laporan praktikum pengenalan jenis nematoda dan … · cacing dalam tanah. teknik atau metode lain...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN JENIS NEMATODA DAN GEJALA KERUSAKAN
Oleh :
Golongan A/Kelompok 1A
1. Muhammad Rizal (161510501019)
2. Sulam (161510501013)
3. Lailatul Lestariwati (161510501021)
LABORATORIUM HAMA PENYAKIT DAN TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor
pembatas dalam upaya mempertahankan produktivitas tanaman tetap tinggi sesuai
hasil yang seharusnya dapat dicapai dalam usaha budidaya pertanian, sehingga
OPT menjadi masalah utama bagi petani ketika budidaya. OPT dapat
mengakibatkan kerugian oleh petani secara langsung maupun tidak langsung.
Menyikapi hal tersebut, perlu dilakukan pengendalian secara efisien tanpa
merusak keseimbangan ekosistem.
OPT yang menyerang tanaman budidaya salah satunya adalah nematoda.
Nematoda merupakan cacing yang berbentuk bulat panjang (gilik) atau seperti
benang, biasanya hidup di bawah permukaan tanah dengan berbagai kondisi
tertentu. Nematoda memiliki sistem sensor dan perilaku yang berkembang dengan
baik yang memungkinkannya untuk menemukan dan menyerang bagian tanaman
tertentu. Semua nematoda parasit tanaman memiliki stylet bukal berongga yang
diekstrusi dari rongga bukal untuk menusuk dinding sel tanaman. Nematoda
parasit menyerang pada bagian akar tanaman dengan menusukkan stiletnya ke
dalam jaringan tanaman.
Nematoda dengan kuat menyerang dinding sel atau permukaan tanaman
dengan dorong berulang dari stylet. Mereka menusuk dinding sel, menyuntikkan
air liur ke dalam sel, menyedot sebagian isi sel, dan bergerak dalam beberapa
detik. Nematoda juga bisa masuk jaringan melalui stomata, lentisel, dan retakan di
permukaan. Serangan nematoda menimbulkan gejala pada bagian tubuh tanaman.
Gejala yang sering ditimbulkan dapat ditemukan pada bagian akar berupa
timbulnya puru pada akar. Akibatnya aliran hara dari tanah menuju ke tanaman
menjadi terganggu, untuk itu pengetahuan tentang gejala kerusakan yang
diakibatkan oleh nematoda parasit perlu dipelajari guna dapat menentukan
perlakuan pada tanaman yang sesuai dengan gejala yang ditampakkan sehingga
2
perlakuan yang kita lakukan dapat efektif dan efisien dalam mengendalikan
serangan nematoda.
Nematoda sebagai vektor jamur, bakteri, dan virus mampu berinteraksi
dengan beberapa nematoda dan patogen lainnya. Mengenali gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh serangan nematoda merupakan salah satu cara untuk mengetahui
jenis nematoda yang menyerang pada tanaman budidaya. Gejala-gejala yang
ditimbulkan disebabkan adanya karakteristik biologi serangga yang berbeda-beda,
sehingga timbul gejala serangan yang berbeda pula. Terdapat berbagai cara untuk
mengetahui keberadaan nematoda di dalam tanah. Teknik untuk mendapatkan
nematoda menyesuaikan dengan sifat dari nematoda (menetap atau berpindah).
Beberapa Teknik untuk mendapat nematoda dapat menggunakan teknik baerman
asli, baerman diperbaiki, dan erlenmeyer seinhorst.
1.1 Tujuan
1. Mengenali gejala-gejala kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh serangan
nematoda beserta jenis nematoda yang menyerang tanaman.
2. Memahami cara mendapatkan nematoda dengan beberapa teknik ekstraksi.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Serangan nematoda parasit dapat terjadi melalui 2, yaitu di atas permukaan
tanah (menyerang batang, daun, dan biji tanaman) serta melalui di bawah
permukaan tanah (menyerang akar dan umbi). Serangan nematoda umumnya
terjadi pada akar berbentuk puru, mengakibatkan klorosis, luka akar, busuk akar
dan nekrosis. Gejala pada daun misalnya pada seledri dapat menyebabkan daun
menguning, kerdil, dan pertumbuhan tidak merata. Biji yang terkena nematoda
juga menyebabkan puru biji, sedangkan batang yang terkena nematoda
menimbulkan gejala rusaknya jaringan pada batang sehingga pertumbuhan
kambium terhambat (Kurniawati dkk., 2017).
Nematoda yang paling banyak menyerang akar tanaman yaitu nematoda
dari spesies Meloidogyne spp. Gejala yang paling umum adalah terbentuknya puru
pada akar. Siklus hidup Meloidogyne spp. Berawal dari telur, larva (juvenil), dan
dewasa (jantan atau betina). Nematoda ini bergerak lambat di dalam tanah dengan
ekor pendek membulat pada bagian pesterior terpilin. Telur menetas danjuvenil 1
berubah menjadi juvenil 2, kemudian pada suhu dan kelembaban yang sesuai,
nematoda akan aktif di dalam tanah saat akar sedang tumbuh (Nurjayadi dkk.,
2015).
Metode yang digunakan untuk pengamatan adanya nematoda salah
satunya adalah metode Erlen Meyer Seinhorst. Cara ini dilakukan utuk memeriksa
cacing dalam tanah. Teknik atau metode lain untuk memeriksa adanya nematoda
yaitu metode Baerman asli dan Baerman diperbaiki. Ketiga cara ini hampir sama,
hanya saja berbeda pada waktu pendiaman akar di dalam tanah yang sudah
disaring (Natadisastra dan Agoes, 2009).
Pengendalian nematoda dapat dilakukan antara lain saat pratanam, sortasi,
agen hayati, pestisida kimia, kultur teknis, dan sanitasi. Produksi enzim protease
oleh bakteri merupakan salah satu mekanisme bakteri sebagai agen pengendali
nematoda puru akar Meloidogyne spp. Kultur teknis dapat dilakukan dengan
pengaturan waktu tanam, penanaman tanaman perangkap, penanaman tanaman
tahan nematoda, dan penggunaan bibit sehat (Pradana dkk., 2016).
4
Gejala lain pada bagian tanaman yang disebabkan nematoda yaitu pada
bagian umbi. Umbi yang umum terserang nematoda yaitu kentang atau yang
disebut Potato Cyst Nematode. Sifat endoparasit dari siklus hidup nematoda ini
menimbulkan kesulitan dalam pengelolaannya. Praktik pengelolaan PCN terpadu
distandarisasi dalam plot sakit nematoda selama periode delapan tahun yang
melibatkan rotasi tanaman, tumpangsari, resistensi dan pengobatan nematisida
pada penanaman kentang (Prasad, 2012).
Menurut Mahdy et al. (2014), gejala nematoda yang menyerang daun
antara lain pada daun menguning, pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman
menjadi layu, dan mengkerut. Nematoda pada biji umumnya bersal dari spesies
Anguina triciti yang menyerang biji seperti kacang-kacangan, misalnya gandum.
Penyakit yang ditimbulkan disebut puru biji yang menimbulkan adanya puru pada
biji. Perlakuan bibit menunjukkan khasiat terhadap infestasi jamur dan nematoda,
memperbaiki sebagian besar ukuran kesehatan pembibitan dengan pengontrolan
(Da Silva et al., 2016).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Bioekologi OPT acara “Pengenalan Jenis Nematoda dan Gejala
Kerusakan” dilaksanakan pada hari Senin, 23 Oktober 2017 pukul 06.30 – 08.30
WIB di Laboratorium Hama Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Sekop
2. Saringan
3. Kain
4. Baskom
5. Corong
6. Botol
7. Gelas arloji
8. Cawan petri
9. Mikroskop binokuler
10. Gunting
3.2.2 Bahan
1. Sampel tanah
2. Akar tanaman tomat
3. Lembar kerja
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Gejala Kerusakan Tanaman Akibat Serangan Nematoda Parasit
1. Mengamati sampel akar yang telah disediakan.
2. Menggambar atau memfoto sampel akar yang telah disediakan.
3. Memberi keterangan jenis nematoda yang menyerang sampel tersebut.
3.3.2 Isolasi dan Ekstraksi Nematoda
a. Cara kerja Baerman asli
1. Mengambil peralatan ekstraksi lengkap dengan corong, klem, dan statifnya.
2. Mengklem pipa plastik agar tidak bocor.
3. Mengisi corong dengan air sampai atas leher.
6
4. Mengambil kain 50x50 cm dan menuangkan tanah yang telah diambil tersebut
di atas kain.
5. Membungkus dan mengikat kain tersebut.
6. Menempatkan tanah dalam kain tersebut di atas corong yang ada airnya (no
3).
7. Menambahkan air sampai tanah terendam separuhnya.
8. Mendiamkan selama 24 jam, selanjutnya mengamati dengan mikroskop
adanya nematoda.
9. Mengitung populasi nematoda.
b. Cara kerja Baerman diperbaiki
1. Mengambil peralatan ekstraksi lengkap dengan corong, klem, dan statifnya.
2. Mengklem pipa plastik agar tidak bocor.
3. Mengisi corong dengan air sampai batas leher.
4. Mengambil saringan 1 mm dan kain saring 20x20 cm, menempatkan kain di
atas saringan, menjepit dan menempat di atasnya gelas arloji.
5. Mengambil tanah 100 g, menempatkan di atas saringan dan memberi air
sambil diremas-remas.
6. Menuangkan no. 5 di atas no. 4 secara pelan-pelan sampai habis.
Menambahkan air sampai tanah terendam separuhnya.
7. Mendiamkan selama 24 jam, selanjutnya mengamati dengan mikroskop
adanya nematode.
8. Menghitung populasinya.
c. Cara kerja Erlen Meyer Seinhorst
1. Mengambil peralatan ekstraksi lengkap dengan botol dan statifnya.
2. Mengambil saringan 1 mm.
3. Mengambil tanah 100 g, menempatkan di atas saringan dan member air sambil
diremas-remas.
4. Menuangkan no. 3 ke dalam botol (A), selanjutnya menempatkan di atas botol
(wadah) B yang telah diisi air. Mendiamkan selama 10 menit.
7
5. Memindahkan botol A di atas botol ayau wadah C, mendiamkan selama 10
menit, menempatkan botol B di atas botol atau wadah D. Mendiamkan selama
10 menit.
6. Memindahkan botol B di atas wadah C. Mendiamkan selama 10 menit.
7. Menyaring botol A, B, dan C dengan saringan 76 dan 18μm.
8. Menghitung populasi nematode.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Gejala kerusakan pada akar.
2. Nematoda yang terdapat pada akar yang bergejala.
3.5 Analisis Data
Data yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu menggunakan analisis
data secara deskriptif.
8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengenalan Gejala Kerusakan Tanaman Akibat Serangan Nematoda
Parasit
NO. GAMBAR KETERANGAN
1.
Timbul puru akar pada akar tanaman tomat.
Puru akar dapat dilihat langsung setelah
tanaman tomat dicabut. Diduga nematoda
yang digunakan Meloidogyne spp.
2. NIHIL
Tidak ditemukan nematoda pada sampel
pengamatan karena praktikan tidak tepat
dalam menganalisa gejala pada tanaman tebu
di lapang, sehingga mengambil sampel yang
tidak bergejala
3.
NIHIL
Tidak ditemukan nematoda
4.
NIHIL
Tidak ditemuka puru akar pada tanaman pacar
air
9
5.
NIHIL
Tidak ditemuka nematoda pada sampel
pengamatan pada akar tanaman pisang.
Sampel yang diambil diperkirakan tidak
bergejala
6.
Gejala serangan nematoda diperkirakan dari
Meloidogyne spp. Timbulnya puru akar pada
akar tanaman tomat. Selain itu mengakibatkan
pertumbuhan terhambat, daun layu dan
menguning dan akhirnya gugur. Dampaknya
berkurangnya jumlah bunga dan buah tomat
Tabel 2. Tahapan Isolasi dan Ekstraksi Nematoda
NO. GAMBAR KETERANGAN
1.
Mengambil tanah, akar tanaman, peralatan
lengkap dengan corong, klem, dan statifnya.
Menimbang sebanyak 100 gram (akar +
tanah) dengan beaker glass
2.
Mengklem pipa plastik
10
3.
Mengisi corong dengan air sampai atas leher
4.
Mengambil kain saring 50 x 50 cm dan
menuangkan tanah yang telah diambil di
atas kain
5.
Membungkus dan mengikat kain
6.
Menempatkan tanah dalam kain di atas
corong yang berisi air
7.
Menambahkan air sampai tanah tergenang
8.
Mendiamkan selama 24 jam
Mengamati dengan mikroskop adanya
nematoda
9. Menghitung populasi nematoda
11
3. Hasil Pengamatan Nematoda
N
O.
GAMBAR KETERANGAN
1.
Ditemukan nematoda yang diduga
spesies Meloidogyne spp.
2.
NIHIL
Tidak ditemukan nematoda
3.
NIHIL
Tidak ditemukan nematoda
4.
NIHIL
Tidak ditemukan nematoda
12
5.
NIHIL
Tidak ditemukan nematoda
6.
Terdapat nematoda pada sampel yang
diamati, diduga nematoda yang
ditemukan dari spesies Meloidogyne
spp.
Keterangan :
Berdasarkan hasil praktikum, yang menemukan nematoda parasit pada
tanaman hanya kelompok 1 dan kelompok 6. Kedua kelompok tersebut
menemukan 1 (satu) jenis nematoda yang sama yaitu Meloidogyne spp.atau biasa
dikenal dengan nematoda puru akar. Nematoda tersebut ditemukan parasit pada
inang yang menjadi sampel percobaan yakni tanaman tomat. Walaupun tanaman
tomatnya berbeda, akan tetapi nematodanya sama. Pada kelompok 2 sampai
kelompok 5 tidak menemukan nematoda apapun setelah dilakukan ekstraksi
menggunakan baerman asli maupun baermann diperbaiki. Kemungkinan besar
adalah karena praktikan tidak tepat dalam menganalisa gejala pada sampel di
lapang, sehingga mengambil sampel yang tidak bergejala. Ekstraksi tersebut
diterapkan pada tanaman tomat, tebu, terong, pacar air, serta tanaman pisang yang
digunakan sebagai sampel inang nematoda dengan ketentuan inang tersebut
terdapat gejala kerusakan yang diakibatkan oleh nematoda seperti halnya puru
akar, daun menguning serta tanaman layu yang kemungkinan besar disebabkan
oleh nematoda.
Metode yang diterapkan pada acara praktikum adalah 3 metode yaitu
baerman asli, baerman diperbaiki dan erlen meyer seinshors. Ketiga metode
terebut diidentifikasikan berdasarkan gerak aktivitas nemaoda. Nematoda yang
13
tidak dapat diidentifikasi melalui metode baerman asli. Metode baerman
dilakukan dengan beberapa langkah yang dimulai dengan memotong sampel akar
dengan gunting dan dicampur dengan tanah tanaman yang menjadi sampel
sebanyak 100 gram kemudian meletakkannya ke kertas saring. Setelah itu
memasukkan ke dalam corong yang sebelumnya telah diisi air hingga batas leher
dan menambahkannya sampai tanah tersebut terendam separuh. Mendiamkan
selama 24 jam sebelum dilakukan pengamatan di mikroskop.
Metode erlen meyer seinhorst diaplikasikan dengan mengambil tanah
yang telah dicampur potongan akar kemudian meletakkannya di atas saringan
yang di dalamnya telah berisi air. Memindahkan campuran tanah dan air ke botol
A yang ditempatkan diatas wadah B yang juga berisi air. Kemudian memindahkan
wdah B ke wadah D. Kedua perlakuan terebut didiamkan selama 10 menit.
Selanjutnya menyaring dan menghitung nematoda yang teridentifikasi melalui
mikroskop.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas membuktikan bahwa isolasi dan
ekstraksi nematoda bahwasannya sangat penting dilakukan karena bertujuan untuk
mengidentifikasi nematoda yang menjadi parasit pada tanaman hingga nematoda
tersebut berhasil membuat kehidupan tanaman menjadi abnormal. Tanaman yang
bergejala akibat nematoda tidak sepenuhnya tampak dengan mudah kecuali gejala
seperti puru akar. Hal tersebut disebabkan karena aktivitas nematoda yang
adaptasinya berbeda-beda, ada yang berpindah dan menetap. Metode ektraksi
nematoda merupakan satu cara pemisahan nematoda yang terbawa oleh tanah
maupun di dalam akar tanaman yang tidak memungkin juga beradadi jaringan
batang. Hasil yang ditemukan pada metode tersebut pada awalnya adala nemoda
yang berukuran relatif kecil dan belum diketahui sepenuhnya apakah nematoda
tersebut dapat dikendalikan secara agen hayati ataupun dengan cara lain.
Nematoda yang ditemukan pada pengamatan yaitu Meloidogyne spp.
yang merupakan nematoda penyebab puru akar. Gejala lain yang ditimbulkan
pada inang tanaman selain puru akar adalah layu, daun menguning hingga
14
tanaman inang dapat mati akibat diserap oleh nematoda tersebut. Nemotada
parasit memiliki habitat utama yaitu berupa tanah berpasir yang bercampur
dengan tanah liat atau tanah yang ringan serta biasanya menyerang pada tanah
yang memiliki kesuburan rendah seperti halnya Meloidogyne spp. yang ditemukan
pada tanaman tomat. Nematoda parasit mampu berkembang biak jauh lebih baik
pada akar tanman yan g menurutnya memiliki pertmbuhan kurang baik dalam hal
pemenuhan nutrisi dan juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti
temperatur tanah, kondisi filum air yang berperan penting dalam mobilitas
nematoda (Munif dan Kristiana, 2012).
Distribusi nematoda tidak selalu seragam di dalam tanah dimana
nematoda pada umumnya secara umum terletak di dekat tanaman seperti dalam
jaringan akar khususnya yang berkondisi lembab. Sebab, jika tanah tersebut
kering maksimal maka nematoda akan mengalami dehidrasi kemudian akan mati
karena sebagian besar tubuhnya tersusun atas air. Isolasi nematoda yang
diaplikasikan pada praktikum merupakan 2 (dua) jenis metode yang paling efektif
digunakan dalam mengidentifikasi nematoda dalam tanah. Teknik isolasi tanah
akan memungkinkan suatu perpindahan pada nematode yang keluar dari dalam
kain ke luar kain. Kain yang digunakan sebaiknya berpori-pori relatif besar
sehingga nematoda mudah berpindah (Astuti, 2015).
15
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Identifikasi dan pemisahan nematoda dapat dilakukan dengan bebrapa
metode ekstraksi misalnya metode baerman dan erlen meyer seinhorst
2. Nematoda yang ditemukan adalah jenis Meloidogyne spp. yang
menyebabkan puru akar pada tanaman sampel yaitu tomat
3. Gejala kerusakan yang ditimbulkan akibat nematoda tersebut adalah
timbul puru akar, daun menguning, serta tanaman layu.
4. Beberapa jenis sample tanah dan tanaman tidak ditemukan adanya
nematoda yang diakibatkan oleh beberapa faktor.
5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan cukup lancar masih ada kendala dalam
identifikasi oleh beberapa kelompok yaitu beberapa tanaman yang dibawa tidak
memiliki gejala yang diakibatkan oleh nematoda karena sebagian kelompok tidak
mengetahui apabila instruksi yang diberikan tersebut adalah yang terkandung
nematoda. Seharusnya asisten lebih memberikan kejelasan informasi untuk
praktikum selanjutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. S. 2015. The Comparasion Isolation Technical of Nematode by Barless
Tulgreen, Extraction of Soil and Roots In Subject Invertebrate Of
Systematic Practise . Fitopatologi, 2(1): 1-6.
Da Silva, M. P., G. L. Tylka, dan G. P. Munkvold. 2016. Seed Treatment Effects
on Mize Seedlings Coinfected with Fusarium spp. And Pratylenchus
penetrans. Plant Disease, 3(15): 431-437.
Kurniawati, F., Supramana, dan A. M. Adnan. 2017. Spesies Meloidogyne
Penyebab Puru Akar pada Seledri di Pacet, Cianjur, Jawa Barat.
Fitopatologi, 13(1): 26-30.
Mahdy, M. E., E. M. Mousa, S. El-khateeb, dan A. A. El-Lehleh. 2014. Effect of
Fresh and Dry Neem Leaves Applications on Root-Knot Nematode
Meloidogyne Javanica on Tomato Plants. Plant Protection, 9(1): 12-20.
Munif, A., dan Kristiana. 2012. Hubungan Bakteri Endofit dan Nematoda Parasit
Penyebab Penyebab Penyakit Kuning pada Tanaman Lada di Provinsi
Bangka Belitung. Ristri, 3(1): 71-78.
Natadisastra, D., dan R. Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Nurjayadi, M. Y., A. Munif, dan G. Suastika. 2015. Identifikasi Nematoda Puru
Akar, Meloidogyne graminicola pada Tanaman Padi di Jawa Barat.
Fitopatologi, 11(4): 113-120.
Pradana, A. P., A. Munif, dan Supramana. 2016. Bakteri Endofit Asal Berbagai
Akar Tanaman sebagai Agens Pengendali Nematoda Puru Akar
Meloidogyne incognita pada Tomat. Fitopatologi, 12(3): 75-82.
Prasad., K. S. K. 2012. Management of Potato Nematodes: An Overview.
Hortl.Sci, 3(2): 89-106.
17
DOKUMENTASI
Gambar 1. Mengambil tanah, akar tanaman, peralatan lengkap dengan corong,
klem, dan statifnya. Menimbang sebanyak 100 gram (akar + tanah)
dengan beaker glass.
Gambar 2. Mengklem pipa plastik.
Gambar 3. Mengisi corong dengan air sampai atas leher.
18
Gambar 4. Mengambil kain saring 50 x 50 cm dan menuangkan tanah yang telah
diambil di atas kain.
Gambar 5. Membungkus dan mengikat kain
Gambar 6. Menempatkan tanah dalam kain di atas corong yang berisi air.
19
Gambar 7. Menambahkan air sampai tanah tergenang
Gambar 8. Memberi label dan mendiamkan selama 24 jam, kemudian mengamati
dengan mikroskop adanya nematoda.
20
LAMPIRAN
21
22
23
24
25
26
27
LITERATUR
Munif, A., dan Kristiana. 2012. Hubungan Bakteri Endofit dan Nematoda Parasit
Penyebab Penyebab Penyakit Kuning pada Tanaman Lada di Provinsi
Bangka Belitung. Ristri, 3(1): 71-78.
28
Kurniawati, F., Supramana, dan A. M. Adnan. 2017. Spesies Meloidogyne
Penyebab Puru Akar pada Seledri di Pacet, Cianjur, Jawa Barat.
Fitopatologi, 13(1): 26-30.
LITERATUR
29
Nurjayadi, M. Y., A. Munif, dan G. Suastika. 2015. Identifikasi Nematoda Puru
Akar, Meloidogyne graminicola pada Tanaman Padi di Jawa Barat.
Fitopatologi, 11(4): 113-120.
LITERATUR
30
Natadisastra, D., dan R. Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
LITERATUR
31
Da Silva, M. P., G. L. Tylka, dan G. P. Munkvold. 2016. Seed Treatment Effects
on Mize Seedlings Coinfected with Fusarium spp. And Pratylenchus
penetrans. Plant Disease, 3(15): 431-437.
LITERATUR
32
Mahdy, M. E., E. M. Mousa, S. El-khateeb, dan A. A. El-Lehleh. 2014. Effect of
Fresh and Dry Neem Leaves Applications on Root-Knot Nematode
Meloidogyne Javanica on Tomato Plants. Plant Protection, 9(1): 12-20.
LITERATUR
33
Prasad., K. S. K. 2012. Management of Potato Nematodes: An Overview.
Hortl.Sci, 3(2): 89-106.
LITERATUR
34
Pradana, A. P., A. Munif, dan Supramana. 2016. Bakteri Endofit Asal Berbagai
Akar Tanaman sebagai Agens Pengendali Nematoda Puru Akar
Meloidogyne incognita pada Tomat. Fitopatologi, 12(3): 75-82.