laporan perkolasi

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak lama manusia menggunakan tumbuhan dan bahan alam lain sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu, mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar tetap sehat dan bugar. Catatan sejarah diketahui bahwa fitoterapi dan terapi menggunakan tumbuhan telah dikenal sejak masa sebelum masehi. Hingga saat ini penggunaan tumbuhan atau bahan alam sebagai obat tersebut dikenal dengan sebutan obat tradisional. Penggunaan obat tradisional merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita dari generasi yang satu ke generasi berikutnya, sehinnga keberadaannya terkait dengan budaya bangsa Indonesia. Menurut penelitian masa kini obat- obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini semakin luas penggunaannya dalam masyarakat karena lebih mudah dijangkau, baik harga maupun ketersediaannya serta banyak digunakan karena tidak terlalu menyebabkan efek samping karena masih dapat dicerna oleh tubuh. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan natara ketiganya. Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar baku yang ditetapkan. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif

Upload: novianty-uloli

Post on 11-Dec-2014

1.779 views

Category:

Documents


98 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PERKOLASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak lama manusia menggunakan tumbuhan dan bahan alam lain sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu, mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar tetap sehat dan bugar. Catatan sejarah diketahui bahwa fitoterapi dan terapi menggunakan tumbuhan telah dikenal sejak masa sebelum masehi. Hingga saat ini penggunaan tumbuhan atau bahan alam sebagai obat tersebut dikenal dengan sebutan obat tradisional.

Penggunaan obat tradisional merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita dari generasi yang satu ke generasi berikutnya, sehinnga keberadaannya terkait dengan budaya bangsa Indonesia. Menurut penelitian masa kini obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini semakin luas penggunaannya dalam masyarakat karena lebih mudah dijangkau, baik harga maupun ketersediaannya serta banyak digunakan karena tidak terlalu menyebabkan efek samping karena masih dapat dicerna oleh tubuh.

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan natara ketiganya. Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar baku yang ditetapkan. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut.

Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas.

Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna. Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat tetesan perkolat sudah tidak berwarna. Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan permukaan bahan selalu  tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat membasahi bahan karena pengaruh gravitasi.

Page 2: LAPORAN PERKOLASI

Dalam praktikum yang telah dilakukan, proses ekstraksi dengan metode perkolasi menggunakan simplisia nabati dari tanaman kunyit. Karena kunyit merupakan salah satu tanaman yang memiliki beberapa kandungan zat aktif didalamnya, dan juga dapat berkhasiat sebagai obat.

1.2 Tujuan1. Mengetahui cara mengekstraksi bahan simplisia berupa kunyit 2. Mengetahui cara melakukan ekstraksi dengan metode perkolasi untuk mendapatkan

hasil ekstrak dari kunyit 3. Mengetahui jumlah ekstrak kunyit yang diperoleh dengan cara ekstraksi secara

perkolasi.1.3 Manfaat

Page 3: LAPORAN PERKOLASI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica, Vhal

2.1.2 Deskripsi Tanaman

Kunyit (Curcuma domestica Vhal) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di negara-negara Asia.

Kunyit sering digunakan dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan. Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis-rheumatoid) atau osteoarthritis berbahan aktif natrium diklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul. Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan

Page 4: LAPORAN PERKOLASI

industrinya sudah berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit dengan bahan tambahan Vitamin B1, B2, B6, B12, Vitamin E, Lesitin, Amprotab, Mg-stearat, Nepagin dan Kolidon 90.

Tanaman kunyit tumbuh dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.

2.1.3 Kandungan Kimia

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid

yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin serta

zat-zat bermanfaat lainnya. Kandungan kurkuminoid : Kurkumin : R1 = R2 =

OCH3 10 %, Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 – 5 %,

Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2 = H, sisanya Minyak asiri / Volatil oil (Keton

sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol

dan sineil ), Lemak 1 -3 %, Karbohidrat 3 %, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-

55%, Garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium). Struktur kurkumin :

Struktur kurkumin

2.1.4 Khasiat

Kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri, berfungsi untuk pengobatan

hepatitis, antioksidan, gangguan pencernaan, anti mikroba (broad sprectum), anti

kolesterol, anti HIV, anti tumor (menginduksi apostosis), menghambat

perkembangan sel tumor payudara ( hormone dependent and independent),

menghambat ploriferasi sel tumor pada usus besar (dose-dependent), anti invasi,

anti rheumatoid arthritis (rematik), diabetes melitus, tifus, usus buntu, disentri,

sakit keputihan, haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar, perut

Page 5: LAPORAN PERKOLASI

mulas saat haid, memperlancar ASI, amandel, berak lendir, morbili, cangkrang

(Waterproken).

Umbi akar yang berumur lebih dari satu tahun dipakai ubat (umbi akar bersifat

mendinginkan, membersihkan, mempengaruhi bagian perut khususnya lambung,

merangsang, melepaskan kelebihan gas di usus, menghentikan pendarahan dan

mencegah penggumpalan darah) selain dari itu juga digunakan sebagai bahan

dalam masakan. Kunyit juga digunakan sebagai obat anti gatal anti kejang serta

mengurangi pembengkakan selaput lendir mulur. Kunyit dikonsumsi dalam bentuk

perasan yang disebut filtrat, juga diminum sebagai ekstrak atau digunakan sebagai

salep untuk megobati bengkak. Kunyit juga berkhasiat untuk menyembuhkan

hidung yang tersumbat, caranya dengan membakar kunyit dan menghirupnya.

2.2 Ekstraksi

2.2.1 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adala jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan.

2.2.2 Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat

dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat

padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,

kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam

Page 6: LAPORAN PERKOLASI

situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.

4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut

organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka

larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai

terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.

2.2.3 Prinsip Ekstraksi

Prinsip Maserasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur

kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel

melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi

antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi

rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama

proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Prinsip Perkolasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia

dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana

silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan

Page 7: LAPORAN PERKOLASI

dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan

zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke

bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas

dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang

diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

Prinsip Soxhletasi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia

ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa,

cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari

yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika

cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun

kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak

noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Prinsip Refluks

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel

dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu

dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola

menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu

alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,

demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian

sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.

Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Prinsip Destilasi Uap Air

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan

dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke

dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat

dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju

kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran

Page 8: LAPORAN PERKOLASI

air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan

memisah antara air dan minyak atsiri.

Prinsip Rotavapor

Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang

dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-

10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya

penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan

menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-

molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat

penampung.

Prinsip Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia

di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu

kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai

terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan

komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan

tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya,

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

Page 9: LAPORAN PERKOLASI

Prinsip Penampakan Noda

Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah

karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi

yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan

emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang

tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi

kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.

Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya

interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom

yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan

emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang

tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi

kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga

noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang

digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

Pereaksi Semprot H2SO4 10%

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak

gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan

bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi

tampak oleh mata.

2.2.4 Jenis-jenis ekstraksi

1. Ekstraksi secara dingin

Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan

cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari

pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

Page 10: LAPORAN PERKOLASI

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung

komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung

benzoin, tiraks dan lilin.

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang

kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel

cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat

digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti

benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :

Modifikasi maserasi melingkar

Modifikasi maserasi digesti

Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

Modifikasi remaserasi

Modifikasi dengan mesin pengaduk

Metode Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,

cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari

terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun

menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam

labu alas bulat setelah melewati pipa sifon

Keuntungan metode ini adalah :

Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak

tahan terhadap pemanasan secara langsung.

Digunakan pelarut yang lebih sedikit

Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini :

Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.

Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah

Page 11: LAPORAN PERKOLASI

komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran

azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran

pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan

atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda

dalam pelarut cair di dalam wadah.

Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui

serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak

memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari

ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau

terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin

selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.

2. Ekstraksi secara panas Metode refluks

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi

sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan

langsung

Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan

sejumlah manipulasi dari operator.

Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-

minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang

mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang

mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya.

Page 12: LAPORAN PERKOLASI

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:

Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan

ekstrak yang besar. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh

larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar

antara pelarut dengan bahan ekstraksi. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada

komponen bahan ekstraksi. Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak

dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak

beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik.

Karena tidak ada pelarut yang sesuai dengan semua persyaratan tersebut, maka untuk setiap proses ekstraksi harus dicari jenis pelarut yang paling sesuai dengan kebutuhan.

Page 13: LAPORAN PERKOLASI

BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat

1.

2.

3.

4.

5.

Seperangkat alat perkolasi

Gelas ukur

Gelas kimia plastik

Timbangan

Erlenmeyer

Page 14: LAPORAN PERKOLASI

6.

7.

8.

9.

3.2 Bahan

1.

Batang Pengaduk

Aluminium foil

Pengayak

Simplisia kunyit

Dispo 25ml

Page 15: LAPORAN PERKOLASI

2.

3.

4.

Ethanol

Aquades

kain kasa

Page 16: LAPORAN PERKOLASI

3.3 Cara Kerja

Page 17: LAPORAN PERKOLASI

1.Pasang alat perkolator

2. Masukkan kertas saring ke dalam alat perkolator

3. Timbang simplisia kunyit yang akan diekstraksi,mendapatkan 84,4 gr

4. Masukkan simplisia kunyit ke dalam perkolator

5. Masukkan pelarut ethanol 200 ml ke dalam perkolator

6. Gantung alat perkolator

Page 18: LAPORAN PERKOLASI

Hari 2

Dalam alat perkolator di tambah ethanol 50 mlVolume ekstraksi simplisia kunyit

Hari 3

Dalam alat perkolator di tambah ethanol 50 mlVolume ekstraksi simplisia kunyit

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hari 1

Dalam alat perkolator di masukkan ethanol 200 ml

Volume ekstraksi simplisia kunyit

Page 19: LAPORAN PERKOLASI

4.2 Pembahasan

Page 20: LAPORAN PERKOLASI

BAB V

P E N U T U P

Page 21: LAPORAN PERKOLASI

DAFTAR PUSTAKA

Wijaya H. M. Hembing (1992), ”Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”, Cet 1 , Jakarta