laporan praktikum pemeriksaan kualitas ai

39
KEGIATAN 1 A. Judul Pemeriksaan Kualitas Air B. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik, kimia dan bakteriologis air C. Dasar Teori 1. Pengertian Air Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler (Campbell dkk., 2002) (Penuntun Praktikum, 2015). Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui

Upload: windy-pratiwi-zakaria

Post on 15-Feb-2016

738 views

Category:

Documents


92 download

DESCRIPTION

Diupload untuk teman-teman yang memerlukan contoh laporan praktikum pemeriksaan kualitas air

TRANSCRIPT

KEGIATAN 1

A. Judul

Pemeriksaan Kualitas Air

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik, kimia dan

bakteriologis air

C. Dasar Teori

1. Pengertian Air

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua

bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di

planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun

kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air merupakan materi esensial bagi

kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup memerlukan air untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam

tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik,

menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat

seluler (Campbell dkk., 2002) (Penuntun Praktikum, 2015).

Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau

kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan,

pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air

adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian

dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan

pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan

adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (Puji,

2015).

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi

atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa

parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan

sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan

sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan

sebagainya) (Puji, 2015).

1. Parameter Fisik Air

a. Suhu

Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan

udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi

(penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di

samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-

faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia)

seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,

penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan,

sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung.

Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat

menyebabkan gangguan  kesehatan untuk jangka panjang, misalnya

stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku

abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan

menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat

melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan

air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan

menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat

berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen

(Taringan, 2013)

b. Kekeruhan/Kecerahan

Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan

pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan

menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai

kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan

meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan

asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam

permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air.

Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh

kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan

tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya

yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat

didalam perairan. Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh:

1) Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)

2) Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.

3) Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid

berasal dari daun-daun tumbuhan yang terektrak)

c. Warna

Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-

bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa

organic serta tumbuh-tumbuhan.

d. Kedalaman

Kedalaman disuatu perairan saangat penting untuk

diperahatikan, hal ini diakrenakan kedalaman suatu perairan dapat

mempengaruhi jumlah cahaya yang akan masuk ke perairan dan

ketersediaan oksigen diperairan tersebut, jika disuatu perairan

kekurangan cahaya masuk kedalamnya maka ikan tersebut akan stress.

Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya diperairan

dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan

perairan dangkal.

Tabel 1 : Kriteria kualitas air bersih ditinjau dari parameter fisik

Parameter Fisik Satuan Kadar Maksimum yang Dianjurkan

Kekeruhan NTU 25Suhu OC 10-25Jumlah Zat Padat Terlarut Mg/Liter (ppm) 500Warna TCU 15Bau - Tidak BerbauRasa - Tidak Berasa

2. Parameter Kimia Air

a. pH (Derajat Keasaman)

pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah

contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian

besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air

memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang

tinggi pada umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang

lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali dan

meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras.

Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa

akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan

menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat bersifat toksik.

pH air dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan

perairan dan mempengaruhi ketersediaan hara serta toksinitas dari

temperatur (Apriyani, 2012)

b. DO (Kelarutan Oksigen)

Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua

organisme untuk respirasi dan sebagai zat pembakar dalm proses

metabolisme. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah

penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air

dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya daur

kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer

dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme.

Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal)

dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan

(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah

(effluent) yang masuk ke dalam air (Yunus, 2013).

3. Parameter Bakterilogis Air

Secara teoritis pemeriksaan air yang baik ialah dengan menentukan

ada tidaknya bakteri-bakteri dengan isolasi, tetapi cara tersebut tidak

praktis dan memerlukan waktu yang lama. Untuk mempermudah

pemeriksaan biasanya ditentukan berdasarkan adanya dan jumlah bakteri

golongan coli (Yunus, 2013)

Bakteri golongan E. coli sudah banyak digunakan untuk

mengetahui adanya pencemaran air. Bakteri golongan coli adalah semua

bakteri yang berbentuk batang, bersifat aerob atau fakultatif aerob, tidak

membentuk spora, bersifat gram negative dan dapat meragikan laktosa

serta membentuk gas dalam waktu 2 x 24 jam pada suhu 35oC dan 44oC

(Penuntun Praktikum, 2015)

D. Alat dan Bahan

1. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air

a. Alat

Gelas Piala Turbidimeter TDS Meter

Termometer Air Timbangan Kertas Saring

b. Bahan

Air Sungai Air Depot Air Sumur

2. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air

a. Alat

pH Meter DO meter Gelas Ukur 100 ml

b. Bahan

Air Sungai Air Depot Air Sumur

3. Pemeriksaan Kualitas Bakteoriologis Air

a. Alat

Tabung Reaksi Tabung Durham

Pipet Volume Cawan Petri

Jarum Ose Pembakar Bunsen

b. Bahan

Aquades Kaldu nutrisi agar

Kapas Laktosa Broth

EMBA Sampel Air Sungai

E. Prosedur kerja

1. Pemeriksaan kualitas fisik air

a. Pengukuran kekeruhan

1. Memasukan air kedalam tabung sampel kedalam tabung yang

telah tersedia pada alat tersebut.

2. Menghidupkan turbidimeter

3. Memasukan tabung sample yang di uji kedalam turbidimeter.

4. Menekan tombol “READ” dan catat hasilnya

b. Pengukuran suhu air

1. Memasukan sampel kedalam Beaker glass

2. Menyelupkan thermometer air dan tunggu sampai 2-3 menit

3. Mencatat hasil pengamatan

c. pengukuran TDS (Total Dissolved Solid) dan NaCl

1) Memasukan sampel kedalam Beaker glass.

2. Menekan tombol ON dan menghidupkan alat TDS meter

3. Menyelupkan “probes” kedalam sampel air hingga melewati batas/tanda

selama beberapa menit.

4. mencatat hasil TDS air

5. Menekan alat dan memilih untuk pengukuran NaCl jika akan melihat nilai

NaCl, dan kemudian mencatat hasil pengamatan.

d. Mengukur TSS

1) Mengambil air sampel menggunakan botol air mineral sebagai

wadah, mengusahakan pengambilan air sampel tanpa disertai

terikutnya oksigen ke dalam wadah

2) Menimbang kertas saring sebelum tuang air saring sebagai data

A1

3) Mengambil sebanyak 25 ml contoh air dan menyaring pada kertas

saring yang telah diketahui beratnya

4. Mengeringkan padatan yang disaring pada kertas saring dengan

oven pada suhu 100-105oC

5. Menimbang dan mencatat berat kertas saring setelah didingankan.

2. Pemeriksaan kualitas kimia air

a. Mengukur pH

1. Menyiapkan sampel air yang akan diukur

2. Memasukan alat pH meter kedalam sampel air yang akan diukur

3. Membaca angka yang muncul pada alat pH meter setelah angka

yang tertera pada display stabil.

b. Mengukur Kandungan Logam Pada Air

1. Menyiapkan sampel air yang akan diukur

2. Menyiapkan 2 Beaker Glass masing-masing berisi sampel air yang

berbeda

F. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

a. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Tabel 1 : Hasil Pengamatan Tingkat Kekeruhan Air

Sampel Air Tingkat Kekeruhan (NTU)Air Sungai 0,38 NTUAir Sumur 0,30 NTUAir Depot 0,58 NTU

Tabel 2 : Hasil Pengamatan Suhu AirSampel Air Suhu Air (0C)Air Sungai 300CAir Sumur 300CAir Depot 300C

Tabel 3 : Hasil Pengamatan TDS (Total Disolved Solid)Sampel Air TDS Air (ppm)Air Sungai 94,9 ppmAir Sumur 47,2 ppmAir Depot 110,0 ppm

Tabel 4 : Hasil Pengamatan Kadar NaCL

Sampel Air Kadar NaCL (%)Air Sungai 0,4 %Air Sumur 1,4 %Air Depot 0,4 %

Tabel 5 : Hasil Pengamatan Tingkat TSS

Sampel Air Berat Kertas Saring Sebelum disaring Sesudah disaring

Air Sungai 1,6919 1,6079

b. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air Tabel 6 : Hasil Pengamatan Pengukuran pH Air

Sampel Air pH Air (Asam/Basa)Air Sungai 7,83Air Sumur 7,63Air Depot 7,52

Tabel 7: Hasil Pengamatan Pengukuran Warna Kadar Logam Pada Air

Sampel Air Perubahan Warna AirAir Sumur Terdapat gumpalan hijauAir Depot Terdapat gumpalan hijau dan lendirAir Sungai Terdapat lendir dan juga gumpalan warna orange

c. Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air Tabel 8 : Hasil Pengamatan Bakteriologis Air Sumur

Sampel Air Ada/Tidak Ada Hijau Metalik

Air Sungai10-1 : Ada Hijau Metalik10-2 : Tidak Ada Hijau Metalik

10-3 : Tidak Ada Hijau Metalik

2. Pembahasan

a. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air

1) Tingkat Kekeruhan Air

Kekeruhan Air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan

anorganik dan oragnik yang terkandung dalam air seperti

lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.

Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui

tingkat kekeruhan air. Dimana sampel air yang diuji adalah air

sungai, air sumur dan air depot. Perlakuan pertama yaitu

memasukkan air sungai kedalam tabung sampel yang telah

tersedia pada alat ukur yaitu turbidimeter. Kemudian tabung

sampel yang akan diuji dimasukkan kedalam turbidimeter.

Stetelah tombol READ ditekan maka diperoleh hasil yaitu 0,38

NTU.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa

sampel air sungai yang sudah kita uji tersebut, tingkat

kekeruhannya belum melewati batas yang ditentukan. Karena

berdasarkan standar kualitas air minum dan air bersih yang ada

pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No :

416/MENKES/PER/IX/1990 , standar maksimum yang

diperbolehkan untuk tingkat kekeruhan air adalah 5 NTU

sedangkan sampel yang diuji tingkat kekeruhannya hanya 0,38

NTU. Selain itu air sungai yang kita jadikan sampel tidak

mengandung bahan-bahan organik dan anorganik seperti lumpur

dan lain sebagainya.

Perlakuan kedua yaitu dilakukan pada sampel air sumur.

Langkah-langkahnya sama dengan yang dilakukan pada sampel

air sungai kemudian didapatkan hasil yaitu 0,30 NTU. Sama

dengan sampel air sungai, tingkat kekeruhan air sumur ini juga

belum melewati batas yang ditentukan. Karena berdasarkan

standar kualitas air minum dan air bersih yang ada pada

Peraturan Menteri Kesehatan RI No :

416/MENKES/PER/IX/1990 , standar maksimum yang

diperbolehkan untuk tingkat kekeruhan air adalah 5 NTU

sedangkan sampel yang diuji tingkat kekeruhannya hanya 0,38

NTU. Selain itu air sungai yang kita jadikan sampel tidak

mengandung bahan-bahan organik dan anorganik seperti lumpur

dan lain sebagainya.

Perlakuan ketiga, dilakukan pada sampel air dpeot. Dimana

perlakuannya sama dengan yang dilakukan pada sampel air

sungai dan air sumur dan kemudian didapat hasil yaitu 0,58

NTU. Hasil dari tingkat kekeruhan air depot ini lebih tinggi

dibandingkan dengan air sungai dan air sumur. Hal ini mungkin

disebabkan oleh adanya jasad-jasad renik yag terkandung dalam

air depot tersebut yang tidak bisa kita lihat secara kasat mata

tapi tingkat kekeruhannya belum melewati standar yang

ditentukan karena berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI

No : 492/ MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas

air minum, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk

kekeruhan yaitu 5 NTU.

2) Suhu/Temperatur

Kenaikan temperatur air yang menyebabkan penurunan

kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu

rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat

degradasi anaerobic yang mungkin saja terjadi.

Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui

tingkat kekeruhan air. Dimana sampel air yang diuji adalah air

sungai, air sumur dan air depot. Perlakuan pertama yaitu

memasukkan sampe air kedalam gelas beker kemudian

termometer air dicelupkan dan ditunggu sampai 2-3 menit,

setelah itu kita sudah bisa membaca berapa suhu air yang ada

pada termometer dan kemudidan diperoleh hasil untuk sampel

air sungai yaitu 300C, air sumur 300C dan air depot 300C.

Berdasarkan hasil yang diperoleh suhu ketiga sampel air

tersebut sudah melewati standar maksimum yaitu 10-250C. Hal

ini dikarenakan karena pengambilan sampel yang dilakukan

bukan pada pagi hari karena pengambilan sampel yang baik

seharusnya dilakukan sebelum matahari terbit. Selain itu suhu

air juga dipengaruhi oleh suhu ruangan karena pada saat

melakukan pengukuran kita berada didalam ruangan yang

sempit dan dipenuhi oleh banyak orang.

3) TDS (Total Disolved Solid)

Percobaan ketiga ini yaitu mengukur TDS air. Langkah

pertama yang dilakukan adalah memasukkan sampel kedalam

gelas beker kemudian menekan tombol ON untuk meghidupkan

alat TDS meter stelah itu dicelupkan probes kedalam sampi air

hingga melewati batas/tanda selama beberapa menit dan

diperoleh hasil yaitu air sungai 94,9 ppm, air sungai 47,2 ppm

dan air depot 110,0 ppm.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, TDS untuk air depot

lebih tinggi dibandingkan dengan air sungai dan air sumur.

Kemungkinan air dpeot ini tidak diproses dengan baik maka

didalam air masih terdapat zat-zat padat terlarut namun tidak

melewati standar yang ditentukan yaitu 500 ppm (Mg/L).

4) Kadar NaCl

Percobaan ke empat yaitu mengukur kadar NaCl pada

air. Pada praktikum ini, alat yang digunakan yaitu sama dengan

alat untuk mengukur TDS tapi untuk nilai NaCl, kita harus

menekan tombol Alt dan memilih untuk pengukuran NaCl.

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan kadar masing-

masing dari sampel air mulai dari sampel air sungai yaitu 0,4%,

air sumur yaitu 1,8 % dan air depot 0,4%. Dari hasil yang

didapatkan ini, dapat diketahui bahwa kadar NaCl pada air

sumur lebih tinggi dibandingkan air depot dan air sungai. Hal ini

dikarenakan sumber mata air yang ada di sumur berasal dari

tanah dimana kandungan garam tersebut bisa berasal dari tanah.

Proses peningkatan kadar garam disebut dengan salinisasi.

Garam adalah senyawa alami yang berada di tanah dan air.

5) Tingkat TTS (Total suspensed solid)

Total suspensed solid atau padatan tersuspensi total (TSS)

adalah residu daripadatan total yang tertahan oleh saringan

dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau lebih besar dari

ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air

akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap.

TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya

lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organic

tertentu, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya.

Pada percobaan ini, kami mengukur tingkat TTS yaitui

dengan menimbang kertas saring sebelum dan sesudah dipakai

untuk menyaring air dan sampel yang diambil adalah sampel air

sungai. Sebelum air disaring, berat dari kertas saring tersebut

yaitu 1,6919 g dan setelah air disaring berat kertas menjadi

1,6079 g. Karena terjadi penurunan setelah air disaring dan berat

kertasnya berkurang maka dapat dismpulkan bahwa air tersebut

tidak mengandung partikel-partikel atau bahan-bahan organik

tertentu serta sel-sel mikroorganisme dna lain sebagainya.

b. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air

1) pH Air

Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam

suatu larutan. Dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H+

dan OH- berada dalam kesimbangan sehingga air yang bersih

akan bereaksi netral. Organisme akuatik dapat hidup dalam

suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran

toleransi antara asam lemah dan basa lemah. Kondisi perairan

dengan kisaran tolerasni antara sangat asam maupun sangat basa

akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena

akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat

yang bersifat toksik. pH air dapat mempengaruhi jenis dan

susunan zat dalam lingkungan perairan dan mempengaruhi

ketersediaan unsur hara serta toksinitas dari unsur renik.

Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk menentukan

derajat keasaman sampel air. Dimana sampel air yang diuji pada

percobaan ini yaitu sampel air sumur, air danau, air gallon dan

air sungai.

Perlakuan pertama yaitu menuangkan sampel air sungai

kedalam gelas kimia, kemudian memasukan pH meter kedalam

aquadest setelah itu dimasukan lagi kedalam sampel air di gelas

kimia. Sehingga Didapatkan hasil pH air sungai yaitu 7,83. pH

air sumur ini lebih besar dari pH air depot dan pH air sungai.

Sehingga Nilai pH yang diperoleh pada air sumur menunjukkan

bahwa air sumur besifat basa (pH>7). Ini dikarenakan banyak

warga yang sering membuang sampah disungai, sering

membuang kotoran disungai dan berbagai aktivitas yang dapat

mencemari air sungai.

Perlakuan kedua dilakukan pada sampel air depot dengan

langkah-langkah yang sama seperti yang dilakukan pada sampel

air sungai dan diperoleh nilai pH yaitu 7,63. pH air depot ini

masih tinggi dibandingkan dengan air sumur. Sehingga dapat

diketahui bahwa nilai pH pada air Depot bersifat basa karena

nilai pH >7. Kemungkinan air depot ini tidak diproses dengan

baik dan mungkin juga air depot ini belum menggunakan

tekonologi RO (Reserve Osmosis) jadi nilai pH-nya masih tinggi

tetapi tidak kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air

minum yaitu 6,5 – 8,5.

Perlakuan ketiga dilakukan pada sampel air depot dengan

langkah-langkah yang sama seperti yang dilakukan pada sampel

air sungai dan air depot kemudian diperoleh nilai pH yaitu 7,52

jika dibandingkan dengan pH air depot dan air sungai, ph air

sumur ini lebih rendah tapi nilai pH pada air sumur tetap bersifat

basa karena nilai pH >7 dan faktor pencemar akan semakin

besar, jika air tanah (air sumur) berada dekat dengan lokasi

dengan berbagai aktivitas manusia.

2) Warna dan Kadar Logam/Alluminium Air

Pada percobaan kedua yaitu pengukuran kadar

logam/alluminium dan perubahan warna pada air, kami

menggunakan alat ukur yaitu PURETREX Elektrolisa.

Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi perubahan pada air

sumur yaitu terdapat humpalan berwarna hijau. Ini berarti sampel

air sumur ini logam berat, seng, merkuri dan tembaga. Hal ini

karena air sumur yang diambil sudah tercemar oleh aktifitas

pengguna sumur contohnya penduduk yang mandi dekat sumur,

kurang menjaga kebersihan area sumur atau mungkin sumur ini

berada dekat dengan sungai yang airnya sudah tercemar dengan

merkuri maka air sumur pun sudah mengandung merkuri.

Untuk air depot, terjadi perubahan yaitu terdapat

gumpalan hijau dan lendir. Ini berarti air depot ini mengandung

banyak sekali zat-zat yang berbahaya seperti logam berat, seng,

merkuri, tembaga, pencemaran alumiun, arsen, bahan-bahan

oraganik,kuman, bakteri dan virus. Ini menandakan bahwa air

depot ini memang tidak diproses dengan baik dan jika dikonsumsi

terus menerus dapat menyebabkan penyakit yang berbahaya

misalnya kanker, ginjal dan lain sebagainya.

Untuk air sungai, terjadi perubahan yaitu terdapat

gumpalan berwarna orange dan juga terdapat lendir. Ini berarti air

sungai mengandung arsen, adanya pencemaran aluminium,

bahan-bahan organik, kuman, bakteri, virus dan besi teroksidasi.

Ini karenakan di sungai ini banyak warga yang sering membuang

limbah hasil Rumah Tangga di sekitarn aliran air Sungai baik itu

limbah organic maupun anorganik dimana ini dapat membuat air

sungai tercemar.

c. Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air

Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan

secara tidak langsung. Metode MPN biasanya dilakukan untuk

menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair,

meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat.

Untuk metode MPN (Most Probable Number) digunakan medium

cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan

berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang

mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan

warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung

durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga

seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3.

Adapun sampel air yang diujikan untuk mengetahui

kualitas air yaitu air sungai. Langkah yang dilakukan adalah

pengenceran pada sampel air sumur. Pengenceran dilakukan

dengan menggunakan tiga seri tabung pengenceran 10-1, 10-2 dan

10-3.

Pada uji penduga dilakukan dengan menginkubasi sampel

air yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi

medium Laktosa Broth dan tabung durham. Laktosa Broth

digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran Coliform

dalam air, makanan, produk susu, dan mempelajari fermentasi

laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pada tabung reaksi diletakkan

tabung durham secara terbalik, fungsi dari tabung durham adalah

untuk mengetahui terbentuknya gas gelembung atau untuk

menangkap gas yang ditimbulkan akibat adanya fermentasi laktosa

menjadi asam dan gas. Setelah melakukan uji pendugaan

dilanjutkan dengan uji penguat. Uji penguat berfungsi untuk

meyakinkan hasil positif yang ada pada uji pendugaan. Medium

yang digunakan dalam uji penegasan ini yaitu media EMBA yang

merupakan media yang akan berwarna hijau metalik jika terdapat

reaksi fermentasi dengan media.

EMBA (Eosin Methlyn Blue Agar) merupakan media yang

digunakan untuk mengetahui adanya bakteri E.coli pada air

mineral, hal ini di sebabkan oleh karena media EMBA merupakan

media yang kuhusus di gunakan sebagai tempat

pengembangbiakan bakteri.

Pada praktikum yang telah kami lakukan,didapat bahwa

terdapat bakteri E.coli pada sampel. Hal ini dibuktikan dengan

adanya warna hijau metalik pada goresan.

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat kekeruhan dari ketiga sampel yaitu sampel air sungai 0,38 NTU, air

sumur 0,30 NTU, air depot 0,58 NTU. Hal ini mungkin disebabkan oleh

adanya jasad-jasad renik yag terkandung dalam air depot tersebut yang tidak

bisa kita lihat secara kasat mata tapi tingkat kekeruhannya belum melewati

standar yang ditentukan karena berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI

No : 492/ MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum,

kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kekeruhan yaitu 5 NTU.

2. Suhu dari ke tiga sampel yaitu sampel air sungai 300C, air sumur 300C, air

depot 300C dimana suhu yang diperoleh hampir semua melebihi yang

dianjurkan yaitu 10-25oC. Hal ini dikarenakan karena pengambilan sampel

yang dilakukan bukan pada pagi hari karena pengambilan sampel yang baik

seharusnya dilakukan sebelum matahari terbit. Selain itu suhu air juga

dipengaruhi oleh suhu ruangan karena pada saat melakukan pengukuran kita

berada didalam ruangan yang sempit dan dipenuhi oleh banyak orang.

3. TDS (Total Disolved Solid) hasil dari ketiga sampel yaitu sampel air sumur

47,2 ppm, sampel air sungai 94,9 ppm dan sampel air depot 110,0 ppm,

dimana Kadar TDS yang paling tinggi yaitu sampel air depot. Hal ini

mungkin disebabkan oleh karena air dpeot ini tidak diproses dengan baik

maka didalam air masih terdapat zat-zat padat terlarut namun tidak melewati

standar yang ditentukan yaitu 500 ppm (Mg/L).

4. Kadar NaCl masing-masing dari sampel air mulai sampel air sumur yaitu

1,8%, air sungai 0,4 % dan air depot 0,4%. Hal ini dikarenakan sumber mata

air yang ada di sumur berasal dari tanah dimana kandungan garam tersebut

bisa berasal dari tanah. Proses peningkatan kadar garam disebut dengan

salinisasi. Garam adalah senyawa alami yang berada di tanah dan air.

5. TSS yang kami ukur adalah 1,6919 g sebelum air disaring dan 1,6079 g

setelah air disaring. Karena terjadi penurunan setelah air disaring dan berat

kertasnya berkurang maka dapat dismpulkan bahwa air tersebut tidak

mengandung partikel-partikel atau bahan-bahan organik tertentu serta sel-sel

mikroorganisme dna lain sebagainya.

6. Kadar keasaman (pH) dari ketiga sampel air mulai sampel air sungai 7,83,

air depot 7,63 dan air sumur 7,52 dimana kadar keasaman (pH) yang paling

tinggi yaitu pada sampel air sungai. Hal ini dikarenakan banyak warga yang

sering membuang sampah disungai, sering membuang kotoran disungai dan

berbagai aktivitas yang dapat mencemari air sungai.

7. Dari ketiga sampel air, sampel air depot dan air sungai yang memiliki

banyak zat-zat berbahaya. Hal ini dikarenakan air depot tidak diproses

dengan baik dan untuk air sungai dikarenakan banyak warga yang sering

membuang limbah hasil Rumah Tangga di sekitarn aliran air Sungai baik itu

limbah organic maupun anorganik dimana ini dapat membuat air sungai

tercemar.

8. Pada praktikum yang telah kami lakukan,didapat bahwa terdapat bakteri

E.coli pada sampel. Hal ini dibuktikan dengan adanya warna hijau metalik

pada goresan.

H. Daftar Pustaka

Apriyani, R.D.P. 2012. Derajat Keasaman (pH) sebagai parameter perairan. http://rainadpa.blogspot.com/2010/01/derajat-keasaman-ph-sebagai-parameter.html (online) (diakses Tgl 9 Maret 2014)

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum .

Puji,N. 2011. BOD kualitas fisik air. http://titleblue.blog spot.com/2012/09/bab-ii-do-bod-kualitas-fisik-air.html (online) (diakses Tgl 9 Maret 2014)

Taringan,R. 2012. Parameter Fisika Perairan. http:// ranifiskimper .blogspot.com/ (online) (diakses Tgl 10 Maret 2015)

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat UNG. 2015

Yunus, A.K. 2013. Pengukuran Parameter Kualitas Air Secara Fisika, Kimia Dan Biologi Diperairan Tambak . http://ashabulkahfiyunus.blogspot.com/2013/04/pengukuran-parameter-kualitas-air.html (online) (diakses Tgl 10 Maret 2015)