laporan praktikum vitamin b1

19
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS OBAT, KOSMETIK, DAN MAKANAN PENETAPAN KADAR VITAMIN B1 DALAM TABLET NEURALGIN I. Tujuan Menetapkan kadar vitamin B1 dalam tablet Neuralgin dengan metode spektrofotometri UV. II. Dasar Teori Thiamin atau vitamin B1 merupakan kristal putih dengan bau yang spesifik. Bersifat higroskopis dan bentuk anhidratnya dapat menyerap 4 % air. Meleleh dan mengalami dekomposisi pada 248ºC. Struktur Vitamin B-1 (Thiamin HCl) Cl - . HCl Pemerian : kristal putih dengan bau yang spesifik. Bersifat higroskopis dan bentuk anhidratnya dapat menyerap 4 % air. Meleh dan mengalami dekomposisi pada 248ºC. Kelarutan : 1 gram larut dalam 1 mL air, 18 mL gliserol, 100 mL alkohol 95 %, dan 315 mL alkohol absolut. Praktis tidak larut dalam eter, benzena, heksan, kloroform (Anonim, 1995).

Upload: cahya-swandhika-negara

Post on 29-Dec-2015

2.908 views

Category:

Documents


82 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Vitamin b1

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

ANALISIS OBAT, KOSMETIK, DAN MAKANAN

PENETAPAN KADAR VITAMIN B1 DALAM TABLET NEURALGIN

I. TujuanMenetapkan kadar vitamin B1 dalam tablet Neuralgin dengan metode spektrofotometri UV.

II. Dasar TeoriThiamin atau vitamin B1 merupakan kristal putih dengan bau yang

spesifik. Bersifat higroskopis dan bentuk anhidratnya dapat menyerap 4 % air.

Meleleh dan mengalami dekomposisi pada 248ºC.

Struktur Vitamin B-1 (Thiamin HCl)

Cl-. HCl

Pemerian : kristal putih dengan bau yang spesifik. Bersifat higroskopis dan

bentuk anhidratnya dapat menyerap 4 % air. Meleh dan mengalami dekomposisi

pada 248ºC.

Kelarutan : 1 gram larut dalam 1 mL air, 18 mL gliserol, 100 mL alkohol 95 %,

dan 315 mL alkohol absolut. Praktis tidak larut dalam eter, benzena, heksan,

kloroform (Anonim, 1995).

Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu

jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan

membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk

rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme

protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai

gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami beri-beri,

gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf. Untuk mencegah hal

tersebut, kita perlu banyak mengonsumsi banyak gandum, nasi, daging, susu, telur,

Page 2: Laporan Praktikum Vitamin b1

dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah yang telah terbukti banyak

mengandung vitamin B1 (anonim, 2012).

Thiamin HCl dapat ditetapkan kadarnya dengan berbagai metode yang

pemilihannya tergantung pada bentuk sediaan dan effektrifitasnya. Metode yang

sering digunakan ada 6 metode yaitu:

a) Metode fluorometri dari tiokrom

Tiamin yang ditambah dengan kalium heksasianoferat (III) akan teroksidasi

menghasilkan tiokrom yaitu suatu senyawa yang berfluoresensi biru. Kadar

tiamin akan sebanding dengan intesitas fluoresensi yang dapat diukur dengan

fluorometer

b) Metode kolorimetri

Dasar metode ini adalah reaksi antara tiamin yang telah didiazotasi dengan 6-

aminotimol yang akan memperpanjang kromofor sehingga menimbulkan

warna. Intensitas warna ini diukur dengan melihat serapannya pada λ tertentu.

Intensitas serapan ini akan sebanding dengan kadar tiamin.

c) Metode asidi alkalimetri

Hidroklorida pada tiamin HCl dapat dititrasi dengan NaOH 0,1N dengan

menggunakan indikator brom timol biru.

d) Metode titrasi bebas air

Tiamin HCl dalam asam asetat glasial dapat dtitrasi dengan asam perklorat

jika sebelumnya ditambahkan Hg asetat berlebihan. Kedua atom nitrogen

tertitrasi maka berat ekivalennya setara dengan setengah Bmnya.

e) Metode argentometri

Klorida pada tiamin HCl dapat ditetapkan secara argentometri. Dengan

penambahan AgNO3 maka ion klorida akan mengendap sebagai AgCl2.

Jumlah AgNO3 akan setara dengan jumlah CL- dengan demikian setara juga

dengan jumlah tiamin HCl.

f) Metode gravimetri

Tiamin dalam tablet dan dalam injeksi dapat ditetapkan secara gravimetri

dengan mengendapkan larutan tiamin dengan asam silikowolframat (Sudjadi,

dan Rohman,2004; Hashmi, 1979).

Page 3: Laporan Praktikum Vitamin b1

III. Kandungan SampelTiap tablet Neuralgin mengandung:1. Methampyrone 500mg2. Thiamine HCl 50 mg3. Pyridoxine HCl 50 mg4. Cyanocobalamin5. Trimethylxanthine

IV. Pemerian Sampel Tablet Warna : Putih dengan bintik merah jambu Bentuk : Lonjong Rasa : PahitTablet NEURALGIN RX diproduksi oleh KALBE, Reg. No. DKL

851160380941ED: 12/2012, HET: Rp5300,00

V. Metode PenetapanSpektrofotometri UV

VI. Cara Kerjaa. Pembuatan Larutan Stok Vitamin B1 500µg/ml

Ditimbang 25 mg Vitamin B1, dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 50 ml sampai tanda tera

b. Pembuatan Larutan Bromo Thymol Biru 0,05%Ditimbang 50 mg, dilarutkan dengan etanol 95% dalam labu takar 100 ml

sampai tanda tera

Disonifikasi dengan sonikator

Apabila masih ada partikel yang belum terlarut, disaring dengan kertas saring

c. Pemilihan panjang gelombang serapan maksimumDipipet 4 ml dari larutan induk, dimasukkan dalam labu takar 25 ml

Ditambahkan 2 ml dapar amonia, ditambah 3,3 ml Bromo Thymol Blue 0,05%

Ditambah aquadest sampai tanda tera

Ditentukan λmax dengan scanning pada daerah 400-800nm

d. Pembuatan kurva bakuDipipet larutan induk sebanyak 2; 2,5 ; 3; 3,5 ; 4 ml, masing-masing

dimasukkan dalam labu takar 25 ml

Ditambahkan 1,2 ml dapar amonia

Page 4: Laporan Praktikum Vitamin b1

Ditambahkan 2,7 ml BTB 0,05%

Diencerkan dengan aquadest sampai tanda tera

Dibaca absorbansi pada λ max hasil scanning

Dibuat kurva baku

e. Penyiapan sampelDitimbang 10 tablet Neuralgin, ditimbang satu-persatu

Digerus sampai halus 10 tablet Neuralgin, ditimbang 1500 mg serbuk Neuralgin

Dilarutkan dengan NaOH 0,1 N 20 ml dalam labu Erlenmeyer

Disari dengan kloroform 3 kali @ 10 ml

Diambil sari kloroform, diuapkan sampai kering

Dilarutkan dengan HCl 0,1 N dalam labu takar 50 ml sampai tanda tera

f. Pengukuran kadar sampelDipipet 5 ml larutan sampel, dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml

Ditambahkan 1,5 ml dapar ammonia dan 3 ml BTB 0,05%

Ditambahkan aquadest hingga tanda tera

Diukur absorbansi pada λ max hasil scanning

Diplotkan pada kurva baku

VII. Data Percobaan

Page 5: Laporan Praktikum Vitamin b1

A. Penimbangan 20 tablet NeuralginBobot kertas timbang = 0, 3055 g

No. Bobot Tablet (gram)1. 0.64732. 0.6453. 0.64774. 0.65435. 0.64756. 0.63647. 0.66368. 0.6599. 0.651710. 0.658311. 0.653412. 0.64613. 0.654514. 0.64915. 0.651316. 0.656917. 0.656218. 0.653419. 0.658120. 0.6517

Kadar purata tablet = 13,0413: 20= 0,652 gram

B. Penimbangan Brom Thymol BlueBobot kertas timbang = 0,2951 gBobot bromo thymol blue = 0,0505 g

C. Penimbangan pembuatan NaOH 0,1 NBobot kertas timbang = 0,2651 gBobot kertas timbang + NaOH = 1,2675 gBobot NaOH = 1,0024 g

D. Pembuatan dapar amonia pH 7,6Larutkan 67,5 g amonium klorida dalam 570 ml amonia pekat P dan encerkan dengan aquadest ad 1000 ml

Amonium klorida1000

50 =

67,5x

x=67,5 .501000

= 3,375 g

Page 6: Laporan Praktikum Vitamin b1

Amonium pekat

x=570 x501000

= 28,5 ml

E. Pembuatan Larutan HCl 0,1 NM1.V1.n = M2.V2.nn = valensi = 1

N1.V1 = N2.V212,06 N. V1 = 0,1 N. 25 ml

V 1= 2,512,06

= 0,207 ml

F. Pembuatan Larutan Baku Vitamin B1Bobot kertas timbang = 0,2609 gBobot kertas timbang + Vitamin B1 = 0,3612 gBobot Vitamin B1 = 0,1010 gBobot kertas timbang + sisa = 0,2610 gBobot Vitamin B1 yang dilarutkan = 0,1002 g

G. Penimbangan SampelBobot kertas timbang = 0,2681 gBobot kertas timbang + sampel = 1,7682 gBobot sampel = 1,5001 g

H. Data Absorbansi Kurva BakuKadar (mg%) Absorbansi1 0,3881,25 0,4221,5 0,4401,75 0,5992 0,6482,25 1,043

I. Data Absorbansi Sampel

Faktor Pengenceran = 500 ml0,5 ml

= 100

Replikasi ke- Absorbansi Faktor Pengenceran1 0,542 100x2 0,580 100x3 0,587 100x

Page 7: Laporan Praktikum Vitamin b1

VIII. Penetapan Kadar Vitamin B1Persamaan kurva baku:A = -0,1737B = 0,4699r = 0,8970

Persamaan kurva baku: y = 0,4699x – 0,1737Perhitungan kadar Vitamin B1 dalam sampel:

Replikasi 1 x = Y +0,1737

0,4699x FP mg%

x = 0,542+0,1737

0,4699x 100 mg%

x = 152,3090 mg%

Replikasi 2 x = Y +0,1737

0,4699x FP mg%

x = 0,580+0,1737

0,4699x100 mg%

x = 160,3958 mg%

Replikasi 3 x = Y +0,1737

0,4699x FP mg%

x = 0,587+0,1737

0,4699x100 mg%

x = 161,8855 mg%

Kadar Vitamin B1 dalam sampel rata-rata = 158,1968 mg%Jadi banyaknya vitamin B1 dalam sampel:

Berat sampel (mg)= kadar vit B 1 X vol ad dalam labu takar 25 ml

berat sampel yangdianalisis x berat purata 20

tablet

= 158,1968

mg100

ml X 25 ml

1500 mg x 0,652 gram

= 1,719 gram

Parameter perhitungan kadar vit B1 : SD = 5,1531 CV= SD/purata kadar x 100%= 5,1531/158,1968 x 100%= 3,2573%

Page 8: Laporan Praktikum Vitamin b1

Recovery = bobot percobaan

bobot sebenarnyadalam kemasa n X 100%

= 1719 mg

50 mg X 100%

= 3438 % SE = 2,9751 l.e. = ± t × 2,9751

= ± 4,03 × 2,9751 = ± 11,9896

Rentang kadar = 146,2072 mg% ≤ x ≤ 170,1864 mg% Rentang bobot vit B1 = 1,589 gram ≤ x ≤ 1,849 garam

VII. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini, dilakukan penetapan kadar thiamin dalam sampel tablet

Neuralgin . Penetapan kadar vitamin B1 tunggal tanpa campuran dapat dilakukan dengan

berbagai macam metode yaitu :

1. Metode Titrasi Bebas Air

Prinsip : melibatkan titrasi langsung terhadap garam thiamin dengan asam

perklorat berdasarkan sifat basa lemah dari thiamin pada asam asetat glasial.

2. Metode Kolorimetri

Prinsip : reaksi antara thiamin dengan 6 – aminotimol yang telah didiazotasi

sehingga menghasilkan warna kuning yang intens. Warna kuning yang terjadi

disebabkan adanya perpanjangan kromofor dari 6- aminothymol . Absorbansi

dibaca dengan spektrofotometer pada daerah visible ( λ = 400 – 800 nm ).

3. Metode asidi – alkalimetri

Prinsip : hidroklorida pada thiamin HCl dititrasi dengan natrium hidroksida

0,1 N dengan menggunakan indikator biru brom timol.

4. Metode Gravimetri

Prinsip : terjadinya reaksi antara larutan asam silikowolframat

[ H4(W12SiO40) ] dengan thiamin membentuk endapan yang tidak larut,

kemudian dikeringkan dan ditimbang untuk penetapan kadar vitamin B1

secara gravimetric.

5. Metode Spektrofluorometri

Page 9: Laporan Praktikum Vitamin b1

Prinsip : terjadinya reaksi oksidasi thiamin oleh K3Fe(CN)6 dalam larutan

alkali menjadi thiokrom yang mempunyai struktur rigid dan kaku serta

berfluoresensi biru.

6. Metode Spektrofotometri UV

Prinsip : Thiamin HCl memberikan serapan pada daerah UV yang tergantung

pH larutan. pH yang digunakan adalah pH 2 atau 7.

7. Metode argentometri

Prinsip : berdasarkan metode Volhard yang suasananya harus asam sebab

jika dalam suasana basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan

basa membentuk Ag (OH) yang pada tahap selanjutnya akan membentuk

endapan putih Ag2O akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi dengan

sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.

Dari berbagai metode tersebut, metode terbaik dan yang paling spesifik untuk

menetapkan kadar vitamin B1 adalah metode spektrofluorometri karena thiamin hidroklorida

diubah menjadi senyawa yang rigid dan kaku sehingga bisa ditetapkan berdasarkan

fluoresensi yang terjadi. Energi yang diperlukan untuk berfluoresensi lebih kecil dibanding

energi untuk absorpsi sehingga pengukuran dilakukan pada λ yang lebih panjang. Metode ini

memberikan sensitivitas yang tinggi karena absorban yang dihasilkan lebih besar. Selain itu,

metode ini juga lebih selektif karena hanya senyawa yang memiliki kromofor, auksorom,

rigid dan kaku struktur inilah yang dapat terdeteksi. Namun demikian, pada praktikum ini

tidak dapat digunakan spektrofluorometri karena tidak tersedianya alat tersebut di

laboratorium analisis farmasi atau analisis obat kosmetik dan makanan.

Pada praktikum kali ini, setelah dilakukan pencarian di sejumlah pustaka, diputuskan

untuk menggunakan metode spektofotometri UV karena penetapan kadar dapat dilakukan

dengan cepat dan mudah. Selain hal di atas, yang menjadi dasar pemilihan metode

spektrofotometri UV ialah struktur kimia Thiamin HCl yang memiliki ikatan rangkap

konjugasi yang cukup untuk menyerap radiasi pada λ di daerah sinar UV (200-380 nm), di

samping itu thiamin HCl memiliki gugus auksokrom yang dapat meningkatkan intensitas

serapan

.

Cl-.HCl

auksokrom

Page 10: Laporan Praktikum Vitamin b1

kromofor

Prinsip dasar penetapan thiamin HCl dengan spektrofotometri UV ialah pada daerah

UV, thiamin HCl memberikan serapan tergantung pH. Pada pH 7 ada dua panjang gelombang

yang dapat digunakan, yaitu pada λ 232-233 nm, diperoleh E =345; pada λ 266 nm,

diperoleh E = 425. Untuk membuat pH 7, digunakan buffer fosfat. Sedangkan pada pH 2,

panjang gelombang yang dapat digunakan ialah pada λ max 246 nm, diperoleh E = 425.

Meskipun bisa mendeteksi secara spesifik, analisis kuantitatif dengan spektrofotometer uv

harus didahului dengan pemisahan analit dari campuran yang dapat mengganggu dalam

pengukuran absorbansi. Pemisahan tersebut harus dilakukan karena analit bukan berupa zat

tunggal namun berada bersama dengan senyawa-senyawa lain yaitu antalgin dan

trimetilxantin/kafein.

Pemisahan praanalisis dilakukan dengan cara ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut

organik kloroform. Sebelum dilakukan ekstraksi pertama kali, serbuk sampel yang telah

ditimbang dimasukkan dalam labu Erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan NaOH 0,1 N

sebanyak 20 ml dan digojog homogen. Setelah penambahan NaOH didapatkan larutan

berwarna kuning. Tujuan penambahan NaOH tersebut adalah untuk mengubah thiamin HCl

menjadi basa bebasnya yaitu thiamin dengan melepaskan molekul HCl. Langkah selanjutnya

adalah melakukan ekstraksi dengan kloroform sebanyak 10 ml dan dilakukan sebanyak 3

kali. Digunakan kloroform sebagai penyari dengan alasan dapat menarik thiamin dan kafein

yang mana keduanya larut dalam kloroform karena bersifat nonpolar dan berada dalam

bentuk molekulnya. Adapun antalgin, akan terpartisi ke fase air yaitu larutan NaOH. Fase

kloroform ditampung kemudian diuapkan dalam lemari asam dengan cara menaruh fase

kloroform di cawan porselen yang diletakkan di atas Beaker yang telah diisi dengan air

mendidih. Setelah kloroform menguap seluruhnya, didapatkan massa berwarna kehijauan

seperti pasta. Residu tersebut selanjutnya ditimbang kemudian dilarutkan dalam HCl 0,1 N.

Tujuan penambahan HCl ini adalah untuk mengembalikan thiamin menjadi bentuk garamnya

yaitu thiamin HCl yang larut air dan dapat terpisah dengan kafein yang tidak larut dalam air.

Untuk keperluan pembuatan kurva baku, dibuat stok larutan thiamin HCl dengan

kadar 500 µg/ml pH 2. Kemudian larutan diencerkan untuk mendapatkan seri kadar tertentu

dengan pH yang tetap untuk dilakukan scanning lambda maksimal menggunakan

spektrofotometer. Lambda maksimal inilah yang digunakan untuk mengukur absorbansi

Page 11: Laporan Praktikum Vitamin b1

larutan thiamin yang sudah dibuat. Pengukuran pada lambda ini dilakukan karena beberapa

hal, antara lain:

1. Pada panjang gelombang (lambda) maksimal, kepekaannya juga maksimal,

artinya perubahan kecil absorbansi untuk tiap satuan kadar adalah yang paling

besar.

2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan

pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.

3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh

pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika panjang

gelombang maksimal.

Scanning dan pengukuran absorbansi larutan dilakukan pada pH 2 karena pada pH ini

senyawa ini berada dalam kondisi paling stabil, jika pH larutan dinaikkan menjadi basa, akan

terjadi hidrolisis thiamin HCl. Scanning dilakukan pada rentang 200-300 nm karena thiamin

menyerap sinar pada panjang gelombang UV. Lambda maksimal yang diperoleh adalah 242

nm, dan digunakan untuk mengukur absorbansi larutan. Absorbansi yang diukur harus masuk

range 0,2 – 0,8 karena dalam range ini, kesalahan relatif yang terjadi minimal.

Page 12: Laporan Praktikum Vitamin b1

Absorbansi pada range 0,2 – 0,8 ini diperoleh dari kadar larutan yang dapat diprediksi

dari nilai yang merupakanabsorbansi suatu senyawa yang diukur pada konsentrasi 1%

b/v (1g/100 ml) dengan tebal kuvet 1 cm dan dengan pelarut tertentu. Nilai E ini karakteristik

pada setiap senyawa. Misal jika suatu larutan 1% mempunyai harga E 844, maka untuk

memperoleh absorbansi antara 0,2 – 0,8 dapat dilakukan dengan mengencerkan larutan 2000

kali (konsentrasinya menjadi 0,5 mg/100 ml) sehingga akan memberikan absorbansi sekitar

0,422 (Gandjar, dan Rohman, 2007)..

Langkah berikutnya ialah membuat seri kadar larutan thiamin standar, yaitu

konsentrasi 1,00 mg/100mL; 1,25 mg/100mL; 1,5 mg/100mL; 1,75 mg/100mL; 2,00

mg/100mL; dan 2,25 mg/100ml dengan cara mengencerkan larutan thiamin standar

500µg/ml.Larutan yang digunakan untuk mengencerkan thiamin ialah aquades, karena

thiamin HCl mudah larut dalam aquades (1 gram larut dalam 1 ml air).

Pada langkah selanjutnya, diambil 5 ml larutan sampel, dimasukkan ke dalam labu

takar 25 ml dan ditambah aquadest hingga tanda tera. Selanjutnya dilakukan pembacaan

absorbansi pada λ 242 nm yang merupakan λmaks yang diperoleh dari hasil scanning.

Dari hasil pengukuran absorbansi diperoleh kadar rata-rata sampel thiamin dalam

sediaan tablet 158,1968 mg/100mL. Pada etiket tertulis kadar thiamin HCl 50 mg, sedangkan

dari percobaan diperoleh kadar rata-rata thiamin HCl dalam tablet 1,719 gram maka dapat

disimpulkan bahwa dengan metode spektofotometri UV bobot tiamin yang dihasilkan lebih

dari 50 mg dari jumlah yang diteliti. Kesalahan ini mungkin disebabkan karena dalam waktu

melakaukan ekstraksi ada sedikit analit yang ikut larut dan terbaca dalam spektrofotometer

UV pada λ 242 nm seperti kafein dan metampiron,.analit tersebut sebagai faktor pengganggu

dan mengecaukan hasil analisis karena selain memiliki serapan pada λ 242 nm, tetapi juga

memiliki prosentasi bobot dalam tablet yang lebih tnggi dari tiamin, khususnya metampiron

yang bobotnya mencapai 500 mg per tablet.

Perolehan kembali (recovery) yang didapat adalah 34338 %. Nilai ini menunjukkan

akurasi dari metode yang digunakan. Karena menghasilkan harga recovery yang sangat besar,

maka metode ini tidak memiliki akurasi yang baik. CV atau kesalahan acaknya sebesar

3,2573%. Nilai ini menunjukkan presisi dari suatu metode. Metode yang baik memiliki CV <

5 %, maka dapat disimpulkan bahwa metode spektofotometri UV yang digunakan memiliki

presisi yang baik. Hasil ini menunjukkan bahwa metode spektrofotometri UV pada percobaan

tidak tepat dan teliti untuk penetapan kadar Thiamin HCl ® dalam sediaan tablet.

Page 13: Laporan Praktikum Vitamin b1

Kesimpulan

1. Penetapan kadar tiamin dapat ditetapkan dengan sepktrofometer UV, tetapi hasilnya kurang akurat, karena kadar tiamin yang dihasilkan 158,1968 mg% atau bobot percobaannya 1,719 gram sedangkan dalam kemasanya mengandung tiamin HCl sebanyak 50 mg.

2. CV atau kesalahan acaknya sebesar 3,2573% sehingga disimpulkan bahwa metode spektofotometri UV yang digunakan memiliki presisi yang baik.

3. Metode yang paling sensitive untuk mendeteksi kadar tiamin HCl dalam sediaan adalah metode spektrofluometri dibanding dengan spektrofotometer uv

4. Rentang kadar dan bobot hasil praktikum adalah Rentang kadar = 146,2072 mg% ≤ x ≤ 170,1864 mg% dan Rentang bobot vit B1 = 1,589 gram ≤ x ≤ 1,849 garam.

Daftar Pustaka

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2012, wikipedia. com diakses tanggal 25 mei 2012 jam 1.32

Cunnif, Patricia, 1995, Official Methods of Analysis of AOAC International, 16th Edition,

Volume II, AOAC International, USA

Day, R.A, Underwood, A.L., 1996, Analisis Kimia Kualitatif, Edisi 5, Penerbit Erlangga,

Surabaya

Fatah, A.M., 1982, Volumetri dan Gravimetri, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

Gandjar Ibnu Gholib, dan Rohman Abdul, 2007, Kimia Farmasi Dasar, Pustaka Pelajar,

Jogjakarta

Hashmi, M., Haque, 1973, Assay of Vitamin in Pharmaceutical Preparation, John Wiley and

Sons, New York.

Moffat, A.C., 1986, Clarke’s Isolation and Identification of Drugs, The Pharmaceutical

Press, London

Sudjadi,dkk. 2004, Analisa Obat dan Makanan, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

Page 14: Laporan Praktikum Vitamin b1