laporan praktek kerja profesi apoteker di rumah sakit...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK
PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
SITI RAHMAWATI, S.Farm.
1206330122
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK
PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar
Apoteker
SITI RAHMAWATI, S.Farm.
1206330122
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Iaporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh:NamaNPMProgram StudiJudul Laporan
: Siti Rahmawati, S.Farm:12O6330122: Profesi Apoteker: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Angkatan Laut Marinir Cilandak Periode 2 September -3l Oktober 2013
Telah berhasil dipertehankan di hadapan l)ewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaretan yang diperlukan untuk memperoleh gelarApoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultes Farmasi, UniversitasIndonesie
DEWAI\I PENGUJI
Pembimbing I
Pembimbing tr
Penguji I , h. tlapq, M. Si ,
Penguji tr ' Srt*iyo, {lt?.!;.
Penguji III Nary^n W
Ditetapkan di : DepokTanggal :
lll
ffiiiliilrril+{D
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
HAII\}IAN PERI\TYATAAN ORISINALITAS
K*rya trmieh ini adahh hasil kerya seya scndiri,
du semue sumber baikyang ditntip maupun dinrjuk
telah seya nyatrkan dengen bener.
Nama : Siti R*hmewati, S, Ferm
NPM :12O633O122
lt\ lrand* rnngen ,
A1d\4ll-''
Tanggal : l3Janueri20l{
tv
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan Praktek
Kerja Profesi Apoteker di RSAL Marinir Cilandak serta menyusun laporan ini
tepat pada waktunya. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
Penulisan dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20
Desember 2013.
3. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
4. Kolonel Laut dr. Arie Zakaria, SpOT., FICS selaku Komandan Rumah Sakit
Marinir Cilandak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir
Cilandak.
5. Kolonel Laut (K) Drs. Agusman, MM., Apt., selaku Kepala Departemen
Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.
6. Mayor Laut Dra. Mayannaria Simarmata, M.Farm., Apt., selaku
pembimbing I di Rumah Sakit Marinir Cilandak, atas bimbingan dan
pengarahan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan
penyusunan laporan ini.
7. Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed, Apt. selaku dosen pembimbing II yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan laporan ini.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
vi
8. Seluruh staf dan karyawan Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir
Cilandak atas segala keramahan, pengarahan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis selama melaksanakan PKPA.
9. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
10. Ibu, Bapak, seluruh anggota keluarga saya yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral.
11. Seluruh teman-teman apoteker angkatan 77 yang telah memberikan banyak
sekali bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dan dengan senang hati
menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang farmasi dan aplikasi
pelayanannya di Rumah Sakit.
Penulis
2014
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
HALAMAN PER}TYATAAI\I PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR T]NTI}K KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesi4 saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Siti Rahmawati, S. Farm.
NPM :1206330122
Program Studi : Apoteker
Fakuhas :Farmasi
Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Proftsi Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Roy*lti Noneksklusif (No*ednsive Reydlty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
LAPORAN PRAKTEK KTR'A PROFESI APOTEKER DI RUITAE
SAKIT AITGKATAN I,AUT MARINIR CILANDAK PERIODE 2
SEPTEMBER - 31 OKTOBER 2OT3
beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
NoneksHusif ini Universitas Indonesia berhak menyimparq mengalihmedial
formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencanturnkan nama saya sebagai penuliVpencipta
dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Padatanggal : 13 Januariz$l4
vii
{Siti Rahniawati" S.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
viii
ABSTRAK
Nama : Siti Rahmawati, S. Farm
Program Studi : Apoteker
Judul :.Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Angkatan Laut Marinir Cilandak Periode 2 September – 31
Oktober 2013
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tenaga
kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit. Pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS). Apoteker mempunyai peranan yang penting dalam IFRS. Peran
apoteker dalam farmasi Rumah Sakit, diantaranya yaitu melangsungkan
pelayanan farmasi yang optimal, menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi
profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik farmasi, melaksanakan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), meningkatkan pelayanan mutu farmasi,
melakukan pengawasan, serta memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar
pengobatan dan formularium rumah sakit. Untuk itu, Apoteker diharapkan
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian. Apoteker sebagai Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
mampu menerapkan manajemen yang baik untuk mengelola ketersediaan dan
kesinambungan perbekalan dan pelayanan farmasi tersebut. Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak dilakukan mulai dari 2
September hingga 31 Oktober 2013 dimana dari kegiatan ini diperoleh
pengetahuan mengenai peran apoteker dalam pelayanan klinik dan non klinik,
serta peran apoteker dalam PFT (Panitia Farmasi dan Terapi).
Kata Kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Rumah Sakit Angkatan Laut
Marinir, pelayanan farmasi klinik dan non klinik, PFT.
xii+82 halaman : 30 lampiran
Daftar Pustaka : 8 (1996-2010)
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
ix
ABSTRACT
Name : Siti Rahmawati, S. Farm.
Study Program : Apothecary
Title : Report of Pharmacist Internship Program at Marinir Cilandak
Hospital Period September 2nd – October 31st 2013
Hospital is a referral health care institution that organizes personal health services
in the plenary that provides inpatient, outpatient, and emergency department.
Pharmacy personnel is one of the health professionals who play a role in
providing health care to patients in the hospital. Hospital pharmacy services,
regulated and managed by the Hospital Pharmacy (IFRS). Pharmacists have an
important role in the IFRS. The role of the pharmacist in a hospital pharmacy,
among which establish the optimal pharmacy services, pharmaceutical care
professional conducting the procedure based pharmaceutical and pharmaceutical
ethics, implement the communication, information and education (IEC), improve
the quality of pharmacy services, monitoring, and facilitate and encourage
completion standard treatment and hospital formulary. For that, pharmacists are
expected to have knowledge and skills in implementing pharmacy services.
Pharmacist as Head of Hospital Pharmacy should be able to apply good
management to manage the availability and continuity of supplies and the
pharmacy services. Practice Pharmacist at Marinir Cilandak Hospital performed
starting from 2 September to 31 October 2013 in which the knowledge gained
from these activities on the role of pharmacists in clinical and non-clinical
pharmaceutical services, as well as the role of pharmacists in the PFT (Pharmacy
and Therapeutics Committee).
Key Words : Pharmacist Internship Program, Marinir Cilandak Hospital,
clinical and non-clinical pharmaceutical services,
Pharmaceutical Care.
xii+82 pages : 30 appendixes
Bibliography : 8 (1996-2010)
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .......................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Tujuan ............................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3
2.1 Rumah Sakit ...................................................................................3
2.1.1 Definisi Rumah Sakit ............................................................3
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ............................................3
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit .......................................................3
2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit .....................................6
2.1.5 Penilaian Kinerja Rumah Sakit .............................................8
2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit .........................................9
2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit ......................................................10
2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi ...................................................10
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.......................................................13
2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................13
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit .................................13
2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit .....14
2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit ...............16
BAB 3. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK ....17
3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak .................17
3.2 Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak 19
3.2.1 Tujuan ...................................................................................19
3.2.2 Visi ........................................................................................19
3.2.3 Misi .......................................................................................19
3.2.4 Motto .....................................................................................20
3.2.5 Tugas Pokok .........................................................................20
3.3 Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak .......................................20
3.4 Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak .......................................20
3.5 Instalasi Rawat Jalan .......................................................................21
3.6 Instalasi Rawat Inap ........................................................................21
3.7 Fasilitas Penunjang .........................................................................22
3.8 Rekam Medis ..................................................................................22
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
xi Universitas Indonesia
3.9 Formularium ...................................................................................23
3.10 Unit Sterilisasi ...............................................................................23
3.11 Pengelolaan Limbah RSMC .........................................................24
3.11.1 Pengolahan Limbah Cair ....................................................24
3.11.2 Pengolahan Limbah Padat ..................................................25
BAB 4. TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI RS
MARINIR CILANDAK .....................................................................27
4.1 Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak ....27
4.1.1 Kepala Departemen Farmasi .................................................27
4.1.2 Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi ...................28
4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi ..............................30
4.2.1 Fungsi Departemen Farmasi .................................................30
4.2.2 Tugas Pokok .........................................................................30
4.3 Uraian Tugas Departemen Farmasi ................................................31
4.4 Gudang Farmasi ..............................................................................32
4.4.1 Jam Kerja ..............................................................................33
4.4.2 Personalia ..............................................................................33
4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi ....................................................33
4.5 Apotek Dinas ..................................................................................36
4.5.1 Jam Kerja ..............................................................................36
4.5.2 Personalia ..............................................................................37
4.5.3 Jenis Pelayanan .....................................................................37
4.5.4 Pengadaan Obat ....................................................................38
4.5.5 Penyimpanan .........................................................................38
4.5.6 Pelayanan Farmasi ................................................................38
4.6 Apotek Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum) ......................38
4.6.1 Jam Kerja ..............................................................................39
4.6.2 Personalia ..............................................................................39
4.6.3 Jenis Pelayanan .....................................................................39
4.6.4 Pengadaan Obat ....................................................................39
4.6.5 Penyimpanan .........................................................................40
4.6.6 Pelayanan Farmasi ................................................................40
4.7 Apotek ASKES ...............................................................................41
4.7.1 Jam Kerja ..............................................................................41
4.7.2 Personalia ..............................................................................41
4.7.3 Jenis Pelayanan .....................................................................41
4.7.4 Pengadaan Obat ....................................................................41
4.7.5 Penyimpanan .........................................................................42
4.7.6 Pelayanan Farmasi ................................................................42
BAB 5. PEMBAHASAN ...................................................................................43
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................51
6.1 Kesimpulan .....................................................................................51
6.2 Saran ...............................................................................................51
DAFTAR ACUAN .............................................................................................52
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
xii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak ....................53
Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Farmasi ...................................54
Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RS Marinir Cilandak ................55
Lampiran 4. Alur Resep Pasien Rawat Jalan di Apotek Dinas RSMC ............56
Lampiran 5. Alur Resep Pasien Rawat Inap di Apotek Dinas dan
Yanmasum di RSMC ...................................................................57
Lampiran 6. Alur Resep Pasien Individu di Apotek Yanmasum RSMC .........58
Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Inap di Apotek Askes
RSMC ..........................................................................................59
Lampiran 8. Formulir Lembar Konseling Obat ...............................................60
Lampiran 9. Formulir Kartu Catatan Obat Pasien Rawat Inap .......................61
Lampiran 10. Surat Pesanan Obat Apotek Dinas, Yanmasum, ASKES ke
PBF ..........................................................................................62
Lampiran 11. Surat Pesanan Obat Narkotika .....................................................63
Lampiran 12. Surat Pesanan Obat Psikotropika.................................................64
Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Obat ...................................................65
Lampiran 14. Alur Proses Dukungan MatKes dari LAFIAL.............................66
Lampiran 15 Surat Permintaan Dukungan MatKes dari LAFIAL ....................67
Lampiran 16. Bukti Surat Pengeluaran Material Kesehatan dari Diskesal ........68
Lampiran 17. Bukti Surat Penerimaan Material Kesehatan ...............................69
Lampiran 18. Laporan Hasil Pengujian Limbah ................................................70
Lampiran 19. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di RSMC ......................71
Lampiran 20. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSMC .......................72
Lampiran 21. Flow Chart Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Pasien pada
Kunjungan Pertama ....................................................................73
Lampiran 22. Flow Chart Rawat Inap Tingkat Lanjutan Pasien ASKES pada
Rawat Inap Pertama .....................................................................74
Lampiran 23. Formulir Pendaftaran Pasien Baru...............................................75
Lampiran 24. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan ...............................................76
Lampiran 25. Lembar Resep Apotek Dinas .......................................................77
Lampiran 26. Salinan Resep Apotek Yanmasum ..............................................78
Lampiran 27. Salinan Resep Apotek ASKES ....................................................79
Lampiran 28. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC ..............................................80
Lampiran 29. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC ...............................................81
Lampiran 30. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC .........................................82
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat (Kemenkes RI, 2009). Tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut sebagai sarana
kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar,
kesehatan rujukan, dan atau upaya kesehatan penunjang (Siregar, 2004).
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit
mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas
Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan (Undang-Undang No. 44, 2009).
Tenaga kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang
berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit.
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS). Keberadaan pelayanan farmasi yang baik akan berpengaruh
pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan biaya kesehatan, dan
peningkatan prilaku rasional dari seluruh tenaga kesehatan, pasien, keluarga
pasien dan masyarakat lain (Departemen Kesehatan, 2004).
Apoteker mempunyai peranan yang penting dalam IFRS. Peran apoteker
dalam farmasi Rumah Sakit, diantaranya : melangsungkan pelayanan farmasi
yang optimal, menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik farmasi, melaksanakan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE), meningkatkan pelayanan mutu farmasi, melakukan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
2
Universitas Indonesia
pengawasan, serta memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan
dan formularium rumah sakit. Untuk itu, Apoteker diharapkan memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian.
Apoteker yang memiliki pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah
sakit dapat dipilih sebagai kepala IFRS. Apoteker sebagai Kepala Instalasi
Farmasi Rumah Sakit harus mampu menerapkan manajemen yang baik untuk
mengelola ketersediaan dan kesinambungan perbekalan dan pelayanan farmasi
tersebut (Departemen Kesehatan, 2004).
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan RS Marinir Cilandak
menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 1 September–
31 Oktober 2013. Melalui kegiatan PKPA ini mahasiswa calon Apoteker
diharapkan memiliki bekal pengetahuan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit
sehingga dapat mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional dan handal di
masa yang akan datang.
1.2 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi RS Marinir
Cilandak adalah:
1. Mengetahui dan memahami tugas, peranan, fungsi, serta tanggung jawab
apoteker di Instalasi Farmasi RS Marinir Cilandak.
2. Mendapatkan wawasan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman praktis
mengenai pekerjaan kefarmasian di RS Marinir Cilandak.
3. Mengetahui permasalahan atau kendala yang terjadi dalam menjalankan
pelayanan kefarmasian di RS Marinir Cilandak serta ikut mencari alternatif
solusi yang tepat.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit (UU No 44, 2009)
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
2.1.2.1 Tugas
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna.
2.1.2.2 Fungsi
Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit (Siregar, 2003)
Rumah Sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kepemilikan, tipe
pelayanan, lama tinggal, fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur, afliliasi
pendidikan dan status akreditasi:
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
4
Universitas Indonesia
2.1.3.1 Kepemilikan
Rumah Sakit berdasarkan kepemilikannya dapat digolongkan menjadi:
a. Rumah Sakit pemerintah
Rumah Sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dikelola oleh
pemerintah baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan, Kementrian Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat non profit, tidak
mencari keutungan semata-mata. Sebagai contoh: Rumah Sakit Umum
Pemerintah, Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL), Rumah Sakit Angkatan
Darat (RSAD), Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU), Rumah Sakit Polisi
Republik Indonesia (RS POLRI).
b. Rumah Sakit non pemerintah (swasta)
Rumah Sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan, atau oleh badan hukum
lain dan dapat juga bekerja sama dengan institusi pendidikan.
a) Rumah Sakit swasta berdasarkan tujuan :
1) Rumah Sakit profit
Rumah Sakit tipe ini yaitu, Rumah Sakit yang dimiliki dan dikelola
oleh yayasan atau badan yang bukan milik pemerintah, dengan tujuan
mencari keuntungan.
2) Rumah Sakit non profit
Rumah Sakit tipe ini yaitu Rumah Sakit yang biasanya dimiliki oleh
organisasi atau yayasan keagamaan, kekeluargaan, dan tidak mencari
keuntungan.
b) Rumah Sakit swasta berdasarkan pelayanan :
1) Rumah Sakit swasta pratama, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah
sakit pemerintah kelas D.
2) Rumah Sakit swasta madya, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4
cabang, setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas C.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
5
Universitas Indonesia
3) Rumah Sakit swasta utama, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan
subspesialistik, setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas B.
2.1.3.2 Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanaan yang diberikan, Rumah Sakit dapat
digolongkan menjadi:
1) Rumah Sakit Umum
Pelayanaan kesehatan yang diberikan rumah sakit umum bersifat
dasar, spesialitik, dan sub spesialitik. Rumah Sakit umum memberi pelayanan
kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi
pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagi kondisi medik, ibu hamil dan
lain sebagainya.
2) Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
Khusus bagi penderita dengan spesialisasi dan pelayanan sub spesialis
khusus, misalnya Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit paru-paru, Rumah Sakit
mata, Rumah Sakit kanker, Rumah Sakit jantung.
2.1.3.3 Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur
Berdasarkan kapasitas tempat tidurnya, Rumah Sakit pemerintah dibagi
menjadi lima kelas, yaitu :
1) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A
RSU Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialistik dasar, 5
pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain, dan
13 pelayanan medis sub spesialis, serta memiliki kapasitas tempat tidur
minimal 400 buah.
2) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B
RSU Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4
pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya,
dan 2 pelayanan medik subspesialis dasar, serta memiliki kapasitas tempat
tidur minimal 200 buah.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
6
Universitas Indonesia
3) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas C
RSU Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar dan 4 pelayanan spesialis
penunjang medik, serta memilki kapasitas tempat tidur minimal 100 buah.
4) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D
RSU Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar serta
memiliki kapasitas tempat tidur minimal 50 buah.
2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.1197, 2004)
2.1.4.1 Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan, dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, yaitu :
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
rumah sakit.
c. Dipisahkannya antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung pada pasien, dispensing, serta ada penanganan limbah.
d. Dipisahkannya juga antara jalur steril, bersih, dan daerah abu-abu, bebas
kontaminasi.
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan, dan
keamanan binatang pengerat.
f. Fasilitas peralatan memenuhi pesyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair
untuk obat luar atau dalam.
2.1.4.2 Pembagian Ruangan
a. Ruang Kantor
- Ruang pimpinan
- Ruang staf
- Ruang kerja/administrasi
- Ruang pertemuan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
7
Universitas Indonesia
b. Ruang Produksi
Lingkungan kerja ruang produksi harus rapih, tertib, dan efisien untuk
meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :
- Ruang produksi sediaan non steril
- Ruang produksi sediaan steril
c. Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur,
sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk
dan keamanan petugas yang terdiri dari :
- Kondisi umum untuk ruangan penyimpanan obat jadi, obat produksi,
bahan baku obat, alat kesehatan, dll.
- Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan obat termolabil, alat kesehatan
dengan suhu rendah, obat mudah terbakar, obat/bahan obat berbahaya, dan
barang karantina.
d. Ruang Distribusi/Pelayanan
Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi Rumah Sakit :
- Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotek)
- Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
- Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
- Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
- Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
- Dilengkapi kereta dorong trolley
e. Ruang Konsultasi
Sebaiknya ada ruang khusus untuk Apoteker memberikan konsultasi pada
pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.Ruang
konsultasi ini untuk pelayanan rawat jalan (apotek) dan pelayanan rawat inap.
f. Ruang Informasi Obat
Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi dan
penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
8
Universitas Indonesia
informasi obat. Luas ruang yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat
tergantung dari jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh rumah sakit, yaitu :
- - 200 tempat tidur : 20 m2
- - 400-600 tempat tidur : 40 m2
- - 1300 tempat tidur : 70 m2
g. Ruang Arsip Dokumen
Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyiapkan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai
hokum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
h. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair
untuk obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada
pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan, dan kalibrasi untuk
peralatan tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia :
- Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, dan pembuataan obat baik non
steril maupun aseptik
- Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
- Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
- Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
- Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
- Penerangan, sarana air, ventilasi, dan system pembuangan limbah yang
baik
2.1.5 Penilaian Kinerja Rumah Sakit
Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja Rumah Sakit
adalah melalui penilaian efisiensi pengelolahan Rumah Sakit yang menetapkan 4
(empat) parameter dasar dalam perhitungan, yaitu :
1. Bed Occupancy Rate (BOR)
Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di
Rumah Sakit yang digunakan pasien dalam satu periode. Nilai ideal BOR
menurut Depkes (2001) adalah antara 70%-85%.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
9
Universitas Indonesia
Rumus : BOR = Jumlah hari perawatan Rumah Sakit x 100%
(Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)
2. Turn Over Interval (TOI)
Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat tidur
kosong. Idealnya adalah 2 sampai 3 hari.
Rumus : TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode)-Hari perawatan)
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
3. Length of Stay (LOS)
Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1 (satu)
pasien selama 1 (satu) tahun. Idealnya adalah 6 sampai 9 hari.
Rumus : LOS = Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup+mati)
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
4. Bed Turn Over (BTO)
Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali satu tempat tidur
ditempati pasien dalam satu tahun. Idealnya adalah 40 sampai 50 kali.
Data-data pengunjung yang harus dilengkapi dalam perhitungan tingkat
efisiensi tersebut adalah :
- Rata-rata jumlah tempat tidur per tahun
- Jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun
- Jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal
selama 1 (satu) tahun.
Rumus : BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Jumlah tempat tidur
2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit (UU No.44 Tahun 2009 )
Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan
akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala atau direktur
rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksa internal, serta administrasi umum dan keuangan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
10
Universitas Indonesia
2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit (UU No.36, 2009)
Tenaga kesehatan di rumah sakit terdiri dari:
a. Tenaga medis meliputi Dokter dan Dokter Gigi.
b. Tenaga keperawatan meliputi Perawat dan Bidan.
c. Tenaga kefarmasian meliputi Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian
(Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
MenengahFarmasi / Asisten Apoteker).
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi Epidemiolog Kesehatan, Entemolog
Kesehatan, Mikrobiolog, Penyuluh Kesehatan, Administrator Kesehatan,
Sanitarian.
e. Tenaga Gizi meliputi Nutrition, dietician.
f. Tenaga keterapian fisik meliputi Fisioterapis, Okupasiterapis, terapis wicara.
g. Tenaga keteknisian medis : Radiografer, Radioterapis, Teknisi gigi, Teknisi
elektromedia, Analis Kesehatan, Dokter mata, tehnik transfusi, perekam
medis.
2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi (Kepmen RI No.1197, 2004)
2.1.8.1 Definisi
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan badan penghubung antara
staf medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari Dokter
yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di Rumah Sakit dan Apoteker
yang mewakili farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Selain itu
juga membuat kebijaksanaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
penilaian dan pemilihan obat di rumah sakit agar didapat penggunaan yang
rasional.
PFT dipimpin oleh seorang Dokter, sedangkan Apoteker dari Instalasi
Farmasi sebagai sekretaris. Tugas utama panitia ini adalah menyeleksi obat yang
memenuhi standar kualitas terapi obat yang efektif, mengevaluasi data klinis obat
baru atau bahan yang diusulkan untuk dipakai di rumah sakit, mencegah duplikasi
pengadaan obat, menganjurkan penambahan-penambahan dan penghapusan obat
dari formularium rumah sakit dan mempelajari reaksi obat yang tidak diinginkan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
11
Universitas Indonesia
2.1.8.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan dan penggunaan obat
secara rasional serta evaluasinya.
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan.
c. Meningkatkan efektivitas, keamanan, dan nilai ekonomis dari penggunaan
obat di rumah sakit.
2.1.8.3 Struktur Organisasi dan Kegiatan
Susunan kepanitian PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi setiap
rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi Rumah Sakit setempat.
Ketentuan umum bagi PFT di antaranya :
a. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang
yaitu Dokter, Apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar
tenaga dokter bisa melebihi 3 orang yang mewakili semua staf medis
fungsional yang ada.
b. Ketua PFT dipilih dari Dokter yang ada dalam kepanitiaan dan jika
rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka
farmakolog yang dipilih sebagai ketua. Sekretaris adalah Apoteker dari
instalasi farmasi atau Apoteker yang ditunjuk.
c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 bulan sekali
dan untuk Rumah Sakit yang besar diadakan sebulan sekali. Rapat PFT
dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun luar Rumah Sakit
yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh
sekretaris, termasuk persiapan dan hasil-hasil rapat.
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
2.1.8.4 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT
a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
12
Universitas Indonesia
Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan
pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga
obat dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok
dan produk obat yang sama.
b. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau
dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di Rumah Sakit yang
termasuk dalam kategori khusus.
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat
di Rumah Sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di Rumah Sakit dengan
mengkaji rekam medik dan dibandingkan dengan standar diagnosa dan
terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus
menerus penggunaan obat secara rasional.
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat melalui media berkomunikasi.
2.1.8.5 Peran dan Tugas Apoteker dalam PFT
Peran Apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena
semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di
seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Tugas apoteker
dalam PFT adalah sebagai berikut:
a. Menjadi sekretaris PFT
b. Menetapkan jadwal pertemuan
c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan khususnya tentang obat
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan Rumah Sakit
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
13
Universitas Indonesia
g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan
h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan
antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain
i. Membuat formularium Rumah Sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT
j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan
penggunaan obat pada pihak terkait.
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit
di suatu Rumah Sakit yang berada di bawah pimpinan seorang Apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional. IFRS juga
merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan
paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita
rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi
klinik yang mencakup layanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang
merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1. Manajemen
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
c. Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan Farmasi
dan staf melalui pendidikan.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah dievaluasi
dan berdaya guna untuk pengembangan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
14
Universitas Indonesia
e. Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk
peningkatan mutu pelayanan.
2. Farmasi Klinik
a. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk
pencegahan dan rehabilitasinya.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik
potensial maupun kenyataan.
c. Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerja
sama pasien dan tenaga kesehatan lain.
d. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk
menyelasaikan masalah yamg berhubungan dengan obat.
e. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta
tenaga kesehatan rumah sakit.
f. Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat serta
tenaga kesehatan rumah sakit.
g. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.
h. Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.
i. Memonitor kadar obat dalam darah.
j. Melayani konsultasi keracunan.
k. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan,
penerapan dan evaluasi pengobatan.
2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.3.1 Tugas Pokok IFRS
Tugas Pokok :
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
15
Universitas Indonesia
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit
2.2.3.2 Fungsi IFRS
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku.
6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah sakit.
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
1. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien.
2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
6. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
7. Melakukan pencampuran obat suntik.
8. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9. Melakukan penanganan obat kanker.
10. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
12. Melaporkan setiap kegiatan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
16
Universitas Indonesia
2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Struktur Organisasi)
Ketentuan bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit antara lain:
a. IFRS dipimpin oleh Apoteker.
b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang
mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi Rumah Sakit.
c. Apoteker telah terdaftar di Departemen Kesehatan dan mempunyai surat ijin
kerja.
d. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi (D3)
dan tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker.
e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum
dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi
maupun administrasi barang farmasi.
f. Setiap saat harus ada Apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan
dan mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian
wewenang yang bertanggung jawab bila apoteker berhalangan.
g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau
tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki
kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
j. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan
pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja
yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
17 Universitas Indonesia
BAB 3 TINJAUAN UMUM
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak
Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) sebelumnya merupakan suatu
poliklinik kecil yang menempati sebuah ruang dinas bintara KKO. Poliklinik ini
dipindahkan ke lokasi Rumah Sakit saat ini pada tahun 1961 dan dikembangkan
menjadi Balai Pengobatan yang dipimpin oleh Kapten Laut (K) dr. O.M. Sianipar.
Berdasarkan S.Kep. Panglima KKO AL No. 5401/5/1968 pada tanggal 22
Maret 1968, status Rumah Sakit diubah menjadi Rumah Sakit Korps Komando
TNI AL (RSKO wilayah barat), yang berlokasi di tempat sekarang ini. Tanggal 22
Maret diresmikan sebagai hari jadi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Komandan
Rumah Sakit yang pertama adalah Mayor Laut (K) dr. Foead Arief Tirtohusodo.
Berdasarkan ketetapan Menhankam/Pangab S.Kep. No. 226/11/1977 Rumah
Sakit AL lanmar ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat IV dan mengganti
istilah Komandan Rumah Sakit menjadi Kepala Rumah Sakit (Ka Rumkit).
Penerbitan S.Kep. Kasal No 813/IV/1979 membawa perubahan pada Rumah Sakit
melalui Surat Keputusan Panglima Daerah No 3 S.Kep/42/VII/1979 tentang
perubahan nama RS TNI AL tingkat IV Lanmar Jakarta Cilandak menjadi RS TNI
AL Daerah 3 (Rumkital Daerah 3 Cilandak).
Pada tahun 1980, Rumah Sakit telah memiliki 2 orang dokter umum dan 2
orang dokter gigi. Status Rumah Sakit meningkat menjadi Rumah Sakit ABRI
tingkat III dengan 60 tempat tidur melalui penerbitan S.Kep. Menhankam/Pengab
No. 226a/II/1980. Kedudukan Rumkit AL Cilandak di bawah Suriak Teklap
Diskes daerah 3 yang ditetapkan melalui S.Kep. Kasal No 609/II/1980.
Pada tanggal 24 Maret 1990, jabatan Kepala Rumkital Cilandak
diserahterimakan ke Mayor laut drg. Moeryono Aladin. Peningkatan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit terus dilaksanakan. Berbagai perbaikan terus
dilakukana baik dari segi sarana Rumah Sakit maupun kemampuan Sumber Daya
Manusia yang dituangkan melalui “Tiga Perintah Harian” yang berbunyi:
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
18
Universitas Indonesia
a. Tingkatkan profesionalisme dan semangat pengabdian seluruh jajaran
RSMC
b. Ciptakan lingkungan bersih, nyaman dan asri di RSMC.
c. Tingkatkan dukungan dan pelayanan kepada prajurit dan keluarganya.
Pada tanggal 24 Maret 1990, RSMC ditetapkan sebagai kawasan bebas
rokok dan merupakan Rumah Sakit pertama di Indonesia yang memberlakukan
larangan merokok di lingkungan Rumah Sakit. Pada tahun 1992, RSMC menjadi
Rumah Sakit terbersih se-DKI Jakarta dan menjadi juara II untuk tingkat nasional.
Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Kep/42/VII/1997 dan No.
SKEP/22/III/1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak secara bertahap mengalami
perubahan organisasi, saarana, dan prasarana sesuai persyaratan yang ada sebagai
Rumah Sakit TNI AL tingkat II. Pada tanggal 18 juni 1998, Rumah Sakit Marinir
Cilandak ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat II B dan sebagai unsur
komando pelaksana fungsi Korps Marinir di bidang kesehatan yang berkedudukan
langsung di bawah Korps Marinir.
Pada tahun 1990, akreditasi Rumah Sakit tingkat dasar berhasil
dilaksanakan. Berdasarkan S.Kep Depkes RI No. YM.00.03.3.5.400, Rumah Sakit
TNI AL Marinir Cilandak telah mendapatkan status akreditasi penuh tingkat dasar
pada tanggal 14 Februari 2000.
Pada tanggal 21 Desember 2000, jabatan Kepala Rumkital diserahkan
kepada Kolonel Laut (K) dr. Musana, Sp.KJ. Peningkatan kemampuan fasilitas
dan pelayanan Rumah Sakit dilaksanakan dengan moderenisasi peralatan yang
ada serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan. Upaya peningkatan fasilitas
Rumah Sakit memanfaatkan hasil pelayanan masyarakat umum yang dikelola
dengan baik oleh Rumkital Marinir Cilandak.Kegiatan renovasi diawali dengan
melengkapi kendaraan operasional dan peralatan kesehatan yang canggih,
kemudian dilanjutkan dengan perbaikan registrasi keuangan dan komputerisasi
rekam medik pasien.
Pada tahun 2003, pengembangan fasilitas penunjang pelayanan kesehatan
lain dilakukan berupa pembangunan ruang serba guna, ruang kebidanan dan
kandungan, ruang bayi, ruang bersalin, ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
ruang tunggu rawat jalan, renovasi radiologi dan penyelesaian pembangunan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
19
Universitas Indonesia
gedung rawat inap kelas III dengan bantuan dari Departemen Pertahanan. Untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik, Rumkital Cilandak memberikan
bantuan keringanan perawatan atau subsidi kepada pasien miskin dan tidak
mampu.
Unsur pelayanan di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi pelayanan
rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan unit gawat darurat. Unsur
pelayanan ini meliputi penunjang medis dan pelaksanaan pelayanan medis. Selain
memberikan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Marinir Cilandak juga menjadi
tempat prakek kerja dari beberapa institusi pendidikan di Jakarta, seperti Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional, Fakultas Kedokteran Pelita
Harapan, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Fakultas Farmasi Institut Sains
dan Teknologi Nasional serta beberapa Akademi Keperawatan, Akademi
Kebidanan, Akademi Fisioterapi dan Akademi Farmasi.
3.2. Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak
3.2.1 Tujuan
Tujuan Rumah Sakit Marinir Cilandak adalah sebagai berikut :
a. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi personil militer
TNI AL khususnya marinir agar selalu siap operasional.
b. Terpeliharanya kesiapan Rumah Sakit Marinir Cilandak dalam memberikan
dukungan kesehatan pada operasi Korps Marinir.
c. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara profesional bagi anggota dan
keluarganya serta masyarakat umum, tanpa memandang agama, golongan,
kedudukan, dan pangkat.
3.2.2. Visi
Menjadi Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan
dukungan kesehatan pada operasi militer dan pelayanan kesehatan yang
profesional.
3.2.3. Misi
1. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan
pelayanan kesehatan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
20
Universitas Indonesia
2. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program
secara berhasil guna dan berdaya guna.
3.2.4. Motto
“Keselamatan pasien prioritas layanan kami.”
3.2.5. Tugas Pokok
Rumah Sakit Marinir Cilandak bertugas melaksanakan dukungan kesehatan
dan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik terbatas bagi personil
militer dan Pegawai Negeri Sipil TNI AL beserta keluarganya di wilayah barat.
3.3. Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak
Struktur organisasi RS Marinir Cilandak dipimpin oleh seorang Komandan
Rumah Sakit (Dan Rumkit) dan dibantu oleh Wakil Komandan Rumkit (WaDan
Rumkit). Setelah itu WaDan Rumkit dibantu oleh Kepala Departemen Kesehatan
Kelautan (Kesla); Kepala Departemen Penyakit Dalam, Paru, Jantung, Jiwa dan
Saraf (P2J2S); Kepala Departemen Gigi dan Mulut (Gilut); Kepala Departemen
Bedah; Kepala Departemen Kulit, Telinga, dan Mata (Kutema); Kepala
Departemen Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Kepala Departemen Penunjang
Klinik; Kepala Departemen Farmasi; dan Kepala Departemen Perawatan.
3.4 Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak
Sumber Daya Manusia merupakan aset terpenting bagi Rumah Sakit untuk
dapat melaksanakan upaya pelaksa kesehatan. Tenaga profesional yang dimiliki
oleh Rumah Sakit marinir Cilandak saat ini terdiri dari:
a. Dokter Umum
b. Dokter Gigi Umum dan Spesialis
c. Dokter Spesialis: Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit
Dalam, jantung, Paru, Bedah Umum, Bedah Plastik, Bedah Tulang, Bedah
Urologi, Bedah Syaraf, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Saraf, Anastesi,
Radiologi, Patologi Klinik dan Jiwa.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
21
Universitas Indonesia
3.5 Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan yang tersedia di RS Marinir Cilandak terdiri dari:
a. Polikilinik Penyakit Dalam (internist)
b. Poliklinik Penyakit Bedah: Umum, Tulang, Saraf, Plastik, Urologi
c. Poliklinik Paru
d. Poliklinik Jantung
e. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
f. Poliklinik Kesehatan Anak
g. Poliklinik Mata
h. Poliklinik Saraf
i. Poliklinik THT
j. Poliklinik Kulit dan Kelamin
k. Poliklinik Fisioterapi
l. Poliklinik Umum
m. Poliklinik Gigi Umum
n. Poliklinik Gigi Spesialis
o. Poliklinik Akupuntur
3.6 Instalasi Rawat Inap
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
membutuhkan perawatan secara intensif di Rumah Sakit sehingga mengharuskan
pasien untuk tinggal di Rumah Sakit sampai kesehatannya membaik. Instalasi
Rawat Inap RSMC memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat rawat inap
pasien sebanyak 188 tempat tidur terpasang yang meliputi:
a. Rawat Inap Pavilun A (Anyelir) : Khusus pasien kebidanan
b. Rawat Inap Paviliun B (Bougenvile) : Khusus pasien bedah
c. Rawat Inap Paviliun C (Cempaka) : Khusus pasien penyakit dalam
d. Rawat Inap Paviliun D (Dahlia) : Khusus pasien anak
e. Rawat Inap Paviliun E (Edelweis) : Khusus pasien VVIP, VIP, Kelas I
f. Rawat Inap Paviliun F (Flamboyan) : Pasien campuran
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
22
Universitas Indonesia
3.7 Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang yang terdapat pada Rumah Sakit Marinir Cilandak
adalah:
a. Laboratorium
b. Radiologi
c. Farmasi
d. Gizi
e. High Care Unit (HCU)
f. Medical Check Up (MCU)
g. Intensif Care Unit (ICU)
h. Unit Gawat Darurat (UGD)
i. Kamar Operasi (OK)
3.8 Rekam Medis (Depkes,2008)
Rekam Medis merupakan alat komunikasi antara pasien, dokter, perawat
dan apoteker. Rekam medis atau catatan medis adalah kumpulan data medis dan
sosial dari seorang pasien baik rawat inap maupun rawat jalan sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien sembuh dan pulang.
Penulisan rekam medis di RS Marinir Cilandak dimulai pada saat pasien
mendaftar di tempat pendaftaran, kemudian menuliskan identitas lengkap seperti
nama, umur, alamat, pendidikan, tempat tanggal lahir, dan sebagainya. Kemudian
data-data tersebut akan disimpan dalam file berdasarkan nomor dan warna dan
tidak ada perbedaan antara pasien anggota dan pasien umum. Isi dari rekam medis
adalah:
a. Identitas pasien.
b. Ringkasan riwayat klinis.
c. Kartu pasien.
d. Pemeriksaan lab, terdiri dari analisa gas darah, darah rutin, kultur atau
resistensi.
e. Ringkasan masuk darurat yang terdiri dari: anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosis.
f. Pengukuran denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah (untuk rawat inap)
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
23
Universitas Indonesia
g. Catatan perkembangan pasien dan instruksi dokter.
h. Rencana tindakan perawatan.
i. Catatan terapi terdiri dari: nama pasien, tanggal masuk, ruang rawat, nama
obat (dosis, tanggal pemberian, waktu pemakaian).
3.9 Formularium
Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki formularium Rumah Sakit yang
berisi kelas terapi obat, nama obat, sediaan, nama dagang, dan nama produsen
obat. Susunan daftar obat dievaluasi tiap setahun sekali oleh tim komite medik
berdasarkan kualitas, potensi dan harga obat.
3.10 Unit Sterilisasi (Sterilization Unit)
Pelaksanaan proses sterilisasi RSMC belum dilakukan di unit sterilisasi
yang terpusat atau Central Sterile Supply Departement (CSSD). Proses sterilisasi
dilakukan di setiap ruangan seperti rawat inap, kamar operasi, unit gawat darurat,
dan lain-lain. Sterilisasi alat di RSMC menggunakan Pricef (formalin) dan untuk
lantai digunakan Viorex.
Untuk proses sterilisasi ruangan, langkah awal yang dilakukan adalah
ruangan harus dibersihkan lalu disterilkan dengan cara disinari dengan sinar UV.
Setiap 6 bulan sekali dilakukan pengujian terhadap keberadaan bakteri. Apabila
bakteri melebihi ambang batas maka ruangan harus dibersihkan dengan
desinfektan dan setelah itu di-fogging.
Sterilisasi alat-alat kedokteran dilakukan berdasarkan jenis bahannya, yaitu
menggunakan cara sebagai berikut:
a. Sterilisasi dengan panas kering
Sterilisasi panas kering digunakan untuk mensterilkan alat-alat logam
seperti gunting bedah, tong spatel, pisau bedah, jarum bedah, dan alat-alat
bedah lainnya. Cara sterilisasi yang dilakukan yaitu memasukkan alat
kedalam oven dengan suhu 150’C selama 2 jam. Setelah selesai proses
sterilisasi, alat-alat yang sudah steril disimpan di dalam lemari yang disusun
berdasarkan jenis tindakan operasi (bedah umum, bedah ortopedi, bedah
kandungan dan bedah urologi).
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
24
Universitas Indonesia
b. Sterilisasi dengan panas basah
Sterilisasi dengan autoklaf digunakan untuk mensterilkan linen/kain katun,
dressing kain kassa dan perban. Cara yang dilakukan adalah dengan
memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf dengan suhu 121’C selama
15 menit. Setelah selesai proses sterilisasi alat dan bahan disimpan dalam di
lemari dalam ruangan yang telah disterilisasi dengan menggunakan
formaldehid.
3.11 Pengolahan Limbah RSMC
Pengolahan limbah RSMC meliputi limbah padat dan cair.
3.11.1 Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair berasal dari berbagai unit, seperti ruang perawatan,
laboratorium, dapur dan laundry. Pengolahan limbah cair di RSMC terdiri dari 3
jenis bak penampungan, yaitu bak perangkap lemak, bak equal, dan bak reaktor
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Proses awal pengolahan limbah, semua limbah cair dari laboratorium dan
dapur akan melewati bak perangkap lemak. Sedangkan limbah cair yang berasal
dari laundry akan melewati bak pemecah detergen. Setelah itu limbah cair akan
masuk ke bak equal kemudian dialirkan ke bak reaktor IPAL.
Bak reaktor IPAL terdiri dari 4 bak, yaitu bak pengumpul awal, bak
anaerob, bak aerob, dan bak pengumpul akhir. Bak pengumpul awal merupakan
bak tempat pengumpulan limbah yang berasal dari bak equal serta bak pemecah
detergen. Setelah dari bak pengumpul, limbah dialirkan ke dalam bak anaerob
yang berisi bakteri anaerob. Bakteri anaerob berfungsi menguraikan limbah cair
secara anaerob. Kelemahan penggunaan bakteri anaerob ini adalah akan timbul
bau yang kuat dari air limbah yang diolah dan proses pengolahan limbah lebih
lama. Oleh karena itu, setelah dari bak anaerob, limbah dialirkan ke dalam bak
aerob.
Proses pengolahan air limbah secara aerob adalah dengan memanfaatkan
aktivitas bakteri aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air
limbah menjadi zat non organik yang stabil dan tidak memberikan dampak
pencemaran terhadap lingkungan. Setiap hari pada bak aerob ditambahkan bakteri
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
25
Universitas Indonesia
aerob dari luar. Contoh bakteri aerob yang ditambahkan yaitu Nitrosomonas sp,
Nitrobacter, Pseudomonas, dan Bacillus. Penambahan bakteri ini dimaksudkan
untuk mempercepat proses penguraian senyawa organik dalam limbah cair dan
mencegah pertumbuhan bakteri patogen.
Bakteri aerob sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak
terbatas dan selalu dapat diperoleh dengan sangat mudah. Dalam kapasitas yang
terbatas, alam sendiri sudah mampu menetralisir zat organik yang terdapat di
dalam air limbah. Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di udara
sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas. Oleh karena
itu, di dalam bak aerob terdapat blower, yang membantu pemenuhan kebutuhan
oksigen di dalam air. Proses ini dinamakan aerasi. Aerasi merupakan suatu proses
yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air sehingga
terjadi peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air. Selain diperlukan untuk
proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk
proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk
menghilangkan bau.
Setelah proses penguraian air limbah secara aerob, air limbah yang sudah
tidak berbau tersebut dialirkan ke dalam bak pengumpul akhir, dan selanjutnya
dialirkan ke dalam bak bio indikator. Indikator biologi yang digunakan adalah
koi.
Pemantauan pengolahan limbah RSMC dilakukan setiap 3 bulan sekali
dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup
Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah tersebut dibuang ke sungai Krukut.
Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, ammonia, kesadahan,
senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological
Oxygen Demand
3.11.2 Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis,
Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari ruangan perawatan,
laboratorium, kamar operasi, UGD, urilogi, misalnya kassa, jarum suntik, botol
infus, vial, ampul, kapas dan perban. Penanganan untuk alat-alat yang tajam
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
26
Universitas Indonesia
dimasukkan dalam wadah khusus seperti jirigen. Limbah padat yang tidak bersifat
non-infectious dimasukkan ke dalam plastik hitam sedangkan limbah yang
bersifat infectious dimasukkan ke dalam plastik kuning. Semua limbah dibakar
menggunakan incinerator dengan suhu 800’C – 1200’C.
Limbah non medis merupakan limbah yang berasal dari dapur, kertas, botol
plastik, botol infus, vial dan ampul. Penanganan limbah non medis dilakukan
dengan pengumpulan oleh petugas kesehatan kemudian dua kali dalam seminggu
diambil oleh petugas kebersihan setempat.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
27 Universitas Indonesia
BAB 4 TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI
RS MARINIR CILANDAK
4.1 Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak
Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan suatu unit
fungsional yang mengelola semua perbekalan farmasi yang digunakan oleh
RSMC yang dipimpin oleh seorang Kepala Departemen Farmasi (Kadep Far)
yang secara struktural berada di bawah Komandan Rumah Sakit. Tenaga
personalia Departemen Farmasi RSMC terdiri dari 6 apoteker, 23 orang asisten
apoteker, dan 13 orang non asisten apoteker..
4.1.1 Kepala Departemen Farmasi
Kepala Departemen Farmasi bertugas dalam membantu Komandan Rumah
Sakit (Dan Rumkit) yang berada dibawah koordinasi dan pengawasan Wakil
Komandan Rumah Sakit (Wadan Rumkit) yang bertugas dalam
menyelenggarakan pelayanan farmasi di RSMC. Dalam menjalankan tugasnya,
Kadep Far bertanggung jawab langsung kepada Dan Rumkit atau melalui Wadan
Rumkit.
Dalam kegiatan administrasi Kadep Far dibantu oleh TU dengan uraian
tugas dan pekerjaan sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan ketatausahaan di Departemen Farmasi dan kegiatan surat
menyurat sesuai dengan petunjuk administrasi yang berlaku.
b. Melaksanakan agenda/ekspedisi serta penyimpanan arsip.
c. Menyediakan bahan dan alat-alat kebutuhan surat-menyurat bagi keperluan
Departemen Farmasi.
d. Melaksanakan pencatatan, pengawasan, pemeliharaan dan pengamanan
material/dokumen serta inventaris yang ada dalam Departemen Farmasi.
e. Mengadakan koordinasi dengan sekretariat RSMC tentang surat-menyurat
yang berasal dari dan ditujukan untuk Departemen Farmasi.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
28
Universitas Indonesia
4.1.2 Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi (Ka Subdep Dalfar)
Kadep Far dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Ka Subdep
Dalfar. Ka Subdep Dalfar memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan.
b. Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan.
c. Melaksanakan pemeliharaa nalat kesehatan.
d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran Material Kesehatan.
e. Merancang sistem penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material
kesehatan.
f. Melaksanakan administrasi, penyimpanan, dan penyaluran material.
g. Merancang bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik.
h. Menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta
pengajuan material kesehatan secara periodik.
Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada Kadep Far dan dibantu oleh petugas :
a. Kepala Seksi Pemeliharaan Material Kesehatan (Kasi Har Matkes)
Kepala seksi pemeliharaan material kesehatan memiliki tugas sebagai
berikut:
1. Melaksanakan pemeliharaan material kesehatan sesuai jadwal
pemeliharaan.
2. Melaksanakan inventarisasi material kesehatan.
3. Membantu Ka Subdep Dalfar dalam pengendalian dan pengawasan
material kesehatan.
4. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Ur Har Matkes.
b. Kepala Seksi Perbekalan Farmasi (Kasi Bek Far)
Kepala seksi perbekalan farmasi memiliki tugas sebagai berikut:
1. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material
perbekalan farmasi.
2. Melaksanakan administrasi penerimaan, penyimpanan, dan
pengeluaran perbekalan farmasi.
3. Menyelenggarakan tatalaksana penyimpanan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
29
Universitas Indonesia
4. Merencanakan, menyiapkan, dan mengembangkan ruang-ruang
penyimpanan.
5. Membantu Ka Subdep Dalfar dalam menyusun perkiraan kebutuhan
material kesehatan.
6. Membantu Ka Subdep Dalfar dalam menyusun laporan penerimaan
dan penyaluran perbekalan farmasi.
7. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Ur Bek Far.
c. Kepala Sub Departemen Apotek (Ka Subdep Apotek)
Selain dibantu oleh Ka Subdep Dalfar, Kadep Far juga dibantu oleh
seorang Ka Subdep Apotek yang memiliki tugas sebagai berikut:
1. Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada pasien rawat inap,
rawat jalan, gawat darurat, dan unit-unit perawatan.
2. Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat
kepada pasien dalam rangka pemberian informasi obat.
3. Menyelenggarakan administrasi penerimaan, penyimpanan, dan
penyaluran material kesehatan.
4. Membuat laporan pelaksanaan tugas Sub Dep Apotek secara periodik.
5. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kadep Far.
Kepala Sub Departemen Apotek dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh:
a) Kepala Seksi Perencanaan Farmasi (Kasi Ren Far)
Kepala seksi perencanaan farmasi memiliki tugas
sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pengadaan dan pemeliharaan material
kesehatan secara terjadwal.
2) Melaksanakan pembuatan/penyiapan obat/alat kesehatan
untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.
3) Melaksanakan administrasi pengadaan material kesehatan.
4) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Ka Subdep Apotek
b) Kepala Seksi Pendistribusian
Kepala seksi pendistribusian dengan tugas sebagai berikut:
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
30
Universitas Indonesia
1) Melaksanakan penyaluran material kesehatan pada apotek
dan poli-poli di RSMC.
2) Melaksanakan administrasi penyimpanan dan penyaluran
alat/bekal kesehatan.
3) Melaksanakan kegiatan farmasi rumah sakit.
4) Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ka
Subdep Apotek.
4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi
4.2.1 Fungsi Departemen Farmasi adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan perencanaan kebutuhan barang farmasi.
b. Melaksanakan pengadaan barang farmasi sesuai ketentuan yang
berlaku.
c. Mengatur sistem penyimpanan barang farmasi sesuai peraturan
yang berlaku.
d. Mengatur sistem pendistribusian barang farmasi ke seluruh poli di
RSMC yang membutuhkan.
e. Melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di lingkungan rumah
sakit.
f. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang pelayanan
farmasi.
4.2.2 Tugas Pokok
Sebagai salah satu unsur pelaksana utama Dan Rumkit, Kepala
Departemen Farmasi bertugas membantu Dan Rumkit atau Wadan Rumkit
untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur serta mengawasi
seluruh kegiatan dan kebutuhan pelayanan Farmasi yang meliputi obat, alat
kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, bekal kesehatan, gas medik,
dan barang kimia lainya di RSMC.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
31
Universitas Indonesia
4.3 Uraian Tugas Departemen Farmasi
Departemen Farmasi mempunya tugas dengan uraian sebagai berikut :
a. Menyiapkan semua data di Departemen Farmasi untuk disajikan kepada Dan
Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit.
b. Memberikan saran mengenai bidang kefarmasian baik diminta maupun tidak
diminta kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan
Rumkit.
c. Menyusun program kerja Departemen Farmasi sebagai bahan penyusunan
program kerja RSMC.
d. Mengajukan kebutuhan personel, peralatan dan anggaran biaya kepada Dan
Rumkit dalam rangka kelancaran tugas dan pengembangan Departemen
Farmasi.
e. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan farmasi rumah sakit.
f. Menyusun dan menyiapkan petunjuk-petunjuk dalam rangka pelaksanaan
kegiatan di Departemen Farmasi.
g. Menyelenggarakan fungsi staf dalam bidang pembinaan kefarmasian di
lingkungan RSMC atas dasar pengembangan ilmu dan teknologi masing-
masing Sub Departemen.
h. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin, kebersihan,
keamanan dan kelancaran tugas di lingkungan Departemen Farmasi.
i. Mengaturdan mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua peralatan
dan sarana yang ada di Departemen Farmasi, agar selalu dalam keadaan baik,
lengkap serta siap pakai.
j. Menyiapkan dan meneliti surat-surat yang berhubungan dangan Departemen
Farmasi sebelum ditandatangani Dan Rumkit.
k. Melaksanakan koordinasi di lingkungan Departemen Farmasi dengan unit
kerja lain di luar Departemen Farmasi dalam rangka penyusunan prosedur
kerja pelayanan farmasi di RSMC.
l. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Kepala Departemen dan unit
kerja lain yang terkait dalam rangka merencanakan kebutuhan obat, alat
kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, pengembangan pelayanan
farmasi di departemen atau unit kerja yang bersangkutan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
32
Universitas Indonesia
m. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan dan instansi baik di dalam
maupun di luar RSMC untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai tingkat
dan lingkup kewenangannya.
n. Mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan penerimaan,
penyimpanan dan pendistribusian barang-barang farmasi guna menjamin
pencapaian tujuan sasaran program kerjanya secara berhasil guna dan berdaya
guna.
o. Membuat uraian tugas bagi para pelaksana yang bekerja di lingkungan
Departemen Farmasi.
p. Mengawasi dan bertanggung jawab agar semua kegiatan di lingkungan
Departemen Farmasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Membuat laporan kepada Dan Rumkit atau Wadan Rumkit baik
secara langsung maupun secara tertulis.
q. Membuat laporan berkala meliputi: pengadaan dan penggunaan obat, alat
kesehatan, alat kedokteran dan bekal kesehatan setiap bulan, per triwulan dan
setiap akhir tahun anggaran, menyiapkan data penggunaan obat narkotik,
Stock opname setiap akhir triwulan dan akhir tahun anggaran,
menyelenggarakan usaha-usaha yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan farmasi sesuai dengan tuntutan masyarakat pengguna jasa rumah
sakit dan kemampuan rumah sakit agar tugas pokok Departemen Farmasi
dapat dilaksanakan secara optimal.
r. Selalu mengadakan koordinasi dan kerja sama serta memelihara hubungan
baik dengan departemen lain untuk menunjang tercapainya tugas pokok dan
fungsi Departemen Farmasi.
s. Mengadakan kegiatan lain sesuai dengan pengarahan Dan Rumkit atau Wadan
Rumkit.
4.4 Gudang Farmasi
Tugas gudang farmasi yaitu menerima, menyimpan, dan mendistribusikan
obat dan perbekalan kesehatan. Perbekalan kesehatan yang dimaksud meliputi
material kesehatan yang berupa obat-obatan dan alat kesehatan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
33
Universitas Indonesia
4.4.1 Jam Kerja
Jam kerja gudang farmasi setiap hari senin-jumat pukul 07.00-15.00 WIB
4.4.2 Personalia
Tenaga personalia di bagian gudang farmasi RSMC terdiri dari 1
apoteker, 3 asisten apoteker, dan 1 non asisten apoteker.
4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi
4.4.3.1 Penerimaan Perbekalan Farmasi RSCM
Sumber perbekalan farmasi RSMC meliputi :
a. Dropping
b. Pembelian / Pengadaan
a. Dropping
Dropping obat dan alkes habis pakai dapat berasal dari
Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Puskesmas Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Laut (Puskes TNI AL), dan Korps
Marinir (Korps Marinir). Dropping dari Diskesal merupakan
sumber utama perbekalan farmasi di gudang farmasi. Dropping ini
dilakukan secara rutin setiap 6 bulan. Gudang farmasi Rumah Sakit
bertugas membuat permintaan berdasarkan kebutuhan obat dan
perbekalan kesehatan dari ruangan/poli yang kemudian dikirimkan
ke Diskesal.
Untuk semester pertama tiap tahunnya, surat Permintaan
Untuk Terima (PUT) diajukan ke Diskesal paling lambat pada
akhir Desember tahun sebelumnya dan sekitar bulan April akan
dikirimkan Surat Perintah Pengeluaran Matkes (SPPM) dari
Diskesal. Sedangkan untuk semester kedua, PUT paling lambat
dikirimkan pada akhir Juni.
Permintaan yang diajukan ke Diskesal pada semester 1
yaitu obat-obatan LAFIAL, obat-obatan non LAFIAL, obat untuk
penyakit kronik, bekal kesehatan Gigi dan Mulut, dan formulir.
Sedangkan permintaan yang diajukan ke Diskesal pada semester 2
yaitu obat-obatan LAFIAL, bekal kesehatan umum, dan bekal
kesehatan radiologi.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Perbekalan farmasi yang diminta akan diberikan oleh
Diskesal pada selambat-lambatnya akhir Mei untuk semester
pertama dan akhir Oktober untuk untuk semester kedua.
Sebelumnya Rencana Distribusi (Rendis) telah dikirimkan kepada
setiap gudang farmasi Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL). Untuk
wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta biasanya perbekalan
farmasi diambil sendiri ke gudang farmasi Diskesal. Untuk wilayah
luar DKI Jakarta biasanya perbekalan kesehatan langsung dikirim
ke gudang farmasi RSAL
Pada akhir bulan April akan dikirimkan surat koordinasi ke
gudang farmasi Diskesal. Jika gudang farmasi Diskesal telah
selesai menyiapkan obat dan perbekalan kesehatan, maka akan
dikirimkan surat koordinasi kepada RS. Berdasarkan surat tersebut
petugas gudang RS akan mengambil obat dan perbekalan
kesehatan ke Diskesal. Pada saat pengambilan obat dan perbekalan
kesehatan ke gudang farmasi Diskesal petugas gudang RS harus
membawa SPPM dan PUT. Setelah obat dan perbekalan kesehatan
diterima, Berita Acara pengeluaran obat dan perbekalan kesehatan
dari gudang farmasi Diskesal ditandatangani oleh petugas gudang
Diskesal dan petugas gudang RS.
Dropping obat dan Material Kesehatan dari Puskes TNI AL
dilakukan berdasarkan PUT yang diajukan gudang farmasi RS.
Permintaan yang diajukan dalam PUT meliputi pemeriksaan
kesehatan/ check-up (Rikes) untuk para anggota TNI di
laboratorium. PUT diajukan kepada Puskes TNI AL setahun sekali
dan dilakukan perincian setiap 3 (tiga) bulan. PUT tidak dibuat
untuk dropping obat-obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar yang
menjadi program Puskes TNI.
b. Pengadaan / Pembelian
Sumber dana untuk pembelian obat dan perbekalan
kesehatan RS didapat dari dana Yanmasum dan Dana Pemeiharaan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
35
Universitas Indonesia
Kesehatan (DPK) yang berasal dari APBN (Anggaran
Pemeliharaan Belanja Negara), yang diberikan setiap tiga bulan
(triwulan), sedangkan dana Yanmasum merupakan dana yang
diperoleh dari keuntungan Rumah Sakit untuk pelayanan pasien
umum di luar pasien dinas. Pola pembelian yang dilaksanakan di
RSMC adalah pembelian dalam jumlah terbatas (sesuai kebutuhan)
dan direncanakan untuk kebutuhan satu bulan.
Setiap penerimaan obat, baik yang sumbernya dari dropping maupun
pembelian sendiri, harus didukung dengan bukti penerimaan. Penerima
barang harus memeriksa kesesuaian antara fisik barang dengan dokumen
pengantar kiriman barang. Dokumen bukti pemeriksaan tersebut harus
ditandatangani oleh petugas penerima barang, yang menyerahkan barang,
serta diketahui oleh Kepala Departemen Farmasi dan dibubuhi stempel.
Untuk jenis barang yang diadakan melalui pembelian sendiri, bila terjadi
ketidaksesuaian antara fisik barang dengan dokumen, maka dilakukan
pengembalian barang (retur) dan dicatat di buku berita acara.
4.4.3.2 Penyimpanan (Pergudangan)
Penyimpanan barang dilakukan menurut sumbernya, yaitu obat
yang berasal dari DPK/APBN, Yanmasum, dan dropping baik dari
Diskesal maupun Puskes TNI AL. Selain itu, obat dan perbekalan
kesehatan lainnya juga dikelompokkan berdasarkan ruangan yang
membutuhkan, seperti OK dan UGD. Setiap jenis barang yang terdapat di
gudang dilengkapi dengan kartu stok yang menunjukkan jumlah dan
tanggal pemasukan serta pengeluaran dari setiap barang. Sistem
pengeluaran obat atau barang dilakukan menurut metode First In First Out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).
4.4.3.3.Pendistribusian
Pendistribusian di gudang farmasi dibagi menjadi dua yaitu :
a. Distribusi untuk Apotek Dinas berupa obat dan alat kesehatan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
36
Universitas Indonesia
b. Distribusi untuk ruang rawat inap, ruang ICU, Ruang OK, UGD, dan
laboratorium berupa material kesehatan seperti kasa, perban, desinfektan,
alkohol, reagen, cairan infus, obat gawat darurat, dan alat kesehatan.
Jadwal pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan dari gudang farmasi ke
ruangan/poli/ apotek selama seminggu adalah sebagai berikut:
a. Senin : Paviliun Flamboyan atas dan bawah, OK, serta poli kandungan.
b. Selasa : Paviliun Bougenville.
c. Rabu : Paviliun Cempaka 1 dan 2, serta UGD.
d. Kamis : Ruang bayi, paviliun Dahlia, Apotek Dinas.
e. Jumat : Paviliun Edelweis, OK, dan ICU.
Oleh karena keterbatasan Sumber Daya Manusia di gudang farmasi, obat
dan perbekalan kesehatan diambil sendiri oleh petugas dari masing-masing
ruangan yang mengajukan permintaan. Obat dan perbekalan kesehatan yang
diambil oleh petugas dari masing-masing ruangan tersebut dicatat jenis dan
jumlahnya pada buku mutasi barang. Buku tersebut juga ditandatangani oleh
petugas gudang farmasi dan petugas masing-masing ruangan sebagai bukti
pengambilan obat dan perbekalan kesehatan. Apabila perbekalan farmasi di
ruangan telah habis, maka ruangan dapat mengambil obat dan perbekalan
kesehatan di luar jadwal yang sudah ditentukan. Gudang juga melayani pengisian
gas medik seperti NO2, O2 dan perbaikan alat kesehatan.
4.5 Apotek Dinas
Apotek Dinas merupakan salah satu apotek yang berada dibawah struktur
organisasi Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Apotek Dinas
khusus ditujukan untuk melayani pasien anggota TNI AL dan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) beserta keluarganya.
4.5.1 Jam Kerja
Pelayanan di Apotek Dinas dilakukan setiap hari kerja dan dibagi menjadi
2 (dua) shift yaitu pukul 07.00–15.00 WIB dan pukul 15.00–21.00 WIB. Setelah
itu pelayanan untuk pasien dinas akan diberikan di Apotek Pelayanan Masyarakat
Umum /Yanmasum (Apotek Swasta).
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
37
Universitas Indonesia
4.5.2 Personalia
Tenaga personalia di Apotek Dinas terdiri dari 1 orang apoteker, 4 asisten
apoteker, 2 non asisten apoteker dan 1 administrasi.
4.5.3 Jenis Pelayanan
Apotek Dinas hanya melayani pasien yang merupakan anggota TNI AL
dan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya. Keluarga yang dimaksud adalah
istri dengan anak maksimal dua orang. Pelayanan ditujukan untuk pasien rawat
jalan dan rawat inap. Apabila terdapat obat yang tidak tersedia di apotek dinas,
maka petugas akan memberikan resep yang diberi stempel restitusi. Selanjutnya
pasien dapat memperoleh obat yang dimaksud di apotek Yanmasum sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Prosedur restitusi dilaksanakan sesuai surat edaran Kepala Rumkital
Marinir Cilandak, Nomor SE/75/VI/2006 tanggal 22 Juni 2006 yang berdasar
kepada SE/002 1/I/94/Ditkes tanggal 25 Januari 1994 tentang Pedoman
Pemberian Restitusi Kesehatan di Lingkungan TNI AL. Prosedur pelaksanaan
restitusi sebagai berikut :
a. Resep yang sudah distempel restitusi dari Apotek Dinas dibawa ke Apotek
Yanmasum (Apotek Swasta) di Rumah Sakit Marinir Cilandak, diberi harga,
kemudian diserahkan kepada pasien.
b. Pasien menghadap Komandan Rumah Sakit Marinir Cilandak atau Wadan
untuk meminta persetujuan dari Dan Rumkit atau Wadan Rumkit.
c. Apabila sudah mendapat persetujuan dari Dan Rumkit atau Wadan Rumkit,
pasien dapat membawa kembali resepnya ke Apotek Yanmasum untuk
mendapatkan obat.
d. Obat-obatan yang sudah direstitusi dapat diberikan untuk 3 hari. Untuk
penyakit kronik dapat diberikan 30 hari.
Jenis restitusi yang dapat diberikan adalah obat dengan resep dokter
RSMC yang disetujui oleh Dan Rumkit atau Wadan Rumkit, serta kacamata untuk
anggota RSMC sesuai ketentuan dan berdasarkan resep Dokter mata. Jenis
restitusi yang tidak dapat diberikan antara lain obat-obat tradisional, susu, obat
pelangsing, kosmetik, vitamin, hormon dan mineral. Persetujuan oleh pejabat
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
38
Universitas Indonesia
yang berwenang memperhatikan pertimbangan urgency dari pemberian obat
kepada pasien, jenis dan harga obat serta patokan dukungan anggaran non APBN
per bulan. Pembayaran dari dana non APBN dilakukan setelah dibuat rekapitulasi
per bulan.
4.5.4 Pengadaan Obat
Perbekalan farmasi yang terdapat di apotek dinas yaitu obat dan
perbekalan kesehatan, berasal dari gudang farmasi. Untuk pemenuhan kebutuhan
obat dan perbekalan kesehatan di apotek dinas, setiap minggu diajukan
permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada gudang farmasi. Apotek Dinas
juga memberikan rencana kebutuhan obat setiap bulannya kepada gudang farmasi.
4.5.5 Penyimpanan
Penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan jenis sediaan yaitu sedian
tablet, sirup, injeksi, dan alat kesehatan, kemudian disusun berdasarkan alfabetis.
4.5.6 Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi yang dilakukan berdasarkan resep dokter dari tiap poli
rawat jalan, ruangan rawat inap, UGD, dan ICU. Pada saat resep masuk, resep
diberi nomor oleh petugas. Setiap resep yang masuk akan diskrining oleh petugas
apotek. Jika terdapat permasalahan, petugas akan menghubungi dokter penulis
resep. Setelah dilakukan skrining resep, dilakukan dispensing, penulisan etiket,
dan dilakukan pengecekan kembali oleh petugas apotek yang lain. Setelah itu,
obat siap diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat kepada pasien juga disertai
dengan pemberian informasi obat.
4.6 Apotek Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum)
Apotek Yanmasum merupakan salah satu apotek yang berada di bawah
struktur organisasi Departemen Farmasi RSMC. Apotek Yanmasum dapat
melayani seluruh obat untuk pasien umum maupun obat untuk pasien Dinas yang
tidak ditanggung oleh Apotek Dinas RSMC, baik melalui mekanisme restitusi
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
39
Universitas Indonesia
maupun pembelian sendiri oleh pasien dinas. Apotek Yanmasum dapat melayani
obat untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
4.6.1 Jam Kerja
Apotek Yanmasum RS Marinir Cilandak memberi pelayanan selama 24
jam setiap harinya. Pelayanan dilaksanakan dengan pembagian shift kerja di
Apotek Yanmasum yaitu dengan adanya shift jaga di luar shift normal setiap
harinya. Shift normal apotek adalah pada pukul 07.00 – 15.00 WIB. Di luar jam
tersebut, terdapat tiga orang petugas jaga yang bertugas pada shift jaga pukul
15.00– 21.00 WIB serta dua orang bertugas jaga mulai pukul 21.00 – 07.00 WIB.
4.6.2 Personalia
Tenaga personalia di Apotek Yanmasum RSMC terdiri dari 1 orang
Apoteker, 5 Asisten Apoteker dan 2 non Asisten Apoteker.
4.6.3 Jenis Pelayanan
Apotek Yanmasum melayani pasien umum swasta rawat jalan dan rawat
inap, pasien yang terdaftar sebagai anggota asuransi tertentu (pasien jaminan),
pasien gawat darurat dan juga pelayanan restitusi untuk pasien dinas dan
keluarganya. Untuk pasien jaminan, apotek Yanmasum melakukan kerjasama
dengan JAMSOSTEK serta beberapa perusahaan asuransi seperti MANULIFE,
BRINGIN LIFE, EQUITY, dan lain-lain. Untuk pasien rawat inap yang merupakan
pasien jaminan resep diserahkan oleh perawat, sedangkan untuk pasien rawat inap
umum resep dapat dibeli langsung oleh keluarga pasien atau melalui hospital
pharmacy dimana pasien tidak membeli langsung ke apotek tetapi melalui
perawat.
4.6.4 Pengadaan obat
Pengadaan barang di Apotek Yanmasum dilakukan terpisah dari Apotek
Dinas. Prosedur pemesanan obat dilakukan dengan memesan langsung ke
distributor. Petugas apotek yang bertanggung jawab atas tugas defekta melihat
stok barang yang perlu dipesan dan mencatatnya pada buku defekta. Kemudian
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
40
Universitas Indonesia
daftar barang yang perlu dipesan diserahkan pada Kepala Sub Departemen
Pengendalian Farmasi (Ka Sub Dep Dalfar). Setelah disetujui, barang dapat
dipesan langsung ke distributor menggunakan surat pesanan. Surat pesanan
khusus narkotika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dengan menyertakan
tanda tangan dari APA (Apoteker Pengelola Apotek). Barang yang dipesan
kemudian diantarkan langsung oleh distributor ke Apotek Yanmasum. Faktur
diserahkan ke apotek oleh distributor, namun mekanisme pembayaran obat
dilakukan melalui bagian Pekas Rumah Sakit menurut ketentuan Rumah Sakit
Marinir Cilandak.
4.6.5 Penyimpanan
Pengelompokan barang di Apotek Yanmasum dilakukan berdasarkan
bentuk dan jenis sediaan. Sediaan padat dan cair serta alat kesehatan dipisahkan
dalam penyimpanan. Terdapat lemari khusus untuk menyimpan obat injeksi dan
refrigerator untuk menyimpan jenis-jenis obat yang termolabil seperti
suppositoria dan vaksin. Lemari khusus untuk menyimpan sediaan cair memiliki
pemisahan tersendiri untuk jenis sirup antibiotik. Setelah pengelompokan
berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, obat disusun berdasarkan alfabetis. Apotek
Yanmasum tidak memiliki ruangan khusus untuk menyimpan persediaan obat dan
alat kesehatan (gudang), namun persediaan disimpan pada lemari tersendiri yang
terdapat di ruangan Apotek Yanmasum. Pencatatan stok obat dan alat kesehatan
yang masuk dan keluar dicatat pada kartu stok.
4.6.6 Pelayanan farmasi
Pelayanan farmasi yang dilakukan di Apotek Yanmasum yaitu pelayanan
pemberian obat berdasarkan resep dan non resep kepada pasien umum serta
pemberian obat restitusi kepada pasien dinas.
Pada saat resep masuk, resep diberi nomor oleh petugas. Setiap resep yang
masuk akan diskrining oleh petugas apotek. Jika terdapat permasalahan, petugas
akan menghubungi dokter penulis resep. Setelah dilakukan skrining resep,
dilakukan dispensing, penulisan etiket, dan dilakukan pengecekan kembali oleh
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
41
Universitas Indonesia
petugas apotek yang lain. Setelah itu, obat siap diserahkan kepada pasien.
Penyerahan obat kepada pasien juga disertai dengan pemberian informasi obat.
4.7 Apotek ASKES
Apotek ASKES RSMC adalah apotek yang dibentuk atas dasar kerjasama
antara Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) dengan PT. ASKES. Apotek
ASKES RSMC berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada peserta ASKES
sesuai dengan Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) yang telah ditentukan oleh
PT. ASKES, yaitu daftar obat yang digunakan untuk pelayanan obat bagi peserta
ASKES, baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.
4.7.1 Jam Kerja
Pelayanan di Apotek ASKES dilakukan setiap hari kerja dan dibagi
menjadi dua shift yaitu pukul 07.00 – 15.00 WIB dan pukul 15.00 – 21.00 WIB.
Setelah itu pelayanan untuk pasien ASKES akan diberikan di Apotek Pelayanan
Masyarakat Umum (Yanmasum).
4.7.2 Personalia
Tenaga personalia di Apotek ASKES RSMC terdiri dari 1 orang apoteker,
4 orang asisten apoteker dan 1 orang petugas dari ASKES sebagai verifikator.
4.7.3 Jenis Pelayanan
Apotek ASKES hanya melayani pasien yang terdaftar sebagai peserta
ASKES.
4.7.4 Pengadaan Obat
Perencanaan pengadaan obat dilakukan setiap minggu. Prosedur
pengadaan obat di Apotek ASKES adalah dengan mencatat obat-obatan yang
stoknya minimum dalam buku defekta. Buku defekta tersebut kemudian
diserahkan kepada Ka Sub Dep Dalfar. Setelah diperiksa oleh Ka Sub Dep Dalfar,
buku defekta diserahkan kepada Ka Dep Far dan jika disetujui selanjutnya Ka Sub
Dep Dalfar akan membuat surat pemesanan atau Purchase Order (PO) dengan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
42
Universitas Indonesia
persetujuan PT. ASKES. Purchase Order dikirim ke PBF (Pedagang Besar
Farmasi) dan PBF akan mengirimkan barang berdasarkan PO yang telah dibuat.
Data-data penjualan obat selama satu bulan direkapitulasi oleh Apoteker
yang bertugas di Apotek ASKES dan dikirim ke PT. ASKES untuk diverifikasi.
Selanjutnya PT. ASKES akan membayar sesuai hasil rekapitulasi tersebut ke
rekening Dep Far.
4.7.5 Penyimpanan
Obat di apotek ASKES dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya,
kemudian disusun secara alfabetis.Setiap pemasukan dan pengeluaran obat dicatat
dalam kartu stok obat.
4.7.6 Pelayanan farmasi
Pelayanan farmasi yang dilakukan berdasarkan resep dokter dari tiap poli
rawat jalan, ruangan rawat inap, UGD, dan ICU. Pada saat resep masuk, resep
diberi nomor oleh petugas. Setiap resep yang masuk akan diskrining oleh petugas
apotek. Jika terdapat permasalahan, petugas akan menghubungi dokter penulis
resep. Setelah dilakukan skrining resep, dilakukan dispensing, penulisan etiket,
dan dilakukan pengecekan kembali oleh petugas apotek yang lain. Setelah itu,
obat siap diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat kepada pasien juga disertai
dengan pemberian informasi obat.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
43 Universitas Indonesia
BAB 5 PEMBAHASAN
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit
mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas
Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan (Undang-Undang No. 44, 2009)
Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan Rumah Sakit Angkatan Laut
Marinir yang digolongkan sebagai rumah sakit tipe B, yaitu rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis
penunjang medik, dan pelayanan medik subspesialis dasar. Rumah sakit ini
memiliki berbagai unit fasilitas yaitu fasilitas pelayanan medik dan perawatan
seperti instalasi rawat jalan (IRJ), instalasi gawat darurat (IGD), instalasi rawat
inap (IRNA), instalasi perawatan intensif (ICU), instalasi bedah, instalasi
kebidanan dan penyakit kandungan, instalasi rehabilitasi medik (IRM), instalasi
radio terapi, serta fasilitas penunjang seperti instalasi farmasi, laboratorium, dan
pemulasaraan jenazah (Kemenkes, 2010).
Instalasi farmasi rumah sakit merupakan tempat dilakukannya proses
pelayanan kefarmasian. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu
kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal
tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
44
Universitas Indonesia
Instalasi farmasi direncanakan mampu untuk melakukan pelayanan
(Kemenkes, 2010):
1. Melakukan perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan obat, alat
kesehatan, reagensia, radiofarmasi, gas medik sesuai formularium rumah
sakit
2. Melakukan kegiatan peracikan obat sesuai permintaan dokter baik untuk
pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.
3. Pendistribusian obat, alat kesehatan, reagensi radio farmasi dan gas medik.
4. Memberikan pelayanan informasi obat dan melayani konsultasi obat
5. Mampu mendukung kegiatan pelayanan unit kesehatan lainnya selama 24
jam.
Instalasi farmasi di RSMC memiliki 2 kegiatan pelayanan kefarmasian
yang meliputi kegiatan farmasi klinik dan non klinik. Pelayanan farmasi klinik
meliputi pelayanan resep dan pemberian informasi obat yang dilakukan di tiga
apotek yaitu Apotek Dinas, Apotek Yanmasum dan Apotek ASKES sedangkan
pelayanan farmasi non klinik dilakukan di bagian Pengadaan dan Administrasi
dan gudang farmasi.
Pelayanan farmasi non klinik yang dilakukan berupa pengelolaan
perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pengawasan, administrasi dan pelaporan. Perencanan perbekalan
farmasi di RSMC dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan dari setiap
unit. Hal ini dapat dilihat dari hasil konsumsi rata-rata setiap semeseternya atau
setiap tahunnya dari masing-masing unit. Pengadaan perbekalan farmasi di RSMC
dilakukan dengan sistem satu pintu dimana seluruh pemesanan perbekalan farmasi
harus melalui bagian Pengadaan dan Administrasi di Departemen Farmasi.
Ketiga apotek di RSMC memiliki sistem pengadaan yang berbeda. Sumber
perbekalan farmasi Apotek Dinas berasal dari bantuan (dropping) yang terutama
berasal dari Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Pusat Kesehatan TNI
(Puskes TNI) dan Korps Marinir (KORMAR) serta dari pembelian yang berasal
dari dana Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum) Rumah Sakit. Pengadaan di
apotek Yanmasum dan apotek ASKES dilakukan dengan pembelian melalui PBF.
Pengadaan di apotek Yanmasum berdasarkan panduan pengadaan obat dari
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
45
Universitas Indonesia
formularium RSMC, sedangkan apotek ASKES berdasarkan Daftar Plafon Harga
Obat (DPHO) yang diterbitkan oleh PT. ASKES.
Penerimaan, penyimpanan, pendataan defecta barang dan pengelolaan
barang di apotek Dinas dilakukan oleh gudang farmasi sedangkan untuk apotek
ASKES dan Yanmasum dilakukan oleh masing-masing apotek. Seluruh daftar
defecta yang berasal dari ketiga apotek diserahkan kepada kepala sub Departemen
Pengendalian Farmasi yang memiliki kewenangan dalam hal pengendalian bidang
perencanaan dan distribusi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengelolaan
perbekalan farmasi di RSMC menerapkan sistem satu pintu. Secara teori sistem
satu pintu ini baik untuk menjamin pengawasan peredaran perbekalan farmasi di
rumah sakit.
Gudang farmasi di RSMC berfungsi untuk menerima, menyimpan,
memelihara, mendistribusikan dan mengadministrasikan perbekalan farmasi ke
Apotek Dinas dan semua unit RSMC. Untuk setiap kegiatan penerimaan maupun
pendistribusian perbekalan farmasi, di gudang farmasi dibentuk suatu tim
berdasarkan Surat Perintah Dan Rumkit. Setiap kegiatan yang telah dilakukan
dibuat pencatatan serta pelaporannya. Perbekalan farmasi yang diterima
dicocokkan kembali dengan daftar permintaan serta dilihat waktu
kadaluwarsanya. Setelah itu perbekalan farmasi tersebut disimpan di dalam
gudang. Perbekalan farmasi kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan,
sumber penerimaan, dan tujuan distribusi. Selanjutnya, gudang farmasi akan
melakukan kegiatan distribusi setiap minggu ke unit-unit yang berada di Rumah
Sakit sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Gudang farmasi RSMC telah memenuhi beberapa syarat gudang yang baik
seperti terdiri dari satu lantai sehingga memberi kemudahan dalam lalu lintas dan
pengewasan perbekalan farmasi, dilengakapi dengan pendingin ruangan untuk
menjamin stabilitas perbekalan farmasi selama penyimpanan, adanya rak untuk
menyusun, adanya tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik dan
lokasi dekat dengan unit pemakaian tetapi jauh dengan sumber penerimaan
barang. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah belum sesuainya
persyaratan gudang yang baik diantaranya belum adanya lemari khusus untuk
menyimpan obat golongan narkotik dan psikotropik, kurangnya sirkulasi udara
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
46
Universitas Indonesia
dalam gudang, luas gudang kurang memadai untuk menyimpan perbekalan
farmasi terutama obat-obat dropping, ukuran rak tidak sesuai dengan kemasan
perbekalan farmasi yang disimpan sehingga kurang efektif.
Apotek Dinas hanya melayani pasien anggota TNI AL dan Pegawai
Negeri Sipil beserta keluarganya, yang terdiri atas suami atau istri dan 2 orang
anak di bawah 21 tahun. Pelayanan di Apotek Dinas telah berjalan dengan baik,
pelayanan resep dapat diselesaikan dengan cepat sehingga pasien tidak menunggu
lama, namun karena banyaknya resep yang masuk pemberian informasi obat
belum dilaksanakan dengan maksimal. Banyaknya resep yang masuk merupakan
salah satu penyebab kealahan pemberian obat pada pasien. Untuk mengurangi
kesalahan tersebut, dilakukan pemberian nomor resep menggunakan kombinasi
angka dan huruf bila didapati dua atau lebih resep yang ditebus oleh satu pasien.
Misalnya pemberian nomor resep 201/A dan 201/B untuk dua resep yang ditebus
oleh satu pasien.
Apotek Yanmasum melayani pasien umum yang merupakan seluruh
masyarakat umum yang berobat di RSMC atau pasien dinas yang obatnya tidak
ditanggung Apotek Dinas, baik melalui mekanisme restitusi maupun pembelian
sendiri oleh pasien. Apotek Yanmasum tidak memiliki gudang penyimpanan obat.
Obat-obat disimpan di rak-rak yang terdapat di Apotek tersebut. Keterbatasan rak
dan keterbatasan ruang di apotek Yanmasum menyebabkan keterbatasan gerak
petugas apotek dan penyimpanan obat-obat menjadi kurang teratur. Untuk itu
disarankan penataan perbekalan farmasi yang lebih teratur di apotek Yanmasum.
Apotek ASKES hanya melayani pasien peserta penjaminan PT.ASKES
yang terdiri dari pensiunan instansi pemerintah termasuk Angkatan Laut beserta
keluarganya (suami atau istri dan 2 orang anak di bawah 21 tahun). Pelayanan di
apotek ASKES telah berjalan baik, setiap resep yang masuk diperiksa
kerasionalannya oleh apoteker yang bertugas. Jika obat-obatan yang diberikan
tidak sesuai dengan standar terapi atau tidak masuk DPHO maka apoteker akan
menghubungi dokter penulis resep tersebut. Penataan obat-obatan di apotek
ASKES juga sudah rapi dan teratur, dengan penataannya berdasarkan bentuk
sediaaan dan secara alfabetis. Sama halnya dengan Apotek Yanmasum, Apotek
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
47
Universitas Indonesia
ASKES juga tidak memiliki gudang penyimpanan, sehingga obat-obatan disimpan
di dalam apotek.
Pelayanan farmasi klinik di RSMC berupa PIO (Pelayanan Informsi Obat).
Pelayanan Informasi Obat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai
obat dan penggunaannya kepada pasien rawat jalan atau rawat inap yang
mengambil obat di apotek ataupun kepada tenaga kesehatan lain. PIO yang
dilakukan masih belum terlaksana dengan baik, karena apoteker yang bertanggung
jawab terhadap pemberian informasi obat di apotek tidak selalu berada di tempat,
hal ini dikarenakan adanya keterbatasan jumlah apoteker yang bertugas.
Fungsi pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Departemen
Farmasi RSMC masih sangat terbatas karena masih kurangnya kebijakan yang
mendukung serta Sumber Daya Manusia seperti tenaga profesi Apoteker yang
jumlahnya belum memadai. Fungsi pelayanan farmasi klinik tersebut diantaranya
yaitu pelayanan informasi obat, konseling, proses pengawasan terhadap
penggunaan obat, Monitoring Efek Samping Obat dan atau pengamatan terhadap
Drug Related Problems. Hal ini menyebabkan kegiatan kefarmasian lebih banyak
terpusat pada kegiatan yang bersifat non klinik, seperti : kegiatan manajemen atau
pengelolaan perbekalan farmasi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit idealnya 1 orang apoteker
berbanding 30 tempat tidur pasien. Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki
kapasitas tempat tidur sebanyak 188 tempat tidur, menurut Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit, jumlah apoteker ideal yang bertanggungjawab terhadap
pelayanan kefarmasian adalah 6 orang tenaga apoteker. Saat ini Rumah Sakit
Marinir Cilandak memiliki 5 orang tenaga apoteker yang terdiri dari 1 orang
apoteker sebagai Kepala Departemen Farmasi, 2 orang apoteker yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan perbekalan farmasi di RSMC, 1 orang
apoteker yang bertugas secara bergiliran setiap hari di Apotek Dinas dan 1 orang
apoteker yang bertugas di Apotek Askes. Untuk memaksimalkan peranan
apoteker dalam kegiatan farmasi klinik dapat disarankan kepada pimpinan Rumah
Sakit Marinir Cilandak untuk penambahan tenaga profesi apoteker, sekurang-
kurangnya menjadi enam tenaga apoteker. Keenam apoteker tersebut diharapkan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
48
Universitas Indonesia
memiliki peranan yang aktif terhadap pelayanan kefarmasian klinik, terutama di
ruang rawat inap.
Penghubung antara staf medik dan farmasi di rumah sakit adalah Panitia
Farmasi dan Terapi (PFT). Peran apoteker dalam PFT sangat strategis dan penting
karena semua kebijakan dan peraturan dan penggunaan obat di seluruh unit di
rumah sakit ditentukan oleh PFT. PFT di RSMC telah terbentuk dan apoteker
dari Departemen Farmasi telah masuk ke dalam struktur PFT.
Salah satu kegiatan PFT dalam menunjang pelayanan medis di rumah sakit
adalah dengan mengkaji dan menyusun formularium. Rumah Sakit Marinir
Cilandak telah memiliki formularium rumah sakit yang menjadi acuan bagi staf
medik dan kefarmasian di rumah sakit dalam hal peresepan ataupun pengadaan
perbekalan farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi yang sesuai dengan
formularium sangat bermanfaat karena dengan adanya formularium, pengelolaan
dana dan pengadaan perbekalan farmasi menjadi lebih terarah. Walaupun
formularium sudah dibuat, namun kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa
pola peresepan masih ada yang tidak mengikuti formularium. Hal ini
kemungkinan terjadi karena kurangnya pendekatan staf farmasi kepada dokter
penulis resep. Untuk mengetahui apakah penerapan formularium sudah berjalan
dengan baik dan benar, perlu dilakukan evaluasi secara berkala, selain itu perlu
disarankan untuk membuat formularium yang handy seperti membuat
formularium dalam ukuran buku saku sehingga mudah dibawa oleh staf medik
maupun farmasis.
Pengolahan limbah cair di RSMC terdiri dari 3 jenis bak penampungan,
yaitu bak perangkap lemak, bak penyeimbang (equal), dan bak reaktor Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pada proses awal pengolahan limbah semua
limbah cair dari laboratorium dan dapur akan melewati bak perangkap lemak.
Sedangkan limbah cair yang berasal dari laundry akan melewati bak pemecah
detergen. Setelah itu limbah cair akan masuk ke bak penyeimbang (equal)
kemudian dialirkan ke bak reaktor IPAL.
Bak reaktor IPAL terdiri dari 4 bak, yaitu bak pengumpul awal, bak bakteri
anaerob, bak bakteri aerob, dan bak pengumpul akhir. Bak pengumpul awal
merupakan bak tempat pengumpulan limbah yang berasal dari bak penyeimbang
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
49
Universitas Indonesia
(equal) serta bak pemecah detergen. Setelah dari bak pengumpul, limbah dialirkan
ke dalam bak anaerob yang berisi bakteri anaerob. Bakteri anaerob berfungsi
menguraikan limbah cair secara anaerob. Pada kondisi anaerob terjadi proses
denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk diubah menjadi gas nitrogen (NO3 → N2).
Setelah dari bak anaerob, limbah dialirkan ke dalam bak aerob.
Proses pengolahan air limbah secara aerob dilakukan dengan kondisi adanya
oksigen terlarut di dalam bak penampungan. Kemampuan air dalam menyerap
oksigen di udara sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak
terbatas. Oleh karena itu, di dalam bak aerob digunakan blower untuk membantu
pemenuhan kebutuhan oksigen di dalam air. Proses ini dinamakan aerasi. Aerasi
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara
dengan air sehingga terjadi peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air. Selain
diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga
bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah
serta untuk menghilangkan bau. Pada kondisi aerob terjadi proses nitrifikasi yakni
perubahan nitrogen amonium menjadi nitrat (NH4+→ NO3). Proses aerob juga
memanfaatkan aktivitas bakteri aerob. Setiap hari pada bak aerob ditambahkan
bakteri aerob dari luar. Contoh bakteri aerob yang ditambahkan yaitu
Nitrosomonas sp, Nitrobacter, Pseudomonas, dan Bacillus. Penambahan bakteri
ini dimaksudkan untuk mempercepat proses penguraian senyawa organik dalam
limbah cair dan mencegah pertumbuhan bakteri pathogen. Setelah proses
penguraian air limbah secara aerob, air limbah yang sudah tidak berbau tersebut
dialirkan ke dalam bak pengumpul akhir, dan selanjutnya dialirkan ke dalam bak
bio indikator. Indikator biologi yang digunakan adalah koi. Namun pada saat ini
IPAL RSMC masih belum menggunakan ikan dalam bak bio indikator, karena
masih dilakukan pengembangan IPAL yang baru. Sistem IPAL baru ini
diperkirakan sudah beroperasi dengan sempurna dan sistematis dalam beberapa
bulan ke depan.
Pemantauan pengolahan limbah cair RSMC dilakukan setiap 3 bulan sekali
dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup
Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah tersebut dibuang ke sungai Krukut.
Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, ammonia, kesadahan,
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
50
Universitas Indonesia
senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological
Oxygen Demand. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan ke BPLHD,
pengolahan hasil limbah cair RSMC sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan
atau di bawah standar yang diterapkan. Hasil pemeriksaan limbah cair bisa dilihat
pada lampiran (Lampiran 18).
Pengelolaan limbah perbekalan farmasi dalam bentuk padat seperti wadah
gelas, kaca, plastik dan suntikan (syringe) di RSMC dilakukan dengan
menggunakan incenerator yang sudah memiliki efisiensi penghancuran
(degradasi) dan efisiensi pembakaran yang baik. Hasil pembakaran juga tidak
menimbulkan polusi ke wilayah sekitarnya. Menurut operator yang bertugas,
incenerator yang digunakan oleh RSMC termasuk yang terbaik, sehingga banyak
rumah sakit sekitar yang juga ikut menggunakan incenerator ini untuk proses
pengolahan limbah padatnya. Proses pembakaran incenerator RSMC dilakukan 3-
4 kali dalam seminggu yamg dilakukan pada sore hari. Untuk sekali pembakaran
incenerator ini mampu memproses 100 kg limbah padat.
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Rumah Sakit
Marinir Cilandak yang dilaksanakan selama 8 minggu lebih ini, dapat dirasakan
manfaatnya untuk memberikan gambaran kepada calon apoteker mengenai
kegiatan farmasi klinik dan non klinik secara komprehensif di suatu rumah sakit,
serta mempelajari permasalahan-permasalahan dalam menjalankan kegiatan
kefarmasian di rumah sakit dan berupaya mencari solusi dari setiap permasalahan
yang timbul. Praktek Kerja Profesi ini diharapkan dapat menjadi bekal sebelum
memasuki dunia kerja, sehingga para calon apoteker mampu melihat kondisi nyata
di bidang kefarmasian dan mempersiapkan diri dalam menghadapi pekerjaan
profesinya, terutama dalam lingkup pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
51 UniversitasIndonesia
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a. Peran Apoteker di RSMC diantaranya memberikan pelayanan kefarmasian
(pelayanan klinik) dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada
pasien serta mengatur manajemen inventori perbekalan farmasi (pelayanan non
klinik).
b. Apoteker juga berperan dalam Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) salah satu
bentuknya dengan mengkaji dan menyusun formularium rumah sakit.
c. Kendala atau tantangan pada pelayanan kefarmasian di RSMC meliputi belum
berjalannya pelayanan farmasi klinik, belum memadainya sumber daya
manusia apoteker, belum adanya kebijakan yang mendukung dan belum
diterapkannya sistem distribusi obat rawat inap dosis unit, serta belum
optimalnya peranan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menetapkan dan
mengawasi kebijakan penggunaan obat di lingkungan RSMC.
6.2 Saran
a. Meningkatkan pelayanan farmasi klinik, seperti pemberian konseling kepada
pasien dengan kriteria khusus, screening instruksi pengobatan, monitoring efek
samping obat, pengkajian dan evaluasi penggunaan obat, kunjungan ke ruang
perawatan (ward), Therapeutic drug monitoring (TDM) dan Total Parenteral
Nutrition (TPN).
b. Kegiatan distribusi obat rawat inap dalam bentuk dosis unit (unit dose) untuk
mengoptimalkan terapi pasien di RSMC.
c. Perlunya penambahan personel farmasi, seperti : apoteker, sekurang-kurangnya
menjadi enam apoteker yang memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam
pelayanan kefarmasian agar pekerjaan kefarmasian di RSMC dapat berjalan
lebih optimal dan semua kegiatan kefarmasian yang berlangsung di RSMC
dapat diawasi langsung oleh apoteker.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
52 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Depkes. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis .2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta: Kemntrian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Mentri
Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. 1996. Jakarta. Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
tentang Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Berdasarkan Perpres No.5 Tahun 2010. Jakarta.
Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
53
Lampiran1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak
KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK
STRUKTUR ORGANISASI RUMKITAL MARINIR CILANDAK
KARUMKIT
WAKARUMKIT
KPPRS KOMITE DALIN KOMITE MEDIS
PEKAS SATMA
BAG BAG ANG BAG BEK BAG URDAL
SET
BAG BAG BAG PROGA
DEP KESLA DEP GILUT DEP BEDAH DEP KIA DEP P2J2S DEP DEP WAT DEP FARMASI DEP
KSD DUKKES
KSD URIKKES
KSD UGD
KSD BANGDIKLAT
KSD KUBT
KSD R.JALAN
KSD R.INAP KSD
KSD APOTIK
KSD KES ANK
KSD OBSGYIN
KSD KKB
KSD KITLAM
KSD PARU
KSD JANTUNG
KSD KESWA
KSD SARAF
KSD KULKEL
KSD THT
KSD MATA
KSD RADIO
KSD PATKLIN
KSD PAT AN
KSD GIZI
KSD REHAB/MED
KSD
KSD BDH
KSD PROTETIK
KSD ORTHO
KSD BDH UMUM
KSD ORTHOPEDI
KSD
KSD BDH PSLTK
KSD ANASTESI
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
54
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Farmasi
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Marinir Cilandak
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Alur Resep Pasien Rawat Jalan di Apotek Dinas RSMC
PASIEN
Anggota
Ekstern
Etiket
Anggota
Intern
Loket
Pemilihan resep
Racikan :
- Puyer - Salep - Sirup - Kapsul
PASIEN
Pengecekan Akhir Obat
Non racikan
Penerimaan resep
Pengolahan resep
Restitusi
Pencatatan
Apotek
Yanmasum
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
57
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Alur Resep Pasien Rawat Inap di Apotek Dinas dan Yanmasum di RSMC.
Apotek
Pengolahan resep
Penomoran
Pengecekan
Obat di serahkan ke perawat
UDD
DISPENSING
ETIKET
IP
DISPENSING
ETIKET
Resep dari ruang perawatan
CATAT
FORMULIR
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
58
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Alur Resep Pasien Individu di Apotek Yanmasum RSMC
Pasien Penerimaan Resep, Pengecekan & Penghargaan
Pembayaran Obat
Pelayanan
Peracikan
Sediaan Jadi
Pemberian Etiket
Kontrol
Obat Siap
Penyerahan & KIE
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
59
Universitas Indonesia
Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Inap di Apotek Askes RSMC
Penyiapan Obat
Rawat Inap
Rawat Jalan
Pasien Pengecekan
DPHO dan
entri
Legalisasi ASKES
Resep, Foto Copy
SJP, Foto copy
ASKES
Penyerahan Pemberian Etiket
Kontrol
Resep, Foto copy
SJP, Foto copy
ASKES
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
60
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Formulir Lembaran Konseling Obat
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
61
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Formulir Kartu Catatan Obat Pasien Rawat Inap
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
62
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Surat Pesanan Obat Apotek Dinas, Yanmasum, ASKES ke PBF
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
63
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Surat Pesanan Obat Narkotika
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
64
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Surat Pesanan Obat Psikotropika
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
65
Universitas Indonesia
Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Obat
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
66
Universitas Indonesia
Lampiran 14. Alur Proses Dukungan MatKes dari LAFIAL
Lampiran 15.
Surat Permintaan Material Kesehatan
PUT FASKES MENGIRIMKAN PUT SELAMBAT-LAMBATNYA SAMPAI DI DISKESAL SEMESTER I : AKHIR DESEMBER SEMESTER II : AKHIR JUNI
PODUKSI OBAT LAFIAL SELURUH ITEM OBAT PRODUKSI LAFIAL TERSEDIA DI GUDANG P2 MATKES (KUANTITAS) SEMESTER I : AKHIR JANUARI (60%) SEMESTER II : AKHIR MARET (100%)
RENDIS SUBDIS-SUBDIS DISKESAL MEMBUAT RENDIS SEMESTER I : AKHIR FEBRUARI SEMESTER II : AKHIR JULI
SPPB SUBDIS MATKES MEMBUAT SPPB DITANDATANGANI KADISKESAL SEMESTER I : PERTENGAHAN APRIL SEMESTER II : PERTENGAHAN DESEMBER
PENGEPAKAN SIP 2 MATKES MELAKSANAKAN PENGEPAKAN SEMESTER I : AWAL MEI SEMESTER II : AWAL OKTOBER
PENGIRIMAN SIP 2 MATKES MELAKSANAKAN PENGIRIMAN SELAMBAT LAMBATNYA KE FASKES SEMESTER I : AKHIR MEI SEMESTER II :AKHIR OKTOBER
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
67
Universitas Indonesia
Lampiran 15. Surat Permintaan Dukungan MatKes dari LAFIAL
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Lampiran 16. Bukti Surat Pengeluaran Material Kesehatan dari Diskesal
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
69
Universitas Indonesia
Lampiran 17. Bukti Surat Penerimaan Material Kesehatan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
70
Universitas Indonesia
Lampiran 18. Laporan Hasil Pengujian Limbah
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
71
Universitas Indonesia
Lampiran 19. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di RSMC
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Lampiran 20. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSMC
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
73
Universitas Indonesia
Lampiran 21. Flow Chart Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Pasien ASKES pada Kunjungan Pertama
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Lampiran 22. Flow Chart Rawat Inap Tingkat Lanjutan Pasien ASKES pada Rawat Inap Pertama
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Lampiran 23. Formulir Pendaftaran Pasien Baru
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
76
Universitas Indonesia
Lampiran 24. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
77
Universitas Indonesia
Lampiran 25. Lembar Resep Apotek Dinas
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
78
Universitas Indonesia
Lampiran 26. Salinan Resep Apotek Yanmasum
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
79
Universitas Indonesia
Lampiran 27. Salinan Resep Apotek ASKES
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
80
Universitas Indonesia
Lampiran 28. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
81
Universitas Indonesia
Lampiran 29. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
82
Universitas Indonesia
Lampiran 30. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
PADA PASIEN UNSTABLE ANGINA PECTORIS MELALUI
PENELUSURAN REKAM MEDIS PADA TANGGAL
07 – 11 OKTOBER 2013 DI RUANG FLAMBOYAN
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
SITI RAHMAWATI, S.Farm.
1206330122
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Angina Pektoris Tak Stabil/Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST.... 3
2.1.1 Penatalaksanaan ........................................................................ 4
2.2 Diabetes Mellitus ................................................................................ 6
2.2.1 Kriteria Diagnosis ..................................................................... 7
2.2.2 Penatalaksanaan ........................................................................ 7
2.2.3 Treatment of Concomitant Condition ........................................ 9
2.2.4 Situasi Khusus .......................................................................... 9
2.3 Masalah Terkait Obat ......................................................................... 10
2.3.1 Definisi ..................................................................................... 10
2.3.2 Klasifikasi................................................................................. 10
BAB 3. STUDI KASUS ........................................................................................ 12
3.1 Data Diri Pasien.................................................................................. 12
3.2 Keluhan Utama ................................................................................... 12
3.3 Perkembangan Pasien ......................................................................... 13
3.4 Pemeriksaan Laboratorium ................................................................. 16
3.5 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 18
3.6 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat........................... 18
BAB 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 19
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 24
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 24
5.2 Saran .................................................................................................. 24
DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 25
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
iii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pemeriksaan Fisik Pasien .............................................................. 12
Tabel 3.2. Data Perkembangan Pasien ........................................................... 13
Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Astrud dan Elektrolit ....................................... 16
Tabel 3.4. Hasil Pemeriksaan Kimia Darah dan Urinalisa .............................. 16
Tabel 3.5. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu ............................. 17
Tabel 3.6. Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorax .............................................. 18
Tabel 3.7 Identifikasi DRPs pada Regimen Pengobatan Pasien ..................... 18
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat
ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care (asuhan kefarmasian).
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan
obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
Pernyataan dari ASHP (American Society of Health-System Pharmacist)
mendeskripsikan lima elemen utama asuhan kefarmasian: “terkait dengan
pengobatan; merupakan asuhan yang diberikan langsung kepada pasien; diberikan
untuk menciptakan hasil-hasil nyata; hasil tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien; dan penyedia asuhan (farmasis) menerima
tanggung jawab pribadi untuk hasil” (ASHP, 1996)
Secara lebih spesifik, farmasis memiliki tiga tanggung jawab utama: (i)
memastikan bahwa terapi obat pasien diindikasikan secara tepat, paling efektif
yang tersedia, paling aman, paling nyaman digunakan, dan paling ekonomis; (ii)
mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah permasalahan-permasalahan terapi
obat; dan (iii) memastikan bahwa tujuan terapi obat pasien terpenuhi dan hasil-
hasil optimal terkait kesehatan tercapai. Semua tanggung jawab tersebut berpusat
pada menghadapi permasalahan-permasalahan terkait obat pasien (Jones, 2008).
Permasalahan terkait obat (Drug Related Problems/DRPs) adalah setiap
peristiwa tidak diinginkan yang dialami pasien yang melibatkan terapi obat dan
pada kenyataannya (atau kemungkinan besar) mengganggu hasil yang diharapkan
pasien (Cipolle dkk, 2004). Dengan kata lain, permasalahan terapi obat adalah
permasalahan pasien yang diakibatkan oleh atau dapat diatasi dengan obat.
Permasalahan terapi obat dalam masyarakat mengakibatkan jumlah morbiditas
dan mortalitas yang berarti (Jones, 2008).
Tanggung jawab seorang farmasis salah satunya adalah mengidentifikasi
masalah terkait obat yang nyata atau berpotensi terjadi dan memberikan
rekomendasi penanganan atau pencegahannya. Oleh sebab itu, studi kasus
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
2
Universitas Indonesia
masalah terkait obat dilakukan terhadap seorang pasien di salah satu ruang rawat
inap di Rumah Sakit Marinir Cilandak melalui penelusuran rekam medik pasien.
Selanjutnya kegiatan ini diharapkan mampu memberikan gambaran
kepada para tenaga kefarmasian dalam melakukan kegiatan farmasi klinis
terutama dalam hal identifikasi, pencegahan dan pemecahan masalah DRPs. Agar
tercipta sistem pelayanan kesehatan yang optimal untuk mendapatkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
1.2 Tujuan
Penyusunan laporan tugas khusus praktek kerja profesi apoteker ini
bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi masalah terkait obat (Drug Related Problems) yang
terjadi pada rejimen pengobatan pasien melalui penelusuran rekam medik
pasien pada tanggal 7 - 11 Oktober 2013
2. Memberikan rekomendasi penanganan masalah terkait obat (Drug Related
Problems) yang terjadi pada rejimen pengobatan pasien pada tanggal 7-11
Oktober 2013.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angina Pektoris Tak Stabil/Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST
Angina tak stabil yaitu: (1) Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2
bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali
perhari. (2) Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya
angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit
dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan (3) pasien dengan serangan
angina pada waktu istirahat (Trisnohadi, 2009). Gejala yang paling sering terjadi
adalah nyeri dada, sekaligus merupakan gejala yang paling banyak dialami oleh
pasien yang datang ke IGD (Alwi dan Harun, 2009).
Angina pektoris tak stabil (Unstable Angina Pectoris =UAP) dan Infark
miokard akut tanpa elevasi ST (Non ST Elevation Myocardial Infarction =
NSTEMI) memiliki kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis sehingga pada
prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda (Alwi dan Harun, 2009).
Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan America
Heart Association (AHA) perbedaaan UAP dan NSTEMI ialah apakah iskemia
yang timbul cukup berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada
miokardium, sehingga adanya petanda kerusakan miokardium dapat diperiksa.
Diagnosis angina tak stabil bila pasien mempunyai keluhan iskemia sedangkan tak
ada kenaikan troponin maupun CK-MB, dengan ataupun tanpa perubahan EKG
untuk iskemia, seperti adanya depresi segmen ST ataupun elevasi yang sebentar
atau adanya gelombang T yang negatif. Karena kenaikan enzim biasanya dalam
waktu 12 jam, maka pada tahap awal serangan, angina tak stabil seringkali tak
bisa dibedakan dari NSTEMI (Trisnohadi, 2009). Troponin T atau troponin I
merupakan pertanda nekrosis miokard yang lebih disukai, karena lebih spesifik
daripada enzim jantung tradisional seperti creatine kinase (CK), isoenzyme MB
(CKMB), dan myoglobulin. Pada pasien dengan IMA, peningkatan awal troponin
awal pada daerah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2 minggu
(Hamm dkk, 2011).
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
4
Universitas Indonesia
2.1.1 Penatalaksanaan
Pasien dengan nyeri dada dapat diduga menderita infark miokard atau angina
pektoris tak stabil dari anamnesis nyeri dada yang teliti. Pasien-pasien yang tiba di
UGD, harus segera dievaluasi karena kita berpacu dengan waktu dan bila makin
cepat tindakan reperfusi dilakukan hasilnya akan lebih baik (Gambar 2.1).
Tujuannya adalah mencegah terjadinya infark miokard ataupun membatasi
luasnya infark dan mempertahankan fungsi jantung. Manajemen dalam 10 menit
pertama harus selesai dilaksanakan adalah (Depkes, 2006):
a. pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,
b. periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT,
c. berikan segera: O2, infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%,
d. pasang monitoring EKG secara kontiniu,
e. pemberian obat:
- nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena titrasi (kontraindikasi
bila TD sistolik < 90 mmHg), bradikardia (< 50 kali/menit), takikardia,
- aspirin 160-325 mg: bila alergi/tidak responsif diganti dengan dipiridamol,
tiklopidin atau klopidogrel, dan
- mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5
menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau
tramadol 25-50 mg intravena.
Gambar 2.1 Algoritma Terapi untuk UAP/NSTEMI
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
5
Universitas Indonesia
2.1.1.1 Terapi Antiiskemia (Alwi dan Harun, 2009)
Untuk menghilangkan nyeri dada atau mencegah nyeri dada berulang
diberikan terapi awal mencakup nitrat dan beta-blocker. Terapi antiiskemia terdiri
dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena, dan beta-
blocker (pada keadaan tertentu dapat diberikan intravena). Antagonis kalsium
nondihidropiridin diberikan pada pasien dengan iskemia refrakter atau yang tidak
toleran dengan obat beta-blocker.
Pasien yang mengalami nyeri dada iskemia harus diberikan nitrat
pertama kalinya secara sublingual atau spray. Jika nyeri menetap setelah diberikan
nitrat sublingual tiga kali dengan interval lima menit, direkomendasikan
pemberian nitrogliserin intravena (mulai dari 5-10 μg/menit). Laju infus dapat
ditingkatkan 10 μg/menit tiap 3-5 menit sampai tekanan menghilang atau tekanan
darah sistolik < 100 mmHg. Jika pasien sudah terbebas dari nyeri selama 12-24
jam, dapat diberikan nitrat oral.
Beta blocker oral diberikam dengan target frekuensi jantung 50-60
kali/menit.Antagonis kalsium yang mengurangi frekuensi jantung seperti
verapamil atau diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan nyeri dada
persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan beta blocker atau pada
pasien yang kontraindikasi dengan beta blocker. Jika nyeri dada menetap setelah
pemberian nitrogliserin intravena, diberikan morfin sulfat dengan dosis 1-5 mg
diberikan 5-30 menit sampai dosis total 20 mg.
2.1.1.2 Terapi Antitrombotik (Alwi dan Harun, 2009)
Oklusi trombus subtotal pada koroner mempunyai peran utama dalam
patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai dari agregasi platelet dan pembentukan
thrombin-activated fibrin bertanggung jawab atas perkembangan klot. Oleh
karena itu terapi antiplatelet dan antitrombin menjadi komponen utama dalam
pengobatan.
2.1.1.3 Terapi Antiplatelet (Alwi dan Harun, 2009)
Salah satu obat yang digunakan adalah aspirin. Aspirin menghambat
siklooksigenase-1. Pada pemberian terapi aspirin dapat terjadi sindrom “resistensi
insulin” yang ditandai dengan penghambatan agregasi platelet dan/atau kegagalan
yang dapt memperpanjang waktu pendarahan. Pasien yang mengalami resitensi
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
6
Universitas Indonesia
insulin beresiko mengalami rekuren. Walaupun penelitian prospektif acak belum
ditemukan pada pasien-pasien ini, adalah logis untuk memberikan terapi
klopidogrel, walaupun aspirin sebaiknya juga tidak dihentikan.
Klopidogrel (thyenopyridine) memblok reseptor adenosine diphosphate
pada permukaan platelet dan dengan demikian menginhibisi aktivasi platelet.
Klopidogrel direkomendasikan sebagai obat lini pertama (first line drug) pada
UA/NSTEMI dan ditambahkan aspirin pada pasien UA/NSTEMI, kecuali pada
mereka dengan resiko tinggi pendarahan dan pada pasien yang memerlukan
CABG segera. Klopidogrel sebaiknya diberikan pada : 1). Pasien yang
direncanakan untuk mendapatkan pendekatan non-invasif dini; 2). Pasien yang
diketahui bukan merupakan kandidat operasi koroner segera atau memiliki
kontraindikasi untuk operasi; 3). Kateterisasi ditunda selama > 24-36 jam.
2.2 Diabetes mellitus
Diabetes mellitus (DM) menggambarkan sekelompok gangguan
metabolisme kronis yang ditandai dengan hiperglikemia yang mungkin
mengakibatkan mikrovaskuler jangka panjang, makrovaskular, dan komplikasi
neuropatik (Cook dkk, 2008).
Gejala-gejala akut diabetes melitus disebabkan oleh kurang adekuatnya
kerja insulin. Karena insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu
menurunkan kadar glukosa darah maka salah satu gambaran menonjol pada
diabetes melitus adalah peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia
(Sherwood, 2011).
Diabetes melitus mempunyai dua varian utama, berdasarkan kemampuan
pankreas mengeluarkan insulin. Diabetes tipe 1, yang ditandai oleh kurangnya
sekresi insulin, dan diabetes tipe 2, yang ditandai oleh sekresi insulin yang normal
atau bahkan meningkat tetapi sensitivitas sel sasaran terhadap insulin berkurang
(Sherwood, 2011).
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
7
Universitas Indonesia
2.2.1 Kriteria Diagnosis (Cook dkk, 2008)
Diagnosis DM meliputi hasil glikemik melebihi nilai ambang dengan salah
satu dari tiga pilihan pengujian. Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus
meliputi:
1. Gejala diabetes ditandai dengan konsentrasi glukosa plasma sewaktu lebih
besar dari atau sama dengan 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Sewaktu
didefinisikan sebagai setiap saat sepanjang hari tanpa memperhatikan
waktu sejak terakhir makan. Gejala klasik diabetes meliputi poliuria,
polidipsia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
2. Glukosa plasma puasa lebih besar dari atau sama dengan 126 mg/dL (7.0
mmol/L). Puasa didefinisikan sebagai tidak ada asupan kalori setidaknya 8
jam.
3. Glukosa postload dua jam lebih besar dari atau sama dengan 200 mg/dL
(11,1 mmol/L) selama tes toleransi glukosa oral. Tes harus dilakukan
seperti yang dijelaskan oleh World Health Organization, menggunakan
beban glukosa yang mengandung setara dengan 75 g glukosa anhidrat
dilarutkan dalam air.
2.2.2 Penatalaksanaan
2.2.2.1 Terapi Non Farmakologi (Cook dkk, 2008)
A. Diet
Diet yang dianjurkan untuk pasien dengan diabetes adalah rencana makan
rendah lemak, tinggi serat,asupan kalori rendah sampai sedang, dan mencapai
keseimbangan dari berbagai komponen dan nutrisi yang dibutuhkan. Fokus utama
Medical Nutrition Therapy (MNT) untuk pasien dengan DM tipe 1 adalah
pencocokan dosis insulin secara optimal dengan konsumsi karbohidrat. DM tipe 2,
fokus utama adalah pengurangan kalori untuk mencapai penurunan berat badan.
B. Menajemen Berat Badan
Pendekatan utama yang direkomendasikan untuk penurunan berat badan
adalah Therapeutic Lifestyle Change (TLC), yang mengintegrasikan pengurangan
asupan kalori 500 sampai 1000 kcal/hari dan peningkatan aktivitas fisik.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Penurunan berat badan yang lambat tapi progresif 0,45-0,91 kg per minggu lebih
disukai.
C. Aktivitas Fisik
Inisiasi kegiatan fisik dalam individu dengan riwayat gaya hidup menetap
harus dimulai dengan peningkatan dalam aktivitas. Berjalan, berenang, dan
bersepeda adalah contoh latihan berdampak rendah yang bisa didorong. Pada saat
yang sama, berkebun dan tugas pembersihan rumah biasa adalah latihan yang baik
juga. Tujuan jangka panjangnya adalah untuk melakukan setidaknya 30 menit
aktivitas aerobik sebanyak mungkin hari dalam seminggu.
2.2.2.2 Terapi Farmakologi (Sukandar dkk, 2008; Cook dkk, 2008)
Terapi obat diperlukan apabila terapi tanpa obat seperti pengaturan diet dan olah
raga belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Terapi obat yang
diberikan baik dalam bentuk antidiabetes oral ataupun terapi insulin. Antidiabetes
oral meliputi agen yang meningkatkan sekresi insulin seperti Sulfonilurea,
biguanid, tiazolidin dan agen penghambat alfa-glukosidase dan penghambat
Dipeptidil Peptidase IV.
a. Insulin
Insulin menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi pengambilan
glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik. Efek samping yang
sering muncul berupa hipoglikemia dan reaksi alergi.
b. Sulfonilurea
Sulfonilurea bekerja merangsang sekresi insulin pada pankreas sehingga hanya
efektif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi. Efek samping yang
sering muncul berupa hipoglikemia dan peningkatan berat badan.
c. Biguanida
Biguanida bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan. Efek samping yang sering muncul berupa
gangguan GI, mual, diare, dan asidosis laktat.
d. Tiazolidindion
Tiazolidindion meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan jaringan
adiposa dan menghambat glukoneogenesis hepatik. Efek samping yang sering
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
9
Universitas Indonesia
muncul berupa edema, dan peningkatan berat badan. Hentikan penggunaan jika
alanine aminotransferase (ALT) meningkat 3x dari nilai normal. Lakukan
monitoring fungsi hati.
e. Penghambat α-glukosidase
Akarbose bekerja menghambat alpha-glukosidase sehingga mencegah
penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan
demikian memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat. Efek
samping yang sering muncul berupa gangguan GI meliputi flatulensi, kejang,
perut kembung dan nyeri.
f. Penghambat Dipeptidil Peptidase IV
Obat ini menghambat dipeptidil peptidase IV yaitu enzim yang menurunkan
sekresi inkretin. Hormon inkretin dapat meningkatkan sekresi insulin dan
menekan sekresi glukagon. Efek samping yang sering terjadi berupa
nasofaringitis dan infeksi saluran pernapasan atas.
2.2.3 Treatment of Concomitant Conditions (Hiperlipidemia)
The National Cholesterol Education Program Adult Treatment Pedoman
Panel III mengklasifikasikan kehadiran DM untuk menjadi sama risiko kesetaraan
sebagai PJK. Target utama untuk penurun lipid pengobatan kolesterol LDL
kurang dari 100 mg/dL (2.59 mmol/L). Untuk pasien dengan risiko kardiovaskular
yang tinggi, sasaran LDL adalah 70 mg / dL (1,81 mmol/L). Pengobatan dengan
HMG-CoA inhibitor, biasa disebut statin, seringkali diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Setelah kadar kolesterol LDL dicapai, tujuan trigliserida dan HDL
juga harus dicapai. Perawatan termasuk niacin atau terapi fibrate dapat digunakan
untuk mencapai tujuan sekunder ini. Namun, harus hati-hati dengan penggunaan
terapi kombinasi dengan statin-fibrat karena risiko kejadian merugikan yang lebih
tinggi telah dilaporkan (Cook dkk, 2008).
2.2.4 Situasi Khusus (Perawatan Rumah Sakit)
Pengobatan agresif hiperglikemia pada pasien rawat inap dapat mencegah biaya
yang tidak perlu kepada pasien dan sistem perawatan kesehatan. Ketika pasien
baik secara fisik maupun emosional stres, hormon counter regulatory dilepaskan,
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
10
Universitas Indonesia
maka dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Terapi insulin drip untuk pasien
dengan kadar glukosa darah yang lebih besar dari 140 mg/dL ( 7,77 mmol/L )
dianggap lebih baik diberikan insulin sliding-scale. Terapi insulin sliding-scale
biasanya tidak memberikan efek penurunan kadar gula darah secara langsung
tetapi secara perlahan memperbaiki kadar gula darah. Kadar glukosa darah dapat
diukur dengan beberapa metode. Sampel arteri biasanya 5 mg/dL (0,28 mmol/L)
lebih tinggi dari nilai kapiler dan 10mg /dL (0,56 mmol/L) lebih besar dari nilai
vena (Cook dkk, 2008).
2.3 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems) (Cipolle dkk, 2004)
2.3.1 Definisi
Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan
sebagai setiap peristiwa tidak diinginkan yang dialami pasien yang melibatkan
terapi obat dan pada kenyataannya (atau kemungkinan besar) mengganggu hasil
yang diharapkan pasien. Dengan kata lain, permasalahan terapi obat adalah
permasalahan pasien yang diakibatkan oleh atau dapat diatasi dengan obat.
2.3.2 Klasifikasi
Masalah terkait obat yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Indikasi yang tidak memperoleh terapi (untreated indication), yaitu pasien
mempunyai masalah medis yang memerlukan pengobatan, tetapi tidak
menerima obat yang sesuai dengan indikasi tersebut.
2. Pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection), yaitu pasien
mendapatkan obat yang tidak sesuai dengan kondisi medis yang dialaminya.
3. Dosis terlalu rendah (subtherapeutic dose), yaitu pasien mempunyai masalah
medis dan menerima obat yang sesuai, namun dosis yang diberikan terlalu
rendah.
4. Dosis terlalu tinggi (over dose), yaitu pasien mendapat masalah medis karena
penggunaan obat yang berlebihan.
5. Efek samping obat (adverse drug reactions), yaitu pasien mendapat masalah
medis karena efek yang tidak dikehendaki/efek samping obat.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
11
Universitas Indonesia
6. Interaksi obat (drug interactions), yaitu pasien mendapat masalah medis
karena adanya interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, dan obat
dengan uji laboratorium.
7. Kegagalan menerima pengobatan (failure to receive medication), yaitu pasien
mempunyai masalah medis akan tetapi secara farmasetik, psikologis atau sosio
ekonomis penderita tersebut gagal mendapatkan obat.
8. Penggunaan obat tanpa indikasi (medication use without medication), yaitu
pasien menggunakan obat tanpa indikasi medis yang jelas.
Ketika ditemukan sebuah masalah terkait obat, farmasis harus
merencanakan cara mengatasinya. Farmasis harus memberikan skala prioritas
untuk masalah terkait obat tersebut, yang didasarkan pada risiko yang mungkin
diperoleh penderita. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala
prioritas masalah terkait obat:
1. Masalah mana yang harus diselesaikan lebih dahulu dan masalah mana yang
dapat diselesaikan kemudian.
2. Masalah yang merupakan tanggung jawab farmasis.
3. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh farmasis.
4. Masalah yang dalam penyelesaiannya memerlukan bantuan dari tenaga
kesehatan lainnya (dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain-lain).
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
12 Universitas Indonesia
BAB 3 STUDI KASUS
3.1 Data Diri Pasien
Nama Pasien : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki – laki
Tempat Tanggal Lahir : Malang, 27 Juni 1964
Usia : 49 tahun, 5 bulan, 7 hari
No. Telepon : -
No. Rekam Medik : 16 60 51
3.2 Keluhan Utama
Tn. S dengan umur 49 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada
tanggal 7 Oktober 2013. Keluhan utama pasien adalah nyeri dada seperti tertekan
sejak pagi. Riwayat penyakit sekarang yaitu hipertensi (+). Sebelumnya sering
nyeri di dada, sesak (+) apabila pasien berjalan kaki dan naik tangga sekitar 5
menit. Riwayat operasi (-). Kalau malam sering terbangun, kalau tidur lebih enak
memakai 1 bantal. Hasil pemeriksaan fisik pasien dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.1. Pemeriksaan Fisik Pasien
Tekanan darah 130/90 mmHg
Frekuensi nadi 48 kali/menit
Suhu tubuh 35,2oC
Pernapasan 24 kali/menit
Kesadaran CM (Compos Mentis = kesadaran
penuh)
Kepala Normochepal
Abdomen Supel, NT (-), BU (N)
Ekstremitas Hangat, edema O2
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Diagnosa sementara dokter terhadap pasien adalah akut inferior MCI
(myocard infarct). Pasien diberi terapi infus Ringer Laktat 7 tetes/menit, aspilet
1x80mg, amlodipin 1x5mg, dan ISDN 3x5mg. Sebelumnya pasien di UGD telah
diberikan ISDN 5 mg 1 tab dan aspilet 80mg 2 tab.
3.3 Perkembangan Pasien
Perkembangan Tn. S selama dirawat di rumah sakit dapat dilihat pada
tabel 3.2.
Tabel 3.2. Data Perkembangan Pasien
Tanggal Subjective
(S)
Objective
(O)
Assesment
(A)
Planning
(P)
07/10-13
Nyeri dada
infark 8 jam
sejak masuk
Rumah Sakit
Faktor risiko:
merokok
KU : sedang
Kes: CM
TD: 121/69mmHg
N: 60/mnt
R: 16/mnt
c/p dbn
EKG serial: tetap,
ST elevasi (-)
Lab. GDS 436
Ur/ Cr: 20/1,2
NSTEMI
(non ST-
elevation
myocardial
infarction)
DD UAP
(Unstable
Angina
Pectoris)
TIMI score:
1 (low risk)
Pasien dirawat inap
Terapi:
- O2: 2 l/mnt
- Infus RL 7 tpm
- Arixtra 1x25mg sc (5 hr)
- Aspilet 1x80mg
- ISDN 3x5mg
- Amlodpin 1x5mg
- Diazepam 1x5mg
- Diet cair DM 6x150kkal
- RB IPD
Lab. CK MB (hari ini)
Lipid profile (besok pagi)
07/10-13
16.40
Konsul dokter
penyakit
dalam
- -
- Sliding scale kelipatan 4
mulai dari 150 mg/dL
per 6 jam
08/10-13
Kardio
08.30
Nyeri dada (-)
Sakit kepala
(+)
SS/CM
TD 106/66
HR: 57x/mnt
RR: 15x/mnt
Thorax: C/BJ reg
G (-)
NSTEMI
DD UAP
Terapi:
- O2 nasal: 2l/mnt
- IVFD RL 7 tpm
- Inj. Arixtra 1x2,5mg sc
(hari 2)
- Aspilet 1x80mg
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
14
Universitas Indonesia
P/SN VES
reg -/- reg -/-
Abdomen: supel,
BU (+)
Urin: 600cc/
18jam
CKMB: 13
- ISDN 3x5mg
↓3x2,5mg (sakit
sesak)
- Amlodipin 1x5mg bila
TDS <110 lanjutkan
- Diazepam 1x 5mg
- Diet cair 6x150 kkal 5
jam
- Bubur sumsum
- Paracetamol 500mg kp
(sakit kepala)
- Simvastatin 1x10mg
08/10-13
Rw DM (-)
CM
TD: 116/69
HR : 56
GDS: 256
- -
09/10-13
Pusing (+)
Nyeri perut (+)
BAB (-) 3 hari
A/I/C/ne
TD: 100/80
N: 80x/mnt
T: 36⁰C
RR: 8x/mnt
NT (+)
epigastium
DM
UAP
Periksa: GDS/8 jam
Terapi:
- Bubur sumsum tanpa
gula
- Dulcolax extra malam
- Inj. Actrapid 3x10ui sc
15’ ac
- Terapi lainnya
lanjutkan
09/10-13
10.00
Sakit kepala
TD : 100/80
N: 80/mnt
R: 1x/mnt
C/P dbn
UAP hari
III
Terapi:
- Arixtra hari III
- Aspilet 1x80mg
- Amlodipin 1x1 tab
- Diazepam
alprazolam 2x0,25mg
- Aff kateter
- Mobilisasi
- Diet lunak
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
15
Universitas Indonesia
10/10-13
Sudah
mencoba
untuk mika,
miki, duduk
tapi terasa
pusing
Nyeri dada
jika batuk
KU/KS: SS/CM
TD : 100/70
N: 70x/mnt
S: 36⁰C
RR: 20x/mnt
Thorax: c/p dbn
Abd: supel, NT
(+), Bu (+)N,
Lab. GDS 129
UAP hari
ke-IV
+
DM tipe 2
Terapi:
-diet lunak DM 1500 kkal
- IVFD RL 7 tpm
- Inj. Arixtra 1x2,5mg sc
hari ke-IV
- Inj. Actrapid 3x10 unit c
- Aspilet 1x80 mg tab
- Amlodipin 1x5 mg tab
- ISDN 3x2,5mg
- Alprazolam 2x0,25mg
(1-0-1)
- Simvastatin 10 mg
(0-0-1)
- PCT 3x1 tab (kp)
10/10-13 -
KU: SS
Kes: CM
TD: 140/100
N: 75x/mnt
R: 16x/mnt
c/p dbn
UAP
+
DM
Lanjutkan
Alprazolam stop
Mobilisasi
Diet nasi tim
11/10-13 Keluhan (-)
KU: SS
Kes: CM
TD: 110/70
N: 80x/mnt
R: 18x/mnt
T: 36⁰C
Thorax: C/BJ reg
G(-)
P/SN VES Rh (-/-
) Wh (-/-)
Abd: supel, BU
(+)
UAP
+
DM t 2
Terapi:
- Inj. Arixtra 1x2,5mg sc
(hari 5) 14.00
- Aspilet 1x80mg tab
- Amlodipin 1x5mg tab
- ISDN 3x2,5mg
- Alprazolam 2x2,5mg
stop
- Simvastatin 10mg (0-0-
1)
- Diet nasi tim
- Glucodex (1-1-0)
Pasien Pulang
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
16
Universitas Indonesia
3.4 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium Tn. S dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Astrup dan Elektrolit JENIS
PEMERIKSAAN NILAI NORMAL TANGGAL 7/10/13 8/10/13 9/10/13 10/10/13 11/10/13
ASTRUP dan ELEKTROLIT
pH 7,25 – 7,45 7,463
PCO2 33-44 mmHg 35,6
PO2 71-104 mmHg 149,2
HCO3 22-29 mmol/L 25,7
TCO2 19-24 mmol/L 26,8
Base excess -2 s/d +3 mmol/L 2,8
O2 saturasi 85-95% 38,9
Elektrolit
Na 135-147 mEq/L 129,9
K 3,5-5 mEq/L 4,14
Cl 5-105 mEq/L 29,4
Tabel 3.4. Hasil Pemeriksaan Kimia Darah dan Urinalisa
JENIS PEMERIKSAAN NILAI NORMAL TANGGAL
7/10/13 8/10/13 9/10/13 10/10/13 11/10/13 KIMIA DARAH
Trigliserida <175 MG/DL 260
Cholestrol total < 200mg / dl 192
Cholestrol HDL P: 33-55, W: 45-65 mg/dl 27
Cholesterol LDL <130 mg/ dl 113
Ureum 20-50 mg/dl 20
Creatinin 0,8 - 1,1 mg/ dl 1,2
URINALISA
Urine lengkap:
Warna Kuning
Kuning
muda
Kejernihan Jernih
Jernih
Berat jenis 1015-1025
1020
pH 6 – 8
6,0
Protein (-) negative
-
Glukosa (-) negative
-
Keton (-) negative
+
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Urobilinogen (-) negative
-
Bilirubin (-) negative
-
Urobilin (+) Positif
+
Nitrit (-) Negatif
-
Blood (-) negative
-
Sedimen:
Leukosit 0-5 / LPB
2-4
Eritrosit 0-1 / LPB
0-2
Epitel (-) Negatif
+
Bakteri (-) negative
-
Silinder (-) negative
-
Kristal (-) negative
-
DARAH RUTIN
Hemoglobin P: 13 - 17 gr/dl ; W: 12-16 gr/dl 16,1
Hematokrit 37 - 54 % 49
Leukosit 5.000 - 10.000 / ul 6000
Trombosit 150.000 - 400.000 / ul 247
HITUNG JENIS
Netrofil Segmen 50-70 % 55
Limfosit 25 - 40 % 35
Monosit 2-6 % 10
SGOT P: < 50 u/l, W: < 35 u/l 45
SGPT P: < 50 u/l, W: < 35 u/l 50
Tabel 3.5. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu Pemeriksaan Nilai Normal Tanggal Waktu Hasil
GDS < 200 mg/dL
7/10/13 11.45 436 18.00 234 24.00 390
8/10/13 06.00 256 15.00 239 22.00 199
9/10/13 05.00 199 11.00 220 16.00 156
10/10/13 05.00 129 11.00 183 16.00 231
11/10/13 05.00 210
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
18
Universitas Indonesia
3.5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorax di RSMC tanggal 7 Oktober 2013 dapat
dilihat pada table 3.6.
Tabel 3.6. Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorax
Cor Bentuk dan besar normal
Pulmo Corakan paru baik
Infiltrat Tak tampak
Sinus dan diafragma baik
Tulang dan soft tissue baik
Kesan Jantung dan paru baik
3.6 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat
Hasil identifikasi masalah terkait obat (Drug Related ProblemsI) pada
regimen pengobatan pasien Tn. S dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.7. Identifikasi DRPs Pada Regimen Pengobatan Pasien
No. Jenis DRPs Nama Obat Permasalahan Rekomendasi
1. Pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection)
Simvastatin
Untuk terapi hiperkolesterolemia, sedangkan pasien mengalami peningkatan kadar trigliserida
Diganti dengan golongan fibric acid seperti gemfibrozil (600 mg BID)
Arixtra® injeksi (fundaparinux)
Bukan merupakan pengobatan lini pertama pasien UAP
Digunakan terapi lini pertama klopidogrel 1x75 mg dan Aspirin 1x80mg
2. Efek samping obat (adverse drug reactions)
Insulin Efeknya dapat meningkatkan penyimpanan asam lemak dalam bentuk trigliserida
Diberikan terapi penurun kadar trigliserida, gemfibrozil 600 mg 2 kali sehari
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
19 Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat
ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan
kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi
menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dari pasien.
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk
mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.
Seorang apoteker harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
proses pelayanan kesehatan, memahami penyakit dan terapinya dengan
memperhatikan kondisi pasien secara individual, mampu mengidentifikasi,
menatalaksana dan mencegah problem kesehatan yang terkait dengan penggunaan
obat (drug related problems), dan mampu bekerjasama dengan tenaga profesional
kesehatan lainnya yang terlibat langsung dalam perawatan penderita. Salah satu
langkah yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi drug related problems
(DRPs) dari terapi yang diberikan pada Tn. S yang dirawat di ruang Flamboyan
bawah.
Tn. S dengan umur 49 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada
tanggal 7 Oktober 2013 pukul 09.30. Keluhan utama pasien adalah nyeri dada
seperti tertekan sejak pagi. Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien mempunyai
riwayat hipertensi. Sebelumnya sering nyeri di dada, mengalami sesak apabila
pasien berjalan kaki dan naik tangga sekitar 5 menit. Pasien belum pernah operasi
jantung sebelumnya. Kalau malam sering terbangun, kalau tidur lebih enak
memakai 1 bantal.
Hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan frekuensi nadi 48x/menit
yang menandakan pasien mengalami bradikardia (denyut nadi melemah),
kecepatan respirasi 24x/menit menunjukkan pasien mengalami takipnea dikarekan
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
20
Universitas Indonesia
pasien merasakan kecemasan dan rasa sakit. Pasien datang dengan kesadaran
penuh (compos mentis), abdomen normal, dan ekstrimitas hangat yang
menandakan sirkulasi baik. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg yang menurut
JNC 7 tergolong ke dalam pre hipertensi. Diagnosa sementara dokter terhadap
pasien adalah akut inferior MCI (myocard infarct). Pasien diberi terapi infus
Ringer Laktat 7 tetes/menit, aspilet 1x80mg, amlodipin 1x5mg, dan ISDN 3x5mg.
Sebelumnya pasien di UGD telah diberikan ISDN 5 mg 1 tab dan aspilet 80mg 2
tab.
Selama pasien dirawat dilakukan pemeriksaan perkembangan pasien yang
meliputi subjektive (S), objective (O), assesment (A) dan planning (P). Hari
pertama pemeriksaan pasien mengeluhkan (S) nyeri dada infark 8 jam sejak
masuk rumah sakit, dan pasien memiliki faktor risiko merokok. Tekanan darah,
frekuensi nadi dan kecepatan respirasi berada dalam rentang normal, berturut-
turut 121/69mmHg, 60x/menit dan 16x/menit. Pemeriksaan EKG menunjukkan
tidak adanya elevasi ST, hal ini menandakan bahwa diagnosis awal pasien akut
inferior MCI kurang tepat sehingga assesmentnya (A) menjadi NSTEMI (non ST-
elevation myocardial infarction) dengan different diagnosis UAP (Unstable
Angina Pectoris). Pasien direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium, meliputi pemeriksaan kadar gula darah, CKMB (MB band of
creatine phosphokinase), urinalisa dan lipid profile.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa kadar gula darah
sewaktu pasien 436mg/dL, hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami
hiperglikemia, sehingga diberikan terapi insulin secara sliding scale. Nilai ureum
dan creatinin berturut-turut 20mg/dL dan 1,2mg/dL, keduanya masih berada di
dalam rentang normal yang menunjukkan bahwa ginjal pasien masih berfungsi
normal. Nilai O2 saturasi pasien di bawah normal yaitu 38,9% yang menunjukkan
bahwa terjadinya penurunan transfer oksigen yang menandakan bahwa pasien
membutuhkan suplemen oksigen, dimana menurut Idrus Alwi dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, pasien dengan saturasi oksigen arteri <90% harus diberikan
suplemen oksigen. Hasil pemeriksaan CKMB pasien adalah 13U/L dimana nilai
ini berada dalam rentang normal yang menandakan bahwa pasien mengalami
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
21
Universitas Indonesia
angina pektoris tidak stabil, meskipun nilai CKMB ini kurang spesifik dan sensitif
dibandingkan nilai troponin karena CKMB juga ditemukan di otot skeletal.
Hari kedua pasien dirawat dilakukan pemeriksaan profile lipid dan
hasilnya menunjukkan adanya ketidaknormalan dalam kadar trigliserida dan kadar
HDL kolesterol pasien yaitu 260mg/dL dan 27mg/dL, hal ini menunjukkan
adanya gangguan metabolisme lipid pada pasien. Sedangakan kadar LDL
kolesterolnya adalah 113mg/dL yang masih masuk ke dalam rentang normal,
walaupun sebaiknya diterapi sesuai National Cholesterol Education Program
(NCEP) karena kadar kolesterol LDL sebaiknya tereduksi hingga kurang dari
100mg/dL.
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit pasien yaitu pemeriksaan rontgen
thorax. Hasil pemeriksaannya menunjukkan, cor memiliki bentuk dan besar yang
normal, pulmo menunjukkan corakan paru baik tidak ada tampak infiltrat, sinus
dan diafragma baik, tulang dan soft tissue baik, sehingga dapat disimpulkan
jantung dan paru baik.
Hari keempat pasien di rawat dilakukan pemeriksaan urinalisa yang
meliputi warna, kejernihan, berat jenis, pH, protein, glukosa, urobilinogen,
bilirubin, urobilin, nitrit, blood, dan sedimen. Kesemua pemeriksaan tersebut
menunjukkan hasil yang normal, hanya saja ditemukan benda keton di dalam urin
pasien. Benda keton dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak
terkontrol, dan pecandu alkohol. Adanya benda keton di dalam urin (ketonuria)
terbentuk karena penggunaan lemak sebagai sumber energi. Hal ini dikarenakan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang terjadi pada Diabetes Mellitus
akibat dari terganggunya hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas.
Defisiensi insulin menyebabkan hanya sebagian kecil glukosa yang dapat diubah
menjadi glikogen. Glukosa yang berasal dari makanan sebagian besar tetap berada
dalam darah, kadar glukosa darah yang meningkat (hiperglikemia) mendorong
pembuangan kelebihan glukosa tersebut keluar melalui urin. Sebagian besar
glukosa tidak diambil oleh tubuh dan dibuang melalui urin sehingga menyebabkan
terambilnya lemak dan protein untuk dijadikan sumber energi. Keadaan seperti ini
disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Ciri-ciri ketoasidosis diabetikum,
diantaranya : nafas berbau buah (keton), kulit kering, mual dan muntah, nyeri
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
22
Universitas Indonesia
pada perut, sulit bernafas, dan mulut kering. Penegakan diagnosisnya secara klinis
dengan pemeriksaan dimana : glukosa darah kapiler > 11mml/L, keton kapiler 3
mmol/L dan/atau keton urin ++ atau lebih, pH vena < 7,3 dan/atau bikarbonat <
15 mmol/L. Sedangkan hasil pemeriksaan pada pasien S didapatkan urin positif
mengandung benda keton, namun pemeriksaan dilakukan secara kualitatif
sehingga tidak diketahui kadar keton, selain itu hasil pemeriksaan bikarbonat dan
pH darah masih berada dalam rentang normal, yakni masing-masing : 25,7
mmol/L dan 7,46. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pasien tidak mengalami
ketoasidosis diabetik.
Pasien mendapat berbagai macam obat dengan multi regimen selama
perawatan. Pasien mendapatkan obat oral maupun injeksi 5-10 jenis perharinya.
Banyaknya obat yang diberikan kepada pasien selama perawatan memungkinkan
terjadinya DRPs. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, DRPs yang terjadi
pada terapi yang diberikan kepada Tn. S. meliputi:
1. Pemilihan Obat tidak Tepat (Improper Drug Selection)
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kadar lipid pasien,
terlihat bahwa terjadi peningkatan pada kadar trigliserida dan terjadi penurunuan
pada kadar HDL kolesterol pasien, sedangkan kadar LDL kolesterolnya masih
berada dalam rentang normal. Sesuai dengan NCEP (National Cholesterol
Education Program) bahwa terapi yang sesuai dengan kondisi pasien adalah
golongan fibric acid dan nicotinic acid dimana mampu menurunkan kadar
trigliserida hingga 20-50% dan meningkatkan kadar HDL kolesterol hingga 10-
20%. Sedangkan pengobatan yang diterima pasien saat ini adalah golongan HMG
CoA reductase inhibitors (statins) yang lebih cocok diberikan pada pasien
hiperkolesterolemia yang tidak mengalami peningkatan kadar trigliserida. Maka
dari itu, disarankan agar obat lipidnya diganti dengan golongan fibric acid atau
nicotinic acid, berdasarkan keefektifan dan kemudahan di dapat maka dipilihkan
golongan fibric acid yaitu gemfibrozil dengan dosis 600 mg dua kali sehari.
Pasien yang didiagnosis mengalami UAP (Unstable Angina Pectoris)
menurut jurnal Mangement of Patients with Unstable Angina / Non-ST- Elevation
Myocardial Infarction, diterapi menggunakan Clopidogrel dan Aspirin, bila
kemudian pasien mengalami intoleransi atau tidak mengalami perbaikan terapi,
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
23
Universitas Indonesia
baru dilakukan penggantian terapi dengan menggunakan fundaparinux (Arixtra
®). Sehingga pasien direkomendasikan untuk terlebih dahulu diberikan terapi lini
pertama Klopidogrel 1x75 mg dengan atau tanpa makanan dan aspirin 1x80 mg
sesudah makan.
2. Efek samping obat (adverse drug reactions)
Peningkatan kadar trigliserida pasien terjadi pada hari kedua (08/10/2013)
setelah pasien menjalani sliding scale. Pemberian insulin secara sliding scale
dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada
kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali.
Salah satu efek dari insulin adalah menurunkan asam lemak dan mendorong
penyimpanan trigliserida dengan jalan:
a. Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel lemak
b. Insulin menuingkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak
melalui rekrutmen GLUT-4. Glukosa sebagai prekusor untuk pembentukan
asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk membentuk trigliserida
c. Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan
turunan asam lemak dan glukosa untuk sintesis gliserida
d. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), mengurangi pembebasan
asam lemak dari jaringan lemak ke dalam darah.
Meskipun hal ini belum bisa dipastikan dikarenakan tidak dilakukan pemeriksaan
kadar lipid sebelum pasien menerima terapi insulin sehingga tidak ada
perbandingan.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
24 Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil identifikasi DRP (Drug Related Problems) yang dilakukan melalui
penelusuran rekam medik terhadap pasien Tn. S di ruang Flamboyan Rumah Sakit
Marinir Cilandak didapatkan kesimpulan bahwa terjadi permasalahan terkait
penggunaan obat terhadap pasien tersebut. Hal tersebut diantaranya pemilihan
obat tidak tepat (improper drug selection), dan efek samping obat (adverse drug
reactions).
Permasalahan pada pemilihan obat tidak tepat terjadi pada dua obat yang
diberikan pada pasien yaitu pemberian simvastatin dan fundaparinux (Arixtra®).
Simvastatin merupakan pilihan terapi hiperkolesterolemia sedangkan pasien
mengalami hipertrigliserida sehingga direkomendasikan untuk diganti dengan
golongan fibric acid seperti gemfibrozil dengan dosis 600mg 2 kali sehari.
Sedangkan untuk terapi UAP pasien seharusnya tidak langsung mendapatkan
injeksi Arixtra, tetapi seharusnya diberikan pengobatan lini pertama terlebih
dahulu, yakni : Klopidogrel 1x75 mg dan Aspirin 1x80 mg.
Permasalahan efek samping obat terjadi karena terapi insulin yang
mempunyai efek peningkatan penyimpanan asam lemak dalam bentuk trigliserida
yang menyebabkan pasien mengalami hipertrigliserida, sehingga
direkomendasikan untuk diberikan terapi penurun kadar trigliserida seperti
gemfibrozil dengan dosis 600mg dua kali sehari.
5.2 Saran
Diharapkan dapat dilakukan pengkajian yang lebih mendalam terhadap
pasien serta literatur yang digunakan agar didapatkan informasi yang valid.
Pengkajian terhadap pasien dapat dilakukan melalui proses wawancara langsung
terhadap pasien untuk mengetahui secara langsung kondisi pasien dan kondisi apa
saja yang dirasakannya selama terapi. Sehingga hasil kegiatan yang dilakukan
dapat memberikan informasi yang lebih luas lagi kepada para pembaca.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014
25 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
American Society of Health-System Pharmacist. ASHP Guidelines on a
Standardized Method for Pharmaceutical Care. American Journal Health-System Pharmaceutical 1996;53:1713-1716.
Alwi, Idrus dan Harun, Sjaharuddin. (2009). Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi
ST. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam.Edisi Kelima. Jakarta: Internal Publising.
Cipolle J, Strand LM, Morley PC. Drug therapy problems. Dalam:
Pharmaceutical Care Practice: The Clinician’s Guide, 2nd ed. New York: McGraw-Hill, 2004: 171-198.
Cook, J.L., Johnson, J.T., dan Wade, W.E. (2008). Diabetes Mellitus. Dalam:
Burns MAC., Wells BG., Schwinghammer TL., Malone PM., Kolesar JM., Rotschafer JC., Dipiro JT. Pharmacotherapy Principles & Practice. McGraw-Hill: New York. p. 643-66.
Depkes. (2006). Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner :
Fokus Sindrom Koroner Akut. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan: Departemen Kesehatan.
Hamm, CW., et al. (2011). ESC Guidelines for The Management of Acute
Coronary Syndromes in Patients Presending without Persistent ST-segment Elevation. European Heart Journal, 32, p: 2999-3054
Jones, M.R. (2008).Pengkajian Pasien dan Peran Farmasis dalam Perawatan
Pasien. (Benediktus Yohan, D Lyrawati).http://lyrawati.files.wordpress. com/2008/07/pengkajian-pasien-dan-peran-farmasis-dalam-perawatan-pasien2.pdf
Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 6.
Jakarta: EGC. Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P., Kusnandar.
(2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Trisnohadi, H.B. (2009). Angina Pektoris Tak Stabil. Dalam: Ilmu Penyakit
Dalam.Edisi Kelima. Jakarta: Internal Publising.
Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014