laporan tetap biokimia i rizki
DESCRIPTION
dsTRANSCRIPT
BIOKIMIA I
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
LEMAK
Nama : Rizki Kamil
Nim : 05101003042
Kelompok : VI
Jurusan : Teknologi Pertanian (THP)
Hari/Jam : Jumat/10.00 WIB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua bahan pangan banyak mengandung lemak dan minyak,
terutama yang berasal dari hewan. Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada
jaringan adiposa. Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan
tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam
proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi
tiga tahap yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak dan
kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak (Winarno,
2004).
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut
dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai
polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
Pengertian umum kata lemak mempunyai arti suatu zat yang tidak larut dalam
air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang. Sedangkan perkataan minyak
dapat mempunyai dua pengertian. Bila digunakan bersama-sama dengan kata lemak
dalam ekspresi lemak dan minyak maka dapat diartikan bahwa zat tersebut sebagai
lemak, kecuali bila ia merupakan bentuk cairan yang sempurna pada suhu biasa,
maka ia disebut minyak. Minyak sendiri dapat dibedakan secara fundamental dari
berbagai macam cairan lain seperti minyak tambang dan minyak atsiri. Minyak
sering disebut juga asam lemak (Satrohamidjojo, 2005).
Lemak hampir sebagian besar mengandung ester-ester dan pada dasarnya
lemak mempunyai komposisi yang sederhana. Ester-ester lemak adalah non volatile
dan tak berbau, tetapi memiliki semua sifat-sifat yang karakteristik dari ester-ester
pada umumnya. Lemak terbentuk dari gliserol yang dapat mengadakan
penggabungan dengan asam-asam organik yang disebut asam-asam lemak
membentuk rangkaian alifatik yang lurus. Hampir selalu asam-asam yang
membentuk lemak mempunyai jumlah atom C genap per molekulnya, biasanya
antara C8 hingga C24 (Satrohamidjojo, 2005).
Lemak merupakan senyawa yang larut dalam air yang dapat dipisahkan dari
sel dan jaringan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik yang relatif non
polar, misalnya dietil eter atau kloroform. Oleh sebab itu, senyawa ini dibagi
menurut sifat fisiknya yaitu senyawa yang larut dalam pelarut non polar dan yang
tidak larut dalam air dan tidak dibagi menurut strukturnya. Meskipun struktur lemak
bermacam-macam, semua lemak mempunyai sifat struktur yang spesifik, yaitu
mempunyai gugusan hidrokarbon hidrofob yang banyak sekali dan hany sedikit, jika
ada, gugusan hidrokarbon hidrofil. Hal ini menggambarkan sifat struktur lemak yang
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non polar. Perbedaan lemak dan
minyak adalah pada sifat fisiknya.
Pada temperatur kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu
kekecualian adalah minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada
temperatur 21-25ºC, hampir sama dengan temperatur kamar di daerah beriklim
dingin dan di bawah temperatur kamar di daerah tropis. Lemak dan minyak pada
umumnya merupakan trigliserida yang tidak homogen dengan beberapa kekecualian.
Oleh sebab itu kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang
berbeda, misalnya satu asam palmitat, satu asam stearat dan satu asam oleat sebagai
esternya. Golongan asam lemak yang spesifik yang ada dalam trigliserida tergantung
pada jenis spesies dan kondisi lainnya (Fessenden, 1994).
B. Tujuan
Tujuan praktikum mengenai Lemak ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat
Lemak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Uji Penyabunan
Prinsip dari pengujian lemak dengan cara penyabunan, yaitu jika alkali
bergabunga dengan asam lemak akan membentuk sabun, yang dapat berfungsi
sebagai emulgator. Lemak dapat dihrolisis dengan pemanasan menggunakan pelarut
asam, pelarut basa, dan enzim. Sedangkan jika lemak dihidrolisis dengan
menggunakan KOH atau NaOH akan terbentuk penyabunan dimana berfungsi
sebagai emulgator (Tim Pengasuh Biokimia I, 2006).
Penyabunan dengan menggunakan KOH akan menguraikan lemak menjadi
asam lemak dan gliserol dimana ikatan gandanya akan berubah menjadi ikatan
tunggal, seperti pada rumus bangun dibawah ini.
O
CH2 – O – C - R1 H2C – OH R1COOK
O 3 KOH
CH - O - C - R2 + 3H2O HC – OH + R2COOK
O
CH2 – O – C - R3 H2C – OH R3COOK
(Tim Pengasuh Biokimia I, 2006).
B. Titik cair dan titik beku
Sedangkan pengujian dengan cara titik cair dan titik beku lemak/minyak akan
mencair bila dipanaskan pada suhu tertentu dan akan membeku pada suhu tertentu
pula, tergantung pada titik cairnya dan titik bekunya. Pengujian dengan cara
perubahan titik didih dan titik beku ini ditetapkan, bahwa suhu ruangangan adalah
suhu kamar yaitu bersuhu 28oC, sedangkan pada lemak yang berbentuk pada seperti
mentega dan margarine, tidak diuji titik bekunya, yang diuji hanya titik cairnya.
Terjadinya perubahan wujud lemak dari padat menjadi cair karena ikatan gandanya
berubah menjadi ikatan tunggal (Tim Pengasuh Biokimia I, 2006).
C. Asam Lemak Jenuh
Asam lemak disebut jenuh bila semua atom C dalam rantainya diikat tidak
kurang daripada dua atom H, hingga dengan demikian tidak ada ikatan rangkap.
Asam-asam lemak jenuh yang telah dapat diidentifikasi sebagai bagian dari lemak
mempunyai atom C4 hingga C26. Asam palmitat C16 terdapat paling banyak, senyawa
tersebut merupakan bagian dari hampir semua lemak (Sutresna, 2002).
Di dalam minyak palem asam palmitat ini merupakan bagian paling besar
(35-40%) dari asam-asam yang lainnya. Asam-asam jenuh yang banyak
pemakaiannya antara lain laurat (C12), miristat (C14), dan stearat (C18). Asam stearat
terdapat dalam jumlah besar (10-30%) dalam lemak-lemak binatang, tetapi biasanya
hanya sedikit terdapatnya dalam lemak-lemak tumbuh-tumbuhan. Asam-asam lemak
tidak menunjukkan kenaikan yang teratur dalam titik cairnya dengan kenaikan
panjang rantainya. Asam lemak jenuh yang terbanyak adalah yang beratom C16 dan
C18 (Sutresna, 2002).
D. Asam Lemak Tak Jenuh
Asam-asam lemak yang di dalamnya rantai karbonnya mengandung ikatan
rangkap disebut asam lemak tak jenuh. Derajat ketidakjenuhan dari minyak
tergantung pada jumlah rata-rata dari ikatan rangkap di dalam asam lemak. Pada
asam lemak tak jenuh, masih dibedakan antara asam yang mempunyai bentuk non
conjugated yaitu ikatan rangkap dalam rantai C selalu dipisahkan oleh dua ikatan
tunggal. Bentuk yang lain adalah asam yang conjugated, dimana antara atom-atom C
yang tertentu terdapat ikatan tunggal dan ikatan rangkap berganti-ganti (Winarno,
2001).
Asam lemak tak jenuh yang mempunyai atom C kurang dari 10 belum
diperoleh di alam, dan asam-asam dengan C10, C12, dan C14 hanya sedikit terdapat di
dalam beberapa lemak. Asam-asam lemak tak jenuh yang paling banyak
mengandung atom C18. Asam-asam oleat, linoleat, dan linolenat masing-masing
mempunyai ikatan rangkap dua, satu pada C9, dua pada atom C9 dan C12, dan tiga
pada atom C9, C12, dan C15 (Winarno, 2001).
Asam-asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis lemak dan minyak yang
berasal dari alam biasanya mempunyai rantai tak bercabang dengan jumlah atom
karbon genap. Kebanyakan asam-asam karboksilat yang diperoleh dari lemak dan
minyak adalah memiliki jumlah atom karbon C14, C16, C18. Sebagai tambahan hasil
hidrolisis terhadap lemak, mentega memberikan sejumlah kecil asam karboksilat
jenuh dengan jumlah karbon genap C4, C12. Senyawa-senyawa tersebut meliputi
asam-asam butirat (butanoat), kaproat (heksanoat), kaprilat (oktanoat), kaprat
(dekanoat), dan laurat (dodekanoat) (Winarno, 2001).
Kebanyakan minyak terbentuk dari asam lemak tak jenuh. Jika minyak
tersebut dihidrogenasi akan menghasilkan lemak padat. Ikatan rangkap yang
memiliki isomer geometri cis pada asam lemak tak jenuh dapat memberikan
keterangan bahwa bentuk tersebut tidak mudah membentuk struktur kristal dalam
wujud padat. Dalam perdagangan lemak yang digunakan untuk memasak.
Hidrogenasi sempurna justru dicegah karena triasilgliserol jenuh sempurna menjadi
keras dan mudah pecah (Winarno, 2001).
Asam linoleat, linolenat, dan arakidonat termasuk asam lemak esensial.
Sebagaimana asam karboksilat, maka asam lemak dapat membentuk ester,
membentuk halida, dan sebagainya. Bentuk ikatan cis dapat diubah menjadi trans,
adanya ikatan rangkap bisa direduksi, dioksidasi, dan lain sebagainya. Asam lemak
yang ada dalam alam dapat dikelompokkan atas dasar jumlah atom C, taraf
kejenuhan dan tingkat esensialitasnya. Asam lemak yang tergolong dalam asam
lemak esensial antara lain adalah asam linoleat dan linolenat (Martoharsono, 2000).
Gliseral (C3H5) yang mempunyai berat molekul 41 merupakan bagian dari
molekul tigliserida. Gliseral ini bergabung dengan radikal asam lemak (R-COO-)
yang mempunyai berat molekul antara 650 hingga 970. Itulah sebabnya bahwa asam
lemak terkontribusi antara 95-96% dari berat molekul lemak total (Satrohamidjojo,
2005).
Asam lemak yang mempunyai berat molekul yang paling besar di dalam
molekul gliserida juga merupakan bagian yang reaktif. Hingga dapat dimengerti
bahwa asam lemak mempunyai pengaruh yang besar terhadap lemak dan minyak.
Asam lemak yang menyusun lemak ini masih dibedakan antara asam lemak yang
jenuh dan tak jenuh (Satrohamidjojo, 2005).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya pada hari
Jum’at, 4 November 2011 pukul 10.00 WIB.
B. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) Beaker glass, 2) gelas
ukur, 3) hot plate, 4) penjepit tabung reaksi, 5) pipet tetes, 6) spatula, 7) stopwatch,
8) tabung reaksi, 9) termometer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) aquadest, 2) air
suling, 3) batu es, 4) keju, 5) KOH, 6) minyak bimoli, 7) minyak curah, 8) NaOH, 9)
simas palmia.
C. Cara Kerja
Cara kerja praktikum mengenai lemak adalah :
Penyabunan.
1. - Masukkan sedikit bahan percobaan (4-5 tetes) kedalam tabung reaksi.
- Tambahkan 3 mL air suling dan masukkan 1 mL larutan KOH
beralkohol.
- Panaskan campuran tersebut sampai mendidih 1-2 menit.
- Kocok dan perhatikan pembentukan busa.
2. - Ulangi percobaan (1) tetapi larutan KOH beralkohol diganti dengan larutan
NaOH alkohol.
- Bandingkan hasilnya dan lakukan untuk semua bahan.
Titik cair dan titik beku.
1. Tabung reaksi diisi dengan bahan sebanyak setengah tabung reaksi.
2. Beaker glass diisi dengan air es.
3. Tabung reaksi diletakkan didalam beaker glass yang diisi air es.
4. Ukur dengan termometer, lalu ukur suhu dan waktunya.
5. Beaker glass diisi dengan air biasa.
6. Tabung reaksi diletakkan di dalam beaker glass yang diisi air biasa.
7. Ukur dengan termometer, lalu ukur suhu dan waktunya.
8. Ulangi percobaan dengan bahan yang lain.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan maka hasil yang didapatkan
adalah :
Kel/ Bahan
Titik Cair (0C)
Titik Beku (0C)
Penyabunan
IMinyak Curah
45 15
Minyak + NaOH : lebih banyak busa, lebih keruh, dan lebih stabil dibandingkan dengan minyak + KOH
IIMinyakBimoli
54 18
Minyak + NaOH : lebih banyak busa, lebih keruh, dan lebih stabil dibandingkan dengan Minyak + KOH
IIISimas Palmia
45 27,5
Minyak + NaOH : berbusa, stabil, dan terdapat 3 lapisan sedangkan minyak + KOH berbusa tapi tidak stabil dan terdapat 2 lapisan, cair dan minyak
IVKeju
63 25
Minyak + NaOH : lebih banyak busa, lebih stabil, dan lebih keruh sedangkan minyak + KOH busa sedikit, tidak stabil, dan lebih bening
B. Pembahasan
Uji penyabunan merupakan proses hidrolisis lemak yang terurai menjadi
asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa,
atau enzim tertentu. Pada praktikum ini digunakan larutan NaOH dan KOH. Proses
hidrolisis yang menggunakan basa tersebut akan menghasilkan gliserol dan garam
Natrium atau Kalium yang dikenal sebagai sabun. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah margarin, minyak jelanta, dan minyak goreng.
Margarin jika direaksikan dengan NaOH maka busa yang terbentuk sedikit
sekali bila dibandingkan dengan direaksikan dengan KOH. Ini terjadi dikarenakan
reaksi yang terjadi sempurna. Minyak goreng bila direaksikan dengan NaOH, larutan
tersebut keruh dan membentuk busa yang tebal, jadi hanya sedikit sekali busa yang
terbentuk dibandingkan dengan direaksikan dengan KOH. Ini terjadi karena setelah
emulsi terjadi minyak telah membentuk ikatan rangkap dengan NaOH yang
menyebabkan larutan menjadi jenuh. Larutan juga lebih encer dengan warna keruh
dan memiliki gelembung busa dalam ukuran yang kecil.
Margarin apabila direaksikan dengan KOH, akan membentuk busa yang
banyak dan lapisan emulsi yang terjadi berwarna kuning dengan ukuran yang tipis.
Ini berbeda dengan NaOH yang memiliki ukuran busa yang cenderung lebih tebal.
Hal ini terjadi karena ion Na mempunyai daya ikat air yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan ion K. Minyak goreng direaksikan dengan KOH, maka akan
menghasilkan gelembung busa yang memiliki ukuran cenderung lebih besar. Ini
terjadi karena ikatan atom C pada minyak goreng terputus oleh ion K, dan jika
kedalam garam ditambahkan HCl maka garam K dan asam lemak akan memisah
sebagai sabun kasar.
Praktikum ini juga dilakukan untuk menentukan titik beku dan titik cair suatu
bahan yang khususnya adalah lemak. Dalam penentuan titik beku dan titik cair ini
perlu diperhatikan bahwa setiap bahan akan sangat berbeda titik beku dan titik
cairnya. Titik beku dan titik cair seperti lemak atau minyak akan mencair bila
dipanaskan pada suhu tertentu dan akan membeku pada suhu tertentu.
Suhu yang dapat dicapai oleh setiap bahan untuk membeku maupun mencair
relatif berbeda meskipun telah dilakukan dua kali pengujian dalam waktu yang
bersamaan. Hal ini terjadi karena masing-masing bahan (lemak dan minyak)
memiliki jumlah atom C yang berbeda. Makin banyak jumlah atom C pada bahan
maka titik leleh akan semakin rendah dan titik bekunya semakin tinggi.
Sifat lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruang,
sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang
mempunyai titik lebur tinggi karena mengandung asam lemak jenuh, sedangkan
lemak cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tak jenuh.
Pencairan atau penentuan titik cair suatu bahan, air yang digunakan kurang panas
sehingga waktu yang diperlukan untuk mencairkan bahan menjadi relatif lama.
V. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum mengenai lemak dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Lemak adalah suatu zat yang tidak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari
tanaman atau binatang.
2. Asam lemak disebut jenuh bila semua atom C dalam rantainya diikat tidak
kurang daripada dua atom H.
3. Asam-asam lemak yang di dalamnya rantai karbonnya mengandung ikatan
rangkap disebut asam lemak tak jenuh.
4. Bahan yang diberi tambahan NaOH dan KOH mempunyai hasil yang
berbeda.
5. Setiap bahan yang digunakan mempunyai titik beku dan titik cair yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Kiliani. 2000. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Martoharsono, S. 2000. Biokimia I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sutresna, Nana. 2002. Pengarahan Kimia Untuk Kurikulum Berbasis Kopetensi. Grafindo Media Pratama. Bandung.
Winarno, F.G. 2001. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.