laporan praktikum teknik pembakaran viskositas

Upload: zandhika-alfi-pratama

Post on 10-Mar-2016

125 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Viskositas sangat penting karena mempengaruhi proses atomisasi. Prosesatomisasi akan mempengaruhi karakteristik api yang dihasilkan padapembakaran bahan bakar cair. Viskositas yang tinggi akan membuat bahanbakar teratomisasi menjadi tetesan yang lebih besar dengan momentumtinggi dan memiliki kecenderungan untuk bertumbukan dengan dindingsilinder yang relatif lebih dingin. Hal ini menyebabkan pemadaman flamedan meningkatkan deposit dan emisi mesin. Pada umumnya, bahan bakarharus mempunyai viskositas yang relatif rendah agar mampu mengalir danteratomisasi dengan mudah (Raharjo, 2009).

TRANSCRIPT

  • 2313 030 016

    2313 030 033

    2313 030 035

    2313 030 051

    08 Oktober 2015

    Ir. Sri Murwanti, M.T

    Anita Cahyaningrum

    VISKOSITAS CAMPURAN PREMIUM

    DAN BIOSLOAR DAN AHM OIL MPX

    (PRAKTIKUM KE II)

    7

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

    Modul Praktikum :

    Kelompok :

    1. Shinta Hilmy Izzati NRP

    2. Danissa Hanum Ardhyni NRP

    3. Zandhika Alfi P. NRP

    4. Aprise Mujiartono NRP

    Tanggal Percobaan :

    Dosen Pembimbing :

    Asisten :

    PROGRAM STUDI Diii TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

    2015

  • I-1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Viskositas sangat penting karena mempengaruhi proses atomisasi. Proses

    atomisasi akan mempengaruhi karakteristik api yang dihasilkan pada

    pembakaran bahan bakar cair. Viskositas yang tinggi akan membuat bahan

    bakar teratomisasi menjadi tetesan yang lebih besar dengan momentum

    tinggi dan memiliki kecenderungan untuk bertumbukan dengan dinding

    silinder yang relatif lebih dingin. Hal ini menyebabkan pemadaman flame

    dan meningkatkan deposit dan emisi mesin. Pada umumnya, bahan bakar

    harus mempunyai viskositas yang relatif rendah agar mampu mengalir dan

    teratomisasi dengan mudah (Raharjo, 2009).

    Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau

    fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan

    hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat,

    sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat

    seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan

    yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai

    viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan

    mengalirnya suatu cairan (Budi, 2008).

    Kekentalan minyak pelumas harus sesuai dengan fungsi minyak itu

    untuk mencegah keausan permukaan bagian yang bergesekan, terutama

    pada beban yang besar dan pada putaran rendah. Minyak pelumas yang

    terlalu kental sukar mengalir melalui salurannya, disamping itu dapat

    menyebabkan kerugian daya mesin yang terlalu besar. Dengan praktikum

    yang dilakukan, harapannya dapat mengetahui cara pengukuran dan

    karakteristik viskositas dari sampel yang diuji, sehingga akan diketahui

    karakteristik (sifat fisis) dari pelumas tersebut sesuai dengan metode ASTM

    D445-07.

    I.2. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana cara mengukur sifat fisis viskositas berupa viskositas

    kinematik dan dinamik dari suatu campuran bahan bakar solar 40% dan

    premium 60% dan AHM Oil MPX dengan metode ASTM D-445-04?

    2. Bagaimana cara menghitung repeatability dan reproduceability dalam

  • I-2

    BAB I PENDAHULUAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    mengukur viskositas menurut ASTM D 455-04?

    I.3. Tujuan Percobaan

    1. Untuk mengetahui cara mengukur sifat fisis viskositas berupa viskositas

    kinematik dan dinamik dari suatu campuran bahan bakar solar 40% dan

    premium 60% dan AHM Oil MPX dengan metode ASTM D-445-04.

    2. Untuk mengetahui cara menghitung repeatability dan reproduceability

    dalam mengukur viskositas menurut ASTM D 455-04.

  • II-1

    = x 10-3 x

    = x t

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Dasar Teori

    II.1.1 Pengertian Viskositas

    Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahan

    apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu

    menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap

    sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida (Sears dkk, 1982).

    Menurut Lewis (1987), viskositas dibagi menjadi :

    1. Viskositas kinematik adalah perbandingan viskositas terhadap kerapatan

    massa. Satuan untuk Viskositas Kinematik adalah Stoke (m2/s) (Eko,

    2008).

    ..(1)

    dimana,

    = viskositas kinematik, mm2/s

    = konstanta kalibrasi viskometer, mm2/s2

    t = waktu, s

    2. Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan

    geser dengan gerakan fluida (Anonim, 2008). Selain itu, viskositas

    dinamik juga bisa diartikan sebagai rasio antara shear, stress, dan shear

    rate. Viskositas dinamik disebut juga koefisien viskositas (Ghazali dkk,

    2009).

    ...(2)

    dimana,

    = viskositas dinamik, mPa.s

    = densitas, kg/m3, pada temperatur sama yang digunakan untuk

    mengukur viskositas kinematik

    = viskositas kinematik, mm2/s

    Dalam satuan cgs, tegangan geser adalah dalam dyne/cm2 dan kadar

    geseran dalam det -1, maka satuan kekentalan dinamik adalah poise disingkat

    P. Sedangkan satuan rapat massa gram/cm3 sehingga satuan kekentalan

    kinematik adalah stokes disingkat St. Satuan yang paling umum dalam

    industri perminyakan adalah centipoise disingkat cP dan centistoke

    disingkat cSt, dimana 1 P = 100 cP dan 1 St =100 cSt. Dalam satuan SI,

  • II-2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    untuk kekentalan dinamis adalah N det/m2

    atau kg/m det dan satuan

    kekentalan kinematik adalah m2/det. Dengan demikian diperoleh hubungan

    satuan-satuan:

    1 P = 10-1 N det/m2

    1 cP = 10-1 N det/m2

    1 St = 10-4 m2/detik

    1 cST = 10-6 m2/detik

    Dalam satuan British untuk kekentalan dinamik dikenal satuan lbf.s/in2 (pound-force second per square inch) yang disebut juga dengan reyn, yang

    diberikan untuk penghormatan terhadap Sir Osborne Reynolds. Hubungan

    antara reyn dan centipoise:

    1 reyn = 1 lbf.s/in2 = 7,03 kgf.s/m2

    1 reyn = 6,9 . 106 cP

    Kekentalan juga dapat/pernah dinyatakan dengan unit sebagai berikut:

    Kekentalan Redwood

    Secara teknis Redwood viscosity bukanlah satuan untuk kekentalan

    melainkan waktu alir. Itu adalah jumlah waktu yang diperlukan 50 ml

    minyak untuk mengalir melalui cerobong saluran berbentuk mangkuk

    (cup-shaped funnel) akibat gaya beratnya sendiri (Pasaribu, 2009).

    Kekentalan Saybolt (Saybolt viscosity)

    Saybolt viscosity secara teknis adalah waktu alir dan hal tersebut juga

    bukan satuan kekentalan, karena memiliki cara yang sama dalam

    pengukurannya dengan Redwood viscosity. Metode ini pernah menjadi

    metode standar pada ASTM (Pasaribu, 2009).

    Kekentalan Engler (Engler viscosity)

    Engler viscosity juga merupakan waktu alir dengan metode hampir sama

    dengan Redwood viscosity, tetapi hasilnya dinyatakan dengan derajat,

    waktu alir sampel minyak terhadap yang diukur air pada temperatur

    yang sama. Hal ini diterapkan hanya di hampir seluruh Eropa, tetapi

    secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan (Pasaribu, 2009).

    II.1.2 Macam-Macam Alat Pengukur Viskositas

    Berikut adalah macam-macam alat ukur viskositas:

  • II-3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    a. Metode Manual (Viskometer Pipa Kapiler)

    Pengukuran kekentalan pada viskometer pipa kapiler (Capillary

    Viscometers) didasarkan pada pengukuran rata-rata aliran fluida

    melalui tabung berdiameter kecil/pipa kapiler. Ada banyak tipe/varian

    viscometer yang menggunakan prinsip aliran fluida melalui pipa

    kapiler, dan viskometer pipa kapiler merupakan viskometer yang

    memiliki varian paling banyak dibandingkan dengan tipe viskometer

    yang lain. Beberapa diantaranya dapat dilihat seperti pada gambar di

    bawah (Anonim, 2011).

    Gambar II.2 Beberapa Tipe Viscometer Pipa Kapiler

    b. Metode Digital (Bohlin Visco 88 Viscometer)

    Gambar II.3 Bohlin Visco88

    Type : Rotational Viscometer

    Dimensions(WxDxH) : 15 x 23 x 24 cm

    Speed Range : 0 to 1000 rpm

    Viscosity Range : 5 to 10e7 mPa.s

    Torque Range : 0 to 10 mNm

    Shear Rate Range : 0 to 2x10e4/sec

  • II-4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    Shear Stress Range : 0 to 10e4 Pa

    c. Metode Online (SV-10 Vibro Viscometer)

    Gambar II.4 Vibro Viscometer

    SV-10 mempunyai dua paddle yang dilapisi emas dengan diameer

    sensor 12 mm sensor yang terbenam hingga sampel terukur. Paddle

    disetel dalam susunan yang bercabang jadi ketika distimulasi oleh

    elektromagnetik menggerakkan paddle, getaran apad frekuensi

    konstan. Sistem terjadi 15 detik untuk menstabilkan, setelah itu

    melanjutkan pembacaan viskositas dan ditampilkan.

    Spesifikasi :

    - Akurasi 1%, dengan range 0,3 10000 mPa.s

    - Penggunaan yang mudah

    - Pembersihan yang mudah

    - Cocok untuk semua fluida karen asensor yang digunakan adalah

    emas

    - Software meliputi untuk meneruskan output menuju PC

    - Temperatur pengukuran 0o 100oC

    - Temperatur dikontrol menggunakan air yang dialirkan pada

    jacket

    - Kalibrasi dapat dilakukan dengan air demineralisasi

    - 2 poin kalibrasi tersedia untuk mengcover jauhnya jarak

    viskositas sampel.

  • II-5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    II.1.3 Klasifikasi Viskositas

    II.1.3.1 Klasifikasi Kekentalan Menurut ISO

    Sistem klasifikasi kekentalan minyak pelumas menurut ISO

    (International Standard Organization) adalah berdasarkan kekentalan

    kinematik, dalam satuan centistokes (cSt), pada daerah (range) kekentalan

    pada temperatur 40. Setiap daerah kekentalan diidentifikasi dengan angka

    ISO VG (Viscosity Grade) atau derajat kekentalan ISO, dimana kekentalan

    tersebut merupakan kekentalan kinematik rata-rata pada daerah tersebut

    (midpoint kinematic viscosity). Untuk mendapatkan nilai kekentalannya ,

    harus dihitung 10% dari nilai rata-rata kekentalan kinematiknya. Misalnya

    ISO VG 100 mempunyai kekentalan rata-rata 100 cSt, dimana batas

    kekentalannya adalah 90 cSt untuk minimum dan 110 cSt untuk maksimum.

    Nilai kekentalan menurut ISO untuk minyak pelumas dapat dilihat pada

    gambar grafik dan tabel berikut, yang dikutip dari dokumen ISO 3448

    Industrial Liquid Lubricants ISO Viscosity Classification (Sudarmaji,

    2007).

    Gambar II.4 Kekentalan Minyak Pelumas Menurut Dokumen ISO 3448

    pada Tekanan Atmosfer

    Nilai kekentalan pada gambar diatas dapat dilihat pada tabel di bawah,

    untuk nilai kekentalan pada suhu 40 C. Nilai untuk harga kekentalan

    kinematik minyak pelumas pada 40 C menurut dokumen ISO 3448.

  • II-6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    Dibawah ini merupakan Tabel II.1.1 berisi tentang klasifikasi kekentalan

    ISO minyak pelumas pada suhu 40 C.

    Tabel II.1.1 Klasifikasi Kekentalan ISO Minyak Pelumas pada Suhu 40 C

    Angka derajat

    kekentalan ISO

    Harga tengah

    kekentalan, cSt

    pada 40 oC

    Batas kekentalan kinematik, cSt pada 40 oC

    Minimum Maksimum

    ISO VG2

    ISO VG3

    ISO VG5

    ISO VG7

    ISO VG10

    ISO VG15

    ISO VG22

    ISO VG32

    ISO VG46

    ISO VG68

    ISO VG100

    ISO VG150

    ISO VG220

    ISO VG320

    ISO VG460

    ISO VG680

    ISO VG1000

    ISO VG1500

    2,2

    3,2

    4,6

    6,8

    10

    15

    22

    32

    46

    68

    100

    150

    220

    320

    460

    680

    1000

    1500

    1,98

    2,88

    4,14

    6,12

    9

    13,5

    19,8

    28,8

    41,4

    61,2

    90

    135

    198

    288

    417,4

    612

    900

    1350

    2,42

    3,52

    5,06

    7,48

    11

    16,5

    24,2

    35,2

    50,6

    74,8

    110

    165

    242

    352

    506

    748

    1100

    1650

    (Nasution, 2007)

    II.1.3.2 Klasifikasi Kekentalan Menurut SAE

    Sistem klasifikasi ini disusun oleh SAE (Society of Automotive

    Engineers), dalam SAE J300 SEP80 pertama kali dilaporkan Divisi

    Anekaragam (Miscellaneous Division), disetujui pada Juni 1911, dan direvisi

    kembali oleh suatu komite pada September 1980. Walaupun sistem

    kekentalan ini disusun oleh SAE, klasifikasi kekentalan minyak pelumas

    bukan hanya untuk otomotif, melainkan semua tipe penggunaan minyak

    pelumas termasuk industri, kapal laut dan pesawat udara. Klasifikasi SAE

    merupakan klasifikasi untuk minyak pelumas mesin-mesin secara rheologi

  • II-7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    saja. Karakteristik lain dari minyak pelumas tidak termasuk. Praktek yang

    dianjurkan ini ditujukan untuk penggunaan oleh pabrik pembuat mesin-

    mesin dalam menentukan derajat kekentalan minyak pelumas yang akan

    direkomendasikan untuk penggunaan mesin-mesin yang diproduksi, dan oleh

    perusahaan minyak dalam merumuskan dan memberi label produksi mereka

    (Pasaribu, 2009).

    II.1.4 Karakteristik Sampel

    II.1.4.1 Premium

    Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna

    kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat

    pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah

    untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil,

    sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga

    disebut motor gasoline atau petrol.

    Sifat penting pada bahan bakar premium yaitu:

    1) Kecepatan penguapan bensin

    Kecepatan penguapan bensin menyatakan mudah tidaknya bensin itu

    menguap pada kondisi tertentu, kondisi ini akan terjadi sempurna apabila

    terdapat oksigen yang cukup. Proses penguapan merupakan akibat dari

    suatu reaksi yang terjadi pada setiap temperature. Pada saat penguapan

    molekul-molekul bensin melepaskan diri dari permukaan, makin tinggi

    temperature, makin banyak molekul yang lepas dari permukaan bensin

    (Kamajaya, 1978).

    Kecepatan penguapan bensin dipengaruhi beberapa hal, yaitu

    konsentrasi, suhu, tekanan dan luas penampang.

    2) Titik Beku Bensin

    Suhu pada bensin mulai membeku dinamakan titik beku bensin. Bila di

    dalam bensin terdapat kadar aromat yang tinggi, maka pada suhu

    tertentu aromat-aromat itu mengkristal dan saluran-saluran bensin bisa

    tersumbat. Karena itu motor-motor yang bekerja pada cuaca dingin titik

    beku bensin harus rendah sekitar -50 oC (Anonim, 1996).

  • II-8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    3) Titik Embun Bensin

    Suhu pada saat uap bensin mulai mengembun dinamakan titik embun

    bensin. Penguapan lengkap tetesan bensin dalam saluran isap tergantung

    pada tinggi rendahya titik embun. Bila titik embun terlalu tinggi, maka

    tetesan bensin yang belum menguap dalam saluran isap dapat turut

    masuk ke dalam silinder sehingga pemakaian bahan bakar menjadi boros,

    karena di dalam silinder terdapat campuran dengan kondisi yang tidak

    homogen. Hal ini menyebabkan pembakaran berlangsung dengan tidak

    baik. Banyaknya bensin yang menetes ke dalam ruang engkol melalui

    cicin torak tergantung titik rendahnya embun ini. Pada umumnya, titik

    embun bensin motor tidak lebih dari 140 oC (Anonim, 1996).

    4) Titik Nyala Bensin

    Titik nyala bensin berkisar antara -10 oC s/d -15 oC. Titik nyala bensin

    merupakan uap bensin terendah yang membentuk campuran sehingga

    dapat menyala dengan udara apabila terkena percikan api. Titik nyala

    yang rendah menyulitkan penyimpanan dan pengangkutan (Anonim,

    1996).

    Spesifikasi sampel:

    Tabel II.1.2 Spesifikasi Premium

    No. Karakteristik Satuan

    Batasan Metode Uji

    Tanpa Timbal Bertimbal

    Min. Maks. Min. Maks. ASTM Lain

    1 Bilangan

    Oktana

    -Angka Oktana

    Riset (RON) RON 88.0 - 88.0 - D 2699-86

    -Angka Oktana

    Motor (MON) dilaporkan dilaporkan D 2700-86

    2

    Stabilitas

    Oksidasi

    (Periode

    Induksi)

    menit 360 - 360 - D 525-99

    3 Kandungan

    Sulfur % m/m - 0,051) - 0,051) D 2622-98

    4 Kandungan g/l - 0,013 - 0,3 D 3237-97

  • II-9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    Timbal (Pb)

    5 Distilasi: D 86-99a

    10% vol.

    penguapan oC - 74 - 74

    50% vol.

    penguapan oC 88 125 88 125

    90% vol.

    penguapan oC 180 180

    Titik didih

    akhir oC - 215 - 205

    Residu % vol - 2 - 2

    6 Kandungan

    Oksigen % m/m - 2,72) - 2,72)

    D 4815-

    94a

    7 Washed gum m/100

    ml - 5 - 5 D 381-99

    8 Tekanan Uap kPa - 62 - 62

    D 5191-99

    atau D

    323

    9 Berat Jenis (15 oC)

    kg/m3 715 780 715 780

    D 4052-96

    atau D

    1298

    10 Korosi bilah

    tembaga menit kelas I kelas I D 130-94

    11 Uji Doctor Negatif Negatif IP

    30

    12 Sulfur

    Mercaptan

    %

    massa - 0,002 - 0,002 D 3227

    13 Penampilan

    visual Jernih dan terang

    Jernih dan

    terang

    14 Warna Merah Merah

    15 Kandungan

    pewarna g/100 l 0,13 0,13

    16 Bau Dapat dipasarkan Dapat

    dipasarkan

    II.1.4.2 Biosolar

    Biosolar merupakan salah satu jenis bahan bakar cair yang digunakan

    dalam proses pembakaran pada motor bakar. Biosolar yang dijual di

  • II-10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    pasaran merupakan campuran sejumlah produk yang dihasilkan dari

    berbagai proses. Melalui proses pencampuran (blending) tersebut maka

    sifat dari bahan bakar dapat diatur untuk memberikan karakteristik

    operasi seperti yang diinginkan. Salah satu sifat yang harus dipunyai dari

    biosolar adalah Cetane Number dari bahan bakar tersebut. Angka setana

    adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang

    bisa diberikan di dalam mesin sebelum biosolar terbakar secara spontan.

    Jadi, semakin tinggi angka setananya, semakin cepat biosolar itu terbakar

    spontan.

    Salah satu cara alternatif yang dapat dipakai untuk memperoleh

    bahan bakar dengan angka setana yang tinggi adalah dengan

    menggunakan Zat aditif yang merupakan zat yang dapat meningkatkan

    Cetane number dari suatu bahan bakar. Oleh karena itu dilakukan studi

    untuk mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi Zat aditif untuk

    mengetahui peningkatan unjuk kerja motor diesel yang optimum.

    Sehingga dari percobaan yang dilakukan dapat diperoleh data-data yang

    dapat memberikan kesimpulan mengenai kelebihan dan kekurangan dari

    setiap konsentrasi campuran biosolar dengan zat aditif.

    II.1.4.3 Oli (AHM Oil MPX)

    PT Astra Honda Motor (AHM) meluncurkan pelumas untuk sepeda

    motor Honda, AHM Oil MPX 3, untuk memenuhi kebutuhan pelumas

    dengan tingkat kekentalan tinggi. AHM Oil MPX 3 hadir sebagai salah

    satu alternatif pelumas mesin sepeda motor bagi konsumen yang

    menginginkan oli dengan tingkat kekentalan tinggi atau high viscosity

    20W 40.

    Kehadiran oli ini menjadi alternatif dari produk pelumas unggulan

    rekomendasi AHM yang sebelumnya di segmen bebek dan sport, yaitu

    AHM Oil MPX 1 dan AHM Oil SPX 1 dengan tingkat kekentalan 10W-

    30. Untuk tipe skutik ada AHM oil MPX 2 dan AHM Oil SPX 2 dengan

    kekentalan 10W-30.

    Keunggulan menggunakan AHM Oil:

    1. Menghemat konsumsi bahan bakar

  • II-11

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    Mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 8% dibanding dengan

    tingkat kekentalan yang lebih tinggi (SAE 20W-40), (Hasil ujicoba

    Honda R&D Japan)

    2. Menghemat biaya perawatan

    Memperpanjang usia penggantian oli menjadi 4000km.

    3. Memaksimalkan kinerja mesin

    Melumasi celah mesin yang paling sempit sekalipun sekaligus menjaga

    kestabilan gesekan antar komponen di dalam mesin sehingga kinerja

    mesin akan semakin ringan dan optimal.

    4. Ramah lingkungan

    Periode penggantian yang lebih lama dan pengurangan konsumsi bahan

    bakar serta rendahnya gas buang (CO2) yang dihasilkan akan mengurangi

    pencemaran udara dan pemanasan global yang ditimbulkan.

    II.1.5 Ringkasan ASTM

    II.1.5.1 Ringkasan Metode Uji

    Waktu yang diukur adalah untuk menetapkan volume liquid yang

    mengalir dari batas atas menuju batas bawah tabung kapiler untuk

    mengkalibrasi viskometer dengan membandingkan dari beberapa operator

    dan pada pengontrolan yang terus menerus dan mengetahui temperatur.

    Viskositas kinematik (menentukan nilai) adalah hasil dari pemgukuran

    waktu aliran dan konstanta kalibrasi viskometer.

    II.1.5.2 Signifikasi dan Penggunaan

    Banyak produk minyak bumi dan beberapa bahan-bahan non-minyak

    bumi digunakan sebagai pelumas dan penggunaan yang benar dari peralatan

    bergantung ketika ketepatan viskositas dari liquid yang digunakan. Pada

    penambahan, viskositas bahan bakar minyak bumi penting untuk

    perhitungan optimal penyimpanan, penanganan, dan kondisi operasi. Jadi,

    akurasi menentukan viskositas merupakan pokok dari spesifikasi banyak

    produk.

  • II-12

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    II.1.6 Pengertian Repeatability dan Reproduceability

    Akurasi pengukuran atau pembacaan dapat didefinisikan sebagai

    selisih atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur

    dengan nilai sebenarnya (Sistem Pengukuran & Kalibrasi). Dalam sebuah

    eksperimen, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan

    suatu nilai standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi

    sebuah alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi

    tertentu dan dapat diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi

    dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik (Tamim,

    2014).

    Presisi merupakan istilah yang dapat menyatakan derajat kebebasan

    sebuah instrumen dari kesalahan acak (Sistem Pengukuran & Kalibrasi).

    Jika sejumlah pembacaan diambil pada besaran input yang sama

    menggunakan instrumen dengan presisi tinggi, maka sebaran pembacaan

    akan sangat kecil. Presisi yang tinggi tidak berarti apa-apa terhadap akurasi

    sebuah pengukuran. Repeatability dapat digunakan untuk menggambarkan

    kedekatan (closeness) keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama

    digunakan secara berulang-ulang pada periode waktu yang singkat pada

    kondisi dan lokasi pengukuran yang sama, dan dengan alat ukur yang sama.

    Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan (closeness) keluaran

    pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara berulangulang.

    Persamaan pada keduanya adalah menggambarkan sebaran keluaran

    pembacaan induvidual untuk masukan yang sama. Sebaran akan mengacu

    pada repeatability bila ondisi pengukurannya tetap, dan akan mengacu

    reproducibility kondisi pengukurannya berubah (Tamim, 2014).

    a) Repeatability

    Repeatability adalah variasi dalam pengukuran yang didapat dari

    suatu alat pengukuran ketika digunakan beberapa kali oleh satu operator

    pada pengukuran suatu karakteristik pada variabel yang sama (Tias,

    2006).

  • II-13

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    b) Reproducibility

    Reproducibility adalah variasi pada rata-rata pengukuran yang

    dilakukan oleh operator berbeda pada pengukuran suatu karakteristik

    pada variabel yang sama (Tias, 2006).

  • II-14

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    II.2 Aplikasi Industri

    Uji Performance Mesin Diesel Menggunakan Biodiesel

    Dari Minyak Goreng Bekas

    Untuk memperoleh panas yang tinggi untuk menyalakan bahan bakar,

    mesin diesel harus mempunyai perbandingan kompresi yang lebih tinggi dari

    pada perbandingan kompresi mesin bensin. Mesin diesel mempunyai

    perbandingan kompresi berkisar antara 12:1 sampai 18:1. Tekanan kompresi

    dapat mencapai 400 sampai 700 psi dan suhu udara yang dimampatkan

    dapat mencapai 1000 oF.

    Mesin diesel dapat bekerja dengan siklus dua atau empat langkah.

    Tepat sebelum langkah kompresi berakhir dan pada saat udara mencapai

    suhu yang tinggi, bahan bakar mulai diinjeksikan. Setelah injeksi bahan

    bakar ini,

    tetes bahan bakar yang sangat kecil akan menyala dan nyala akan melebar

    secara spontan dalam ruang selinder dan menyebabkan tekanannya naik

    menjadi 600 sampai 1.000 psi.

    Secara umum meningkatnya putaran mesin menyebabkan naiknya

    kebutuhan bahan bakar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Hal ini

    disebabkan karena pada putaran tinggi proses pembakaran yang terjadi

    sangat cepat sehingga campuran udara dengan bahan bakar tidak dapat

    terbakar dengan sempurna karena campuran baru terlalu cepat

    menggantikan campuran lama yang belum seluruhnya terbakar (Kusuma,

    2003). Spesific Fuel Consumtion (SFC) biodiesel B40 rata-rata lebih besar

    2,75% dibandingkan yang lainnya, hal ini disebabkan karena nilai kalor

    biodiesel B40 lebih kecil, sehingga konsumsi bahan bakarnya menjadi besar.

    Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Kusuma (2003). Konsumsi

    bahan bakar biodiesel lebih kecil sekitar 5% dibandingkan solar untuk

    putaran mesin yang sama.

    Rahardjo (2007) juga menganalisa konsumsi bahan bakar biodiesel

    yang berasal dari minyak jarak pagar. Hasil yang didapatkan sama dengan

    penelitian ini. Konsumsi bahan biodiesel bakar biodiesel lebih besar

  • II-15

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    dibanding solar. Amin (2003) juga melakukan uji biodiesel yang berasal dari

    minyak sawit pada mesindiesel dengan komposisi biodiesel 30%. Konsumsi

    bahan bakar biodiesel hanya 2% lebih tinggi dibandingkan solar.

  • II-16

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    Halaman ini sengaja dikosongkan

  • III-1

    BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    III.1 Variabel Percobaan

    1. Repeatability 3 kali dan Reproducibility 4 kali

    III.2 Bahan Yang Digunakan

    1. Air

    2. Biosolar (Pembelian di SPBU Ngagel pada tanggal 7 Oktober 2015)

    3. Oli (AHM Oil MPX) (Pembelian di Bengkel Esa pada tanggal 7

    Oktober 2015)

    4. Premium (Pembelian di SPBU Ngagel pada tanggal 7 Oktober 2015)

    III.3 Alat Yang Digunakan

    1. Gelas Ukur

    2. Penghisap Pipet

    3. Pipet Tetes

    4. Stopwatch

    5. Termometer

    6. Viscometer Oswald

    III.4 Prosedur Percobaan

    III.4.1 Tahap Kalibrasi Alat

    1. Menyiapkan gelas ukur 1000 ml.

    2. Menuangkan air sebanyak 500 ml ke dalam gelas ukur 1000 ml.

    3. Menyiapkan viscometer ostwald.

    4. Memasukkan air ke dalam viscometer oswald dengan pipet tetes.

    5. Menghisap sampel atau dengan menggunakan pipet volum untuk

    menyesuaikan level tertinggi sampel uji ke posisi di lengan kapiler.

    6. Mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh air untuk

    mencapai batas (level) bawah dari garis yang terdapat pada lengan

    kapiler.

    III.4.2 Tahap Pengukuran Densitas Sampel

    1. Menyiapkan gelas ukur 1000 ml.

    2. Menuangkan sampel oli AHM oil MPX sebanyak 500 ml ke dalam

    gelas ukur 1000 ml.

  • III-2

    BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    3. Menyiapkan viscometer ostwald.

    4. Memasukkan sampel oli AHM oil MPX ke dalam viscometer oswald

    dengan pipet tetes.

    5. Menghisap sampel atau dengan menggunakan pipet volum untuk

    menyesuaikan level tertinggi sampel uji ke posisi di lengan kapiler.

    6. Mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh sampel untuk

    mencapai batas (level) bawah dari garis yang terdapat pada lengan

    kapiler.

    7. Mengulangi percobaan di atas untuk sampel campuran Premium dan

    Biosolar.

    III.5 Diagram Alir

    III.5.1 Tahap Kalibrasi

    Mulai

    Menyiapkan gelas ukur 1000 ml.

    Menuangkan air sebanyak 500 ml ke dalam gelas ukur 1000 ml.

    Menyiapkan viscometer ostwald.

    Memasukkan air ke dalam viscometer oswald dengan pipet tetes.

    Menghisap sampel atau dengan menggunakan pipet volum untuk

    menyesuaikan level tertinggi sampel uji ke posisi di lengan kapiler.

    A

  • III-3

    BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    III.5.2 Tahap Pengamatan

    Mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh air untuk

    mencapai batas (level) bawah dari garis yang terdapat pada lengan

    kapiler.

    Selesai

    Mulai

    Menyiapkan gelas ukur 1000 ml.

    A

    Menuangkan sampel oli AHM oil MPX sebanyak 500 ml ke dalam

    gelas ukur 1000 ml.

    Menyiapkan viscometer ostwald.

    Memasukkan sampel oli (AHM oil MPX) ke dalam viscometer oswald

    dengan pipet tetes.

    Menghisap sampel atau dengan menggunakan pipet volum untuk

    menyesuaikan level tertinggi sampel uji ke posisi di lengan kapiler.

    B

  • III-4

    BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    Mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh air untuk

    mencapai batas (level) bawah dari garis yang terdapat pada lengan

    kapiler.

    Selesai

    Mengulangi percobaan di atas untuk sampel campuran Premium dan

    Biosolar

    B

  • III-5

    BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    III.6 Gambar Percobaan

    Rangkaian Alat Percobaan Viskositas

    Keterangan :

    1. Pipet Hisap

    2. Stopwatch

    3. Viskometer Ostwald

    1

    2

    3

    2

  • IV-1

    BAB IV

    HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    IV.1. Hasil Percobaan

    Berikut adalah data yang diperoleh dari hasil percobaan.

    Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Viskositas Sampel Campuran Premium dan

    Biosolar

    Operator Repeat ke- Parameter

    Waktu (s) Waktu Rata-Rata (s)

    Zandhika

    1 5,74

    5,74 2 5,60

    3 5,89

    Danissa

    1 5,99

    5,69 2 5,52

    3 5,58

    Shinta

    1 5,20

    5,18 2 5,23

    3 5,12

    Aprise

    1 5,09

    5,25 2 5,39

    3 5,26

    Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan Viskositas Sampel AHM Oil MPX

    Operator Repeat ke- Parameter

    Waktu (s) Waktu Rata-Rata (s)

    Zandhika

    1 562,8

    562,4 2 555,6

    3 568,8

    Danissa

    1 546

    562,2 2 568,2

    3 572,4

    Shinta

    1 559,8

    538,2 2 542,4

    3 512,4

    Aprise

    1 552,6

    554 2 559,8

    3 549,6

  • IV-2

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    IV.2 Hasil Perhitungan dan Pembahasan

    IV.2.1 Perhitungan Viskositas Kinematik dan Dinamik pada Campuran

    Premium dan Biosolar Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh data

    perhitungan viskositas dinamik dan viskositas kinematik dari sampel

    campuran premium dan biosolar sebagai berikut:

    Tabel IV.2.1 Hasil Perhitungan Viskositas Kinematik () dan Viskositas Dinamik () pada Sampel Campuran Premium dan Biosolar

    Operator Percobaan

    ke-

    (kg/m3) 28oC 28oC 28oC

    1

    1

    2

    3

    4,48

    4,37

    4,59

    4,409664

    4,301391

    4,517937

    984,3

    984,3

    984,3

    2

    1

    2

    3

    4,67

    4,31

    4,35

    4,596681

    4,242333

    4,281705

    984,3

    984,3

    984,3

    3

    1

    2

    3

    4,06

    4,08

    3,99

    3,996258

    4,015944

    3,927357

    984,3

    984,3

    984,3

    4

    1

    2

    3

    3,97

    4,20

    4,10

    3,907671

    4,13406

    4,03563

    984,3

    984,3

    984,3

    Dari Tabel IV.2.1 dapat dilihat hasil percobaan viskositas kinematik

    dan viskositas dinamik pada sampel campuran premium dan biosolar bahwa

    semakin besar nilai viskositas dinamik dan viskositas kinematik maka nilai

    dari densitas yang dimiliki oleh campuran premium dan biosolar akan semakin

    besar, hal tersebut sesuai dengan literatur menurut (Kartika, 1999), yaitu

    hubungan antara densitas dari suatu zat dengan viskositas dinamik dan

    viskositas kinematik adalah berbanding lurus, jika semakin besar nilai

    densitas yang dimiliki oleh suatu zat maka semakin besar pula nilai viskositas

    dinamik viskositas kinematik dari suatu bahan.

    IV.2.1.1 Pembahasan Viskositas Kinematik pada Campuran Premium dan

    Biosolar Viskositas kinematik adalah Perbandingan viskositas terhadap

    kerapatan massa. Satuan untuk Viskositas Kinematik adalah Stoke (m2/s)

    (Eko, 2008).

    Berdasarkan Tabel IV.2.1 maka dapat diperoleh grafik hubungan

  • IV-3

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    viskositas kinematik dengan Repeat pada operator 1, operator 2, operator 3

    dan operator 4 sebagai berikut:

    Grafik IV.2.1 Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan Viskositas Kinematik

    Repeatability pada Campuran Premium dan Biosolar

    Pada Grafik IV.2.1 dapat dilihat bahwa pada operator 1 mendapatkan

    nilai viskositas kinematik sebesar 4,48; 4,37 dan 4,59 mm2/s. Pada operator 2

    mendapatkan nilai viskositas kinematik sebesar 4,67; 4,31 dan 4,35 mm2/s.

    Pada operator 3 mendapatkan nilai viskositas kinematik sebesar 4,06; 4,08 dan

    3,99 mm2/s. Pada operator 4 mendapatkan nilai viskositas kinematik sebesar

    3,97; 4,20 dan 4,10 mm2/s.

    Hasil perhitungan viskositas kinematik dari percobaan dibandingkan

    dengan literatur maka diperoleh data pada Tabel IV.2.2 berikut:

    Tabel IV.2.2 Perbandingan Viskositas Kinematik () Hasil Praktikum dengan Literatur (MSDS)

    Operator Repeat ke-

    Rata-rata Literatur Keterangan 1 2 3

    1 4,48 4,37 4,59 4,48

    Tidak ada

    -

    2 4,67 4,31 4,35 4,44 -

    3 4,06 4,08 3,99 4,04 -

    4 3,97 4,20 4,10 4,09 -

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada sampel, maka hasil

    viskositas kinematik yang telah didapatkan tidak dapat dibandingkan dengan

    literatur. Hal ini dikarenakan tidak ada literatur yang menyebutkan

    viskositas kinematik pada sampel campuran Biosolar dan Premium.

    Namun, hasil viskositas kinematik yang didapatkan dapat

    3.6

    3.8

    4

    4.2

    4.4

    4.6

    4.8

    1 2 3Vis

    kosi

    tas

    (mm

    2/s

    )

    Percobaan ke -

    Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan Viskositas

    Kinematik Repeatability pada Campuran Premium dan

    Biosolar

    Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4

  • IV-4

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    dibandingkan dengan nilai pada masing-masing antara Biosolar dan

    Premium. Dari Tabel IV.2.2 hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai

    dengan literatur menurut (Putra, 2011), yang menyebutkan bahwa nilai

    viskositas kinematik dari biosolar adalah 3,355 mm2/s. Hal tersebut terjadi

    karena pengukuran viskositas kinematik yang dilakukan pada percobaan

    adalah saat suhu Biosolar 28 sedangkan pada MSDS Biosolar suhu saat pengukuran viskositas adalah pada suhu 70. Hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai dengan literatur menurut (Marpaung, 2008) yang

    menyebutkan bahwa nilai viskositas kinematik dari Premium adalah 0,5867

    mm2/s. Hal tersebut terjadi karena pengukuran viskositas kinematik yang

    dilakukan pada percobaan adalah saat suhu Premium 28 sedangkan pada MSDS Premium suhu saat pengukuran viskositas adalah pada suhu 400.

    IV.2.1.2 Perhitungan Viskositas Dinamik pada Campuran Premium dan

    Biosolar

    Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan

    geser dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik disebut juga koefisien viskositas (Ghazali dkk, 2009).

    Berdasarkan Tabel IV.2.1 maka dapat diperoleh grafik hubungan

    viskositas dinamik dengan Repeat pada operator 1, operator 2, operator 3 dan

    operator 4 sebagai berikut:

    Grafik IV.2.2 Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas dinamik

    Repeatability pada Bio Solar

    Pada Grafik IV.2.2 dapat dilihat bahwa pada operator 1 mendapatkan

    3.43.63.8

    44.24.44.64.8

    1 2 3

    Vis

    kosi

    tas

    (cp

    )

    Percobaan ke -

    Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan Viskositas

    Dinamik Repeatability pada Campuran Premium dan

    Biosolar

    Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4

  • IV-5

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    nilai viskositas dinamik sebesar 4,409664; 4,301397 dan 4,517937 cp. Pada

    operator 2 mendapatkan nilai viskositas dinamik sebesar 4,596681; 4,242333

    dan 4,281705 cp. Pada operator 3 mendapatkan nilai viskositas dinamik

    sebesar 3,996258; 4,015994 dan 3,927357 cp. Pada operator 4 mendapatkan

    nilai viskositas dinamik sebesar 3,907671; 4,13406 dan 4,03563 cp.

    Tabel IV.2.3 Perbandingan Viskositas Dinamik () Hasil Praktikum dengan Literatur (MSDS)

    Operator Repeat ke-

    Rata-rata Literatur Keterangan 1 2 3

    1 4,4097 4,3014 4,5179 4,4097

    Tidak ada

    -

    2 4,5967 4,2423 4,2817 4,3736 -

    3 3,9963 4,0159 3,9274 3,9799 -

    4 3,9077 4,1341 4,0356 4,0258 -

    Untuk mengetahui nilai repeatability dan reproducibility yang dilakukan

    dalam percobaan telah memenuhi simpangan maksimum yang telah

    ditetapkan dalam ASTM D 445-06 ataukah tidak maka dilakukan

    perhitungan terlebih dahulu.

    Perhitungan repeatablity yaitu dengan menghitung rata-rata dari selisih

    viskositas kinematik () tiap percobaan yang dilakukan oleh masing-masing operator untuk mencari nilai rata-rata selisih tiap percobaan (x). Dari nilai ini

    diperoleh nilai repeatability dengan cara mengkalikan nilai x dengan nilai

    repeatability yang telah ditetapkan dalam ASTM D445-06 yang kemudian

    dikalikan 100%.

    Tabel IV.2.4 Hasil Perhitungan Repeatability Viskositas Kinematik () untuk Sampel Campuran Premium dan Biosolar

    Operator

    Rata-rata selisih

    tiap percobaan

    (x)

    Repeatability

    %

    Operator 1 0,22 0,0242 %

    Operator 2 0,36 0,0396 %

    Operator 3 0,09 0,0099 %

    Operator 4 0,23 0,0253 %

    Dari hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik untuk sampel

    campuran Premium dan Biosolar pada operator 1,2,3 dan 4 adalah 0,0242 %;

    0,0396 %; 0,0099 % dan 0,0253 %. Hasil perhitungan nilai repeatability

    viskositas kinematik untuk sampel campuran premium dan biosolar sesuai

    dengan literatur ASTM D445-06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum

    repeatability viskositas kinematik adalah 0,11%.

  • IV-6

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    Tabel IV.2.5 Hasil Perhitungan Repeatability Viskositas Dinamik () untuk Sampel Campuran Premium dan Biosolar

    Operator

    Rata-rata selisih

    tiap percobaan

    (x)

    Repeatability

    %

    Operator 1 0,21655 0,0238 %

    Operator 2 0,3544 0,0389 %

    Operator 3 0,0886 0,0097 %

    Operator 4 0,22639 0,0249 %

    Dari hasil perhitungan repeatability viskositas dinamik untuk sampel

    campuran Premium dan Biosolar pada operator 1,2,3 dan 4 adalah 0,0238 %;

    0,0389 %; 0,0097 % dan 0,0249 %. Hasil perhitungan nilai repeatability

    viskositas kinematik untuk sampel campuran premium dan biosolar sesuai

    dengan literatur ASTM D445-06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum

    repeatability viskositas kinematik adalah 0,11%.

    Untuk perhitungan reproducibility yaitu dengan mengurangi rata-rata

    dari selisih viskositas kinematik () tiap percobaan (percobaan ke-1 sampai ke-10) antara operator satu dengan operator lainnya untuk mencari nilai selisih

    rata-rata selisih tiap percobaan (y) kedua operator. Dari nilai ini diperoleh

    nilai reproducibility dengan cara mengkalikan nilai y dengan nilai

    reproducibility yang telah ditetapkan dalam ASTM D445-06 yang kemudian

    dikalikan 100%.

    Tabel IV.2.6 Hasil Perhitungan Reproducibility Viskositas Kinematik () dan Viskositas Dinamik () untuk Sampel Campuran Premium dan Biosolar

    Sampel Selisih rata-rata

    tiap operator (y)

    Reproducibilty

    %

    Bio Solar (viskositas

    kinematik ()) 0,225 0,14625 %

    Bio Solar (viskositas

    dinamik ()) 0,2215 0,14397 %

    Dari perhitungan selisih rata-rata tiap operator viskositas kinematik

    Biosolar memperoleh hasil 0,225 sehingga nilai reproducibility viskositas

    kinematik Biosolar adalah 0,14625%. Sedangkan dari perhitungan selisih

    rata-rata tiap operator viskositas dinamik Biosolar memperoleh hasil 0,2215

    sehingga nilai reproducibility viskositas dinamik Biosolar adalah 0,14397%.

    Hasil perhitungan nilai reproducibility viskositas kinematik dan dinamik untuk

    sampel campuran Premium dan Biosolar sesuai dengan literatur ASTM D445-

  • IV-7

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum reproducibility viskositas

    kinematik dan dinamik adalah 0,65%.

    IV.2.2 Perhitungan viskositas kinematik dan dinamik pada AHM Oil MPX

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh data

    perhitungan viskositas dinamik dan viskositas kinematik dari sampel AHM

    Oil MPX sebagai berikut:

    Tabel IV.2.7 Hasil perhitungan viskositas kinematik () dan viskositas dinamik () pada sampel AHM Oil MPX

    Operator Percobaan

    ke-

    (kg/m3) t (s)

    27oC 27oC 27oC 27oC

    1

    1

    2

    3

    438,98

    433,37

    443,66

    432,0880

    426,5661

    436,6945

    867,3

    867,3

    867,3

    562,8

    555,6

    568,8

    2

    1

    2

    3

    425,88

    443,20

    446,47

    419,1937

    436,2418

    439,4604

    867,3

    867,3

    867,3

    546

    568,2

    572,4

    3

    1

    2

    3

    436,64

    425,14

    399,67

    429,7848

    418,4653

    393,3952

    867,3

    867,3

    867,3

    559,8

    542,4

    512,4

    4

    1

    2

    3

    431,03

    436,64

    428,69

    424,2628

    429,7848

    421,9596

    867,3

    867,3

    867,3

    552,6

    559,8

    549,6

    Dari Tabel IV.2.7 dapat dilihat hasil percobaan viskositas kinematik

    dan viskositas dinamik pada sampel AHM Oil MPX bahwa semakin besar nilai

    viskositas dinamik dan viskositas kinematik maka nilai dari densitas yang

    dimiliki oleh AHM Oil MPX akan semakin besar, hal tersut sesuai dengan

    literatur menurut (Kartika, 1999), yaitu hubungan antara densitas dari suatu

    zat dengan viskositas dinamik dan viskositas kinematik adalah berbanding

    lurus, jika semakin besar nilai densitas yang dimiliki oleh suatu zat maka

    semakin besar pula nilai viskositas dinamik viskositas kinematik dari suatu

    bahan.

    IV.2.2.1 Perhitungan viskositas kinematik pada AHM Oil MPX Viskositas Kinematik adalah Perbandingan viskositas terhadap

    kerapatan massa. Satuan untuk Viskositas Kinematik adalah Stoke (m2/s)

    (Eko, 2008).

    Berdasarkan Tabel IV.2.7 maka dapat diperoleh grafik hubungan

  • IV-8

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    viskositas kinematik dengan Repeat pada operator 1, operator 2, operator 3

    dan operator 4 sebagai berikut:

    Grafik IV.2.3 Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas kinematik

    Repeatability pada AHM Oil MPX

    Pada Grafik IV.2.3 dapat dilihat bahwa pada operator 1 mendapatkan

    nilai viskositas kinematik sebesar 438,98; 433,37 dan 443,66 mm2/s. Pada

    operator 2 mendapatkan nilai viskositas kinematik sebesar 425,88; 443,20 dan

    446,47 mm2/s. Pada operator 3 mendapatkan nilai viskositas kinematik

    sebesar 436,64; 425,14 dan 399,67 mm2/s. Pada operator 4 mendapatkan nilai

    viskositas kinematik sebesar 431,03; 436,64 dan 428,69 mm2/s.

    Namun, apabila hasil perhitungan viskositas kinematik dari percobaan

    dibandingkan dengan literatur maka diperoleh data pada Tabel IV.2.8

    berikut:

    Tabel IV.2.8 Perbandingan viskositas kinematik () hasil praktikum dengan literatur (MSDS AHM Oil MPX)

    Operator Repeat ke-

    Rata-rata Literatur Keterangan 1 2 3

    1 438,98 433,37 443,66 438,67

    71-75

    mm2/s

    Tidak Sesuai

    2 425,88 443,20 446,47 438,52 Tidak Sesuai

    3 436,64 425,14 399,67 420,48 Tidak Sesuai

    4 431,03 436,64 428,69 432,12 Tidak Sesuai

    Dari Tabel IV.2.8 hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai

    dengan literatur yang menyebutkan bhawa nilai dari viskositas kinematik dari

    AHM Oil MPX adalah 71-75 mm2/s. Hal tersebut terjadi karena pengukuran

    viskositas kinematik dan viskositas dinamik yang dilakukan pada percobaan

    370

    380

    390

    400

    410

    420

    430

    440

    450

    1 2 3

    Vis

    kosi

    tas

    (mm

    2/s

    )

    Percobaan ke -

    Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas kinematik

    Repeatability pada AHM Oil MPX

    Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4

  • IV-9

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    adalah saat suhu AHM Oil MPX 27 sedangkan pada MSDS AHM Oil MPX suhu saat pengukuran viskositas adalah pada suhu 40. IV.2.2.2 Perhitungan viskositas dinamik pada AHM Oil MPX

    Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan

    geser dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik disebut juga koefisien viskositas (Ghazali dkk, 2009).

    Berdasarkan Tabel IV.2.7 maka dapat diperoleh grafik hubungan

    viskositas dinamik dengan Repeat pada operator 1, operator 2, operator 3 dan

    operator 4 sebagai berikut:

    Grafik IV.2.4 Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas dinamik

    Repeatability pada AHM Oil MPX

    Pada Grafik IV.2.4 dapat dilihat bahwa pada operator 1 mendapatkan

    nilai viskositas dinamik sebesar 432,0880; 426,5661 dan 436,6945 cp. Pada

    operator 2 mendapatkan nilai viskositas dinamik sebesar 419,1937; 436,2418

    dan 439,4604 cp. Pada operator 3 mendapatkan nilai viskositas dinamik

    sebesar 429,7848; 418,4653 dan 393,3952 cp. Pada operator 4 mendapatkan

    nilai viskositas dinamik sebesar 424,2628; 429,7848 dan 421,9596 cp.

    Tabel IV.2.9 Perbandingan viskositas dinamik () hasil praktikum dengan literatur (MSDS)

    Operator Repeat ke- Rata-rata Literatur Keterangan

    1 2 3

    1 432,088 426,566 436,695 431,783

    71-75 cp

    Tidak Sesuai

    2 419,194 436,242 439,460 431,632 Tidak Sesuai

    3 429,785 418,465 393,395 413,882 Tidak Sesuai

    370

    380

    390

    400

    410

    420

    430

    440

    450

    1 2 3

    Vis

    kosi

    tas

    (cp

    )

    Percobaan ke -

    Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas dinamik

    Repeatability pada AHM Oil MPX

    Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4

  • IV-10

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    4 424,263 429,785 421,959 425,336 Tidak Sesuai

    Dari Tabel IV.2.9 hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai

    dengan literatur yang menyebutkan bhawa nilai dari viskositas dinamik dari

    AHM Oil MPX adalah 71-75 cp. Hal tersebut terjadi karena pengukuran

    viskositas kinematik dan viskositas dinamik yang dilakukan pada percobaan

    adalah saat suhu AHM Oil MPX 27 sedangkan pada MSDS AHM Oil MPX suhu saat pengukuran viskositas adalah pada suhu 40.

    Untuk mengetahui nilai repeatability dan reproducibility yang dilakukan

    dalam percobaan telah memenuhi simpangan maksimum yang telah

    ditetapkan dalam ASTM D 445-06 ataukah tidak maka dilakukan

    perhitungan terlebih dahulu.

    Perhitungan repeatablity yaitu dengan menghitung rata-rata dari selisih

    viskositas kinematik () tiap percobaan yang dilakukan oleh masing-masing operator untuk mencari nilai rata-rata selisih tiap percobaan (x). Dari nilai ini

    diperoleh nilai repeatability dengan cara mengkalikan nilai x dengan nilai

    repeatability yang telah ditetapkan dalam ASTM D445-06 yang kemudian

    dikalikan 100%.

    Tabel IV.2.10 Hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik () untuk Sampel AHM Oil MPX

    Operator

    Rata-rata selisih

    tiap percobaan

    (x)

    Repeatability

    %

    Operator 1 10,29 1,132 %

    Operator 2 20,59 2,265 %

    Operator 3 36,97 4,067 %

    Operator 4 7,95 0,0875%

    Dari hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik untuk Sampel

    AHM Oil MPX pada operator 1 nilai repeatability viskositas kinematik adalah

    1,132 % sedangkan pada operator 2 nilai repeatability viskositas kinematik

    adalah 2,265 %. Sedangkan pada operator 3 nilai repeatability viskositas

    kinematik adalah 4,067 %. Dan pada operator 4 nilai repeatability viskositas

    kinematik adalah 0,0875%. Hasil perhitungan nilai repeatability viskositas

    kinematik untuk sampel AHM Oil MPX tidak sesuai dengan literatur ASTM

    D445-06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum repeatability viskositas

    kinematik adalah 0,11%.

  • IV-11

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

    Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    Tabel IV.2.11 Hasil perhitungan repeatability viskositas dinamik () untuk Sampel AHM Oil MPX

    Operator

    Rata-rata selisih

    tiap percobaan

    (x)

    Repeatability

    %

    Operator 1 10,129 1,1142 %

    Operator 2 20,266 2,2293 %

    Operator 3 36,389 4,0028 %

    Operator 4 7,8252 0,8608%

    Dari hasil perhitungan repeatability viskositas dinamik untuk Sampel

    AHM Oil MPX pada operator 1 nilai repeatability viskositas kinematik adalah

    1,1142 % sedangkan pada operator 2 nilai repeatability viskositas kinematik

    adalah 2,2293 %. Sedangkan pada operator 3 nilai repeatability viskositas

    kinematik adalah 4,0028 %. Dan pada operator 4 nilai repeatability viskositas

    kinematik adalah 0,8608%. Hasil perhitungan nilai repeatability viskositas

    kinematik untuk sampel AHM Oil MPX tidak sesuai dengan literatur ASTM

    D445-06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum repeatability viskositas

    dinamik adalah 0,11%.

    Untuk perhitungan reproducibility yaitu dengan mengurangi rata-rata

    dari selisih viskositas kinematik () tiap percobaan (percobaan ke-1 sampai ke-10) antara operator satu dengan operator lainnya untuk mencari nilai selisih

    rata-rata selisih tiap percobaan (y) kedua operator. Dari nilai ini diperoleh nilai

    reproducibility dengan cara mengkalikan nilai y dengan nilai reproducibility

    yang telah ditetapkan dalam ASTM D445-06 yang kemudian dikalikan 100%.

    Tabel IV.2.12 Hasil perhitungan reproducibility viskositas kinematik () dan

    viskositas dinamik () untuk Sampel AHM Oil MPX

    Sampel Selisih rata-rata

    tiap operator (y)

    Reproducibilty

    %

    Bio Solar (viskositas

    kinematik ()) 18,95 12,318 %

    Bio Solar (viskositas

    dinamik ()) 18,6523 12,1239 %

    Dari perhitungan selisih rata-rata tiap operator viskositas kinematik

    AHM Oil MPX memperoleh hasil 18,95 sehingga nilai reproducibility

    viskositas kinematik AHM Oil MPX adalah 12,318 %. Hasil perhitungan

    reproducibility viskositas kinematik AHM Oil MPX yang telah diperoleh

    tersebut tidak sesuai dengan literatur yaitu ASTM D445-06 yang

    menyebutkan bahwa maksimal nilai toleransi reproducibility adalah 0,65%.

    Sedangkan dari perhitungan selisih rata-rata tiap operator viskositas dinamik

  • IV-12

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    AHM Oil MPX memperoleh hasil 18,6523 sehingga nilai reproducibility

    viskositas dinamik AHM Oil MPX adalah 12,1239 %. Hasil perhitungan

    reproducibility viskositas dinamika AHM Oil MPX yang telah diperoleh

    tersebut tidak sesuai dengan literatur yaitu ASTM D445-06 yang

    menyebutkan bahwa maksimal nilai toleransi reproducibility adalah 0,65%.

    Hal ini dikarenakan kesalahan operator dalam mengamati waktu

    turunnya sampel pada viskometer, sehingga didapatkan selisih hasil dengan

    jarak yang besar.

  • V-1

    BAB V

    KESIMPULAN

    Dari percobaan pengukuran dan perhitungan viskositas

    terhadap sampel campuran Biosolar dan Premium dan AHM Oil

    MPX diperoleh kesimpulan bahwa :

    1. Pengukuran dan perhitungan hasil percobaan dilakukan

    berdasarkan ASTM D 445-06. Nilai rata-rata viskositas

    kinematik dari campuran bahan bakar Solar 40% dan Premium

    60% pada operator 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 4,48

    mm2/s; 4,44 mm2/s; 4,04 mm2/s dan 4,09 mm2/s. Nilai rata-rata

    viskositas dinamis dari campuran bahan bakar Solar 40% dan

    Premium 60% pada operator 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah

    4,4097 cP; 4,3736 cP; 3,9799 cP dan 4,0258 cP. Sedangkan nilai

    viskositas kinematik pada sampel AHM Oil MPX pada operator

    1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 438,67 mm2/s; 438,52 mm2/s;

    420,48 mm2/s dan 432,12 mm2/s. Nilai rata-rata viskositas

    dinamis pada sampel AHM Oil MPX pada operator 1, 2, 3 dan 4

    secara berturut-turut adalah 431,783 cP; 431,632 cP; 413,882 cP

    dan 425,336 cP.

    2. Hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik untuk

    Sampel campuran Premium dan Solar (28C) pada operator 1, 2,

    3 dan 4 secara berturut-turut adalah 0,0242 %; 0,0396 %; 0,0099

    % dan 0,0253 %. Hasil perhitungan repeatability viskositas

    dinamis untuk Sampel campuran Premium dan Solar (28C)

    pada operator 1, 2, 3 dan 4 secara berturut-turut adalah 0,0238

    %; 0,0389 %; 0,0097 % dan 0,0249 %. Nilai reproducibility pada

    viskositas kinematik dan dinamis pada sampel campuran

    Premium dan Solar secara berturut adalah 0,14625 % dan

    0,14397 %. Hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik

    untuk Sampel AHM Oil MPX (27C) pada operator 1, 2, 3 dan 4

    adalah 1,132 %; 2,265 %; 4,067 % dan 0,0875 %. Hasil

    perhitungan repeatability viskositas dinamis untuk Sampel AHM

    Oil MPX (27C) pada operator 1, 2, 3 dan 4 adalah 1,1142 %;

  • V-2

    BAB V KESIMPULAN

    LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri-ITS SURABAYA

    2,2293 %; 4,0028 % dan 0,8608 %. Nilai reproducibility pada

    viskositas kinematik dan dinamis pada sampel AHM Oil MPX

    secara berturut adalah 12,318 % dan 12,1239 %.

    Saran pada percobaan ini adalah :

    1. Pengukuran viskositas dalam percobaan haruslah dilakukan

    secara teliti agar hasil yang didapatkan dapat akurat dan tepat

    2. Dalam percobaan ini nilai viskositas yang dihasilkan tidak sesuai

    dengan literatur akibat perbedaan suhu dalam pengukuran

    viskositas sehingga hasil yang didapatkan sangat berbeda degan

    liteartur, sebaiknya menggunakan alat yang dapat mendukung

    suhu sesuai dengan ASTM 445-06.

    3. Agar lebih lengkap data yang didapatkan, disarankan praktikum

    lebih lanjut untuk menambahkan variabel temperatur.