu di PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java diantaranya :
a. Sikap kerja
1) Inspektor yang pekerjaannya memperhatikan botol-botol yang
lewat, memiliki sikap kerja duduk. Sikap kerja ini mengakibatkan
kelelahan mata.
2) Karyawan bagian operator filler dan washer bekerja dengan sikap
berdiri.
b. Keserasian tenaga kerja dengan peralatan atau mesin.
Peralatan kerja untuk karyawan yang berada dibagian inspektor
dilengkapi dengan kursi yang memiliki pijakan kaki agar posisi kaki
tidak menggantung.
5. Faktor bahaya psikologi sosial yang ada di PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain :
a. Hubungan karyawan dengan perusahaan, atasan, dan sesama
karyawan.
b. Hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Bersambung
Tabel 12. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko Area Produksi Line 8 di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
Task Sub Task Potensi bahaya Hazard
code Personal
Frekuensi Severity Number of person
exposure
Likelihood
Risk Rating
Tindakan Pencegahan
Kontak dengan anggota badan yang menyebabkan iritasi
CEH 4 4 1 4 64 Penggunaan APD (sarung tangan, kacamata, shower pencuci)
Terhirup NaOH menyebabkan gangguan pernafasan
CEH 4 2 1 4 32 Penggunaan APD (sarung tangan, kacamata, shower pencuci)
Getaran mesin washer PFH 2 2 1 2 8 Tidak berada dekat dengan mesin washer
Pembuatan NaOH di tank reclamasi
Terjatuh dari tangga FLH
Operator washer
2 2 1 2 8 Awareness K3
Luka akibat tertabrak forklift
MEH 2 5 2 2 40 Awareness K3, SIO operator forklift
Luka akibat pecahan botol
MEH 3 1 3 4 36 Menggunakan sepatu, sarung tangan
Tertimpa krat dan botol
FLH 5 1 1 5 25 Menggunakan APD (sepatu boot, sarung tangan)
Luka akibat terjepit krat
MEH 3 1 1 3 9 Menggunakan APD (sepatu boot, sarung tangan) dan awareness K3
Loading krat botol kosong ke case conveyor
Terkilir akibat salah angkat
MHH
Packer crew
1 1 2 2 4 Pemahaman tentang teknik angkat angkut
Pre production
Loading botol kosong ke loadtabel
Terganggunya pendengaran akibat kebisingan
NSH Packer crew
5 4 1 5 100 menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi operator
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Sambungan
Bersambung
Luka akibat terjepit bagian mesin uncaser
MEH 2 3 2 2 24 Pemasangan machine guarding
washer
Tersetrum akibat aliran listrik
ELH 1 5 1 2 10 Sepatu boot, sarung tangan safety, awareness K3
Terhirup uap chlorine menyebabkan gangguan pernafasan
CEH 4 2 1 3 24 Menggunakan masker kain
Terkena larutan chlorine menyebabkan iritasi
CEH 3 2 1 2 12 Menggunakan kacamata safety, sarung tangan karet, dan awareness penggunaan APD
Terkena larutan NaOH menyebabkan iritasi
CEH 2 2 1 2 8 Penggunaan APD (sarung tangan)
Terhirup uap NaOH menyebabkan gangguan pernafasan
CEH 2 2 1 2 8 Penggunaan masker
Getaran mesin filler PFH 2 2 1 2 8 Tidak berada dekat mesin filler
Cleaning dan sanitasi
Terpeleset karena lantai licin
FLH
2 1 1 3 6 Penggunaan sepatu boot, sarung tangan
Terganggunya pendengaran akibat kebisingan
NSH 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi operator
Kelelahan mata akibat paparan sinar lampu
ENH 3 2 3 2 36 Rotasi inspektor
Production of finish good
Pre-inspection
Luka akibat pecahan botol
MEH
Inspector
3 1 3 3 27 Menggunakan sepatu, sarung tangan dan awareness K3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Sambungan
Bersambung
Luka karena terjepit botol
MEH 1 1 2 1 2 Menggunakan sepatu, sarung tangan dan awareness K3
Terganggunya pendengaran akibat kebisingan
NSH 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi operator
Terjepit bagian mesin yang berputar
MEH 2 4 2 4 64 Pemasangan machine guarding
Merusak pernafasan akibat terhirup uap caustic
LVH 2 3 2 2 24 Memakai masker
Terpapar panas ENH 2 3 2 2 24 Memakai sarung tangan, kacamata
Iritasi karena kontak langsung dengan caustic saat sanitasi tangki
CEH 2 1 2 2 8 Menggunakan APD (safety clothes, sarung tangan, masker) dan awareness K3
Terjatuh dari tangga washer
FLH 1 4 1 2 8 Penggunaan sepatu boot, sarung tangan
Luka akibat terbentur bagian mesin
MEH 2 2 1 2 8 Awareness K3
Washing
Getaran mesin washer PFH
Operator washer
2 2 1 2 8 Tidak berada dekat dengan mesin
Terganggunya pendengaran akibat kebisingan
NSH 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi operator
Luka terjepit conveyor
MEH 3 4 2 2 48 Pemasangan machine guarding
Empty inspector
Luka terkena pecahan botol
MEH
Inspector
3 1 3 2 18 Menggunakan sepatu boot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Bersambung
Sambungan
Kelelahan mata akibat sinar lampu
ENH 1 2 3 3 18 Rotasi inspektor
Luka terjepit botol MEH 1 1 1 2 2 Menggunakan sepatu, sarung tangan dan awareness K3
Terganggunya pendengaran akibat kebisingan
NSH 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi operator
Luka akibat pecahan botol
MEH 4 4 1 4 64 Memakai kacamata, sepatu boot, sarung tangan, kaca pengaman dari mesin, pemeriksaan machine guarding
Terjepit oleh mesin MEH 4 4 1 4 64 Memakai kacamata, sepatu boot, sarung tangan, kaca pengaman dari mesin, pemeriksaan machine guarding
Getaran mesin filler PFH 2 2 1 2 8 Tidak dekat dengan mesin filler
Terpeleset akibat lantai licin dari ceceran beverage
FLH 2 1 2 2 8 Penggunaan sepatu boot dan awareness K3
Pengoperasian filler
Tertimpa peralatan berat
FLH
Operator filler dan CC
2 1 1 3 6 Awareness K3
Iritasi karena kontak langsung dengan pelumas conveyor
CEH 3 1 1 3 9 Menggunakan APD (safety clothes, sarung tangan) dan awareness K3
Pengoperasian conveyor
Terpeleset akibat lantai licin karena
FLH
2 1 1 3 6 Menggunakan APD (sepatu boot) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Bersambung
Sambungan
ceceran pelumas conveyor
awareness K3
Luka akibat pecahan botol
MEH 3 1 3 2 18 Menggunakan sarung tangan
Mata lelah akibat inspeksi
ENH 1 2 3 3 18 Menggunakan sepatu boot, sarung tangan
Fullgood inspection
Terganggunya pendengaran akibat kebisingan
NSH
5 4 1 5 100 menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi operator
Terganggunya pendengaran akibat kebisingan
NSH 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi operator
Luka akibat pecahan botol
MEH 5 1 2 2 20 Menggunakan sepatu boot, sarung tangan
Terjepit krat MEH 2 1 2 2 8 Menggunakan APD (sepatu safety) dan awareness K3
Packaging
Tersetrum akibat aliran listrik
ELH
1 2 1 2 4 Awareness K3
Luka akibat tertabrak forklift
MEH 2 5 2 2 40 Awareness K3, SIO operator forklift
Luka akibat pecahan botol
MEH 2 2 3 2 24 Menggunakan sepatu boot, sarung tangan
Terkilir akibat salah angkat beban
MHH 2 2 1 2 8 Pemahaman tentang teknik angkat angkut
palleting
Tertimpa krat FLH
1 1 3 2 6 Tumpukan krat tidak terlalu tinggi
Post production
Penggunaan transportasi forklift
Menghirup emisi kendaraan, polusi sehingga
MVH All employes
3 1 2 2 12 Memakai APD masker, WI operasional forklift, SIO forklift melalui batas nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Bersambung
Sambungan
menimbulkan ispa uji emisi Tabrakan baik dengan orang, objek atau benda maupun kendaraan
PCH All employes
3 5 1 3 45 Membuat jalur pejalan kaki, pemasangan sign tanda jalan, membuat layout jalan forklift, training driver forklift, dan memasang blind spot mirror
Kena ledakan tabung LPG
MEH Operator forklift
1 5 3 2 30 Menyakinkan bahwa tabung dan seal tidak bocor, memasang klim tabung dengan benar dan tepat. WI tentang penggunaan bahan bakar gas elpiji untuk forklift
Luka pada kepala akibat forklift terguling
FLH Operator forklift
3 4 1 2 24 Pemakaian, helm, WI operasional forklift, Training driver forklift, seat belt
Forklift yang membawa penumpang berisiko penumpang terjatuh
MVH All employes
2 3 1 3 18 Larangan forklift membawa penumpang
Kejatuhan botol atau produk sehingga melukai bagian tubuh
FLH Operator forklift
3 1 1 3 9 Pemakaian, helm, WI operasional forklift
Terganggunya pendengaran akibat kebisingan
NSH Operator forklift
3 1 1 3 9 Pemakaian APD (ear plug)
Terlindas ban forklift MVH Allemplo 2 2 1 3 12 Memakai safety shoes,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Sambungan
yes membuat jalur pejalan kaki Mesin forklift terbakar karena overheat atau konsleting
FRH Operator forklift
2 2 1 2 8 WI operasional forklift, pemasangan APAR. Forklift Daily Checklist
Terjatuh dari forklift FLH Operator forklift
2 2 1 3 12 WI operasional forklift
Semburan air radiator MEH Operator forklift
1 1 1 2 12 Training Driver forklift
Getaran mesin forklift PFH Operator forklift
2 2 1 3 12 Diatur istirahat
Tabrakan PCH All employes
4 5 1 4 80 Pembuatan pedestrian untuk jalur pejalan kaki atau tenaga kerja
Terlindas ban truk PCH 2 3 2 2 16 Memakai safety shoes, membuat jalur pejalan kaki
Mengganggu pernafasan
LVH 1 2 3 1 6 Pemakaian APD (sarung tangan, masker kain)
Terganggunya pendengaran akibat kebisingan
NSH 1 1 3 1 3 Menggunakan APD (ear plug)
Pengggunaan transportasi
Semburan air radiator MEH
All employes
1 1 1 2 2 Pemahaman tentang preventif dan maintenance forklift
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
B. Pembahasan
Faktor bahaya di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
diklasifikasikan menjadi
6. Faktor bahaya fisik
a. Kebisingan
Pada tabel 6. yang diperoleh bahwa terdapat beberapa unit yang
kebisingannya melebihi ambang batas seperti filling frestea dan filling
line 8, akan tetapi dengan pemakaian APD yaitu berupa ear plug bagi
tenaga kerja di area produksi yang dapat mengurangi intensitas
kebisingan sebesar 10.25 dB, sehingga intensitas kebisingan di ruang
filling frestea dan filling line 8 tidak melebihi NAB. Di PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java juga menerapkan sistem rotasi kerja,
maka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin produksi tersebut
tidak memberikan dampak yang besar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No : PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Kebisingan di Tempat Kerja
pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa NAB kebisingan ditetapkan sebesar
85 decibel A (dBA).
Di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java melakukan
pengendalian dengan pemakaian APD berupa ear plug bagi tenaga
kerja di area produksi dan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali dan
pelaksanaan pemeriksaan pendengaran setiap 1 (satu) tahun sekali oleh
BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri)
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
tetapi pemakaian APD pada tenaga kerja tidak konsisten sehingga
perlu adanya pendisiplinan pemakaian APD selain itu PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java juga menerapkan system rotasi kerja,
maka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin produksi tersebut
tidak memberikan dampak yang besar.
b. Pencahayaan
Dari tabel 7. hasil pemeriksaan penerangan tempat kerja di PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yang didapatkan belum
memenuhi syarat yang ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1405/MENKES/SK/XI/2002 pada lampiran I dan bahwa intensitas
cahaya ruang kerja minimal 100 lux dan lampiran II bahwa jenis
kegiatan pekerjaan kasar atau terus menerus/tidak rutin minimal 200
lux dan untuk jenis pekerjaan rutin minimal 300 lux, didapatkan hasil
di ruang lab. plant 234 lux dari NAB intensitas penerangan 300 lux, di
ruang lab. water treatment 282 lux dari NAB intensitas penerangan
300 lux, di ruang syrup 165 lux dari NAB intensitas penerangan 200
lux, di ruang filling line frestea 173 lux dari NAB intensitas
penerangan 300 lux.
Berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 tentang Ketentuan Besar
Intensitas Penerangan. Untuk pekerjaan pekerjaan yang membedakan
barang kecil, agak teliti. Pekerjaan teliti, kecil dan halus.
Membedakan barang halus dan kontras untuk waktu beberapa lama.
Membedakan barang yang sangat halus dengan kontras untuk waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
yang lama yaitu pada intensitas 200-1000 lux dan untuk pekerjaan
kasar, ruang mesin dan lain-lain. Pekerjaan yang membedakan barang
kecil, agak teliti yaitu dengan intensitas 50-200 lux.
Upaya pencegahan intensitas pencahayaan yang dilakukan ahli
K3 PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java terhadap tenaga
kerja mengatur penempatan titik lampu diutamakan pada objek kerja,
memanfaatkan sumber penerangan alami semaksimal mungkin,
membersihkan/merawat sumber penerangan secara rutin dan
berkesinambungan serta menggantinya apabila sudah redup dan untuk
usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan rutin setiap 1 (satu) tahun
sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri).
c. Getaran
Sumber getaran yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java yaitu berasal dari mesin-mesin produksi. Dari tabel 8.
hasil pemeriksaan tingkat getaran ruang bottling line 8 15,9 pm, ruang
bottling line frestea 47,5 pm, ruang filling line 8 63.4 pm, ruang filling
line frestea 31,7 pm masing-masing dengan frekuensi 4 Hz dengan
NAB < 100 pm.
Upaya pencegahan yang telah dilakukan dalam mengurangi
akan bahaya getaran maka di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java telah melakukan upaya yaitu dengan pemberian landasan penahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
getaran atau bantalan pada setiap mesin, selain memakai APD tenaga
kerja mengalami rotasi kerja dan pergantian shift kerja.
d. Iklim kerja
Dari tabel 9 hasil pemeriksaan ISSB diperoleh pengukuran
ISBB < 31,0 oC tidak melebihi NAB dan dapat disimpulkan bahwa
hasil pengukuran ISSB yang diperoleh telah memenuhi/sesuai dengan
NAB yang ditentukan yaitu ruang boiler, ruang sirup, ruang air
compressor, ruang filling frestea, filling line 8, ruang bottling frestea,
ruang bottling line 8 memenuhi nilai ambang batas dengan beban kerja
ringan dengan pengaturan waktu kerja setiap jam 75%-100 %. Hal ini
sudah sesuai dengan NAB iklim kerja atau tekanan panas sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No :
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja dan Undang-undang No. 1 Tahun 1970
Bab III pasal 3 ayat 1 point g.
Upaya pencegahan tenaga kerja mengalami dehidrasi heat
stroke, heat cramps, dan lain-lain PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java juga telah menyediakan air minum untuk mengganti ion-
ion yang telah hilang, memasang ventilasi baik general ventilation
maupun local exchausted dan adanya pembagian shift kerja dan
perusahaan juga menyediakan APD (pakaian dari bahan katun).
Sehingga iklim kerja di area produksi PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java yang telah dilakukan dalam mengendalikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
akan adanya penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor bahaya
fisik yaitu iklim kerja sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No : PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja yang
mengatur waktu kerja setiap jam berdasarkan ISSB dan untuk
pengendalian-pengendalian yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java berupa penyediaan air minum yang
cukup pada tempat-tempat bersuhu dingin tersebut maka telah sesuai
dengan No. 1 Tahun 1970 Bab III pasal 3 ayat 1.
7. Faktor bahaya kimia
Proses produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
tidak lepas dari bahan kimia dan mesin yang dapat menimbulkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja karena tidak mungkin menghentikan
penggunaan bahan kimia dan mesin, maka diadakan usaha
penanggulangan untuk melindungi tenaga kerja seperti menyediakan alat
pelindung diri, penyediaan data bahan berbahaya atau Material Safety
Data Sheet (MSDS) dan modifikasi mesin.
Untuk penyediaan APD sudah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja Bab X Pasal 14 Sub C tentang kewajiban
pengurus menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja. Sedangkan penyediaan MSDS, pemasangan
simbol bahaya. Penyediaan eye wash dan shower emergency sudah sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 187/MEN/1999
tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
Berdasarkan hasil pengukuran gas dan debu yang terakhir
dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Industri, kadar gas dan
debu yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Masih
memenuhi baku mutu yang disyaratkan. Perusahaan berpedoman pada
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No :
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja.
8. Faktor bahaya biologi yang menggangu di PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java disebabkan oleh :
a. Bakteri dari saluran limbah.
Upaya penanggulangan perusahaan dengan mendesain sistem saluran
limbah, meningkatkan kebersihan disetiap saluran limbah dan
melakukan pengecekan secara rutin setiap satu bulan sekali untuk
mengetahui adanya kebocoran.
b. Tikus, hama, dan serangga pengganggu lainnya yang berkeliaran
disetiap area kerja.
Upaya pencegahan yang dilakukan dengan pest control yang
dilakukan setiap hari oleh pihak K3 yang mengontrak PT. Proton.
Tujuan dilakukan pest control untuk mencegah terjadinya pencemaran
atau menghindari setiap kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap
bahan baku, produk setegah jadi dari hama atau kutu. Pest control
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
yang dilakukan diluar ruangan meliputi spraying, by check, fogging
dan power spraying.
Berdasarkan hasil pemantauan faktor biologi melalui kegiatan pest
control yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
Perusahaan berpedoman pada ISO 14001:2004 tentang Environmental
Management System Requirement.
9. Faktor bahaya fisiologi yang ada yang menggangu di PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java diantaranya :
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java masih banyak
dijumpai sikap dan kerja yang tidak sesuai penerapan ergonomi yang tidak
baik, pengaturan kerja yang tidak tepat. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya produktivitas kerja.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan yaitu perusahaan telah
menetapkan peraturan tentang sikap tenaga kerja yang ergonomis dan
meggunakan alat bantu dalam setiap proses kerja.
10. Faktor bahaya psikologi sosial yang ada di PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain :
Faktor mental psikologis di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java yaitu dengan adanya hubungan tenaga kerja atau karyawan
dengan karyawan, seluruh karyawan dengan supplier dan distributor dan
dengan keadaan pekerjaan yang monoton. Hal tersebut dapat
mengakibatkan kejenuhan dari tenaga kerja dan tidak ada semangat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
hal ini dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas dari tenaga kerja
tersebut.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan di PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java yaitu dengan melakukan kegiatan komunikasi,
refreshing yang dilaksanakan setiap tahun, kegiatan lomba pada perayaan
K3, kegiatan meeting dan lain-lain.
Berdasarkan data yang diperoleh kriteria risiko yang terdapat di area
produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java adalah sebagai berikut
:
1. Tahap pre production merupakan pendahuluan sebelum dilakukan
kegiatan produksi, dari identifikasi yang diperoleh didapatkan bahwa :
a) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko tertinggi (bernilai >50)
dengan maksud harus segera dilakukan tindakan untuk mengurangi
risiko, kegiatan yang bisa dihentikan atau diminimalisir sampai risiko
bahaya tersebut dapat dihilangkan atau dikontrol secara ketat dengan
tepat, yaitu :
(1) Pembuatan NaOH di Tank Reclamasi memiliki potensi bahaya
yaitu kontak dengan anggota badan yang menyebabkan iritasi
(bernilai 64). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian
yang tepat dengan menggunakan alat pelindung diri (sarung
tangan, kacamata, shower pencuci). Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bab 10 Pasal 14 mengenai kewajiban pengurus menyediakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Dalam
penggunaan APD masih didapatkan tenaga kerja yang kurang
displin dalam memakai APD, hal ini belum sesuai dengan Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja
untuk memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.
(2) Loading botol kosong ke loadtabel washer memiliki potensi
bahaya yaitu terganggunya pendengaran akibat kebisingan (bernilai
100). Dari hasi pengukuran yang dilakukan oleh BBTPPI (Balai
Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri) intensitas
kebisingan yang mengganggu pendengaran, berdasarkan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No :
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat pasal 5 ayat 1 bahwa NAB kebisingan
ditetapkan sebesar 85 dB. Kegiatan tersebut perlu mendapatkan
tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat menggunakan
ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi operator. Hal ini
sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10 Pasal 14 mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma, semua alat
pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada
dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain
yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-ahli
keselamatan kerja. Dalam penggunaan APD masih didapatkan
tenaga kerja yang kurang displin dalam memakai APD, hal ini
belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai
kewajiban dan hak tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri
yang diwajibkan.
b) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko sedang (bernilai 10-50)
dengan maksud diperlukannya monitor dan kontrol untuk memperkecil
risiko yaitu :
(1) Pembuatan NaOH di Tank Reclamasi memiliki potensi bahaya
yaitu terhirup NaOH menyebabkan gangguan pernafasan (bernilai
32). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat
dengan penggunaan APD (sarung tangan, kacamata, shower
pencuci). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10 Pasal 14
mengenai kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma,
semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-
ahli keselamatan kerja. Dalam penggunaan APD masih didapatkan
tenaga kerja yang kurang displin dalam memakai APD, hal ini
belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai
kewajiban dan hak tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri
yang diwajibkan.
(2) Loading krat botol ke case conveyor memiliki potensi bahaya yaitu
luka akibat tertabrak forklift (bernilai 40), tertimpa krat dan botol
(bernilai 25), luka akibat pecahan botol (bernilai 36). Kegiatan
tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat dengan
awareness K3, SIO operator forklift, menggunakan sepatu, sarung
tangan, sepatu boot, sarung tangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No : Per.04/Men/1985 tentang Pesawat
Tenaga Kerja dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat
pengendalian pesawat tenaga kerja dan produksi tersebut dapat
bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat
operator, serta tempat operator mesin harus cukup luas, aman dan
mudah dicapai. SIO forklift sudah mendapat sertifikat dari
Disnaker dan hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No : Per.05/Men/1985 Bab 1 pasal 4 tentang Pesawat
Angkat dan Angkut bahwa setiap pesawat angkat dan angkut harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah
memiliki keterampilan tentang pesawat angkat dan angkut. Segala
kegiatan yang menimbulkan potensi bahaya harus dilaporkan ke
bagian OHS kemudian segera dilaporkan ke Disnaker, hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No :
Per.03/Men/1998 Bab 4 tentang pengurus atau pengusaha wajib
melaporkan secara tertulis kecelakaan kepada Kepala Kantor
Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2
x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam) terhitung sejak terjadinya
kecelakaan. Sampai saat ini belum ada kecelakaan yang sampai
menyebabkan hari kerja hilang.
(3) Loading botol kosong ke loadtabel washer memiliki potensi
bahaya yaitu luka akibat terjepit bagian mesin uncaser (bernilai
24), tersetrum akibat aliran listrik (bernilai 10). Kegiatan tersebut
perlu mendapatkan pengendalian yang tepat dengan pemasangan
machine guarding, menggunakan sepatu boot, sarung tangan
safety, awareness K3. Kegiatan washing line 8 dimana mesin-
mesin tersebut tidak diberi pengaman sehingga berisiko bagi
tenaga kerja terjadi kecelakaan sehingga perlu adanya pemasangan
machine guarding untuk melindungi tenaga kerja dari mesin yang
berputar (terdapat motor penggerak). Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1985 tentang
Pesawat Tenaga dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
pengendali pesawat tenaga dan produksi dibuat dan dipasang
sedemikian rupa sehingga pesawat tenaga dan produksi tersebut
dapat bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat
operator, operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah
dicapai.
(4) Cleaning dan sanitasi memiliki potensi bahaya yaitu terhirup uap
chlorine menyebabkan gangguan pernafasan (bernilai 24), terkena
larutan chlorine menyebabkan iritasi (bernilai 12). Kegiatan
tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat dengan
menggunakan masker kain, kacamata safety, sarung tangan karet,
dan awareness penggunaan APD. Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bab 10 Pasal 14 mengenai kewajiban pengurus menyediakan
secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Dalam
penggunaan APD masih didapatkan tenaga kerja yang kurang
displin dalam memakai APD, hal ini belum sesuai dengan Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja
untuk memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
c) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko terendah (bernilai <10)
tidak memerlukan pengendalian risiko karena risiko sudah
dikendalikan secara tepat. Monitoring potensi bahaya tersebut
merupakan tanggung jawab khususnya pada OHS seperti
mempersiapkan program penilaian risiko, identifikasi bahaya,
menghilangkan atau mengurangi bahaya, mengevalusi risiko-risiko
residual, mengembangkan strategi pencegahan, mengadakan pelatihan
tentang operasional, penerapan tindakan pencegahan, monitoring
kinerja, memeriksa kembali dan merevisi.
2. Tahap production of finish goods merupakan kegiatan memproduksi
minuman berkarbonasi seperti Coca-Cola, Sprite, dan Fanta dalam
mililiter.
(1) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko tertinggi (bernilai >50)
dengan maksud harus segera dilakukan tindakan untuk mengurangi
risiko, kegiatam yang bisa dihentikan atau diminimalisir sampai risiko
bahaya tersebut dapat dihilangkan atau dikontrol secara ketat dengan
tepat, yaitu
(a) Pre-inspection, washing, empty inspector, pengoperasian filler,
fullgood inspection. packaging memiliki potensi bahaya yaitu
terganggunya pendengaran akibat kebisingan (bernilai 100).
Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat
dengan menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug,
rotasi operator. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10
Pasal 14 mengenai kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-
cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap
orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-
ahli keselamatan kerja. Dalam penggunaan APD masih didapatkan
tenaga kerja yang kurang displin dalam memakai APD, hal ini
belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai
kewajiban dan hak tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri
yang diwajibkan. Rotasi operator diperlukan untuk meminimalisir
dampak potensi bahaya terhadap operator.
(b) Washing memiliki potensi bahaya yaitu terjepit bagian mesin yang
berputar (bernilai 64). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan
pengendalian yang tepat dengan menggunakan pemasangan
machine guarding. Kegiatan washing line 8 dimana mesin-mesin
tersebut tidak diberi pengaman sehingga berisiko bagi tenaga kerja
terjadi kecelakaan sehingga perlu adanya pemasangan machine
guarding untuk melindungi tenaga kerja dari mesin yang berputar
(terdapat motor penggerak). Hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1985 tentang Pesawat
Tenaga dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pengendali pesawar tenaga dan produksi dibuat dan dipasang
sedemikian rupa sehingga pesawat tenaga dan produksi tersebut
dapat bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat
operator, operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah
dicapai.
(c) Pengoperasian filler memiliki potensi bahaya yaitu luka akibat
pecahan botol (bernilai 64), terjepit oleh mesin (bernilai 64).
Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat
dengan memakai kacamata, sepatu boot, sarung tangan, kaca
pengaman dari mesin, pemeriksaan machine guarding,
menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi
operator. Dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh BBTPPI
(Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri)
intensitas kebisingan 86 dB yang mengganggu pendengaran,
berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No
: PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat pasal 5 ayat 1 bahwa NAB kebisingan
ditetapkan sebesar 85 dB. Kegiatan washing line 8 dimana mesin-
mesin tersebut tidak diberi pengaman sehingga berisiko bagi
tenaga kerja terjadi kecelakaan sehingga perlu adanya pemasangan
machine guarding untuk melindungi tenaga kerja dari mesin yang
berputar (terdapat motor penggerak). Luka akibat pecahan botol
terjadi saat pengoperasian mesin sehingga mesin dipasang machine
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
guarding untuk melindungi pekerja dari pecahan botol yang pecah.
Dengan cara kerja apabila botol pecah maka saat tenaga kerja
membuka machine guarding maka secara otomatis mesin filler
akan berhenti beroperasi. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1985 tentang Pesawat
Tenaga dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat
pengendali pesawat tenaga dan produksi dibuat dan dipasang
sedemikian rupa sehingga pesawat tenaga dan produksi tersebut
dapat bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat
operator, operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah
dicapai.
(2) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko sedang (bernilai 10-50)
dengan maksud diperlukannya monitor dan kontrol untuk memperkecil
risiko yaitu :
(a) Pre-inspection (bernilai 36), empty inspector (bernilai 18)
memiliki potensi bahaya yaitu kelelahan mata akibat paparan sinar
lampu. Pre-inspection (bernilai 27), empty inspector (bernilai 18),
fullgood inspection (bernilai 18) memiliki potensi bahaya yaitu
luka akibat pecahan botol. Fullgood inspection memiliki potensi
bahaya yaitu mata lelah akibat inspeksi (bernilai 18). Kegiatan
tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat dengan rotasi
inspektor, menggunakan sepatu, sarung tangan dan awareness K3.
Tindak lanjut pengendalian risiko dilakukan dengan menghindari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
paparan dalam waktu dan jarak paparan sinar lampu dan rotasi
kerja bagi inspektor setiap 15 menit. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Kesehatan Kerja pasal 3 ayat 3 pemeriksaan kesehatan berkala
meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen
paru-paru (bilamana mungkin) dan labolatorium serta pemeriksaan
lain yang dianggap perlu. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan
kesehatan pengelihatan tenaga kerja. Luka akibat pecahan botol
terjadi saat pengoperasian mesin sehingga mesin dipasang machine
guarding untuk melindungi pekerja dari pecahan botol yang pecah.
Dengan cara kerja apabila botol pecah maka saat tenaga kerja
membuka machine guarding maka secara otomatis mesin filler
akan berhenti beroperasi. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1985 tentang Pesawat
Tenaga dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat
pengendali pesawat tenaga dan produksi dibuat dan dipasang
sedemikian rupa sehingga pesawat tenaga dan produksi tersebut
dapat bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat
operator, operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah
dicapai.
(b) Washing memiliki potensi bahaya yaitu merusak pernafasan akibat
terhirup uap caustic (bernilai 24), terpapar panas (bernilai 24) .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat
dengan memakai masker, sarung tangan, kacamata. Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Bab 10 Pasal 14 mengenai kewajiban
pengurus menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk
yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-ahli keselamatan
kerja. Dalam penggunaan APD masih didapatkan tenaga kerja
yang kurang displin dalam memakai APD, hal ini belum sesuai
dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai kewajiban dan hak
tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.
Rotasi operator diperlukan untuk meminimalisir dampak potensi
bahaya terhadap operator.
(c) Empty inspector memiliki potensi bahaya yaitu luka terjepit
conveyor (bernilai 48). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan
pengendalian yang tepat dengan pemasangan machine guarding,
sepatu boot, rotasi inspektor. Pemasangan cover atau pengaman
pada bagian mesin yang berjalan seperti conveyor, hal ini telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per.04/Men/1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi pasal 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat pengendali pesawat tenaga dan
produksi dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga pesawat
tenaga dan produksi tersebut dapat bekerja dengan baik, aman, dan
mudah dilayani dari tempat operator, operator mesin harus cukup
luas, aman dan mudah dicapai.
(d) Palleting memiliki potensi bahaya yaitu luka akibat tertabrak
forklift (bernilai 40), luka akibat pecahan botol (bernilai 24).
Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat
dengan menggunakan sepatu boot, sarung tangan, awareness K3,
SIO operator forklift. SIO forklift sudah mendapat sertifikat dari
Disnaker dan hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No : Per.05/Men/1985 Bab 1 pasal 4 tentang Pesawat
Angkat dan Angkut bahwa setiap pesawat angkat dan angkut harus
dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah
memiliki keterampilan tentang pesawat angkat dan angkut. Segala
kegiatan yang menimbulkan potensi bahaya harus dilaporkan ke
bagian OHS kemudian segera dilaporkan ke Disnaker, hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No :
Per.03/Men/1998 Bab 4 tentang pengurus atau pengusaha wajib
melaporkan secara tertulis kecelakaan kepada Kepala Kantor
Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2
x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam) terhitung sejak terjadinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
kecelakaan. Sampai saat ini belum ada kecelakaan yang sampai
menyebabkan hari kerja hilang.
(3) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko terendah (bernilai <10)
tidak memerlukan pengendalian risiko karena risiko sudah
dikendalikan secara tepat. Misalnya terkilir akibat salah angkat,
terpeleset akibat lantai licin dan getaran mesin filler. Monitoring
potensi bahaya tersebut merupakan tanggung jawab khususnya pada
OHS seperti mempersiapkan program penilaian risiko, identifikasi
bahaya, menghilangkan atau mengurangi bahaya, mengevalusi risiko-
risiko residual, mengembangkan strategi pencegahan, mengadakan
pelatihan tentang operasional, penerapan tindakan pencegahan,
monitoring kinerja, memeriksa kembali dan merevisi.
3. Tahap post production merupakan tahapan dimana produk jadi siap untuk
dipasarkan :
(1) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko tertinggi (bernilai >50)
dengan maksud harus segera dilakukan tindakan untuk mengurangi
risiko, kegiatan yang bisa dihentikan atau diminimalisir sampai risiko
bahaya tersebut dapat dihilangkan atau dikontrol secara ketat dengan
tepat, yaitu
(a) Penggunaan transportasi forklift memiliki potensi bahaya yaitu
tabrakan (bernilai 100). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan
pengendalian yang tepat dengan pembuatan pedestrian untuk jalur
pejalan kaki atau tenaga kerja. Hal ini telah sesuai dengan Undang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pasal 14 bahwa pengurus wajib memasang dalam tempat
kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja.
(2) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko sedang (bernilai 10-50)
dengan maksud diperlukannya monitor dan kontrol untuk memperkecil
risiko yaitu :
(a) Penggunaan transportasi forklift memiliki potensi bahaya yaitu
menghirup emisi kendaraan, polusi sehingga menimbulkan ispa
(bernilai 12), tabrakan baik dengan orang, objek atau benda
maupun kendaraan (bernilai 45), terkena ledakan tabung LPG
(bernilai 30), luka pada kepala akibat forklift terguling (bernilai
24), forklift yang membawa penumpang berisiko penumpang
terjatuh (bernilai18), terlindas ban forklift (bernilai 12), terjatuh
dari forklift (bernilai 12), semburan air radiator (bernilai 12),
getaran mesin forklift (bernilai 12). Kegiatan tersebut perlu
mendapatkan pengendalian yang tepat dengan memakai APD
masker, WI operasional forklift, SIO forklift melalui batas nilai uji
emisi, membuat jalur pejalan kaki, pemasangan sign tanda jalan,
membuat layout jalan forklift, training driver forklift, dan
memasang blind spot mirror, menyakinkan bahwa tabung dan seal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
tidak bocor, memasang klim tabung dengan benar dan tepat, WI
tentang penggunaan bahan bakar gas elpiji untuk forklift,
pemakaian helm, seat belt, larangan forklift membawa penumpang,
safety shoes. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10 Pasal 14
mengenai kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma,
semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-
ahli keselamatan kerja.
(b) Pengggunaan transportasi memiliki potensi bahaya yaitu terlindas
ban truk (bernilai 18). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan
pengendalian yang tepat dengan memakai safety shoes, membuat
jalur pejalan kaki. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10
Pasal 14 mengenai kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-
cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap
orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-
ahli keselamatan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
(3) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko terendah (bernilai
<10) tidak memerlukan pengendalian risiko karena risiko sudah
dikendalikan secara tepat. Misalnya pengangkutan barang jadi
yang mempunyai potensi bahaya kejatuhan botol atau produk
sehingga melukai bagian tubuh (bernilai 9), terganggunya
pendengaran akibat kebisingan (bernilai 9), mesin forklift terbakar
karena overheat atau korsleting (bernilai 8). Monitoring potensi
bahaya tersebut merupakan tanggung jawab khususnya pada OHS
seperti mempersiapkan program penilaian risiko, identifikasi
bahaya, menghilangkan atau mengurangi bahaya, mengevalusi
risiko-risiko residual, dan mengembangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil pembahasan magang di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang minuman ringan berkarbonasi (beverage).
Adapun produk yang diproduksi oleh perusahaan minuman ini adalah
Coca-Cola, Fanta, Sprite, dan frestea.
2. Monitoring faktor bahaya di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java :
a. Faktor bahaya fisik
1) Dari tabel 6 yang diperoleh bahwa terdapat beberapa unit yang
kebisingannya melebihi ambang batas seperti filling frestea dan
filling line 8, akan tetapi dengan pemakaian APD yaitu berupa ear
plug yang dapat mengurangi intensitas kebisingan sebesar 10,25
dB. Upaya pengendalian PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java dengan pemakaian APD berupa ear plug di area produksi dan
pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali dan pelaksanaan
pemeriksaan pendengaran setiap 1 (satu) tahun sekali oleh BBTPPI
(Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri) tetapi
pemakaian APD pada tenaga kerja tidak konsisten di area produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
sehingga perlu adanya pendisiplinan pemakaian APD selain itu PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java juga menerapkan system
rotasi kerja, maka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin
produksi tersebut tidak memberikan dampak yang besar.
2) Dari tabel 7. hasil pemeriksaan penerangan tempat kerja di PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yang didapatkan belum
memenuhi syarat yang ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 pada lampiran I dan bahwa
intensitas cahaya ruang kerja minimal 100 lux dan lampiran II
bahwa jenis kegiatan pekerjaan kasar atau terus menerus/tidak
rutin minimal 200 lux dan untuk jenis pekerjaan rutin minimal 300
lux, didapatkan hasil di ruang lab. plant 234 lux dari NAB
intensitas penerangan 300 lux, di ruang lab. water treatment 282
lux dari NAB intensitas penerangan 300 lux, di ruang syrup 165
lux dari NAB intensitas penerangan 200 lux, di ruang filling line
frestea 173 lux dari NAB intensitas penerangan 300 lux. Upaya
pencegahan intensitas pencahayaan yang dilakukan ahli K3 PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java terhadap tenaga kerja
mengatur penempatan titik lampu diutamakan pada objek kerja,
memanfaatkan sumber penerangan alami semaksimal mungkin,
membersihkan/merawat sumber penerangan secara rutin dan
berkesinambungan serta menggantinya apabila sudah redup dan
untuk usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan rutin setiap 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
(satu) tahun sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi
Pencegahan Pencemaran Industri).
3) Dari tabel 8. hasil pemeriksaan tingkat getaran ruang bottling line 8
15,9 pm, ruang bottling line frestea 47,5 pm, ruang filling line 8
63,4 pm, ruang filling line frestea 31,7 pm masing-masing dengan
frekuensi 4 Hz dengan NAB< 100 pm. Upaya pencegahan yang
telah dilakukan dalam mengurangi akan bahaya getaran dengan
pemberian landasan penahan getaran atau bantalan pada setiap
mesin, selain memakai APD tenaga kerja, pendisiplinan pemakaian
APD juga harus ditindak tegas sehingga tenaga kerja sadar akan
bahaya yang ada di lingkungan kerja dan dapat menguranginya
dengan pemakaian APD yang konsisten selain APD tenaga kerja
mengalami rotasi kerja dan pergantian shift kerja.
4) Dari tabel 9 hasil pemeriksaan ISSB diperoleh pengukuran ISBB <
31,0 oC tidak melebihi NAB dan dapat disimpulkan bahwa hasil
pengukuran ISSB yang diperoleh telah memenuhi/sesuai dengan
NAB yang ditentukan yaitu ruang boiler, ruang sirup, ruang air
compressor, ruang filling frestea, filling line 8, ruang bottling
frestea, ruang bottling line 8 memenuhi nilai ambang batas dengan
beban kerja ringan dengan pengaturan waktu kerja setiap jam 75%-
100 %. Hal ini sudah sesuai dengan NAB iklim kerja atau tekanan
panas sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No : PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Dalam
upaya pencegahan tenaga kerja mengalami dehidrasi heat stroke,
heat cramps, dan lain-lain PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java juga telah menyediakan air minum untuk mengganti
ion-ion yang telah hilang, memasang ventilasi baik general
ventilation maupun local exchausted dan adanya pembagian shift
kerja dan perusahaan juga menyediakan APD (pakaian dari bahan
katun).
b. Faktor bahaya biologi
Faktor biologi seperti tikus dan serangga penganggu lainnya yang
dikendalikan dengan pest control yang berpedoman pada ISO
14001:2004 tentang Environmental Management System Requirement.
c. Faktor fisiologi
Dapat dilihat dari sikap kerja dan keserasian antara tenaga kerja
dengan peralatan/mesin yang digunakan, serta faktor terakhir yaitu
faktor psikologi sosial data dilihat dari aspek hubungan antara
karyawan dengan perusahaan, atasan dan sesama karyawan serta
hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar.
Untuk mengendalikan semua faktor bahaya dan potensi bahaya
tersebut PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java melakukan
pengukuran dan pemantauan dan perbaikan secara rutin yang sesuai
dengan hierarki pencegahan dan pengendalian kecelakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
3. Pelaksanaan program monitoring potensial bahaya di Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java dilakukan maksimal satu bulan sekali dengan
melalui tahapan seperti berikut :
a. Identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan
hazard/bahaya di area produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java mempertimbangkan setiap tahap pre production,
production of finish goods dan post production telah dilakukan dengan
baik juga adanya upaya pencegahan dan pengendalian telah dilakukan.
b. Tahapan-tahapan proses penilaian risiko yang dilakukan untuk menilai
tingkat risiko kecelakaan atau cidera dan sakit dan merupakan proses
kelanjutan dari proses identifikasi hazard dengan mengestimasi tingkat
kekerapan dengan 5 tingkatan kekerapan, estimasi tingkat keparahan
yang mempunyai 5 tingkatan, penentuan jumlah orang terkena paparan
bahaya, penentuan kemungkinan (likelihood), penentuan risk rating
semua data telah diolah selanjutnya dilakukan upaya pencegahan dan
pengendalian bahaya secara benar dan sesuai standar yang telah
ditetapkan sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan aman tanpa
adanya gangguan yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja.
c. Dalam melakukan pengendalian risiko terhadap potensi bahaya yang
ada, harus berpedoman pada hirarki pengendalian risiko sebagai
berikut : eliminasi cara menghilangkan potensi bahaya langsung dari
sumbernya, subsitusi mengganti kegiatan atau potensi bahaya yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
dengan yang lebih aman, rekayasa/engineering dengan kegiatan
merekayasa atau memodifikasi peralatan atau alat yang ada sehingga
sumber bahaya atau potensi bahaya yang ada dapat berkurang
misalnya pemasangan machine guarding atau pagar pengaman mesin
atau penutup conveyor, pengendalian administrasi dengan mengurangi
tingkat risiko atas potensi bahaya yang mungkin timbul dengan cara
melakukan/menetapkan aturan, prosedur dan cara bekerja yang aman,
alat pelindung diri yang sesuai dengan tipe potensi bahaya yang ada
sehingga pekerja terlindung dari potensi bahaya yang mungkin timbul
dalam aktivitas pekerjaannya.
d. Secara keseluruhan potensial bahaya ada di PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java sudah terkendali dengan baik dengan adanya
monitoring keselamatan dan kesehatan kerja yang baik yang dilakukan
maksimal satu bulan sekali.
e. Seluruh tenaga kerja dan kontraktor PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java yang berada di area produksi telah menggunakan alat
pelindung diri sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.
Meskipun terkadang ditemui beberapa pelanggaran dikalangan tenaga
kerja seperti melepas APD saat bekerja, mengelas tidak menggunakan
sarung tangan, dll. Sehingga perlu adanya pendisiplinan pemakaian
APD pada tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
B. Saran
1. Perlu adanya ketegasan pelaksanaan penggunaan alat pelindung diri
dengan pemberian sanksi yang tegas bagi siapa saja yang tidak
menggunakan alat pelindung diri pada saat memasuki area/wilayah yang
diwajibkan memakai pelindung diri.
2. Sebaiknya ada pendisiplinan tentang pelaksanaan alat pelindung diri
karena masih ada tenaga kerja yang tidak menggunakan alat pelindung
diri.
3. Lebih ditingkatkan tentang awareness penggunaan alat pelindung diri
ketika bekerja
4. Perlunya perawatan alat pelindung diri yang digunakan oleh tenaga kerja
sehingga alat pelindung dapat digunakan lebih lama dan berfungsi dengan
baik.
5. Sebaiknya perlu adanya perawatan dan renovasi peletakan penyimpanan
kotak alat pelindung diri yang berada di luar ruangan seperti bagian
workshop maintenance engineering, dan bagian waste water treatment
plant diletakkan didalam ruangan agar memudahkan tenaga kerja dalam
mengambil alat pelindung diri.
6. Sebaiknya perlu adanya training alat pelindung diri secara rutin untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemakaian alat pelindung diri
bagi keselamatan tenaga kerja karena training alat pelindung diri belum
dilaksanan dengan rutin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
7. Perusahaan masih berpedoman pada Kepmenaker No. 51/Men/1999 dan
SE-01/Men/1997 sekarang sudah dicabut dan sebaiknya perusahaan
beralih pada peraturan pemerintah yang baru Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No : PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
DAFTAR PUSTAKA
A.M Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Universitas Diponegoro : Semarang.
Adriana Pusparini. 2008. Faktor Biologi di Tempat Kerja. Hal 48. Universitas
Diponegoro : Semarang. Ardyanto. 2005. Potret Iklim Kerja dan Upaya Pengendalian Lingkungan pada
Perusahaan Peleburan Baja di Sidoarjo. Universitas Airlangga : Surabaya. http//journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-05.pdf.(02 Maret 2012)
Coca-Cola Amatil Indonesia. 2003. Dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java. Semarang : QMS Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). 2002. Kecelakaan
Kerja dan Cedera yang Dialami oleh Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gading Jakarta. Universitas Indonesia. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/.pdf. (12 Maret 2012)
Dodiet Aditya S. 2009. Metodologi Penelitian Deskriptif.
http://adityasetyawan.files.wordpress.com/2009/10/pnelitiandeskriptif1.pdf (10 Maret 2012)
Harrianto, Ridwan. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Buku Kedokteran ECG :
Jakarta. Jati Kusuma. 2010. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Karyawan PT. Bitratex Industries Semarang. Universitas Diponegoro : Semarang. http://eprints.undip.ac.id/15260/1/Ibrahim Jati Kusuma.pdf. (10 Maret 2012).
Lestari Martina Indah. 2005. Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Portal K3 Moeljosoedarmo Soeripto. 2008. Higiene Industri. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. Soehatman Ramli. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif
K3 OHS Risk Management. Jakarta : PT. Dian Rakyat. Suma`mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT Toko
Gunung Agung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Suma`mur. 2009. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Masagung Sungkar Lubis. 2003. Dampak Kebisingan Frekuensi 6000 dan 8000 Hz Terhadap
Ketulian Karyawan K3 http://www.ekologi.lithang.depkes.go.id/data/vci%202/sukar2_1.pdf. (18 Maret 2012)
Syukri Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia Tarwaka. 2008. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta : Uniba Press
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
JADWAL KERJA PRAKTEK (KP)
PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA
01 Februari – 31 Februari 2012
Keterangan Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
Minggu I - - Observasi Enginering Poliklinik
Minggu II
Safety
Patrol &
Safety Act
First Aid Building House Keeping Waste Water Treatment
Minggu III Produksi PPE Ijin Kerja
Hearing
Conservation
& MCU
Hazard JSA
Minggu IV Fire
Emergency
Machine
Guarding &
Electric
Safety
- - -
Semarang, 2 Februari 2012 Mengetahui,
Mahasiswa KP OHS. Supervisor
Lampiran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Hazard Code
Tabel. Hazard / Bahaya
No. Kriteria Hazard Code
1 Fall Hazard misalnya : terjatuh dari ketinggian, tertimpa benda / material
FLH
2 Machinery Entrapment, misalnya terjepit v-belt, terpotong, luka akibat mesin
MEH
3 Noise Hazard, bahaya kebisingan NSH
4 LEV Hazard, bahaya debu, uap beracun yang memerlukan Local Exhaust ventilation
LVH
5 Manual Handling Hazard, bahaya akibat melakukan aktivitas handling manual seperti terkilir, penyakit yang timbul akibat aspek ergonomic, dsb
MHH
6 Fire Hazard, bahaya kebakaran FRH
7 Material handling Equipment / Pedestrian Collision, bahaya yang timbul dari peralatan untuk handling dan bahaya tertabrak
PCH
8 Confined Space Hazard, bahaya berada dalam Ruang terbatas CSH
9 Chemical Exposure, bahaya terpapar bahan kimia CEH
10 Electrical Hazard, bahaya listrik (kesetrum, dsb ) ELH
11 Energy Hazard , bahaya dari energy, misalnya steam, panas, dsb ENH
12 Motor Vehicle Hazard , bahaya dari aktifitas mengendarai kendaraan roda empat
MVH
13 Motorcicle Hazard , bahaya dari aktifitas mengendarai kendaraan roda dua
MCH
14 Environmental Hazard , bahaya yang dikarenakan adanya kondisi Lingkungan seperti Cuaca, Iklim
ENH
15 Crime Hazard , bahaya yang dikarenakan adanya tindakan criminal CMH
16 Physical Hazard , bahaya dari ruangan bertemperatur/suhu tinggi , radiasi sinar elektromagnetik serta adanya pada bahaya getaran ( Vibration )
PFH
17 Biological Hazard , bahaya kemungkinan terdapatnya virus, bakteri, parasit, jamur, serangga, binatang buas, dll
BGH
18 Psikology Hazard , adanya suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja kurang baik, upah kerja kurang, terpencil, tak sesuai bakat.
PSH
Lampiran 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Occupational Health & Safety Report
Human Resources Department
Coca-Cola Amatil Indonesia – Central Java
Number: 001-D-INV-2011-03-NM
FORMULIR PELAPORAN INVESTIGASI KEJADIAN
COCA-COLA AMATIL INDONESIA – CENTRAL JAVA
(Pelaporan Kecelakaan atau Pencatatan Pertolongan Pertama) Diisi oleh tim investigasi
LAPORAN INVESTIGASI
TANGGAL KECELAKAAN 10 Maret 2012
TANGGAL INVESTIGASI 10 Maret 2012
NOMOR LAPORAN KECELAKAAN :
IDENTIFIKASI PELAKU KECELAKAAN
NAMA 00000000000000 TANGGAL LAHIR
NO ID / NIK - N AMA ATASAN LANGSUNG
POSISI / JABATAN DM N AMA KELUARGA
AREA KERJA 00000000000000 NO. TELEPHONE 000000000
KONDISI KARYAWAN SAAT TERJADINYA KECELAKAAN
� SENDIRI
� DENGAN KARYAWAN LAIN
� DIBAWAH PENGAWASAN
� TIDAK DIAWASI
SAKSI YANG MELIHAT SAAT KEJADAIAN (BILA ADA )
NAMA Yatin Kuspriyadi JABATAN TELPH.
KEGIATAN SAAT TERJADINYA KECELAKAAN
� SAAT BERANGKAT KERJA
(Traveling to Office /Work)
� DALAM AREA KERJA
(Workplace Accident)
� BERHUBUNGAN DGN AREA KERJA (Traveling During Office
Hours
� DALAM PERJALANAN
PULANG
(Traveling to Home)
PENJELASAN : Menuju DC untuk reload
DESKRIPSI KECELAKAAN (DETAIL DESKRIPSI DAN GAMBAR SKEMA KECELAKAAN)
Pada Hari Sabtu , 10 Maret 2012 sekitar jam 09.15 wib Sdr. 0000000000 – Deliveryman- saat dalam perjalanan untuk mengantar Produk ke outlet jalan raya Petarukan km 8 kabupaten Pemalang mengendarai Mobil Toyota Dyna Light Truk No Pol H 1324 UW , berjalan berputar arah saudara 00000000 berhenti disebelah kiri marka sambil menunggu jalur benar-benar dalam keadaan sepi dan aman, tetapi saat mulai mengarahkan truk H 1324 UW berputar arah tiba-tiba dari belakang bis PO Nusantara melaju dengan kecepatan tinggi dan sopir bis tidak bisa menguasai kendaraan sehingga menabrak truk H 1324 UW bagian kanan depan Note :
• Kejadian ini melibatkan pihak Kepolisisan
• Kondisi jalan sepi dan aman
KESIMPULAN INVESTIGASI :
Kecelakaan terjadi karena kurang memperhatikan bahaya saat berputar arah dan bis PO Nusantara melaju terlalu kencang Dalam Safety riding pengemudi dituntut untuk selalu hati-hati dan waspada , menjaga jarak aman dengan kendaraan didepannya, sehingga dapat merespon dengan cepat bila terjadi sesuatu hal dijalan.
TINDAKAN PERBAIKAN YANG DIAMBIL/DIRENCANAKAN UNTUK MENCEGAH TERULANG KEMBALI:
Wajib mentaati Peraturan Lalu Lintas dan Wajib menggunakan perlengkapan safety saat mengemudikan kendaraan. Dalam Devensife Driving Pengemudi dituntut untuk menjaga jarak aman , harus mengetahui dengan benar kondisi lalu lintas baik dari arah depan maupun belakang ( Karyawan wajib membaca kembali buku Devensife Driving ) Menekankan agar lebih berhati-hati ketika mengendarai kendaraan dijalan raya. Menekankan utuk berputar arah di tempat yang aman dan luas. APAKAH TIPE KECELAKAAN INI PERNAH TERJADI
SEBELUMNYA:
� YA � TIDAK
JIKA YA, DETILNYA
ESTIMASI HARI YANG HILANG (DAY LOST ) ……………0………….. HARI
OHS-MGM-D-F-001.21.2 Rev : 01 Tgl. 01 January 2011 Oleh : OHS Hal : 94 to
105
Lampiran 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Occupational Health & Safety Report
Human Resources Department
Coca-Cola Amatil Indonesia – Central Java
ESTIMASI KERUGIAN ( RP,- )
� HARI YANG HILANG 0
� KECELAKAAN
� RUMAH SAKIT Belum (korban masih dirawat)
� RAWAT JALAN 0
� LAIN-LAIN
� PRODUCT HILANG
� ADMINISTRASI KEPOLISIAN Rp. 2.000.000,00
� PENDEREKAN Rp. 700.000,00
� KOMPENSASI
TOTAL KERUGIAN Rp. 2.700.000,00
PENILAIAN KERUSAKAN
MEMBAHAYAKAN ORANG KERUSAKAN ASSET IMPAK TERHADAP REPUTASI
� Tidak ada cedera � Tidak ada kerusakan � Tidak ada impak
� Luka atau impak ke kesehatan minor � Kerusakan kecil � Impak sedikit
� Luka atau impak ke kesehatan sedikit � Kerusakan minor � Impak terbatas
� Luka atau impak ke kesehatan major � Kerusakan medium � Impak yang cukup
diperhitungkan
� Cacat permanent � Kerusakan major � Impak secara nasional
� Kematian � Kerusakan parah � Impak secara internasional
NAMA ATASAN Minarko
TANGGAL 12 Agustus 2011 TANDATANGAN
TINDAKAN PENYEMBUHAN TELAH DILENGKAPI � YA � TIDAK
JIKA TIDAK, KAPAN?
NAMA MANAGER Didik Sigit Setiawan
TANGGAL 10 Maret 2012 TANDATANGAN
TINDAKAN PENYEMBUHAN/DILOG PADA SISTEM Kejadian tersebut telah dilaporkan ke OHS dan P2K3 untuk dilakukan investigasi . Tidak ada korban luka dari kejadian ini
� YA � TIDAK
(Jika tidak, kembalikan ke Manager)
DILAPORKAN / MENGETAHUI
NAMA JABATAN TANGGAL TANDA TANGAN
OHS OFFICER 04 Maret 2011
DS MANAGER 04 Maret 2011
OHS MANAGER 04 Maret 2011
FLEET MANAGER 04 Maret 2011
HR REGION MANAGER 04 Maret 2011
DISTRIBUSi: �
OHS-MGM-D-F-001.21.2 Rev : 01 Tgl. 01 January 2011 Oleh : OHS Hal : 95 to
105