laporan skill lab individual konservasi nuii

26
LAPORAN SKILLS LAB “DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN KONSERVASI GIGI” Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Blok Oral Diagnosis dan Rencana Perawatan Penyakit Dentomaksilofasial pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Disusun oleh : Sitti Nur Qomariah 111610101066 Pembimbing : drg. Sri Lestari, M.kes FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Upload: sitti-nur-qomariah

Post on 02-Jan-2016

139 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konservasi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

LAPORAN SKILLS LAB

“DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN KONSERVASI GIGI”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Blok Oral Diagnosis dan Rencana Perawatan Penyakit Dentomaksilofasial

pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Disusun oleh :

Sitti Nur Qomariah

111610101066

Pembimbing : drg. Sri Lestari, M.kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Skills Lab Diagnosa dan Rencana

Perawatan Konservasi pada Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan

Penyakit Dentomaksilofasial.

Penyusunan laporan ini tidak lepas oleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. drg. Sri Lestari, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

membimbing, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Dalam penulisan makalah ini mungkin masih ada beberapa bagian yang

tidaklah sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangatlah

diharapkan untuk perbaikan kesempurnaan laporan ini. Demikian, penulis

berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Jember, April 2013

Penulis

Page 3: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penegakan diagnosis dan penentuan rencana perawatan merupakan

aktivitas yang memisahkan dan membedakan antara para professional (dokter

gigi) dan para paramediknya. Disini, hanya para dokter gigilah yang

mendapatkan pelatihan dalam sains dasar dan sains klinis, sehingga hanya mereka

yang melakukan hal-hal berikut yaitu pertama, melakukan semua tes diagnosi,

kedua, menginterpretasikan secara diferensial hasil-hasil pengetesan, ketiga

menangani pasien secara psikologis selama prosedur pengetesan, dan yang

keempat, memformulasikan diagnosis yang tepat dan rencana perawatannya.

Dalam mendiagnosis diperluan kejelian yang luar biasa, karena mungkin

saja sakit yang diderita oleh pasien yang datang tidak hanya berasal karena ada

masalah dengan gigi, tetapi bisa juga berasal dari struktur dan organ lain seperti

periodontium, rahang, sinus, telinga, sendi temporomandibula, otot-otot

pengunyahan, hidung, mata, serta pembuluh darah sekitar orofasial. Untuk itu,

maka pemeriksaan klinis (baik pemeriksaan subyektif dan obyektif) harus

dilakukan dengan seksama dan perlu didukung dengan pemeriksaan radiologi,

seperti yang telah kita lakukan pada tutorial (konservasi gigi) ini.

Dalam skill lab ini diharapkan mahasiswa dapat menyimpulkan diagnosa

klinik penderita dari berbagai macam diagnosa pada bagian klinik konservasi gigi.

Kemudian, akan ditentukan rencana perawatan yang sesuai dari diagnosa yang

telah ditemukan.

Page 4: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh

diagnosa ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh

diagnosa.

Page 5: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Pemeriksaan untuk Menentukan Diagnosa

Pak. Malik seorang penjaga kos berusia 39 tahun yang tinggal di Jalan

Brantas 10 Jember datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember.

Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap pasien, yang harus

dipersiapkan diantaranya alat-alat yang akan digunakan ditata diatas meja dental

chair. Alat – alat yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut :

- Satu set alat dasar

- Alkohol

- Petridish berisi cotton pellet

- Bunsen

- Chlorethyl

- Contra Angle handpiece

- Mata bur

- Guttap Point

- Cotton roll

- Alat irigasi

- Jarum Miller

- Tempat sampah

Page 6: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

Kemudian pasien dipersilakan untuk masuk dan duduk di dental chair sampai

pasien merasa nyaman.Selanjutnya yang akan dilakukan adalah mendiagnosa

pasien. Diagnosa pasien ini dilakukan melalui beberapa pemeriksaan yaitu

pemeriksaan subyektif, obyektif dan penunjang.

1. Pemeriksaan Subyektif

Sejumlah infromasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi, riwayat

medis, dan riwayat dental serta keluhan utama didapatkan dari pemeriksaan

subyektif. Banyak pasien yang menunjukkan tingkatan nyeri yang jelas dan

merasa tertekan. Pada umumnya nyeri dan ketidaknyamanan yang disebabkan

oleh penyakit pulpa dan periradikuler yang parah dapat mempengaruhi kondisi

fisik pasien. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai lokasi, asal nyeri,

karakter dan keparahan nyeri yang dialami. Kemudian pertanyaan lanjutan

mengenai spontanitas dan durasi nyeri, serta stimulus yang merangsang atau

meredakan nyeri. Keparahan rasa nyeri dan obat-obatan yang diminum pasien

untuk meredakan nyeri dan keefektifannya juga perlu diketahui.

Makin intens nyerinya, makin besar kemungkinan adanya penyakit

irreversible. Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis ieversible atau dari

periodontitis atau abses apikalis akut. Nyeri spontan yang bersama dengan nyeri

intens juga mengindikasikan adanya penyakit pulpa atau periradikuler yang parah.

(Walton & Torabinejad, 1997 : 73-75)

a. Keluhan Utama

Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang

dapat diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang dirasakan

pasien dalam bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang

membuatnya cepat-cepat datang mencari perawatan. Keluhan utama

hendaknya dicatat dengan bahasa apa adanya menurut pasien.

(Walton & Torabinejad, 1997 : 72)

Page 7: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

Dari anamnesa diperoleh keluhan utama bahwa pasien datang

dengan mengeluh karena dia merasa tidak nyaman karena gigi depan atas

berlubang dan terasa tidak sakit saat makan makanan keras kemudian ingin

dirawat.

b. Riwayat Dental

Pasien tidak pernah memeriksakan giginya tersebut ke dokter gigi.

c. Keadaan umum penderita ( riwayat medis )

Keadaan umum dan riwayat sistemik penderita ditulis dengan cara

menggali informasi berupa gejala yang pernah dialami penderita. Dari

anamnesa diketahui bahwa pasien tidak memiliki riwayat medis.

d. Alergi

Alergi ini berhubungan apakah pasien alergi dengan obat tertentu

atau bahan kedokteran gigi tertentu. Ini penting untuk pemilihan bahan

kedokteran gigi maupun obat-obatan yang mungkin diberikan untuk

penderita. Pada kasus ini penderita tidak pernah mengalami alergi apapun.

2. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan ekstraoral

Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan,

perubahan warna, jaringan parut ekstraoral, dan kepekaan atau nodus

jaringan limfe servikal atau fasial yang membesar, merupakan indokator

status fisik pasien. Pemeriksaan ekstraoral yang hati-hati akan membantu

mengidentifikasi sumber keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi

inflamasi rongga mulut.

Pemeriksaan intraoral

Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua

keabnormalan diperiksa. Periksa pula mukosa alveolar dan gingival-

cekatnya untuk memeriksa apakah ada perubahan warna, terinflamasi

Page 8: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

mengalami ulserasi, atau mempunyai saluran sinus. Suatu stoma saluran

sinus biasanya menandakan adanya pulpa nekrosis atau periodontitis

apikalis supuratif atau kadang-kadang abses periodontium.

Gigi geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna,

fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain.

Mahkota yang berubah warna sering merupakan tanda adanya penyakit

pulpa atau merupakan akibat perawatan saluran akar yang telah dilakukan

sebelumnya

Pada pemeriksaan intraoral diperoleh hasil :

a. Pembengkakan Intra Oral

Pada pemeriksaan pembengkakan Intra oral, operator tidak ditemukan

adanya pembengkakan.

b. Fistula

Fistula merupakan lubang abnormal diantara dua organ berongga atau

dari suatu kavitas ke bagian luar tubuh. Fistula biasanya mencegah

eksaserbasi atau pembengkakan dengan mengadakan drainase lesi

periradikular yang terus menerus. Suatu radiograf yang diambil setelah

insersi kerucut gutta perca ke dalam fistula sering menunjukkan gigi

yang bersangkutan dengan fistula pada asalnya. Kadang-kadang fistula

berjarak beberapa gigi dari penyebabnya

Dalam hal ini operator tidak menemukan adanya fistula.

c. Gigi Karies

Pada pemerikasaan gigi karies diperoleh hasil bahwa gigi 22 terdapat

karies profunda, secara klinis terlihat bahwa karies mengenai insisal

sampai 2/3 mahkota bagian mesial.

Page 9: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

Gambaran gigi dilihat dari arah palatal

d. Perkusi

Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler.

Respons positif yang jelas menandakan adanya inflamasi

periodontium. Karena perubahan inflamasi dalam ligament

periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat diinduksi oleh

penyakit periodontium, hasilnya harus dikonfirmasikan dengan tes

yang lain. Cara melakukan perkusi dengan mengetukan ujung kaca

mulut yang dipegang paralel atau tegak lurus terhadap mahkota pada

permukaan insisal atau oklusal mahkota.

Pada pemeriksaan perkusi hasilnya adalah +, yaitu pasien mengalami

rasa sakit.

e. Tekanan

Pemeriksaan tekanan dilakukan untuk mengetahui adanya keradangan

pada jaringan periapikal dan periodontal.Dilakukan dengan cara pada

insisal/oklusal ditekan menggunakan tangkai hand instrument dimulai

dari gigi tetangga.Pada pemeriksaan didapatkan pasien merasa sakit

saat melakukan pemeriksaan tekanan.

f. Palpasi

Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses

inflamasi meluas kearah periapeks. Respon positif menandakan adanya

inflamasi periradikuler. Palpasi dilakukan dengan menekan mukosa di

atas apeks dengan cukup kuat. Pemeriksaan hendaknya memakai juga

gigi pembanding. (Walton.2008)

Page 10: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan adanya pembengkakan pada

gingiva.

g. Kegoyangan Gigi

Pada pemeriksaan kegoyangan gigi diperoleh hasil tidak adanya

kegoyangan gigi.

h. Fraktur Mahkota

Fraktur adalah patahnya jaringan keras gigi akibat trauma mekanis.

Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya fraktur mahkota pada gigi

tersebut.

i. Gigi berubah warna

Menunjukkan nekrosis pulpa.Pada pemeriksaan tidak ditemukan

perubahan warna pada gigi

j. Karang gigi

Karang gigi merupakan salah satu faktor predisposisi dalam

menentukan rencana perawatan.

Pada pemeriksaan ditemukan karang gigi pada gigi pasien.

k. Poket periodontal

Pemeriksaan ini berguna untuk :

-Menentukan level perlekatan jaringan periodontal

-Perluasan lesi periapikal ke servikal

-Menentukan prognosis perawatan.Teknik : Probing dilakukan di

sepanjang akar gigi dan furkasi.Lakukan anastesi bila sakit.

(Walton.2008)

Dalam pemeriksaan ditemukan poket periodontal pada pasien.

l. Gingiva polip

Jika ada karies pada margin gingiva maka akan terjadi pembengkakan

pada gingiva.

Pada pemeriksaan tidak ditemukan gingiva polip.

m. Gingiva sekitar gigi

Dilakukan pemeriksaan untuk melihat keadaan gingiva pada sekitar

gigi yang akan dilakukan perawatan. Daerah gingiva disekitar gigi

Page 11: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

dapat mengalami tiga keadaan yaitu normal, hiperemi, retraksi.

Pada pemeriksaan ditemukan hiperemi,ini menunjukkan adanya suatu

permulaan radang yang ditandai oleh pertambahan aliran darah dalam

rongga pulpa dan pelebaran pembuluh darah sebagai reaksi akibat

adanya iritasi terhadap pulpa.

Tes Vitalitas

a. Tes dingin

Tes dingin dilakukan menggunakan larutan chlor etil yang

dibasahkan pada cotton palate. Respon nyeri tajam dan sebentar akan

timbul baik pada pulpa normal, pulpitis reversible maupun

irreversible. Akan tetapi jika responnya cukup intens dan

berkepanjangan, pulpa biasanya telah mengalami peradangan

irreversible. Sebaliknya jika pulpa nekrosis tidak akan memberikan

respon.(Walton.2008)

Pada hasil pemeriksaan yang didapatkan terjadi rasa sakit

ketika penderita di tes dingin.

b. Tes panas

Tes panas dilakukan menggunakan gutta percha yang

dipanaskan dan diaplikasikan pada permukaan fasial. Seperti halnya

pada tes dingin, nyeri tajam dan sebentar menandakan pulpa vital

atau peradangan reversible. Respon hebat dan tidak cepat hilang

adalah pulpitis irreversible. Jika tidak ada respon menandakan

pulpanya nekrosis. (Walton.2008)

Pada hasil pemeriksaan yang didapatkan terjadi rasa sakit

ketika penderita di tes panas.

c. Tes EPT

Pengetesan pulpa secara elektrik diaplikasikan pada

permukaan fasial untuk menentukan ada tidaknya saraf sensoris dan

vital tidaknya pulpa. Tes ini masih belum sempurna dan mungkun

Page 12: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

menghasilkan respons positif dan negative palsu. Metamorphosis

kalsium dapat menghasilkan respons negative palsu. (Walton &

Torabinejad, 1997 : 79-81)

Pada pemeriksaan ini operator tidak melakukan tes EPT.

d.Tes Kavitas

Tes ini dilakukan pada gigi nekrosis,bila tes lainnya juga

tidak memberikan respon maka lakukan tes kavitas(preparasi pada

dentin)tanpa anastesi dan gunakan bur tajam.Pada gigi vital,tes

kavitas pada permukaan email atau restorasi akan menyebabkan

sensasi rasa sakit.Bila gigi tidak juga sakit dilanjutkan sampai

terjadi perforasi atap pulpa,dilanjutkan dengan tes jarum miller.

(Walton.2008)

Tes kavitas tidak dilakukan karena pada tes termal

menunjukkan hasil positif sehingga gigi tersebut masih vital.

e. Tes dengan Jarum Miller

Dilakukan bila terdapat perforasi,jarum miller dimasukkan ke dalam

saluran akar hingga timbul reaksi.

Dengan bantuan foto sinar X dapat diketahui viatalitas gigi.

(Walton.2008)

Tes miller tidak dilakukan karena pada tes termal menunjukkan

hasil positif sehingga gigi tersebut masih vital.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah

pemeriksaan radiografi. Pembuatan foto rontgen ini berdasarkan

kebutuhan dan hasil pemeriksaan objektive sebelumnya. Tujuan

dilakukannya foto sinar x ini adalah memberikan gambaran radiografik

dua dimensi dari suatu struktur tiga dimensi untuk menunjang dan

menegakkan diagnosa. Serta memberikan gambaran radiolusen dan radio

opaque. Hasil yang optimal dipengaruhi oleh:

Page 13: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

Objek

Sumber penyinaran

Film X ray

Sudut pengambilan

Berikut ini adalah gambaran foto rontgen penderita :

Gambaran Radiografik

Gambaran radiografik terlihat mahkota sudah hilang mencapai 2/3

mahkota bagian mesial. Terlihat ruang pulpa dan akar normal sedangkan

untuk lamina dura terputus.

4. Diagnosis

Diagnosa dapat diperoleh dengan cara menganalisa hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan dimulai dari pemeriksaan subyektif,

pemeriksaan obyektif, tes vitalitas dan pemeriksaan penunjang.

Page 14: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

Dapat disimpulkan bahwa diagnosa dari pasien adalah pulpitis

reversibel pada gigi 22, karena diperoleh hasil positif pada pemeriksaan tes

termal yang menunjukkan gigi masih vital.

5. Rencana Perawatan

Rencana perawatan bertujuan untuk mengembalikan fungsi oral,

estetik, kesehatan dan kenyamanan pada penderita dengan cara merestorasi

giginya dan mencegah karies ulang. Rencana perawatan harus

mempertimbangkan banyak faktor yaitu faktor objektif dan faktor

subjektif. Faktor subjektif yaitu faktor yang berasal dari penderita

sedangkan faktor objektif berasal dari gigi itu sendiri

Pada pemeriksaan ditemukan karang gigi dan poket periodontal

sehingga pasien dapat dirujuk terlebih dahulu ke klinik periodonsia untuk

dilakukan perawatan.Setelah itu barulah operator dapat melakukan rencana

restorasi untuk gigi yang menglami karies.Dari diagnosa didapatkan gigi

pasien mengalami pulpitis reversibel pada gigi 22.Untuk langkah awal

perawatan,dilakukan pulp capping terlebih dahulu sebelum dilakukan

restorasi.

Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika

penyebabnya dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan

kembali normal. Stimulusringan atau sebentar seperti karies insipient,

erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar proses operatif, kuretase

periodontium yang dalam dan fraktur email yangmenyebabkan tubulus

dentin terbuka adalah factor-faktor yang dapat

mengakibatkan pulpitis reversible. (Walton & Torabinejad, 2008 ; 36)

Pulpitis reversible simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang

hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman

dingin daripada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul secara spontan

dan tidak berlanjut bila penyebabnya telahditiadakan. (Grossman, 1995 :

73)

Page 15: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

Tetap mempertahankan pulpa yang sehat dan utuh adalah pilihan

yang lebih baik dibandingkan perawatan saluran akar atau prosedur

endodonsia lainnya., mengingat bahwa perawatan-perawatan tersebut

sangat memakan waktu, rumit dan mahal. Jika yang dihadapi adalah suatu

lesi karies yang dalam, ada beberapa ahli yang menganjurkan tindakan

kaping pulpa (pulp capping), suatu prosedur untuk mencegah terbukanya

pulpa selama pembuangan dentin yang karies. (Harty dan Oston, 1993).

Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung

atau bahan untuk  perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya

hidroksida kalsium yang akan merangsang pembentukan dentin reparative

(Harty dan Oston, 1993).

Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke

jaringan pulpa danmelindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat

mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa

dapat terhindarkan.

Kemudian dilakukan restorasi komposit kelas IV.

Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di

akhir tahun enam puluhan. Sejak itu, bahan tersebut merupakan bahan

restorasi anterior yang banyak dipakai karena pemakaiannya gampang,

warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik yang lebih baik dibandingkan

dengan bahan tumpatan lain.

Sejak akhir tahun enam puluhan tersebut, perubahan komposisi

dan pengembangan formulasi kimianya relatif sedikit. Bahan yang terlebih

dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnya autopolimerisasi (swapolimer),

Page 16: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan yang polimerisasinya

dibantu dengan sinar. Resin komposit mempunyai derajat translusensi

yang tinggi. Warnanya tergantung pada macam serta ukuran pasi dan

pewarna yang dipilih oleh pabrik pembuatnya, mengingat resin itu sendiri

sebenarnya transparan.

Dalam jangka panjang, warna restorasi resin komposit dapat

bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika

dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin

komposit merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak

dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa terhindar dari kerusakan,

dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang sesuai, sedangkan

teknik etsa untuk memperoleh bonding mekanis hanya dilakukan di email

perifer.  

Indikasi restorasi komposit :

Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis.

Secara umum, resin komposit digunakan untuk:

1.      Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI

2.      Fondasi atau core buildups

3.      Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin

preventif)

4.      Prosedur estetis tambahan

Partial veneers

Full veneers

modifikasi kontur gigi

penutupan/perapatan diastema

5.      Semen (untuk restorasi tidak langsung)

6.      Restorasi sementara

7.      Periodontal splinting

8.       Restorasi kavitas klas I komposit

Page 17: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif, objektif dan penunjang

didapatkan diagnosa Pak Malik 39 tahun mengalami pulpitis reversibel, karena

pada saat pemeriksaan tes termal menunjukkan hasil positif dan pada pemeriksaan

penunjang yakni foto rontgen tidak ditemukan perforasi pada pulpa.Terdapat pula

karang gigi dan poket periodontal sehingga dirujuk ke klinik periodonsia.

Page 18: Laporan Skill Lab Individual Konservasi Nuii

DAFTAR PUSTAKA

Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1197. Buku Ajar Ilmu

KonservasiGigi, Edisi 3. Jakarta: EGC

Harty, F.J., dan Ogston, R..1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

Murdick, B dkk. Service Operation Management. Boston : Allun and Bacon.

1990.

Heizer, J. Dan B Render. Operation Management, Sixth Edition. Upper Saddle

River : Prentice Hall.

Anusavice, K.J. 2004. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. EGC: Jakarta

Walton,Richard E.2008.Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia.Edisi 3.Jakarta : EGC

Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia edisi

3. Jakarta : EGC

Gross,am, L.I.,Oliet, S. And Del Rio, C.E., Ilmu Endodontik dalam Praktek edisi

11. Jakarta : EGC