laporan praktikum ketergantungan laju reaksi pada konsentrasi reaktan
DESCRIPTION
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KETERGANTUNGAN LAJU REAKSI PADA KONSENTRASI REAKTANTRANSCRIPT
KETERGANTUNGAN LAJU REAKSI PADA KONSENTRASI REAKTAN
I. TUJUAN
1. Mempelajari dan memahami pengaruh perubahan konsentrasi reaktan terhadap laju
reaksi.
2. Mengukur laju reaksi dan membuat kurva laju reaksi terhadap perubahan konsentrasi
reaktan.
3. Menentukan orde reaksi terhadap tiosulfat.
II. DASAR TEORI
2.1 Kinetika Kimia
Kinetika kimia berasal dari kata “kinetika” yang berarti gerakan (teori kinetika
molekuler dari gas yang menjelaskan gerakan acak dari molekul-molekul gas ). Jadi,
pengertian kinetika kimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan
berlangsungnya suatu reaksi kimia. Kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi
reaktan / produk per satuan waktu. Dalam kinetika kimia, hal-hal yang akan dibahas
adalah tentang kecepatan reaksi, ordo reaksi, dan mekanisme reaksi tersebut.
Pada saat proses reaksi berlangsung, molekul reaktan akan terurai sedangkan
molekul produk akan terbentuk, sehingga dapat mengamati antara penurunan
konsentrasi reaktan atau peningkatan produk.
Reaksi kimia dapat berlangsung dengan laju yang bervariasi, ada yang
berlangsung sangat cepat, ada yang berlangsung sangat lambat, tetapi banyak juga
yang berlangsung dalam kecepatan yang mudah ditentukan. Kecepatan reaksi diukur
sebagai perubahan konsentrasi zat yang bereaksi per satuan waktu. Dengan demikian
kecepatan reaksi dapat diukur berdasarkan pengurangan konsentrasi reaktan per
satuan waktu atau pertambahan konsentrasi produk per satuan waktu. Contoh reaksi
stoikiometri sederhana :
A B
Maka, kecepatan reaksi dalam kontekas perubahan konsentrasi antara reaktan dan
produk :
V=−Δ [ A ]
Δt=
Δ[ B ]Δt
Kecepatan pembentukan produk tidak ada tanda minus (-), karena ∆[B] bernilai
positif. Contoh reaksi yang lebih kompleks :
1
2A B
Dua mol A menghilang untuk setiap pembentukan 1 mol B, yaitu kecepatan
menghilangnya A dua kali lebih cepat dari kecepatan muncul, sehingga kita menulis
kecepatan sebagai berikut :
V=−12
Δ [ A ]Δt
=Δ[ B ]
Δt
Untuk reaksi umum :
aA+Bb cC+dD
Kecepatan diberikan oleh :
V=−1a
Δ [ A ]Δt
=−1b
Δ [ B ]Δt
=1c
Δ [C ]Δt
= 1d
Δ [ D ]Δt
Kecepatan reaksi juga bisa dirumuskan sebagai hukum kecepatan, dimana kecepatan
merupakan fungus konsentrasi setiap zat yang mempengaruhi kecepatan reaksi. Untuk
persamaan diatas hukum kecepatannya adalah :
V=k [ A ]x [ B ] y
Dimana k adalah konstanta kecepatan, x dan y adalah ordo reaksi.
2.2 Orde Reaksi
Berdasarkan Orde reaksi, reaksi dibedakan menjadi :
1. Reaksi Orde Nol
Pada reaksi orde nol, kecepatan reaksi tidak tergantung pada konsentrasi reaktan.
Persamaan laju reaksi orde nol dinyatakan sebagai :
-
dAdt = k0
A - A0 = - k0 . t
A = konsentrasi zat pada waktu t
A0 = konsentrasi zat mula – mula
Contoh reaksi orde nol ini adalah reaksi heterogen pada permukaan katalis.
2. Reaksi Orde Satu
Pada reaksi per satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
reaktan.
Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :
- dAdt = k1 [A] -
dA[ A ] = k1 dt
ln [ A 0 ][ A ] = k1 (t – t0)
2
Bila t = 0 A = A0
ln [A] = ln [A0] - k1 t
[A] = [A0] e-k1t
Waktu paruh (t1/2) adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi reaktan hanya
tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh dinyatakan sebagai :
k1 =
1t1/2 ln
11/2
k1 =
0 ,693t 1/2
3. Reaksi Orde Dua
Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan sebagai :
-
dAdt = k2 [A]2
-
dA[ A ]2 = k2 t
1[ A ] -
1[ A 0 ] = k2 (t – t0)
Waktu paruh untuk reaksi orde dua dinyatakan sebagai :
t1/2 =
1k 2[ A 0 ]
Reaksi dapat berlangsung cepat atau lambat. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi cepat dan lambatnya suatu reaksi kimia adalah :
Sifat kimia dari reaktan : pada umumnya reaksi-reaksi ionik berlangsung cepat,
sedangkan reaksi-reaksi yang melibatkan ikatan kovalen berlangsung lebih
lambat.
Kemampuan reaktan berinteraksi : dalam keadaan cair atau gas partikel-partikel
reaktan (molekul atau ion) dapat bertumbukan secara mudah satu dengan yang
lainnya.
Konsentrasi: molekul-molekul harus bertumbukan agar terjadi reaksi dalam
konteks ini laju reaksi proporsional dengan konsentrasi reaktan
Keadaan fisik: molekul-molekul harus bercampur agar dapat bertumbukan
Temperatur: molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk
bereaksi
3
Katalis : Katalis dapat diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan kimia.
Katalis berperan dengan menurunkan energi aktifasi. Sehingga untuk membuat
reaksi terjadi, tidak diperlukan energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, reaksi
dapat berjalan lebih cepat. Karena katalis tidak bereaksi dengan reaktan dan juga
bukan merupakan produk, maka katalis tidak ditulis pada sisi reaktan atau
produk.
2.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu
1. Pengaruh Konsentrasi Reaktan terhadap Laju Reaksi
Pada umumnya laju reaksi pada temperatur tetap lebih sering dinyatakan
sebagai laju perubahan konsentrasi komponen- komponennya dalam sistem,
sehingga dapat dikatakan bahwa laju reaksi bergantung pada konsentrasi pereaksi
atau hasil reaksi. Ketergantungan laju reaksipada konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi diungkapkan sebagai persamaan laju reaksi atauhukum laju, meskipun
demikian sebenarnya kita tidak dapat meramalkan persamaan laju suatureaksi hanya
dari persamaan reaksinya (konsentrasi komponennya) saja. Laju reaksi hanya
bergantung pada konsentrasi komponennya.Pereaksi →Hasil Reaksi Persamaan
lajunya adalah v = k. [Pereaksi ], dimana k adalah konstanta laju reaksi. Dari
persamaan laju reaksi di atas nampak bahwa besarnya laju raksi (v) tergantung pada
besarnya konsentrasi reaktan dimana apabila konsentrasi reaktan meningkat, maka
laju reaksi juga bertambah besar. Untuk reaksi berorde 2, 3 atau lebih, maka
persamaan laju akan meningkat sebanding dengan pangkat koefisien reaksinya.
2. Pengaruh Luas Permukaan Pereaksi terhadap Laju Reaksi
Semakin luas permukaan zat pereaksi, maka peluang untuk bereaksi akan
semakin besar sehingga laju reaksi juga akan semakin cepat.
3. Pengaruh Temperatur terhadap Laju Reaksi
Laju reaksi merupakan fungsi dari tetapan laju reaksi, sedangkan tetapan laju
reaksi bergantung terhadap temperatur, hubungan ini dijelaskan melalui persamaan
Arhenius. Semakin banyak molekul yang bergerak dengan kecepatan rata- rata
tinggi akan memperbesar peluang terjadinya tumbukan efektif, yaitu tumbukan yang
mencapai energi pengaktifan, sehingga laju reaksi akan meningkat. Hubungan antara
tetapan laju reaksi dengan temperatur: Ketergantungan tetapan laju reaksi (k) pada
temperatur dinyatakan sebagai persamaan Arhenius dlnk /dT = Ea / RT2 atau k = A
e-Ea/RT.
4
4. Pengaruh Katalisator Terhadap Laju Reaksi
Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu substansi yang mengubah
laju suatureaksi kimia tanpa terdapat sebagai produk akhir reaksi. Walaupun menurut
definisi jumlah katalisator tidak berubah pada akhir reaksi, tetapi tidak berlaku
anggapan bahwa katalisator tidak mengawali jalannya reaksi selama reaksi
berlangsung. Katalisator akan mengawali penggabungan senyawa kimia, akan
terbentuk suatu kompleks antara substansi tersebut dengan katalisator. Kompleksnya
yang terbentuk hanya merupakan bentuk hasil antara yang akan terurai kembali
menjadi produk reaksi dan molekul katalisator. Katalisator tidak mengalami
perubahan pada akhir reaksi, karena itu tidak memberikan energi ke dalam sistem,
tetapi katalis akan memberikan mekanisme reaksi alternatif denganenergi pengaktifan
yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis, sehingga adanya katalis
akan meningkatkan laju reaksi.
III. ALAT DAN BAHAN
III.1 Alat :1. Gelas ukur 50 mL
2. Gelas piala
3. Thermometer
4. Pipet volume 2 mL
5. Batang pengaduk
6. Stopwatch
7. Kertas putih dan spidol hitam
III.2 Bahan : 1. Larutan HCl 1 M
2. Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,25 M
3. Aquadest
IV. CARA KERJA
Prosedur kerja untuk praktikum ini, yaitu:1. Larutan Na2S2O3 0,25 M sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam gelas ukur yang
memiliki alas yang rata.
2. Gelas ukur berisi larutan Na2S2O3 diletakkan tepat di atas tanda silang hitam yang telah
dibuat pada kertas putih sehingga tanda silang hitam tersebut dapat terlihat melalui
larutan tiosulfat yang bening.
5
3. Kemudian ditambahkan larutan HCl 2 M sebanyak 2 mL ke dalam larutan Na2S2O3
tersebut dan stopwatch dinyalakan tepat ketika penambahan larutan HCl dilakukan.
Kemudian larutan diaduk agar pencampuran menjadi merata, dan pengamatan tetap
dilakukan selama pengadukan larutan dilakukan.
4. Selanjutnya dicatat waktu yang diperlukan sampai tanda silang hitam tidak dapat
diamati lagi dari atas.
5. Suhu larutan (campuran) diukur dan dicatat.
6. Langkah-langkah nomor 2-6 diulangi lagi dengan komposisi larutan sesuai table
berikut:
Sistem Vol. S2O32- (mL) Vol. H2O mL Volume HCl
(mL)1 50 0 22 40 10 23 30 20 24 20 30 25 10 40 26 5 45 2
V. DATA PENGAMATAN
Sistem
Vol. S2O3
2-
(mL)
Vol. H2O mL
Volume HCl (mL)
Waktu (s) Waktu (s) rata-
rata
1/waktu (s-1)
Suhu (0C)
Perc. 1
Perc. 2
1. 50 0 2 19 18 18,5 0,0540 302. 40 10 2 26 26 26 0,0385 303. 30 20 2 48 48 48 0,0208 304. 20 30 2 53 55 54 0,0185 305. 10 40 2 135 137 136 0,0073 306. 5 45 2 641 640 640,5 0,0016 30
VI. PERHITUNGAN
1. Penentuan laju reaksi (1/t)
Dik: untuk sistem 1
t = 18,5 s
Dit: 1/t = ?
Jawab:
Laju reaksi = 1/t
= 1
18,5
6
= 0,0540 s-1
Dengan cara yang sama, maka 1/t untuk system secara keseluruhan adalah:
Sistem Volume S2O32- (mL) Volume
HCl (mL)Waktu (s) 1/t (s-1)
1 50 0 18,5 0,05402 40 10 26 0,03853 30 20 48 0,02084 20 30 54 0,01855 10 40 136 0,00736 5 45 640,5 0,0016
2. Penentuan konsentrasi tiosulfat (S2O32-)
Diketahui :
M1 S2O32- = 0,25 M
V1 = 50 ml (vol. Tiosulfat system 1)
V2 = 50 ml (Vol S2O32-)
Ditanyakan : M2 =……?
Jawab:
Maka M2 = V1. M1 / V2
= 50 . 0,25 / 50
= 0,250 M
Untuk system 2 (sampai system 6) terjadi pengenceran
Diketahui :
M1 S2O32- = 0,25 M
V1 = 40 ml (vol. Tiosulfat system 2)
V2 = (Vol S2O32- + H2O ) = 40 mL + 10 mL = 50 ml
Ditanyakan : M2 S2O32- = ?
Jawab:
V1. M1 = V2. M2
40 mL . 0,25 M = 50 mL . M2
M2 = 40 ×0,25
50 M
= 0,200 M Untuk system 3 hingga system 6 terjadi pengenceran karena terus dilakukan
penambahan aquades yang berarti terjadi perubahan konsentrasi tiosulfat di dalam
larutan.
Dengan cara yang sama maka akan diperoleh hasil seperti berikut:
7
Sistem [S2O32-] M t (s) 1/t (s-1)
1. 0,250 18,5 0,05402. 0,200 26 0,03853. 0,150 48 0,02084. 0,100 54 0,01855. 0,050 136 0,00736. 0,025 640,5 0,0016
3. Penentuan orde reaksi terhadap [S2O32-].
Diketahui :Data sesuai tabel berikut:
System [S2O32-] M [H+] M t (s) 1/t (s-1)
1. 0,250 2 18,5 0,05402. 0,200 2 26 0,03853. 0,150 2 48 0,02084. 0,100 2 54 0,01855. 0,050 2 136 0,00736. 0,025 2 640,5 0,0016
Reaksi yang terjadi antara tiosulfat dan asam klorida saat pelarutan, yaitu:
S2O32-
(aq) + 2H+ (aq) H2O (l) + SO2 (aq) + S(s)
Maka, −d [S2O3]
dt = k . [S2O3]m . [H+]n
log [−d [S2O3]
dt¿]=log k+m log [ S2 O3 ]+n log ¿¿
Dengan harga [H+] tetap, yakni 2 M maka orde reaksi reaktan [H+] sama
dengan 0, karena konsentrasinya tetap di dalam percobaan ini. Orde reaksi S2O32-
dapat dihitung dari data pada system 1 dan 2.
log (0,0526 – 0,0385) = m {log 0,250 – log 0,200}
m =
log( 0,05400,0385 )
log( 0,2500,200 )
= log 1,4026
log 1.25
= 0,14690,0969
= 2,1393
Demikian pula dengan memakai data pada system yang lainnya diperoleh:
8
Sistem [S2O32-] M [H+] M 1/t (s-1)
m (Orde reaksi
[S2O32-]
1. 0,250 2 0,05401,5160
2. 0,200 2 0,03853. 0,150 2 0,0208
0,28904. 0,100 2 0,01855. 0,050 2 0,0073
2,19006. 0,025 2 0,0016
Jadi dari perhitungan dari beberapa sistem yang mewakili kinetika reaksi
tersebut dapat dilihat bahwa orde reaksi untuk perubahan [S2O32-] adalah m ≈ 0 ;
m≈ 1; m≈ 2.
4. Penentuan konstanta laju reaksi
Diketahui : pada system 1
v = −d [S2O3]
dt=0,0540
[S2O32-] = 0,25 M
[H+] = 2 M
Ditanyakan : k = ….?
Jawab:
k =
−d [S2 O3]dt
[ S2 O3 ] .¿¿
= 0,0540 M s−1
0,25 M . 2 M
= 0,1080
Dengan cara yang sama maka diperoleh konstanta laju reaksi untuk masing-masing sistem
adalah:
Sistem [S2O32-] M [H+] M 1/t (s-1)
m (Orde reaksi
[S2O32-]
k
1. 0,250 2 0,05401,5160
0,10802. 0,200 2 0,0385 0,07703. 0,150 2 0,0208
0,28900,0416
4. 0,100 2 0,0185 0,03705. 0,050 2 0,0073
2,19000,0146
6. 0,025 2 0,0016 0,0032
Konstanta laju reaksi rata-rata dari keseluruhan sistem adalah:
9
k = k1+k2+k 3+k4+k5+k6
6
= 0,1080+0,0770+0,0416+0,0370+0,0146+0,0032
6
= 0,0469
Penentuan Orde Reaksi juga dapat diketahui melalui suatu kurva yang
menyatakan hubungan antara ln [S2O32-] dengan perubahan waktu.
Diketahui :
System [S2O32-] M t (s) 1/t (s-1)
1. 0,250 18,5 0,05402. 0,200 26 0,03853. 0,150 48 0,02084. 0,100 54 0,01855. 0,050 136 0,00736. 0,025 640,5 0,0016
Ditanya : Orde reaksi = . . . ?
Penyelesaian :
ln [S2O32-]1 = - 1,3863
ln [S2O32-]2 = - 1,6094
ln [S2O32-]3 = - 1,8971
ln [S2O32-]4 = - 2,3026
ln [S2O32-]5 = - 2,9957
ln [S2O32-]6 = - 3,6889
5. Gambar kurva laju Rx sebagai fungsi konsentrasi S2O32-
10
6. Gambar kurva penentuan orde reaksi
VII.
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu ketergantungan laju reaksi pada konsentrasi reaktan,
dimana praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perubahan reaktan S2O32-
terhadap laju reaksi pembentukan endapan belerang. Percobaan yang dilakukan ini
tergolong semi kuantitatif karena hanya digunakan untuk menentukan pengaruh
11
0.2 0.15 0.1 0.05 0.0250
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.035
0.04
0.045
Perbandingan konsentrasi dengan laju reaksi
Konsentrasi (C)
Laju
reak
si
18.5 26 48 54 136 640.5
-4
-3.5
-3
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0Penentuan Orde Reaksi
waktu
ln 1
/wak
tu
perubahan konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi dan tidak dilakukan pengukuran
konsentrasi seperti percobaan-percobaan lainnya. Dalam percobaan ini dilakukan
pengukuran laju reaksi, penggambaran kurva laju reaksi terhadap perubahan
konsentrasi reaktan serta penentuan orde reaksi terhadap tiosulfat. Adapun dalam
percobaan ini yang diamati ialah reaksi pengendapan koloid belerang yang terbentuk
jika tiosulfat bereaksi dengan asam sehingga dilakukan pengukuran waktu agar koloid
belerang mencapai suatu intensitas tertentu. Reaksi antara tiosulfat dengan asam ialah
sebagai berikut:
S2O32-
(aq) + 2H+ (aq) H2O (l) + SO2 (aq) + S(s)
Berdasarkan reaksi tersebut dapat dilihat bahwa reaksi antara tiosulfat dengan
asam menyebabkan Tiosulfat akan semakin berkurang jumlahnya seiring dengan
berjalannya reaksi, sedangkan SO2 dan endapan belerang semakin lama akan semakin
terbentuk dengan munculnya warna putih. Hal ini dapat diamati dengan cara
meletakkan tanda silang hitam pada selembar kertas putih di bawah gelas beker.
Apabila tanda silang hitam tidak dapat terlihat lagi, maka pembentukan S (belerang)
sudah sempurna. Pengukuran waktu dilakukan sampai tanda silang hitam tersebut
menghilang.Waktu tersebutlah yang digunakan untuk menentukan laju reaksi. Pengaruh
konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi juga dapat dilakukan dengan menvariasikan
konsentrasi dari masing-masing reaktan, sehingga dapat diketahui pengaruh dari
konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi tersebut. Percobaan ini dilakukan pengulangan
sebanyak sekali sehingga percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali.
Pertama-tama dilakukan penambahan 50 mL Na2S2O3 0,250 M kemudian untuk
sistem selanjutnya dilakukan penambahan Na2S2O3 dengan variasi volume sebanyak 40
mL ; 30 mL ; 20 mL ; 10 mL ; dan 5 mL sedangkan penambahan aquades dilakukan
dengan variasi volume sebanyak 10 mL; 20 mL; 30 mL; 40 mL; dan 45 mL. Dan
penambahan HCl sebanyak 2 mL. Selanjutnya Na2S2O3 direaksikan dengan aquades
dalam sebuah beker gelas yang dibawahnya terdapat kertas yang diberi tanda / garis X.
Apabila garis X tidak terlihat, maka pembentukan belerang telah sempurna, waktu yang
diperlukan dari pencampuran pertama hingga terjadi endapan belerang yang sempurna
dicatat. Pada sistem 1 dimana tidak diberi penambahan H2O, memperoleh laju reaksi
sebesar 0,0540 s-1 sedangkan untuk sistem 2 hingga sistem 6 diperoleh nilai laju reaksi
secara berturut-turut yaitu 0,0385 s-1 ; 0,0208 s-1 ; 0,0185 s-1; 0,0073 s-1; 0,0016 s-1.
12
Berdasarkan hasil perhitungan konsentrasi dari [S2O32-] pada sistem 1– 6, dapat
diperoleh hasilnya secara berurutan sebagai berikut : 0,025 M; 0,200 M ; 0,150 M;
0,100 M; 0,050 M; dan 0,025 M. Untuk menghitung konsentrasi relatif dari sistem 1 - 6
dapat digunakan prinsip pengenceran larutan, yaitu: V1. M1 = V2. M2. Dari hasil
perhitungan tersebut, maka dapat diketahui bahwa penambahan aquades mempengaruhi
konsentrasi Na2S2O3. Semakin tinggi penambahan aquades yang dilakukan terhadap
larutan Na2S2O3 maka waktu yang diperlukan untuk bereaksi semakin lama dan laju
reaksinya semakin lambat. Atau dengan kata lain semakin pekat konsentrasi larutan
S2O32- maka waktu yang diperlukan untuk reaksi antara tiosulfat dengan larutan asam
akan semakin cepat dan sebaliknya jika konsentrasi larutan S2O32- semakin encer maka
waktu yang diperlukan bereaksi akan semakin lama.
Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi S2O32- dapat digambarkan dalam
sebuah grafik dimana sumbu x menyatakan perubahan konsentrasi dari S2O32- dan
sumbu y menyatakan perubahan laju reaksi.
Grafik
tersebut
menggambarkan bahwa konsentrasi S2O32- nilainya berbanding lurus dengan laju reaksi
yaitu jika konsentrasi larutan S2O32- semakin meningkat maka laju reaksinya meningkat
pula. Demikian pula sebaliknya apabila konsentrasi larutan S2O32- semakin kecil maka
laju reaksi akan semakin lambat. Dari hasil perhitungan orde reaksi pada sistem untuk
percobaan I dan II, apabila dirata-ratakan sehingga diperoleh bahwa orde reaksi untuk
13
0.2 0.15 0.1 0.05 0.0250
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.035
0.04
0.045
Perbandingan konsentrasi dengan laju reaksi
Konsentrasi (C)
Laju
reak
si
perubahan [S2O32-] adalah m ≈ 1. Dan nilai k (konstanta/tetapan laju reaksi) diperoleh
sebesar 0,0469 dimana harga konsentrasi dari H+ adalah konstan yaitu [H+]=2 M.
Maka, laju reaksi terhadap perubahan tiosulfat pada percobaan I dan II adalah:
v = k . [S2O32-]m . [H+]n
v = 0,0469. [S2O32-]1 . [H+]0
v = 0,0469. [S2O32-] . 1
v = 0,0469. [S2O32-]
Berdasarkan data hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh plot
antara laju reaksi perubahan Na2S2O3 terhadap perubahan konsentrasi reaktan Na2S2O3
yang menunjukkan orde reaksi ≈ 1. Penentuan orde reaksi juga dapat dilakukan dengan
mencari nilai ln [S2O32-]. Dari hasil perhitungan nilai ln [S2O3
2-] untuk sistem 1 sampai 6
adalah sebagai berikut: -1,3863 ; - 1,6094; - 1,8971; - 2,3026 ; - 2,9957 ; dan - 3,6889.
Nilai orde reaksi dapat diketahui dari kurva yang menyatakan hubungan antara
perubahan nilai ln [S2O32-] dengan perubahan waktu. Dimana sumbu x menyatakan
perubahan waktu dan sumbu y menyatakan perubahan nilai ln [S2O32-]. Dari hasil
penggambaran kurva tersebut juga dapat diketahui percobaan ini menunjukkan orde
reaksi = 1. Adapun kurva penentuan orde reaksi dapat dilihat sebagai berikut :
VIII. KESIMPULAN
1. Percobaan penentuan pengaruh perubahan konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi ini
bersifat semi kuantitatif.
2. Reaksi antara tiosulfat dengan asam ialah sebagai berikut:
S2O32-
(aq) + 2H+ (aq) H2O (l) + SO2 (aq) + S(s)
14
18.5 26 48 54 136 640.5
-4
-3.5
-3
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0Penentuan Orde Reaksi
waktu
ln 1
/wak
tu
3. Reaksi antara tiosulfat dengan asam menimbulkan endapan belerang (sulfur) yang
berwarna putih.
4. Laju reaksi berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi reaktan yang dalam hal ini
adalah larutan S2O32-.
5. Semakin tinggi penambahan aquades terhadap larutan Na2S2O3 maka waktu yang
diperlukan untuk bereaksi semakin lama dan sebaliknya.
6. Semakin tinggi konsentrasi larutan Na2S2O3 yang digunakan maka laju reaksinya
semakin cepat dan sebaliknya.
7. Waktu yang diperlukan di dalam suatu reaksi kimia berbanding terbalik dengan
perubahan konsentrasi reaktan (S2O32-).
8. Nilai k (konstanta/tetapan laju reaksi) yang diperoleh untuk percoobaan ini adalah
sebesar 0,0469.
9. Harga orde reaksi dari (S2O32-) adalah 1 (satu).
LAMPIRAN
Jawaban pertanyaan:1. Bagaimana menentukan orde reaksi secara keseluruhan?
Jawab:
Orde reaksi dari beberapa system dapat digunakan untuk mencari orde rata-rata
reaksi yang menjadi orde reaksi secara keseluruhan.
Orde reaksi rata-rata = m1.2+m3.4+m5.6
3
= 1,18+1,05+1,30
3
= 1,18≈ 1
Maka, orde reaksi secara keseluruhan untuk [S2O32-] adalah 1
Disamping itu, orde reaksi dapat ditentukan dengan mencari nilai dari ln [S2O32-]
dan perubahan waktu kemudian menggambarkannya dalam sebuah grafik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia.2001.Elektro Kimia dan Kinetika Kimia. PT. Citra Aditya Bakti:Bandung
Bird, Tony.1993. Kimia Fisika untuk Universitas.Gramedia:Jakarta
Dogra, S.K dan S. Dogra.1990.Kimia Fisika dan Soal-Soal.Cetakan Pertama.Universitas
Indonesia Press:Jakarta
Karlohadiprodjo, Irma.1990. Kimia Fisik Jilid 1. Edisi Keempat.Penerbit Erlangga:Jakarta
Tim Laboratorium Kimia Fisika.2012.Penuntun Praktikum Kimia Fisika III.Jurusan Kimia
F.MIPA Universitas Udayana:Bukit Jimbaran.
16
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
KETERGANTUNGAN LAJU REAKSI PADA KONSENTRASI REAKTAN
17
Oleh :
Nama : Ni Made Susita Pratiwi
Nim : 1008105005
Kelompok : II
Tanggal Praktikum : 7 November 2012
LABORATORIUM KIMIA FISIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
1. Gambar kurva laju Rx sebagai fungsi konsentrasi S2O32-
18
0.2 0.15 0.1 0.05 0.0250
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.035
0.04
0.045
Perbandingan konsentrasi dengan laju reaksi
Konsentrasi (C)
Laju
reak
si
2. Gambar kurva penentuan orde reaksi
19
18.5 26 48 54 136 640.5
-4
-3.5
-3
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0Penentuan Orde Reaksi
waktu
ln 1
/wak
tu