laporan rumino iki
TRANSCRIPT
![Page 1: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak ruminansia dapat memanfaatkan hijauan dalam jumlah banyak
secara baik. hal ini dikarenakan ternak ruminansia memiliki saluran pencernaan
kompleks yang mampu mencerna hijauan. Rumen merupakan bagian terbesar
pada saluran pencernaan ruminansia. Di dalam rumen terdapat mikroba dan
merupakan alat pencernaan fermentatif dengan kondisi anaerob, suhu 390C dan
pH berkisar 6 - 7. Pencernaan yang terjadi dalam rumen adalah pencernaan
fermentatif.
Ransum yang diberikan pada ternak 60 - 75% terdiri dari karbohidrat.
Karbohidrat yang masuk kedalam rumen akan dihidrolisis menjadi glukosa oleh
enzim – enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Glukosa tersebut
difermentasi menjadi VFA berupa asetat, propionat, dan butirat serta CH4 dan
CO2. Karbohidrat mudah dicerna merupakan sumber energi mikroba untuk
membentuk protein tubuh. Mikroba rumen merombak protein dan menghasilkan
NH3, CO2 dan VFA.
Tujuan praktikum adalah dapat mengukur kadar VFA dan produksi NH3
dari suatu sampel bahan pakan. Manfaat praktikum adalah mahasiswa mengetahui
proses pencernaan pada rumen, dapat mengukur kadar VFA dan NH3 hasil
pencernaan bahan pakan dalam rumen.
![Page 2: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/2.jpg)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Volatile Fatty Acids (VFA)
VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan
sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Peningkatan jumlah VFA
menunjukkan mudah atau tidaknya pakan tersebut difermentasi oleh mikroba
rumen. Produksi VFA di dalam cairan rumen dapat digunakan sebagai tolak ukur
fermentabilitas pakan (Hartati, 1998). McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa
pakan yang masuk ke dalam rumen difermentasi untuk menghasilkan produk
berupa VFA, sel – sel mikroba, serta gas metan dan CO2.
Karbohidrat dalam pakan sebagian besar terdiri dari selulosa, hemiselulosa
dan lignin, sedangkan dalam konsentrat terdiri dari pati (Soebarinoto et al.,
1991). Pemecahan karbohidrat didalam rumen mengalami dua tahap pencernaan
oleh enzim - enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Pada tahap pertama
mikroba rumen mengalami hidrolisis menjadi monosakarida, seperti glukosa,
fruktosa dan pentosa. Hasil pencernaan tahap pertama masuk ke jalur glikolisis
untuk mengalami pencernaan tahap kedua yang menghasilkan piruvat. Piruvat
selanjutnya akan dirubah menjadi VFA yang umumnya terdiri dari asetat, butirat,
dan propionat (Arora, 1995). Karbohidrat mudah larut sangat cepat difermentasi
dalam rumen sedang karbohidrat struktural (selulosa dan hemiselulosa) lebih
lambat (Ranjhan, 1980).
![Page 3: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Pertumbuhan mikroba rumen yang optimum, konsentrasi VFA rumen
berkisar antara 80 - 160 mM/I (Sutardi, 1994). Faktor - faktor yang
mempengaruhi konsentrasi VFA antara lain sifat karbohidrat, gerak laju pakan
meninggalkan rumen dan frekuensi pemberian pakan. McDonald et al. (2002)
menjelaskan konsentrasi VFA sangat dipengaruhi oleh jenis pakan, VFA yang
tinggi menunjukkan peningkatan kandungan protein dan karbohidrat mudah larut
dari pakan.
2.2. Amonia (NH3)
Amonia (NH3) berasal dari protein pakan yang didegradasi oleh enzim
proteolitik. Pada rumen, protein dihidrolisis pertama kali oleh mikroba rumen
(Arora, 1995). NH3 merupakan sumber nitrogen utama untuk sintesis protein
mikroba. Mikroba merobak asam amino menjadi NH3, lebih kurang 50 - 70%
nitrogen mikroba berasal dari amonia (Sutardi, 1980). Pengukuran N-NH3 in vitro
dapat digunakan untuk mengestimasi degradasi protein dan kegunaannya oleh
mikroba. Produksi amonia dipengaruhi oleh waktu setelah makan dan umumnya
produksi maksimum dicapai pada 2 - 4 jam setelah pemberian pakan yang
bergantung kepada sumber protein yang digunakan dan mudah tidaknya protein
tersebut didegradasi. Jika pakan tinggi kandungan protein yang lolos degradasi,
maka konsentrasi N-NH3 rumen akan rendah (lebih rendah dari 50 mg/1 atau 3,57
mM) dan pertumbuhan organisme rumen akan lambat. Sebaliknya, jika degradasi
protein lebih cepat daripada sintesis protein mikroba maka NH3 akan terakumulasi
dan melebihi konsentrasi optimumnya (Satter dan Slyter, 1974).
![Page 4: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Konsentrasi NH3 yang dibutuhkan untuk sintesis protein mikroba yaitu
sebesar 4 - 12 mM (Sutardi, 1994). McDonald et al. (2002) menjelaskan bahwa
konsentrasi NH3 yang tinggi dapat menunjukkan proses degradasi protein pakan
lebih cepat daripada proses pembentukan protein mikroba, sehingga amonia yang
dihasilkan terakumulasi dalam rumen. Konsentrasi NH3 mencerminkan tingkat
fermentabilitas protein di dalam rumen. Peningkatan protein (termasuk NPN)
dalam ransum akan mengakibatkan protease yang berasal dari mikroba rumen
menjadi meningkat, sehingga akan meningkatkan proses perombakan protein
menjadi asam amino dan amonia (NH3).
![Page 5: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/5.jpg)
5
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ruminologi dengan materi Pengukuran Kecernaan, Kadar VFA
dan NH3 dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa pada tanggal 28 Mei 2012
hingga 29 Mei 2012 di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan
dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.
3.1. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum Ruminologi adalah penangas air
(waterbath) untuk menjaga suhu saat fermentasi, timbangan analitis untuk
menimbang sampel, centrifuge untuk memutar tabung saat proses fermentasi,
oven untuk mengeringkan alat, botol timbang, kertas minyak sebagai tempat
sampel saat di timbang, cawan Conway untuk tempat pengujian NH3, tabung
fermentor dan tutup tabung fermentor sebagai tempat untuk melakukan
fermentasi, rak tabung fermentor sebagai tempat tabung fermentasi, tabung film,
beaker glass sebagai tempat menampung bahan kimia, stirrer untuk mengaduk
pada saat proses titrasi, peralatan titrasi, pipet ukur, pipet tetes, mikroburet untuk
proses titrasi, tabung suling khusus, labu destilasi, pendingin Leibig dan kompor
atau pemanas.
Bahan yang digunakan pada praktikum Ruminologi adalah larutan
penyangga McDaugall, cairan rumen, aquades, CO2, indikator merah metyl,
![Page 6: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/6.jpg)
6
sodium carbonat jenuh, bromkresol hijau, asam borat, HCl 0,5%, indikator
phenolptalein 1%, asam sulfat 0,0055N, vaselin, H2SO4 15%, NaOH 0,5N.
3.2. Metode
3.2.1 Penentuan Kecernaan
Menimbang sampel seberat 0,55g. Menyiapkan penangas air yang telah
diisi air secukupnya dan menyetel pada temperatur 390C. Memasukan sampel
yang telah ditimbang ke dalam tabung fermentor, kemudian meletakkan tabung
fermentor yang telah diisi sampel kedalam penangas air. Menambahkan larutan
McDaugall sebesar 40ml, cairan rumen 10ml kedalam tabung fermentor yg telah
diisi sampel dan CO2. Kemudian menggojok secara homogen dan
memfermentasikan selama 3 jam. Hasil fermentasi kemudian disentrifuse, cairan
yang didapat disebut supernatan yang akan diuji VFA dan NH3.
3.2.2 Pengukuran Volatile Fatty Acids (VFA)
Memasukan 5ml supernatan kedalam tabung suling khusus dan
menambahkan 1ml H2SO4 15%. Memasukan tabung kedalam pendingin leibig
kemudian mendestilasinya. Membuat larutan penangkap yang berisi 5ml NaOH
0,5N. Menghentikan destilasi ketika volume larutan penangkap mencapai 100ml.
Menambahkan 2 tetes indikator PP 1% kemudian mentitrasi hasil destilasi dengan
HCl 0,5N hingga terjadi perubahan warna. Membuat blangko dengan
menggunakan 5ml NaOH 0,5N dan menambahakan indikator PP 1% kemudian
![Page 7: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/7.jpg)
7
mentitrasi hingga terjadi perubahan warna. Menghitung produksi VFA total yaitu,
dengan rumus:
VFA= (y-z )×NHCl×10005
mM
Keterangan :
y = ml HCl yang dibutuhkan untuk titrasi 5ml NaOH (blangko)z = ml HCl yang dibutuhkan untuk titrasi hasil destilasi
3.2.3 Pengukuran Produksi Amonia (NH3)
Mengambil cawan Conway dan tutupnya, kemudian mengolesi bagian
tepinya dengan vaselin. Memasukan 1ml asam borat pada bagian tengah, dan
menetesi dengan indikator merah mytil dan bromkresol hijau. Memasukkan 1ml
supernatan pada bagian kiri dan 1ml larutan sodium karbonat jenuh pada sebelah
kanan. Menutup rapat cawan Conway, menggoyang - goyangkan secara perlahan
agar supernatan dan sodium karbonat jenuh bercampur. Mendiamkan selama 24
jam agar semua amonia dapat terikat oleh asam borat. Membuka cawan Conway
setalah 24jam kemudian mentitrasi dengan menggunakan asam sulfat 0,0055N
hingga terjadi perubahan warna. Menghitung produksi NH3 yaitu, dengan rumus:
N - NH3 = (ml titran x N H2SO4 x 1000) mM
Keterangan :
ml titran : titrasi yang dihasilkanN H2SO4 : normalitas H2SO4
![Page 8: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/8.jpg)
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Volatile Fatty Acid (VFA)
Berdasarkan pengamatan praktikum ruminologi bahan pakan dengan kode
9 ILu1 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Produksi Volatile Fatty Acids (VFA)
Pengukuran Hasil (mM) Literatur (mM)VFA 1401 80 – 1602
Sumber: 1. Data Primer Praktikum Ruminologi, 2012 2. Sutardi (1994)
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil pengujian VFA sampel 1 sebesar
135 mM, sampel 2 sebesar 145 mM dengan rata-rata 140 mM. Pengujian VFA
pada sampel yang telah diujikan bernilai 140 mM masih dalam kisaran standart
nilai VFA. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1994) bahwa untuk
menunjang pertumbuhan mikroba rumen yang optimum, konsentrasi VFA rumen
berkisar antara 80 - 160 mM. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi VFA
antara lain sifat karbohidrat, gerak laju pakan meninggalkan rumen dan frekuensi
pemberian pakan. Hal ini sesuai dengan McDonald et al., (2002) menyatakan
bahwa konsentrasi VFA sangat dipengaruhi oleh jenis pakan, VFA yang tinggi
menunjukkan peningkatan kandungan protein dan karbohidrat mudah larut dari
pakan.
![Page 9: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/9.jpg)
9
4.2. Amonia (NH3)
Berdasarkan pengamatan praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Produksi Amonia (NH3)
Pengukuran Hasil (mM) Literatur (mM)NH3 2,721 4 - 122
Sumber: 1. Data Primer Praktikum Ruminologi, 2012 2. Sutardi (1994)
Berdasarkan praktikum pengukuran NH3 diperoleh hasil pada sampel 1
sebesar 2,75 mM, sampel 2 sebesar 2,69 mM dengan rata-rata 2,72 mM. Hasil
pengukuran NH3 dibawah standar pengukuran amonia dalam rumen yaitu sebesar
4-12 mM. Hal ini sesuai dengan Sutardi (1994) menyatakan bahwa konsentrasi
amonia (NH3) yang dibutuhkan untuk sintesis protein mikroba adalah sebesar
4-12 mM. Hasil praktikum menunjukkkan nilai yang rendah yaitu 2, 7225 mM hal
ini kemungkinan dapat disebabkan karena protein sampel bahan pakan yang
diujikan rendah, mikroba rumen tidak dapat mendegradasi bahan pakan dengan
baik. Hal ini sesuai dengan Satter dan Slyter (1974) menyatakan bahwa jika pakan
tinggi kandungan protein yang lolos degradasi, maka konsentrasi N-NH3 rumen
akan rendah (lebih rendah dari 50 mg/1 atau 3,57 mM) dan pertumbuhan
organisme rumen akan lambat. Sebaliknya, jika degradasi protein lebih cepat
daripada sintesis protein mikroba maka NH3 akan terakumulasi dan melebihi
konsentrasi optimumnya.
![Page 10: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/10.jpg)
10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pengujian kadar VFA dan NH3 pada sampel bahan pakan yang diujikan
secara in vitro diperoleh hasil perhitungan VFA masih dalam kisaran standar yang
telah ditentukan. Faktor – faktor yang mempengaruhi konsentrasi VFA antara lain
sifat karbohidrat, gerak laju pakan meninggalkan rumen dan frekuensi pemberian
pakan. sedangkan perhitungan NH3 menunjukan hasil dibawah standar yang telah
ditentukan. Hasil NH3 yang rendah dapat disebabkan karena kadar protein pada
sampel bahan pakan rendah atau mikroba rumen tidak mendegradasi protein
pakan secara optimal. Konsentrasi NH3 mencerminkan tingkat fermentabilitas
protein di dalam rumen.
5.2. Saran
Praktikum membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi sehingga dalam
pengukuran kadar VFA dan Amonia (NH3) dapat memperoleh hasil yang bagus.
![Page 11: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/11.jpg)
11
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (Diterjemahkan oleh R. Murwani).
Hartati, E. 1998. Suplementasi Minyak Lemuru dan Seng ke dalam Ransum yang Mengandung Silase Pod Coklat dan Urea untuk Memacu Pertumbuhan Sapi Holstein. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh dan C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. Sixth Edition. Ashford Colour Press. Gosport.
Ranjhan, S. K. 1980. Animal Nutrition in Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House Pvt Ltd., New Delhi.
Satter, L.D. and L.L. Slyter. 1974. Effect of Amonia on Rumen Microbial Production invitro. British J. Nutrition. 32: 199 – 200.
Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. (tidak diterbitkan).
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB, Bogor. (Tidak diterbitkan).
Sutardi, T. 1994. Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia melalui Amoniasi Pakan Serat Bermutu Rendah, Defaunasi dan Suplementasi Sumber Protein Tahan Degradasi dalam Rumen. Laporan Penelitian Hibah Bersaing 1993/1994. IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan).
![Page 12: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/12.jpg)
12
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Produksi Volatile Fatty Acids (VFA)
Kertas minyak 1
Berat sampel
Kertas minyak 2
Titrasi
-------------------------- g --------------------------- mlBlangko 1 5,2Blangko 2 4,9Sampel 1 0,2210 0,555 0,2349 3,7Sampel 2 0,2283 0,5536 0,2320 3,6
VFA = (y – z) x N HCl x 1000 mM 5
Keterangan : y = ml HCl yang dibutuhkan untuk titrasi 5ml NaOH (blangko) z = ml HCl yang dibutuhkan untuk titrasi hasil destilasi
Sampel 1 : ( 5,05 – 3,7) x 0,5 x1000
5mM
: 1,35 x 0,5 x 200: 135 mM
Sampel2 : ( 5,05 – 3,6) x 0,5 x1000
5mM
: 1,45 x 0,5 x 200: 145 mM
Rata-rata VFA : 135+145= 140 mM 2
![Page 13: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/13.jpg)
13
Lampiran 2. Perhitungan Produksi Amonia (NH3)
No. Kertas minyak 1
Berat sampel Kertas minyak 2
titrasi
----------------------------- g ------------------------------- ml1 0,2210 0,5555 0,2249 0,52 0,2283 0,5536 0,2320 0,49
N-NH3 : ml titran x N H2SO4 x 1000 mM
Sampel 1 : 0,5 x 0,0055 x 1000 mM: 2,75mM
Sampel 2 : 0,49 x 0,0055 x 1000mM: 2,695 mM
Rata-rata N-NH3 : 2,75 + 2,695= 2,7225 mM 2
![Page 14: Laporan Rumino Iki](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf9ae9550346d033a3f92a/html5/thumbnails/14.jpg)
14