laporan praktek kerja profesi apoteker di rumah sakit...

122
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK PERIODE 2 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SITI RAHMAWATI, S.Farm. 1206330122 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Upload: others

Post on 26-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK

PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SITI RAHMAWATI, S.Farm.

1206330122

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 2: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK

PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013

Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar

Apoteker

SITI RAHMAWATI, S.Farm.

1206330122

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 3: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

HALAMAN PENGESAHAN

Iaporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh:NamaNPMProgram StudiJudul Laporan

: Siti Rahmawati, S.Farm:12O6330122: Profesi Apoteker: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit

Angkatan Laut Marinir Cilandak Periode 2 September -3l Oktober 2013

Telah berhasil dipertehankan di hadapan l)ewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaretan yang diperlukan untuk memperoleh gelarApoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultes Farmasi, UniversitasIndonesie

DEWAI\I PENGUJI

Pembimbing I

Pembimbing tr

Penguji I , h. tlapq, M. Si ,

Penguji tr ' Srt*iyo, {lt?.!;.

Penguji III Nary^n W

Ditetapkan di : DepokTanggal :

lll

ffiiiliilrril+{D

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 4: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

HAII\}IAN PERI\TYATAAN ORISINALITAS

K*rya trmieh ini adahh hasil kerya seya scndiri,

du semue sumber baikyang ditntip maupun dinrjuk

telah seya nyatrkan dengen bener.

Nama : Siti R*hmewati, S, Ferm

NPM :12O633O122

lt\ lrand* rnngen ,

A1d\4ll-''

Tanggal : l3Janueri20l{

tv

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 5: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat dan karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan Praktek

Kerja Profesi Apoteker di RSAL Marinir Cilandak serta menyusun laporan ini

tepat pada waktunya. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

Penulisan dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia

2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20

Desember 2013.

3. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

4. Kolonel Laut dr. Arie Zakaria, SpOT., FICS selaku Komandan Rumah Sakit

Marinir Cilandak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir

Cilandak.

5. Kolonel Laut (K) Drs. Agusman, MM., Apt., selaku Kepala Departemen

Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.

6. Mayor Laut Dra. Mayannaria Simarmata, M.Farm., Apt., selaku

pembimbing I di Rumah Sakit Marinir Cilandak, atas bimbingan dan

pengarahan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan

penyusunan laporan ini.

7. Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed, Apt. selaku dosen pembimbing II yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis

dalam penyusunan laporan ini.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 6: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

vi

8. Seluruh staf dan karyawan Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir

Cilandak atas segala keramahan, pengarahan dan bantuan yang telah

diberikan kepada penulis selama melaksanakan PKPA.

9. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada

penulis.

10. Ibu, Bapak, seluruh anggota keluarga saya yang telah memberikan bantuan

dukungan material dan moral.

11. Seluruh teman-teman apoteker angkatan 77 yang telah memberikan banyak

sekali bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dan dengan senang hati

menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.

Penulis berharap semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang farmasi dan aplikasi

pelayanannya di Rumah Sakit.

Penulis

2014

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 7: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

HALAMAN PER}TYATAAI\I PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR T]NTI}K KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesi4 saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Siti Rahmawati, S. Farm.

NPM :1206330122

Program Studi : Apoteker

Fakuhas :Farmasi

Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Proftsi Apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Roy*lti Noneksklusif (No*ednsive Reydlty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

LAPORAN PRAKTEK KTR'A PROFESI APOTEKER DI RUITAE

SAKIT AITGKATAN I,AUT MARINIR CILANDAK PERIODE 2

SEPTEMBER - 31 OKTOBER 2OT3

beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

NoneksHusif ini Universitas Indonesia berhak menyimparq mengalihmedial

formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan

tugas akhir saya selama tetap mencanturnkan nama saya sebagai penuliVpencipta

dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Padatanggal : 13 Januariz$l4

vii

{Siti Rahniawati" S.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 8: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

viii

ABSTRAK

Nama : Siti Rahmawati, S. Farm

Program Studi : Apoteker

Judul :.Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit

Angkatan Laut Marinir Cilandak Periode 2 September – 31

Oktober 2013

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tenaga

kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit. Pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah

Sakit (IFRS). Apoteker mempunyai peranan yang penting dalam IFRS. Peran

apoteker dalam farmasi Rumah Sakit, diantaranya yaitu melangsungkan

pelayanan farmasi yang optimal, menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi

profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik farmasi, melaksanakan

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), meningkatkan pelayanan mutu farmasi,

melakukan pengawasan, serta memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar

pengobatan dan formularium rumah sakit. Untuk itu, Apoteker diharapkan

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan

kefarmasian. Apoteker sebagai Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus

mampu menerapkan manajemen yang baik untuk mengelola ketersediaan dan

kesinambungan perbekalan dan pelayanan farmasi tersebut. Praktek Kerja Profesi

Apoteker di Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak dilakukan mulai dari 2

September hingga 31 Oktober 2013 dimana dari kegiatan ini diperoleh

pengetahuan mengenai peran apoteker dalam pelayanan klinik dan non klinik,

serta peran apoteker dalam PFT (Panitia Farmasi dan Terapi).

Kata Kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Rumah Sakit Angkatan Laut

Marinir, pelayanan farmasi klinik dan non klinik, PFT.

xii+82 halaman : 30 lampiran

Daftar Pustaka : 8 (1996-2010)

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 9: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

ix

ABSTRACT

Name : Siti Rahmawati, S. Farm.

Study Program : Apothecary

Title : Report of Pharmacist Internship Program at Marinir Cilandak

Hospital Period September 2nd – October 31st 2013

Hospital is a referral health care institution that organizes personal health services

in the plenary that provides inpatient, outpatient, and emergency department.

Pharmacy personnel is one of the health professionals who play a role in

providing health care to patients in the hospital. Hospital pharmacy services,

regulated and managed by the Hospital Pharmacy (IFRS). Pharmacists have an

important role in the IFRS. The role of the pharmacist in a hospital pharmacy,

among which establish the optimal pharmacy services, pharmaceutical care

professional conducting the procedure based pharmaceutical and pharmaceutical

ethics, implement the communication, information and education (IEC), improve

the quality of pharmacy services, monitoring, and facilitate and encourage

completion standard treatment and hospital formulary. For that, pharmacists are

expected to have knowledge and skills in implementing pharmacy services.

Pharmacist as Head of Hospital Pharmacy should be able to apply good

management to manage the availability and continuity of supplies and the

pharmacy services. Practice Pharmacist at Marinir Cilandak Hospital performed

starting from 2 September to 31 October 2013 in which the knowledge gained

from these activities on the role of pharmacists in clinical and non-clinical

pharmaceutical services, as well as the role of pharmacists in the PFT (Pharmacy

and Therapeutics Committee).

Key Words : Pharmacist Internship Program, Marinir Cilandak Hospital,

clinical and non-clinical pharmaceutical services,

Pharmaceutical Care.

xii+82 pages : 30 appendixes

Bibliography : 8 (1996-2010)

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 10: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .......................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... vii

ABSTRAK ................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2 Tujuan ............................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3

2.1 Rumah Sakit ...................................................................................3

2.1.1 Definisi Rumah Sakit ............................................................3

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ............................................3

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit .......................................................3

2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit .....................................6

2.1.5 Penilaian Kinerja Rumah Sakit .............................................8

2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit .........................................9

2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit ......................................................10

2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi ...................................................10

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.......................................................13

2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................13

2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit .................................13

2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit .....14

2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit ...............16

BAB 3. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK ....17

3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak .................17

3.2 Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak 19

3.2.1 Tujuan ...................................................................................19

3.2.2 Visi ........................................................................................19

3.2.3 Misi .......................................................................................19

3.2.4 Motto .....................................................................................20

3.2.5 Tugas Pokok .........................................................................20

3.3 Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak .......................................20

3.4 Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak .......................................20

3.5 Instalasi Rawat Jalan .......................................................................21

3.6 Instalasi Rawat Inap ........................................................................21

3.7 Fasilitas Penunjang .........................................................................22

3.8 Rekam Medis ..................................................................................22

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 11: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

xi Universitas Indonesia

3.9 Formularium ...................................................................................23

3.10 Unit Sterilisasi ...............................................................................23

3.11 Pengelolaan Limbah RSMC .........................................................24

3.11.1 Pengolahan Limbah Cair ....................................................24

3.11.2 Pengolahan Limbah Padat ..................................................25

BAB 4. TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI RS

MARINIR CILANDAK .....................................................................27

4.1 Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak ....27

4.1.1 Kepala Departemen Farmasi .................................................27

4.1.2 Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi ...................28

4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi ..............................30

4.2.1 Fungsi Departemen Farmasi .................................................30

4.2.2 Tugas Pokok .........................................................................30

4.3 Uraian Tugas Departemen Farmasi ................................................31

4.4 Gudang Farmasi ..............................................................................32

4.4.1 Jam Kerja ..............................................................................33

4.4.2 Personalia ..............................................................................33

4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi ....................................................33

4.5 Apotek Dinas ..................................................................................36

4.5.1 Jam Kerja ..............................................................................36

4.5.2 Personalia ..............................................................................37

4.5.3 Jenis Pelayanan .....................................................................37

4.5.4 Pengadaan Obat ....................................................................38

4.5.5 Penyimpanan .........................................................................38

4.5.6 Pelayanan Farmasi ................................................................38

4.6 Apotek Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum) ......................38

4.6.1 Jam Kerja ..............................................................................39

4.6.2 Personalia ..............................................................................39

4.6.3 Jenis Pelayanan .....................................................................39

4.6.4 Pengadaan Obat ....................................................................39

4.6.5 Penyimpanan .........................................................................40

4.6.6 Pelayanan Farmasi ................................................................40

4.7 Apotek ASKES ...............................................................................41

4.7.1 Jam Kerja ..............................................................................41

4.7.2 Personalia ..............................................................................41

4.7.3 Jenis Pelayanan .....................................................................41

4.7.4 Pengadaan Obat ....................................................................41

4.7.5 Penyimpanan .........................................................................42

4.7.6 Pelayanan Farmasi ................................................................42

BAB 5. PEMBAHASAN ...................................................................................43

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................51

6.1 Kesimpulan .....................................................................................51

6.2 Saran ...............................................................................................51

DAFTAR ACUAN .............................................................................................52

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 12: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

xii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak ....................53

Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Farmasi ...................................54

Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RS Marinir Cilandak ................55

Lampiran 4. Alur Resep Pasien Rawat Jalan di Apotek Dinas RSMC ............56

Lampiran 5. Alur Resep Pasien Rawat Inap di Apotek Dinas dan

Yanmasum di RSMC ...................................................................57

Lampiran 6. Alur Resep Pasien Individu di Apotek Yanmasum RSMC .........58

Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Inap di Apotek Askes

RSMC ..........................................................................................59

Lampiran 8. Formulir Lembar Konseling Obat ...............................................60

Lampiran 9. Formulir Kartu Catatan Obat Pasien Rawat Inap .......................61

Lampiran 10. Surat Pesanan Obat Apotek Dinas, Yanmasum, ASKES ke

PBF ..........................................................................................62

Lampiran 11. Surat Pesanan Obat Narkotika .....................................................63

Lampiran 12. Surat Pesanan Obat Psikotropika.................................................64

Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Obat ...................................................65

Lampiran 14. Alur Proses Dukungan MatKes dari LAFIAL.............................66

Lampiran 15 Surat Permintaan Dukungan MatKes dari LAFIAL ....................67

Lampiran 16. Bukti Surat Pengeluaran Material Kesehatan dari Diskesal ........68

Lampiran 17. Bukti Surat Penerimaan Material Kesehatan ...............................69

Lampiran 18. Laporan Hasil Pengujian Limbah ................................................70

Lampiran 19. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di RSMC ......................71

Lampiran 20. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSMC .......................72

Lampiran 21. Flow Chart Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Pasien pada

Kunjungan Pertama ....................................................................73

Lampiran 22. Flow Chart Rawat Inap Tingkat Lanjutan Pasien ASKES pada

Rawat Inap Pertama .....................................................................74

Lampiran 23. Formulir Pendaftaran Pasien Baru...............................................75

Lampiran 24. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan ...............................................76

Lampiran 25. Lembar Resep Apotek Dinas .......................................................77

Lampiran 26. Salinan Resep Apotek Yanmasum ..............................................78

Lampiran 27. Salinan Resep Apotek ASKES ....................................................79

Lampiran 28. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC ..............................................80

Lampiran 29. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC ...............................................81

Lampiran 30. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC .........................................82

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 13: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan

kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat (Kemenkes RI, 2009). Tempat

yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut sebagai sarana

kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar,

kesehatan rujukan, dan atau upaya kesehatan penunjang (Siregar, 2004).

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit

mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas

Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya

guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta

pelaksanaan upaya rujukan (Undang-Undang No. 44, 2009).

Tenaga kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang

berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit.

Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (IFRS). Keberadaan pelayanan farmasi yang baik akan berpengaruh

pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan biaya kesehatan, dan

peningkatan prilaku rasional dari seluruh tenaga kesehatan, pasien, keluarga

pasien dan masyarakat lain (Departemen Kesehatan, 2004).

Apoteker mempunyai peranan yang penting dalam IFRS. Peran apoteker

dalam farmasi Rumah Sakit, diantaranya : melangsungkan pelayanan farmasi

yang optimal, menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik farmasi, melaksanakan komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE), meningkatkan pelayanan mutu farmasi, melakukan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 14: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

2

Universitas Indonesia

pengawasan, serta memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan

dan formularium rumah sakit. Untuk itu, Apoteker diharapkan memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian.

Apoteker yang memiliki pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah

sakit dapat dipilih sebagai kepala IFRS. Apoteker sebagai Kepala Instalasi

Farmasi Rumah Sakit harus mampu menerapkan manajemen yang baik untuk

mengelola ketersediaan dan kesinambungan perbekalan dan pelayanan farmasi

tersebut (Departemen Kesehatan, 2004).

Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Program

Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan RS Marinir Cilandak

menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 1 September–

31 Oktober 2013. Melalui kegiatan PKPA ini mahasiswa calon Apoteker

diharapkan memiliki bekal pengetahuan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit

sehingga dapat mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional dan handal di

masa yang akan datang.

1.2 Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi RS Marinir

Cilandak adalah:

1. Mengetahui dan memahami tugas, peranan, fungsi, serta tanggung jawab

apoteker di Instalasi Farmasi RS Marinir Cilandak.

2. Mendapatkan wawasan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman praktis

mengenai pekerjaan kefarmasian di RS Marinir Cilandak.

3. Mengetahui permasalahan atau kendala yang terjadi dalam menjalankan

pelayanan kefarmasian di RS Marinir Cilandak serta ikut mencari alternatif

solusi yang tepat.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 15: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

3 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit (UU No 44, 2009)

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna

adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

2.1.2.1 Tugas

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna.

2.1.2.2 Fungsi

Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit (Siregar, 2003)

Rumah Sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kepemilikan, tipe

pelayanan, lama tinggal, fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur, afliliasi

pendidikan dan status akreditasi:

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 16: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

4

Universitas Indonesia

2.1.3.1 Kepemilikan

Rumah Sakit berdasarkan kepemilikannya dapat digolongkan menjadi:

a. Rumah Sakit pemerintah

Rumah Sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dikelola oleh

pemerintah baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Kementerian

Kesehatan, Kementrian Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha

Milik Negara (BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat non profit, tidak

mencari keutungan semata-mata. Sebagai contoh: Rumah Sakit Umum

Pemerintah, Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL), Rumah Sakit Angkatan

Darat (RSAD), Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU), Rumah Sakit Polisi

Republik Indonesia (RS POLRI).

b. Rumah Sakit non pemerintah (swasta)

Rumah Sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki dan

diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan, atau oleh badan hukum

lain dan dapat juga bekerja sama dengan institusi pendidikan.

a) Rumah Sakit swasta berdasarkan tujuan :

1) Rumah Sakit profit

Rumah Sakit tipe ini yaitu, Rumah Sakit yang dimiliki dan dikelola

oleh yayasan atau badan yang bukan milik pemerintah, dengan tujuan

mencari keuntungan.

2) Rumah Sakit non profit

Rumah Sakit tipe ini yaitu Rumah Sakit yang biasanya dimiliki oleh

organisasi atau yayasan keagamaan, kekeluargaan, dan tidak mencari

keuntungan.

b) Rumah Sakit swasta berdasarkan pelayanan :

1) Rumah Sakit swasta pratama, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah

sakit pemerintah kelas D.

2) Rumah Sakit swasta madya, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4

cabang, setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas C.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 17: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

5

Universitas Indonesia

3) Rumah Sakit swasta utama, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan

subspesialistik, setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas B.

2.1.3.2 Jenis Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanaan yang diberikan, Rumah Sakit dapat

digolongkan menjadi:

1) Rumah Sakit Umum

Pelayanaan kesehatan yang diberikan rumah sakit umum bersifat

dasar, spesialitik, dan sub spesialitik. Rumah Sakit umum memberi pelayanan

kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi

pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagi kondisi medik, ibu hamil dan

lain sebagainya.

2) Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan

Khusus bagi penderita dengan spesialisasi dan pelayanan sub spesialis

khusus, misalnya Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit paru-paru, Rumah Sakit

mata, Rumah Sakit kanker, Rumah Sakit jantung.

2.1.3.3 Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur

Berdasarkan kapasitas tempat tidurnya, Rumah Sakit pemerintah dibagi

menjadi lima kelas, yaitu :

1) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A

RSU Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialistik dasar, 5

pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain, dan

13 pelayanan medis sub spesialis, serta memiliki kapasitas tempat tidur

minimal 400 buah.

2) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B

RSU Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4

pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya,

dan 2 pelayanan medik subspesialis dasar, serta memiliki kapasitas tempat

tidur minimal 200 buah.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 18: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

6

Universitas Indonesia

3) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas C

RSU Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar dan 4 pelayanan spesialis

penunjang medik, serta memilki kapasitas tempat tidur minimal 100 buah.

4) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D

RSU Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar serta

memiliki kapasitas tempat tidur minimal 50 buah.

2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1197, 2004)

2.1.4.1 Bangunan

Fasilitas bangunan, ruangan, dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan

perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, yaitu :

a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit.

b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di

rumah sakit.

c. Dipisahkannya antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan

langsung pada pasien, dispensing, serta ada penanganan limbah.

d. Dipisahkannya juga antara jalur steril, bersih, dan daerah abu-abu, bebas

kontaminasi.

e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan, dan

keamanan binatang pengerat.

f. Fasilitas peralatan memenuhi pesyaratan yang ditetapkan terutama untuk

perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair

untuk obat luar atau dalam.

2.1.4.2 Pembagian Ruangan

a. Ruang Kantor

- Ruang pimpinan

- Ruang staf

- Ruang kerja/administrasi

- Ruang pertemuan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 19: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

7

Universitas Indonesia

b. Ruang Produksi

Lingkungan kerja ruang produksi harus rapih, tertib, dan efisien untuk

meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :

- Ruang produksi sediaan non steril

- Ruang produksi sediaan steril

c. Ruang Penyimpanan

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur,

sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk

dan keamanan petugas yang terdiri dari :

- Kondisi umum untuk ruangan penyimpanan obat jadi, obat produksi,

bahan baku obat, alat kesehatan, dll.

- Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan obat termolabil, alat kesehatan

dengan suhu rendah, obat mudah terbakar, obat/bahan obat berbahaya, dan

barang karantina.

d. Ruang Distribusi/Pelayanan

Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi Rumah Sakit :

- Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotek)

- Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan

penyimpanan barang

- Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)

- Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan

- Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan

penyimpanan barang

- Dilengkapi kereta dorong trolley

e. Ruang Konsultasi

Sebaiknya ada ruang khusus untuk Apoteker memberikan konsultasi pada

pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.Ruang

konsultasi ini untuk pelayanan rawat jalan (apotek) dan pelayanan rawat inap.

f. Ruang Informasi Obat

Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi dan

penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 20: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

8

Universitas Indonesia

informasi obat. Luas ruang yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat

tergantung dari jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh rumah sakit, yaitu :

- - 200 tempat tidur : 20 m2

- - 400-600 tempat tidur : 40 m2

- - 1300 tempat tidur : 70 m2

g. Ruang Arsip Dokumen

Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan

menyiapkan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai

hokum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.

h. Peralatan

Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk

perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair

untuk obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada

pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan, dan kalibrasi untuk

peralatan tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia :

- Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, dan pembuataan obat baik non

steril maupun aseptik

- Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip

- Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat

- Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika

- Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil

- Penerangan, sarana air, ventilasi, dan system pembuangan limbah yang

baik

2.1.5 Penilaian Kinerja Rumah Sakit

Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja Rumah Sakit

adalah melalui penilaian efisiensi pengelolahan Rumah Sakit yang menetapkan 4

(empat) parameter dasar dalam perhitungan, yaitu :

1. Bed Occupancy Rate (BOR)

Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di

Rumah Sakit yang digunakan pasien dalam satu periode. Nilai ideal BOR

menurut Depkes (2001) adalah antara 70%-85%.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 21: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

9

Universitas Indonesia

Rumus : BOR = Jumlah hari perawatan Rumah Sakit x 100%

(Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)

2. Turn Over Interval (TOI)

Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat tidur

kosong. Idealnya adalah 2 sampai 3 hari.

Rumus : TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode)-Hari perawatan)

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

3. Length of Stay (LOS)

Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1 (satu)

pasien selama 1 (satu) tahun. Idealnya adalah 6 sampai 9 hari.

Rumus : LOS = Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup+mati)

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

4. Bed Turn Over (BTO)

Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali satu tempat tidur

ditempati pasien dalam satu tahun. Idealnya adalah 40 sampai 50 kali.

Data-data pengunjung yang harus dilengkapi dalam perhitungan tingkat

efisiensi tersebut adalah :

- Rata-rata jumlah tempat tidur per tahun

- Jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun

- Jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal

selama 1 (satu) tahun.

Rumus : BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur

2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit (UU No.44 Tahun 2009 )

Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan

akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala atau direktur

rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,

komite medis, satuan pemeriksa internal, serta administrasi umum dan keuangan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 22: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

10

Universitas Indonesia

2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit (UU No.36, 2009)

Tenaga kesehatan di rumah sakit terdiri dari:

a. Tenaga medis meliputi Dokter dan Dokter Gigi.

b. Tenaga keperawatan meliputi Perawat dan Bidan.

c. Tenaga kefarmasian meliputi Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian

(Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga

MenengahFarmasi / Asisten Apoteker).

d. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi Epidemiolog Kesehatan, Entemolog

Kesehatan, Mikrobiolog, Penyuluh Kesehatan, Administrator Kesehatan,

Sanitarian.

e. Tenaga Gizi meliputi Nutrition, dietician.

f. Tenaga keterapian fisik meliputi Fisioterapis, Okupasiterapis, terapis wicara.

g. Tenaga keteknisian medis : Radiografer, Radioterapis, Teknisi gigi, Teknisi

elektromedia, Analis Kesehatan, Dokter mata, tehnik transfusi, perekam

medis.

2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi (Kepmen RI No.1197, 2004)

2.1.8.1 Definisi

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan badan penghubung antara

staf medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari Dokter

yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di Rumah Sakit dan Apoteker

yang mewakili farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Selain itu

juga membuat kebijaksanaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

penilaian dan pemilihan obat di rumah sakit agar didapat penggunaan yang

rasional.

PFT dipimpin oleh seorang Dokter, sedangkan Apoteker dari Instalasi

Farmasi sebagai sekretaris. Tugas utama panitia ini adalah menyeleksi obat yang

memenuhi standar kualitas terapi obat yang efektif, mengevaluasi data klinis obat

baru atau bahan yang diusulkan untuk dipakai di rumah sakit, mencegah duplikasi

pengadaan obat, menganjurkan penambahan-penambahan dan penghapusan obat

dari formularium rumah sakit dan mempelajari reaksi obat yang tidak diinginkan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 23: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

11

Universitas Indonesia

2.1.8.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut:

a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan dan penggunaan obat

secara rasional serta evaluasinya.

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru

yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan

kebutuhan.

c. Meningkatkan efektivitas, keamanan, dan nilai ekonomis dari penggunaan

obat di rumah sakit.

2.1.8.3 Struktur Organisasi dan Kegiatan

Susunan kepanitian PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi setiap

rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi Rumah Sakit setempat.

Ketentuan umum bagi PFT di antaranya :

a. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang

yaitu Dokter, Apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar

tenaga dokter bisa melebihi 3 orang yang mewakili semua staf medis

fungsional yang ada.

b. Ketua PFT dipilih dari Dokter yang ada dalam kepanitiaan dan jika

rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka

farmakolog yang dipilih sebagai ketua. Sekretaris adalah Apoteker dari

instalasi farmasi atau Apoteker yang ditunjuk.

c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 bulan sekali

dan untuk Rumah Sakit yang besar diadakan sebulan sekali. Rapat PFT

dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun luar Rumah Sakit

yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.

d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh

sekretaris, termasuk persiapan dan hasil-hasil rapat.

e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

2.1.8.4 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT

a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 24: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

12

Universitas Indonesia

Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan

pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga

obat dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok

dan produk obat yang sama.

b. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau

dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di Rumah Sakit yang

termasuk dalam kategori khusus.

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat

di Rumah Sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di Rumah Sakit dengan

mengkaji rekam medik dan dibandingkan dengan standar diagnosa dan

terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus

menerus penggunaan obat secara rasional.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis

dan perawat melalui media berkomunikasi.

2.1.8.5 Peran dan Tugas Apoteker dalam PFT

Peran Apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena

semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di

seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Tugas apoteker

dalam PFT adalah sebagai berikut:

a. Menjadi sekretaris PFT

b. Menetapkan jadwal pertemuan

c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan

d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

pembahasan dalam pertemuan khususnya tentang obat

e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada

pimpinan Rumah Sakit

f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada

seluruh pihak yang terkait

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 25: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

13

Universitas Indonesia

g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan

h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan

antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain

i. Membuat formularium Rumah Sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT

j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan

k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat

l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan

penggunaan obat pada pihak terkait.

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit

di suatu Rumah Sakit yang berada di bawah pimpinan seorang Apoteker dan

dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional. IFRS juga

merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas

seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan

paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan

kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita

rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan

penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi

klinik yang mencakup layanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang

merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.

2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1. Manajemen

a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.

c. Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan Farmasi

dan staf melalui pendidikan.

d. Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah dievaluasi

dan berdaya guna untuk pengembangan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 26: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

14

Universitas Indonesia

e. Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk

peningkatan mutu pelayanan.

2. Farmasi Klinik

a. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk

pencegahan dan rehabilitasinya.

b. Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik

potensial maupun kenyataan.

c. Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerja

sama pasien dan tenaga kesehatan lain.

d. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk

menyelasaikan masalah yamg berhubungan dengan obat.

e. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta

tenaga kesehatan rumah sakit.

f. Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat serta

tenaga kesehatan rumah sakit.

g. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.

h. Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.

i. Memonitor kadar obat dalam darah.

j. Melayani konsultasi keracunan.

k. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan,

penerapan dan evaluasi pengobatan.

2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.3.1 Tugas Pokok IFRS

Tugas Pokok :

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi

3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi

5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 27: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

15

Universitas Indonesia

6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit

2.2.3.2 Fungsi IFRS

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang

telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.

7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah sakit.

b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

1. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien.

2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan.

3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.

4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.

5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.

6. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.

7. Melakukan pencampuran obat suntik.

8. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

9. Melakukan penanganan obat kanker.

10. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

11. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

12. Melaporkan setiap kegiatan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 28: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

16

Universitas Indonesia

2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Struktur Organisasi)

Ketentuan bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit antara lain:

a. IFRS dipimpin oleh Apoteker.

b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang

mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi Rumah Sakit.

c. Apoteker telah terdaftar di Departemen Kesehatan dan mempunyai surat ijin

kerja.

d. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi (D3)

dan tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker.

e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum

dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi

maupun administrasi barang farmasi.

f. Setiap saat harus ada Apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan

dan mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian

wewenang yang bertanggung jawab bila apoteker berhalangan.

g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.

h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan

kebutuhan.

i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau

tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki

kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.

j. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan

pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja

yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 29: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

17 Universitas Indonesia

BAB 3 TINJAUAN UMUM

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak

Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) sebelumnya merupakan suatu

poliklinik kecil yang menempati sebuah ruang dinas bintara KKO. Poliklinik ini

dipindahkan ke lokasi Rumah Sakit saat ini pada tahun 1961 dan dikembangkan

menjadi Balai Pengobatan yang dipimpin oleh Kapten Laut (K) dr. O.M. Sianipar.

Berdasarkan S.Kep. Panglima KKO AL No. 5401/5/1968 pada tanggal 22

Maret 1968, status Rumah Sakit diubah menjadi Rumah Sakit Korps Komando

TNI AL (RSKO wilayah barat), yang berlokasi di tempat sekarang ini. Tanggal 22

Maret diresmikan sebagai hari jadi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Komandan

Rumah Sakit yang pertama adalah Mayor Laut (K) dr. Foead Arief Tirtohusodo.

Berdasarkan ketetapan Menhankam/Pangab S.Kep. No. 226/11/1977 Rumah

Sakit AL lanmar ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat IV dan mengganti

istilah Komandan Rumah Sakit menjadi Kepala Rumah Sakit (Ka Rumkit).

Penerbitan S.Kep. Kasal No 813/IV/1979 membawa perubahan pada Rumah Sakit

melalui Surat Keputusan Panglima Daerah No 3 S.Kep/42/VII/1979 tentang

perubahan nama RS TNI AL tingkat IV Lanmar Jakarta Cilandak menjadi RS TNI

AL Daerah 3 (Rumkital Daerah 3 Cilandak).

Pada tahun 1980, Rumah Sakit telah memiliki 2 orang dokter umum dan 2

orang dokter gigi. Status Rumah Sakit meningkat menjadi Rumah Sakit ABRI

tingkat III dengan 60 tempat tidur melalui penerbitan S.Kep. Menhankam/Pengab

No. 226a/II/1980. Kedudukan Rumkit AL Cilandak di bawah Suriak Teklap

Diskes daerah 3 yang ditetapkan melalui S.Kep. Kasal No 609/II/1980.

Pada tanggal 24 Maret 1990, jabatan Kepala Rumkital Cilandak

diserahterimakan ke Mayor laut drg. Moeryono Aladin. Peningkatan pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit terus dilaksanakan. Berbagai perbaikan terus

dilakukana baik dari segi sarana Rumah Sakit maupun kemampuan Sumber Daya

Manusia yang dituangkan melalui “Tiga Perintah Harian” yang berbunyi:

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 30: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

18

Universitas Indonesia

a. Tingkatkan profesionalisme dan semangat pengabdian seluruh jajaran

RSMC

b. Ciptakan lingkungan bersih, nyaman dan asri di RSMC.

c. Tingkatkan dukungan dan pelayanan kepada prajurit dan keluarganya.

Pada tanggal 24 Maret 1990, RSMC ditetapkan sebagai kawasan bebas

rokok dan merupakan Rumah Sakit pertama di Indonesia yang memberlakukan

larangan merokok di lingkungan Rumah Sakit. Pada tahun 1992, RSMC menjadi

Rumah Sakit terbersih se-DKI Jakarta dan menjadi juara II untuk tingkat nasional.

Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Kep/42/VII/1997 dan No.

SKEP/22/III/1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak secara bertahap mengalami

perubahan organisasi, saarana, dan prasarana sesuai persyaratan yang ada sebagai

Rumah Sakit TNI AL tingkat II. Pada tanggal 18 juni 1998, Rumah Sakit Marinir

Cilandak ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat II B dan sebagai unsur

komando pelaksana fungsi Korps Marinir di bidang kesehatan yang berkedudukan

langsung di bawah Korps Marinir.

Pada tahun 1990, akreditasi Rumah Sakit tingkat dasar berhasil

dilaksanakan. Berdasarkan S.Kep Depkes RI No. YM.00.03.3.5.400, Rumah Sakit

TNI AL Marinir Cilandak telah mendapatkan status akreditasi penuh tingkat dasar

pada tanggal 14 Februari 2000.

Pada tanggal 21 Desember 2000, jabatan Kepala Rumkital diserahkan

kepada Kolonel Laut (K) dr. Musana, Sp.KJ. Peningkatan kemampuan fasilitas

dan pelayanan Rumah Sakit dilaksanakan dengan moderenisasi peralatan yang

ada serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan. Upaya peningkatan fasilitas

Rumah Sakit memanfaatkan hasil pelayanan masyarakat umum yang dikelola

dengan baik oleh Rumkital Marinir Cilandak.Kegiatan renovasi diawali dengan

melengkapi kendaraan operasional dan peralatan kesehatan yang canggih,

kemudian dilanjutkan dengan perbaikan registrasi keuangan dan komputerisasi

rekam medik pasien.

Pada tahun 2003, pengembangan fasilitas penunjang pelayanan kesehatan

lain dilakukan berupa pembangunan ruang serba guna, ruang kebidanan dan

kandungan, ruang bayi, ruang bersalin, ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

ruang tunggu rawat jalan, renovasi radiologi dan penyelesaian pembangunan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 31: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

19

Universitas Indonesia

gedung rawat inap kelas III dengan bantuan dari Departemen Pertahanan. Untuk

meningkatkan pelayanan yang lebih baik, Rumkital Cilandak memberikan

bantuan keringanan perawatan atau subsidi kepada pasien miskin dan tidak

mampu.

Unsur pelayanan di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi pelayanan

rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan unit gawat darurat. Unsur

pelayanan ini meliputi penunjang medis dan pelaksanaan pelayanan medis. Selain

memberikan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Marinir Cilandak juga menjadi

tempat prakek kerja dari beberapa institusi pendidikan di Jakarta, seperti Fakultas

Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional, Fakultas Kedokteran Pelita

Harapan, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Fakultas Farmasi Institut Sains

dan Teknologi Nasional serta beberapa Akademi Keperawatan, Akademi

Kebidanan, Akademi Fisioterapi dan Akademi Farmasi.

3.2. Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak

3.2.1 Tujuan

Tujuan Rumah Sakit Marinir Cilandak adalah sebagai berikut :

a. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi personil militer

TNI AL khususnya marinir agar selalu siap operasional.

b. Terpeliharanya kesiapan Rumah Sakit Marinir Cilandak dalam memberikan

dukungan kesehatan pada operasi Korps Marinir.

c. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara profesional bagi anggota dan

keluarganya serta masyarakat umum, tanpa memandang agama, golongan,

kedudukan, dan pangkat.

3.2.2. Visi

Menjadi Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan

dukungan kesehatan pada operasi militer dan pelayanan kesehatan yang

profesional.

3.2.3. Misi

1. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan

pelayanan kesehatan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 32: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

20

Universitas Indonesia

2. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program

secara berhasil guna dan berdaya guna.

3.2.4. Motto

“Keselamatan pasien prioritas layanan kami.”

3.2.5. Tugas Pokok

Rumah Sakit Marinir Cilandak bertugas melaksanakan dukungan kesehatan

dan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik terbatas bagi personil

militer dan Pegawai Negeri Sipil TNI AL beserta keluarganya di wilayah barat.

3.3. Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak

Struktur organisasi RS Marinir Cilandak dipimpin oleh seorang Komandan

Rumah Sakit (Dan Rumkit) dan dibantu oleh Wakil Komandan Rumkit (WaDan

Rumkit). Setelah itu WaDan Rumkit dibantu oleh Kepala Departemen Kesehatan

Kelautan (Kesla); Kepala Departemen Penyakit Dalam, Paru, Jantung, Jiwa dan

Saraf (P2J2S); Kepala Departemen Gigi dan Mulut (Gilut); Kepala Departemen

Bedah; Kepala Departemen Kulit, Telinga, dan Mata (Kutema); Kepala

Departemen Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Kepala Departemen Penunjang

Klinik; Kepala Departemen Farmasi; dan Kepala Departemen Perawatan.

3.4 Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak

Sumber Daya Manusia merupakan aset terpenting bagi Rumah Sakit untuk

dapat melaksanakan upaya pelaksa kesehatan. Tenaga profesional yang dimiliki

oleh Rumah Sakit marinir Cilandak saat ini terdiri dari:

a. Dokter Umum

b. Dokter Gigi Umum dan Spesialis

c. Dokter Spesialis: Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit

Dalam, jantung, Paru, Bedah Umum, Bedah Plastik, Bedah Tulang, Bedah

Urologi, Bedah Syaraf, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Saraf, Anastesi,

Radiologi, Patologi Klinik dan Jiwa.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 33: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

21

Universitas Indonesia

3.5 Instalasi Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan yang tersedia di RS Marinir Cilandak terdiri dari:

a. Polikilinik Penyakit Dalam (internist)

b. Poliklinik Penyakit Bedah: Umum, Tulang, Saraf, Plastik, Urologi

c. Poliklinik Paru

d. Poliklinik Jantung

e. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan

f. Poliklinik Kesehatan Anak

g. Poliklinik Mata

h. Poliklinik Saraf

i. Poliklinik THT

j. Poliklinik Kulit dan Kelamin

k. Poliklinik Fisioterapi

l. Poliklinik Umum

m. Poliklinik Gigi Umum

n. Poliklinik Gigi Spesialis

o. Poliklinik Akupuntur

3.6 Instalasi Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang

membutuhkan perawatan secara intensif di Rumah Sakit sehingga mengharuskan

pasien untuk tinggal di Rumah Sakit sampai kesehatannya membaik. Instalasi

Rawat Inap RSMC memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat rawat inap

pasien sebanyak 188 tempat tidur terpasang yang meliputi:

a. Rawat Inap Pavilun A (Anyelir) : Khusus pasien kebidanan

b. Rawat Inap Paviliun B (Bougenvile) : Khusus pasien bedah

c. Rawat Inap Paviliun C (Cempaka) : Khusus pasien penyakit dalam

d. Rawat Inap Paviliun D (Dahlia) : Khusus pasien anak

e. Rawat Inap Paviliun E (Edelweis) : Khusus pasien VVIP, VIP, Kelas I

f. Rawat Inap Paviliun F (Flamboyan) : Pasien campuran

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 34: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

22

Universitas Indonesia

3.7 Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yang terdapat pada Rumah Sakit Marinir Cilandak

adalah:

a. Laboratorium

b. Radiologi

c. Farmasi

d. Gizi

e. High Care Unit (HCU)

f. Medical Check Up (MCU)

g. Intensif Care Unit (ICU)

h. Unit Gawat Darurat (UGD)

i. Kamar Operasi (OK)

3.8 Rekam Medis (Depkes,2008)

Rekam Medis merupakan alat komunikasi antara pasien, dokter, perawat

dan apoteker. Rekam medis atau catatan medis adalah kumpulan data medis dan

sosial dari seorang pasien baik rawat inap maupun rawat jalan sejak pasien masuk

rumah sakit hingga pasien sembuh dan pulang.

Penulisan rekam medis di RS Marinir Cilandak dimulai pada saat pasien

mendaftar di tempat pendaftaran, kemudian menuliskan identitas lengkap seperti

nama, umur, alamat, pendidikan, tempat tanggal lahir, dan sebagainya. Kemudian

data-data tersebut akan disimpan dalam file berdasarkan nomor dan warna dan

tidak ada perbedaan antara pasien anggota dan pasien umum. Isi dari rekam medis

adalah:

a. Identitas pasien.

b. Ringkasan riwayat klinis.

c. Kartu pasien.

d. Pemeriksaan lab, terdiri dari analisa gas darah, darah rutin, kultur atau

resistensi.

e. Ringkasan masuk darurat yang terdiri dari: anamnesis, pemeriksaan fisik,

diagnosis.

f. Pengukuran denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah (untuk rawat inap)

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 35: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

23

Universitas Indonesia

g. Catatan perkembangan pasien dan instruksi dokter.

h. Rencana tindakan perawatan.

i. Catatan terapi terdiri dari: nama pasien, tanggal masuk, ruang rawat, nama

obat (dosis, tanggal pemberian, waktu pemakaian).

3.9 Formularium

Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki formularium Rumah Sakit yang

berisi kelas terapi obat, nama obat, sediaan, nama dagang, dan nama produsen

obat. Susunan daftar obat dievaluasi tiap setahun sekali oleh tim komite medik

berdasarkan kualitas, potensi dan harga obat.

3.10 Unit Sterilisasi (Sterilization Unit)

Pelaksanaan proses sterilisasi RSMC belum dilakukan di unit sterilisasi

yang terpusat atau Central Sterile Supply Departement (CSSD). Proses sterilisasi

dilakukan di setiap ruangan seperti rawat inap, kamar operasi, unit gawat darurat,

dan lain-lain. Sterilisasi alat di RSMC menggunakan Pricef (formalin) dan untuk

lantai digunakan Viorex.

Untuk proses sterilisasi ruangan, langkah awal yang dilakukan adalah

ruangan harus dibersihkan lalu disterilkan dengan cara disinari dengan sinar UV.

Setiap 6 bulan sekali dilakukan pengujian terhadap keberadaan bakteri. Apabila

bakteri melebihi ambang batas maka ruangan harus dibersihkan dengan

desinfektan dan setelah itu di-fogging.

Sterilisasi alat-alat kedokteran dilakukan berdasarkan jenis bahannya, yaitu

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Sterilisasi dengan panas kering

Sterilisasi panas kering digunakan untuk mensterilkan alat-alat logam

seperti gunting bedah, tong spatel, pisau bedah, jarum bedah, dan alat-alat

bedah lainnya. Cara sterilisasi yang dilakukan yaitu memasukkan alat

kedalam oven dengan suhu 150’C selama 2 jam. Setelah selesai proses

sterilisasi, alat-alat yang sudah steril disimpan di dalam lemari yang disusun

berdasarkan jenis tindakan operasi (bedah umum, bedah ortopedi, bedah

kandungan dan bedah urologi).

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 36: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

24

Universitas Indonesia

b. Sterilisasi dengan panas basah

Sterilisasi dengan autoklaf digunakan untuk mensterilkan linen/kain katun,

dressing kain kassa dan perban. Cara yang dilakukan adalah dengan

memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf dengan suhu 121’C selama

15 menit. Setelah selesai proses sterilisasi alat dan bahan disimpan dalam di

lemari dalam ruangan yang telah disterilisasi dengan menggunakan

formaldehid.

3.11 Pengolahan Limbah RSMC

Pengolahan limbah RSMC meliputi limbah padat dan cair.

3.11.1 Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair berasal dari berbagai unit, seperti ruang perawatan,

laboratorium, dapur dan laundry. Pengolahan limbah cair di RSMC terdiri dari 3

jenis bak penampungan, yaitu bak perangkap lemak, bak equal, dan bak reaktor

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Proses awal pengolahan limbah, semua limbah cair dari laboratorium dan

dapur akan melewati bak perangkap lemak. Sedangkan limbah cair yang berasal

dari laundry akan melewati bak pemecah detergen. Setelah itu limbah cair akan

masuk ke bak equal kemudian dialirkan ke bak reaktor IPAL.

Bak reaktor IPAL terdiri dari 4 bak, yaitu bak pengumpul awal, bak

anaerob, bak aerob, dan bak pengumpul akhir. Bak pengumpul awal merupakan

bak tempat pengumpulan limbah yang berasal dari bak equal serta bak pemecah

detergen. Setelah dari bak pengumpul, limbah dialirkan ke dalam bak anaerob

yang berisi bakteri anaerob. Bakteri anaerob berfungsi menguraikan limbah cair

secara anaerob. Kelemahan penggunaan bakteri anaerob ini adalah akan timbul

bau yang kuat dari air limbah yang diolah dan proses pengolahan limbah lebih

lama. Oleh karena itu, setelah dari bak anaerob, limbah dialirkan ke dalam bak

aerob.

Proses pengolahan air limbah secara aerob adalah dengan memanfaatkan

aktivitas bakteri aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air

limbah menjadi zat non organik yang stabil dan tidak memberikan dampak

pencemaran terhadap lingkungan. Setiap hari pada bak aerob ditambahkan bakteri

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 37: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

25

Universitas Indonesia

aerob dari luar. Contoh bakteri aerob yang ditambahkan yaitu Nitrosomonas sp,

Nitrobacter, Pseudomonas, dan Bacillus. Penambahan bakteri ini dimaksudkan

untuk mempercepat proses penguraian senyawa organik dalam limbah cair dan

mencegah pertumbuhan bakteri patogen.

Bakteri aerob sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak

terbatas dan selalu dapat diperoleh dengan sangat mudah. Dalam kapasitas yang

terbatas, alam sendiri sudah mampu menetralisir zat organik yang terdapat di

dalam air limbah. Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di udara

sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas. Oleh karena

itu, di dalam bak aerob terdapat blower, yang membantu pemenuhan kebutuhan

oksigen di dalam air. Proses ini dinamakan aerasi. Aerasi merupakan suatu proses

yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air sehingga

terjadi peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air. Selain diperlukan untuk

proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk

proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk

menghilangkan bau.

Setelah proses penguraian air limbah secara aerob, air limbah yang sudah

tidak berbau tersebut dialirkan ke dalam bak pengumpul akhir, dan selanjutnya

dialirkan ke dalam bak bio indikator. Indikator biologi yang digunakan adalah

koi.

Pemantauan pengolahan limbah RSMC dilakukan setiap 3 bulan sekali

dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup

Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah tersebut dibuang ke sungai Krukut.

Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, ammonia, kesadahan,

senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological

Oxygen Demand

3.11.2 Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis,

Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari ruangan perawatan,

laboratorium, kamar operasi, UGD, urilogi, misalnya kassa, jarum suntik, botol

infus, vial, ampul, kapas dan perban. Penanganan untuk alat-alat yang tajam

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 38: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

26

Universitas Indonesia

dimasukkan dalam wadah khusus seperti jirigen. Limbah padat yang tidak bersifat

non-infectious dimasukkan ke dalam plastik hitam sedangkan limbah yang

bersifat infectious dimasukkan ke dalam plastik kuning. Semua limbah dibakar

menggunakan incinerator dengan suhu 800’C – 1200’C.

Limbah non medis merupakan limbah yang berasal dari dapur, kertas, botol

plastik, botol infus, vial dan ampul. Penanganan limbah non medis dilakukan

dengan pengumpulan oleh petugas kesehatan kemudian dua kali dalam seminggu

diambil oleh petugas kebersihan setempat.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 39: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

27 Universitas Indonesia

BAB 4 TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI

RS MARINIR CILANDAK

4.1 Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak

Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan suatu unit

fungsional yang mengelola semua perbekalan farmasi yang digunakan oleh

RSMC yang dipimpin oleh seorang Kepala Departemen Farmasi (Kadep Far)

yang secara struktural berada di bawah Komandan Rumah Sakit. Tenaga

personalia Departemen Farmasi RSMC terdiri dari 6 apoteker, 23 orang asisten

apoteker, dan 13 orang non asisten apoteker..

4.1.1 Kepala Departemen Farmasi

Kepala Departemen Farmasi bertugas dalam membantu Komandan Rumah

Sakit (Dan Rumkit) yang berada dibawah koordinasi dan pengawasan Wakil

Komandan Rumah Sakit (Wadan Rumkit) yang bertugas dalam

menyelenggarakan pelayanan farmasi di RSMC. Dalam menjalankan tugasnya,

Kadep Far bertanggung jawab langsung kepada Dan Rumkit atau melalui Wadan

Rumkit.

Dalam kegiatan administrasi Kadep Far dibantu oleh TU dengan uraian

tugas dan pekerjaan sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan ketatausahaan di Departemen Farmasi dan kegiatan surat

menyurat sesuai dengan petunjuk administrasi yang berlaku.

b. Melaksanakan agenda/ekspedisi serta penyimpanan arsip.

c. Menyediakan bahan dan alat-alat kebutuhan surat-menyurat bagi keperluan

Departemen Farmasi.

d. Melaksanakan pencatatan, pengawasan, pemeliharaan dan pengamanan

material/dokumen serta inventaris yang ada dalam Departemen Farmasi.

e. Mengadakan koordinasi dengan sekretariat RSMC tentang surat-menyurat

yang berasal dari dan ditujukan untuk Departemen Farmasi.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 40: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

28

Universitas Indonesia

4.1.2 Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi (Ka Subdep Dalfar)

Kadep Far dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Ka Subdep

Dalfar. Ka Subdep Dalfar memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan.

b. Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan.

c. Melaksanakan pemeliharaa nalat kesehatan.

d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengadaan, penyimpanan, dan

penyaluran Material Kesehatan.

e. Merancang sistem penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material

kesehatan.

f. Melaksanakan administrasi, penyimpanan, dan penyaluran material.

g. Merancang bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik.

h. Menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta

pengajuan material kesehatan secara periodik.

Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi dalam melaksanakan

tugasnya bertanggung jawab kepada Kadep Far dan dibantu oleh petugas :

a. Kepala Seksi Pemeliharaan Material Kesehatan (Kasi Har Matkes)

Kepala seksi pemeliharaan material kesehatan memiliki tugas sebagai

berikut:

1. Melaksanakan pemeliharaan material kesehatan sesuai jadwal

pemeliharaan.

2. Melaksanakan inventarisasi material kesehatan.

3. Membantu Ka Subdep Dalfar dalam pengendalian dan pengawasan

material kesehatan.

4. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Ur Har Matkes.

b. Kepala Seksi Perbekalan Farmasi (Kasi Bek Far)

Kepala seksi perbekalan farmasi memiliki tugas sebagai berikut:

1. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material

perbekalan farmasi.

2. Melaksanakan administrasi penerimaan, penyimpanan, dan

pengeluaran perbekalan farmasi.

3. Menyelenggarakan tatalaksana penyimpanan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 41: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

29

Universitas Indonesia

4. Merencanakan, menyiapkan, dan mengembangkan ruang-ruang

penyimpanan.

5. Membantu Ka Subdep Dalfar dalam menyusun perkiraan kebutuhan

material kesehatan.

6. Membantu Ka Subdep Dalfar dalam menyusun laporan penerimaan

dan penyaluran perbekalan farmasi.

7. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Ur Bek Far.

c. Kepala Sub Departemen Apotek (Ka Subdep Apotek)

Selain dibantu oleh Ka Subdep Dalfar, Kadep Far juga dibantu oleh

seorang Ka Subdep Apotek yang memiliki tugas sebagai berikut:

1. Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada pasien rawat inap,

rawat jalan, gawat darurat, dan unit-unit perawatan.

2. Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat

kepada pasien dalam rangka pemberian informasi obat.

3. Menyelenggarakan administrasi penerimaan, penyimpanan, dan

penyaluran material kesehatan.

4. Membuat laporan pelaksanaan tugas Sub Dep Apotek secara periodik.

5. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kadep Far.

Kepala Sub Departemen Apotek dalam melaksanakan tugasnya

dibantu oleh:

a) Kepala Seksi Perencanaan Farmasi (Kasi Ren Far)

Kepala seksi perencanaan farmasi memiliki tugas

sebagai berikut:

1) Menyusun rencana pengadaan dan pemeliharaan material

kesehatan secara terjadwal.

2) Melaksanakan pembuatan/penyiapan obat/alat kesehatan

untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.

3) Melaksanakan administrasi pengadaan material kesehatan.

4) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada

Ka Subdep Apotek

b) Kepala Seksi Pendistribusian

Kepala seksi pendistribusian dengan tugas sebagai berikut:

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 42: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

30

Universitas Indonesia

1) Melaksanakan penyaluran material kesehatan pada apotek

dan poli-poli di RSMC.

2) Melaksanakan administrasi penyimpanan dan penyaluran

alat/bekal kesehatan.

3) Melaksanakan kegiatan farmasi rumah sakit.

4) Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ka

Subdep Apotek.

4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi

4.2.1 Fungsi Departemen Farmasi adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan perencanaan kebutuhan barang farmasi.

b. Melaksanakan pengadaan barang farmasi sesuai ketentuan yang

berlaku.

c. Mengatur sistem penyimpanan barang farmasi sesuai peraturan

yang berlaku.

d. Mengatur sistem pendistribusian barang farmasi ke seluruh poli di

RSMC yang membutuhkan.

e. Melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di lingkungan rumah

sakit.

f. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang pelayanan

farmasi.

4.2.2 Tugas Pokok

Sebagai salah satu unsur pelaksana utama Dan Rumkit, Kepala

Departemen Farmasi bertugas membantu Dan Rumkit atau Wadan Rumkit

untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur serta mengawasi

seluruh kegiatan dan kebutuhan pelayanan Farmasi yang meliputi obat, alat

kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, bekal kesehatan, gas medik,

dan barang kimia lainya di RSMC.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 43: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

31

Universitas Indonesia

4.3 Uraian Tugas Departemen Farmasi

Departemen Farmasi mempunya tugas dengan uraian sebagai berikut :

a. Menyiapkan semua data di Departemen Farmasi untuk disajikan kepada Dan

Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit.

b. Memberikan saran mengenai bidang kefarmasian baik diminta maupun tidak

diminta kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan

Rumkit.

c. Menyusun program kerja Departemen Farmasi sebagai bahan penyusunan

program kerja RSMC.

d. Mengajukan kebutuhan personel, peralatan dan anggaran biaya kepada Dan

Rumkit dalam rangka kelancaran tugas dan pengembangan Departemen

Farmasi.

e. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan farmasi rumah sakit.

f. Menyusun dan menyiapkan petunjuk-petunjuk dalam rangka pelaksanaan

kegiatan di Departemen Farmasi.

g. Menyelenggarakan fungsi staf dalam bidang pembinaan kefarmasian di

lingkungan RSMC atas dasar pengembangan ilmu dan teknologi masing-

masing Sub Departemen.

h. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin, kebersihan,

keamanan dan kelancaran tugas di lingkungan Departemen Farmasi.

i. Mengaturdan mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua peralatan

dan sarana yang ada di Departemen Farmasi, agar selalu dalam keadaan baik,

lengkap serta siap pakai.

j. Menyiapkan dan meneliti surat-surat yang berhubungan dangan Departemen

Farmasi sebelum ditandatangani Dan Rumkit.

k. Melaksanakan koordinasi di lingkungan Departemen Farmasi dengan unit

kerja lain di luar Departemen Farmasi dalam rangka penyusunan prosedur

kerja pelayanan farmasi di RSMC.

l. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Kepala Departemen dan unit

kerja lain yang terkait dalam rangka merencanakan kebutuhan obat, alat

kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, pengembangan pelayanan

farmasi di departemen atau unit kerja yang bersangkutan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 44: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

32

Universitas Indonesia

m. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan dan instansi baik di dalam

maupun di luar RSMC untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai tingkat

dan lingkup kewenangannya.

n. Mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan penerimaan,

penyimpanan dan pendistribusian barang-barang farmasi guna menjamin

pencapaian tujuan sasaran program kerjanya secara berhasil guna dan berdaya

guna.

o. Membuat uraian tugas bagi para pelaksana yang bekerja di lingkungan

Departemen Farmasi.

p. Mengawasi dan bertanggung jawab agar semua kegiatan di lingkungan

Departemen Farmasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan

yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Membuat laporan kepada Dan Rumkit atau Wadan Rumkit baik

secara langsung maupun secara tertulis.

q. Membuat laporan berkala meliputi: pengadaan dan penggunaan obat, alat

kesehatan, alat kedokteran dan bekal kesehatan setiap bulan, per triwulan dan

setiap akhir tahun anggaran, menyiapkan data penggunaan obat narkotik,

Stock opname setiap akhir triwulan dan akhir tahun anggaran,

menyelenggarakan usaha-usaha yang bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan farmasi sesuai dengan tuntutan masyarakat pengguna jasa rumah

sakit dan kemampuan rumah sakit agar tugas pokok Departemen Farmasi

dapat dilaksanakan secara optimal.

r. Selalu mengadakan koordinasi dan kerja sama serta memelihara hubungan

baik dengan departemen lain untuk menunjang tercapainya tugas pokok dan

fungsi Departemen Farmasi.

s. Mengadakan kegiatan lain sesuai dengan pengarahan Dan Rumkit atau Wadan

Rumkit.

4.4 Gudang Farmasi

Tugas gudang farmasi yaitu menerima, menyimpan, dan mendistribusikan

obat dan perbekalan kesehatan. Perbekalan kesehatan yang dimaksud meliputi

material kesehatan yang berupa obat-obatan dan alat kesehatan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 45: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

33

Universitas Indonesia

4.4.1 Jam Kerja

Jam kerja gudang farmasi setiap hari senin-jumat pukul 07.00-15.00 WIB

4.4.2 Personalia

Tenaga personalia di bagian gudang farmasi RSMC terdiri dari 1

apoteker, 3 asisten apoteker, dan 1 non asisten apoteker.

4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi

4.4.3.1 Penerimaan Perbekalan Farmasi RSCM

Sumber perbekalan farmasi RSMC meliputi :

a. Dropping

b. Pembelian / Pengadaan

a. Dropping

Dropping obat dan alkes habis pakai dapat berasal dari

Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Puskesmas Tentara

Nasional Indonesia Angkatan Laut (Puskes TNI AL), dan Korps

Marinir (Korps Marinir). Dropping dari Diskesal merupakan

sumber utama perbekalan farmasi di gudang farmasi. Dropping ini

dilakukan secara rutin setiap 6 bulan. Gudang farmasi Rumah Sakit

bertugas membuat permintaan berdasarkan kebutuhan obat dan

perbekalan kesehatan dari ruangan/poli yang kemudian dikirimkan

ke Diskesal.

Untuk semester pertama tiap tahunnya, surat Permintaan

Untuk Terima (PUT) diajukan ke Diskesal paling lambat pada

akhir Desember tahun sebelumnya dan sekitar bulan April akan

dikirimkan Surat Perintah Pengeluaran Matkes (SPPM) dari

Diskesal. Sedangkan untuk semester kedua, PUT paling lambat

dikirimkan pada akhir Juni.

Permintaan yang diajukan ke Diskesal pada semester 1

yaitu obat-obatan LAFIAL, obat-obatan non LAFIAL, obat untuk

penyakit kronik, bekal kesehatan Gigi dan Mulut, dan formulir.

Sedangkan permintaan yang diajukan ke Diskesal pada semester 2

yaitu obat-obatan LAFIAL, bekal kesehatan umum, dan bekal

kesehatan radiologi.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 46: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

34

Universitas Indonesia

Perbekalan farmasi yang diminta akan diberikan oleh

Diskesal pada selambat-lambatnya akhir Mei untuk semester

pertama dan akhir Oktober untuk untuk semester kedua.

Sebelumnya Rencana Distribusi (Rendis) telah dikirimkan kepada

setiap gudang farmasi Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL). Untuk

wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta biasanya perbekalan

farmasi diambil sendiri ke gudang farmasi Diskesal. Untuk wilayah

luar DKI Jakarta biasanya perbekalan kesehatan langsung dikirim

ke gudang farmasi RSAL

Pada akhir bulan April akan dikirimkan surat koordinasi ke

gudang farmasi Diskesal. Jika gudang farmasi Diskesal telah

selesai menyiapkan obat dan perbekalan kesehatan, maka akan

dikirimkan surat koordinasi kepada RS. Berdasarkan surat tersebut

petugas gudang RS akan mengambil obat dan perbekalan

kesehatan ke Diskesal. Pada saat pengambilan obat dan perbekalan

kesehatan ke gudang farmasi Diskesal petugas gudang RS harus

membawa SPPM dan PUT. Setelah obat dan perbekalan kesehatan

diterima, Berita Acara pengeluaran obat dan perbekalan kesehatan

dari gudang farmasi Diskesal ditandatangani oleh petugas gudang

Diskesal dan petugas gudang RS.

Dropping obat dan Material Kesehatan dari Puskes TNI AL

dilakukan berdasarkan PUT yang diajukan gudang farmasi RS.

Permintaan yang diajukan dalam PUT meliputi pemeriksaan

kesehatan/ check-up (Rikes) untuk para anggota TNI di

laboratorium. PUT diajukan kepada Puskes TNI AL setahun sekali

dan dilakukan perincian setiap 3 (tiga) bulan. PUT tidak dibuat

untuk dropping obat-obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar yang

menjadi program Puskes TNI.

b. Pengadaan / Pembelian

Sumber dana untuk pembelian obat dan perbekalan

kesehatan RS didapat dari dana Yanmasum dan Dana Pemeiharaan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 47: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

35

Universitas Indonesia

Kesehatan (DPK) yang berasal dari APBN (Anggaran

Pemeliharaan Belanja Negara), yang diberikan setiap tiga bulan

(triwulan), sedangkan dana Yanmasum merupakan dana yang

diperoleh dari keuntungan Rumah Sakit untuk pelayanan pasien

umum di luar pasien dinas. Pola pembelian yang dilaksanakan di

RSMC adalah pembelian dalam jumlah terbatas (sesuai kebutuhan)

dan direncanakan untuk kebutuhan satu bulan.

Setiap penerimaan obat, baik yang sumbernya dari dropping maupun

pembelian sendiri, harus didukung dengan bukti penerimaan. Penerima

barang harus memeriksa kesesuaian antara fisik barang dengan dokumen

pengantar kiriman barang. Dokumen bukti pemeriksaan tersebut harus

ditandatangani oleh petugas penerima barang, yang menyerahkan barang,

serta diketahui oleh Kepala Departemen Farmasi dan dibubuhi stempel.

Untuk jenis barang yang diadakan melalui pembelian sendiri, bila terjadi

ketidaksesuaian antara fisik barang dengan dokumen, maka dilakukan

pengembalian barang (retur) dan dicatat di buku berita acara.

4.4.3.2 Penyimpanan (Pergudangan)

Penyimpanan barang dilakukan menurut sumbernya, yaitu obat

yang berasal dari DPK/APBN, Yanmasum, dan dropping baik dari

Diskesal maupun Puskes TNI AL. Selain itu, obat dan perbekalan

kesehatan lainnya juga dikelompokkan berdasarkan ruangan yang

membutuhkan, seperti OK dan UGD. Setiap jenis barang yang terdapat di

gudang dilengkapi dengan kartu stok yang menunjukkan jumlah dan

tanggal pemasukan serta pengeluaran dari setiap barang. Sistem

pengeluaran obat atau barang dilakukan menurut metode First In First Out

(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).

4.4.3.3.Pendistribusian

Pendistribusian di gudang farmasi dibagi menjadi dua yaitu :

a. Distribusi untuk Apotek Dinas berupa obat dan alat kesehatan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 48: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

36

Universitas Indonesia

b. Distribusi untuk ruang rawat inap, ruang ICU, Ruang OK, UGD, dan

laboratorium berupa material kesehatan seperti kasa, perban, desinfektan,

alkohol, reagen, cairan infus, obat gawat darurat, dan alat kesehatan.

Jadwal pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan dari gudang farmasi ke

ruangan/poli/ apotek selama seminggu adalah sebagai berikut:

a. Senin : Paviliun Flamboyan atas dan bawah, OK, serta poli kandungan.

b. Selasa : Paviliun Bougenville.

c. Rabu : Paviliun Cempaka 1 dan 2, serta UGD.

d. Kamis : Ruang bayi, paviliun Dahlia, Apotek Dinas.

e. Jumat : Paviliun Edelweis, OK, dan ICU.

Oleh karena keterbatasan Sumber Daya Manusia di gudang farmasi, obat

dan perbekalan kesehatan diambil sendiri oleh petugas dari masing-masing

ruangan yang mengajukan permintaan. Obat dan perbekalan kesehatan yang

diambil oleh petugas dari masing-masing ruangan tersebut dicatat jenis dan

jumlahnya pada buku mutasi barang. Buku tersebut juga ditandatangani oleh

petugas gudang farmasi dan petugas masing-masing ruangan sebagai bukti

pengambilan obat dan perbekalan kesehatan. Apabila perbekalan farmasi di

ruangan telah habis, maka ruangan dapat mengambil obat dan perbekalan

kesehatan di luar jadwal yang sudah ditentukan. Gudang juga melayani pengisian

gas medik seperti NO2, O2 dan perbaikan alat kesehatan.

4.5 Apotek Dinas

Apotek Dinas merupakan salah satu apotek yang berada dibawah struktur

organisasi Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Apotek Dinas

khusus ditujukan untuk melayani pasien anggota TNI AL dan Pegawai Negeri

Sipil (PNS) beserta keluarganya.

4.5.1 Jam Kerja

Pelayanan di Apotek Dinas dilakukan setiap hari kerja dan dibagi menjadi

2 (dua) shift yaitu pukul 07.00–15.00 WIB dan pukul 15.00–21.00 WIB. Setelah

itu pelayanan untuk pasien dinas akan diberikan di Apotek Pelayanan Masyarakat

Umum /Yanmasum (Apotek Swasta).

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 49: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

37

Universitas Indonesia

4.5.2 Personalia

Tenaga personalia di Apotek Dinas terdiri dari 1 orang apoteker, 4 asisten

apoteker, 2 non asisten apoteker dan 1 administrasi.

4.5.3 Jenis Pelayanan

Apotek Dinas hanya melayani pasien yang merupakan anggota TNI AL

dan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya. Keluarga yang dimaksud adalah

istri dengan anak maksimal dua orang. Pelayanan ditujukan untuk pasien rawat

jalan dan rawat inap. Apabila terdapat obat yang tidak tersedia di apotek dinas,

maka petugas akan memberikan resep yang diberi stempel restitusi. Selanjutnya

pasien dapat memperoleh obat yang dimaksud di apotek Yanmasum sesuai

dengan prosedur yang berlaku.

Prosedur restitusi dilaksanakan sesuai surat edaran Kepala Rumkital

Marinir Cilandak, Nomor SE/75/VI/2006 tanggal 22 Juni 2006 yang berdasar

kepada SE/002 1/I/94/Ditkes tanggal 25 Januari 1994 tentang Pedoman

Pemberian Restitusi Kesehatan di Lingkungan TNI AL. Prosedur pelaksanaan

restitusi sebagai berikut :

a. Resep yang sudah distempel restitusi dari Apotek Dinas dibawa ke Apotek

Yanmasum (Apotek Swasta) di Rumah Sakit Marinir Cilandak, diberi harga,

kemudian diserahkan kepada pasien.

b. Pasien menghadap Komandan Rumah Sakit Marinir Cilandak atau Wadan

untuk meminta persetujuan dari Dan Rumkit atau Wadan Rumkit.

c. Apabila sudah mendapat persetujuan dari Dan Rumkit atau Wadan Rumkit,

pasien dapat membawa kembali resepnya ke Apotek Yanmasum untuk

mendapatkan obat.

d. Obat-obatan yang sudah direstitusi dapat diberikan untuk 3 hari. Untuk

penyakit kronik dapat diberikan 30 hari.

Jenis restitusi yang dapat diberikan adalah obat dengan resep dokter

RSMC yang disetujui oleh Dan Rumkit atau Wadan Rumkit, serta kacamata untuk

anggota RSMC sesuai ketentuan dan berdasarkan resep Dokter mata. Jenis

restitusi yang tidak dapat diberikan antara lain obat-obat tradisional, susu, obat

pelangsing, kosmetik, vitamin, hormon dan mineral. Persetujuan oleh pejabat

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 50: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

38

Universitas Indonesia

yang berwenang memperhatikan pertimbangan urgency dari pemberian obat

kepada pasien, jenis dan harga obat serta patokan dukungan anggaran non APBN

per bulan. Pembayaran dari dana non APBN dilakukan setelah dibuat rekapitulasi

per bulan.

4.5.4 Pengadaan Obat

Perbekalan farmasi yang terdapat di apotek dinas yaitu obat dan

perbekalan kesehatan, berasal dari gudang farmasi. Untuk pemenuhan kebutuhan

obat dan perbekalan kesehatan di apotek dinas, setiap minggu diajukan

permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada gudang farmasi. Apotek Dinas

juga memberikan rencana kebutuhan obat setiap bulannya kepada gudang farmasi.

4.5.5 Penyimpanan

Penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan jenis sediaan yaitu sedian

tablet, sirup, injeksi, dan alat kesehatan, kemudian disusun berdasarkan alfabetis.

4.5.6 Pelayanan Farmasi

Pelayanan farmasi yang dilakukan berdasarkan resep dokter dari tiap poli

rawat jalan, ruangan rawat inap, UGD, dan ICU. Pada saat resep masuk, resep

diberi nomor oleh petugas. Setiap resep yang masuk akan diskrining oleh petugas

apotek. Jika terdapat permasalahan, petugas akan menghubungi dokter penulis

resep. Setelah dilakukan skrining resep, dilakukan dispensing, penulisan etiket,

dan dilakukan pengecekan kembali oleh petugas apotek yang lain. Setelah itu,

obat siap diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat kepada pasien juga disertai

dengan pemberian informasi obat.

4.6 Apotek Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum)

Apotek Yanmasum merupakan salah satu apotek yang berada di bawah

struktur organisasi Departemen Farmasi RSMC. Apotek Yanmasum dapat

melayani seluruh obat untuk pasien umum maupun obat untuk pasien Dinas yang

tidak ditanggung oleh Apotek Dinas RSMC, baik melalui mekanisme restitusi

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 51: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

39

Universitas Indonesia

maupun pembelian sendiri oleh pasien dinas. Apotek Yanmasum dapat melayani

obat untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

4.6.1 Jam Kerja

Apotek Yanmasum RS Marinir Cilandak memberi pelayanan selama 24

jam setiap harinya. Pelayanan dilaksanakan dengan pembagian shift kerja di

Apotek Yanmasum yaitu dengan adanya shift jaga di luar shift normal setiap

harinya. Shift normal apotek adalah pada pukul 07.00 – 15.00 WIB. Di luar jam

tersebut, terdapat tiga orang petugas jaga yang bertugas pada shift jaga pukul

15.00– 21.00 WIB serta dua orang bertugas jaga mulai pukul 21.00 – 07.00 WIB.

4.6.2 Personalia

Tenaga personalia di Apotek Yanmasum RSMC terdiri dari 1 orang

Apoteker, 5 Asisten Apoteker dan 2 non Asisten Apoteker.

4.6.3 Jenis Pelayanan

Apotek Yanmasum melayani pasien umum swasta rawat jalan dan rawat

inap, pasien yang terdaftar sebagai anggota asuransi tertentu (pasien jaminan),

pasien gawat darurat dan juga pelayanan restitusi untuk pasien dinas dan

keluarganya. Untuk pasien jaminan, apotek Yanmasum melakukan kerjasama

dengan JAMSOSTEK serta beberapa perusahaan asuransi seperti MANULIFE,

BRINGIN LIFE, EQUITY, dan lain-lain. Untuk pasien rawat inap yang merupakan

pasien jaminan resep diserahkan oleh perawat, sedangkan untuk pasien rawat inap

umum resep dapat dibeli langsung oleh keluarga pasien atau melalui hospital

pharmacy dimana pasien tidak membeli langsung ke apotek tetapi melalui

perawat.

4.6.4 Pengadaan obat

Pengadaan barang di Apotek Yanmasum dilakukan terpisah dari Apotek

Dinas. Prosedur pemesanan obat dilakukan dengan memesan langsung ke

distributor. Petugas apotek yang bertanggung jawab atas tugas defekta melihat

stok barang yang perlu dipesan dan mencatatnya pada buku defekta. Kemudian

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 52: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

40

Universitas Indonesia

daftar barang yang perlu dipesan diserahkan pada Kepala Sub Departemen

Pengendalian Farmasi (Ka Sub Dep Dalfar). Setelah disetujui, barang dapat

dipesan langsung ke distributor menggunakan surat pesanan. Surat pesanan

khusus narkotika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dengan menyertakan

tanda tangan dari APA (Apoteker Pengelola Apotek). Barang yang dipesan

kemudian diantarkan langsung oleh distributor ke Apotek Yanmasum. Faktur

diserahkan ke apotek oleh distributor, namun mekanisme pembayaran obat

dilakukan melalui bagian Pekas Rumah Sakit menurut ketentuan Rumah Sakit

Marinir Cilandak.

4.6.5 Penyimpanan

Pengelompokan barang di Apotek Yanmasum dilakukan berdasarkan

bentuk dan jenis sediaan. Sediaan padat dan cair serta alat kesehatan dipisahkan

dalam penyimpanan. Terdapat lemari khusus untuk menyimpan obat injeksi dan

refrigerator untuk menyimpan jenis-jenis obat yang termolabil seperti

suppositoria dan vaksin. Lemari khusus untuk menyimpan sediaan cair memiliki

pemisahan tersendiri untuk jenis sirup antibiotik. Setelah pengelompokan

berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, obat disusun berdasarkan alfabetis. Apotek

Yanmasum tidak memiliki ruangan khusus untuk menyimpan persediaan obat dan

alat kesehatan (gudang), namun persediaan disimpan pada lemari tersendiri yang

terdapat di ruangan Apotek Yanmasum. Pencatatan stok obat dan alat kesehatan

yang masuk dan keluar dicatat pada kartu stok.

4.6.6 Pelayanan farmasi

Pelayanan farmasi yang dilakukan di Apotek Yanmasum yaitu pelayanan

pemberian obat berdasarkan resep dan non resep kepada pasien umum serta

pemberian obat restitusi kepada pasien dinas.

Pada saat resep masuk, resep diberi nomor oleh petugas. Setiap resep yang

masuk akan diskrining oleh petugas apotek. Jika terdapat permasalahan, petugas

akan menghubungi dokter penulis resep. Setelah dilakukan skrining resep,

dilakukan dispensing, penulisan etiket, dan dilakukan pengecekan kembali oleh

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 53: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

41

Universitas Indonesia

petugas apotek yang lain. Setelah itu, obat siap diserahkan kepada pasien.

Penyerahan obat kepada pasien juga disertai dengan pemberian informasi obat.

4.7 Apotek ASKES

Apotek ASKES RSMC adalah apotek yang dibentuk atas dasar kerjasama

antara Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) dengan PT. ASKES. Apotek

ASKES RSMC berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada peserta ASKES

sesuai dengan Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) yang telah ditentukan oleh

PT. ASKES, yaitu daftar obat yang digunakan untuk pelayanan obat bagi peserta

ASKES, baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.

4.7.1 Jam Kerja

Pelayanan di Apotek ASKES dilakukan setiap hari kerja dan dibagi

menjadi dua shift yaitu pukul 07.00 – 15.00 WIB dan pukul 15.00 – 21.00 WIB.

Setelah itu pelayanan untuk pasien ASKES akan diberikan di Apotek Pelayanan

Masyarakat Umum (Yanmasum).

4.7.2 Personalia

Tenaga personalia di Apotek ASKES RSMC terdiri dari 1 orang apoteker,

4 orang asisten apoteker dan 1 orang petugas dari ASKES sebagai verifikator.

4.7.3 Jenis Pelayanan

Apotek ASKES hanya melayani pasien yang terdaftar sebagai peserta

ASKES.

4.7.4 Pengadaan Obat

Perencanaan pengadaan obat dilakukan setiap minggu. Prosedur

pengadaan obat di Apotek ASKES adalah dengan mencatat obat-obatan yang

stoknya minimum dalam buku defekta. Buku defekta tersebut kemudian

diserahkan kepada Ka Sub Dep Dalfar. Setelah diperiksa oleh Ka Sub Dep Dalfar,

buku defekta diserahkan kepada Ka Dep Far dan jika disetujui selanjutnya Ka Sub

Dep Dalfar akan membuat surat pemesanan atau Purchase Order (PO) dengan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 54: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

42

Universitas Indonesia

persetujuan PT. ASKES. Purchase Order dikirim ke PBF (Pedagang Besar

Farmasi) dan PBF akan mengirimkan barang berdasarkan PO yang telah dibuat.

Data-data penjualan obat selama satu bulan direkapitulasi oleh Apoteker

yang bertugas di Apotek ASKES dan dikirim ke PT. ASKES untuk diverifikasi.

Selanjutnya PT. ASKES akan membayar sesuai hasil rekapitulasi tersebut ke

rekening Dep Far.

4.7.5 Penyimpanan

Obat di apotek ASKES dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya,

kemudian disusun secara alfabetis.Setiap pemasukan dan pengeluaran obat dicatat

dalam kartu stok obat.

4.7.6 Pelayanan farmasi

Pelayanan farmasi yang dilakukan berdasarkan resep dokter dari tiap poli

rawat jalan, ruangan rawat inap, UGD, dan ICU. Pada saat resep masuk, resep

diberi nomor oleh petugas. Setiap resep yang masuk akan diskrining oleh petugas

apotek. Jika terdapat permasalahan, petugas akan menghubungi dokter penulis

resep. Setelah dilakukan skrining resep, dilakukan dispensing, penulisan etiket,

dan dilakukan pengecekan kembali oleh petugas apotek yang lain. Setelah itu,

obat siap diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat kepada pasien juga disertai

dengan pemberian informasi obat.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 55: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

43 Universitas Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit

mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas

Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya

guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta

pelaksanaan upaya rujukan (Undang-Undang No. 44, 2009)

Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan Rumah Sakit Angkatan Laut

Marinir yang digolongkan sebagai rumah sakit tipe B, yaitu rumah sakit umum

yang mempunyai fasilitas pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis

penunjang medik, dan pelayanan medik subspesialis dasar. Rumah sakit ini

memiliki berbagai unit fasilitas yaitu fasilitas pelayanan medik dan perawatan

seperti instalasi rawat jalan (IRJ), instalasi gawat darurat (IGD), instalasi rawat

inap (IRNA), instalasi perawatan intensif (ICU), instalasi bedah, instalasi

kebidanan dan penyakit kandungan, instalasi rehabilitasi medik (IRM), instalasi

radio terapi, serta fasilitas penunjang seperti instalasi farmasi, laboratorium, dan

pemulasaraan jenazah (Kemenkes, 2010).

Instalasi farmasi rumah sakit merupakan tempat dilakukannya proses

pelayanan kefarmasian. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu

kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal

tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang

menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi

klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 56: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

44

Universitas Indonesia

Instalasi farmasi direncanakan mampu untuk melakukan pelayanan

(Kemenkes, 2010):

1. Melakukan perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan obat, alat

kesehatan, reagensia, radiofarmasi, gas medik sesuai formularium rumah

sakit

2. Melakukan kegiatan peracikan obat sesuai permintaan dokter baik untuk

pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

3. Pendistribusian obat, alat kesehatan, reagensi radio farmasi dan gas medik.

4. Memberikan pelayanan informasi obat dan melayani konsultasi obat

5. Mampu mendukung kegiatan pelayanan unit kesehatan lainnya selama 24

jam.

Instalasi farmasi di RSMC memiliki 2 kegiatan pelayanan kefarmasian

yang meliputi kegiatan farmasi klinik dan non klinik. Pelayanan farmasi klinik

meliputi pelayanan resep dan pemberian informasi obat yang dilakukan di tiga

apotek yaitu Apotek Dinas, Apotek Yanmasum dan Apotek ASKES sedangkan

pelayanan farmasi non klinik dilakukan di bagian Pengadaan dan Administrasi

dan gudang farmasi.

Pelayanan farmasi non klinik yang dilakukan berupa pengelolaan

perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

distribusi, pengawasan, administrasi dan pelaporan. Perencanan perbekalan

farmasi di RSMC dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan dari setiap

unit. Hal ini dapat dilihat dari hasil konsumsi rata-rata setiap semeseternya atau

setiap tahunnya dari masing-masing unit. Pengadaan perbekalan farmasi di RSMC

dilakukan dengan sistem satu pintu dimana seluruh pemesanan perbekalan farmasi

harus melalui bagian Pengadaan dan Administrasi di Departemen Farmasi.

Ketiga apotek di RSMC memiliki sistem pengadaan yang berbeda. Sumber

perbekalan farmasi Apotek Dinas berasal dari bantuan (dropping) yang terutama

berasal dari Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Pusat Kesehatan TNI

(Puskes TNI) dan Korps Marinir (KORMAR) serta dari pembelian yang berasal

dari dana Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum) Rumah Sakit. Pengadaan di

apotek Yanmasum dan apotek ASKES dilakukan dengan pembelian melalui PBF.

Pengadaan di apotek Yanmasum berdasarkan panduan pengadaan obat dari

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 57: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

45

Universitas Indonesia

formularium RSMC, sedangkan apotek ASKES berdasarkan Daftar Plafon Harga

Obat (DPHO) yang diterbitkan oleh PT. ASKES.

Penerimaan, penyimpanan, pendataan defecta barang dan pengelolaan

barang di apotek Dinas dilakukan oleh gudang farmasi sedangkan untuk apotek

ASKES dan Yanmasum dilakukan oleh masing-masing apotek. Seluruh daftar

defecta yang berasal dari ketiga apotek diserahkan kepada kepala sub Departemen

Pengendalian Farmasi yang memiliki kewenangan dalam hal pengendalian bidang

perencanaan dan distribusi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengelolaan

perbekalan farmasi di RSMC menerapkan sistem satu pintu. Secara teori sistem

satu pintu ini baik untuk menjamin pengawasan peredaran perbekalan farmasi di

rumah sakit.

Gudang farmasi di RSMC berfungsi untuk menerima, menyimpan,

memelihara, mendistribusikan dan mengadministrasikan perbekalan farmasi ke

Apotek Dinas dan semua unit RSMC. Untuk setiap kegiatan penerimaan maupun

pendistribusian perbekalan farmasi, di gudang farmasi dibentuk suatu tim

berdasarkan Surat Perintah Dan Rumkit. Setiap kegiatan yang telah dilakukan

dibuat pencatatan serta pelaporannya. Perbekalan farmasi yang diterima

dicocokkan kembali dengan daftar permintaan serta dilihat waktu

kadaluwarsanya. Setelah itu perbekalan farmasi tersebut disimpan di dalam

gudang. Perbekalan farmasi kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan,

sumber penerimaan, dan tujuan distribusi. Selanjutnya, gudang farmasi akan

melakukan kegiatan distribusi setiap minggu ke unit-unit yang berada di Rumah

Sakit sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Gudang farmasi RSMC telah memenuhi beberapa syarat gudang yang baik

seperti terdiri dari satu lantai sehingga memberi kemudahan dalam lalu lintas dan

pengewasan perbekalan farmasi, dilengakapi dengan pendingin ruangan untuk

menjamin stabilitas perbekalan farmasi selama penyimpanan, adanya rak untuk

menyusun, adanya tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik dan

lokasi dekat dengan unit pemakaian tetapi jauh dengan sumber penerimaan

barang. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah belum sesuainya

persyaratan gudang yang baik diantaranya belum adanya lemari khusus untuk

menyimpan obat golongan narkotik dan psikotropik, kurangnya sirkulasi udara

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 58: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

46

Universitas Indonesia

dalam gudang, luas gudang kurang memadai untuk menyimpan perbekalan

farmasi terutama obat-obat dropping, ukuran rak tidak sesuai dengan kemasan

perbekalan farmasi yang disimpan sehingga kurang efektif.

Apotek Dinas hanya melayani pasien anggota TNI AL dan Pegawai

Negeri Sipil beserta keluarganya, yang terdiri atas suami atau istri dan 2 orang

anak di bawah 21 tahun. Pelayanan di Apotek Dinas telah berjalan dengan baik,

pelayanan resep dapat diselesaikan dengan cepat sehingga pasien tidak menunggu

lama, namun karena banyaknya resep yang masuk pemberian informasi obat

belum dilaksanakan dengan maksimal. Banyaknya resep yang masuk merupakan

salah satu penyebab kealahan pemberian obat pada pasien. Untuk mengurangi

kesalahan tersebut, dilakukan pemberian nomor resep menggunakan kombinasi

angka dan huruf bila didapati dua atau lebih resep yang ditebus oleh satu pasien.

Misalnya pemberian nomor resep 201/A dan 201/B untuk dua resep yang ditebus

oleh satu pasien.

Apotek Yanmasum melayani pasien umum yang merupakan seluruh

masyarakat umum yang berobat di RSMC atau pasien dinas yang obatnya tidak

ditanggung Apotek Dinas, baik melalui mekanisme restitusi maupun pembelian

sendiri oleh pasien. Apotek Yanmasum tidak memiliki gudang penyimpanan obat.

Obat-obat disimpan di rak-rak yang terdapat di Apotek tersebut. Keterbatasan rak

dan keterbatasan ruang di apotek Yanmasum menyebabkan keterbatasan gerak

petugas apotek dan penyimpanan obat-obat menjadi kurang teratur. Untuk itu

disarankan penataan perbekalan farmasi yang lebih teratur di apotek Yanmasum.

Apotek ASKES hanya melayani pasien peserta penjaminan PT.ASKES

yang terdiri dari pensiunan instansi pemerintah termasuk Angkatan Laut beserta

keluarganya (suami atau istri dan 2 orang anak di bawah 21 tahun). Pelayanan di

apotek ASKES telah berjalan baik, setiap resep yang masuk diperiksa

kerasionalannya oleh apoteker yang bertugas. Jika obat-obatan yang diberikan

tidak sesuai dengan standar terapi atau tidak masuk DPHO maka apoteker akan

menghubungi dokter penulis resep tersebut. Penataan obat-obatan di apotek

ASKES juga sudah rapi dan teratur, dengan penataannya berdasarkan bentuk

sediaaan dan secara alfabetis. Sama halnya dengan Apotek Yanmasum, Apotek

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 59: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

47

Universitas Indonesia

ASKES juga tidak memiliki gudang penyimpanan, sehingga obat-obatan disimpan

di dalam apotek.

Pelayanan farmasi klinik di RSMC berupa PIO (Pelayanan Informsi Obat).

Pelayanan Informasi Obat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai

obat dan penggunaannya kepada pasien rawat jalan atau rawat inap yang

mengambil obat di apotek ataupun kepada tenaga kesehatan lain. PIO yang

dilakukan masih belum terlaksana dengan baik, karena apoteker yang bertanggung

jawab terhadap pemberian informasi obat di apotek tidak selalu berada di tempat,

hal ini dikarenakan adanya keterbatasan jumlah apoteker yang bertugas.

Fungsi pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Departemen

Farmasi RSMC masih sangat terbatas karena masih kurangnya kebijakan yang

mendukung serta Sumber Daya Manusia seperti tenaga profesi Apoteker yang

jumlahnya belum memadai. Fungsi pelayanan farmasi klinik tersebut diantaranya

yaitu pelayanan informasi obat, konseling, proses pengawasan terhadap

penggunaan obat, Monitoring Efek Samping Obat dan atau pengamatan terhadap

Drug Related Problems. Hal ini menyebabkan kegiatan kefarmasian lebih banyak

terpusat pada kegiatan yang bersifat non klinik, seperti : kegiatan manajemen atau

pengelolaan perbekalan farmasi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197

tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit idealnya 1 orang apoteker

berbanding 30 tempat tidur pasien. Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki

kapasitas tempat tidur sebanyak 188 tempat tidur, menurut Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit, jumlah apoteker ideal yang bertanggungjawab terhadap

pelayanan kefarmasian adalah 6 orang tenaga apoteker. Saat ini Rumah Sakit

Marinir Cilandak memiliki 5 orang tenaga apoteker yang terdiri dari 1 orang

apoteker sebagai Kepala Departemen Farmasi, 2 orang apoteker yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan perbekalan farmasi di RSMC, 1 orang

apoteker yang bertugas secara bergiliran setiap hari di Apotek Dinas dan 1 orang

apoteker yang bertugas di Apotek Askes. Untuk memaksimalkan peranan

apoteker dalam kegiatan farmasi klinik dapat disarankan kepada pimpinan Rumah

Sakit Marinir Cilandak untuk penambahan tenaga profesi apoteker, sekurang-

kurangnya menjadi enam tenaga apoteker. Keenam apoteker tersebut diharapkan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 60: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

48

Universitas Indonesia

memiliki peranan yang aktif terhadap pelayanan kefarmasian klinik, terutama di

ruang rawat inap.

Penghubung antara staf medik dan farmasi di rumah sakit adalah Panitia

Farmasi dan Terapi (PFT). Peran apoteker dalam PFT sangat strategis dan penting

karena semua kebijakan dan peraturan dan penggunaan obat di seluruh unit di

rumah sakit ditentukan oleh PFT. PFT di RSMC telah terbentuk dan apoteker

dari Departemen Farmasi telah masuk ke dalam struktur PFT.

Salah satu kegiatan PFT dalam menunjang pelayanan medis di rumah sakit

adalah dengan mengkaji dan menyusun formularium. Rumah Sakit Marinir

Cilandak telah memiliki formularium rumah sakit yang menjadi acuan bagi staf

medik dan kefarmasian di rumah sakit dalam hal peresepan ataupun pengadaan

perbekalan farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi yang sesuai dengan

formularium sangat bermanfaat karena dengan adanya formularium, pengelolaan

dana dan pengadaan perbekalan farmasi menjadi lebih terarah. Walaupun

formularium sudah dibuat, namun kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa

pola peresepan masih ada yang tidak mengikuti formularium. Hal ini

kemungkinan terjadi karena kurangnya pendekatan staf farmasi kepada dokter

penulis resep. Untuk mengetahui apakah penerapan formularium sudah berjalan

dengan baik dan benar, perlu dilakukan evaluasi secara berkala, selain itu perlu

disarankan untuk membuat formularium yang handy seperti membuat

formularium dalam ukuran buku saku sehingga mudah dibawa oleh staf medik

maupun farmasis.

Pengolahan limbah cair di RSMC terdiri dari 3 jenis bak penampungan,

yaitu bak perangkap lemak, bak penyeimbang (equal), dan bak reaktor Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pada proses awal pengolahan limbah semua

limbah cair dari laboratorium dan dapur akan melewati bak perangkap lemak.

Sedangkan limbah cair yang berasal dari laundry akan melewati bak pemecah

detergen. Setelah itu limbah cair akan masuk ke bak penyeimbang (equal)

kemudian dialirkan ke bak reaktor IPAL.

Bak reaktor IPAL terdiri dari 4 bak, yaitu bak pengumpul awal, bak bakteri

anaerob, bak bakteri aerob, dan bak pengumpul akhir. Bak pengumpul awal

merupakan bak tempat pengumpulan limbah yang berasal dari bak penyeimbang

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 61: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

49

Universitas Indonesia

(equal) serta bak pemecah detergen. Setelah dari bak pengumpul, limbah dialirkan

ke dalam bak anaerob yang berisi bakteri anaerob. Bakteri anaerob berfungsi

menguraikan limbah cair secara anaerob. Pada kondisi anaerob terjadi proses

denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk diubah menjadi gas nitrogen (NO3 → N2).

Setelah dari bak anaerob, limbah dialirkan ke dalam bak aerob.

Proses pengolahan air limbah secara aerob dilakukan dengan kondisi adanya

oksigen terlarut di dalam bak penampungan. Kemampuan air dalam menyerap

oksigen di udara sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak

terbatas. Oleh karena itu, di dalam bak aerob digunakan blower untuk membantu

pemenuhan kebutuhan oksigen di dalam air. Proses ini dinamakan aerasi. Aerasi

merupakan suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara

dengan air sehingga terjadi peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air. Selain

diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga

bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah

serta untuk menghilangkan bau. Pada kondisi aerob terjadi proses nitrifikasi yakni

perubahan nitrogen amonium menjadi nitrat (NH4+→ NO3). Proses aerob juga

memanfaatkan aktivitas bakteri aerob. Setiap hari pada bak aerob ditambahkan

bakteri aerob dari luar. Contoh bakteri aerob yang ditambahkan yaitu

Nitrosomonas sp, Nitrobacter, Pseudomonas, dan Bacillus. Penambahan bakteri

ini dimaksudkan untuk mempercepat proses penguraian senyawa organik dalam

limbah cair dan mencegah pertumbuhan bakteri pathogen. Setelah proses

penguraian air limbah secara aerob, air limbah yang sudah tidak berbau tersebut

dialirkan ke dalam bak pengumpul akhir, dan selanjutnya dialirkan ke dalam bak

bio indikator. Indikator biologi yang digunakan adalah koi. Namun pada saat ini

IPAL RSMC masih belum menggunakan ikan dalam bak bio indikator, karena

masih dilakukan pengembangan IPAL yang baru. Sistem IPAL baru ini

diperkirakan sudah beroperasi dengan sempurna dan sistematis dalam beberapa

bulan ke depan.

Pemantauan pengolahan limbah cair RSMC dilakukan setiap 3 bulan sekali

dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup

Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah tersebut dibuang ke sungai Krukut.

Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, ammonia, kesadahan,

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 62: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

50

Universitas Indonesia

senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological

Oxygen Demand. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan ke BPLHD,

pengolahan hasil limbah cair RSMC sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan

atau di bawah standar yang diterapkan. Hasil pemeriksaan limbah cair bisa dilihat

pada lampiran (Lampiran 18).

Pengelolaan limbah perbekalan farmasi dalam bentuk padat seperti wadah

gelas, kaca, plastik dan suntikan (syringe) di RSMC dilakukan dengan

menggunakan incenerator yang sudah memiliki efisiensi penghancuran

(degradasi) dan efisiensi pembakaran yang baik. Hasil pembakaran juga tidak

menimbulkan polusi ke wilayah sekitarnya. Menurut operator yang bertugas,

incenerator yang digunakan oleh RSMC termasuk yang terbaik, sehingga banyak

rumah sakit sekitar yang juga ikut menggunakan incenerator ini untuk proses

pengolahan limbah padatnya. Proses pembakaran incenerator RSMC dilakukan 3-

4 kali dalam seminggu yamg dilakukan pada sore hari. Untuk sekali pembakaran

incenerator ini mampu memproses 100 kg limbah padat.

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Rumah Sakit

Marinir Cilandak yang dilaksanakan selama 8 minggu lebih ini, dapat dirasakan

manfaatnya untuk memberikan gambaran kepada calon apoteker mengenai

kegiatan farmasi klinik dan non klinik secara komprehensif di suatu rumah sakit,

serta mempelajari permasalahan-permasalahan dalam menjalankan kegiatan

kefarmasian di rumah sakit dan berupaya mencari solusi dari setiap permasalahan

yang timbul. Praktek Kerja Profesi ini diharapkan dapat menjadi bekal sebelum

memasuki dunia kerja, sehingga para calon apoteker mampu melihat kondisi nyata

di bidang kefarmasian dan mempersiapkan diri dalam menghadapi pekerjaan

profesinya, terutama dalam lingkup pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 63: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

51 UniversitasIndonesia

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

a. Peran Apoteker di RSMC diantaranya memberikan pelayanan kefarmasian

(pelayanan klinik) dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada

pasien serta mengatur manajemen inventori perbekalan farmasi (pelayanan non

klinik).

b. Apoteker juga berperan dalam Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) salah satu

bentuknya dengan mengkaji dan menyusun formularium rumah sakit.

c. Kendala atau tantangan pada pelayanan kefarmasian di RSMC meliputi belum

berjalannya pelayanan farmasi klinik, belum memadainya sumber daya

manusia apoteker, belum adanya kebijakan yang mendukung dan belum

diterapkannya sistem distribusi obat rawat inap dosis unit, serta belum

optimalnya peranan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menetapkan dan

mengawasi kebijakan penggunaan obat di lingkungan RSMC.

6.2 Saran

a. Meningkatkan pelayanan farmasi klinik, seperti pemberian konseling kepada

pasien dengan kriteria khusus, screening instruksi pengobatan, monitoring efek

samping obat, pengkajian dan evaluasi penggunaan obat, kunjungan ke ruang

perawatan (ward), Therapeutic drug monitoring (TDM) dan Total Parenteral

Nutrition (TPN).

b. Kegiatan distribusi obat rawat inap dalam bentuk dosis unit (unit dose) untuk

mengoptimalkan terapi pasien di RSMC.

c. Perlunya penambahan personel farmasi, seperti : apoteker, sekurang-kurangnya

menjadi enam apoteker yang memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam

pelayanan kefarmasian agar pekerjaan kefarmasian di RSMC dapat berjalan

lebih optimal dan semua kegiatan kefarmasian yang berlangsung di RSMC

dapat diawasi langsung oleh apoteker.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 64: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

52 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Depkes. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis .2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan. Jakarta: Kemntrian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Mentri

Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan. 1996. Jakarta. Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

tentang Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Berdasarkan Perpres No.5 Tahun 2010. Jakarta.

Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.

Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 65: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

53

Lampiran1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak

KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK

STRUKTUR ORGANISASI RUMKITAL MARINIR CILANDAK

KARUMKIT

WAKARUMKIT

KPPRS KOMITE DALIN KOMITE MEDIS

PEKAS SATMA

BAG BAG ANG BAG BEK BAG URDAL

SET

BAG BAG BAG PROGA

DEP KESLA DEP GILUT DEP BEDAH DEP KIA DEP P2J2S DEP DEP WAT DEP FARMASI DEP

KSD DUKKES

KSD URIKKES

KSD UGD

KSD BANGDIKLAT

KSD KUBT

KSD R.JALAN

KSD R.INAP KSD

KSD APOTIK

KSD KES ANK

KSD OBSGYIN

KSD KKB

KSD KITLAM

KSD PARU

KSD JANTUNG

KSD KESWA

KSD SARAF

KSD KULKEL

KSD THT

KSD MATA

KSD RADIO

KSD PATKLIN

KSD PAT AN

KSD GIZI

KSD REHAB/MED

KSD

KSD BDH

KSD PROTETIK

KSD ORTHO

KSD BDH UMUM

KSD ORTHOPEDI

KSD

KSD BDH PSLTK

KSD ANASTESI

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 66: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

54

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Farmasi

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 67: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

55

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Marinir Cilandak

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 68: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

56

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Alur Resep Pasien Rawat Jalan di Apotek Dinas RSMC

PASIEN

Anggota

Ekstern

Etiket

Anggota

Intern

Loket

Pemilihan resep

Racikan :

- Puyer - Salep - Sirup - Kapsul

PASIEN

Pengecekan Akhir Obat

Non racikan

Penerimaan resep

Pengolahan resep

Restitusi

Pencatatan

Apotek

Yanmasum

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 69: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

57

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Alur Resep Pasien Rawat Inap di Apotek Dinas dan Yanmasum di RSMC.

Apotek

Pengolahan resep

Penomoran

Pengecekan

Obat di serahkan ke perawat

UDD

DISPENSING

ETIKET

IP

DISPENSING

ETIKET

Resep dari ruang perawatan

CATAT

FORMULIR

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 70: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

58

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Alur Resep Pasien Individu di Apotek Yanmasum RSMC

Pasien Penerimaan Resep, Pengecekan & Penghargaan

Pembayaran Obat

Pelayanan

Peracikan

Sediaan Jadi

Pemberian Etiket

Kontrol

Obat Siap

Penyerahan & KIE

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 71: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

59

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Inap di Apotek Askes RSMC

Penyiapan Obat

Rawat Inap

Rawat Jalan

Pasien Pengecekan

DPHO dan

entri

Legalisasi ASKES

Resep, Foto Copy

SJP, Foto copy

ASKES

Penyerahan Pemberian Etiket

Kontrol

Resep, Foto copy

SJP, Foto copy

ASKES

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 72: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

60

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Formulir Lembaran Konseling Obat

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 73: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

61

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Formulir Kartu Catatan Obat Pasien Rawat Inap

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 74: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

62

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Surat Pesanan Obat Apotek Dinas, Yanmasum, ASKES ke PBF

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 75: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

63

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Surat Pesanan Obat Narkotika

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 76: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

64

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Surat Pesanan Obat Psikotropika

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 77: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

65

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Obat

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 78: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

66

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Alur Proses Dukungan MatKes dari LAFIAL

Lampiran 15.

Surat Permintaan Material Kesehatan

PUT FASKES MENGIRIMKAN PUT SELAMBAT-LAMBATNYA SAMPAI DI DISKESAL SEMESTER I : AKHIR DESEMBER SEMESTER II : AKHIR JUNI

PODUKSI OBAT LAFIAL SELURUH ITEM OBAT PRODUKSI LAFIAL TERSEDIA DI GUDANG P2 MATKES (KUANTITAS) SEMESTER I : AKHIR JANUARI (60%) SEMESTER II : AKHIR MARET (100%)

RENDIS SUBDIS-SUBDIS DISKESAL MEMBUAT RENDIS SEMESTER I : AKHIR FEBRUARI SEMESTER II : AKHIR JULI

SPPB SUBDIS MATKES MEMBUAT SPPB DITANDATANGANI KADISKESAL SEMESTER I : PERTENGAHAN APRIL SEMESTER II : PERTENGAHAN DESEMBER

PENGEPAKAN SIP 2 MATKES MELAKSANAKAN PENGEPAKAN SEMESTER I : AWAL MEI SEMESTER II : AWAL OKTOBER

PENGIRIMAN SIP 2 MATKES MELAKSANAKAN PENGIRIMAN SELAMBAT LAMBATNYA KE FASKES SEMESTER I : AKHIR MEI SEMESTER II :AKHIR OKTOBER

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 79: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

67

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Surat Permintaan Dukungan MatKes dari LAFIAL

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 80: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

68

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Bukti Surat Pengeluaran Material Kesehatan dari Diskesal

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 81: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

69

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Bukti Surat Penerimaan Material Kesehatan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 82: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

70

Universitas Indonesia

Lampiran 18. Laporan Hasil Pengujian Limbah

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 83: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

71

Universitas Indonesia

Lampiran 19. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di RSMC

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 84: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

72

Universitas Indonesia

Lampiran 20. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSMC

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 85: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

73

Universitas Indonesia

Lampiran 21. Flow Chart Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Pasien ASKES pada Kunjungan Pertama

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 86: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

74

Universitas Indonesia

Lampiran 22. Flow Chart Rawat Inap Tingkat Lanjutan Pasien ASKES pada Rawat Inap Pertama

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 87: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

75

Universitas Indonesia

Lampiran 23. Formulir Pendaftaran Pasien Baru

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 88: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

76

Universitas Indonesia

Lampiran 24. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 89: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

77

Universitas Indonesia

Lampiran 25. Lembar Resep Apotek Dinas

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 90: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

78

Universitas Indonesia

Lampiran 26. Salinan Resep Apotek Yanmasum

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 91: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

79

Universitas Indonesia

Lampiran 27. Salinan Resep Apotek ASKES

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 92: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

80

Universitas Indonesia

Lampiran 28. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 93: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

81

Universitas Indonesia

Lampiran 29. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 94: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

82

Universitas Indonesia

Lampiran 30. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 95: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)

PADA PASIEN UNSTABLE ANGINA PECTORIS MELALUI

PENELUSURAN REKAM MEDIS PADA TANGGAL

07 – 11 OKTOBER 2013 DI RUANG FLAMBOYAN

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

SITI RAHMAWATI, S.Farm.

1206330122

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 96: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................. iii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................ 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1 Angina Pektoris Tak Stabil/Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST.... 3

2.1.1 Penatalaksanaan ........................................................................ 4

2.2 Diabetes Mellitus ................................................................................ 6

2.2.1 Kriteria Diagnosis ..................................................................... 7

2.2.2 Penatalaksanaan ........................................................................ 7

2.2.3 Treatment of Concomitant Condition ........................................ 9

2.2.4 Situasi Khusus .......................................................................... 9

2.3 Masalah Terkait Obat ......................................................................... 10

2.3.1 Definisi ..................................................................................... 10

2.3.2 Klasifikasi................................................................................. 10

BAB 3. STUDI KASUS ........................................................................................ 12

3.1 Data Diri Pasien.................................................................................. 12

3.2 Keluhan Utama ................................................................................... 12

3.3 Perkembangan Pasien ......................................................................... 13

3.4 Pemeriksaan Laboratorium ................................................................. 16

3.5 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 18

3.6 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat........................... 18

BAB 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 19

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 24

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 24

5.2 Saran .................................................................................................. 24

DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 25

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 97: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

iii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Pemeriksaan Fisik Pasien .............................................................. 12

Tabel 3.2. Data Perkembangan Pasien ........................................................... 13

Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Astrud dan Elektrolit ....................................... 16

Tabel 3.4. Hasil Pemeriksaan Kimia Darah dan Urinalisa .............................. 16

Tabel 3.5. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu ............................. 17

Tabel 3.6. Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorax .............................................. 18

Tabel 3.7 Identifikasi DRPs pada Regimen Pengobatan Pasien ..................... 18

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 98: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat

ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care (asuhan kefarmasian).

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan

obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

Pernyataan dari ASHP (American Society of Health-System Pharmacist)

mendeskripsikan lima elemen utama asuhan kefarmasian: “terkait dengan

pengobatan; merupakan asuhan yang diberikan langsung kepada pasien; diberikan

untuk menciptakan hasil-hasil nyata; hasil tersebut dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien; dan penyedia asuhan (farmasis) menerima

tanggung jawab pribadi untuk hasil” (ASHP, 1996)

Secara lebih spesifik, farmasis memiliki tiga tanggung jawab utama: (i)

memastikan bahwa terapi obat pasien diindikasikan secara tepat, paling efektif

yang tersedia, paling aman, paling nyaman digunakan, dan paling ekonomis; (ii)

mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah permasalahan-permasalahan terapi

obat; dan (iii) memastikan bahwa tujuan terapi obat pasien terpenuhi dan hasil-

hasil optimal terkait kesehatan tercapai. Semua tanggung jawab tersebut berpusat

pada menghadapi permasalahan-permasalahan terkait obat pasien (Jones, 2008).

Permasalahan terkait obat (Drug Related Problems/DRPs) adalah setiap

peristiwa tidak diinginkan yang dialami pasien yang melibatkan terapi obat dan

pada kenyataannya (atau kemungkinan besar) mengganggu hasil yang diharapkan

pasien (Cipolle dkk, 2004). Dengan kata lain, permasalahan terapi obat adalah

permasalahan pasien yang diakibatkan oleh atau dapat diatasi dengan obat.

Permasalahan terapi obat dalam masyarakat mengakibatkan jumlah morbiditas

dan mortalitas yang berarti (Jones, 2008).

Tanggung jawab seorang farmasis salah satunya adalah mengidentifikasi

masalah terkait obat yang nyata atau berpotensi terjadi dan memberikan

rekomendasi penanganan atau pencegahannya. Oleh sebab itu, studi kasus

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 99: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

2

Universitas Indonesia

masalah terkait obat dilakukan terhadap seorang pasien di salah satu ruang rawat

inap di Rumah Sakit Marinir Cilandak melalui penelusuran rekam medik pasien.

Selanjutnya kegiatan ini diharapkan mampu memberikan gambaran

kepada para tenaga kefarmasian dalam melakukan kegiatan farmasi klinis

terutama dalam hal identifikasi, pencegahan dan pemecahan masalah DRPs. Agar

tercipta sistem pelayanan kesehatan yang optimal untuk mendapatkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

1.2 Tujuan

Penyusunan laporan tugas khusus praktek kerja profesi apoteker ini

bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi masalah terkait obat (Drug Related Problems) yang

terjadi pada rejimen pengobatan pasien melalui penelusuran rekam medik

pasien pada tanggal 7 - 11 Oktober 2013

2. Memberikan rekomendasi penanganan masalah terkait obat (Drug Related

Problems) yang terjadi pada rejimen pengobatan pasien pada tanggal 7-11

Oktober 2013.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 100: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

3 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angina Pektoris Tak Stabil/Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST

Angina tak stabil yaitu: (1) Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2

bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali

perhari. (2) Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya

angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit

dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan (3) pasien dengan serangan

angina pada waktu istirahat (Trisnohadi, 2009). Gejala yang paling sering terjadi

adalah nyeri dada, sekaligus merupakan gejala yang paling banyak dialami oleh

pasien yang datang ke IGD (Alwi dan Harun, 2009).

Angina pektoris tak stabil (Unstable Angina Pectoris =UAP) dan Infark

miokard akut tanpa elevasi ST (Non ST Elevation Myocardial Infarction =

NSTEMI) memiliki kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis sehingga pada

prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda (Alwi dan Harun, 2009).

Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan America

Heart Association (AHA) perbedaaan UAP dan NSTEMI ialah apakah iskemia

yang timbul cukup berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada

miokardium, sehingga adanya petanda kerusakan miokardium dapat diperiksa.

Diagnosis angina tak stabil bila pasien mempunyai keluhan iskemia sedangkan tak

ada kenaikan troponin maupun CK-MB, dengan ataupun tanpa perubahan EKG

untuk iskemia, seperti adanya depresi segmen ST ataupun elevasi yang sebentar

atau adanya gelombang T yang negatif. Karena kenaikan enzim biasanya dalam

waktu 12 jam, maka pada tahap awal serangan, angina tak stabil seringkali tak

bisa dibedakan dari NSTEMI (Trisnohadi, 2009). Troponin T atau troponin I

merupakan pertanda nekrosis miokard yang lebih disukai, karena lebih spesifik

daripada enzim jantung tradisional seperti creatine kinase (CK), isoenzyme MB

(CKMB), dan myoglobulin. Pada pasien dengan IMA, peningkatan awal troponin

awal pada daerah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2 minggu

(Hamm dkk, 2011).

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 101: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

4

Universitas Indonesia

2.1.1 Penatalaksanaan

Pasien dengan nyeri dada dapat diduga menderita infark miokard atau angina

pektoris tak stabil dari anamnesis nyeri dada yang teliti. Pasien-pasien yang tiba di

UGD, harus segera dievaluasi karena kita berpacu dengan waktu dan bila makin

cepat tindakan reperfusi dilakukan hasilnya akan lebih baik (Gambar 2.1).

Tujuannya adalah mencegah terjadinya infark miokard ataupun membatasi

luasnya infark dan mempertahankan fungsi jantung. Manajemen dalam 10 menit

pertama harus selesai dilaksanakan adalah (Depkes, 2006):

a. pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,

b. periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT,

c. berikan segera: O2, infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%,

d. pasang monitoring EKG secara kontiniu,

e. pemberian obat:

- nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena titrasi (kontraindikasi

bila TD sistolik < 90 mmHg), bradikardia (< 50 kali/menit), takikardia,

- aspirin 160-325 mg: bila alergi/tidak responsif diganti dengan dipiridamol,

tiklopidin atau klopidogrel, dan

- mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5

menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau

tramadol 25-50 mg intravena.

Gambar 2.1 Algoritma Terapi untuk UAP/NSTEMI

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 102: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

5

Universitas Indonesia

2.1.1.1 Terapi Antiiskemia (Alwi dan Harun, 2009)

Untuk menghilangkan nyeri dada atau mencegah nyeri dada berulang

diberikan terapi awal mencakup nitrat dan beta-blocker. Terapi antiiskemia terdiri

dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena, dan beta-

blocker (pada keadaan tertentu dapat diberikan intravena). Antagonis kalsium

nondihidropiridin diberikan pada pasien dengan iskemia refrakter atau yang tidak

toleran dengan obat beta-blocker.

Pasien yang mengalami nyeri dada iskemia harus diberikan nitrat

pertama kalinya secara sublingual atau spray. Jika nyeri menetap setelah diberikan

nitrat sublingual tiga kali dengan interval lima menit, direkomendasikan

pemberian nitrogliserin intravena (mulai dari 5-10 μg/menit). Laju infus dapat

ditingkatkan 10 μg/menit tiap 3-5 menit sampai tekanan menghilang atau tekanan

darah sistolik < 100 mmHg. Jika pasien sudah terbebas dari nyeri selama 12-24

jam, dapat diberikan nitrat oral.

Beta blocker oral diberikam dengan target frekuensi jantung 50-60

kali/menit.Antagonis kalsium yang mengurangi frekuensi jantung seperti

verapamil atau diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan nyeri dada

persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan beta blocker atau pada

pasien yang kontraindikasi dengan beta blocker. Jika nyeri dada menetap setelah

pemberian nitrogliserin intravena, diberikan morfin sulfat dengan dosis 1-5 mg

diberikan 5-30 menit sampai dosis total 20 mg.

2.1.1.2 Terapi Antitrombotik (Alwi dan Harun, 2009)

Oklusi trombus subtotal pada koroner mempunyai peran utama dalam

patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai dari agregasi platelet dan pembentukan

thrombin-activated fibrin bertanggung jawab atas perkembangan klot. Oleh

karena itu terapi antiplatelet dan antitrombin menjadi komponen utama dalam

pengobatan.

2.1.1.3 Terapi Antiplatelet (Alwi dan Harun, 2009)

Salah satu obat yang digunakan adalah aspirin. Aspirin menghambat

siklooksigenase-1. Pada pemberian terapi aspirin dapat terjadi sindrom “resistensi

insulin” yang ditandai dengan penghambatan agregasi platelet dan/atau kegagalan

yang dapt memperpanjang waktu pendarahan. Pasien yang mengalami resitensi

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 103: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

6

Universitas Indonesia

insulin beresiko mengalami rekuren. Walaupun penelitian prospektif acak belum

ditemukan pada pasien-pasien ini, adalah logis untuk memberikan terapi

klopidogrel, walaupun aspirin sebaiknya juga tidak dihentikan.

Klopidogrel (thyenopyridine) memblok reseptor adenosine diphosphate

pada permukaan platelet dan dengan demikian menginhibisi aktivasi platelet.

Klopidogrel direkomendasikan sebagai obat lini pertama (first line drug) pada

UA/NSTEMI dan ditambahkan aspirin pada pasien UA/NSTEMI, kecuali pada

mereka dengan resiko tinggi pendarahan dan pada pasien yang memerlukan

CABG segera. Klopidogrel sebaiknya diberikan pada : 1). Pasien yang

direncanakan untuk mendapatkan pendekatan non-invasif dini; 2). Pasien yang

diketahui bukan merupakan kandidat operasi koroner segera atau memiliki

kontraindikasi untuk operasi; 3). Kateterisasi ditunda selama > 24-36 jam.

2.2 Diabetes mellitus

Diabetes mellitus (DM) menggambarkan sekelompok gangguan

metabolisme kronis yang ditandai dengan hiperglikemia yang mungkin

mengakibatkan mikrovaskuler jangka panjang, makrovaskular, dan komplikasi

neuropatik (Cook dkk, 2008).

Gejala-gejala akut diabetes melitus disebabkan oleh kurang adekuatnya

kerja insulin. Karena insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu

menurunkan kadar glukosa darah maka salah satu gambaran menonjol pada

diabetes melitus adalah peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia

(Sherwood, 2011).

Diabetes melitus mempunyai dua varian utama, berdasarkan kemampuan

pankreas mengeluarkan insulin. Diabetes tipe 1, yang ditandai oleh kurangnya

sekresi insulin, dan diabetes tipe 2, yang ditandai oleh sekresi insulin yang normal

atau bahkan meningkat tetapi sensitivitas sel sasaran terhadap insulin berkurang

(Sherwood, 2011).

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 104: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

7

Universitas Indonesia

2.2.1 Kriteria Diagnosis (Cook dkk, 2008)

Diagnosis DM meliputi hasil glikemik melebihi nilai ambang dengan salah

satu dari tiga pilihan pengujian. Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

meliputi:

1. Gejala diabetes ditandai dengan konsentrasi glukosa plasma sewaktu lebih

besar dari atau sama dengan 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Sewaktu

didefinisikan sebagai setiap saat sepanjang hari tanpa memperhatikan

waktu sejak terakhir makan. Gejala klasik diabetes meliputi poliuria,

polidipsia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

2. Glukosa plasma puasa lebih besar dari atau sama dengan 126 mg/dL (7.0

mmol/L). Puasa didefinisikan sebagai tidak ada asupan kalori setidaknya 8

jam.

3. Glukosa postload dua jam lebih besar dari atau sama dengan 200 mg/dL

(11,1 mmol/L) selama tes toleransi glukosa oral. Tes harus dilakukan

seperti yang dijelaskan oleh World Health Organization, menggunakan

beban glukosa yang mengandung setara dengan 75 g glukosa anhidrat

dilarutkan dalam air.

2.2.2 Penatalaksanaan

2.2.2.1 Terapi Non Farmakologi (Cook dkk, 2008)

A. Diet

Diet yang dianjurkan untuk pasien dengan diabetes adalah rencana makan

rendah lemak, tinggi serat,asupan kalori rendah sampai sedang, dan mencapai

keseimbangan dari berbagai komponen dan nutrisi yang dibutuhkan. Fokus utama

Medical Nutrition Therapy (MNT) untuk pasien dengan DM tipe 1 adalah

pencocokan dosis insulin secara optimal dengan konsumsi karbohidrat. DM tipe 2,

fokus utama adalah pengurangan kalori untuk mencapai penurunan berat badan.

B. Menajemen Berat Badan

Pendekatan utama yang direkomendasikan untuk penurunan berat badan

adalah Therapeutic Lifestyle Change (TLC), yang mengintegrasikan pengurangan

asupan kalori 500 sampai 1000 kcal/hari dan peningkatan aktivitas fisik.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 105: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

8

Universitas Indonesia

Penurunan berat badan yang lambat tapi progresif 0,45-0,91 kg per minggu lebih

disukai.

C. Aktivitas Fisik

Inisiasi kegiatan fisik dalam individu dengan riwayat gaya hidup menetap

harus dimulai dengan peningkatan dalam aktivitas. Berjalan, berenang, dan

bersepeda adalah contoh latihan berdampak rendah yang bisa didorong. Pada saat

yang sama, berkebun dan tugas pembersihan rumah biasa adalah latihan yang baik

juga. Tujuan jangka panjangnya adalah untuk melakukan setidaknya 30 menit

aktivitas aerobik sebanyak mungkin hari dalam seminggu.

2.2.2.2 Terapi Farmakologi (Sukandar dkk, 2008; Cook dkk, 2008)

Terapi obat diperlukan apabila terapi tanpa obat seperti pengaturan diet dan olah

raga belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Terapi obat yang

diberikan baik dalam bentuk antidiabetes oral ataupun terapi insulin. Antidiabetes

oral meliputi agen yang meningkatkan sekresi insulin seperti Sulfonilurea,

biguanid, tiazolidin dan agen penghambat alfa-glukosidase dan penghambat

Dipeptidil Peptidase IV.

a. Insulin

Insulin menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi pengambilan

glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik. Efek samping yang

sering muncul berupa hipoglikemia dan reaksi alergi.

b. Sulfonilurea

Sulfonilurea bekerja merangsang sekresi insulin pada pankreas sehingga hanya

efektif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi. Efek samping yang

sering muncul berupa hipoglikemia dan peningkatan berat badan.

c. Biguanida

Biguanida bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan

penggunaan glukosa di jaringan. Efek samping yang sering muncul berupa

gangguan GI, mual, diare, dan asidosis laktat.

d. Tiazolidindion

Tiazolidindion meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan jaringan

adiposa dan menghambat glukoneogenesis hepatik. Efek samping yang sering

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 106: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

9

Universitas Indonesia

muncul berupa edema, dan peningkatan berat badan. Hentikan penggunaan jika

alanine aminotransferase (ALT) meningkat 3x dari nilai normal. Lakukan

monitoring fungsi hati.

e. Penghambat α-glukosidase

Akarbose bekerja menghambat alpha-glukosidase sehingga mencegah

penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan

demikian memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat. Efek

samping yang sering muncul berupa gangguan GI meliputi flatulensi, kejang,

perut kembung dan nyeri.

f. Penghambat Dipeptidil Peptidase IV

Obat ini menghambat dipeptidil peptidase IV yaitu enzim yang menurunkan

sekresi inkretin. Hormon inkretin dapat meningkatkan sekresi insulin dan

menekan sekresi glukagon. Efek samping yang sering terjadi berupa

nasofaringitis dan infeksi saluran pernapasan atas.

2.2.3 Treatment of Concomitant Conditions (Hiperlipidemia)

The National Cholesterol Education Program Adult Treatment Pedoman

Panel III mengklasifikasikan kehadiran DM untuk menjadi sama risiko kesetaraan

sebagai PJK. Target utama untuk penurun lipid pengobatan kolesterol LDL

kurang dari 100 mg/dL (2.59 mmol/L). Untuk pasien dengan risiko kardiovaskular

yang tinggi, sasaran LDL adalah 70 mg / dL (1,81 mmol/L). Pengobatan dengan

HMG-CoA inhibitor, biasa disebut statin, seringkali diperlukan untuk mencapai

tujuan tersebut. Setelah kadar kolesterol LDL dicapai, tujuan trigliserida dan HDL

juga harus dicapai. Perawatan termasuk niacin atau terapi fibrate dapat digunakan

untuk mencapai tujuan sekunder ini. Namun, harus hati-hati dengan penggunaan

terapi kombinasi dengan statin-fibrat karena risiko kejadian merugikan yang lebih

tinggi telah dilaporkan (Cook dkk, 2008).

2.2.4 Situasi Khusus (Perawatan Rumah Sakit)

Pengobatan agresif hiperglikemia pada pasien rawat inap dapat mencegah biaya

yang tidak perlu kepada pasien dan sistem perawatan kesehatan. Ketika pasien

baik secara fisik maupun emosional stres, hormon counter regulatory dilepaskan,

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 107: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

10

Universitas Indonesia

maka dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Terapi insulin drip untuk pasien

dengan kadar glukosa darah yang lebih besar dari 140 mg/dL ( 7,77 mmol/L )

dianggap lebih baik diberikan insulin sliding-scale. Terapi insulin sliding-scale

biasanya tidak memberikan efek penurunan kadar gula darah secara langsung

tetapi secara perlahan memperbaiki kadar gula darah. Kadar glukosa darah dapat

diukur dengan beberapa metode. Sampel arteri biasanya 5 mg/dL (0,28 mmol/L)

lebih tinggi dari nilai kapiler dan 10mg /dL (0,56 mmol/L) lebih besar dari nilai

vena (Cook dkk, 2008).

2.3 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems) (Cipolle dkk, 2004)

2.3.1 Definisi

Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan

sebagai setiap peristiwa tidak diinginkan yang dialami pasien yang melibatkan

terapi obat dan pada kenyataannya (atau kemungkinan besar) mengganggu hasil

yang diharapkan pasien. Dengan kata lain, permasalahan terapi obat adalah

permasalahan pasien yang diakibatkan oleh atau dapat diatasi dengan obat.

2.3.2 Klasifikasi

Masalah terkait obat yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Indikasi yang tidak memperoleh terapi (untreated indication), yaitu pasien

mempunyai masalah medis yang memerlukan pengobatan, tetapi tidak

menerima obat yang sesuai dengan indikasi tersebut.

2. Pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection), yaitu pasien

mendapatkan obat yang tidak sesuai dengan kondisi medis yang dialaminya.

3. Dosis terlalu rendah (subtherapeutic dose), yaitu pasien mempunyai masalah

medis dan menerima obat yang sesuai, namun dosis yang diberikan terlalu

rendah.

4. Dosis terlalu tinggi (over dose), yaitu pasien mendapat masalah medis karena

penggunaan obat yang berlebihan.

5. Efek samping obat (adverse drug reactions), yaitu pasien mendapat masalah

medis karena efek yang tidak dikehendaki/efek samping obat.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 108: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

11

Universitas Indonesia

6. Interaksi obat (drug interactions), yaitu pasien mendapat masalah medis

karena adanya interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, dan obat

dengan uji laboratorium.

7. Kegagalan menerima pengobatan (failure to receive medication), yaitu pasien

mempunyai masalah medis akan tetapi secara farmasetik, psikologis atau sosio

ekonomis penderita tersebut gagal mendapatkan obat.

8. Penggunaan obat tanpa indikasi (medication use without medication), yaitu

pasien menggunakan obat tanpa indikasi medis yang jelas.

Ketika ditemukan sebuah masalah terkait obat, farmasis harus

merencanakan cara mengatasinya. Farmasis harus memberikan skala prioritas

untuk masalah terkait obat tersebut, yang didasarkan pada risiko yang mungkin

diperoleh penderita. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala

prioritas masalah terkait obat:

1. Masalah mana yang harus diselesaikan lebih dahulu dan masalah mana yang

dapat diselesaikan kemudian.

2. Masalah yang merupakan tanggung jawab farmasis.

3. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh farmasis.

4. Masalah yang dalam penyelesaiannya memerlukan bantuan dari tenaga

kesehatan lainnya (dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain-lain).

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 109: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

12 Universitas Indonesia

BAB 3 STUDI KASUS

3.1 Data Diri Pasien

Nama Pasien : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki – laki

Tempat Tanggal Lahir : Malang, 27 Juni 1964

Usia : 49 tahun, 5 bulan, 7 hari

No. Telepon : -

No. Rekam Medik : 16 60 51

3.2 Keluhan Utama

Tn. S dengan umur 49 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada

tanggal 7 Oktober 2013. Keluhan utama pasien adalah nyeri dada seperti tertekan

sejak pagi. Riwayat penyakit sekarang yaitu hipertensi (+). Sebelumnya sering

nyeri di dada, sesak (+) apabila pasien berjalan kaki dan naik tangga sekitar 5

menit. Riwayat operasi (-). Kalau malam sering terbangun, kalau tidur lebih enak

memakai 1 bantal. Hasil pemeriksaan fisik pasien dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.1. Pemeriksaan Fisik Pasien

Tekanan darah 130/90 mmHg

Frekuensi nadi 48 kali/menit

Suhu tubuh 35,2oC

Pernapasan 24 kali/menit

Kesadaran CM (Compos Mentis = kesadaran

penuh)

Kepala Normochepal

Abdomen Supel, NT (-), BU (N)

Ekstremitas Hangat, edema O2

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 110: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

13

Universitas Indonesia

Diagnosa sementara dokter terhadap pasien adalah akut inferior MCI

(myocard infarct). Pasien diberi terapi infus Ringer Laktat 7 tetes/menit, aspilet

1x80mg, amlodipin 1x5mg, dan ISDN 3x5mg. Sebelumnya pasien di UGD telah

diberikan ISDN 5 mg 1 tab dan aspilet 80mg 2 tab.

3.3 Perkembangan Pasien

Perkembangan Tn. S selama dirawat di rumah sakit dapat dilihat pada

tabel 3.2.

Tabel 3.2. Data Perkembangan Pasien

Tanggal Subjective

(S)

Objective

(O)

Assesment

(A)

Planning

(P)

07/10-13

Nyeri dada

infark 8 jam

sejak masuk

Rumah Sakit

Faktor risiko:

merokok

KU : sedang

Kes: CM

TD: 121/69mmHg

N: 60/mnt

R: 16/mnt

c/p dbn

EKG serial: tetap,

ST elevasi (-)

Lab. GDS 436

Ur/ Cr: 20/1,2

NSTEMI

(non ST-

elevation

myocardial

infarction)

DD UAP

(Unstable

Angina

Pectoris)

TIMI score:

1 (low risk)

Pasien dirawat inap

Terapi:

- O2: 2 l/mnt

- Infus RL 7 tpm

- Arixtra 1x25mg sc (5 hr)

- Aspilet 1x80mg

- ISDN 3x5mg

- Amlodpin 1x5mg

- Diazepam 1x5mg

- Diet cair DM 6x150kkal

- RB IPD

Lab. CK MB (hari ini)

Lipid profile (besok pagi)

07/10-13

16.40

Konsul dokter

penyakit

dalam

- -

- Sliding scale kelipatan 4

mulai dari 150 mg/dL

per 6 jam

08/10-13

Kardio

08.30

Nyeri dada (-)

Sakit kepala

(+)

SS/CM

TD 106/66

HR: 57x/mnt

RR: 15x/mnt

Thorax: C/BJ reg

G (-)

NSTEMI

DD UAP

Terapi:

- O2 nasal: 2l/mnt

- IVFD RL 7 tpm

- Inj. Arixtra 1x2,5mg sc

(hari 2)

- Aspilet 1x80mg

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 111: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

14

Universitas Indonesia

P/SN VES

reg -/- reg -/-

Abdomen: supel,

BU (+)

Urin: 600cc/

18jam

CKMB: 13

- ISDN 3x5mg

↓3x2,5mg (sakit

sesak)

- Amlodipin 1x5mg bila

TDS <110 lanjutkan

- Diazepam 1x 5mg

- Diet cair 6x150 kkal 5

jam

- Bubur sumsum

- Paracetamol 500mg kp

(sakit kepala)

- Simvastatin 1x10mg

08/10-13

Rw DM (-)

CM

TD: 116/69

HR : 56

GDS: 256

- -

09/10-13

Pusing (+)

Nyeri perut (+)

BAB (-) 3 hari

A/I/C/ne

TD: 100/80

N: 80x/mnt

T: 36⁰C

RR: 8x/mnt

NT (+)

epigastium

DM

UAP

Periksa: GDS/8 jam

Terapi:

- Bubur sumsum tanpa

gula

- Dulcolax extra malam

- Inj. Actrapid 3x10ui sc

15’ ac

- Terapi lainnya

lanjutkan

09/10-13

10.00

Sakit kepala

TD : 100/80

N: 80/mnt

R: 1x/mnt

C/P dbn

UAP hari

III

Terapi:

- Arixtra hari III

- Aspilet 1x80mg

- Amlodipin 1x1 tab

- Diazepam

alprazolam 2x0,25mg

- Aff kateter

- Mobilisasi

- Diet lunak

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 112: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

15

Universitas Indonesia

10/10-13

Sudah

mencoba

untuk mika,

miki, duduk

tapi terasa

pusing

Nyeri dada

jika batuk

KU/KS: SS/CM

TD : 100/70

N: 70x/mnt

S: 36⁰C

RR: 20x/mnt

Thorax: c/p dbn

Abd: supel, NT

(+), Bu (+)N,

Lab. GDS 129

UAP hari

ke-IV

+

DM tipe 2

Terapi:

-diet lunak DM 1500 kkal

- IVFD RL 7 tpm

- Inj. Arixtra 1x2,5mg sc

hari ke-IV

- Inj. Actrapid 3x10 unit c

- Aspilet 1x80 mg tab

- Amlodipin 1x5 mg tab

- ISDN 3x2,5mg

- Alprazolam 2x0,25mg

(1-0-1)

- Simvastatin 10 mg

(0-0-1)

- PCT 3x1 tab (kp)

10/10-13 -

KU: SS

Kes: CM

TD: 140/100

N: 75x/mnt

R: 16x/mnt

c/p dbn

UAP

+

DM

Lanjutkan

Alprazolam stop

Mobilisasi

Diet nasi tim

11/10-13 Keluhan (-)

KU: SS

Kes: CM

TD: 110/70

N: 80x/mnt

R: 18x/mnt

T: 36⁰C

Thorax: C/BJ reg

G(-)

P/SN VES Rh (-/-

) Wh (-/-)

Abd: supel, BU

(+)

UAP

+

DM t 2

Terapi:

- Inj. Arixtra 1x2,5mg sc

(hari 5) 14.00

- Aspilet 1x80mg tab

- Amlodipin 1x5mg tab

- ISDN 3x2,5mg

- Alprazolam 2x2,5mg

stop

- Simvastatin 10mg (0-0-

1)

- Diet nasi tim

- Glucodex (1-1-0)

Pasien Pulang

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 113: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

16

Universitas Indonesia

3.4 Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium Tn. S dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Astrup dan Elektrolit JENIS

PEMERIKSAAN NILAI NORMAL TANGGAL 7/10/13 8/10/13 9/10/13 10/10/13 11/10/13

ASTRUP dan ELEKTROLIT

pH 7,25 – 7,45 7,463

PCO2 33-44 mmHg 35,6

PO2 71-104 mmHg 149,2

HCO3 22-29 mmol/L 25,7

TCO2 19-24 mmol/L 26,8

Base excess -2 s/d +3 mmol/L 2,8

O2 saturasi 85-95% 38,9

Elektrolit

Na 135-147 mEq/L 129,9

K 3,5-5 mEq/L 4,14

Cl 5-105 mEq/L 29,4

Tabel 3.4. Hasil Pemeriksaan Kimia Darah dan Urinalisa

JENIS PEMERIKSAAN NILAI NORMAL TANGGAL

7/10/13 8/10/13 9/10/13 10/10/13 11/10/13 KIMIA DARAH

Trigliserida <175 MG/DL 260

Cholestrol total < 200mg / dl 192

Cholestrol HDL P: 33-55, W: 45-65 mg/dl 27

Cholesterol LDL <130 mg/ dl 113

Ureum 20-50 mg/dl 20

Creatinin 0,8 - 1,1 mg/ dl 1,2

URINALISA

Urine lengkap:

Warna Kuning

Kuning

muda

Kejernihan Jernih

Jernih

Berat jenis 1015-1025

1020

pH 6 – 8

6,0

Protein (-) negative

-

Glukosa (-) negative

-

Keton (-) negative

+

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 114: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

17

Universitas Indonesia

Urobilinogen (-) negative

-

Bilirubin (-) negative

-

Urobilin (+) Positif

+

Nitrit (-) Negatif

-

Blood (-) negative

-

Sedimen:

Leukosit 0-5 / LPB

2-4

Eritrosit 0-1 / LPB

0-2

Epitel (-) Negatif

+

Bakteri (-) negative

-

Silinder (-) negative

-

Kristal (-) negative

-

DARAH RUTIN

Hemoglobin P: 13 - 17 gr/dl ; W: 12-16 gr/dl 16,1

Hematokrit 37 - 54 % 49

Leukosit 5.000 - 10.000 / ul 6000

Trombosit 150.000 - 400.000 / ul 247

HITUNG JENIS

Netrofil Segmen 50-70 % 55

Limfosit 25 - 40 % 35

Monosit 2-6 % 10

SGOT P: < 50 u/l, W: < 35 u/l 45

SGPT P: < 50 u/l, W: < 35 u/l 50

Tabel 3.5. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu Pemeriksaan Nilai Normal Tanggal Waktu Hasil

GDS < 200 mg/dL

7/10/13 11.45 436 18.00 234 24.00 390

8/10/13 06.00 256 15.00 239 22.00 199

9/10/13 05.00 199 11.00 220 16.00 156

10/10/13 05.00 129 11.00 183 16.00 231

11/10/13 05.00 210

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 115: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

18

Universitas Indonesia

3.5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorax di RSMC tanggal 7 Oktober 2013 dapat

dilihat pada table 3.6.

Tabel 3.6. Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorax

Cor Bentuk dan besar normal

Pulmo Corakan paru baik

Infiltrat Tak tampak

Sinus dan diafragma baik

Tulang dan soft tissue baik

Kesan Jantung dan paru baik

3.6 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat

Hasil identifikasi masalah terkait obat (Drug Related ProblemsI) pada

regimen pengobatan pasien Tn. S dapat dilihat pada tabel 3.7

Tabel 3.7. Identifikasi DRPs Pada Regimen Pengobatan Pasien

No. Jenis DRPs Nama Obat Permasalahan Rekomendasi

1. Pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection)

Simvastatin

Untuk terapi hiperkolesterolemia, sedangkan pasien mengalami peningkatan kadar trigliserida

Diganti dengan golongan fibric acid seperti gemfibrozil (600 mg BID)

Arixtra® injeksi (fundaparinux)

Bukan merupakan pengobatan lini pertama pasien UAP

Digunakan terapi lini pertama klopidogrel 1x75 mg dan Aspirin 1x80mg

2. Efek samping obat (adverse drug reactions)

Insulin Efeknya dapat meningkatkan penyimpanan asam lemak dalam bentuk trigliserida

Diberikan terapi penurun kadar trigliserida, gemfibrozil 600 mg 2 kali sehari

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 116: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

19 Universitas Indonesia

BAB 4 PEMBAHASAN

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat

ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan

kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi

menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup dari pasien.

Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan

interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah

melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk

mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.

Seorang apoteker harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

proses pelayanan kesehatan, memahami penyakit dan terapinya dengan

memperhatikan kondisi pasien secara individual, mampu mengidentifikasi,

menatalaksana dan mencegah problem kesehatan yang terkait dengan penggunaan

obat (drug related problems), dan mampu bekerjasama dengan tenaga profesional

kesehatan lainnya yang terlibat langsung dalam perawatan penderita. Salah satu

langkah yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi drug related problems

(DRPs) dari terapi yang diberikan pada Tn. S yang dirawat di ruang Flamboyan

bawah.

Tn. S dengan umur 49 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada

tanggal 7 Oktober 2013 pukul 09.30. Keluhan utama pasien adalah nyeri dada

seperti tertekan sejak pagi. Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien mempunyai

riwayat hipertensi. Sebelumnya sering nyeri di dada, mengalami sesak apabila

pasien berjalan kaki dan naik tangga sekitar 5 menit. Pasien belum pernah operasi

jantung sebelumnya. Kalau malam sering terbangun, kalau tidur lebih enak

memakai 1 bantal.

Hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan frekuensi nadi 48x/menit

yang menandakan pasien mengalami bradikardia (denyut nadi melemah),

kecepatan respirasi 24x/menit menunjukkan pasien mengalami takipnea dikarekan

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 117: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

20

Universitas Indonesia

pasien merasakan kecemasan dan rasa sakit. Pasien datang dengan kesadaran

penuh (compos mentis), abdomen normal, dan ekstrimitas hangat yang

menandakan sirkulasi baik. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg yang menurut

JNC 7 tergolong ke dalam pre hipertensi. Diagnosa sementara dokter terhadap

pasien adalah akut inferior MCI (myocard infarct). Pasien diberi terapi infus

Ringer Laktat 7 tetes/menit, aspilet 1x80mg, amlodipin 1x5mg, dan ISDN 3x5mg.

Sebelumnya pasien di UGD telah diberikan ISDN 5 mg 1 tab dan aspilet 80mg 2

tab.

Selama pasien dirawat dilakukan pemeriksaan perkembangan pasien yang

meliputi subjektive (S), objective (O), assesment (A) dan planning (P). Hari

pertama pemeriksaan pasien mengeluhkan (S) nyeri dada infark 8 jam sejak

masuk rumah sakit, dan pasien memiliki faktor risiko merokok. Tekanan darah,

frekuensi nadi dan kecepatan respirasi berada dalam rentang normal, berturut-

turut 121/69mmHg, 60x/menit dan 16x/menit. Pemeriksaan EKG menunjukkan

tidak adanya elevasi ST, hal ini menandakan bahwa diagnosis awal pasien akut

inferior MCI kurang tepat sehingga assesmentnya (A) menjadi NSTEMI (non ST-

elevation myocardial infarction) dengan different diagnosis UAP (Unstable

Angina Pectoris). Pasien direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan

laboratorium, meliputi pemeriksaan kadar gula darah, CKMB (MB band of

creatine phosphokinase), urinalisa dan lipid profile.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa kadar gula darah

sewaktu pasien 436mg/dL, hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami

hiperglikemia, sehingga diberikan terapi insulin secara sliding scale. Nilai ureum

dan creatinin berturut-turut 20mg/dL dan 1,2mg/dL, keduanya masih berada di

dalam rentang normal yang menunjukkan bahwa ginjal pasien masih berfungsi

normal. Nilai O2 saturasi pasien di bawah normal yaitu 38,9% yang menunjukkan

bahwa terjadinya penurunan transfer oksigen yang menandakan bahwa pasien

membutuhkan suplemen oksigen, dimana menurut Idrus Alwi dalam Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam, pasien dengan saturasi oksigen arteri <90% harus diberikan

suplemen oksigen. Hasil pemeriksaan CKMB pasien adalah 13U/L dimana nilai

ini berada dalam rentang normal yang menandakan bahwa pasien mengalami

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 118: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

21

Universitas Indonesia

angina pektoris tidak stabil, meskipun nilai CKMB ini kurang spesifik dan sensitif

dibandingkan nilai troponin karena CKMB juga ditemukan di otot skeletal.

Hari kedua pasien dirawat dilakukan pemeriksaan profile lipid dan

hasilnya menunjukkan adanya ketidaknormalan dalam kadar trigliserida dan kadar

HDL kolesterol pasien yaitu 260mg/dL dan 27mg/dL, hal ini menunjukkan

adanya gangguan metabolisme lipid pada pasien. Sedangakan kadar LDL

kolesterolnya adalah 113mg/dL yang masih masuk ke dalam rentang normal,

walaupun sebaiknya diterapi sesuai National Cholesterol Education Program

(NCEP) karena kadar kolesterol LDL sebaiknya tereduksi hingga kurang dari

100mg/dL.

Pemeriksaan penunjang untuk penyakit pasien yaitu pemeriksaan rontgen

thorax. Hasil pemeriksaannya menunjukkan, cor memiliki bentuk dan besar yang

normal, pulmo menunjukkan corakan paru baik tidak ada tampak infiltrat, sinus

dan diafragma baik, tulang dan soft tissue baik, sehingga dapat disimpulkan

jantung dan paru baik.

Hari keempat pasien di rawat dilakukan pemeriksaan urinalisa yang

meliputi warna, kejernihan, berat jenis, pH, protein, glukosa, urobilinogen,

bilirubin, urobilin, nitrit, blood, dan sedimen. Kesemua pemeriksaan tersebut

menunjukkan hasil yang normal, hanya saja ditemukan benda keton di dalam urin

pasien. Benda keton dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak

terkontrol, dan pecandu alkohol. Adanya benda keton di dalam urin (ketonuria)

terbentuk karena penggunaan lemak sebagai sumber energi. Hal ini dikarenakan

adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang terjadi pada Diabetes Mellitus

akibat dari terganggunya hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas.

Defisiensi insulin menyebabkan hanya sebagian kecil glukosa yang dapat diubah

menjadi glikogen. Glukosa yang berasal dari makanan sebagian besar tetap berada

dalam darah, kadar glukosa darah yang meningkat (hiperglikemia) mendorong

pembuangan kelebihan glukosa tersebut keluar melalui urin. Sebagian besar

glukosa tidak diambil oleh tubuh dan dibuang melalui urin sehingga menyebabkan

terambilnya lemak dan protein untuk dijadikan sumber energi. Keadaan seperti ini

disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Ciri-ciri ketoasidosis diabetikum,

diantaranya : nafas berbau buah (keton), kulit kering, mual dan muntah, nyeri

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 119: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

22

Universitas Indonesia

pada perut, sulit bernafas, dan mulut kering. Penegakan diagnosisnya secara klinis

dengan pemeriksaan dimana : glukosa darah kapiler > 11mml/L, keton kapiler 3

mmol/L dan/atau keton urin ++ atau lebih, pH vena < 7,3 dan/atau bikarbonat <

15 mmol/L. Sedangkan hasil pemeriksaan pada pasien S didapatkan urin positif

mengandung benda keton, namun pemeriksaan dilakukan secara kualitatif

sehingga tidak diketahui kadar keton, selain itu hasil pemeriksaan bikarbonat dan

pH darah masih berada dalam rentang normal, yakni masing-masing : 25,7

mmol/L dan 7,46. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pasien tidak mengalami

ketoasidosis diabetik.

Pasien mendapat berbagai macam obat dengan multi regimen selama

perawatan. Pasien mendapatkan obat oral maupun injeksi 5-10 jenis perharinya.

Banyaknya obat yang diberikan kepada pasien selama perawatan memungkinkan

terjadinya DRPs. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, DRPs yang terjadi

pada terapi yang diberikan kepada Tn. S. meliputi:

1. Pemilihan Obat tidak Tepat (Improper Drug Selection)

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kadar lipid pasien,

terlihat bahwa terjadi peningkatan pada kadar trigliserida dan terjadi penurunuan

pada kadar HDL kolesterol pasien, sedangkan kadar LDL kolesterolnya masih

berada dalam rentang normal. Sesuai dengan NCEP (National Cholesterol

Education Program) bahwa terapi yang sesuai dengan kondisi pasien adalah

golongan fibric acid dan nicotinic acid dimana mampu menurunkan kadar

trigliserida hingga 20-50% dan meningkatkan kadar HDL kolesterol hingga 10-

20%. Sedangkan pengobatan yang diterima pasien saat ini adalah golongan HMG

CoA reductase inhibitors (statins) yang lebih cocok diberikan pada pasien

hiperkolesterolemia yang tidak mengalami peningkatan kadar trigliserida. Maka

dari itu, disarankan agar obat lipidnya diganti dengan golongan fibric acid atau

nicotinic acid, berdasarkan keefektifan dan kemudahan di dapat maka dipilihkan

golongan fibric acid yaitu gemfibrozil dengan dosis 600 mg dua kali sehari.

Pasien yang didiagnosis mengalami UAP (Unstable Angina Pectoris)

menurut jurnal Mangement of Patients with Unstable Angina / Non-ST- Elevation

Myocardial Infarction, diterapi menggunakan Clopidogrel dan Aspirin, bila

kemudian pasien mengalami intoleransi atau tidak mengalami perbaikan terapi,

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 120: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

23

Universitas Indonesia

baru dilakukan penggantian terapi dengan menggunakan fundaparinux (Arixtra

®). Sehingga pasien direkomendasikan untuk terlebih dahulu diberikan terapi lini

pertama Klopidogrel 1x75 mg dengan atau tanpa makanan dan aspirin 1x80 mg

sesudah makan.

2. Efek samping obat (adverse drug reactions)

Peningkatan kadar trigliserida pasien terjadi pada hari kedua (08/10/2013)

setelah pasien menjalani sliding scale. Pemberian insulin secara sliding scale

dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada

kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali.

Salah satu efek dari insulin adalah menurunkan asam lemak dan mendorong

penyimpanan trigliserida dengan jalan:

a. Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel lemak

b. Insulin menuingkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak

melalui rekrutmen GLUT-4. Glukosa sebagai prekusor untuk pembentukan

asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk membentuk trigliserida

c. Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan

turunan asam lemak dan glukosa untuk sintesis gliserida

d. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), mengurangi pembebasan

asam lemak dari jaringan lemak ke dalam darah.

Meskipun hal ini belum bisa dipastikan dikarenakan tidak dilakukan pemeriksaan

kadar lipid sebelum pasien menerima terapi insulin sehingga tidak ada

perbandingan.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 121: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

24 Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil identifikasi DRP (Drug Related Problems) yang dilakukan melalui

penelusuran rekam medik terhadap pasien Tn. S di ruang Flamboyan Rumah Sakit

Marinir Cilandak didapatkan kesimpulan bahwa terjadi permasalahan terkait

penggunaan obat terhadap pasien tersebut. Hal tersebut diantaranya pemilihan

obat tidak tepat (improper drug selection), dan efek samping obat (adverse drug

reactions).

Permasalahan pada pemilihan obat tidak tepat terjadi pada dua obat yang

diberikan pada pasien yaitu pemberian simvastatin dan fundaparinux (Arixtra®).

Simvastatin merupakan pilihan terapi hiperkolesterolemia sedangkan pasien

mengalami hipertrigliserida sehingga direkomendasikan untuk diganti dengan

golongan fibric acid seperti gemfibrozil dengan dosis 600mg 2 kali sehari.

Sedangkan untuk terapi UAP pasien seharusnya tidak langsung mendapatkan

injeksi Arixtra, tetapi seharusnya diberikan pengobatan lini pertama terlebih

dahulu, yakni : Klopidogrel 1x75 mg dan Aspirin 1x80 mg.

Permasalahan efek samping obat terjadi karena terapi insulin yang

mempunyai efek peningkatan penyimpanan asam lemak dalam bentuk trigliserida

yang menyebabkan pasien mengalami hipertrigliserida, sehingga

direkomendasikan untuk diberikan terapi penurun kadar trigliserida seperti

gemfibrozil dengan dosis 600mg dua kali sehari.

5.2 Saran

Diharapkan dapat dilakukan pengkajian yang lebih mendalam terhadap

pasien serta literatur yang digunakan agar didapatkan informasi yang valid.

Pengkajian terhadap pasien dapat dilakukan melalui proses wawancara langsung

terhadap pasien untuk mengetahui secara langsung kondisi pasien dan kondisi apa

saja yang dirasakannya selama terapi. Sehingga hasil kegiatan yang dilakukan

dapat memberikan informasi yang lebih luas lagi kepada para pembaca.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014

Page 122: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366929-PR-Siti... · di rumah sakit angkatan laut marinir cilandak periode 2 september –

25 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

American Society of Health-System Pharmacist. ASHP Guidelines on a

Standardized Method for Pharmaceutical Care. American Journal Health-System Pharmaceutical 1996;53:1713-1716.

Alwi, Idrus dan Harun, Sjaharuddin. (2009). Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi

ST. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam.Edisi Kelima. Jakarta: Internal Publising.

Cipolle J, Strand LM, Morley PC. Drug therapy problems. Dalam:

Pharmaceutical Care Practice: The Clinician’s Guide, 2nd ed. New York: McGraw-Hill, 2004: 171-198.

Cook, J.L., Johnson, J.T., dan Wade, W.E. (2008). Diabetes Mellitus. Dalam:

Burns MAC., Wells BG., Schwinghammer TL., Malone PM., Kolesar JM., Rotschafer JC., Dipiro JT. Pharmacotherapy Principles & Practice. McGraw-Hill: New York. p. 643-66.

Depkes. (2006). Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner :

Fokus Sindrom Koroner Akut. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan: Departemen Kesehatan.

Hamm, CW., et al. (2011). ESC Guidelines for The Management of Acute

Coronary Syndromes in Patients Presending without Persistent ST-segment Elevation. European Heart Journal, 32, p: 2999-3054

Jones, M.R. (2008).Pengkajian Pasien dan Peran Farmasis dalam Perawatan

Pasien. (Benediktus Yohan, D Lyrawati).http://lyrawati.files.wordpress. com/2008/07/pengkajian-pasien-dan-peran-farmasis-dalam-perawatan-pasien2.pdf

Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 6.

Jakarta: EGC. Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P., Kusnandar.

(2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Trisnohadi, H.B. (2009). Angina Pektoris Tak Stabil. Dalam: Ilmu Penyakit

Dalam.Edisi Kelima. Jakarta: Internal Publising.

Laporan praktek….., Siti Rahmawati, FF UI, 2014