laporan perlinhut

5
 Sumber Api dan Penyebab Kebakaran Hutan BAB I TINJAUAN PUSTAKA Kebakaran hutan adalah peristiwa pembakaran yang penjalarannya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan. Bahan bakar yang ada di hutan itu sendiri sangat beragam dan tersebar dari lantai hutan hingga puncak pohon dan lapisan tajuk hutan, yang kesemuanya merupakan bagian dari biomassa hutan. Bahan bakar yang ada di dalam hutan dapat berupa serasah, rumput, ranting/cabang , pohon mati yang tetap berdiri, logs, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan, dan pohon-pohon (Suratmo et al. 2003). Cauntryman (1975) diacu dalam DeBano, Neary dan Ffollot (1998) menyatakan bahwa ada tiga komponen penting yang diperlukan untuk api agar dapat menyala dan mengalami proses pembakaran, yaitu (1) tersedianya bahan bakar yang dapat terbakar; (2) panas yang cukup untuk digunakan dalam menaikkan temperatur bahan bakar hingga ke titik penyalaan; (3) diperlukan adanya suplai O2 yang cukup dalam menjaga proses pembakaran agar tetap berlangsung dan untuk mempertahan kan suplai panas yang cukup dan memungki nkan terjadinya pembakaran bahan bakar yang sulit terbakar. Ketiga komponen tersebut (bahan bakar, panas dan O2) membentuk segitiga api atau The Fire Triangle (Brown dan Davis, 1973) Brown dan Davis (1973) menyatakan bahwa proses pembakaran merupakan kebalikan dari proses fotosintesis, yang dapat dijelaskan dengan rumus kimia sebagai berikut : Proses Fotosintesis : 6CO2 + 6H2O + Energi Matahari (C6H12O6)n + 6O2 Proses Pembakaran : (C6H12O6)n + 6O2 + kindling temperatur 6CO2+ 6H2O + Energi Panas

Upload: muhammad-irfan

Post on 18-Jul-2015

149 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan perlinhut

5/16/2018 laporan perlinhut - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-perlinhut 1/5

 

Sumber Api dan Penyebab Kebakaran Hutan

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Kebakaran hutan adalah peristiwa pembakaran yang penjalarannya bebas

serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan. Bahan bakar yang ada di hutan

itu sendiri sangat beragam dan tersebar dari lantai hutan hingga puncak pohon dan

lapisan tajuk hutan, yang kesemuanya merupakan bagian dari biomassa hutan.

Bahan bakar yang ada di dalam hutan dapat berupa serasah, rumput,

ranting/cabang, pohon mati yang tetap berdiri, logs, tunggak pohon, gulma, semak 

belukar, dedaunan, dan pohon-pohon (Suratmo et al. 2003).

Cauntryman (1975) diacu dalam DeBano, Neary dan Ffollot (1998)

menyatakan bahwa ada tiga komponen penting yang diperlukan untuk api agar dapat

menyala dan mengalami proses pembakaran, yaitu (1) tersedianya bahan bakar yang

dapat terbakar; (2) panas yang cukup untuk digunakan dalam menaikkan temperatur

bahan bakar hingga ke titik penyalaan; (3) diperlukan adanya suplai O2 yang cukup

dalam menjaga proses pembakaran agar tetap berlangsung dan untuk 

mempertahankan suplai panas yang cukup dan memungkinkan terjadinya pembakaran

bahan bakar yang sulit terbakar. Ketiga komponen tersebut (bahan bakar, panas dan

O2) membentuk segitiga api atau The Fire Triangle (Brown dan Davis, 1973)

Brown dan Davis (1973) menyatakan bahwa proses pembakaran merupakan

kebalikan dari proses fotosintesis, yang dapat dijelaskan dengan rumus kimia sebagai

berikut :

Proses Fotosintesis :

6CO2 + 6H2O + Energi Matahari (C6H12O6)n + 6O2

Proses Pembakaran :

(C6H12O6)n + 6O2 + kindling temperatur 6CO2+ 6H2O + Energi Panas

Page 2: laporan perlinhut

5/16/2018 laporan perlinhut - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-perlinhut 2/5

 

Secara garis besar kebakaran hutan dapat disebabkan oleh faktor alam dan

faktor manusia. Adapun faktor alam dapat terjadi karena petir, batu bara, dan gesekan

kayu. Sedangkan faktor manusia diantaranya sengaja membakar, yang disambung

dengan botol yang berisi minyak tanah untuk penyulut api, konflik sosial, api unggun,

operasi pembalakan (Sahardjo 2003).

Sebagai faktor alam, api dari petir sangat kecil menjadi penyebab kebakaran

hutan Indonesia. Sebagai negara dengan curah hujan tinggi, di Indonesia bila ada petir

maka akan disertai turunnya hujan, sehingga dapat langsung memadamkan api bila

sempat terjadi nyala api akibat petir. Faktor cuaca pernah melatarbelakangi terjadinya

kebakaran hutan tahun 1997-1998 dan 2002, yaitu karena adanya pengaruh kemarau

panjang akibat El-Nino.

Kebakaran hutan di Indonesia menurut  Asian Development Bank  (ADB)

tahun 1997/1998 diacu dalam Sumantri (2003) disebabkan 99% oleh perbuatan

manusia dan 1% oleh faktor alam. Kasus kebakaran akibat manusia dapat terjadi

karena disengaja (pembakaran hutan) maupun tidak disengaja (unsur kelalaian).

Pembakaran hutan umumnya dilatarbelakangi oleh motif-motif tertentu, yang sering

sekali sangat kompleks dan sukar untuk ditelusuri. Hal ini yang menyulitkan upaya

pendekatan untuk penanggulangan masalah kebakaran hutan.

Selain faktor alam dan faktor manusia faktor lain yang berperan dalam

kebakaran hutan adalah bahan bakar. Selain itu faktor yang berperan yang masih dekat

hubungannya dengan bahan bakar adalah jenis vegetasi dan kerapatan tanaman. Untuk

itu perlu pemahaman terhadap karakteristik atau sifat-sifat dari bahan bakar itu sediri.

Adapun karakteristik dari bahan bakar tersebut yaitu ukuran bahan bakar (bahan bakar

ringan dan bahan bakar kering), penyusunan bahan bakar, jumlah bahan bakar, tipe

bahan bakar, kekompakan bahan bakar, dan kondisi bahan bakar. 

Page 3: laporan perlinhut

5/16/2018 laporan perlinhut - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-perlinhut 3/5

 

 

BAB II

Pembahasan

Praktikum ini menjelaskan tentang penyebab dan sumber dari kebakaran

hutan. Sesuai dengan literatur, Praktikum ini mempunyai dasar untuk melihat

penyebab utama kebakaran hutan selain dari faktor alam. Di dalam praktikum ini

dilakukan dua buah percobaan, yang pertama dengan menggunakan batang bambu

dan kayu yang digeseka satu sama lain dan yang kedua menggunakan puntung

rokok sebagai sumber api untuk membakar serasah.

Percobaan pertama dilakukan dengan menggesekan dua buah bilah bambu,

bambu digesekan searah lalu perlakuan yang sama juga dilakukan pada dua bilah

batang kayu. Pengujian gesekan bambu dan kayu dilakukan tiga kali yang masing-

masing diberi waktu terntentu. Pengujian pertama gesekan bambu dan kayu

diberikan waktu sebanyak satu menit, lalu pengujian kedua gesekan diberikan

waktu sebanyak lima menit dan pengujian ketiga gesekan bambu dan kayu

diberikan waktu sebanyak sepuluh menit. Dari masing-masing pengujian gesekan,

baik bambu maupun kayu tidak menghasilkan nyala api. Hal ini dikarenakan baik 

kayu maupun bambu yang digesekan merupakan sebuah konduktor bagi

pembakaran api, gesekan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap nyala api,

akan tetapi gesekan yang diberikan menyebakan perubahan wujud fisik yang

terlihat pada bambu dan kayu. Hal ini berkaitan dengan timbulnya corak hitam

pada bambu yang terlihat saat pengujian serta panas yang terasa yang diperoleh

dari gesekan antar bambu dan kayu tersebut. Selain itu, kayu dan bambu

merupakan suatu bahan bakar yang mempunyai kekompakan massa yang cukup

tinggi sehingga cukup sulit dalam mengandalkan gesekan untuk menimbulkan

bara api.

Page 4: laporan perlinhut

5/16/2018 laporan perlinhut - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-perlinhut 4/5

 

Percobaan yang kedua menggunakan puntung rokok dan serasah dari daun

pinus, pegujian dilakukan sebanyak tiga kali dengan perlakuan yang berbeda.

Perlakuan yang pertama menggunakan satu batang rokok yang di letakan pada

serasah daun pinus, hasil yang diberikan serasah pinus tidak terbakar. Setelah itu

perlakuan kedua, penambahan puntung rokok yang di letakan pada serasah dan di

letakan berjauhan dengan puntung rokok yang lain, hasil yang terlihatpun serupa

yaitu serasah daun pinus tidak terbakar. Perlakuan yang ketiga puntung rokok di

letakan berdekatan dan diletakan pada serasah daun pinus dan hasil yang terlihat

bara api dari rokok tidak membakar serasah pohon pinus. Hal ini karena bara api

dari puntung rokok tidak cukup kuat untuk membakar serasah pinus, ditambah

serasah pinus yang digunakan dalam pengujian dalam bentuk gumpalan sehingga

kerapatan dan kekompakan dari serasah pinus tersebut meningkat dan sulit

dibakar, selain itu oksigen yang dibutuhkan untuk melakukan pembakaran sangat

sedikit yang menyebabkan serasah pinus tidak terbakar.

Page 5: laporan perlinhut

5/16/2018 laporan perlinhut - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-perlinhut 5/5

 

KESIMPULAN

Gesekan anatara dua batang kayu atau bambu tidak dapat menimbulkan

api yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran karena kayu dan bambumerupakan konduktor yang membutuhkan api bukan penghasil api. Selanjutnya,

bara sisa dari puntung rokok juga dalam hal ini tidak dapat menimbulkan api

karena kekuatan bara yang ditimbulkan kedua puntung rokok tidak begitu besar

dan kuat sehingga kecil kemungkinan menyebabkan terjadi api kebakaran hutan.