laporan refleksi kasus_ pita
DESCRIPTION
refleksi kasusTRANSCRIPT
LAPORAN REFLEKSI KASUS
Nama : Pita Pertiwi Kurnianingsih
NIM : 09711009
Stase : Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Tempat : RSUD Sragen
INDENTITAS
Nama : Ny. E
Alamat : Gesangan RT 04 Kwadungan Kerjo Karanganyar
Pekerjaan : -
Umur : 18 tahun
No RM : 374435
Diagnosis : Abortus Incomplit
Suami : Tn. B
Umur : 18 tahun
Pekerjaan : -
Resume Kasus
Seorang G1P0A0 (Ny. E) usia 18 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
perdarahan pervaginam. Darah yang dikeluarkan banyak berwarna merah dan
bergumpal. Selebihnya, setelah itu hanya berupa darah segar berwarna merah dan
banyak. Pasien sebelumnya mengeluhkan adanya nyeri perut seperti kram. Dari
pemeriksaan Patologi anatomi, secara makroskopis didapatkan jaringan pecah belah ± 2
cc warna coklat, kenyal. Secara mikroskopis didapatkan sediaan menunjukkan fargmen
jaringan endometrium dengan disekitarnya tampak jaringan desidua, jaringan villi
chorialis dan bekuan darah. Tidak di dapat tanda ganas. Ny. E mengaku sedang hamil
14 minggu. Pasien mengaku bahwa kehamilan sekarang ini, pasien belum menikah dan
sebelumnya telah berhubungan seksual dengan suaminya sekarang (Tn. B, 18 tahun)
yang sekarang baru akan menjadi suaminya. Setelah mengetahui hamil, keduanya ingin
melakukan pernikahan. Pada saat ini, keduanya belum bekerja dan baru saja lulus SMA.
Latar Belakang Pengambilan Kasus
Akhir-akhir ini kasus perzinaan semakin sering terjadi. Tidak hanya pada usia
dewasa yang melakukan perzinaan, tetapi perzinaan juga sering terjadi pada kaum
muda. Salah satu contoh terjadi pada Ny. E dan Tn. B. Keduanya telah melakukan
hubungan suami istri tanpa adanya ikatan suami istri. Terjadinya kehamilan pada
perzinaan juga akan menimbulkan permasalahan lainnya, seperti pernikahan pada usia
muda yang memberikan timbulnya permasalahan baru.
Refleksi Kasus
I. Keislaman
Dalam islam, zina termasuk perbuatan dosa besar. Hal ini dapat dilihat dari
urutan penyebutannya setelah dosa musyrik dan membunuh tanpa alasan yang haq.
Seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Al-furqon 68.
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar dan
tidak berzina.” (QS. Al-Furqaan: 68).
Dari ayat ini dapat diambil kesimpulan bahwa zina merupakan dosa yang besar
setelah musyrik dan membunuh tanpa alasan yang dibenarkan. Islam melarang
dengan tegas perbuatan zina karena perbuatan tersebut adalah kotor dan keji. Seperti
dalam firman Allah:
“Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya zina itu suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’: 32). Karena
perbuatan keji itu diharamkan oleh Allah, seperti dijelaskan dalam Al-maidah 33.
“Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak
ataupun yang tersembunyi” (QS.Al-Maidah: 33).
Orang-orang yang melakukan perzinaan tidak akan pernah masuk surga bahkan
untuk mencium surga pun diharamkan baginya, seperti hadist yang diriwayatkan oleh
Muslim.“ Ada dua golongan dari penghuni neraka yang Aku tidak sampai melihat
mereka yaitu suatu kaum yang menyandang pecut seperti ekor sapi (yang) dipakai
untuk memukuli orang-orang dan wanita-wanita berpakaian mini, telanjang. Mereka
melenggang bergoyang. Rambutnya ibarat punuk unta yang miring. Mereka tidak akan
masuk surga atau mencium harumnya surga yang sebenarnya dapat dirasakan dari jarak
sekian sekian”. (HR. Muslim)
Islam telah menetapkan hukuman yang tegas bagi pelaku zina dengan hukuman cambuk
seratus kali bagi yang belum nikah dan hukuman rajam sampai mati bagi orang yang
menikah. Seperti dijelaskan dalam firman Allah Annur : 2.
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah
kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari
akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman (Annur : 2)
Selain itu, Dari Ubadah bin Shamit ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ambillah
dariku, ambillah dariku; sungguh Allah telah menjadikan jalan (keluar) untuk mereka;
gadis (berzina) dengan jejaka dicambuk seratus kali cambukan dan diasingkan setahun,
dan duda berzina dengan janda didera seratus kali didera dan dirajam.” (HR. Ubadah
bin Shamit)
Hukuman zina tidak hanya menimpa pelakunya saja, tetapi juga berimbas kepada
masyarakat sekitarnya, karena murka Allah akan turun kepada kaum atau masyarakat
yang membiarkan perzinaan hingga mereka semua binasa, berdasarkan sabda
Rasulullah saw: “Jika zina dan riba telah merebak di suatu kaum, maka sungguh mereka
telah membiarkan diri mereka ditimpa azab Allah.” (HR. Al-Hakim). Di dalam riwayat
lain Rasulullah saw bersabda: “Ummatku senantiasa ada dalam kebaikan selama tidak
terdapat anak zina, namun jika terdapat anak zina, maka Allah Swt akan menimpakan
azab kepada mereka.” (H.R Ahmad).
II. Sosial Ekonomi
Di Indonesia, sebagai negara yang menganut budaya timur, melakukan
hubungan seksual diluar nikah merupakan suatu hal yang terlarang. Apalagi sampai
terjadi kehamilan. Kehamilan yang terjadi diluar pernikahan tersebut akan memberikan
stigma negatif pada masyarakat baik bagi diri sendiri maupun keluarga. Peristiwa ini
akan menjadi perbincangan hangat di lingkungan masyarakat. Baik secara langsung
atau pun tidak, masyarakat akan mengucilkan keluarga karena dianggap melanggar
norma-norma kesopanan.
Secara ekonomi kedua belah pihak belum siap untuk hidup mandiri. Keduanya
baru saja lulus SMA, bahkan belum mendapatkan pekerjaan yang pasti. Padahal untuk
membentuk sebuah keluarga diperlukan pendapatan yang cukup, baik untuk
menghidupi istri ataupun kelak anak mereka. Fakta ini akan memberatkan keluarga
kedua belah pihak, karena pasangan ini masih tergantung kepada keluarganya masing-
masing.
III. Hukum
Secara hukum hubungan suami istri (perzinaan) yang dilakukan pasangan yang
belum terikat pernikahan tidak dapat dijerat oleh hukum. Permasalahan ini hanya bisa
dijerat oleh hukum apabila salah satu pihak merasa dirugikan atau telah terjadi
pemerkosaan. Apabila dilakukan oleh kedua orang yang belum terikat oleh status
pernikahan dengan orang lain dan dilakukan dengan suka sama suka, undang-undang
belum mengatur hukuman untuk itu.
Sedangkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia, pernikahan tersebut
tidak memenuhi dasar pernikahan, karena sesuai dengan UU No. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan pasal 5 point (a) menyebutkan bahwa “adanya kepastian bahwa suami
mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka”. Ini
bertolak belakang dengan kenyataannya bahwa suami belum dapat menjamin
keperluan-keperluan hidup istri dan anak mereka. Sehingga secara hukum permohonan
pernikahan seharusnya belum dapat diajukan meskipun pasal-pasal yang menerangkan
tentang syarat-syarat pernikahan lainnya dapat dipenuhi.
REFLEKSI KASUS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Program Pendidikan Profesi Kedokteran Di Bagian Ilmu Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Sragen
Disusun Oleh :
Pita Pertiwi Kurnianingsih 09711009
Dokter Pembimbing Klinik :
dr. Puji Hastuti Sp.OG, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013