laporan praktikum beda 3 (1)

Upload: amalianaayunisa

Post on 08-Jan-2016

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jkdcsjjkdskd

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    BIOKIMIA

    Disusun Oleh:

    Nur Amaliana Ayu Nisa

    J2A014001

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

    2015

  • PRAKTIKUM 1

    ANALISIS KUANTITATIF AMONIA DAN UREA

    DALAM URINE

    I. TUJUAN

    1. mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan kadar amonia dan urea

    2. mahasiswa mampu menegakkan diagnosis kelainan fungsi hati.

    II. SKENARIO

    Seorang dokter gigi menunda pencabutan gigi seorang pasien karena dari pemeriksaan

    riwayat penyakit diketahui pasien tersebut pernah menderita penyakit sirosis hati. Dokter

    gigi merujuk pasien ke laboratorium untuk mengetahui apakah masih ada tidaknya

    kelainan fungsi hati pasien.

    III. DASAR TEORI

    Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

    ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

    Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang

    disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam

    mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian

    pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain urin juga terdapat

    mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam

    mempertahankan homeostasis ini.

    Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan

    dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang kotor. Hal ini

    berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing

    yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal

    dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan

    hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah

    meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam

    urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea.

    Dalam basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara

    metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di

    dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara

    mikroskopik.

    Urin yang terlalu keruh menandakan tinhgginya kadar unsur-unsur yang terlarut di

    dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor makanan, karena adanya infeksi yang

    mengeluarkan bakteri atau karena konsumsi air yang kurang. Bau urin dapat bervariasi

    karena kandungan asam organik yang mudah menguap. Diantara bau yang berlainan dari

  • normal seperti: bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai,

    durian, asperse dll. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol dsb, Bau amoniak

    biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri

    yang mengubah ureum di dalam kantong kemih.Bau keton sering pada penderita kencing

    manis, dan bau busuk sering terjadi pada penderita keganasan (tumor) di saluran kemih.

    PENETAPAN AMMONIA

    Dengan aerasi amonia dalam urine dipindahkan masuk ke dalam larutan HCl atau H2SO4

    yang volume dan normalitasnya diketahui. Banyaknya ammonia dapat diketahui dengan

    jalan menitrasi sisa asam tersebut dengan larutan standard NaOH.

    PENETAPAN UREA

    Pada penetapan urea, sebelum dilakukan aerasi, pada urine diberikan urease dengan

    maksud mengubah urea menjadi ammonia. Baru kemudian dilakukan aerasi untuk

    memindahkan ammonia ke dalam larutan asam. Banyaknya ammonia hasil hidrolisis dan

    urea. Dengan demikian banyaknya urea dalam urine dapat dihitung.

    IV. BAHAN DAN ALAT

    1. Urine 6. NaOH 0,1 N

    2. Akuades bebas ammonia 7. Larutan K2CO3 jenuh

    3. Kapril alkohol 8. Buret

    4. Enzim urease 9. Pipet volume

    5. HCl atau H2SO4 0,1 N 10. Pompa penghisap (penghembus udara)

    V. CARA KERJA

    Memperhatikan rangkaian alat berikut:

  • 1. Mengisi tabung-tabung di bawah ini:

    Tabung I = 15 ml H2SO4 0,1 N dan 3 tetes indikator metil merah

    Tabung II = 5 ml urine dan 10 ml akuades bebas ammonia

    Tabung III = 15 ml H2SO4 0,1 N dan 3 tetes indikator metil merah

    Tabung IV= 5 ml urine 10 ml akuades bebas ammonia dan 1 ml larutan enzim urease

    Tabung V = 15 ml H2SO4 0,1 N dan 3 tetes indikator metil merah

    2. Lalu menutup tabung-tabung tersebut dan mendiamkan selama 15 menit untuk memberi

    kesempatan urea yang terdapat di dalam urine berubah menjadi ammonia.

    3. Kemudian menghembuskan udara selama 15 menit untuk memindahkan ammonia dalam

    urine masuk ke dalam larutan.

    4. Selanjutnya menambahkan pada tabung II dan IV 5 ml K2CO3 jenuh.

    5. Setelah ditutup, menghembuskan lagi udara selama 15 menit.

    6. Memindahkan asma pada tabung III dan V ke dalam labu erlenmeyer, mentitrasi dengan

    larutan standard NaOH 0,1 N.

    7. Sebagai blanko dititrasi 15 ml H2SO4 0,1 N dengan larutan standard NaOH 0,1 N dengan

    menggunakan indikator metil merah.

    VI. PERHITUNGAN

    Misalkan :

    Urine yang diperiksa = a ml

    Normalitas NaOH = N normal

    Titrasi terhadap asam dan tabung III memerlukan = b ml NaOH

    Titrasi terhadap asam dan tabung V memerlukan = c ml NaOH

    Titrasi terhadap blanko memerlukan = d ml NaOH

  • Reaksi yang terjadi :

    NH2

    C = O + H2O Urease 2 NH3 + CO2

    NH2

    2NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4

    H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + H2O

    Banyaknya asam sulfat sebelum bereaksi dengan ammonia dalam urine = d N mgrek

    Banyaknya asam sulfat sesudah bereaksi dengan ammonia dalam urine = b N mgrek

    Jadi, banyaknya ammonia yang terdapat di dalam a ml urine termasuk hasil hidrolisis

    urea urine =

    (d. N-b. N)mgrek =(d-b)Nmgrek.

    Kadar ammonia dalam urine =

    K1 =

    x

    ( )

    K1 = ( )

    K1 = kadar ammonia (NH4OH) dalam urine dinyatakan dalam gram NH4OH/100 ml urine

    a = banyaknya ml urine yang diperiksa

    d = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi terhadap blanko

    b = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi terhadap sampel tanpa enzim urease

    (tabung III)

    N = Normalitas larutan NaOH (BM NH4OH = 35)

    Banyaknya asam setelah beraksi dengan ammonia dalam urine dan ammonia yang biasa

    hidrolisis urea = c. N mgrek

    Jadi, banyak ammonia dalam a ml urine termasuk hasil hidrolisis urea urine =

    (d. N - c. N) mgrek = (d - c)N.Mgrek.

    Banyaknya ammonia hasil hidrolisis urea =

    ( d c ) N ( d b ) N = ( b c ) N.Mgrek

  • Kadar urea dalam urine =

    K2 = ( )

    K2 = kadar urea dalam urine dinyatakan dalam gram urea/100 ml urine

    b = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi sampel tanpa enzim urease

    c = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi sampel dengan enzim urease

    a = banyaknya ml urine yang diperiksa

    N = normalitas larutan NaOH (BM urea = 60)

    1 grek urea = 0,5 mol

    VII. HASIL

    1. Kadar ammonia dalam urine

    K1 =

    x

    ( )

    =

    x

    ( )

    =

    = 0,08736 gram/100 mL urine

    Atau

    K1 = ( )

    =

    = 0,08736 gram/100 mL urine

    2. Kadar urea dalam urine

    K2 = ( )

    = ( )

    =

    = 0,06912 gram/100 ml urine

  • VII. KESIMPULAN

    Jadi , dari hasil praktikum yang telah kelompok kami lakukan, didapatkan hasil bahwa kadar

    ammonia dalam urine sebanyak 0,08736 gram/100 mL urine, sedangkan kadar urea dalam

    urine sebanyak 0,06912 gram/100 ml urine. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan

    ammonia dalam urine lebih banyak dibandingkan kadar urea dalam urine, dan ini berarti

    bahwa fungsi hati masih normal dan tidak mengalami kelainan fungsi, seperti sirosis hati.

  • LAMPIRAN

    Laporan sementara:

  • Mengisi tabung I, III, dan V dengan 15 mL H2SO4 Mengisi tabung II dan IV dengan 5 mL urine

    Mengisi tabung I, III, dan V dengan 3 tetes Mengisi tabung IV dengan 10 mL akuades

    indikator metil merah

    Mengisi tabung IV dengan 1 mL larutan enzim Membuat rangkaian tabung, menutupnya dengan malam,

    Urease kemudian mendiamkan selama 15 menit

  • Menghembuskan udara selama 15 menit Menambahkan 5 mL K2CO3 jenuh pada tabung II dan IV

    Menutup kembali rangkaian menggunakan malam, Mentitrasi tabung I, III, dan V dengan larutan standard

    dan menghembuskan udara selama 15 menit NaOH 0,096 N

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ali, I. 2008. http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/ (online: 13 Desember

    2009).

    Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa oleh

    dr. Petrus Andrianto.

    Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri.Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

    Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.

    Pratiwi,D.A. 2004. Modul dasar-dasar biokimia. Jakarta : Bina Aksara.

    Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.

    Sinosuke, N. 2009. http://bagiilmunohara,blogspot.com/2009/04/uji-urin.html. (online: 13

    Desember 2009). Team Biokimia. 2009. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jember: Jember

    University Press.

  • PRAKTIKUM 2

    ANALISIS KUANTITATIF GLUKOSA DARAH

    METODE HAGEDRON JENSEN

    I. TUJUAN KHUSUS

    1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan kadar gula darah untuk membantu

    menegakkan diagnosis penyakit diabetes mellitus.

    II. SKENARIO

    Seorang dokter gigi menunda pencabutan gigi seorang pasien karena dari pemeriksaan

    riwayat penyakit diketahui pasien tersebut menderita penyakit diabetes mellitus. Dokter

    gigi merujuk pasien ke laboratorium untuk mengetahui kadar gula pasien.

    III. DASAR TEORI

    Pengendapan protein darah dengan Zn hidroksida pada suhu 100 C, glukosa dalam filtrate

    dioksidasi oleh larutan kalium ferisianida alkali yang dibufer pada pH 11,5 yang diberikan

    berlebih. Dalam reaksi ini terjadi kalium ferosianida yang akan diikat oleh Zn sulfat.

    Kelebihan kalium ferisianida dititrasi secara iodemetrik. Dari banyaknya ferisianida yang

    digunakan untuk mengoksidkan glukosa , dapat di ketahui banyaknya glukosa yang ada.

    Banyaknya ferisinida dapat diketahui dari banyaknya natrium triosulfat yang dalam titrasi

    iodemetrik ini

    2K3Fe(CN)6 + 2Kl 2KF4(CN)6 + I2

    6 O2 + C6H12O6 6CO2 + 6H2O

    2K4Fe(CN)6 + 3ZnSO2 K2Zn3(Fe(CN6)2 + 2 K2SO4

    I2 + 2Na2S2O3 Na2SO6 + 2 Nal

    Dari jumlah K-ferricyanida yang bereaksi dengan glukosa, banyaknya glukosa dapat

    diketahui.

  • Reagen

    1. 0,45 % ZnSO4

    2. 0,1 NaOH yang baru

    3. Larutan K-ferricyanida (1,65 gram K-ferricyanida + 174 gram K2HPO4 + 11,2 gram

    KOH + akuades dijadikan 1 liter). Larutan ini dapat tahan sampai 1 bulan.

    4. Larutan KL, ZnSO4, NaCl (10 gram ZnSO4 dan 10 gram NaCl dilarutan dengan

    akuades menjadi 200 ml). Kemudian tiap akan dipergunakan tambahkan 5 gram Kl

    untuk tiap 200 ml.

    5. Larutan 5% asam asetat

    6. Larutan amilum 1% dalam NaCl

    7. Larutan Na thiosulfat 0,005 N (dibuat baru dalam akuades masak)

    8. Larutan Kl 0,005 N (1,178 gram dalam 1 liter akuades yang dimasak)

    IV. CARA KERJA

    1. Siapkan 2 tabung reaksi.

    2. Masukkan kedalam keduanya NaOH 1 ml dan ZnSO4 0,45 % 5 ml.

    3. Tabung 1 sebagai blanko dan tabung 2 sebagai sampel.

    4. Pada tabung 1 akan timbul endapan gelatinous.

    5. Pada tabung 2 ditambahkan darah 1 tetes dan diberi antikoagulan NaF (10 mgram

    NaF/1 ml darah).

    6. Tabung sampel dan blanko dimasukkan dalam pemanas air tunggu sampai mendidih

    selamat 5 menit.

    7. Disaring dengan kertas saring Whatman 42 atau kapas yang telah dibasahi akuades

    mendidih.

    8. Kemudian bilas kedua tabung dengan 2 pipet akuades hangat. Akuades bilasan juga

    dilewatkan saringan, masukkan ke dalam filtrat semula.

    9. Ke dalam filtrat ditambahkan 3 ml K-ferricyanida dan dimasukkan dalam pemanas air

    sampai mendidih selama 10 menit. Dinginkan kemudian tambah larutan KI ZnSO4

    NaCl 2 ml dan asam asetat 2 ml.

    10. Iodium yang terbebas dititrasi dengan 0,005 N Na-thiosulfat dengan indikator amilum 1

    % 3 tetes. Titrasi dihentikan setelah warna biru tepat hilang.

  • 11. Menentukan titer Na thiosulfat: masukkan 2 ml larutan Kl dalam Erlenmeyer,

    tambahkan 2 ml larutan Kl ZnSO4 NaCl dan 2 ml HCl 5 %. Kemudian dititrasi

    dengan Na thiosulfat menggunakan indikator amilum 1 %.

    V. PERHITUNGAN

    Setiap ml Na-thiosulfat 0,005 N yang digunakan sesuai dengan 174 mgram glukosa/100 ml

    darah.

    Misalkan :

    1. Titrasi blanko ( a)

    2. Titrasi sampel ( b )

    Maka Na-thiosulfat yang digunakan untuk mentitrasi iodium yang dibebaskan oleh K-

    ferricyanida = (a-b), dan kadar glukosa tiap 100 ml darah = ( a- b ) x 174 mgram. Nilai

    normal pada keadaan puasa: 80-120 mgram/100 ml darah.

    VI. HASIL

    Titrasi a = 1

    Titrasi b = 0,5

    Perhitungan titrasi Iodium

    = ( a- b ) x 174

    = ( 1- 0,5 ) x 174

    = 0,5 x 174

    = 87 mgram/100 ml darah

    VII. KESIMPULAN

    Jadi dari hasil praktikum yang telah kelompk kami lakukan, didapatkan hasil perhitungan

    kadar gula darah sebesar 87 mgram/100 mL darah, yang berarti normal dan tidak

    mengalami penyakit diabetes mellitus, karena kadar normal gula darah adalah sebesar 80-

    120 mgram/100 ml darah.

  • LAMPIRAN

    Laporan sementara:

  • Memanaskan kedua tabung selama 5 menit Menyaring blanko dan sampel

    Memanaskan kembali kedua tabung selama 10 menit

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta. Ekawati,Evy Ratnasari.2012. Hubungan Kadar Glukosa darah Terhadap Hypertriglyceridemia

    Pada Penderita Diabetes Mellitus.Surabaya.Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

    Airlangga

    Ganong, W.F. 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.

    Lubsan,N.Bekker, H.J., De Vries.L.A.1947.Gorter E dan De Groof.W.C.Klinische Diagnostik

    druk.

  • PRAKTIKUM 3

    PENCERNAAN

    I. TUJUAN KHUSUS

    1. Mahasiswa akan dapat menjelaskan pencernaan protein dan lemak pada saluran

    pencernaan dimulai dari mulut, lambung, dan usus.

    II. DASAR TEORI

    Sistem pencernaan merupakan salah satu komponen vital dalam menunjang kehidupan sebab sistem

    pencernaan manusia terdiri dari semua organ yang berfungsi untuk mengunyah, menelan, mencerna, dan

    mengabsorpsi makanan serta mengeliminasi makanan yang tidak dapat dicerna dan tidak dicerna

    tubuh. (Watson, 2002) Sistem pencernaan pada manusia, prosesnya meliputi :

    memasukkan, menyimpan makanan sementara, mencerna secara fisik dan kimiawi, absorbsi,

    menyimpan sementara dan defekasi. (Anonim, 2010) Sistem pencernaan juga disebut perut, saluran

    alimentary atau jalur gastrointestinal. Sistem pencernaan terentang dari bagian bawah kepala

    menelusuri seluruh badan (torso). (Anonim, 2010) Pada dasarnya, sistem ini melakukan lima tugas terpisah

    yang berurusan dengan pemprosesan dan penyebaran nutrisi. Pertama, ia mengatur

    asupan, ataupengambilan makanan. Kedua, ia mengirim makanan ke organ-organ untuk penyimpanan

    sementara. Ketiga, ia mengendalikan mekanisme pemecahan makanan dan pencernaan kimianya.

    Keempat, ia bertanggung jawab untuk penyerapan molekul nutrisi. Kelima, ia memberikan penyimpanan

    sementara dan penghancuran produk limbah. (Anonim, 2010). Saluran pencernaan terdiri dari mulut,

    tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga

    meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan

    kandung empedu. (Raden, 2010) Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi

    disepanjang saluran pencernaandan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang

    terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi

    di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus. (Anonim, 2009)

    Proses pencernaan terjadi pada saluran pencernaan dimulai dari mulut, sampai tempat

    pelepasan. Bahan makanan yang terdapat di saluran pencernaan masih terletak di luar

  • badan (tubuh). Bahan yang telah dicerna masuk ke dalam badan menembus atau diabsorbsi

    oleh dinding intestinum. Pada proses pencernaan, dengan bantuan enzim-enzim

    pencernaan:

    - Protein dihidrolisis menjadi asam-asam amino

    - Karbohidrat dihidrolisis menjadi monosakarida.

    - Lemak dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak

    Pencernaan dalam mulut

    Makanan dalam mulut dikunyah, dengan bantuan air ludah dengan pH kira-kira 6,8

    yang berfungsi sebagai pelumas rongga mulut, melunakkan makanan padat sebelum

    ditelan. Amilum dalam air ludah, dengan adanya enzim amilase (ptyalin) akan

    dihidrolisis menjadi maltosa, tetapi secara alami sulit karena makanan begitu cepat

    ditelan sebelum ptyalin sempat menghidrolisis. Pencernaan akan dilanjutkan dalam

    usus halus. Ptyalin aktif pada pH netral.

    Pencernaan dalam lambung

    Dinding lambung tersusun oleh dua macam kelenjar, yaitu kelenjar yang terdiri dari sel

    utama dan sel parietal. Campuran sekresi dua kelenjar tersebut, disebut getah lambung.

    Dalam keadaan normal, getah lambung berupa cairan jernih berwarna kuning,

    mengandung HCl antara 0,2 % - 0,5 %, pHnya lebih kurang satu. Getah lambung

    mengandung sebagian besar air. Juga mengandung musin, garam-garam anorganik.

    Enzim-enzimnya antara alin pepsin, renin dan lipase lambung.

    a. Pepsin

    Pepsin disekresi dalam bentuk proenzim atau zymogen atau pepsinogen.

    Pepsinogen diaktifkan oleh H+ menjadi pepsin, yang selanjutnya menghidrolisis

    protein-native menjadi proteosa dan pepton dalam suasan asam.

    b. Renin

    Renin menyebabkan air susu, enzim ini penting bagi bayi menahan mengalirnya air

    susu dalam lambung. Dengan adanya ion Ca++

    , casein oleh renin diubah menjadi

    parakasein kemudian dicerna oleh pepsin. Pada orang dewasa, enzim ini tidak ada.

    c. Lipase

  • Kerja lipase dalam lambung akan berkurang pada pH asam. Karena itu hanya

    sedikit lemak yang dapat terhidrolisis.

    Pencernaan oleh enzim pankreas

    Getah pankreas merupakan cairan berisi air, protein, senyawa organik dan anorganik

    terutama Na+, HCO3

    -, Cl

    -, Ca

    ++, Zn, HPO4

    2-, SO4

    2- dengan pH 7,5- 8,0 atau lebih.

    Enzim yang dihasilkan oleh pankreas:

    a. Endopeptidase (tripsin dan kimotripsin)

    Tripsin dan kimotripsin adalah enzim proteolitik (pemecahan protein),

    menghidrolisis protein alami. Proteosa dan pepton yang datang dan lambung

    dihidrolisis menjadi polipeptid. Kimotripsin mempunyai pengaruh menggumpalkan

    susu lebih kuat dari pada tripsin.

    b. Eksopeptidase (karboksi peptidase, amino peptidase & dipepdase)

    Karboksi peptidase adalah eksopeptidase yang menghidrolisis ikatan peptid

    terminal pada gugus karboksil, sedang amino peptidase adalah eksopeptidase yang

    berkerja pada ikatan peptid terminal pada gugus amino bebas. Sedang dipeptidase

    bekerja menghidrolisis ikatan peptid antara 2 asam amino. Proteose-proteose usus

    ialah enzim yang menghidrolisis protein makanan menjadi asam-asam yang akan

    diserap oelh mukosa usus dan diangkut lewat peredaran darah.

    c. Amilase

    Amilase pankreas berupa alpa amilase, kerjanya menghidrolisis amilum manjadi

    maltosa pada pH 7,1.

    d. Lipase

    Lipase begitu juga streapsin, menghidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol,

    monogliserid dan digleserid. Lipase pankreas khusus menghidrolisis ikatan ester

    primer yaitu posisi 1 dan 3 pada trigliserida.

    e. Koresterol ester (hidrolase ester kolesterol)

    Menghidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol dan asam lemak maupun

    mengkatalisis pembentukan kolesterol dan asam lemak, tergantung pada

    kesetimbangan reaksinya.

    f. Ribonuklease dan deoksiribonuklease

  • Ribonuklease memecah asam ribonukleat menjadi nukleotida-nukleotida, sedang

    deoksiribonuklease memecah asam dioksiribonukleat menjadi nukleotida-

    nukleotida.

    4. Pencernaan dalam usus

    Susunan getah usus

    Getah usus disekresi oleh pengaruh enterokinin dan dihasilkan oleh keler Brunner dan

    Lieberkuhn yang berisi enzim-enzim pencernaan, yaitu :

    a. Amino peptidase dan dipeptidase.

    b. Disakarida khusus yaitu sukrase, maltase dan laktase masing-masing memecah

    sukrosa, maltosa, dan laktosa menjadi monosakarida-monosakarida yang kemudian

    diserap oelh dinding usus.

    c. Fosfatase, melepaskan phospat dari dari senyawa phospat organik, seperti hexosa

    phospat, gliserophospat, dan nukleotida dari makanan dan hasil pencernaan asam

    nukleotida.

    d. Polinukleotidase memecah polinukleotida menjadi nukleosida purin dengan

    membebaskan adenin atau guanin dengan gula pentosa. Juga menghidrolisis

    nukleosida pirimidin dengan hasil yang berbeda dengan di atas.

    Empedu

    Empedu dihasilkan oleh hepar dan disimpan di dalam kantong empedu. Kalau pencernaan

    berlangsung, empedu disekresi ke dalam usus, empedu membantu pencernaan dan

    bercampur dengan getah pankreas.empedu berupa zat cair kental, rasanya pahit, bersifat

    basa. Empedu manusia berwarna kuning agak coklat, sedang pada hewan herbivora

    biasanya berwarna hijau. Cairan empedu terdiri dari air, asam empedu, musin, koresterol,

    lemak, asam lemak, dan garam-garam anorganik. Dengan adanya Na+

    dan K4

    , empedu

    bersifat basa dan terbentuk asam-asam kolat. Cairan empedu dapat menurunkan tegangan

    muka hingga dapat mengemulsi lemak yang penting pada proses pencernaan lemak.

    Empedu juga dapat menetralkan asam lambung yang masuk ke usus. Fungsi lainnya yaitu

    untuk mengeluarkan obat-obatan, racun, pigmen empedu, dan bahan anorganik.

    III. CARA KERJA

  • Percobaan 1: Pencernaan Protein oleh Pepsin

    - Siapkan 3 buah tabung masing-masing diisi 2 pipet pepsin

    - Tambahkan pada tabung no. 1: 2 pipet HCl 0,4% dan 5 tetes karnim fibrin.

    - Tabung no. 2: ditambahkan 2 tetes akuades dan 2 tetes karmin fibrin

    - Tabung no. 3: didihkan, ditambahkan 2 pipet HCl 0,4% dan 5 tetes karmin fibrin.

    - Ketiga tabung tersebut diinkubasikan pada pemanas air pada suhu 37 C.

    - Catat hasil pengamatan pada ketiga tabung tersebut.

    Percobaan 2: Daya Amilolitis Saliva

    - Kumurlah dengan air bersih, dibuang, kemudian kumur lagi dengan 20 ml NaCl 0,2% ,

    ditampung.

    - Air kumur ditampung dalam gelas beker, gojog dan kemudian disaring.

    - Siapkan 3 tabung reaksi dan isilah ketiga tabung tersebut dengan 5ml saliva encer

    tersebut diatas (hasil kumuran).

    - Tabung I didihkan lalu didinginkan dan ditambahkan 5ml amilum 1%.

    - Tabung II diberi 5ml HCl encer kemudian 5ml amilum 1%.

    - Tabung III ditambahkan 5ml amilum 1%.

    - Tempatkan ketiga tabung tersebut pada penangas air dengan suhu 37C

    - Isi tabung III, dikenakan uji I2 hingga menunjukan tes I2 negatif (warnanya biru hilang).

    Kemudian dilanjutkan tes Benedict. Catatlah hasilnya.

    - Lakukan tes I2 untuk cairan di tabung I dan tabung II. Bagaimana hasilnya? Mengapa?

    Percobaan 3: Pencernaan Protein oleh Getah Pankreas

    - Siapkan 3 tabung reaksi kemudian diisi :

    Tabung I: 1 ml ekstrak pankreas netral, 2 tetes Na 2CO3 2%, dan 10 tetes kongo merah

    fibrin.

    Tabung II: diisi dengan 1 ml akuades, 2 tetes larutan empedu.

    Tabung III: diisi dengan dengan 1 ml akudes 2 tetes Na2CO3 2%, dan 10 tetes kongo

    merah fibrin.

    - Ketiga tabung ditempatkan diatas penangas air pada suhu 37C. Terjadinya warna

    merah pada larutan menandakan adanya pencernaan.

  • Percobaan 4 : Hidrolisis Amilum

    - Campurlah 5 ml larutan amilum 1% dengan 1 ml ekstrak pankreas netral.

    - Inkubasi pada pada suhu 37C.

    - Lakukan uji I2 1tetes sampai hilang warna biru.

    - Kemudian dilanjutkan iji Benedict sampai terbentuk endapan berwarna merah bata.

    Percobaan 5 : Pencernaan Lemak

    - Kedalam ketiga tabung reaksi masing-masing diisikan :

    Tabung I: 2 ml air susu dan 1 ml ekstrak pankreas

    Tabung II: seperti no.1 ditambahkan 2 tetes empedu

    Tabung III : diisikan 2 ml air susu dan 1 ml akuades.

    - Pada masing masing tabung ditambahkan 4 tetes PP (phenolphtalein) dan 20tetes

    Na2CO3 2% sampai larutan menjadi merah muda.

    - Inkubasikan ketiga tabung tersebut pada penangas air pada suhu 37 C.

    - Amati perubahan warna perubahan warnanya dan merah menjadi kuning.

    Percobaan 6 : Pigmen-Pigmen Empedu

    - Kedalam tabung reaksi yang telah diisi 3 ml HNO3 pekat dituang 1 ml larutan empedu

    encer malalui dinding tabung sehingga terjadi 2 lapisan.

    - Catatlah warna-warna yang timbul pada bidang batas lapisan tersebut.

    IV. HASIL PENGAMATAN

    Percobaan 1 :

    Gambar :

  • Hasil :

    Tabung 1 Ungu agak pekat

    Tabung 2 Ungu pekat

    Tabung 3 Ungu terang

    Kesimpulan:

    Jadi yang bisa dicerna adalah tabung 1 dan 3, karena protein hanya bisa dicerna dalam

    suasana asam. Tabung 3 terang karena dipanaskan. Tabung 3 terang karena

    dipanaskan. Tabung 2 pekat karena tidak ada enzim (hanya aquades).

    Percobaan 2 :

    Gambar :

    Hasil :

    Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

    Larutan berubah

    warna menjadi Biru

    Kehitaman.

    Larutan berubah warna

    menjadi Biru Kehitaman.

    Larutan berubah warna

    menjadi warna putih dan

    dibawa terbentuk sedikit

    gelatin.

  • Kesimpulan :

    Tabung 1 didihkan jadi saliva rusak jadi tidak bisa mengubah amilum menjadi gula.

    Tabung 2 ditambahkan HCl 0,2 yang bersifat asam dan sama seperti tabung 1

    salivanya rusak. Sedangkan Tabung 3 hanya ditambahkan amilum dan tidak diberi

    perlakuan, dan ditambahkan reagen Benedict (kuning) larutan menjadi bening

    kembali, hal tersebut membuktikan bahwa, mengandung gugus aldehid.

    Percobaan 3 :

    Gambar :

    Hasil :

    Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

    Merah darah (keruh) Merah hati (pekat) Merah (jernih)

    Kesimpulan :

    Larutan berwarna merah maka terjadi pencernaan.

  • Percobaan 4 :

    Gambar :

    Hasil :

    Terbentuklah endapan merah bata pada tabung.

    Kesimpulan :

    Enzim amilase dalam pankreas mengubah amilum menjadi gula sederhana.

    Percobaan 5 :

    Gambar :

  • Hasil :

    Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

    Putih cream Putih cream hijau + sedikit merah muda Merah muda

    Kesimpulan :

    Pada tabung 1 dan 2 terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi putih cream

    dan putih cream hijau + sedikit merah muda. Hal ini disebabkan pada tabung 1 dan 2

    terdapat ekstrak pankreas dan empedu yang mengandung enzim yang dapat mencerna

    lemak (susu). Sedangkan pada tabung 3 tidak terjadi perubahan warna (tetap merah

    muda). Hal ini disebabkan pada tabung 3 hanya terdapat akuades saja, sehingga lemak

    (susu) tidak tercerna, yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada reaksi

    tersebut.

    Percobaan 6 :

    Gambar :

    Hasil :

    Warna yang timbul pada bidang batas lapisan adalah coklat kehitaman.

    Kesimpulan :

    Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa warna pigmen yang

    terkandung pada empedu adalah coklat kehitaman.

  • LAMPIRAN

    Laporan sementara:

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arthur. Kamus Pintar Bergambar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.

    Gunarso, Wisnu. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga, 1979.

    Syarifuddin. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran, 2006.

  • PRAKTIKUM 4

    ANALISISN KOLESTEROL DALAM DARAH

    METODE LIEBERMAN BURCHARD

    I. TUJUAN PERCOBAAN

    1. mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah

    II. DASAR TEORI

    Pada metode ini, kolesterol total berupa kolesterol bebas dan ester kolesterol diekstraksi.

    Jumlah kiolesterol ditentukan kolorimetris dengan menerapkan reaksi Liebermann-

    Burchard dan dibandingkan dengan larutan standard kolesterol yang diketahui (Dawiesah,

    1989 : 99). Namun dalam kegiatan ini menggunakan larutan standar sebagai pembanding.

    Reaksi Liebermann-Burchard merupakan dasar penentuan fotometri kolesterol. Cuplikan

    kolesterol dilarutkan dalam kloroform direaksikan dengan asetat anhidrat dan sedikit asam

    sulfat pekat akan terjadi pewarnaan yang khas untuk sterol tunggal (Schunack,et al., 1990 :

    81). Pada reaksi Liebermann-Burchard larutan akan berubah warna dengan segera menjadi

    merah dengan cepat akan menjadi biru-violet (Kolekalsiterol kolesterol) dan untuk

    selanjutnya akan menjadi hijau (ergokalsiferol) ( Schunack, et al., 1990 : 634).

    Bila kolesterol direaksikan dengan asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat dalam

    lingkungan bebas air, maka akan terbentuk warna hijau biru yang intens akibat

    pembentukan polimer hidrokarbon tak jenuh

    III. ALAT DAN BAHAN

    ALAT

    1. Tabung reaksi

    2. Rak tabung reaksi

    3. Pipet tetes

    4. Gelas kimia 250 Ml

    5. Botol gelap

    6. Pipet volume

    7. Baskom

  • BAHAN

    1. Asam Asetat glacial

    2. Asam asetat anhidrat

    3. Asam sulfat pekat

    4. Natrium sulfat anhidrat

    5. Kolesterol

    6. Air demineral

    IV. LANGKAH KERJA

    1. Siap 3 buah tabung reaksi yang terdiri dari sampel, blanko, dan baku

    2. Tabung 1 sebagai sampel, tabung 2 sebagai blanko, dan tabung 3 sebagai baku

    3. Kedalam tabung 1 masukkan 1 tetes plasma / serum dan 2 ml pereaksi kolesterol

    4. Kedalam tabung 2 masukkan 1 tetes air demineral dan 2 ml pereaksi kolesterol

    5. Kedalam tabung 3 masukkan 1 tetes larutan baku dan 2 ml pereaksi kolesterol

    6. Dibiarkan dalam waterbath pada suhu 37 C selama 10 menit

    7. Pindahkan tabung 1, 2, dan 3 ke dalam kuvetnya masing masing

    8. Gunakan spektronik untuk membaca absorbansi pada = 570 nm secara bergantian dan

    catat absorbansi yang terbaca.

    V. HASIL

    1. Sampel = 0,584

    2. Blanko = 0

    3. Baku = 0,103

    Konsentrasi Kolesterol

    = ( ) ( )

    ( ) ( ) x 250 mg/ 100 ml

    = (

    )

    =

    = 1133,98 mg/100 ml

  • VI. KESIMPULAN

    Dari hasil praktikum yang telah kelompok saya lakukan, didapatkan hasil perhitungan

    bahwa konsentrasi kolesterol yang terkandung dalam darah yang digunakan pada

    percobaan ini adalah sebesar 1133,98 mg/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa darah

    tersebut normal, karena kadar normal kolesterol dalam darah < 2000 mg/100 ml.

  • LAMPIRAN

    Laporan sementara:

  • Memasukkan tabung I, II, dan II ke dalam Perbedaan warna antara tabung I, II, dan III setelah

    waterbath 37 C selama 10 menit dibiarkan dalam waterbath 37 C selama 10 menit

    Mengukur absorbansi pada = 570 nm secara bergantian menggunakan spektrofotometer, dan mencatat absorbansi

    yang terbaca

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi Wahyuningsih.

    1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud, Jakarta.

    Fessenden dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.

    Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996. Kimia Organik

    II. Depdikbud, Jakarta.

    Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta

    Syahmani dan Sudarsih. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. FKIP Unlam, Banjarmasin.

  • PRAKTIKUM 5

    ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C

    I. TUJUAN

    1. mahasiswa dapat menjelaskan cara menganalisis kuantitatif vitamin C

    II. DASAR TEORI

    Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai

    buah-buahan dan sayuran. Vitamin C dapat disintesis dari glukosa atau diekstrak dari

    sumber-sumber alam tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama kali diisolasi dari air jeruk

    nipis oleh Gyorgy Szent tahun 1928. Vitamin C bertindak ampuh mengurangi oksigen,

    nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal. Vitamin C bekerja sinergis dengan tokoferol

    yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik dalam area lipid membrane dan protein.

    Pengobatan dengan vitamin C dapat memulihkan kadar zat besi dalam tubuh. Ada beberapa

    metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C diantaranya adalah metode

    spektrofotometri UV-Vis (panjang gelombang 265 nm) dan metode iodimetri. Metode

    Spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum yang

    tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah

    digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak

    digunakan di bidang analisis kimia sedangkan iodimetri merupakan metode yang sederhana

    dan mudah diterapkan dalam suatu penelitian

  • Bahan pewarna ini akan hilang warnanya oleh senyawa lain seperti asam askorbat, tetapi

    spesifitasnya dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan melakukan reaksi di dalam

    larutan asam yang mana substansi yang mengganggu hanya bereaksi lambat 2,6

    dikhlorofenolindofenol dapat dibeli dalam bentuk tablet. 1 tablet ekuivalen dengan 1 mg

    asam askorbat (vitamin C).

    III. ALAT DAN BAHAN

    ALAT

    1. Gelas ukur

    2. Labu takar 100 ml

    3. Pipet volume 10 ml

    4. Ballpipet

    5. Erlenmeyer

    6. Buret, klem dan statif

    BAHAN

    1. Larutan Iodium 0,001 N

    2. Buah segar

    3. Kertas saring

    IV. CARA KERJA

    1. Timbang 100 ml buah dalam waring blender sampai diperoleh slurry. Timbang 10 ml

    slurry masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan tambahkan aquades sampai tanda

    batas. Saring dengan kertas saring untuk memisahkan filtratnya.

    2. Ambil 5 ml filtrate dengan pipet volume dan masukkan ke dalam Erlenmeyer ,

    tambahkan 5 tetes larutan amilum

    3. Kemudian titrasi dengan 0,001 N standar Iodium sampai berwarna biru dan birunya

    tidak hilang

    V. HASIL

  • Percobaan 1

    - Semangka : 10,2 ml

    - Jeruk : 16,7 ml

    Percobaan 2

    - Semangka : 9,6 ml

    - Jeruk : 16, 9 ml

    Perhitungan

    - Jeruk percobaan 1 : 16,7 x 0,088 mg asam askorbat

    : 1, 4696 mg vitamin C / 10 mg sampel

    - Jeruk percobaan 2 : 16, 9 x 0, 88 mg asam askorbat

    : 1, 4872 mg vitamin C/ 10 mg sampel

    - Semangka percobaan 1 : 10,2 x 0,88 mg asam askorbat

    : 0,8976 mg vitamin C / 10 mg sampel

    - Semangka percobaan 2 : 9,6 x 0, 88 mg asam askorbat

    : 0, 8448 mg vitamin C / 10 mg sampel

    VI. KESIMPULAN

    Dari hasil praktikum yang telah kelompok saya lakukan, didapatkan hasil perhitungan

    bahwa pada buah jeruk terkandung kadar vitamin C sebanyak 1, 4696 mg vitamin C / 10

    mg sampel dan 1, 4872 mg vitamin C/ 10 mg sampel. Sedangkan pada buah semangka

    terkandung kadar vitamin C sebanyak 0,8976 mg vitamin C / 10 mg sampel dan 0, 8448

    mg vitamin C / 10 mg sampel. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan vitamin terdapat

    lebih banyak pada buah jeruk daripada buah semangka.

  • LAMPIRAN

    Laporan sementara:

  • Mengambil 5 mL filtrat buah semangka Mengambil 5 mL filtrat buah jeruk

    Menambahkan 5 tetes larutan amilum ke semua filtrat Mentitrasi semua filtrat menggunakan larutan

    standard yodium 0,001 N

    Hasil titrasi pada filtrat buah semangka Hasil titrasi pada filtrat buah jeruk

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arifin, Helmi, Vivi Delvita dan Almahdy, 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap

    Fetus Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1,

    Universitas Andalas.

    Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia, Jakarta