laporan program berhenti merokok
DESCRIPTION
Klinik Berhenti Merokok Puskesmas BalarajaTRANSCRIPT
Laporan Hasil Pengamatan
Program Berhenti Merokok
(Smoking Cessation)
Disusun oleh:
Gunawan Ali
07120080101
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS BALARAJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
25 NOVEMBER 2013 - 18 JANUARI 2014
Pada tanggal 11 Januari 2014, seorang pasien berinisial Tn. YF,
usia 34 tahun, bersedia untuk mengikuti program smoking cessation.
Pasien bertempat tinggal di Jl. Layar III RT 04/07, kelurahan Kelapa Dua.
Pasien bekerja sebagai seorang satpam. Pasien saat ini berstatus
bujangan setelah cerai dengan istri untuk keempat kalinya, dan tinggal
sendirian di rumah kontrakan.
Pasien sudah merokok selama 19 tahun. Rokok yang pasien
gunakan adalah rokok berjenis kretek dengan filter bermerek “Gudang
Garam” (tar 30 mg, nikotin 1,8 mg), yang berisi 16 batang/kotak. Pasien
mengaku menghabiskan 3 bungkus rokok per harinya. Pasien
digolongkan sebagai perokok berat menurut kriteria World Health
Organization karena menghabiskan lebih dari 25 batang rokok perhari.
Pasien mengaku pernah mencoba berhenti merokok sekitar 1
tahun lalu, namun hanya bertahan selama 2 hari. Alasan berhenti
merokok saat itu adalah pasien ingin seperti teman-temannya yang
mampu berhenti merokok, dan merasa merokok menyebabkan
kemampuan olahraga pasien menurun. Tantangan yang dihadapi pasien
saat itu adalah tidak mampu menahan keinginan merokok karena mulut
terasa asam dan gelisah. Menurut pasien, salah satu faktor yang memicu
pasien kembali merokok adalah merasa jenuh dan kesepian di kontrakan.
Pasien paling banyak menghabiskan rokok di rumah. Pasien sering
merokok secara berantai, yaitu langsung menyalakan rokok berikutnya
setelah rokok yang dihisap habis. Pasien sering tidak menyadari jumlah
rokok yang telah dihabiskan, dan baru sadar setelah habis sebungkus.
Pada hari pertama program berhenti merokok, telah dilakukan
wawancara, edukasi, dan pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE).
Pasien mulai merokok ketika bersekolah di STM karena ikut-ikut
teman. Kebiasaan merokok pasien menjadi semakin berat setelah bekerja
sebagai satpam di pabrik, di mana pasien dapat merokok 5 bungkus
dalam 1 shift. Alasannya adalah saat tugas berjaga ia memiliki banyak
2
waktu senggang bersama teman-temannya.
Pasien telah mengetahui bahwa merokok merugikan kesehatan
dari poster di Puskesmas, yaitu dapat menyebabkan kanker paru dan
penyakit jantung. Selain itu pasien mengaku merokok memberatkannya
secara ekonomi, karena gaji bulanan hampir tidak ada sisa.
Pada pemeriksaan APE, didapatkan hasil tertinggi 231 dari nilai
normal 496 - 620 (tinggi badan 170 cm, usia 34 tahun).
Dari wawancara dapat disimpulkan bahwa hambatan bagi pasien
untuk berhenti merokok (selain kecanduannya terhadap nikotin) adalah
faktor sosial yaitu jenuh dan kesepian di rumah. Faktor yang dapat
membantu program berhenti merokok adalah keinginan pasien untuk lebih
mampu berolahraga, kesadaran pasien mengenai bahaya dan kerugian
merokok, dan banyak teman-teman yang sudah berhenti merokok.
Pasien diberikan sebuah formulir perhitungan rokok dalam 24 jam
untuk diisi setiap merokok. Pasien dijadwalkan untuk kembali ke Klinik
Berhenti Merokok pada hari Senin, 13 Januari 2014. Berikut adalah tabel
hasil perhitungan rokok dalam 24 jam.
Tabel 1. Hasil Pemantauan Pengurangan Rokok Selama 24 jam
Nama: YF
Tanggal: 12 Januari 2014
Jumlah rokok yang dihisap
per hari
Waktu Skala (*)
Tempat aktifitas Dengan siapa
Mood atau Penyebab
1 05.30 1 WC Sendiri Ingin
2 06.30 1 Rumah kontrakan Sendiri Kebiasaan merokok setelah makan
3 06.45 2 Rumah kontrakan Sendiri Kebiasaan merokok sambil minum kopi
3
Jumlah rokok yang dihisap
per hari
Waktu Skala (*)
Tempat aktifitas Dengan siapa
Mood atau Penyebab
4 07.00 2 Rumah kontrakan Sendiri Kebiasaan merokok sambil minum kopi
5 07.15 2 Rumah kontrakan Sendiri Kebiasaan merokok sambil minum kopi
6 08.30 3 Tempat kerja Teman Diajak merokok sambil mengobrol
7 08.45 3 Tempat kerja Teman Diajak merokok sambil mengobrol
8 09.00 3 Tempat kerja Teman Diajak merokok sambil mengobrol
9 11.30 1 Tempat kerja Sendiri Mulut asam
10 12.15 1 Warung makan Teman Kebiasaan merokok setelah makan
11 12.30 2 Warung makan Teman Kebiasaan merokok sambil minum kopi
12 12.45 2 Warung makan Teman Kebiasaan merokok sambil minum kopi
13 13.00 2 Warung makan Teman Kebiasaan merokok sambil minum kopi
14 14.00 2 Tempat kerja Sendiri Bosan
15 15.00 3 Tempat kerja Teman Diajak merokok sambil mengobrol
16 17.00 1 Rumah kontrakan Sendiri Mulut asam
17 17.15 2 Rumah kontrakan Sendiri Mulut asam
18 17.30 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
4
Jumlah rokok yang dihisap
per hari
Waktu Skala (*)
Tempat aktifitas Dengan siapa
Mood atau Penyebab
19 17.45 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
20 18.00 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
21 18.15 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
22 18.30 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
23 18.45 1 Warung makan Sendiri Kebiasaan merokok setelah makan
24 19.00 2 Warung makan Sendiri Kebiasaan merokok setelah makan
25 20.00 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
26 20.15 2 Rumah kontrakan Sendiri Kebiasaan merokok sambil minum kopi
27 20.30 2 Rumah kontrakan Sendiri Kebiasaan merokok sambil minum kopi
28 20.45 2 Rumah kontrakan Sendiri Kebiasaan merokok sambil minum kopi
29 21.00 2 Rumah kontrakan Sendiri Kebiasaan merokok sambil minum kopi
30 21.15 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
31 21.30 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
5
Jumlah rokok yang dihisap
per hari
Waktu Skala (*)
Tempat aktifitas Dengan siapa
Mood atau Penyebab
32 21.45 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
33 22.00 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
34 22.15 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
35 22.30 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
36 22.45 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
37 23.00 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
38 23.15 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
39 23.30 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
40 23.45 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
41 00.00 2 Rumah kontrakan Sendiri Jenuh, tidak ada aktifitas lain
42
43
44
45
46
Keterangan:
(*) : Diisi dengan skala, seberapa pentingnya rokok terhadap pasien saat
itu. 1. Sangat penting; 2. Rata-rata; 3. Kurang penting
6
Setelah melakukan pengamatan pada Tabel 1, dapat disimpulkan
bahwa pasien paling banyak merokok saat sendirian di rumah kontrakan
dan merasa jenuh karena tidak ada aktifitas lain. Kegiatan merokok
terbanyak kedua adalah saat pasien merokok sambil minum kopi. Menurut
pasien saat itu pentingnya rokok bagi pasien memiliki skala rata-rata. Saat
merokok yang sulit ditekan oleh pasien karena dianggap sangat penting
adalah pagi hari di WC, setelah makan, dan saat mulut terasa asam.
Setelah berdiskusi, pasien memutuskan akan berhenti merokok
secara bertahap yaitu dengan mengurangi jumlah rokok yang dihabiskan
per hari menjadi setengahnya (yaitu menjadi sekitar 20 batang) dalam
waktu 1 minggu. Prioritas pengurangan rokok yang paling mungkin dicapai
adalah mengurangi konsumsi rokok dengan skala kepentingan kurang
penting dan rata-rata (diajak merokok sambil mengobrol oleh teman, saat
jenuh dan saat sambil mengopi). Pasien disarankan untuk mengurangi
kejenuhan di rumah dengan melakukan aktifitas untuk mengisi waktu
luang seperti bertemu dengan teman-teman mantan perokok, mencoba
menolak ajakan teman di tempat kerja untuk merokok, dan membatasi
jumlah kopi menjadi 2 gelas per hari. Gejala nicotine withdrawal berupa
mulut terasa asam dan gelisah akan berusaha ditanggulangi dengan
mengonsumsi permen karet dan mengisi aktifitas dengan berkumpul atau
berolahraga bersama teman-teman mantan perokok. Mengingat pasien
mengaku sering tidak menyadari jumlah rokok yang telah diambilnya,
pasien diminta untuk tetap mengisi tabel perhitungan rokok untuk hari-hari
selanjutnya, dengan tujuan untuk mengawasi secara mandiri jumlah rokok
yang telah diambilnya. Pasien dijadwalkan untuk kembali ke Klinik
Berhenti Merokok pada tanggal 15 Januari 2014.
7