laporan resmi kimling 1

Upload: vahym-wangdu

Post on 06-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 laporan resmi kimling 1

    1/7

    LAPORAN

    ANALISIS ZAT PADAT DALAM AIR

    (Analisis Laboratorium)

    Oleh:

    Septa Kurniawati S

    (408332417738)

    Off GG

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    FEBRUARI 2011

  • 8/3/2019 laporan resmi kimling 1

    2/7

  • 8/3/2019 laporan resmi kimling 1

    3/7

    1.2 Ui Padatan Terlarut Total

    Titik B= Berat Beaker Glass (g) A= Berat Beaker Glass + padatan (g) A - B

    A

    B

    C

    54, 8181

    61, 3850

    62, 3676

    54, 8597

    61, 3977

    62, 4016

    0, 0416

    0, 0127

    0, 0340

    Titik A

    A B = = 0,0416 g = 41,6 mg

    Padatan Terlarut Total = mg/L = 4160 mg/L

    Titik B

    A B = = 0,0127 g = 12,7 mg

    Padatan Terlarut Total = mg/L = 1270 mg/L

    Titik C

    A B = = 0,0340 g = 34 mg

    Padatan Terlarut Total = mg/L = 3400 mg/L

    1.3 Uji Total Padatan

    Titik B= Berat Beaker Glass (g) A= Berat Beaker Glass + padatan (g) A - B

    A

    B

    C

    54, 0639

    42, 3830

    46, 7358

    54, 1010

    42, 3950

    46, 7557

    0, 0371

    0, 0100

    0, 0199

    Titik A

  • 8/3/2019 laporan resmi kimling 1

    4/7

    A B = = 0,0371 g = 37,1 mg

    Total Padatan = mg/L = 742 mg/L

    Titik B

    A B = (42,3930 42,3830) g = 0,0100 g = 10 mg

    Total Padatan = mg/L = 200 mg/L

    Titik C

    A B = = 0,0199 g = 19,9 mg

    Total Padatan = mg/L = 398 mg/L

  • 8/3/2019 laporan resmi kimling 1

    5/7

    2. Jawaban Pertanyaan

    2.1 warna yang timbul pada air

    Jika dilihat berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas bahwa sampel A memiliki

    warna air yang lebih coklat dibandingkan dengan warna air pada sampel B dan

    sampel C. Hal ini disebabkan oleh pada titik pengambilan sampel A terjadi erosi tanah

    persawahan lebih banyak dibandingkan titik yang lain. Selain itu pada titik A, terjadi

    pertemuan aliran air yang berasal dari daerah persawahan dan daerah permukiman

    sedangkan pada titik B dan titik C tidak. Kedua hal tersebut yang dapat menjelaskan

    bahwa sampel pada titik A memiliki warna air lebih coklat dibandingkan titik yang

    lain.

    Disamping itu, warna air juga dipengaruhi oleh padatan terlarut dan padatan

    tersuspensi dalam sampel. Dari data di atas diketahui bahwa padatan tersuspensi

    sampel A sebesar 1414 mg/L, sampel B 212,5 mg/L dan sampel C 346,6 mg/L,

    sedangkan untuk padatan terlarut dari sampel A sebesar 3400 mg/L, sampel B 1270

    mg/L dan sampel C 4160 mg/L. Dari kedua data yang telah diperoleh tersebut

    diketahui bahwa sampel A memiliki padatan tersuspensi paling tinggi dibandingkan

    sampel B dan sampel C. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan

    kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Oleh karena itu,

    sesuai dengan data di atas semakin banyak padatan tersuspensi suatu air maka

    semakin keruh warna air tersebut (warna air lebih coklat).

    Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil

    daripada padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa organik dan senyawa

    anorganik yang larut dalam air seperti mineral dan garam-garamnya. Dari data di atas

    sampel A memiliki padatan terlarut lebih rendah dibandingkan sampel C dan lebih

    tinggi dibandingkan sampel B. hal ini dapat dijelaskan bahwa sampel A mengandung

    mineral dan garam-garamnya yang larut dalam air rendah.

    2.2 Air yang memiliki ketransparanan rendah

    Jika dilihat dari data pengamatan tersebut berdasarkan nilai kekeruhan yang telah

    dihitung menggunakan turbidimetri bahwa sampel A memiliki tingkat kekeruhan

    paling tinggi dibandingkan sampel B dan C yaitu sebesar 183,7 NTU sedangkan

    sampel B dan sampel C berturut-turut sebesar 46,1 NTU dan 65,1 NTU. Dari data

    tersebut dapat dianalisis dan dijelaskan bahwa sampel A memiliki ketransparanan

  • 8/3/2019 laporan resmi kimling 1

    6/7

    paling rendah dibandingkan sampel yang lain sedangkan sampel B memiliki tingkat

    ketransparanan paling tinggi.

    Selain dari data kekeruhan yang telah disajikan dalam tabel pengamatan,

    ketransparanan air dapat diketahui dari padatan terlarut dan padatan tersuspensi.

    Semakin besar nilai padatan tersuspensi maka semakin rendah ketransparanan air

    tersebut. Hal ini sesuai dengan data yang kami peroleh, sampel A memiliki nilai

    padatan tersuspensi paling tinggi dibandingkan sampel yang lain artinya sampel A

    memiliki ketransparanan paling rendah.

    2.3 Air yang memiliki produktivitas tinggi

    Air dikatakan memiliki produtivitas (kemampuan mendukung kehidupan) tinggi

    jika bahan terlarut dalam air tersebut merupakan nutrisi tanaman seperti fosfat dan

    nitrat. Air seperti itu disebut entrofik sebaliknya air yang memiliki produktivitas

    rendah disebut oligotrofik. Pada percobaan ini kami tidak menganalisis adanya bahan

    terlarut dalam air seperti fosfat dan nitrat melainkan kami menganalisis padatan

    terlarut secara keseluruhan (padatan terlarut totarl) sehingga untuk menganalisis air

    yang memiliki produktivitas tinggi kami tidak berpatokan pada banyaknya fosfat dan

    nitrat yang terlarut dalma air.

    Berdasarkan referensi yang kami peroleh, menyebutkan bahwa sungai yang PTT

    (padatan terlarut total) dibawah 100 mg/L dianggap oligotrofik dan sungai dengan

    PTT di atas 100mg/L dianggap entrofik. Jika dibandingkan dengan data yang kami

    peroleh di atas maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas dari sampel yang kami

    peroleh tinggi karena data padatan terlarut total ketiga sampel di atas 100 mg/L

    artinya sampel kami merupakan entrofik. Dan dari ketiga sampel tersebut yang

    memiliki produktivitas tinggi adalah sampel C yang memiliki nilai PTT sebesar

    4160 mg/L.

    2.4 Tingkat pencemaran oleh zat padat dari tiga sampel

    Tingkat pencemaran oleh zat padat dari ketiga sampel tersebut dapat diketahui

    dari semua data yang telah diperoleh di atas. Dan pada pembahasan ini kami tinjau

    dari padatan terlarut total. Sampel A memiliki nilai PTT sebesar 3400 mg/L, sampel B

    1270 mg/L dan sampel C 4160 mg/L. Dari ketiga data tersebut dapat dijelaskan

    bahwa tingkat pencemaran oleh zat padat pada sampel A lebih tinggi dibandingkan

  • 8/3/2019 laporan resmi kimling 1

    7/7

    sampel B dan akan tetapi lebih rendah dibandingkan sampel C. dan tingkat

    pencemaran sampel C lebih tinggi dibandingkan sampel B.

    2.5 Tingkat pencemaran oleh zat padat dari sungai

    Tingkat pencemaran oleh zat padat dari sungai pada sampel yang kami ambil

    cukup tinggi, hal ini dapat diketahui dari warna dan kekeruhan sampel yang kami

    peroleh yaitu warnanya coklat dan keruh meskipun tiap-tiap titik memiliki intensitas

    warna coklat dan kekeruhan yang berbeda. selain itu tingkat pencemaran oleh zat

    padat dari sungai dapat ditinjau dari data padatan tersuspensi, jika nilai padatan

    tersuspensi tinggi maka tingkat pencemaran oleh zat padat dari sungai tersebut juga

    tinggi. Dari data tersebut diketahui padatan tersuspensi sampel A sebesar 1414 mg/L,

    sampel B sebesar 212,5 mg/L dan sampel C sebesar 346,6 mg/L. Rata-rata padatan

    tersuspensi dari sampel yang kami analisis cukup tinggi yaitu sebesar 657,7 mg/L. Hal

    ini berarti tingkat pencemaran oleh zat padat dari sungai yang kami ambil sampel

    airnya tinggi.

    2.6 Hubungan ketransparanan air dengan reaksi fotosintesis dalam air

    Ada hubungan ketransparanan air dengan reaksi fotosintesis, makin tidak

    transparan air atau makin keruh air maka rekasi fotosintesis dalam air tidak akan

    berlangsung sempurna (terganggu). Dari penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa

    ketransparanan masing-masing sampel berbeda, sampel A memiliki ketransparanan

    paling kecil atau kekeruhan paling tinggi (data tersedia di tabel) sedangkan sampel B

    memiliki ketransparanan paling tinggi dibandingkan sampel A maupun sampel C. Jadi

    dapat dimungkinkan bahwa reaksi fotosintesis pada sampel B dapat berlangsung lebih

    baik dibandingkan dari sampel A maupun sampel C.

    Reaksi yang terjadi pada fotosintesis:

    6H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2

    2.7 Manfaat reaksi fotosintesis dalam air bagi perairan tersebut

    Banyak sekali manfaat fotosintesis dalam air bagi perairan tersebut diantaranya:

    1. Jumlah oksigen terlarut dalam air tersebut tinggi.

    2. Banyak mikroorganisme dapat hidup dalam perairan tersebut.

    3. Dapat terjadi autopurification pada perairan tersebut.

    4. Dapat meningkatkan kualitas air.