laporan perekonomian provinsi sulawesi selatan · institusi. selain itu, kami juga menggunakan data...
TRANSCRIPT
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Laporan Perekonomian
Provinsi Sulawesi Selatan
Agustus 2019
(terbit setiap triwulan)
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Jenderal Sudirman No. 3
Makassar 90113, Indonesia
Telepon: 0411 – 3615188/3615189
Faksimili: 0411 – 3615170
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan iii
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
Laporan Perekonomian (sebelumnya disebut Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional atau KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan
(Sulsel) disusun dan disajikan setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup
aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, stabilitas keuangan daerah dan pengembangan akses
keuangan, penyelenggaraan sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan
masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Laporan Perekonomian ini disamping bertujuan untuk memberikan
masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem
pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di
daerah dalam membuat keputusan. Dengan demikian, keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi
Sulsel diharapkan dapat semakin berperan sebagai economic advisor dan strategic partner bagi stakeholders di wilayah
kerjanya.
Perekonomian Sulsel membukukan kinerja yang baik pada triwulan II 2019 dengan tumbuh 7,5%. Angka tersebut lebih
tinggi dari ekspansi triwulan sebelumnya sebesar 6,5%, juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,05%.
Kontribusi terhadap pertumbuhan terutama disumbangkan oleh sektor konsumsi domestik, sementara sektor eksternal
mencatat kontraksi. Dari sisi lapangan usaha, sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi lebih dari 80% berasal dari
lima lapangan usaha utama secara berurutan yaitu Perdagangan, Industri Pengolahan, Pertanian, Konstruksi, serta
Informasi dan Komunikasi. Tekanan inflasi tetap terkendali meskipun konsumsi domestik meningkat pada periode hari
besar keagamaan nasional (HBKN) Idul Fitri, bahkan inflasi triwulan II 2019 tercatat di bawah 3%, atau lebih rendah dari
rata-rata historis 3 tahun terakhir. Ke depan, pertumbuhan ekonomi semester kedua 2019 diperkirakan berada pada
kisaran 6,8 – 7,2%. Pertumbuhan ekonomi masih akan mengandalkan permintaan domestik, sementara sektor eksternal
diperkirakan masih belum optimal. Secara keseluruhan tahun 2019, ekspansi ekonomi diperkirakan berada pada kisaran
7,0 – 7,4% dengan inflasi terjaga pada kisaran target 3,5%±1% .
Dalam penyusunan kajian ini, kami memanfaatkan data sekunder yang diterbitkan atau yang disediakan oleh berbagai
institusi. Selain itu, kami juga menggunakan data primer dan informasi yang kami peroleh dari hasil survei dan liaison atau
hasil kunjungan ke sejumlah perusahaan besar di Sulsel. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak, terutama bagi Bapak/Ibu yang telah berkontribusi dalam sharing
pemikiran dan membantu dalam penyediaan data atau informasi yang lengkap, akurat dan terkini. Saran serta masukan
dari para stakeholders sangat kami harapkan agar ke depan kajian yang kami susun menjadi semakin lebih baik.
Makassar, 2 September 2019
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Bambang Kusmiarso Direktur Eksekutif
iv Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
VISI BANK INDONESIA Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap
perekonomian Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.
MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas
kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas
kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan
kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui
penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi
dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis lain.
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank
Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural
pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.
5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan
ekonomi, termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman
pasar keuangan.
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat
nasional hingga di tingkat daerah.
7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia,
tata kelola dan sistem informasi Bank Indonesia.
NILAI-NILAI STRATEGIS Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah: (i) kejujuran dan integritas
(trust and integrity); (ii) profesionalisme (professionalism); (iii)
keunggulan (excellence); (iv) mengutamakan kepentingan umum (public
interest); dan (v) koordinasi dan kerja sama tim (coordination and
teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan v
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR III
DAFTAR ISI V
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
TABEL INDIKATOR EKONOMI 5
1. PERTUMBUHAN EKONOMI 11
1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 12
1.2. SISI PENGELUARAN 13
1.3. SISI LAPANGAN USAHA 18
1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 22
BOKS 1.A SEKTOR PERIKANAN : POTENSI SUMBER PERTUMBUHAN BERKELANJUTAN 24
2. KEUANGAN PEMERINTAH 27
2.1 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 28
2.2 PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBN DI SULSEL 30
2.3 PERAN REALISASI KEUANGAN PEMERINTAH DALAM PDRB 32
3. INFLASI DAERAH 33
3.1. INFLASI UMUM 34
3.2. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 34
3.3. INFLASI MENURUT KOTA IHK 36
3.4 KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 37
BOKS 3.A TPID SULAWESI SELATAN PERKUAT PENGENDALIAN INFLASI PADA SEMESTER II 2019 39
4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 41
4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH 42
4.2. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 46
5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 48
5.1. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 49
5.2. PENGELOLAAN UANG RUPIAH: PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL 52
5.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI JUAL-BELI VALUTA ASING (VALAS) 53
6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 55
6.1. TENAGA KERJA 56
6.2. PENDUDUK MISKIN 57
6.3. RASIO GINI 58
DAFTAR ISI
vi Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
6.4. NILAI TUKAR PETANI 58
7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 60
7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 62
7.2 PROSPEK INFLASI 64
LAMPIRAN 66
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Gambaran Umum
Ekonomi Sulsel lebih ekspansif
dari triwulan sebelumnya
dibarengi inflasi yang lebih
rendah dari rata-rata histori
periode HBKN. Kinerja ekonomi
paruh kedua tahun 2019
diperkirakan tetap kuat,
dengan capaian inflasi yang
berada dalam kisaran target.
Kinerja perekonomian Sulsel pada triwulan II 2019 terakselerasi hingga satu persen
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Peran konsumsi domestik pada triwulan
laporan tercatat lebih dominan, sementara sektor eksternal terkontraksi. Periode
liburan sekolah dan hari besar keagamaan nasional (HBKN) Idul Fitri, penyelenggaraan
pesta demokrasi serta kenaikan gaji dan tunjangan aparat sipil negara (ASN) menopang
kinerja perekonomian, di tengah aktivitas investasi yang masih tumbuh terbatas.
Meskipun konsumsi domestik meningkat, tekanan inflasi bahan makanan, sandang,
serta makanan jadi masih terkendali sehingga inflasi triwulan II 2019 tercatat di bawah
3,0% (yoy), atau lebih rendah dari rata-rata historis inflasi periode HBKN lebaran.
Sementara itu, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, dengan intermediasi
perbankan yang tetap baik, disertai risiko kredit (NPL) yang tetap rendah. Sistem
pembayaran tetap kuat dan semakin efisien dengan semakin meningkatnya transaksi
non tunai dan program elektronifikasi termasuk transaksi pemda dan bantuan sosial.
Kinerja perekonomian yang meningkat tersebut, diiringi dengan tingkat kesejahteraan
yang relatif baik.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi semester kedua 2019 diperkirakan berada pada
kisaran 6,8 – 7,2% (yoy). Pertumbuhan ekonomi masih akan mengandalkan
permintaan domestik, sementara topangan sektor eksternal diperkirakan masih belum
cukup kuat. Adapun lapangan usaha yang mendukung pertumbuhan ekonomi
diperkirakan sejalan kinerja permintaan domestik seperti Perdagangan, Industri
Pengolahan, Transportasi, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, meskipun
Lapangan Usaha Pertanian masih dominan secara pangsa. Secara keseluruhan tahun
2019, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 7,0 – 7,4% (yoy),
dengan pencapaian inflasi berada dalam kisaran target 3,5±1% (yoy).
Pertumbuhan Ekonomi
Konsumsi domestik tetap kuat,
sementara dukungan investasi
dan eksternal relatif terbatas.
LU Perdagangan, Industri
Pengolahan, dan Pertanian
merupakan lapangan usaha
menjadi motor utama ekonomi
Sulsel di triwulan II 2019
Aktivitas ekonomi Sulsel mengalami ekspansi pada triwulan II 2019 didorong kuatnya
permintaan domestik. Perekonomian tumbuh 7,5% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan I 2019 (6,5%; yoy). Pertumbuhan didorong oleh konsumsi
domestik dan investasi. Konsumsi masyarakat yang meningkat saat HBKN Idul Fitri,
penyelenggaraan pesta demokrasi, serta kenaikan tunjangan ASN menjadi faktor
utama. Investasi juga bertumbuh lebih tinggi menyusul suasana kondusif pesta
demokrasi, sementara kinerja sektor eksternal mengalami kontraksi sejalan rendahnya
ekspor nikel yang pangsanya mencapai sekitar 50%. Dari sisi lapangan usaha,
pertumbuhan ekonomi ditopang terutama Lapangan Usaha Perdagangan, Industri
Pengolahan, dan Pertanian dengan kontribusi masing-masing sebesar 1,6%; 1,5%; dan
1,2%.
RINGKASAN EKSEKUTIF
2 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2019 diperkirakan tetap kuat.
Meski melambat, namun perekonomian Sulsel diperkirakan tetap tinggi pada kisaran
6,8% - 7,2%, di atas tingkat pertumbuhan nasional. Tingginya perekonomian Sulsel
didorong meningkatnya investasi, sejalan dengan peningkatan kinerja Lapangan Usaha
Konstruksi mengejar penyelesaian target akhir tahun proyek pembangunan fisik. Selain
itu, penguatan ekonomi juga karena membaiknya kinerja Lapangan Usaha
Pertambangan sejalan dengan optimalisasi produksi nikel paska periode maintenance,
sehingga di sisi lain turut memperbaiki kinerja ekspor luar negeri.
Keuangan Pemerintah
Realisasi belanja APBN/APBD
pada triwulan II meningkat
dibanding tahun sebelumnya
sehingga kontribusinya
terhadap kinerja ekonomi juga
meningkat.
Persentase realisasi belanja APBD Provinsi meningkat lebih baik dibandingkan
capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel
pada triwulan laporan tercatat mencapai 35,3%, lebih tinggi dibanding periode yang
sama tahun 2018 sebesar 34,1%. Sebagian besar penyerapan anggaran direalisasikan
untuk belanja operasional (pangsa 72,8%) dan belanja transfer (pangsa 25,6%),
sementara sisanya belanja modal.
Penyerapan belanja APBN di Sulsel pada triwulan II 2019 juga menunjukkan
peningkatan. Total belanja telah terealisasi 39,0% dari total anggaran sebesar Rp21,07
triliun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (34,1%). Sekitar
35% APBN tahun ini dialokasikan untuk belanja pegawai, 42% untuk belanja barang,
dan sekitar 23% untuk belanja modal dan sedikit sisanya untuk alokasi bantuan sosial.
Peningkatan komponen belanja terjadi pada belanja pegawai dan belanja barang
masing-masing sebesar 51,3% dan 38,6% dari triwulan I 2019 sebesar 45,7% dan
29,5%, sementara realisasi belanja modal hanya 22%, sedikit lebih rendah dari triwulan
sebelumnnya. Menurunnya realisasi belanja modal karena masih berlangsungnya
pengadaan sejumlah proyek.
Dengan realisasi tersebut di atas, sumbangan sektor pemerintah terhadap
perekonomian triwulan II 2019 meningkat. Kontribusi Konsumsi Pemerintah pada
triwulan II 2019 meningkat menjadi 1,6% dari 0,9% pada triwulan sebelumnya. Hal ini
sejalan dengan kesimpulan penelitian Bappenas bahwa belanja barang lebih efektif
mendorong perekonomian daerah.
Inflasi Daerah
Tekanan inflasi mereda sejalan
penurunan tarif angkutan
udara dan terkendalinya inflasi
komoditas yang menjadi
kebutuhan masyarakat pada
HBKN. Periode normalisasi
pasca HBKN mendorong inflasi
triwulan III tetap terkendali
dalam kisaran target 3,5%±1%
(yoy).
Tekanan inflasi relatif mereda didukung penurunan tarif angkutan udara. Inflasi Sulsel
selama triwulan II 2019 tercatat sebesar 2,98% (yoy), lebih rendah dari triwulan
sebelumnya sebesar 3,08% didorong disinflasi di kelompok transportasi, perumahan,
kesehatan, serta pendidikan. Sementara itu, tekanan inflasi terjadi pada kelompok
bahan makanan, sandang, serta makanan jadi seiring dengan kenaikan permintaan
selama periode Ramadhan dan Lebaran.
Tingkat inflasi triwulan II 2019 merupakan inflasi terendah dibandingkan rata-rata
historis periode HBKN Idul Fitri 3 tahun terakhir. Lebih rendahnya inflasi tersebut
merupakan buah hasil kerjasama yang optimal antara Bank Indonesia dengan
stakeholders terkait dalam forum TPID. Hal ini dibuktikan oleh penghargaan yang diraih
TPID Kota Palopo pada kategori TPID terbaik tingkat kabupaten/kota untuk wilayah
Sulawesi tahun 2019 yang diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia.
Pada triwulan III 2019, tekanan inflasi diperkirakan akan lebih rendah dengan
beberapa risiko yang harus dimitigasi. Inflasi pada triwulan III 2019 diperkirakan
terjaga semakin membaik dalam rentang sasaran Bank Indonesia (3,5±1%, yoy). Hal ini
antara lain sejalan normalisasi permintaan pasca HBKN Idul Fitri. Namun terdapat risiko
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 3
tekanan inflasi yang berasal dari mundurnya jadwal panen sehingga berdampak
tekanan pada beberapa komoditas di kelompok bahan pangan.
Oleh karena itu ke depan, Bank Indonesia bersama TPID akan terus memastikan
upaya stabilitas harga untuk menjaga daya beli masyarakat dan mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Fokus pengendalian inflasi TPID masih
pada strategi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi,
dan Komunikasi Efektif).
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Stabilitas keuangan di Sulsel
tetap terjaga dengan
intermediasi perbankan yang
tetap baik, disertai risiko kredit
(NPL) yang tetap rendah.
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah upaya korporasi melakukan
konsolidasi keuangannya. Fase konsolidasi korporasi diindikasi penurunan risiko kredit
(NPL) dan moderasi pertumbuhan kredit, serta peningkatan DPK korporasi. Di sisi lain,
rumah tangga melakukan konsumsi yang ekspansif dengan pembiayaan dari perbankan
sebagaimana ditunjukkan pada peningkatan kredit multiguna di tengah pertumbuhan
KPR dan KKB yang melambat. Meski demikian, kualitas kredit tetap terjaga sejalan
survei konsumen yang mengindikasikan rumah tangga tetap memprioritaskan
pembayaran bunga dan cicilan kredit dengan porsi yang lebih besar.
Sementara itu, kinerja kredit UMKM tetap meningkat. Pertumbuhan kredit UMKM
tercatat sebesar 8,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 7,6% (yoy). Akselerasi kredit khususnya terjadi pada kredit modal kerja
UMKM yang tumbuh sebesar 9,7% (yoy) dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 8,2%
(yoy).
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Sistem pembayaran tetap
lancar mendukung kinerja
perekonomian, tercermin dari
peningkatan transaksi RTGS
dan implementasi transaksi
nontunai melalui program
elektronifikasi. Aliran uang
kartal tetap mengalami net
inflow ke Bank Indonesia Sulsel.
Penguatan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 tercermin dari nilai transaksi
melalui RTGS yang mengalami peningkatan. Upaya peningkatan penggunaan transaksi
non tunai di provinsi Sulsel telah dilakukan melalui implementasi program
elektronifikasi jalan tol, transaksi keuangan Pemerintah Daerah, bantuan sosial dan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sementara itu, jumlah uang yang diedarkan (UYD)
untuk memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat, tercatat net inflow sebesar Rp0,7
triliun, meskipun jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp4
triliun. Hal tersebut diduga sejalan dengan peran Sulsel sebagai hub perdagangan
kawasan timur Indonesia. Adapun transaksi jual-beli di pedagang valuta asing yang
diawasi Bank Indonesia menunjukkan lebih tingginya permintaan valas oleh
masyarakat, diduga terkait peningkatan aktivitas masyarakat yang melakukan wisata
ke luar negeri.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tingkat kemiskinan dan
kesenjangan masih baik
dengan NTP terjaga di atas
threshold
Tahun 2019 ditandai dengan perbaikan tingkat kemiskinan dan kesenjangan di Sulsel,
meski Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat. Kondisi kemiskinan membaik
seiring penurunan jumlah penduduk miskin, terutama di wilayah pedesaan. Sejalan
dengan perbaikan tingkat kemiskinan, tingkat kesenjangan menjadi lebih baik
diindikasikan dengan penurunan gini ratio menjadi 0,389 pada Maret 2019, dari rasio
tahun 2018 sebesar 0,397. Sementara itu, TPT pada semester pertama mencapai
5,42%, meningkat dari tahun 2018 sebanyak 5,39%. Di sisi lain, Nilai Tukar Petani (NTP)
pada triwulan II 2019 mengalami penurunan sejalan penurunan harga komoditas
utama seperti beras. Namundemikian, tingkat kesejahteraan petani tetap terjaga, yang
terindikasi pada Nilai Tukar Petani (NTP) yang tetap berada di atas threshold.
RINGKASAN EKSEKUTIF
4 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Prospek Perekonomian Daerah
Prospek ekonomi Sulsel
semester kedua diperkirakan
masih kuat dengan tumbuh
pada kisaran 6,8 – 7,2%,
sementara kinerja ekonomi
tahun 2019 diperkirakan
berada pada kisaran 7,0 – 7,4%
Tekanan harga akhir tahun
diperkirakan terkendali dengan
dukungan dari sinergi dan
koordinasi TPID dalam
pengendalian inflasi bahan
makanan
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2019 relatif stabil dibandingkan triwulan III
2019 berada pada kisaran 6,8 – 7,2% (yoy). Sumber pertumbuhan ekonomi pada akhir
tahun diperkirakan berasal dari permintaan domestik terutama konsumsi rumah
tangga. Hal tersebut sejalan dengan adanya liburan dan HBKN natal dan tahun baru.
Konsumsi rumah tangga yang lebih ekspansif di akhir tahun diperkirakan
mengompensasi investasi dan konsumsi pemerintah yang lebih moderat. Sementara
itu, kinerja sektor eksternal di akhir tahun juga diprediksi cukup memiliki daya dorong
yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi Sulsel. Sejalan dengan sisi permintaan, topangan
pertumbuhan di sisi penawaran diperkirakan datang dari Lapangan Usaha
Perdagangan, Transportasi, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Dengan
demikian, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun 2019 diperkirakan masih
berada pada rentang 7,0 – 7,4% (yoy).
Sejalan dengan perkembangan sektor riil, inflasi akhir tahun 2019 diperkirakan tetap
terkendali di kisaran sasaran yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 3,5±1% (yoy).
Inflasi akhir tahun tersebut terjaga sejalan dengan inflasi tahun berjalan (year to date)
yang masih rendah, yaitu 1,92%. Meskipun demikian, tekanan inflasi akhir tahun tetap
perlu diwaspadai, terutama yang berasal dari komoditas bahan pangan (volatile food).
Oleh karena itu, diperlukan penguatan sinergi dan koordinasi TPID untuk dapat
memitigasi tekanan inflasi akhir tahun tersebut.
TABEL INDIKATOR EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 5
TABEL INDIKATOR EKONOMI
Tabel Indikator Ekonomi
A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
I II III IV I II III IV I II
MAKRO
- Sulawesi Selatan 127.84 129.20 129.98 131.29 132.57 134.55 134.00 135.89 136.65 138.56
- Sulawesi Utara 128.79 128.77 128.26 128.71 130.23 133.23 130.02 133.64 133.43 140.02
- Gorontalo 123.79 126.14 126.32 127.07 127.29 128.51 128.58 129.80 129.28 132.45
- Sulawesi Tengah 129.46 132.10 132.06 132.59 132.97 136.87 135.39 141.15 140.40 144.15
- Sulawesi Tenggara 123.06 128.17 125.89 125.28 127.68 131.39 128.03 128.48 129.05 135.35
- Sulawesi Barat 127.24 128.92 129.55 130.28 130.57 132.37 135.39 132.62 131.82 133.08
- Sulawesi Selatan 1.69 1.06 0.60 1.01 0.97 1.49 (0.41) 1.41 0.56 1.40
- Sulawesi Utara 2.51 (0.02) (0.40) 0.35 1.18 2.30 (2.41) 2.78 (0.16) 4.94
- Gorontalo 1.65 1.90 0.14 0.59 0.17 0.96 0.05 0.95 (0.40) 2.45
- Sulawesi Tengah 1.86 2.04 (0.03) 0.40 0.29 2.93 (1.08) 4.25 (0.53) 2.67
- Sulawesi Tenggara 1.13 4.15 (1.78) (0.48) 1.92 2.91 (2.56) 0.35 0.44 4.88
- Sulawesi Barat 1.37 1.32 0.49 0.56 0.22 1.38 2.28 (2.05) (0.60) 0.96 0 0 0 0
- Sulawesi Selatan 1.69 2.77 3.39 4.44 0.98 2.48 2.06 3.50 0.56 1.96
- Sulawesi Utara 2.51 2.49 2.09 2.44 1.18 3.51 1.02 3.83 (0.16) 4.77
- Gorontalo 1.65 3.58 3.73 4.34 0.17 1.13 1.19 2.15 (0.40) 2.04
- Sulawesi Tengah 1.86 3.94 3.91 4.33 0.29 3.23 2.12 6.46 (0.53) 2.13
- Sulawesi Tenggara 0.91 4.45 3.31 2.96 0.34 3.26 2.20 2.55 0.29 5.35
- Sulawesi Barat 1.37 2.71 3.21 3.79 0.22 1.60 3.92 1.80 (0.60) 0.35
- Sulawesi Selatan 3.42 4.49 4.17 4.44 3.70 4.14 3.09 3.50 3.08 2.98
- Sulawesi Utara 3.93 3.59 3.42 2.44 1.12 3.46 1.37 3.83 2.46 5.10
- Gorontalo 2.73 3.69 4.41 4.34 2.83 1.88 1.79 2.15 1.56 3.07
- Sulawesi Tengah 4.05 5.23 4.61 4.33 2.71 3.61 2.52 6.46 5.59 5.32
- Sulawesi Tenggara 2.40 6.17 3.49 2.96 2.39 1.79 1.70 2.55 2.60 4.49
- Sulawesi Barat 4.10 4.19 4.53 3.79 3.40 2.68 4.51 1.80 0.96 0.54
68,004 72,022 76,034 72,848 72,997 77,277 81,427 77,542 77,769 83,042
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14,682 15,888 17,422 13,477 15,458 17,114 18,361 13,941 15,894 18,045
Pertambangan dan Penggalian 3,908 4,198 4,369 4,244 4,036 4,256 4,219 4,266 3,891 4,319
Industri Pengolahan 9,659 9,826 10,294 10,628 9,982 9,710 10,288 10,808 10,807 10,803
Pengadaan Listrik, Gas 66 66 69 72 67 72 76 78 73 76
Pengadaan Air 82 87 88 87 90 94 93 90 94 97
Konstruksi 8,142 8,593 8,842 9,181 8,803 9,164 9,835 10,069 9,409 9,909
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,592 10,553 11,304 11,030 10,691 11,911 12,669 11,861 11,743 13,109
Transportasi dan Pergudangan 2,447 2,588 2,837 2,803 2,765 2,953 3,097 2,963 2,872 2,923
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 948 1,002 1,050 1,082 1,085 1,146 1,187 1,194 1,153 1,210
Informasi dan Komunikasi 4,440 4,639 4,784 4,914 4,967 5,081 5,406 5,574 5,619 5,754
Jasa Keuangan 2,452 2,567 2,575 2,681 2,684 2,787 2,646 2,638 2,649 2,724
Real Estate 2,511 2,549 2,561 2,602 2,610 2,638 2,703 2,746 2,743 2,775
Jasa Perusahaan 295 305 316 322 325 335 347 356 348 364
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,865 2,996 3,027 3,038 2,990 3,253 3,387 3,485 3,338 3,664
Jasa Pendidikan 3,664 3,818 4,046 4,157 3,948 4,152 4,427 4,691 4,381 4,432
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,346 1,398 1,456 1,517 1,484 1,541 1,588 1,595 1,630 1,657
Jasa lainnya 907 949 992 1,012 1,012 1,069 1,100 1,186 1,125 1,180
1. Konsumsi 41,137 44,358 45,306 48,572 44,195 47,443 48,376 51,823 47,619 52,086
2. Investasi 26,151 27,672 28,865 29,018 29,145 30,287 30,042 30,212 29,672 31,194
3. Net Ekspor (35) (420) 8 (4,790) (343) (453) 3,009 (4,493) 970 1,281 -
68,004 72,022 76,034 72,848 73,014 77,314 81,486 77,542 77,769 83,042
7.75 6.77 6.70 7.78 7.37 7.35 7.17 6.47 6.56 7.46
261.13 267.31 307.30 346.80 302.99 350.29 383.65 411.77 303.49 340.39
178.55 302.04 382.81 335.35 386.30 640.55 426.44 801.12 502.04 514.91
200.95 210.17 229.61 188.86 164.35 215.14 167.94 181.50 167.63 133.01
291.66 391.26 376.91 453.54 290.64 453.51 481.56 371.05 352.16 343.64
60.18 57.15 77.69 157.93 138.64 135.15 215.71 230.27 135.86 207.39
*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012
2018*2017INDIKATOR
Laju Inflasi Tahun Kalender (%, ytd)
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
Laju Inflasi Bulanan (%, qtq)
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008
2019**
Indeks Harga Konsumen
Catatan:
Total PDRB (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB (%, yoy)
Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)
Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)
Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)
Sumber : BPS & Ditjen Bea Cukai
Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)
Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta)
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) **
TABEL INDIKATOR EKONOMI
6 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)
I II III IV I II III IV I II
Total Aset (Rp Miliar) 130,863 130,564 129,565 134,100 132,433 136,333 139,503 142,448 143,850 147,442 -
81,891 85,232 83,874 87,322 85,385 87,794 90,331 92,813,524 92,366 95,372
Giro 12,434 12,532 12,562 10,726 12,013 12,447 12,669 11,324,297 13,089 14,441
Tabungan 41,400 43,973 43,308 50,161 47,161 48,402 49,043 53,314,347 49,803 52,723
Deposito 28,057 28,726 28,004 26,434 26,211 26,946 28,619 28,174,879 29,474 28,208 -
104,798 108,154 107,583 113,129 114,102 115,210 116,265 117,917 119,370 121,030
- Modal Kerja 40,620 42,311 41,776 44,569 43,940 44,528 45,324 45,756 45,207 46,260
- Investasi 19,830 19,946 19,773 19,842 20,251 20,915 20,012 20,022 21,097 21,047
- Konsumsi 44,347 45,898 46,034 48,717 49,911 49,767 50,929 52,139 53,065 53,723
127.97% 126.89% 128.27% 129.55% 133.63% 131.23% 128.71% 127.05% 128.54% 126.90%
104,798 108,154 107,583 113,129 114,102 115,210 116,265 117,917 118,731 121,030
- Pertanian 3,279 3,514 3,624 4,386 4,533 4,748 4,966 5,232 5,343 5,571
- Pertambangan 340 333 316 303 308 312 325 381 452 517
- Industri pengolahan 7,494 7,555 7,477 7,015 6,980 6,991 7,524 7,413 7,413 7,483
- Listrik, Gas, dan Air 255 222 226 159 147 182 200 230 220 204
- Konstruksi 6,305 6,602 6,637 6,805 6,574 6,828 6,999 6,047 5,786 6,070
- Perdagangan 32,970 33,787 33,256 34,343 34,104 34,578 34,617 35,435 35,688 36,319
- Pengangkutan 2,420 2,508 2,441 2,698 3,064 3,190 1,996 2,115 2,223 2,178
- Jasa Dunia Usaha 4,715 4,889 4,709 5,659 5,570 5,632 5,652 5,685 5,418 5,624
- Jasa Sosial Masyarakat 2,640 2,819 2,838 3,014 2,883 2,971 3,048 3,224 3,414 3,327
- Lain-lain 44,378 45,926 46,060 48,747 49,937 49,778 50,939 52,155 52,773 53,736 -
36,798 34,306 34,297 35,996 35,612 36,314 37,217 38,058 38,573 39,757 -
9,234 9,800 9,950 10,604 11,022 11,399 11,929 11,864 12,368 12,799
- Modal Kerja 6,711 7,211 7,334 7,797 8,063 8,330 8,694 9,212 8,937 9,433
- Investasi 2,523 2,589 2,615 2,807 2,959 3,069 3,234 2,651 3,431 3,366
- Konsumsi - - - - - - - - - - -
13,070 13,409 13,384 13,535 13,344 13,502 13,793 13,955 12,368 14,408
- Modal Kerja 8,341 9,116 9,114 9,593 9,426 9,580 9,834 9,967 9,934 10,258
- Investasi 4,729 4,293 4,270 3,942 3,918 3,922 3,958 3,988 4,080 4,150
- Konsumsi - - - - - - - - - - -
14,495 11,097 10,964 11,857 11,247 11,413 11,496 12,239 12,191 12,550
- Modal Kerja 8,013 7,965 7,850 8,588 8,172 8,294 8,376 8,993 8,949 9,356
- Investasi 6,481 3,132 3,114 3,270 3,074 3,119 3,120 3,246 3,242 3,194
- Konsumsi - - - - - - - - - - - -
2.43% 2.45% 2.54% 3.45% 4.35% 4.50% 4.41% 3.52% 3.59% 3.81%-
3.70% 3.93% 4.05% 3.67% 3.99% 4.12% 4.16% 3.76% 4.07% 4.67%
BANK UMUM SYARIAH
6,703 6,708 6,365 6,812 6,967 7,184 7,306 7,716 7,714 7,916 - - - -
3,967 3,921 3,680 4,291 4,362 4,362 4,613 4,889 4,926 5,085
Giro 357 326 353 429 387 413 495 439 507 460
Tabungan 2,008 2,037 2,053 2,211 2,209 2,236 2,339 2,585 2,575 2,719
Deposito 1,601 1,558 1,275 1,651 1,766 1,713 1,779 1,865 1,844 1,906 - - - -
5,911 5,994 5,831 5,848 5,936 5,997 5,930 6,279 6,420 6,574
- Modal Kerja 1,616 1,594 1,487 1,559 1,451 1,404 1,164 1,292 1,222 1,195
- Investasi 1,081 1,094 1,075 968 1,025 986 912 936 967 976
- Konsumsi 3,213 3,306 3,269 3,321 3,459 3,607 3,855 4,051 4,231 4,404
149.00% 152.85% 158.44% 136.28% 136.09% 137.48% 128.56% 128.42% 130.33% 129.29%
Catatan:* (<Rp50 juta)** (Rp50 < X < Rp500 juta)*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)**** Angka sementara
NPL Total gross - Lokasi Bank (%)
Kredit Mikro* (Rp Miliar)
Kredit Menengah *** (Rp Miliar)
FDR
Total Aset (Rp Miliar)
DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)
Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar)
NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%)
Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)
Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)
INDIKATOR
BANK UMUM :
DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)
Kredit Kecil ** (Rp Miliar)
Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar)
LDR
201920182017
TABEL INDIKATOR EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 7
C. PERBANKAN (KREDIT LOKASI PROYEK, DPK LOKASI PROYEK)
I II III IV I II III IV I II
Total Aset (Rp Miliar) 130,863 130,564 131,222 134,100 132,433 136,333 139,503 142,448 143,850 147,442 -
81,536 84,852 84,675 86,809 84,924 87,352 89,878 92,305 91,896 94,923
Giro 12,420 12,519 11,981 10,649 11,962 12,428 12,640 11,305 13,062 14,434
Tabungan 41,157 43,702 44,658 49,842 46,884 48,117 48,777 53,045 49,570 52,479
Deposito 27,959 28,632 28,037 26,318 26,079 26,807 28,461 27,955 29,263 28,009 -
111,780 115,158 117,433 119,771 121,299 126,261 126,255 129,620 130,296 131,444
- Modal Kerja 41,856 43,281 43,853 45,317 44,925 46,954 47,927 49,346 48,471 48,985
- Investasi 23,597 23,931 24,455 23,660 24,428 27,322 25,306 25,993 27,007 26,627
- Konsumsi 46,327 47,945 49,125 50,795 51,946 51,985 53,021 54,281 54,818 55,832
137.09% 135.72% 138.69% 137.97% 142.83% 144.54% 140.47% 140.43% 141.79% 138.47%
111,780 115,158 117,433 119,771 121,299 126,261 126,255 129,620 130,296 131,444
- Pertanian 2,858 3,110 3,415 3,604 3,750 3,909 4,095 4,434 4,575 4,754
- Pertambangan 397 381 374 343 433 443 450 565 583 681
- Industri pengolahan 7,844 8,145 7,472 7,357 7,443 7,670 8,623 9,107 9,178 8,933
- Listrik, Gas, dan Air 2,835 2,823 4,373 3,142 3,297 5,595 4,447 4,549 4,783 4,655
- Konstruksi 6,629 6,812 6,625 7,098 6,816 8,038 8,298 7,909 7,647 7,416
- Perdagangan 34,449 35,080 35,244 35,670 35,633 35,960 36,250 36,937 37,083 37,473
- Pengangkutan 2,152 2,224 2,269 2,535 2,876 3,070 1,821 1,982 2,087 2,048
- Jasa Dunia Usaha 5,570 5,725 5,550 6,127 6,103 6,497 6,255 6,676 6,206 6,186
- Jasa Sosial Masyarakat 2,690 2,882 2,957 3,069 2,977 3,082 2,983 3,165 3,330 3,451
- Lain-lain 46,358 47,976 49,155 50,824 51,971 51,996 53,031 54,295 54,824 55,845 -
38,572 33,612 33,996 35,029 34,799 35,580 36,094 36,891 37,452 38,677 -
8,978 9,563 10,135 10,415 10,947 11,419 11,777 11,727 12,291 12,954
- Modal Kerja 6,717 7,227 7,625 7,833 8,126 8,426 8,810 9,351 9,095 9,595
- Investasi 2,261 2,336 2,510 2,582 2,821 2,993 2,967 2,375 3,196 3,359
- Konsumsi - - - - - - - - - - -
12,307 12,641 12,846 12,940 12,729 12,870 13,114 13,237 13,300 13,597
- Modal Kerja 8,238 9,006 9,248 9,469 9,309 9,457 9,704 9,812 9,820 10,064
- Investasi 4,069 3,636 3,598 3,471 3,420 3,413 3,410 3,425 3,479 3,533
- Konsumsi - - - - - - - - - - -
17,288 11,407 11,016 11,674 11,124 11,291 11,202 11,928 11,861 12,126
- Modal Kerja 8,105 7,778 7,878 8,488 8,061 8,256 8,107 8,744 8,673 9,020
- Investasi 9,183 3,629 3,138 3,186 3,062 3,034 3,095 3,184 3,188 3,106
- Konsumsi - - - - - - - - - -
2.64% 2.67% 2.73% 3.99% 4.85% 4.76% 4.71% 3.74% 3.63% 3.74%
3.56% 4.04% 4.05% 3.96% 4.22% 4.26% 4.33% 3.82% 4.12% 4.84%
BANK UMUM SYARIAH
6,703 6,708 6,938 6,812 6,967 7,184 7,306 7,716 7,714 7,916 - - - -
3,870 3,829 4,086 4,175 4,220 4,212 4,443 4,650 4,694 4,861
Giro 356 324 416 428 384 408 486 429 497 451
Tabungan 1,979 2,011 2,090 2,176 2,167 2,194 2,294 2,527 2,525 2,665
Deposito 1,535 1,494 1,580 1,571 1,668 1,610 1,663 1,695 1,673 1,745 - - - -
6,628 6,605 6,704 6,600 6,725 6,490 6,408 7,157 7,283 7,328
- Modal Kerja 2,192 2,012 1,992 1,973 1,815 1,723 1,473 1,783 1,700 1,580
- Investasi 1,300 1,352 1,326 1,208 1,317 1,059 1,012 1,274 1,295 1,265
- Konsumsi 3,136 3,241 3,385 3,419 3,593 3,709 3,922 4,100 4,288 4,483
171.27% 172.51% 164.07% 158.10% 159.36% 154.09% 144.22% 153.91% 155.17% 150.76%
Catatan:* (<Rp50 juta)** (Rp50 < X < Rp500 juta)*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)**** Angka sementara
INDIKATOR
BANK UMUM
2018
FDR
Total Aset (Rp Miliar)
DPK - Lokasi Proyek Pelapor (Rp Miliar)
Pembiayaan - Lokasi Proyek (Rp Miliar)
Kredit Kecil ** (Rp Miliar)
Kredit Menengah *** (Rp Miliar)
2019
Kredit Mikro* (Rp Miliar)
2017
DPK - Lokasi Proyek Pelapor (Rp Miliar)
NPL Total gross - Lokasi Proyek (%)
NPL UMKM gross - Lokasi Proyek (%)
Kredit - Lokasi Proyek (Rp Miliar)
LDR
Kredit - Lokasi Proyek (Rp Miliar)
Kredit UMKM - Lokasi Proyek (Rp Miliar)
TABEL INDIKATOR EKONOMI
8 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
D. GRAFIK INDIKATOR
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan: PDRB TD 2010 ; KTI adalah Kaimantan, Sulampua, Balinusra; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
Kontribusi Perekonomian (PDRB ADHK) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel
Keterangan: Data 2019: Data Februari 2019; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara; Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan: Data 2019: Data Maret 2019; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin
3.16%
8.83%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018* 2019**
Rasio PDRB Sulampua terhadap PDB Nasional
Rasio PDRB Sulsel terhadap PDB Nasional
% yoy
7.46%
5.05%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
11%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018* 2019**
Pertumbuhan Ekonomi Nasional (yoy)
Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (yoy)% yoy
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018* 2019**
Net Ekspor Perubahan StokInvestasi (PMTB) Konsumsi PemerintahKonsumi LNPRT Konsumsi Rumah TanggaPDRB
% yoy
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018* 2019**
Lainnya Perdagangan KonstruksiIndustri Pengolahan Pertambangan PertanianPDRB
% yoy
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Inflasi Nasional (yoy)
Inflasi Sulsel (yoy)
BI 7DDR
3,70%
3,40%
4,25%
100%
110%
120%
130%
140%
150%
160%
170%
180%
190%
200%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
(Rp Triliun) Aset
DPK Lokasi Bank Pelapor
Kredit Lokasi Bank
LDR - Skala Kanan
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
7200
7400
7600
7800
8000
8200
8400
8600
8800
9000
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
20
17
20
18
*
Feb
-2
01
9…
(Ribu Orang)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan
JumlahPenduduk
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
0
200
400
600
800
1000
1200
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015* 2016 2017 2018 2019
(Ribu Orang)
% Penduduk Miskin - Skala Kanan
Jumlah Penduduk Miskin
TABEL INDIKATOR EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 9
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
TABEL INDIKATOR EKONOMI
10 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 11
1. PERTUMBUHAN EKONOMI
Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi1
1Pembahasan bab 1 menggunakan alur waktu Triwulan II 2019 (data realisasi BPS) dan Triwulan III 2019 (data proyeksi Bank Indonesia).
Perekonomian Sulsel pada triwulan II 2019 bila diukur berdasarkan PDRB nilainya
masing-masing mencapai Rp127,0 triliun (ADHB) atau Rp83,0 triliun(ADHK), atau
tumbuh 7,5% (yoy) di triwulan II 2019, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I 2019
(6,5%; yoy).
Pada triwulan II 2019, pertumbuhan didorong oleh konsumsi domestik dan investasi.
Aktivitas masyarakat yang meningkat saat HBKN Idul Fitri, penyelenggaraan pesta
demokrasi, serta tunjangan ASN yang meningkat menjadi faktor utama perekonomian
tumbuh meningkat.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2019 terjadi pada
sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan ekonomi Sulsel yang meningkat
terutama didorong oleh kinerja Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan dan Pertanian.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2019 diperkirakan berada pada kisaran
6,8%-7,2% (yoy). Perekonomian yang tetap kuat didukung oleh Lapangan Usaha
Pertambangan dan Penggalian seiring dengan optimalisasi produksi paska
maintenance, serta LU Konstruksi seiring dengan penyelesaian target akhir tahun pada
proyek pembangunan fisik. Dari sisi pengeluaran, penguatan ekonomi terutama
karena membaiknya kinerja ekspor luar negeri sejalan dengan efektivitas hari kerja
dan pemenuhan target akhir tahun.
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D
12 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat mengalami pertumbuhan yang meningkat pada triwulan II 2019.
Pertumbuhan pada triwulan laporan mencapai 7,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
yang tercatat 6,5% (yoy). Kinerja tersebut terutama didorong oleh meningkatnya aktivitas di beberapa lapangan usaha
utama seperti Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Konstruksi serta
Perdagangan Besar dan Eceran. Dari sisi pengeluaran, konsumsi domestik dan investasi menjadi kontributor terbesar
akselerasi perekonomian Sulsel.
Kinerja ekonomi Sulsel diperkirakan akan tetap kuat pada triwulan III 2019. Tetap kuatnya perekonomian Sulsel
ditopang oleh Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, serta Konstruksi. Namun demikian, terdapat risiko
pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2019 akan bias ke bawah, antara lain normalisasi perilaku konsumen paska Hari
Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri sehingga mendeselerasi konsumsi rumah tangga. Selain itu, penyaluran
belanja pemerintah pada triwulan III 2019 kembali menurun paska penyaluran kenaikan gaji ASN dan THR.
Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara P : Prediksi Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan triwulan II 2019 menjadi yang tertinggi keempat di nasional.
Pertumbuhan tertinggi berada di Provinsi Kalimantan Utara (7,9%; yoy), Kalimantan Tengah (7,7%; yoy), dan Maluku
Utara (7,5%; yoy) (Grafik 1.2). Selama beberapa tahun terakhir, perekonomian Sulsel dalam tren menurun, namun pangsa
perekonomian Sulsel masih mendominasi di Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) mencapai 35,8%. Adapun pangsa
ekonomi Sulampua terhadap nasional masih relatif rendah, yaitu sekitar 9%. Sumber pertumbuhan ekonomi Sulsel cukup
bervariasi yang berasal dari sektor primer, sekunder, hingga tersier. Sementara, provinsi lain dengan pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi dari Sulsel masih bergantung pada sektor primer seperti pertanian dan pertambangan.
Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Spasial Indonesia Triwulan II 2019
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
5.15.0 5.0 5.0
4.8 4.7 4.8
5.24.9
5.25.0 4.9 5.1 5.0 5.1 5.2 5.1
5.3 5.2 5.2 5.1 5.1
8.4
6.4
7.7 7.7
5.9
7.9
7.57.3 7.2
8.0
6.8
7.7 7.7
6.7 6.6
7.8
7.3 7.37.2
6.5 6.5
7.5
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
8.5
9.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* II* IIIP
2014 2015 2016 2017 2018 2019
yoy Nasional yoy Sulsel
% yoy
7,2
6,8
ACEH3,71
SUMUT5,25
RIAU2,80
SUMBAR5,02 JAMBI
4,82
BENGKULU5,05
SUMSEL5,80
LAMPUNG5,62
KEP. RIAU4,66
KEP. BABEL3,49
KALBAR5,08
KALTENG7,67
KALSEL4,24
BANTEN5,35
JABAR5,68
DKI5,71
JATENG5,62
JATIM5,72
BALI5,64
NTB3,14
NTT6,36
SULUT5,48
GORONTALO6,69
SULTENG6,62
SULBAR4,91
SULSEL7,46
SULTRA6,30
MALUKU6,09
MALUT7,49
PAPBAR(0,50)
PAPUA(23,98)
KALTIM5,43
DIY6,80
Sumber: BPS, diolah Lebih tinggi dibandingkan Tw I 2019 Lebih rendah dibandingkan Tw I 2019
4.34 4.64 4.71 4.46 4.55 4.62
I II III IV I II
2018 2019
Sumatera (22%)
3.24 3.35 3.52 5.49 5.39 5.60
I II III IV I II
2018 2019
Kalimantan (8%)
5.70 5.65 5.72 5.82 5.67 5.68
I II III IV I II
2018 2019
Jawa (58%)
9.80 9.83 6.80 1.23 1.58 0.68
I II III IV I II
2018 2019
Sulampua (9%)
5.06 5.27 5.17 5.18
5.07 5.05
I II III IV I II
2018 2019
NASIONAL
3.77 3.56
(0.74)
4.36 4.74 5.05
I II III IV I II
2018 2019
Bali Nusra (3%)
KALTARA7,87
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 13
1.2. Sisi Pengeluaran
Kinerja konsumsi domestik yang meningkat menjadi penopang utama perekonomian Sulsel di triwulan II 2019.
Konsumsi domestik tumbuh 9,8% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat 7,7% (yoy). Seluruh
komponen konsumsi domestik tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga
meningkat didorong aktivitas masyarakat saat libur sekolah dan HBKN Idul Fitri. Selain itu, penyelenggaraan pesta
demokrasi dan kebijakan kenaikan gaji ASN juga turut mendorong konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT)
dan pemerintah. Pertumbuhan investasi yang menguat juga menjadi salah satu faktor pendorong perekonomian Sulsel.
Terjaganya investasi sejalan dengan suasana kondusif pesta demokrasi, serta strategi dari pemerintah Sulsel dalam
mendorong sejumlah investor dan mempermudah izin usaha2.
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2019 diperkirakan tetap kuat. Perekonomian Sulsel diperkirakan akan
tetap terjaga pada kisaran 6,8% - 7,2%, seiring dengan meningkatnya investasi sejalan dengan strategi yang dilakukan
pemerintah daerah seperti penjajakan kerjasama dengan Kawasan Berikat Nusantara (KBN) di Kabupaten Takalar. Selain
itu, kinerja ekspor luar negeri yang membaik sejalan dengan optimalisasi produksi komoditas ekspor seiring dengan
kembali efektifnya tenaga kerja paska HBKN Idul Fitri.
Tabel 1.1. Pertumbuhan (%, yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bank Indonesia *) Angka Sangat Sementara
1.2.1 Konsumsi
Secara agregat, pengeluaran konsumsi tumbuh meningkat menjadi faktor utama pertumbuhan ekonomi di triwulan II
2019. Pada triwulan II 2019, konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga tumbuh signifikan 51,7% (yoy), dari periode
sebelumnya yang tumbuh 38,3% (yoy) sejalan dengan berlangsungnya pesta demokrasi di awal triwulan laporan. Selain
itu, konsumsi pemerintah juga tumbuh signifikan dari 9,4% (yoy) di triwulan I 2019 menjadi 17,7% (yoy) sejalan dengan
rapelan kenaikan gaji PNS Janari-Maret yang dibayarkan pada April 2019 dan pencairan THR Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang dibayarkan pada Juni 2019.
Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat dan berada di atas rata-rata historis 3 tahun terakhir. Konsumsi rumah
tangga tumbuh 7,4% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (6,8%; yoy) maupun rata-rata historis 3 tahun
terakhir (6,2%; yoy). Tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan aktivitas masyarakat saat HBKN Idul
Fitri yang dibarengi oleh kenaikan gaji dan THR, sehingga mendorong daya beli masyarakat. Selain itu, perbaikan
pendapatan masyarakat sejalan dengan panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) dan perkebunan sesuai
dengan karakteristik tenaga kerja Sulsel yang didominasi di pertanian, turut menjaga daya beli masyarakat. Konsumsi
rumah tangga yang meningkat tersebut terkonfirmasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang meningkat ke 137,9 di
triwulan II 2019, dari triwulan sebelumnya yang mencapai136,9.
Adapun realisasi belanja pemerintah daerah yang meningkat juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi. Realisasi
belanja operasional APBD Provinsi Sulsel hingga triwulan II 2019 sebesar Rp2,54 triliun atau 35,6% dari target Rp7,14
triliun. Pencapaian nilai realisasi belanja ini lebih tinggi dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,51 triliun
atau 35,0% dari yang ditargetkan sebesar Rp7,2 triliun. Peningkatan tersebut dikarenakan komponen belanja pegawai,
hibah, dan bansos mengalami peningkatan realisasi dari yang ditargetkan di tahun 2019 dibandingkan tahun 2018.
Peningkatan belanja pegawai tersebut sesuai dengan rencana pemerintah dalam menyalurkan kenaikan gaji dan THR ASN
yaitu di triwulan II 2019.
2 Informasi anekdotal
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II III
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.54 6.47 6.15 6.41 6.15 6.97 6.65 6.50 7.04 6.79 6.81 7.45 6.3-6.7
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6.57 7.35 5.81 7.58 6.83 22.53 21.72 7.06 11.74 15.67 38.30 51.69 4.9-5.3
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.65 (0.54) 4.78 2.75 2.71 7.78 6.11 7.90 4.45 6.21 9.39 17.69 7.2-7.6
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7.38 8.28 8.49 8.62 8.21 8.69 6.42 3.95 4.18 5.72 3.35 4.90 6.5-6.9
5. Perubahan Inventori (32.01) (63.22) 123.00 (186.22) (35.30) 0.47 156.79 (99.75) 7.53 (59.78) (61.59) (66.86) 29.011-29.061
6. Ekspor LN 8.84 (8.62) (4.19) 1.19 (1.12) 14.49 30.62 22.93 18.87 21.61 3.97 (6.68) 5.1-5.5
7. Impor LN 49.63 (3.69) 24.83 (27.55) 3.03 (3.36) 18.59 12.87 31.36 14.77 (3.50) (26.18) (0.8)-(0.4)
8. Net Ekspor Antar Daerah (87.14) (53.65) 81.29 (7.92) (26.99) 287.45 60.17 (304.30) (6.45) (21.42) (55.09) 28.77 (69.1)-(68.7)
PDRB 7.74 6.75 6.65 7.74 7.21 7.35 7.33 7.17 6.47 7.07 6.54 7.46 6.8-7.2
Komponen2017 2019*2018
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D
14 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Sumber: Survei Konsumen Sumber: LBU, Lokasi proyek, diolah Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.4. Penyaluran Kredit Konsumsi
Kinerja konsumsi yang membaik juga didukung kredit
konsumsi pada triwulan II 2019 yang pertumbuhannya
tercatat meningkat. Kredit konsumsi tumbuh 7,4% (yoy),
naik dari triwulan sebelumnya 5,5% (yoy). Peningkatan
kredit konsumsi berasal dari kredit
peralatan/perlengkapan rumah tangga, multiguna dan
rumah tangga lainnya yang masing-masing tumbuh 22,0%
(yoy); 6,8% (yoy); dan 11,5% (yoy) pada triwulan laporan
dari triwulan sebelumnya masing-masing 15,1% (yoy);
5,5% (yoy); dan 1,4% (yoy). Peningkatan kredit konsumsi
mengkonfirmasi dugaan bahwa sebagian masyarakat
memanfaatkan pembiayaan perbankan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi pada periode HBKN Ramadhan dan
Idul Fitri.
Sumber: LBU, Lokasi proyek, diolah Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Multiguna
1.2.2 Investasi
Investasi meningkat di triwulan II 2019 didorong investasi bangunan. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh
4,9% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2019 yang tumbuh mencapai 3,3% (yoy). Peningkatan investasi
terutama terlihat dari PMDN yang membaik pada triwulan I 2019 mencapai -7,8% (yoy), dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai -90,3% (yoy). Membaiknya PMDN sejalan dengan beberapa proyek yang tengah dilakukan di
beberapa daerah antara lain Kabupaten Luwu Timur Rp481,2 miliar, Kota Makassar Rp432,5 miliar, Kabupaten Maros
Rp365,7 miliar, Kabupaten Luwu Rp72,9 miliar, dan Kabupaten Jeneponto sebesar Rp39,9 miliar3. Kenaikan pertumbuhan
investasi sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan LU Konstruksi dari triwulan sebelumnya sejalan dengan masih
berlangsungnya pembangunan fisik dari proyek infrastruktur. Adapun strategi yang dilakukan pemerintah daerah dalam
mendorong kegiatan investasi melalui sinkronisasi lembaga untuk penyederhanaan izin, meningkatkan efisiensi dengan
menurunkan biaya rutin yang kemudian dialokasikan ke anggaran pembangunan, serta pelayanan satu pintu menunju
pelayanan satu jam. Meskipun demikian, investasi yang berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) tumbuh terkontraksi,
-80,9% (yoy) di triwulan II 2019 dari 132,5% (yoy) di triwulan I 2019. Faktor penyebab menurunnya PMA adalah sebagian
besar investor asing masih wait and see saat pesta demokrasi berlangsung di awal periode laporan.
Di triwulan II 2019, kinerja impor barang modal sebagai indikasi aktivitas investasi menunjukkan tren menurun.
Pertumbuhan impor barang modal -75,4% (yoy) di triwulan laporan, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai -35,5% (yoy). Menurunnya impor barang modal terjadi pada komoditas mesin dan peralatan listrik (-88,9%,
yoy) dan kendaraan dan bagiannya (-80,5%, yoy). Adapun untuk penyaluran kredit investasi juga terkontraksi -2,5% (yoy)
atau Rp26,6 triliun, dari triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 10,6% (yoy).
3 Informasi anekdotal
(15)
(10)
(5)
0
5
10
15
20
25
30
80
90
100
110
120
130
140
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Growth yoy (%) - Skala Kanan
Indeks% yoy
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyRp Triliun
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - Skala Kanan
0
5
10
15
20
25
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
% (
yoy)
Rp
Tri
liun
Kredit Multiguna Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 15
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.6. Impor Barang Modal Grafik 1.7. Penyaluran Kredit Investasi
Diperkirakan kinerja investasi akan meningkat pada
triwulan III 2019. Ke depan, investasi diperkirakan
akan kembali meningkat, seperti pembangunan air
bersih di Kab. Pangkep, Wajo dan Soppeng oleh
Belanda4 dan industri logam di Kawasan Berikat
Nusantara (KBN) di Kab. Takalar5.
Sumber: BKPM, diolah
Grafik 1.8. Pertumbuhan Proyek PMA dan PMDN Sulsel
1.2.3 Ekspor dan Impor
Kinerja perdagangan luar negeri Sulsel menunjukkan
penurunan. Pertumbuhan ekspor luar negeri tercatat -
6,7% (yoy), terkontraksi cukup dalam dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,0% (yoy) di
triwulan I 2019. Penurunan ekspor luar negeri seiring
dengan kinerja negara mitra dagang yang menurun
terutama Jepang, Zona Eropa dan Amerika Serikat.
Selain itu, lebih rendahnya harga nikel sebagai
komoditas utama Sulsel juga turut menurunkan ekspor
luar negeri. Adapun untuk net ekspor antar daerah
menunjukkan pertumbuhan yang meningkat menjadi
28,8% (yoy) di periode laporan (Tabel 1.1),
dibandingkan triwulan I 2019 yang tumbuh sebesar
1,8% (yoy).
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.9. Volume Ekspor Nonmigas
Penurunan kinerja ekspor luar negeri di triwulan II 2019 disumbang oleh ekspor Nikel. Hal ini dikarenakan pangsa nikel
yang hampir mencapai 50% dari total keseluruhan ekspor periode laporan. Nilai ekspor nikel tercatat terkontraksi -38,1%
(yoy), turun lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi di periode sebelumnya sebesar -25,8% (yoy) (Grafik 1.12). Nilai
ekspor yang menurun tersebut tidak terlepas dari belum optimalnya produksi sejalan periode maintenance, dan lebih
rendahnya harga komoditas nikel di pasar internasional. Tercatat selama triwulan II 2019, harga nikel mencapai
4 Anekdotal informasi 5 Anekdotal informasi
(100)
(50)
0
50
100
150
200
250
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyUS$ Juta
Impor Barang Modal gImpor Barang Modal
(5)
0
5
10
15
20
25
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyRp Triliun
Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan
(100)
(50)
0
50
100
150
200
250
300
(200)
(100)
0
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
PMDN
PMA - sisi kanan
Total Investasi
% yoy % yoy
(60)
(40)
(20)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%; yoyRibu Ton
Volume Ekspor gVolume Ekspor - Skala Kanan
gNilai Ekspor - Skala Kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D
16 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
USD12.244/MT atau terkontraksi lebih dalam -13,5% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh -6,6% (yoy)
(Grafik 1.13). Penurunan harga nikel juga dipicu oleh melemahnya permintaan dari Tiongkok ditengah over supply dari
produsen nikel6.
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank Grafik 1.10. Nilai Ekspor Nikel Matte Grafik 1.11. Perkembangan Harga Nikel
Penurunan ekspor luar negeri juga dipengaruhi oleh produksi komoditas unggulan Sulsel yang tumbuh terbatas.
Pertumbuhan nilai ekspor komoditas rumput laut serta ikan dan lain-lain tumbuh melambat masing-masing menjadi 2,5%
(yoy) dan -5,6% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh 23,1% (yoy) dan 8,1% (yoy). Meskipun
demikian, biji kakao dan udang segar menjadi komoditas ekspor yang mengalami pertumbuhan meningkat di triwulan
laporan menjadi 5,7% (yoy) dan -11,1% (yoy) dari triwulan sebelumnya -25,7% (yoy) dan -25,0% (yoy). Efektivitas produksi
seiring terbatasnya jumlah hari kerja saat HBKN Idul Fitri dan volatilitas harga komoditas nikel menjadi faktor penahan
kinerja ekspor luar negeri tumbuh meningkat.
Perekonomian negara mitra dagang Sulsel juga turut memengaruhi kinerja ekspor Sulsel. Mengacu pada Purchasing
Manager Index (PMI) yang dirilis oleh Markit Survey, Jepang, Tiongkok, Zona Eropa, dan Korea Selatan, merupakan negara
mitra dagang utama Sulsel berada dibawah batas threshold-nya (<50), sementara Amerika Serikat meski menurun namun
masih diatas angka 50 yang mengindikasikan bahwa industri manufaktur negara tersebut masih berada dalam fase
ekspansi.
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Trading Economics, Markit Survey
Grafik 1.12. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Grafik 1.13. Purchasing Managers Index
6 Informasi anekdotal
(60)
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
0
10
20
30
40
50
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyJuta USD
Ekspor Nikel Matte gEkspor - Skala Kanan
(60)
(40)
(20)
0
20
40
60
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoy$/mt Nikel gHarga - Skala Kanan
(100)
(50)
0
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoy
Rumput Laut Ikan dan Lain-lain Udang Segar/Beku Biji Kakao
46
48
50
52
54
56
58
60
62
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Indeks
Jepang Tiongkok AS Zona Eropa Korea Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 17
Impor luar negeri (LN) Sulsel pada triwulan II 2019
tercatat terkontraksi. Impor luar negeri terkontraksi dari
-3,5% (yoy) menjadi -26,2% (yoy) di triwulan laporan.
Penurunan impor luar negeri tersebut tercermin dari
penurunan nilai dan volume impor masing-masing dari
USD167,6 juta dan 352,2 ribu ton menjadi USD133,0 juta
(-38,2%, yoy) dan 343,6 ton (-24,2%, yoy). Adapun
penurunan impor luar negeri terjadi pada barang modal
maupun perlengkapan transportasi untuk industri yang
tumbuh terkontraksi -75,4% (yoy) di triwulan laporan
dari triwulan sebelumnya yang tumbuh –35,5% (yoy)
sejalan dengan masih terbatasnya pembangunan
infrastruktur.
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.14. Volume Impor Nonmigas
Berdasarkan komoditasnya, nikel masih menjadi komoditas dengan pangsa terbesar pada struktur ekspor Sulsel,
sedangkan gandum menjadi penyumbang terbesar dalam impor di triwulan II 2019. Pangsa nilai ekspor komoditas nikel
matte mencapai 48,7% terhadap ekspor luar negeri Sulsel, yang kemudian diikuti oleh biji-bijian berminyak dan obat serta
ikan dan udang dengan pangsa masing-masing 8,1% dan 7,7%. Untuk impor luar negeri, pangsa nilai impor gandum
mencapai 18,4%, diikuti gula dan kembang gula (16,4%), dan sisa industri makanan (11,6%).
Tabel 1.2. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.3. Peringkat Impor Menurut Komoditas
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Menurut negara tujuan, Jepang masih menjadi negara tujuan utama ekspor Sulsel, sedangkan Tiongkok merupakan
negara utama penyedia barang-barang yang diimpor Sulsel. Nilai ekspor Sulsel ke Jepang mencapai 52,7% dari total
ekspor Sulsel, yang kemudian diikuti oleh Tiongkok (20,3%), dan Amerika Serikat (5,8%). Sementara dari sisi impor,
sebagian besar barang yang masuk ke Sulsel berasal dari Tiongkok yang mencapai 29,1% dari total impor Sulsel, yang
kemudian diikuti oleh Argentina (20,4%) dan Hongkong (9,5%).
Tabel 1.4. Negara Tujuan Utama Ekspor Tabel 1.5. Negara Asal Utama Impor
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Surplus neraca perdagangan luar negeri Sulsel mengalami peningkatan. Surplus neraca perdagangan luar negeri Sulsel
pada triwulan II 2019 mencapai USD 207,4 juta, lebih tinggi dari surplus pada periode sebelumnya yang tercatat USD135,8
0
100
200
300
400
500
600
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
US$ Juta
Total Nilai Impor Total Volume Impor
Ribu ton
Nilai Ekspor
Triwulan II 2019
(USD)
1 Nikel 165,822,362.30 48.71%
2 Biji-bijian berminyak dan Obat 27,725,114.57 8.14%
3 Ikan dan Udang 26,118,136.97 7.67%
4 Biji Coklat dan Coklat Olahan 24,434,232.18 7.18%
5 Besi dan Baja 18,280,631.69 5.37%
6 Garam, belerang, kapur 14,855,587.57 4.36%
7 Lak, Getah dan Damar 13,894,572.24 4.08%
8 Buah-Buahan 12,416,564.36 3.65%
9 Kayu, Barang dari Kayu 10,969,866.60 3.22%
10 Sisa Industri Makanan 6,696,979.63 1.97%
11 Lainnya 19,186,384 5.64%
340,400,432.41 100.00%
No Komoditas (HS) Pangsa
TOTAL EKSPOR
Nilai Impor
Triwulan II 2019
(USD)
1 Gandum 24,453,224.42 18.39%
2 Gula dan Kembang Gula 21,849,303.85 16.43%
3 Sisa Industri Makanan 15,418,812.30 11.59%
4 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 13,429,244.90 10.10%
5 Kapal laut dan bangunan terapung 8,944,249.62 6.72%
6 Pupuk 8,211,103.58 6.17%
7 Biji Coklat dan Coklat Olahan 6,108,616.39 4.59%
8 Bahan Bakar Mineral 5,860,382.00 4.41%
9 Besi dan Baja 4,635,974.38 3.49%
10 Mesin dan Peralatan Listrik 4,266,792.45 3.21%
11 Lainnya 19,827,806 14.91%
133,005,509.80 100.00%TOTAL IMPOR
No Komoditas (HS) Pangsa
Total Ekspor
FOB (USD)
1 Jepang 179,510,463.56 52.74%
2 Tiongkok 69,110,036.89 20.30%
3 Amerika Serikat 19,665,738.77 5.78%
4 Malaysia 16,148,869.55 4.74%
5 Australia 9,022,366.52 2.65%
6 Vietnam 6,084,552.36 1.79%
7 Korea Selatan 5,384,004.52 1.58%
8 Filipina 5,339,514.00 1.57%
9 Jerman 4,032,447.77 1.18%
10 Taiwan 3,712,790.97 1.09%
11 Lainnya 22,389,648 6.58%
340,400,432.41 100.00%
No Negara Tujuan Pangsa
TOTAL EKSPOR
Total Ekspor
FOB (USD)
1 Tiongkok 38,665,334.01 29.07%
2 Argentina 27,181,622.53 20.44%
3 Hongkong 12,593,606.85 9.47%
4 Singapura 11,010,293.55 8.28%
5 Kanada 10,145,321.78 7.63%
6 Jepang 7,966,533.18 5.99%
7 Malaysia 4,890,100.08 3.68%
8 Korea Selatan 3,391,803.70 2.55%
9 Amerika Serikat 3,184,395.56 2.39%
10 Republik Dominika 2,751,254.43 2.07%
11 Lainnya 11,225,244 8.44%
133,005,509.80 100.00%TOTAL IMPOR
No Negara Asal Pangsa
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D
18 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
juta (Grafik 1.18). Surplus neraca perdagangan luar negeri yang meningkat tersebut disebabkan oleh penurunan impor
barang luar negeri baik untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur yang terdapat di impor barang modal, maupun
bahan baku industri pada komponen impor bahan baku.
Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.15. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri
1.3. Sisi Lapangan Usaha
Pertumbuhan ekonomi Sulsel yang meningkat terutama didorong perbaikan kinerja lapangan usaha utama seperti
Lapangan Usaha (LU) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan;
Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran. Pertumbuhan LU Pertanian yang meningkat sejalan dengan panen raya
khususnya pada komoditas tabama dan perkebunan. Sementara HBKN Idul Fitri mendorong akselerasi kinerja LU Industri
Pengolahan dan Perdagangan Besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun pertumbuhan LU Pertambangan
dan LU Konstruksi yang meningkat sejalan dengan strategi yang diterapkan perusahaan untuk efisiensi produksi nikel dan
masih berlangsungnya beberapa proyek pembangunan fisik dan infrastruktur. Usaha lain yang mengalami peningkatan
antara lain LU Informasi dan Komunikasi (13,2%; yoy) dan LU Administrasi Pemerintahan (12,6%; yoy).
Perekonomian Sulsel di triwulan III 2019 diperkirakan tetap tumbuh kuat. Pertumbuhan Sulsel triwulan III 2019 tetap
terjaga pada kisaran 6,8% - 7,2% sejalan dengan akselerasi pada LU Pertambangan dan Penggalian paska maintenance
yang dilakukan pada triwulan I dan II serta pemenuhan target akhir tahun, dan LU Konstruksi sejalan dengan telah
selesainya proses pengadaan sehingga sudah masuk ke dalam proses pembangunan. Namun demikian terdapat risiko dari
LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Industri Pengolahan; Perdagangan Besar dan Eceran; serta Informasi dan
Komunikasi, sejalan dengan selesainya panen raya di beberapa daerah dan normalisasi konsumsi rumah tangga dan
pemerintah paska HBKN Idul Fitri.
Tabel 1.6. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Ekonomi
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bank Indonesia *) Angka sementara
0
100
200
300
400
500
600
700
(400)
(200)
0
200
400
600
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2016 2017 2018 2019
US$ JutaUS$ Juta
Ekspor Luar Negeri Nonmigas
Impor Luar Negeri Nonmigas
Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri Nonmigas - Skala Kanan
Keterangan: *) Angka Sementara
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II III
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14.62 4.99 3.49 0.18 5.56 5.06 7.50 5.25 3.13 5.32 2.82 5.44 5.2-5.6
B Pertambangan dan Penggalian 7.67 5.41 0.97 1.83 3.80 3.99 2.12 -2.77 1.21 1.05 -3.61 1.47 3.1-3.5
C Industri Pengolahan 4.89 4.18 4.94 6.03 5.03 3.34 -1.18 -0.06 1.70 0.94 8.27 11.26 4.6-5.0
D Pengadaan Listrik dan Gas 9.84 3.50 4.64 6.65 6.10 1.11 8.55 9.55 9.51 7.26 10.24 5.81 7.5-7.9
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.56 7.30 10.84 7.81 7.89 9.53 8.84 4.62 3.29 6.51 4.15 3.00 6.1-6.5
F Konstruksi 7.35 9.30 8.71 10.58 9.02 7.76 6.30 10.86 9.31 8.60 6.88 8.13 8.6-9.0
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.89 9.64 8.85 15.03 10.13 11.90 13.49 12.85 8.13 11.57 9.83 10.06 8.7-9.1
H Transportasi dan Pergudangan 1.26 6.15 8.61 17.57 8.37 13.01 14.08 9.16 5.68 10.32 3.86 -1.00 7.9-8.3
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.07 11.31 13.97 15.13 11.94 14.19 14.04 12.74 10.15 12.71 6.29 5.59 8.4-8.8
J Informasi dan Komunikasi 9.48 11.25 9.84 11.47 10.52 11.88 9.53 13.01 13.42 11.99 13.13 13.24 5.0-5.4
K Jasa Keuangan dan Asuransi 4.27 5.29 4.71 3.34 4.39 9.47 8.58 2.75 -1.62 4.67 -1.30 -2.27 8.3-8.7
L Real Estate 4.15 4.35 4.74 4.69 4.48 3.94 3.49 5.53 5.54 4.63 5.11 5.21 7.6-8.0
M,N Jasa Perusahaan 6.81 8.73 8.64 9.49 8.44 10.16 9.84 9.54 10.54 10.02 6.80 8.62 5.1-5.5
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.20 -0.13 12.19 9.29 5.20 4.34 8.58 11.86 14.73 9.96 11.64 12.64 9.5-9.9
P Jasa Pendidikan 7.13 9.46 10.13 11.92 9.72 7.73 8.75 9.40 12.85 9.77 10.97 6.74 7.0-7.4
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.42 9.54 9.88 8.34 8.80 10.26 10.27 9.06 5.13 8.59 9.83 7.48 6.9-7.3
R,S,T,U Jasa lainnya 6.84 9.60 11.65 10.07 9.58 11.67 12.60 10.87 17.16 13.13 11.16 10.41 4.0-4.4
7.74 6.73 6.63 7.75 7.20 7.35 7.33 7.17 6.47 7.07 6.54 7.46 6.8-7.2
7.75 6.81 6.99 8.14 7.41 7.55 7.65 7.77 6.79 7.44 7.13 7.81 6.8-7.2
2019*
PDRB
PDRB Non Tambang
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 201020182017
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 19
1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terakselerasi pada triwulan laporan. Lapangan
usaha pertanian tumbuh sebesar 5,4% (yoy), lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 2,8% (yoy). Meningkatnya
kinerja LU Pertanian tersebut sejalan dengan panen yang masih terjadi di beberapa daerah sentra pertanian sehingga
menurunkan harga gabah baik di Sulsel, maupun luar Sulsel seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera
Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Lampung7.
Dorongan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terlihat dari kinerja di sub usaha kehutanan
(perkebunan). Volume ekspor kakao sebagai salah satu indikator sub usaha perkebunan tumbuh meningkat menjadi
47,6% (yoy) di triwulan II 2019, dari 25,7% (yoy) di triwulan I 2019. Selain itu, harga komoditas perkebunan seperti kakao
menunjukkan peningkatan dari USD2,2/kg di triwulan I 2019 menjadi USD2,3/kg di triwulan II 2019. Secara nilai, total nilai
ekspor kopi juga tercatat tumbuh 79,3% (yoy) meningkat dari periode sebelumnya yang tumbuh 20,0% (yoy).
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank Grafik 1.16. Volume Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Grafik 1.17. Harga Internasional Kakao
Kinerja sub usaha Perikanan menjadi salah satu faktor penahan pertumbuhan LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
Penurunan kinerja di subusaha perikanan terindikasi dari penurunan nilai dan volume ekspor komoditas perikanan. Baik
secara nilai maupun volume, ekspor ikan masing-masing terkontraksi -4,2% (yoy) dan -5,0% (yoy) pada triwulan II 2019,
dibandingkan periode sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 5,7% (yoy) dan -1,4% (yoy). Penurunan kinerja
perikanan diperkirakan karena gelombang laut yang meningkat pada bulan Mei-Juni hingga mencapai 1,25-1,5 meter,
sehingga dapat memengaruhi nelayan melaut dan berdampak pada terbatasnya pasokan ikan laut sebagai tujuan ekspor
luar negeri.
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.18. Volume Ekspor Komoditas Ikan Grafik 1.19. Nilai Ekspor Komoditas Ikan
Kredit yang disalurkan ke lapangan usaha pertanian tumbuh tetap kuat. Di triwulan II 2019, kredit yang disalurkan ke
usaha pertanian tumbuh 21,6% (yoy) atau mencapai Rp4,7 triliun. Nilai kredit yang disalurkan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp4,6 triliun.
7 Informasi anekdotal
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Pertumbuhan - Skala Kanan
Juta USD YOY
(40)
(30)
(20)
(10)
0
10
20
30
40
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoy$/kgKakao gHarga - Skala Kanan
-120%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
0
1
2
3
4
5
6
7
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan
JutaTon YOY
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan
Juta USD YOY
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D
20 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah
Grafik 1.20. Perkembangan Kredit di Lapangan usaha Pertanian
1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
Kinerja Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian tumbuh meningkat. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 1,5%
(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang terkontraksi -3,61% (yoy). Jumlah produksi nikel matte
yang membaik menjadi faktor utama LU Pertambangan mengalami peningkatan kinerja. Total produksi nikel matte pada
triwulan laporan mencapai 17.631 metrik ton atau tumbuh membaik -6,7% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang
terkontraksi cukup dalam -23,7% (yoy). Produksi nikel matte yang meningkat pada triwulan laporan karena telah
berakhirnya maintenance rutin dan non rutin, serta efisiensi yang dilakukan perusahaan dalam mengurangi biaya.
Meskipun demikian, harga nikel yang menurun menjadi salah satu faktor penghambat kinerja LU Pertambangan tertahan.
Sumber: Industri Pengolahan Nikel Sumber: Industri Pengolahan Nikel
Grafik 1.21. Produksi Nikel dalam Matte Grafik 1.22. Penjualan Nikel dalam Matte
Penyaluran kredit pertambangan yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan
penggalian yang meningkat. Pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan ke lapangan usaha tambang pada triwulan II
2019 sebesar 53,6% (yoy) atau mencapai Rp680,8 miliar, naik dari triwulan sebelumnya sebesar 34,6% (yoy) (Grafik 1.28).
Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan pembiayaan pada LU Pertambangan dan Penggalian meningkat sejalan dengan
kinerja pada lapangan usaha ini yang semakin membaik.
Sumber: World Bank Sumber: LBU, diolah Grafik 1.23. Harga Komoditas Tambang Grafik 1.24. Kredit Lapangan usaha Pertambangan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyRp Triliun
Pertanian gKredit Pertanian - Skala Kanan
(30)
(25)
(20)
(15)
(10)
(5)
0
5
10
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Rib
u
Produksi Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan
(25)
(20)
(15)
(10)
(5)
0
5
10
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Rib
u
Penjualan Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan
(60)
(40)
(20)
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Nikel Timah Batu Bara
(% yoy)
(20)
(10)
0
10
20
30
40
50
60
70
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyRp Triliun
Pertambangan gKredit Pertambangan - Skala Kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 21
1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan
Kinerja Lapangan Usaha Industri Pengolahan tumbuh lebih tinggi. Pada triwulan II 2019, lapangan usaha industri
pengolahan tumbuh 11,3% (yoy), meningkat dari triwulan I 2019 yang mencapai 8,3% (yoy). Kinerja industri didorong oleh
meningkatnya kinerja Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) yang naik di triwulan II 2019 karena tetap tingginya
industri makanan (60,4%; yoy), Industri Barang Logam bukan Mesin dan Peralatannya (18,4%; yoy), dan Industri Furnitur
(23,4%; yoy). Sementara itu, kinerja Industri Menengah dan Kecil (IBS) mencapai 7,7% (yoy) sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya 8,0% (yoy) namun tercatat tetap tinggi. Industri makanan (31,9%; yoy) menjadi faktor
tetap kuatnya kinerja IBS. Produksi semen yang menurun juga terlihat dari kinerja industri barang galian bukan logam
yang tumbuh terkontraksi -15,4% (yoy), memburuk dari kinerja triwulan sebelumnya 1,5% (yoy). Turunnya produksi
semen sejalan dengan turunnya ekspor semen ke negara Filipina, Bangladesh, dan Timor Leste. Selain itu, masih
terbatasnya beberapa pembangunan proyek menjadi salah satu penahan produksi semen di Sulsel8.
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.25. Pertumbuhan Industri Grafik 1.26. Nilai Ekspor Hasil Industri
Penyaluran kredit industri pengolahan tetap tumbuh
tinggi. Kredit yang disalurkan ke industri pengolahan
tercatat tumbuh tinggi mencapai 16,5% (yoy) atau Rp8,9
triliun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 23,3% (yoy).
Adapun pertumbuhan industri pengolahan yang membaik
ditopang oleh pertumbuhan kredit ke industri makanan di
IBS dan IMK yang meningkat sejalan dengan kebutuhan
industri untuk memenuhi permintaan saat HBKN Idul Fitri.
Sumber: LBU Grafik 1.27. Kredit Industri Pengolahan
1.3.4 Lapangan Usaha Konstruksi
Lapangan Usaha Konstruksi tumbuh meningkat. Pada triwulan laporan, lapangan usaha ini tumbuh 8,1% (yoy) meningkat
dari pertumbuhan di periode sebelumnya yang mencapai 6,9% (yoy). Meningkatnya LU Konstruksi karena masih
berlangsungnya beberapa proyek seperti bendungan/bendung dan jalan. Meski demikian, LU Konstruksi tumbuh dibawah
rata-rata historisnya selama 3 tahun terakhir (8,4%, yoy), diperkirakan karena masih berlangsungnya pengadaan proyek
pengerjaan konstruksi9 dan jumlah hari kerja yang rendah karena HBKN Idul Fitri. Sesuai data BKPM, nilai proyek PMDN
tumbuh membaik meski masih dalam fase terkontraksi -7,8% (yoy) di triwulan II 2019, dari triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sangat dalam -90,3% (yoy).
Penyaluran kredit konstruksi mengalami penurunan, didorong proyek pemerintah yang masih dalam tahap
administrasi. Penyaluran kredit konstruksi tumbuh -7,7% (yoy) atau Rp 7,4 triliun di triwulan laporan, turun dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 12,2% (yoy). Penurunan kredit konstruksi diperkirakan karena masih terbatasnya
8 Informasi anekdotal 9 https://lpse.sulselprov.go.id/eproc4/lelang#
(15)
(10)
(5)
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoy
IMK IBS
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Ekspor Industri Pertumbuhan - Skala Kanan
Juta USD yoy
(20)
(10)
0
10
20
30
40
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyRp Triliun
Industri Pengolahan gKredit Industri Pengolahan - Skala Kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D
22 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
pembangunan fisik proyek sejalan beberapa proyek pemerintah masih dalam tahap lelang pengadaan sehingga belum
membutuhkan pembiayaan.
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.28. Pengadaan Semen Grafik 1.29. Kredit kepada Lapangan usaha Konstruksi
1.3.5 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran pada triwulan II 2019 tumbuh meningkat. Lapangan usaha ini tumbuh
10,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di periode sebelumnya yang tercatat 9,8% (yoy). Faktor utama yang
mendorong kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran adalah aktivitas masyarakat yang meningkat pada masa libur
sekolah dan HBKN Idul Fitri, kenaikan gaji PNS dan pencairan THR dan potongan harga di sejumlah pusat perbelanjaan
yang dapat menjaga daya beli masyarakat, serta penyelenggaraan pesta demokrasi di awal triwulan laporan. Selain itu,
pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan juga terkonfirmasi dari penyaluran kredit perdagangan yang meningkat.
Kredit ke lapangan usaha perdagangan tercatat mencapai Rp37,5 triliun atau tumbuh 4,2% (yoy), meningkat
dibandingkan pertumbuhan di triwulan I 2019 yang tumbuh 4,1% (yoy).
Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Perdagangan
1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Lapangan Usaha Pertambangan
Pola pertumbuhan ekonomi non tambang sama dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan
ekonomi non tambang pada triwulan II 2019 tercatat tumbuh terakselerasi mencapai 7,8% (yoy) dibandingkan periode
sebelumnya yang mencapai 7,1% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan di periode laporan
merupakan salah satu faktor penentu dinamika kinerja perekonomian Sulsel. Sejalan dengan pertumbuhan secara total,
laju pertumbuhan ekonomi non pertambangan yang meningkat juga ditopang oleh LU Pertanian, LU Industri Pengolahan,
LU Konstruksi, dan LU Perdagangan Besar dan Eceran.
Dilihat dari pangsanya, Lapangan Usaha Pertanian, Perikanan dan Kehutanan masih mendominasi PDRB Sulsel. Pangsa
lapangan usaha tersebut sebesar 21,7%, diikuti dengan Perdagangan Besar dan Eceran 15,8%; Industri Pengolahan
(20)
(15)
(10)
(5)
0
5
10
15
20
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyRibu Ton Realisasi Pengadaan Semen Sulsel (Ton)
gRealisasi - Skala Kanan
(10)
(5)
0
5
10
15
20
25
30
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyRp Triliun
Konstruksi gKredit Konstruksi - Skala Kanan
0
2
4
6
8
10
12
14
29.0
30.0
31.0
32.0
33.0
34.0
35.0
36.0
37.0
38.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoy
Rp Triliun
Perdagangan gKredit Perdagangan - Skala Kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 23
sebesar 13,0%, dan Konstruksi 11,9%. LU Pertanian yang meningkat sejalan dengan panen raya khususnya pada
komoditas pertanian (tabama) dan perkebunan (kakao). Sementara tingginya kegiatan masyarakat saat HBKN Idul Fitri
mendorong kinerja industri pengolahan dan perdagangan besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun
pertumbuhan pertambangan dan konstruksi yang meningkat sejalan dengan strategi yang diterapkan perusahaan untuk
peningkatan dan efisiensi produksi nikel dan masih berlangsungnya beberapa pembangunan dan infrastruktur.
Pada triwulan III 2019, lapangan usaha non pertambangan diperkirakan tumbuh melambat berada pada kisaran 6,8%-
7,2% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Industri Pengolahan
dan Perdagangan sebagai lapangan usaha utama Sulsel. Melambatnya pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan karena telah selesainya panen raya di beberapa daerah penghasil tabama. Sementara untuk
Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan Perdagangan Besar yang melambat sejalan dengan normalisasi paska HBKN Idul
Fitri. Beberapa hal yang menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi antara lain berasal dari lapangan usaha
konstruksi sejalan dengan pembangunan sejumlah proyek dengan target akhir tahun, serta telah selesainya proses
pengadaan fisik proyek. Adapun kinerja lapangan usaha pertambangan diperkirakan mengalami perbaikan di triwulan III
2019 sejalan telah selesainya maintenance fasilitas produksi dan membaiknya harga nikel di pasar internasional.
Sumber: BPS, diolah BI
Grafik 1.31. Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Selatan
(5)
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
PDRB PDRB Non-Tambang Pertambangan dan Penggalian
% yoy
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D
24 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Boks 1.A. Sektor Perikanan: Potensi Sumber Pertumbuhan Berkelanjutan
Sektor perikanan di Sulawesi Selatan memiliki potensi yang besar. Terdapat garis pantai sepanjang 193,7ribu hektar di Sulsel yang dapat digunakan dalam budidaya rumput laut dengan potensi sebesar 250ribu hektar (KKP, 2015). Namun, hingga tahun 2017, potensi budidaya rumput laut baru dimanfaatkan 35% (87,5ribu hektar) untuk menghasilkan 2,6 juta ton rumput laut (KKP, 2018). Sehingga, produktivitas lahan rumput laut di Sulsel mencapai 30 ton/Ha pada tahun 2017. Di sisi lain, potensi budidaya air payau di Sulawesi Selatan mencapai kurang lebih 150ribu hektar yang dapat digunakan untuk tambak budidaya udang. Namun, hingga tahun 2016, potensi tambak udang tersebut baru dimanfaatkan sekitar 110ribu hektar. Saat ini, produktivitas tambak udang di Sulsel baru mencapai sekitar 3,3 ton/Ha/tahun.
Sektor perikanan berkontribusi positif baik di Sulawesi Selatan maupun di skala Nasional. Hal ini tercermin pada tren peningkatan kontribusi sektor perikanan pada PDRB Sulsel (Grafik 1.A.1). Selain itu, komoditas budidaya pada sektor perikanan Sulsel, di antaranya rumput laut & olahannya (karaginan dan agar) memiliki pangsa yang cukup besar terhadap ekspor komoditas yang sama di Nasional, yakni sebesar 46% (100ribu ton). Di sisi lain, komoditas udang Sulsel memiliki pangsa ekspor 4% terhadap ekspor Nasional untuk komoditas yang sama pada tahun 2018.
*) Angka sementara; **) Angka sangat sementara Sumber: BPS (diolah) Grafik 1.A.1. Persentase Kontribusi Sektor Perikanan dalam PDRB
ADHB Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018
Potensi yang ada masih dapat dioptimalisasi. Masih terdapat 65% areal pesisir di Sulsel yang belum dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut dan masih terdapat 40ribu hektar potensi budidaya air payau yang belum dimanfaatkan untuk budidaya udang. Selain itu, produktivitas tambak udang di Sulsel juga masih di bawah Thailand (produsen udang paling produktif di dunia tahun 2015) yang sudah mencapai 18 ton/Ha per tahun. Padahal, luas lahan yang tersedia di Thailand untuk produksi udang masih di bawah Indonesia (Gambar 1.A.1).
Dengan optimalisasi lahan potensial budidaya rumput laut di Sulsel, nilai produksi rumput laut mentah pada tahun 2024 dapat meningkat sebesar sekitar USD2 miliar. Angka ini akan tercapai jika pada tahun 2024, jika lahan budidaya rumput laut di Sulsel ditingkatkan sebanyak 10% setiap tahun sampai 2024 (diperkirakan mencapai 150ribu hektar) dengan produktivitas 30 ton/Ha/tahun, sehingga akan menghasilkan tambahan 2juta ton rumput laut mentah dengan kisaran harga 1 USD/kg atau Rp 13 ribu/kg.
Gambar 1.A.1. Produktivitas Budidaya Udang
Dengan optimalisasi potensi tambak udang di Sulsel serta peningkatan produktivitas, nilai produksi udang pada tahun 2024 dapat meningkat sebesar sekitar USD3,5 miliar. Angka ini akan tercapai jika pada tahun 2024, potensi budidaya udang di Sulsel sebanyak 150ribu hektar digunakan secara optimal dengan produktivitas 18 ton/Ha/tahun (menggunakan metode Intensive 2.0 di Thailand). Dengan demikian, pada tahun 2024, produksi udang akan mencapai 2,7juta ton dengan kisaran harga 5 USD/kg atau Rp 65 ribu/kg.
Ke depannya, diperlukan langkah-langkah yang dapat mendukung upaya optimalisasi potensi lahan budidaya rumput laut serta optimalisasi potensi lahan dan produktivitas tambak udang. Terdapat beragam metode budidaya rumput laut yang dapat digunakan untuk mengoptimalisasi lahan potensial, antara lain:
Metode lepas dasar, dengan kebutuhan investasi Rp6,6 juta dan kapasitas produksi 436kg;
Metode rakit apung, dengan kebutuhan investasi Rp15,4 juta dan kapasitas produksi 2000kg;
7.00
7.40
7.80
8.20
8.60
9.00
0
100
200
300
400
500
2014 2015 2016 2017* 2018**
PDRB Sulsel menurut LU
% Kontribusi Sektor Perikanan - rhs
Rp Miliar %
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 25
Metode long line, dengan kebutuhan investasi Rp17,2 juta dan kapasitas produksi 2.000 kg.
Untuk optimalisasi lahan budidaya udang, dibutuhkan investasi Rp750 juta per hektar dan kapasitas produksi 15 ton/tahun. Sementara itu, untuk meningkatkan produktivitas budidaya udang, perlu untuk diterapkan metode Intensive 2.0 seperti Thailand, yakni intensifikasi di lahan yang relatif sempit dengan memaksimalkan pengolahan air tambak. Metode ini dapat meningkatkan produktivitas 3-5 kali lipat, meskipun dengan investasi awal yang besar. Oleh sebab itu, untuk mendorong investasi-investasi yang dapat meningkatkan produktivitas, perlu dipertimbangkan opsi pemberian pinjaman bersubsidi untuk nelayan, mengingat pada tahun 2018, share KUR pada kredit sektor budidaya udang hanya bernilai 4%. Opsi lainnya adalah kemitraan antara nelayan dengan pengusaha, seperti pola inti-plasma.
Dukungan organisasi dan industri juga penting untuk mendukung pertumbuhan sektor perikanan yang berkelanjutan. Terdapat beberapa faktor pendukung (enabling factors) pertumbuhan budidaya udang berkelanjutan yang kondisinya saat ini di Indonesia masih pada level sedang (medium) dan harus diperbaiki (Gambar 1.A.2). Beberapa faktor tersebut antara lain konsolidasi antara segmen-segmen produksi, derajat integrasi vertikal, kualitas udang (diferensiasi produk), dan maturitas/organisasi dari industri. Dengan memperbaiki faktor-faktor tersebut, terutama faktor maturitas industri dan dukungan Pemerintah, ke depan harga jual udang Indonesia dapat meningkat menjadi setara udang premium dan budidaya udang terus bertumbuh secara berkelanjutan.
Gambar 1.A.2. Lansekap Budidaya Udang
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D
26 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 27
2. KEUANGAN PEMERINTAH
Bab 2 Keuangan Pemerintah
Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel pada triwulan II 2019 tercatat mencapai
Rp3,49 triliiun atau 35,3% dari pagu anggaran sebesar Rp9,89 triliun, lebih
tinggi dibanding periode yang sama tahun 2018 yang mencapai 34,1%.
Sebagian besar penyerapan anggaran direalisasikan untuk belanja operasional
(pangsa 72,8%) dan belanja transfer (pangsa 25,6%), sementara untuk realisasi
belanja modal mencapai Rp55,8 miliar (pangsa 1,6%).
Demikian pula pencapaian realisasi belanja pada APBN yang dialokasikan di
Sulsel juga meningkat. Pada triwulan II 2019, total belanja telah terealisasi
sebesar Rp8,23 triliun atau 39,0% dari yang dianggarkan sebesar Rp21,07
triliun, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2018 yang mencapai
34,1%. Peningkatan komponen belanja terjadi pada komponen belanja
pegawai, barang, dan bantuan sosial.
Ke depan realisasi APBD dan APBN di Sulsel, memiliki peran strategis dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel 2019, terutama stimulus pertumbuhan
yang berbentuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan untuk
mendorong perekonomian daerah.
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAHD
28 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
2.1 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi
2.1.1 Pendapatan
2.2.1.1. Struktur Realisasi Pendapatan
Pendapatan transfer masih mendominasi struktur pendapatan Provinsi. Pendapatan yang bersumber dari transfer
pemerintah pusat mencapai Rp2,9 triliun atau 51,5% dari total nilai rencana pendapatan transfer sebesar Rp5,71 triliun.
Sebagian besar pendapatan transfer direalisasikan dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU). Sumber pendapatan kedua
berasal dari realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang hingga triwulan II 2019 mencapai Rp1,88 triliun (pangsa 39,0%),
dengan sumber pendapatan utama berasal dari pendapatan pajak daerah yang nilainya mencapai Rp1,63 triliun dengan
porsi 86,4% dari PAD. Sementara sumber pendapatan lain berasal dari lain-lain pendapatan yang sah, serta hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel, diolah
Grafik 2.1. Proporsi Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel
2.2.1.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan
Realisasi APBD Provinsi Sulsel sampai triwulan II 2019 mencapai 48,8% dari target yang dianggarkan. Secara persentase
realisasi, pendapatan APBD pada triwulan II 2019 mencapai 48,8% (Rp4,83 triliun), meningkat dari capaian pada periode
yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 46,8% (Rp4,44 triliun). Seluruh komponen mengalami peningkatan realisasi
dimana peningkatan pada komponen pendapatan pajak daerah berasal dari peningkatan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan rokok. Selain itu, beberapa program strategis daerah dalam
mendorong peningkatan pajak daerah antara lain Samsat Lorong, Samsat Mobile Banking, dan Samsat Sipakainge’ yang
menjadi layanan unggulan di tahun 201910. Realisasi komponen pajak daerah meningkat dari 42,2% di triwulan II 2018
menjadi 44,3% di triwulan II 2019.
Tabel 2.1. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel (Rp Miliar)
Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited); %Realisasi triwulan I 2018 dilakukan penyesuaian dari anggaran perubahan Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel
10 anekdotal
Rp1,132(48,1%)
Rp1,234(59,2%)
Rp1,432(62,7%)
Rp1,497(43,7%)
Rp1,634(36,1%)
Rp1,678(37,8%)
Rp1,886(39,0%)
Rp783(33,3%)
Rp850(40,8%)
Rp847(37,1%)
Rp1,927(56,2%) Rp2,825
(63,3%)
Rp2,761(62,2)
Rp2,943(60,9%)
Rp438(18,6%)
Rp0(0,02%)
Rp5(0,2%)
Rp2(0,07%)
Rp4(0,08%)
Rp3(0,06%)
Rp4(0,07%)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tw II-2013 Tw II-2014 Tw II-2015 Tw II-2016 Tw II-2017 Tw II-2018 Tw II-2019
(% / Rp miliar)
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Pendapatan Transfer Pendapatan Asli Daerah
NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,917.73 1,678.29 42.84% 4,133.01 1,885.55 45.62%
- Pendapatan Pajak Daerah 3,449.10 1,453.66 42.15% 3,680.66 1,629.97 44.28%
- Pendapatan Retribusi Daerah 91.09 30.69 33.70% 45.03 17.18 38.16%
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 142.71 108.86 76.28% 104.86 110.64 105.51%
- Lain-lain PAD yang Sah 234.84 85.08 36.23% 302.47 127.76 42.24%
PENDAPATAN TRANSFER 5,531.29 2,761.32 49.92% 5,711.54 2,942.91 51.53%
- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 310.81 120.66 38.82% 279.76 103.74 37.08%
- DAU 2,509.48 1,463.86 58.33% 2,586.31 1,508.68 58.33%
- DAK 2,695.00 1,168.80 43.37% 2,816.52 1,316.01 46.72%
- Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 16.00 8.00 0.00% 28.94 14.47 50.00%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 32.89 2.72 8.26% 55.35 3.53 6.38%
JUMLAH PENDAPATAN 9,481.91 4,442.33 46.85% 9,899.90 4,831.99 48.81%
REALISASI s/d TRIWULAN II 2019ANGGARAN
PERUBAHAN
2019
U R A I A N
ANGGARAN
PERUBAHAN
2018
REALISASI s/d TRIWULAN II 2018
BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 29
Dari komponen pendapatan transfer, realisasi Dana Alokasi Keuangan (DAK) pada triwulan II 2019 mengalami
peningkatan. Realisasi DAK tersebut sampai dengan triwulan II 2019 mencapai 46,7%, meningkat dari 43,4% di triwulan II
2018. Peningkatan tersebut sesuai dengan peningkatan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD)11. Selain itu, sejalan
kebijakan pemerintah pusat yang mendukung daerah lumbung pangan nasional dalam rangka mewujudkan target
kedaulatan pangan, banyaknya pembangunan bendung/bendungan/irigasi selama tahun 2019 mendorong kenaikan DAK.
Selanjutnya, DAK yang dipergunakan untuk mengurangi kesenjangan layanan dasar publik dengan fokus pada daya saing
SDM, termasuk pendidikan, pengentasan stunting, infrastruktur daerah, penguatan pengelolaan dana desa melalui
distribusi yang adil dan merata serta penajaman prioritas penggunaanya.
2.1.2 Belanja
2.2.2.1. Struktur Realisasi Belanja
Struktur belanja Provinsi Sulsel masih didominasi oleh belanja operasional. Hingga triwulan II 2019, total realisasi
belanja mencapai Rp3,49 triliun dengan nilai realisasi belanja operasional mencapai Rp2,54 triliun. Meskipun secara
nominal lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,51 trilun, namun secara pangsa yang
mencapai 72,8% tersebut dapat dikatakan yang terendah dibandingkan capaian triwulan II pada periode 2016-2018
(Grafi 2.2). Sementara itu, capaian realisasi belanja transfer tercatat 25,6% (atau Rp893,7 miliar), merupakan yang
tertinggi setidaknya tujuh tahun terakhir. Sebaliknya, adapun realisasi belanja modal merupakan yang terendah, yaitu
hanya 1,6% (atau Rp55,8 miliar).
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel
Grafik 2.2. Proporsi Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel
2.2.2.2. Perkembangan Realisasi Belanja
Hingga triwulan II 2019, persentase dan nilai realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel meningkat dibandingkan triwulan II
2018. Realisasi tersebut tercatat sebesar Rp3,49 triliun atau 35,3% dari yang ditargetkan sebesar Rp9,89 triliun.
Pencapaian realisasi belanja tersebut lebih tinggi dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,29 triliun atau
34,1% dari yang ditargetkan sebesar Rp9,65 triliun. Dengan realisasi belanja sampai triwulan II 2019 tersebut, maka
terdapat surplus pada APBD Provinsi Sulsel sebesar Rp1,34 triliun.
Sebagai porsi belanja tertinggi, belanja operasional mencatatkan nilai dan persentase realisasi yang lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. Total pos belanja operasional pada triwulan II 2019 terealisasi Rp2,54 triliun atau
35,6% dari pagu anggaran, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,51 trilun atau
35,0% dari pagu anggaran. Baik persentase maupun nilai realisasi belanja operasional yang lebih tinggi terjadi pada
komponen belanja pegawai, belanja hibah dan belanja bantuan sosial, sementara belanja barang tercatat lebih rendah
yaitu 25,1% atau lebih rendah dari triwulan yang sama di 2018 yang mencapai 28,2%.
11 Informasi anekdotal
Rp1,305(77,9%)
Rp1,382(70,6%)
Rp1,399(67,6%)
Rp1,832(73,9%)
Rp2,302(77,8%)
Rp2,509(76,2%)
Rp2,542(72,8%)
Rp53(3,2%)
Rp127
(6,5%)Rp152
(7,3%)
Rp82
(3,3%)
Rp63
(2,1%)Rp123
(3,7%) Rp56(1,6%)
Rp316
(18,9%)Rp450
(23,0%)Rp518
(25,0%)Rp564
(22,8%)Rp594
(20,1%)Rp660
(20,1%)Rp894
(25,6%)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tw II-2013 Tw II-2014 Tw II-2015 Tw II-2016 Tw II-2017 Tw II-2018 Tw II-2019
Transfer Belanja Modal Belanja Operasional
(% / Rp miliar)
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAHD
30 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Realisasi belanja modal lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2019,
presentase realisasi belanja modal masih terbatas yaitu sebesar 4,1% (Rp55,8 miliar) dari yang ditargetkan sebesar
Rp1,361 triliun, lebih rendah dibandingkan kinerja triwulan II 2018 sebesar 11,1% (Rp123,4 miliar) dari target sebesar
Rp1,11 triliun. Seperti halnya belanja barang, lebih rendahnya realisasi belanja modal juga diduga karena masih banyak
aktivitas lelang tender pada sejumlah proyek yang masih belum selesai12.
Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel (Rp Miliar)
Keterangan: NA (not available); %Realisasi triwulan I 2018 dilakukan penyesuaian dari anggaran perubahan Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel
Baik secara nilai maupun persentase, realisasi transfer kepada Kabupaten/Kota juga tercatat meningkat. Realisasi
transfer sampai dengan triwulan II 2019 tercatat Rp893,7 miliar (64,7%), lebih tinggi dari tahun sebelumnya Rp660,2
miliar (48,7%). Transfer yang diberikan kepada kabupaten/kota tersebut digunakan untuk meningkatkan standar hidup di
daerah khususnya melalui pembangunan infrastruktur, pelayanan kesehatan, pendidikan, pelayanan publik, dan lainnya,
yang pada akhirnya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian daerah menjadi semakin berkualitas.
2.2 Perkembangan Realisasi Belanja APBN di Sulsel
2.2.1 Struktur Realisasi Belanja
Belanja pegawai masih merupakan pos yang memiliki alokasi terbesar pada struktur belanja APBN Sulsel. Realisasi
belanja pegawai pada triwulan II 2019 pangsanya mencapai 45,7% atau Rp3,76 triliun dari pagu sebesar Rp7,32 triliun.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pangsa periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 47,5% atau
Rp3,36 triliun dari pagu sebesar Rp7,34 triliun. Demikian pula pangsa realisasi belanja modal yang lebih rendah dari
pangsa triwulan II 2018, sementara belanja bansos cenderung stabil.
12 Informasi anekdotal
NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI
BELANJA
BELANJA OPERASIONAL 7,166.79 2,508.60 35.00% 7,144.21 2,542.37 35.59%
- Belanja Pegawai 3,199.64 1,114.28 34.83% 3,375.33 1,343.57 39.81%
- Belanja Barang 1,748.98 493.28 28.20% 1,681.94 421.27 25.05%
- Belanja Bunga 11.50 1.21 10.55% - - 0.00%
- Belanja Hibah 2,007.51 842.23 41.95% 1,608.00 728.30 45.29%
- Belanja Bantuan Sosial 0.60 0.15 25.00% 1.10 0.36 32.73%
- Belanja Bantuan Keuangan 198.56 57.44 28.93% 477.85 48.86 10.23%
BELANJA MODAL 1,110.38 123.41 11.11% 1,361.19 55.83 4.10%
- Belanja Tanah 0.35 0.32 91.76% 2.50 2.45 98.05%
- Belanja Peralatan & Mesin 320.38 42.51 13.27% 203.43 22.58 11.10%
- Belanja Gedung dan Bangunan 429.55 54.32 12.65% 473.32 12.16 2.57%
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 278.37 20.01 7.19% 605.42 8.32 1.37%
- Belanja Aset Tetap Lainnya 66.68 2.82 4.23% 59.37 3.61 6.07%
- Aset Lainnya 6.84 0.97 14.13% 5.51 0.40 7.21%
- Belanja BLUD 8.21 2.46 29.93% 11.64 6.31 54.20%
BELANJA TIDAK TERDUGA 20.00 - 0.00% 12.31 - 0.00%
JUMLAH BELANJA 8,297.17 2,632.01 31.72% 8,517.70 2,598.20 30.50%
TRANSFER 1,354.74 660.23 48.73% 1,382.19 893.71 64.66%
TOTAL BELANJA 9,651.91 3,292.24 34.11% 9,899.90 3,491.91 35.27%
SURPLUS / (DEFISIT) -170.00 1,150.09 -676.54% - 1,340.09 0.00%
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 237.57 192.34 80.96% 200.00 55.96 27.98%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 75.65 65.28 86.29% 200.00 50.00 25.00%
JUMLAH PEMBIAYAAN 161.92 127.06 78.47% - 5.96 0.00%
REALISASI s/d TRIWULAN II 2019ANGGARAN
PERUBAHAN
2019
U R A I A N
ANGGARAN
PERUBAHAN
2018
REALISASI s/d TRIWULAN II 2018
BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 31
Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, diolah
Grafik 2.3. Proporsi Belanja APBN di Sulsel
2.2.2 Perkembangan Realisasi Belanja
Realisasi belanja dana APBN Sulsel pada triwulan II 2019 menunjukkan kinerja yang meningkat dibandingkan periode
yang sama dari tahun sebelumnya. Realisasi belanja APBN di Sulsel tersebut mencapai 39,0% atau sebesar Rp8,23 triliun,
lebih tinggi dari pencapaian triwulan II 2018 sebesar 34,0% atau Rp7,08 triliun. Persentase realisasi per jenis belanja APBN
di Sulsel yang lebih tinggi terjadi pada seluruh komponen kecuali belanja modal. Persentase belanja pegawai mencapai
51,3% pagu tahun 2019 atau Rp3,76 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 45,7%
(Rp3,36 triliun). Peningkatan belanja pegawai tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menyalurkan
kenaikan gaji ASN pada bulan April, serta penyaluran THR pada bulan Juni 2019. Realisasi belanja barang yang meningkat
menjadi 38,6% (Rp3,40 triliun) di triwulan II 2019, dari triwulan II 2018 29,5% (Rp2,49 triliun) sejalan dengan kebijakan
beberapa daerah untuk mendahulukan belanja barang selain karena hari kerja yang terbatas pada triwulan laporan, juga
karena belanja modal sebagian besar masih pada tahap pelaksanaan tender. Selain itu, belanja barang yang efektif akan
mendorong perekonomian daerah, sesuai hasil riset yang telah dilakukan oleh Bappenas. Berdasarkan riset Bappenas,
setiap satu persen kenaikan belanja barang dapat berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi hingga
0,08%, belanja modal 0,03% dan belanja pegawai 0,01%13.
Di sisi lain, realisasi belanja modal mengalami penurunan. Realisasi belanja modal pada triwulan II 2019 mencapai 21,6%
(Rp1,06 triliun) lebih rendah dari triwulan II 2018 yang mencapai 24,3% (Rp1,21 triliun). Menurunnya realisasi belanja
modal karena masih berlangsungnya pengadaan sejumlah proyek. Selain itu, terdapat beberapa pembangunan fisik yang
tidak tepat waktu sehingga berdampak pada penyerapan belanja modal, serta perhatian pegawai pada persiapan pesta
demokrasi yang menahan realisasi belanja modal. Namun demikian, belanja barang dan belanja modal APBN di Sulsel
lebih baik dibandingkan penyerapan APBD. Hal tersebut terutama karena strategi yang ditetapkan kementerian dengan
satuan kerja pengelola APBN antara lain: (1) Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) pelaksanaan anggaran setiap semester;
(2) Evaluasi dan pemantauan kinerja anggaran; serta (3) Sosialisasi tata cara Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Strategi tersebut secara efektif mendorong realisasi belanja APBN khususnya belanja barang dan belanja modal jauh lebih
tinggi dari serapan APBD untuk kategori yang sama.
Sementara itu, penyerapan dana desa baru terealisasi 9,1% hingga triwulan II 201914. Masih rendahnya serapan dana
desa antara lain karena aparat desa memiliki keterbatasan dalam manajemen proyek terutama terkait perencanaan.
Selain itu, pencairan dana juga terkendala belum siapnya laporan realisasi penyerapan dan capaian output yang
dipersyaratkan pada pencairan tahap 3. Terakhir, lokasi desa yang sulit dijangkau juga menghambat penyampaian
laporan.
13 Informasi anekdotal 14 Dana desa 2019 disalurkan melalui tiga tahap yaitu tahap 1 sebesar 20%, tahap 2 sebesar 40% dan tahap 3 sebesar 40%. Pencairan Tahap 1
mempersyaratkan sudah tersedianya Peraturan Desa dan APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa). Tahap 2 memiliki persyatan seperti memberikan laporan realisasi dan konsolidasi dana desa tahun sebelumnya. Sementara itu, pencairan pada tahap 3 mensyaratkan telah disampaikannya laporan dari pencairan tahap 1 dan tahap 2
Rp2,215.96(44,9%)
Rp2,291.29
(43,8%)Rp2,708.40
(49,3%)Rp3,528.49
(47,9%)Rp3,119.21
(46,9%)Rp3,362.68
(47,5%)Rp3,758.59
(45,7%)
Rp1,257.43
(25,5%)Rp1,648.84
(31,5%)
Rp1,416.19
(25,8%)Rp2,405.06
(32,7%)Rp2,293.39
(34,5%)
Rp2,495.43
(35,3%)Rp3,398.95
(41,3%)
Rp939.29
(19,0%)Rp746.03(14,3%)
Rp839.56(15,3%)
Rp1,422.95(19,3%)
Rp1,220.22(18,4%)
Rp1,214.47(17,2%)
Rp1,058.07(12,9%)
Rp498.04(10,1%)
Rp549.36
(10,5%)Rp528.46
(9,6%)
Rp8.95
(0,1%)Rp12.69
(0,2%)
Rp7.09
(0,1%)Rp11.95(0,1%)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tw II - 2013 Tw II - 2014 Tw II - 2015 Tw II - 2016 Tw II - 2017 Tw II - 2018 Tw II - 2019
(%/Rp miliar)
Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Barang Belanja Pegawai
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAHD
32 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Tabel 2.3. Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulsel Tahun 2019 Per Jenis Belanja Rp miliar
Sumber: Kajian Fiskal Regional (KFR), Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, diolah
2.3 Peran Realisasi Keuangan Pemerintah Dalam PDRB
Persentase rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) membaik15.
Persentase rasio pada triwulan II 2019 tercatat 1,48% sedikit meningkat dibanding triwulan II 2018 yang terhitung 1,44%.
Sementara persentase rasio realisasi pendapatan transfer terhadap PDRB ADHB sedikit menurun dari semula 2,37% di
triwulan iI 2018 menjadi 2,32% pada triwulan II 2019. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan pemerintah provinsi
dalam menggali sumber pendapatan asli daerah mengalami peningkatan. Pada satu sisi, ketergantungan pemerintah
daerah terhadap pemerintah pusat menurun yang terlihat dari rasio pendapatan transfer yang lebih rendah. Namun
demikian, dalam periode yang lebih panjang, rasio PAD terhadap PDRB yang dalam tren penurunan justru berkebalikan
dengan rasio pendapatan transfer terhadap PDRB yang beberapa tahun terakhir ini sekitar dari dua kali lipat dari rasio
sebelum tahun 2015.
Sumber: KFR-Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, BPKAD Provinsi Sulsel, diolah BI Grafik 2.4. Rasio Realisasi Pendapatan APBD Terhadap PDRB ADHB
Sumber: KFR-Kanwil DJPB Prov. Sulsel, BPKAD Prov. Sulsel, diolah BI Grafik 2.5. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB
Persentase rasio realisasi belanja operasional APBD di Sulsel terhadap PDRB ADHB meningkat di triwulan II 201916.
Peningkatan persentase rasio belanja operasional terhadap PDRB ADHB menjadi 7,6% dari periode yang sama tahun
sebelumnya 7,2%. Hal ini mengindikasikan bahwa peran realisasi belanja pemerintah sebagai kontributor perekonomian
mengalami perbaikan di periode laporan. Meski demikian, persentase rasio belanja modal terhadap perekonomian
menurun dari 1,1% menjadi 0,9% sehingga perlu terus didorong. Akhirnya, secara umum, selain secara nominal pagu
anggaran APBN ini lebih besar dari APBD, kinerja penyerapannya juga ternyata lebih baik. Ke depan, pemerintah
diharapkan dapat mendorong perekonomian Sulsel selain melalui peningkatan realisasi belanja APBD, juga penggunaan
dana transfer pemerintah pusat untuk lebih difokuskan untuk mendukung upaya peningkatan kemandirian ekonomi yang
tercermin dari peningkatan porsi PAD baik terhadap APDB maupun terhadap PDRB.
15 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan total PDRB ADHB. 16 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan total PDRB ADHB .
NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI
Belanja Pegawai 7,364.46 3,362.68 45.66% 7,324.97 3,758.59 51.3%
Belanja Barang 8,390.65 2,495.43 29.74% 8,812.61 3,398.95 38.6%
Belanja Modal 5,008.10 1,214.47 24.25% 4,896.86 1,058.07 21.6%
Belanja Bantuan Sosial 29.96 7.09 23.66% 38.75 11.95 30.8%
JUMLAH BELANJA 20,793.18 7,079.67 34.05% 21,073.20 8,227.56 39.0%
ANGGARAN
PERUBAHAN
2019
REALISASI TRIWULAN II 2019ANGGARAN
PERUBAHAN
2018
REALISASI TRIWULAN II 2018U R A I A N
1.77 1.70
1.70 1.59
1.58 1.44 1.48
1.22 1.17 1.01
2.04
2.73
2.37 2.32
0.40
0.90
1.40
1.90
2.40
2.90
Tw II-2013Tw II-2014Tw II-2015Tw II-2016Tw II-2017Tw II-2018Tw II-2019
%
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer
7.45
7.32 6.57
6.32
7.46 7.19 7.64
1.55
1.20 1.18
0.98
1.24 1.15
0.88
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
Tw II-2013 Tw II-2014 Tw II-2015 Tw II-2016 Tw II-2017 Tw II-2018 Tw II-2019
%%
Belanja Operasional Belanja Modal - sisi kanan
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 33
3. INFLASI DAERAH
Bab 3 Inflasi Daerah
Laju inflasi Sulsel pada triwulan II tahun 2019 tercatat lebih rendah
dibandingkan inflasi pada triwulan I 2019 dan tetap berada dalam sasaran
inflasi 2019. Inflasi pada triwulan II 2019 didorong oleh kenaikan pada
kelompok bahan makanan, sandang, serta makanan jadi seiring dengan
kenaikan permintaan selama periode Ramadhan dan Lebaran.
Inflasi selama triwulan II 2019 merupakan inflasi terendah bila dibandingkan
dengan rata-rata historis periode Ramadhan dan Lebaran dalam 3 tahun
terakhir. Lebih rendahnya inflasi tersebut merupakan buah hasil kerjasama yang
optimal antara Bank Indonesia dengan stakeholders terkait dalam forum TPID.
Hal ini dibuktikan oleh penghargaan yang diraih TPID Kota Palopo pada
kategori TPID terbaik tingkat kabupaten/kota untuk wilayah Sulawesi tahun
2019 yang diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia.
Pada triwulan III 2019, inflasi diperkirakan semakin membaik dalam rentang
sasaran Bank Indonesia (3,5±1%, yoy). Hal ini antara lain sejalan normalisasi
permintaan pasca Ramadhan dan Lebaran. Namun, terdapat risiko yang perlu
dimitigasi yaitu imported inflation pada beberapa komoditas seiring dengan
perubahan harga komoditas global. Ke depan, Bank Indonesia bersama TPID
akan terus memastikan upaya stabilitas harga untuk menjaga daya beli
masyarakat dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
BAB 3INFLASI DAERAH
34 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
3.1. Inflasi Umum
Inflasi Sulsel pada triwulan II 2019 lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi selama
triwulan II 2019 tercatat sebesar 2,98% (yoy), lebih
rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 3,08%. Tren
penurunan tekanan inflasi berasal dari kelompok
transportasi (termasuk komunikasi dan jasa
keuangan), perumahan (termasuk air, listrik, gas, dan
bahan bakar), kesehatan, serta pendidikan (termasuk
rekreasi dan olahraga). Tekanan inflasi kelompok
transpor khususnya dari bahan bakar lebih rendah
sejalan dengan penurunan harga BBM pada awal
tahun 2019 dan tidak adanya penyesuaian harga
kembali hingga akhir triwulan II 2019. Di sisi lain,
penurunan harga emas perhiasan mendorong inflasi
kelompok sandang lebih rendah sehingga mendukung
disinflasi di triwulan II 2019.
*) Data hingga Juli 2019 Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan Berdasarkan Waktu
Inflasi selama periode lebaran tahun ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Inflasi selama
periode Ramadhan dan Lebaran cenderung terkendali dengan tekanan tertinggi pada bulan Mei sebesar 3,74% (yoy).
Kondisi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata periode yang sama 3 tahun terakhir yang mencapai 4,23%
(yoy). Lebih rendahnya inflasi pada periode Ramadhan dan Lebaran tahun 2019 disebabkan oleh lebih terkendalinya
harga bahan pangan yang hanya naik sebesar 5,03% (yoy), lebih rendah daripada rerata kenaikan harga 3 tahun terakhir
(8,19%, yoy).
Pada triwulan III 2019, tekanan inflasi diperkirakan akan lebih rendah dengan beberapa risiko yang harus dimitigasi.
Merujuk pada tren inflasi bulanan, seiring dengan telah berakhirnya periode lebaran, tekanan inflasi cenderung lebih
rendah. Berdasarkan pola historis, tekanan inflasi pasca lebaran diperkirakan hanya akan datang dari momen libur tahun
ajaran baru yang akan meningkatkan permintaan angkutan udara sehingga terjadi penyesuaian harga jual angkutan
udara. Selain itu, momen tahun ajaran baru juga akan memberikan tekanan pada kelompok inflasi sandang dan
pendidikan khususnya pada komoditas seragam sekolah dan biaya pendidikan. Namun, puncak musim kemarau tahun
2019 pada periode Agustus sampai September diperkirakan menyebabkan mundurnya jadwal panen dan dapat
berdampak tekanan pada beberapa komoditas di kelompok bahan pangan.
3.2. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa17
Pada triwulan II 2019, inflasi dipengaruhi oleh kenaikan harga dari beberapa kelompok barang dan jasa. Tiga dari tujuh
kelompok barang dan jasa mengalami kenaikan dan sisanya mengalami disinflasi. Tiga kelompok yang mengalami
kenaikan adalah bahan makanan, sandang, dan makanan jadi, seiring dengan naiknya permintaan ketiga kelompok
tersebut untuk Ramadhan dan Lebaran. Di sisi lain, empat kelompok yang mengalami disinflasi adalah kelompok
transportasi (termasuk komunikasi dan jasa keuangan), perumahan (termasuk air, listrik, gas, dan bahan bakar),
kesehatan, serta pendidikan (termasuk rekreasi dan olahraga). Disinflasi pada kelompok transportasi didorong oleh
penurunan tarif angkutan udara dengan berlakunya revisi ketentuan Tarif Batas Atas (TBA) angkutan udara18. Secara
bulanan, tarif angkutan udara mengalami deflasi sebesar 2,88% (mtm) dan 11,66% (mtm) pada Mei dan Juni 2019.
Kelompok bahan makanan menjadi pendorong utama inflasi pada triwulan II 2019. Kelompok bahan makanan
mengalami inflasi sebesar 3,85% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan I 2019 (2,16%, yoy). Pada kelompok
tersebut, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada sayur-sayuran yang naik 2,83% (mtm) dengan sumbangan 0,064% terhadap
inflasi, serta daging dan hasilnya yang naik 1,83% (mtm) dengan sumbangan 0,034% terhadap inflasi. Pada kategori sayur-
sayuran, kenaikan harga tertinggi terjadi pada wortel (32,03%, yoy), tomat buah (23,87%, yoy), dan kacang panjang
17Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi 18Keputusan Menteri (KM) 106 tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Dalam Negeri
5.70
3.08 2.98 2.37
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
2016 2017 2018 2019
%yoy
BAB 3INFLASI DAERAH
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 35
(15,90%, yoy). Sementara itu, pada kategori daging dan hasilnya, kenaikan harga tertinggi terjadi pada daging sapi (5,34%,
yoy).
Kenaikan inflasi pada bahan makanan juga diikuti dengan inflasi makanan jadi. Pada triwulan II 2019, kelompok
makanan jadi mengalami inflasi sebesar 3,62% (yoy) atau sedikit lebih tinggi dari triwulan I 2019 sebesar 3,47% (yoy).
Tekanan inflasi pada makanan jadi merespon kenaikan bahan baku utama yang berasal dari inflasi bahan makanan,
khususnya sayur-sayuran dan daging. Magnitude inflasi pada kelompok makanan jadi yang cenderung lebih rendah
dibandingkan kelompok bahan makanan ditengarai karena penyesuaian harga jual tidak 100% dilakukan, untuk menjaga
permintaan tetap tinggi khususnya pada periode Lebaran.
Tarikan permintaan juga mendorong kenaikan harga kelompok sandang. Tarikan permintaan saat Ramadhan dan
Lebaran mendorong inflasi kelompok sandang sebesar 3,48% (yoy) pada triwulan II 2019, lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang sebesar 2,68% (yoy). Kenaikan harga tertinggi terjadi pada celana panjang jeans (kenaikan 9,62%, andil
0,03%, yoy), baju kaos tanpa kerah (kenaikan 8,98%, andil 0,01%, yoy), baju kaos berkerah (kenaikan 2,29%, andil 0,01%,
yoy) dan baju muslim (kenaikan 0,778%, andil 0,01%, yoy).
Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)
Keterangan: *) Data hingga Juli 2019 Sumber: Badan Pusat Statistik
Beberapa risiko perlu dimitigasi meski tekanan inflasi pada triwulan III diperkirakan lebih rendah. Sesuai dengan pola
historisnya, inflasi pasca lebaran akan lebih rendah seiring dengan kembali normalnya harga dan kegiatan ekonomi. Pada
Juli 2019 tercatat penurunan harga, atau terjadi deflasi 0,05% dari bulan sebelumnya (mtm), setara 2,37% (yoy). Deflasi
terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan (-0,18%; mtm atau 1,3%; yoy), disusul kelompok transport (-0,04%; mtm
atau 3,17%; yoy). Adapun komoditas yang termasuk kelompok sandang tercatat mencapai inflasi yang lebih tinggi
dibandingkan triwulan II 2019 sebesar 0,10% (mtm) atau 5,33% (yoy) terutama karena kenaikan harga emas perhiasan.
Namun demikian, pada triwlan III 2019 ini terdapat risiko terkait adanya puncak musim kemarau tahun 2019 pada
periode Agustus sampai September yang diperkirakan menyebabkan mundurnya jadwal panen perlu diwaspadai agar
tidak berdampak pada tekanan kelompok bahan pangan. Selain itu, risiko seiring dengan meningkatnya ketidakpastian
global juga perlu diwaspadai. Beberapa komoditas yang berisiko dipengaruhi imported inflation antara lain adalah (1)
emas perhiasan, (2) daging ayam ras, (3) telur ayam ras, (4) angkutan udara, (5) mie kering instan, (6) roti tawar, (7)
kelompok bahan perumahan, serta (8) susu. Korelasi yang cukup tinggi pada komoditas tersebut disebabkan faktor bahan
baku yang mengandung konten impor serta kemungkinan faktor penyesuaian harga yang menggunakan dollar AS.
Bahan
Makanan
Makanan
JadiPerumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum
I 4,76 5,39 6,25 3,73 3,79 1,33 10,31 5,88 II 6,15 5,38 5,96 5,65 5,22 1,38 7,91 5,92 III 1,97 5,80 6,32 4,12 5,28 1,97 0,87 3,72 IV 16,02 6,21 6,87 3,24 5,08 1,85 10,15 8,61
I 12,87 6,34 7,33 4,51 5,75 2,18 4,35 7,13 II 15,01 6,54 7,84 4,86 5,52 2,35 6,00 8,06 III 16,11 6,23 6,48 6,95 5,28 2,63 7,20 8,36 IV 8,78 5,48 4,13 6,01 5,02 2,57 (0,99) 4,48
I 12,46 4,82 3,40 5,89 3,87 2,25 2,80 5,70 II 9,46 5,26 2,75 6,36 3,14 2,10 (0,76) 4,30 III 6,51 4,01 2,63 3,13 2,51 0,78 (0,48) 3,07 IV 6,36 3,63 2,76 2,97 2,65 0,83 (0,87) 2,94
I 3,94 4,28 3,52 1,89 2,74 0,81 3,61 3,42 II 5,19 3,72 5,85 2,05 2,36 0,82 5,47 4,49 III 3,55 3,77 5,55 2,60 3,00 4,23 4,46 4,17 IV 3,29 3,70 6,07 4,66 3,36 4,26 4,85 4,44
I 5,23 3,11 4,55 3,95 2,83 4,32 0,95 3,70
II 7,77 3,56 2,38 4,29 3,40 4,65 1,95 4,14
III 5,42 3,41 2,40 2,80 2,80 1,02 1,52 3,09
IV 5,18 3,27 1,60 1,80 2,75 1,25 5,58 3,50
I 2,16 3,47 1,75 2,68 3,17 1,38 6,61 3,08
II 3,85 3,62 1,60 3,48 2,51 1,01 3,68 2,98
III* 1,30 3,44 1,58 5,33 2,60 1,38 3,17 2,37
2019
Tahun
2018
2016
2017
2014
2015
BAB 3INFLASI DAERAH
36 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
3.3. Inflasi Menurut Kota IHK19
Inflasi Sulawesi Selatan sampai saat ini masih didominasi oleh besarnya andil inflasi kota Makassar, sementara bobot
inflasi zona lainnya relatif terbatas. Makassar memiliki porsi hingga 78% terhadap inflasi Sulawesi Selatan sejalan dengan
aktivitas ekonomi Sulsel yang masih berpusat di sekitar kota Makassar. Selain aktivitas ekonomi, lebih beragamnya jenis
konsumsi di kota Makassar membuat komoditas penyebab inflasi di Makassar cenderung unik dibandingkan zona lainnya.
Sebagai contoh, angkutan udara hanya dicatatkan di zona Makassar karena dominasi angkutan udara yang tinggi.
Sementara itu, kontribusi zona lainnya terhadap inflasi Sulsel masih belum signifikan yaitu Parepare (7%), Palopo, (6,4%),
Watampone (5,8%), dan zona Bulukumba (2,8%). Tekanan inflasi pada triwulan II 2019 mengkonfirmasi bahwa zona
Makassar merupakan kontributor utama tekanan inflasi Sulsel diikuti Parepare dan Palopo.
*) Data hingga Juli 2019
Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.2 Persentase Bobot Kota Pembentuk Inflasi
Sulawesi Selatan Grafik 3.3 Sumber Tekanan Inflasi Berdasarkan Wilayah
Seluruh zona mengalami tekanan inflasi bahan makanan. Di zona Makassar dan Parepare, sembilan dari sepuluh
komoditas penyumbang inflasi tertinggi merupakan kelompok bahan makanan, sedangkan di zona Palopo delapan dari
sepuluh, dan di Bulukumba dan Bone inflasi terjadi pada tujuh dari sepuluh komoditas. Komoditas ikan bandeng dan
tomat sayur merupakan penyumbang inflasi di hampir semua zona. Semua zona juga mengalami tekanan inflasi dari
kelompok makanan jadi, di mana Makassar, Parepare, Bulukumba, dan Bone masing-masing memiliki satu komoditas dari
kelompok tersebut pada sepuluh penyumbang inflasi tertinggi.
Tabel 3.2. Komoditas Pendorong dan Penahan Inflasi Per Zona Inflasi
Sumber: Badan Pusat Statistik
19Mulai Januari 2014, inflasi Sulsel dihitung dari agregasi lima kota/kabupaten, yaitu Makassar, Palopo, Parepare, Watampone (Bone), dan Bulukumba.
Bulukumba
3%
Watampone
6% Palopo
6%
Parepare
7%
Makassar
78%
0
1
2
3
4
5
6
7
I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
2016 2017 2018 2019
Watampone Palopo Parepare Bulukumba Makassar Sulsel
%, yoy
Kota Makassar Andil Kota Parepare Andil Kota Palopo Andil Kabupaten Bulukumba Andil Kabupaten Bone Andil
Angkutan Udara -0,29% Bandeng/Bolu -0,18% Tarip Pulsa Ponsel -0,08% Beras -0,17% Cakalang/Sisik -0,29%
Tarip Pulsa Ponsel -0,06% Beras -0,16% Telur Itik -0,05% Selar/Tude -0,09% Beras -0,13%
Layang/Benggol -0,02% Tarip Pulsa Ponsel -0,07% Tarip Listrik -0,04% Udang Basah -0,06% Layang/Benggol -0,13%
Beras -0,02% Tarip Listrik -0,04% Susu Kental Manis -0,02%Kembung/Gembung/
Banyar/Gembolo/Aso-Aso-0,06% Telepon Seluler -0,05%
Sawi Hijau -0,02% Bahan Bakar Rumah Tangga -0,04% Cabai Rawit -0,02% Tarip Pulsa Ponsel -0,05% Tarip Pulsa Ponsel -0,05%
Tarip Listrik -0,01% Telur Ayam Ras -0,03% Pepaya -0,02% Tarip Listrik -0,03% Tarip Listrik -0,03%
Kangkung -0,01% Wortel -0,03% Cumi-cumi -0,02% Cakalang/Sisik -0,02% Sabun Mandi -0,02%
Tempe -0,01% Besi Beton -0,03% Garam -0,01% Kangkung -0,02% Wortel -0,01%
Biaya Tempat Tinggal -0,02% Asam -0,01% Mujair -0,01% Teri -0,01%
Telur Ayam Kampung -0,02% Kakap Merah -0,01%
Cabai Merah 0,15% Kacang Panjang 0,58% Tomat Sayur 0,29% Bawang Merah 0,18% Bandeng/Bolu 0,32%
Cabai Rawit 0,12% Bayam 0,29% Selar/Tude 0,19% Tomat Sayur 0,17% Tomat Sayur 0,28%
Bawang Merah 0,10% Layang/Benggol 0,23% Transpor 0,18% Biaya Tempat Tinggal 0,12% Biaya Tempat Tinggal 0,25%
Bandeng/Bolu 0,08% Kangkung 0,21% Angkutan Antar Kota 0,16% Gula Pasir 0,10% Kayu Balokan 0,24%
Bawang Putih 0,08% Cakalang/Sisik 0,14% Bayam 0,12% Bawang Putih 0,07% Daging Ayam Ras 0,22%
Tomat Sayur 0,06% Bawang Merah 0,12% Bandeng/Bolu 0,12% Kacang Panjang 0,07% Kangkung 0,14%
Kue Basah 0,06% Tarip Air Minum PAM 0,11% Layang/Benggol 0,11% Kursi 0,06% Cumi-cumi 0,10%
Tomat Buah 0,06% Pisang 0,11% Kangkung 0,09% Cabai Merah 0,05% Gula Pasir 0,09%
Cakalang/Sisik 0,05% Pepaya 0,10% Kakap Putih 0,09% Kelapa 0,05% Udang Basah 0,09%
Pepaya 0,04% Tomat Buah 0,09% Daging Ayam Ras 0,08% Bandeng/Bolu 0,05% Telur Ayam Ras 0,07%
Sumbangan (Andil) terhadap Deflasi Tw II 2019
Sumbangan (Andil) terhadap Inflasi Tw II 2019
BAB 3INFLASI DAERAH
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 37
Secara spasial, inflasi Juli 2019 dalam rentang sasaran 3,5±1% (yoy) pada 1 zona kota IHK, sedangkan 4 zona mengalami
inflasi di bawah 3,5±1% (yoy). Zona yang mengalami inflasi di bawah 3,5±1% (yoy) adalah Parepare (1,99%, yoy), Palopo
(1,48%,yoy), Watampone/Bone (0,80%, yoy), dan Bulukumba (1,91%, yoy). Satu zona yang mengalami inflasi di dalam
rentang sasaran 3,5±1% (yoy) adalah Makassar. Zona Makassar mengalami inflasi 2,60% (yoy) dengan faktor pendorong
utama antara lain komoditas emas perhiasan dan cabai merah. Pada zona yang mengalami inflasi di bawah sasaran,
komoditas penyumbang deflasi tertinggi adalah kangkung dan cakalang/sisik (Parepare), angkutan kota dan tomat sayur
(Palopo), ikan bandeng/bolu dan daging ayam ras (Watampone/Bone), serta tomat sayur dan daging ayam ras
(Bulukumba).
Gambar 3.2 Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Spasial Triwulan II dan Juli 2019
Sumber: Badan Pusat Statistik
3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi
Dalam rangka mencapai inflasi yang rendah dan stabil, TPID Provinsi Sulawesi Selatan akan tetap melanjutkan strategi
4K dengan fokus utama pada ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi serta menegaskan komitmen untuk
menjaga realisasi inflasi kelompok bahan makanan. Sesuai dengan penyampaian hasil Rapat Koordinasi Nasional
(Rakornas) Pengendalian Inflasi tahun 2019 disampaikan bahwa pada tingkat daerah, kepala daerah selaku ketua TPID
berperan menjaga keseimbangan sisi pasokan produsen dan konsumen dengan jalan mendorong produktivitas pangan,
mempermudah investasi, menjaga kelancaran distribusi, menyederhanakan rantai pasokan, mengefektifkan fungsi pasar
dan meningkatkan kerjasama antar daerah. Selain itu, terjaganya inflasi kelompok bahan makanan karena dampak el nino
yang lemah di Sulsel, dan telah diantisipasi oleh TPID seperti Dinas Pertanian baik Provinsi/Kabupaten/Kota.
Kunci sukses pengendalian inflasi triwulan II 2019 sehingga masih terjaga pada kisaran target terletak pada eratnya
Sinergi dan koordinasi di Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Berkaitan dengan upaya pengendalian inflasi, hingga
triwulan II 2019, penyerapan beras oleh Bulog sudah mencapai angka 54%. Upaya terus-menerus yang dilakukan oleh
Bulog dengan menyelenggarakan pasar murah di setiap daerah, memastikan ketersediaan pasokan, dan melakukan
stabilisasi harga. Selanjutnya Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel telah melakukan pemberian bibit ke petani ikan,
pemberian sarana jaring kepada nelayan, serta sarana dan prasarana pelabuhan bersama dengan Pemerintah Provinsi
Sulsel. Adapun Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar menjaga ketersediaan pasokan melalui pemberdayaan 100 lorong
yang ada di Kota Makassar melalui penyediaan anggaran sebesar Rp1,3 milyar dengan periode penanaman pada Juni
2019 dengan masa panen pada Juli hingga September 2019. Selain itu, Kota Makassar juga menyediakan anggaran
sebesar Rp2 milyar dengan periode penanaman pada September 2019 dan masa panen pada akhir tahun 2019 dan awal
tahun 2020. Selanjutnya Dinas Perdagangan Kota Makassar akan menginisiasi pengaturan pola kerjasama antar pihak
terkait sehingga dapat memaksimalkan penggunaan sepuluh truk Smart Inflation Control yang sebelumnya telah
dipergunakan pula oleh Bulog Kota Makassar.
(+) Bawang merah, Tomat sayur
(-) Beras, Selar/tude
(+) Kacang Panjang, Bayam
(-) Bandeng/bolu, Beras
(+) Akademi/perguruan tinggi, Beras(-) Kangkung, Cakalang/sisik
(+) Tomat sayur, Selar/tude
(-) Tarip pulsa ponsel, Telur itik
(+) Kangkung, Kacang panjang
(-)Angkutan antarkota, Tomat
Sayur
(+) Cabai merah, Emas perhiasan(-) Tomat sayur, Daging ayam ras
1,48% (yoy)2,35% (yoy)
Palopo
TwII
’19 Ju
li ’19
1,91% (yoy)2,50% (yoy)
Bulukumba
TwII
’19 Ju
li ’19
Parepare1,99% (yoy)
2,60% (yoy)
3,53% (yoy)
Makassar3,08% (yoy)
(+) Cabai merah, Cabai rawit
(-) Angkutan udara, Tarip pulsa ponsel
(+) Emas perhiasan, Cabai merah
(-) Bandeng/bolu, Tomat buah
Keterangan Spasial:Tw II’19 Inflasi < 2,5%
2,5% ≤ Tw II’19 Inflasi ≤ 3,5%
3,5% ≤ Tw II’19 Inflasi ≤ 4,5%
Tw II’19 Inflasi > 4,5%
1,85% (yoy) 0,80% (yoy)
(+) Bandeng/bolu, Tomat sayur
(-) Cakalang/sisik, Beras
Watampone/Bone
(+) Bayam, Emas perhiasan
(-) Bandeng/bolu, Daging ayam ras
TwII
’19 Ju
li ’19Tw
II’1
9 Juli ’19
Tw II
’19 Ju
li ’19
BAB 3INFLASI DAERAH
38 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Penguatan upaya pengendalian harga akan terus dilakukan, terutama menjelang HBKN dan akhir tahun 2019. Untuk
menjaga inflasi tetap berada pada target 3,5±1%, perlu dilakukan langkah-langkah pengendalian inflasi pada semester II
tahun 2019 untuk mengantisipasi tekanan akibat cuaca, musim, HBKN, dan permintaan yang tinggi di akhir tahun.
Beberapa langkah antisipatif lebih dini antara lain melalui manajemen pasokan dan manajemen penyimpanan dengan
koordinasi hingga tingkat kabupaten/kota sehingga surplus pasokan di suatu daerah dapat memenuhi defisit pasokan di
daerah lain. Selanjutnya terdapat beberapa komoditas yang harus dipantau secara lebih intensif karena merupakan
penyumbang utama pada inflasi tahun kalender maupun inflasi tahunan, yaitu cabai rawit, bawang putih, ikan cakalang,
ikan layang, pepaya, dan nasi dengan lauk. TPID Provinsi Sulsel akan memperkuat sinergi baik pada tingkat zona maupun
kabupaten/kota, utamanya untuk menjaga ketersediaan pasokan serta kelancaran distribusi. Selain pertemuan rutin,
beberapa pertemun dilakukan TPID untuk membahas isu strategis pengendalian inflasi antara lain membahas mengenai
pengendalian inflasi komoditas perikanan, pengendalian harga berdasarkan roadmap (peta jalan) pengendalian inflasi
2019-2021, pengendalian harga menjelang HBKN Ramadhan dan Idul Fitri, serta identifikasi harga pokok produksi (HPP)
dan harga jual 10 komoditas pertanian zona Makassar (Tabel 3.3).
No Tanggal Topik Bahasan Tujuan Peserta
1 23/01/2019 FGD Komoditas Strategis: Perikanan
Tantangan dan upaya pengendalian inflasi komoditas perikanan
OPD terkait komoditas perikanan
2 11/03/2019 Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Penguatan Sinergi Pengendalian Harga berdasarkan roadmap Pengendalian Inflasi 2019-2021
TPID Provinsi Sulawesi Selatan
3 30/04/2019 Rapat Koordinasi TPID Kota Makassar bersama Zona Makassar
Koordinasi pengendalian inflasi jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H, utamanya dari sisi ketersediaan pasokan dan komunikasi ekspektasi
TPID Kota Makassar dan Zona Makassar
4 23/05/2019 Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Koordinasi Pengendalian Inflasi jelang Idul Fitri 1440 H, utamanya dalam aspek ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga
TPID Provinsi Sulawesi Selatan
5 27/05/2019 FGD Identifikasi Harga Pokok Produksi dan Harga Jual 10 Komoditas Pertanian Zona Makassar
Identifikasi rantai distribusi komoditas strategis pertanian di Zona Makassar
TPID Zona Makassar
Tabel 3.3 Tabel Kegiatan TPID pada Semester I 2019
BAB 3INFLASI DAERAH
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 39
Boks 3.A
TPID Sulsel Perkuat Pengendalian Inflasi pada Semester II 2019
Tekanan inflasi di Sulawesi Selatan hingga Juli 2019 masih terkendali dengan capaian sebesar 2,98% (yoy) atau lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi se-Sulampua (3,19%, yoy) dan nasional (3,28%, yoy). Meskipun demikian pada semester II 2019, Sulawesi Selatan menghadapi berbagai tantangan yakni dari kenaikan harga melalui pola musiman di akhir tahun dan potensi berkurangnya pasokan bahan pangan akibat kemarau panjang yang puncaknya terjadi pada September 2019 utamanya di beberapa sentra hortikultura seperti Kabupaten Gowa dan Takalar.
Gambar 3.A.1 Prakiraan Puncak Mus im Kemarau 2019 Gambar 3.A.2 Peringatan Dini Kekeringan 2019
Sumber: BMKG
Pada Semester II 2019, pengendalian inflasi akan fokus pada ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi serta menegaskan komitmen untuk menjaga realisasi inflasi kelompok harga bergejolak (volatile food). Berdasarkan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2019 yang telah dilaksanakan pada 25 Juli 2019, terdapat beberapa program sinergi dan inovasi yang dapat diinisiasi, yaitu:
1. Mengoptimalkan infrastruktur pertanian dan logistik melalui dukungan sinergi pemerintah pusat dan daerah; 2. Pengembangan model kerja sama perdagangan antardaerah yang mengoptimalkan kelembagaan ekonomi dari
tingkat desa di daerah; 3. Memperluas penggunaan teknologi informasi secara terintegrasi guna mendorong peningkatan produksi
pertanian, perluasan akses pasar dan memperlancar distribusi; 4. Melakukan ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) kepada program-program kerja TPID lain sebagai salah satu
pertimbangan penyusunan program kerja TPID.
TPID Sulsel telah melaksanakan langkah preventif dalam menjaga ketersediaan pasokan komoditas strategis di Sulawesi Selatan. Sehubungan dengan kenaikan harga cabai merah yang telah terjadi sebanyak empat kali sejak Januari 2019, maka Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DKPTPH) Provinsi Sulawesi Selatan telah melaksanakan Penambahan Luas Tambah Tanam (PLTT) untuk cabai merah di wilayah Maros, Bone, Wajo, Pinrang, Sinjai, Jeneponto, Bantaeng, Makassar dan Luwu Timur. PLTT dilaksanakan sesuai dengan prognosa awal tahun DKPTPH yang memperkirakan produksi cabai merah hanya sebesar 18.715 ton ditengah konsumsi rumah tangga yang mencapai 19.207 ton atau defisit sebesar 492 ton. Selanjutnya Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Kota Makassar juga turut serta dalam menjaga ketersediaan pasokan cabai merah melalui panen cabai di kelompok tani binaan dengan luas tanam mencapai 10 Ha. Lokasi panen cabai tersebut merupakan salah satu kawasan lorong peduli inflasi yang merupakan Program Sosial Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan.
Grafik 3.A.1 Perbandingan inflasi Kelompok Bahan Makanan
Sumber: BPS, diolah Grafik 3.A.2 Perbandingan inflasi tahun berjalan cabai merah di
Sulampua, Sulsel dan Makassar Sumber: BPS, diolah
TPID Sulsel turut mendorong kelancaran distribusi melalui koordinasi dengan melibatkan Dinas Perdagangan dan PT Pelindo IV. Dalam rangka mendukung kelancaran distribusi komoditas pada pelabuhan utama di Sulsel, Makassar New Port (MNP) telah memiliki 16 Rubber Tyred Gantry (RTG), Container Crane (CC), 2 unit Ship to Shoe (STS) Crane, 2 unit Reach Stacker 45 Ton, 1 unit Forklift 32 Ton, 1 unit Forklift 7 Ton dan 12 unit Terminal Tractor. Melalui dukungan sarana
BAB 3INFLASI DAERAH
40 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
tersebut MNP diharapkan dapat mengefisienkan dwelling time sehingga dapat mendukung pemenuhan pasokan komoditas strategis di Sulawesi Selatan.
Kota Palopo berhasil mendapatkan penghargaan TPID Terbaik tingkat Kabupaten/Kota se-Sulawesi atas upaya pengendalian inflasi pemerintah kota pada tahun 2018. Penilaian TPID terbaik didasarkan pada tiga komponen penilaian yakni hasil atau outcome (50%) yang mencerminkan hasil dari upaya daerah dalam melakukan koordinasi pengendalian inflasi, keluaran (30%) yang merupakan pelaksanaan program unggulan dalam rangka pengendalian inflasi yang mencerminkan 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi dan Komunikasi ekspektasi) dan proses (20%) yang mencerminkan langkah/upaya bersama dalam pengendalian inflasi daerah.
Gambar 3A.3 Walikota Palopo, Bp Judas Amir, menerima penghargaan TPID Terbaik 2018 dari Wapres
Program pengendalian inflasi andalan TPID Kota Palopo adalah peningkatan ketersediaan pasokan melalui program pembangunan seribu kandang yang didukung dengan pembentukan UPTD – Pembibitan Ternak Unggas Kelurahan Mancani melalui pemberdayaan masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Tujuan Masterplan Tahapan Realisasi
1. Mengembangkan usaha ternak unggas lokal unggul khususnya di wilayah Kota Palopo;
2. Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak unggas lokal (ayam kampung);
3. Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Kota Palopo;
4. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat ekonomi menengah ke bawah di sekitar wilayah Kota Palopo.
Pemberdayaan masyarakat ekonomi menengah ke bawah dilakukan melalui: 1. Pemanfaatan Pekarangan; 2. Kandang Ayam Produktif; 3. Budidaya Ayam Kampung; dan 4. Agribisnis Ternak Ayam.
1. Pembangunan 1.000 kandang melalui dua tahapan yang semua tersebar di 37 Kelurahan yang ada di 9 Kecamatan;
2. Penyaluran paket bantuan yang terdiri dari Bibit Ayam (DOC) sebanyak 50 ekor/unit kandang (hasil produksi UPTD-Perbibitan Ternak Unggas Mancani Kota Palopo), pakan starter untuk 1 priode pemeliharaan, peralatan kandang, vaksin dan obat-obatan;
3. Penyaluran paket bantuan berupa Bibit Ayam (DOC) sebanyak 25 ekor/unit kandang (Hasil Produksi UPTD-Perbibitan Ternak Unggas Mancani Kota Palopo) dan pakan starter sebanyak 12kg/unit kandang.
Pembentukan UPTD – Pembibitan Ternak Unggas Kelurahan Mancani Kota Palopo merupakan bentuk pengaplikasian pengendalian inflasi melalui 4K. UPTD Mancani mampu menghasilkan bibit ayam (DOC) dengan kisaran 1.000-1.200/hari sehingga dapat menjaga ketersediaan pasokan daging ayam ras dan telur ayam ras untuk Kota Palopo dan kabupaten sekitarnya. Selanjutnya harga yang ditetapkan pada produk UPTD Mancani terjangkau bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, yakni sebesar Rp5000/ekor dan telah ditetapkan dalam Peraturan Wali Kota Palopo Nomor 44 Tahun 2017. Adapun dalam mendukung kelancaran distribusi untuk perdagangan antar daerah, UPTD Mancani menyediakan fasilitas jasa pengiriman bibit ayam (DOC). Sehubungan dengan menjaga komunikasi ekspektasi, UPTD Mancani memiliki layanan portal informasi pada berbagai media sosial.
Gambar 3A.4 Wagub Sulsel mengunjungi UPTD Mancani Kota Palopo Gambar 3A.5 Gubernur Sulsel mengunjungi Penyuluh pada UPTD Mancani
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 41
4. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan
UMKM
Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah,
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga khususnya di tengah upaya
korporasi melakukan konsolidasi keuangannya. Fase konsolidasi korporasi
tersebut berimplikasi pada risiko kredit yang cenderung menurun
sebagaimana ditunjukkan oleh NPL yang tetap berada di bawah 5%
namun berimplikasi pada pertumbuhan kredit yang lebih rendah.
Di sisi lain, rumah tangga tetap melakukan konsumsi yang lebih ekspansif
dengan pembiayaan dari perbankan sebagaimana ditunjukkan oleh
peningkatan penyaluran kredit konsumsi. Kredit konsumsi yang meningkat
ditopang oleh kredit multiguna di tengah KPR dan KKB yang melambat.
Dari sisi pengelolaan risiko, rumah tangga tetap pruden dalam menjaga
kualitas kreditnya yang diindikasikan oleh survei konsumen dimana rumah
tangga tetap memprioritaskan pembayaran bunga dan cicilannya dengan
porsi yang lebih besar. Hal ini membuat NPL rumah tangga tetap terjaga.
Dengan dinamika korporasi dan rumah tangga tersebut, penyaluran kredit
oleh perbankan Sulsel cenderung melambat dengan pertumbuhan DPK
yang meningkat. Hal ini berimplikasi pada LDR yang menurun namun tetap
berada di atas angka 100% yang berarti perbankan di Sulsel lebih
banyak dalam menyalurkan kredit dibandingkan menghimpun dana pihak
ketiga.
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
42 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
4.1. Stabilitas Keuangan Daerah
4.1.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga20
Sektor rumah tangga selain menggunakan tambahan pendapatan juga meningkatkan pembiayaan perbankan.
Konsumsi rumah tangga tetap meningkat di tengah ekspektasi ekonomi yang lebih moderat. Hal ini ditunjukkan oleh
Indeks keyakinan konsumen yang cenderung terkontraksi, sementara konsumsi rumah tangga tumbuh lebih tinggi,
ditengarai untuk memenuhi keperluan hari raya. Dari sisi sumber pembiayaan belanja rumah tangga, selain
memanfaatkan tambahan pendapatan yang berasal dari tunjangan hari raya, rumah tangga juga menggunakan
pembiayaan dari perbankan. Pada triwulan II 2019, kredit yang disalurkan kepada rumah tangga mengalami peningkatan
pertumbuhan dari sebelumnya sebesar 5,5% (yoy) di triwulan I 2019 menjadi 7,4% (yoy) di triwulan II 2019.
Peningkatan kredit konsumsi rumah tangga sejalan dengan kenaikan penyaluran kredit multiguna. Penyaluran kredit
multiguna mengalami peningkatan yang signifikan dengan tumbuh sebesar 6,8% (yoy) di triwulan II 2019 dari triwulan
sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 5,5% (yoy). Kenaikan tersebut mampu mengompensasi perlambatan
pertumbuhan KPR yang melambat menjadi 4,9% (yoy) dan pertumbuhan kredit kendaraan bermotor yang juga melambat
menjadi 9,5% (yoy). Rumah tangga diperkirakan memilih penggunaan kredit multiguna karena tujuannya yang bersifat
temporer dalam memenuhi kebutuhan menjelang HBKN.
Grafik 4.1 Indeks Keyakinan Konsumen dan Pertumbuhan Konsumsi
Rumah Tangga Grafik 4.2 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Rumah Tangga
Peningkatan kredit rumah tangga secara siklikal masih tergolong dalam batas kewajaran yang tidak membahayakan
stabilitas sistem keuangan. Hal ini ditunjukkan oleh masih terjaganya Non Perfoming Loan (NPL) rumah tangga jauh
berada di bawah ambang batas sebesar 5%. Terjaganya NPL sektor rumah tangga tersebut merupakan cerminan
komitmen kuat rumah tangga untuk tetap menjaga deb service ratio (DSR) pada batas aman. Hal ini terkonfirmasi dari
hasil survei konsumen yang menunjukkan porsi pembayaran pinjaman (pencadangan pendapatan untuk pengeluaran
pembayaran pinjaman) yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 4.4).
NPL rumah tangga pada triwulan II 2019 terpantau stabil pada kisaran 2,1%. Terjaganya NPL kredit konsumsi rumah
tangga sejalan dengan stabilnya NPL per masing-masing komponen pembentuk. NPL multiguna berada pada level 1% di
triwulan II 2019 atau membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,1%. Demikian pula dengan NPL KKB
yang berada pada level 2,9% di triwulan II 2019 atau membaik signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar
4,1%, sedangkan pada NPL KPR cenderung stabil pada kisaran 4,2%.
20 Di dalam sistem keuangan, Rumah Tangga memiliki dua fungsi yaitu sebagai penyedia dana dan penerima dana dari institusi keuangan. Kondisi keuangan Rumah Tangga berfluktuasi sepanjang waktu dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah tingkat pengangguran, tingkat konsumsi, dan kondisi pembiayaan/kredit yang dilakukan oleh Rumah Tangga.
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 43
Grafik 4.3 Non Performing Loan Kredit Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.4 Proprosi Pengeluaran Rumah Tangga
Di tengah kredit konsumsi rumah tangga yang meningkat, pertumbuhan DPK rumah tangga juga tercatat lebih
akseleratif. DPK rumah tangga mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7% (yoy) di triwulan I 2019 menjadi 9% (yoy) di
triwulan II 2019. Pertumbuhan DPK rumah tangga khususnya bersumber dari deposito dengan pertumbuhan mencapai
10%. Angka pertumbuhan tersebut meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7% (yoy). Selain
deposito, tabungan juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari pertumbuhan 7% di triwulan I 2019 menjadi
9% di triwulan II 2019.
Tren peningkatan DPK terus terjadi di tengah konsolidasi keuangan rumah tangga. Rumah tangga ditengarai terus
memperbaiki posisi keuangannya sejalan dengan optimisme rumah tangga yang tidak mengalami perubahan signifikan.
Dengan terus terpupuknya DPK dari rumah tangga, kerentanan rumah tangga di Sulawesi Selatan terus menurun yang
berarti rumah tangga cukup tahan mengalami guncangan (hingga 23 bulan) bilamana terjadi shock penurunan
pendapatan. Level ketahanan rumah tangga Sulawesi Selatan tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional dan wilayah lain
di Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Sumber: BPS
Sumber: Survei Neraca Rumah Tangga
Grafik 4.5 Pertumbuhan DPK Rumah Tangga dan Komponennya Grafik 4.6 Ketahanan Rumah Tangga Spasial di Wilayah Sulawesi Maluku dan Papua
Ke depan, rumah tangga diperkirakan akan tetap pruden dalam melakukan konsumsi sejalan dengan lebih moderatnya
keyakinan rumah tangga terhadap kondisi ekonomi. Indeks keyakinan konsumen menunjukkan penurunan optimisme
rumah tangga dibandingkan sebelumnya. Penurunan optimisme konsumen khususnya terjadi pada indeks kondisi
ekonomi saat ini yang dianggap tidak sebaik perkiraan sebelumnya. Namun demikian, indeks keyakinan konsumen tetap
berada pada teritori optimis namun dalam magnitude yang lebih rendah.
4.1.2 Asesmen Sektor Korporasi
Penyaluran kredit kepada korporasi cenderung lebih moderat di tengah fase konsolidasi korporasi. Fase konsolidasi
korporasi didefinisikan sebagai upaya korporasi menyeimbangkan kembali laporan keuangannya (baik asset maupun
liabilitas) di tengah deviasi kinerja ekonomi dari ekspektasi. Hal ini membawa konsekuensi pertumbuhan kredit korporasi
yang lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan kredit korporasi tercatat tumbuh sebesar 1,8% (yoy)
pada triwulan II 2019, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,8% (yoy).
Perlambatan kredit korporasi disebabkan oleh menurunnya penyaluran kredit investasi dan melambatnya
pertumbuhan kredit modal kerja. Kredit investasi mengalami penurunan yang cukup dalam dengan terkontraksi -2,5%
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
44 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
(yoy) pada triwulan II 2019. Penurunan tersebut ditengarai karena telah selesainya beberapa proyek investasi yang tenor
pinjamannya telah selesai. Masih belum kuatnya investasi domestik Sulawesi Selatan serta adanya alternatif pembiayaan
di luar perbankan diperkirakan menjadi alasan penurunan penyaluran kredit investasi. Selain kredit investasi,
pertumbuhan kredit modal kerja juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan kredit modal kerja tercatat sebesar 4,3%
(yoy) di triwulan II 2019 atau melambat cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,9%
(yoy). Lebih lambatnya penyaluran kredit modal kerja tersebut sejalan dengan arus perputaran barang korporasi yang
lebih lambat. Dengan perputaran barang yang lebih lambat serta kemampuan korporasi yang lebih terbatas dalam
meningkatkan harga, maka penyesuaian penggunaan kredit modal kerja merupakan hal yang wajar.
Sumber: Bloomberg Grafik 4.6 Perkembangan Kredit Korporasi Grafik 4.7 Pertumbuhan Penjualan dan Perputaran Barang Korporasi
Upaya korporasi melakukan konsolidasi keuangan terlihat dari peningkatan cash ratio korporasi. Cash ratio adalah rasio
kas dibandingkan terhadap total asset yang mengindikasikan perilaku korporasi yang lebih selektif dalam melakukan
ekspansi bisnis. Hasil RFABS (Regional Financial Account and Balance Sheet) Sulawesi Selatan menunjukkan perilaku risk
off yang diindikasikan dengan kenaikan cash ratio dari 18,7% di akhir 2017 menjadi 19,7% di 2018. Hal ini membuat giro
korporasi di perbankan Sulawesi Selatan juga mengalami peningkatan. Giro korporasi di perbankan mengalami
pertumbuhan sebesar 22,2% (yoy) pada triwulan II 2019 dari periode sebelumnya yang tumbuh 19,3% (yoy). Namun
secara umum, DPK dari korporasi cenderung melambat yang mengindikasikan fase konsolidasi akan segera berakhir. DPK
korporasi tumbuh sebesar 5% (yoy) pada triwulan II 2019 dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 22% (yoy).
Penurunan DPK berasal dari deposito yang terkontraksi sebesar -7% (yoy) di triwulan II 2019 dari sebelumnya tumbuh
37% (yoy) di triwulan I 2019.
Grafik 4.8 Rasio Kas terhadap Total Asset Korporasi Sulsel Grafik 4.9 Pertumbuhan DPK Korporasi
Dilihat dari sisi lapangan usaha, penyaluran kredit korporasi yang tumbuh paling signifikan terjadi pada sektor non-
tradable. Kredit pada sektor tradable (pertanian, pertambangan, dan industri) masih cenderung ekspansif, namun pangsa
yang relatif tidak dominan membuat pertumbuhan kredit secara keseluruhan relatif tertahan sejalan dengan kontraksi
kredit pada sektor non tradable. Lapangan usaha pengangkutan merupakan lapangan usaha yang mengalami penurunan
penyaluran kredit. Hal ini ditengarai sebagai dampak dari semakin maraknya bisnis transportasi daring yang membuat
margin usaha menurun sehingga memberikan tekanan profil risiko. Selain itu, kenaikan tarif angkutan udara yang
signifikan terjadi di Sulawesi Selatan diperkirakan turut andil dalam penurunan penyaluran kredit kepada lapangan usaha
ini. Deselerasi kredit juga terjadi pada lapangan usaha konstruksi sejalan dengan telah rampungnya beberapa proyek
pemerintah. Adapun lapangan usaha perdagangan cenderung stabil dalam hal penyaluran kredit.
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 45
Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Tradable Grafik 4.11 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Non Tradable
Langkah pruden yang diambil korporasi mampu menahan NPL berada di bawah threshold 5%. Di tengah perlambatan
konsumsi rumah tangga yang membuat inventory turnover korporasi juga menurun, langkah korporasi melakukan
konsolidasi keuangan membuat risiko kredit korporasi tetap terjaga. NPL kredit korporasi stabil pada kisaran 5% namun
dengan NPL kredit investasi yang meningkat dari sebelumnya 5,2% di triwulan I 2019 menjadi 5,8% di triwulan II 2019. Ke
depan, stabilitas sistem keuangan dari sisi korporasi diperkirakan tetap terjaga selaras dengan langkah korporasi yang
masih menjaga rasio keuangannya dalam level aman.
Grafik 4.12. Non Performing Loan Korporasi Menurut Penggunaan
4.1.3 Asesmen Sektor Institusi Keuangan (Perbankan)21
Dalam kondisi sektor rumah tangga memasuki fase yang lebih selektif dalam berkonsumsi, dan konsolidasi keuangan
korporasi, kredit yang disalurkan oleh perbankan Sulawesi Selatan juga cenderung melambat. Pertumbuhan kredit
tumbuh melambat menjadi 4,1% (yoy) pada triwulan II 2019 dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,4% (yoy).
Pertumbuhan kredit yang melambat disebabkan oleh deselerasi kredit investasi yang terkontraksi sebesar -2,5% (yoy) di
triwulan II 2019. Angka tersebut merosot dibandingkan periode sebelumnya yang masih tumbuh 10,6% (yoy). Selain
kredit investasi, kredit modal kerja juga mengalami perlambatan pertumbuhan penyaluran pada triwulan II 2019. Kredit
modal kerja tumbuh 4,3% (yoy), melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 7,9% (yoy). Moderasi
penyaluran kredit modal kerja sejalan dengan langkah korporasi yang mengurangi beban keuangannya dengan
mengurangi kredit modal kerja merespon keyakinan dunia usaha yang cenderung wait and see. Kredit konsumsi yang
tumbuh 7,4% (yoy) di triwulan II 2019 atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,5% (yoy) berhasil
menahan perlambatan kredit lebih dalam.
Likuditas perbankan di daerah Sulawesi Selatan masih mencukupi dengan penghimpunan DPK yang meningkat.
Pertumbuhan DPK di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan mencapai sebesar 8,7% (yoy) di triwulan II 2019.
Akselerasi DPK tersebut melanjutkan tren sejak semester pertama tahun 2018. Kenaikan DPK didorong oleh pertumbuhan
21Data perbankan lokasi bank
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
46 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
giro yang naik signifikan khususnya dari sisi korporasi. Pertumbuhan giro mencapai 16% (yoy) di triwulan II 2019, naik
signifikan dari periode sebelumnya yang sebesar 9% (yoy). Selain giro, tabungan juga mengalami pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan sebelumnya. Hanya deposito yang mengalami pertumbuhan lebih lambat pada triwulan II 2019.
Grafik 4.13. Perkembangan Penyaluran Kredit oleh Perbankan Grafik 4.14. Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Dalam fase konsolidasi korporasi dan perbankan, indikator perbankan Sulsel masih menujukkan pertumbuhan yang
baik. Rasio intermediasi masih menunjukkan angka lebih dari 100% yang berarti penyaluran kredit oleh perbankan
Sulawesi Selatan jauh melebihi DPK yang berhasil dihimpun di wilayah tersebut. Rasio LDR pada triwulan II 2019 adalah
138% atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan LDR tersebut sejalan dengan lebih lambatnya
pertumbuhan kredit di tengah ekspansi pertumbuhan DPK. Di sisi lain, risiko kredit bermasalah masih berada di bawah
threshold 5%. Posisi non performing loan (NPL) pada triwulan berjalan tercatat sebesar 3,7% atau cenderung stabil
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,7%. Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan risiko kredit guna
memastikan stabilitas sistem keuangan terjaga.
Grafik 4.15. Rasio Intermediasi dan Risiko Kredit
4.2. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Penyaluran kredit kepada sektor UMKM tetap meningkat di tengah konsolidasi korporasi Sulawesi Selatan.
Keberpihakan perbankan terhadap sektor UMKM terus meningkat sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk
mendorong penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Pertumbuhan kredit UMKM tercatat sebesar 8,7% (yoy) di triwulan
II 2019, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,6% (yoy). Akselerasi kredit khususnya terjadi
pada kredit modal kerja UMKM yang tumbuh sebesar 9,7% (yoy) dari posisi triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
8,2% (yoy).
Berdasarkan sub segmennya, kredit mikro merupakan pendorong utama pertumbuhan kredit UMKM. Pertumbuhan
kredit mikro pada triwulan II 2019 mencapai 13,4% (yoy) dari periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,3% (yoy).
Pertumbuhan tersebut memberi kontribusi sebesar 4,4% atau setengah dari pertumbuhan kredit UMKM Sulawesi
Selatan. Sub UMKM lainnya, yaitu kredit kecil dan menengah berkontribusi sebesar 4,4% terhadap pertumbuhan kredit
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 47
UMKM. Masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,6% (yoy) untuk kredit kecil dan 7,4% (yoy) untuk kredit
menengah. Dengan demikian seluruh sub UMKM mengalami pertumbuhan kredit yang meningkat.
Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank), diolah Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank), diolah Grafik 4.16. Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.17. Perkembangan Sub Kredit UMKM
Dari sisi lapangan usaha, kredit UMKM didorong oleh LU Perdagangan, Industri, dan Pengangkutan. Penyaluran kredit
pada ketiga sektor tersebut tumbuh masing-masing sebesar 7%; 20%; dan 20% (yoy). Eskalasi pada ketiga sektor tersebut
sejalan dengan pertumbuhan PDRB dari sisi lapangan usaha yang menunjukkan ekspansi. Adapun LU Pertambangan juga
mengalami pertumbuhan dual digit namun pangsanya yang relatif kecil membuat kontribusinya terhadap sektor UMKM
relatif terbatas. Di sisi lain, sektor UMKM yang mengalami kontraksi adalah listrik, gas, dan air yang mencapai -13% (yoy).
Tabel 4.1 Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank), diolah
Pertumbuhan kredit UMKM yang meningkat tetap diimbangi dengan risiko kredit yang tetap terjaga. Rasio NPL kredit
UMKM tetap berada di bawah ambang batas 5% walaupun sedikit mengalami peningkatan. NPL tercatat sebesar 4,8%
pada triwulan II 2019 atau sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada posisi 4,2%. Ke depan,
Bank Indonesia bersama pihak terkait akan terus mendorong perkembangan UMKM dengan tetap menjaga kualitas
kreditnya. Hal tersebut dalam rangka mendorong peran UMKM dalam perekonomian sebagaimana diamanatkan dalam
ketentuan bahwa penyaluran kredit kepada sektor UMKM setidaknya mencapai 20%. Dalam hal ini, perbankan di
Sulawesi Selatan telah melampaui ketentuan tersebut dengan menyalurkan 29,4% kredit kepada sektor UMKM.
Grafik 4.18. Rasio NPL Kredit UMKM Grafik 4.19. Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 48
5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG
RUPIAH
Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan
Pengelolaan Uang Rupiah
Nilai transaksi keuangan melalui RTGS pada triwulan II 2019
mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang
menguat pada triwulan berjalan. Upaya peningkatan penggunaan
non tunai di Provinsi Sulsel dilakukan melalui implementasi program
elektronifikasi jalan tol, transaksi keuangan Pemerintah Daerah,
bantuan sosial dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Sementara itu jumlah uang yang diedarkan untuk memenuhi
kebutuhan permintaan masyarakat tercatat net inflow sebesar Rp0,7
triliun. Kondisi net inflow karena peran Sulsel sebagai hub
perdagangan kawasan timur Indonesia, meskipun jauh lebih rendah
dibandingkan besaran triwulan sebelumnya .
Sementara untuk transaksi jual-beli valuta asing yang diawasi oleh
Bank Indonesia, pada triwulan II 2019 menunjukkan proporsi
penjualan valas lebih tinggi dibandingkan pembelian, dikarenakan
adanya peningkatan wisata ke luar negeri oleh masyarakat.
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 49
5.1. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
5.1.1 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang menguat pada triwulan berjalan, penyelenggaraan sistem pembayaran
non tunai oleh Bank Indonesia melalui RTGS mengalami peningkatan. Sepanjang triwulan II 2019, nominal RTGS tercatat
sebesar Rp11,2 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp10,1 triliun. Demikian
pula dengan volume RTGS pada triwulan II 2019 tercatat sebanyak 6.081 transaksi, meningkat dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebanyak 5.298 transaksi. Dilihat dari pertumbuhannya, volume RTGS pada triwulan II 2019
tercatat mengalami peningkatan sebesar 14,78% (yoy), dan nominal RTGS mencatatkan peningkatan sebesar 11,46%
(yoy).
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi RTGS
5.1.2 Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Transaksi non tunai yang dilakukan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Provinsi Sulsel
mengalami penurunan pada triwulan II 2019, baik nominal maupun jumlah warkat. Secara nilai, transaksi kliring
terkontraksi sebesar 5,1% (yoy) yang tercatat Rp11,2 triliun. Dari sisi jumlah warkat, transaksi kliring juga menyusut
sebesar 13,9% atau sebanyak 231 ribu warkat, lebih sedikit dari triwulan I 2019 yang mencapai 246 ribu warkat. Secara
rata-rata harian, transaksi kliring turun sedikit sebesar 5,1% (yoy), yaitu sekitar Rp199 miliar dari rata-rata harian pada
triwulan II tahun 2018 yang mencapai sebesar Rp211 miliar. Penurunan ini merupakan siklus tahunan, dimana terdapat
libur yang cukup panjang akibat adanya HBKN Idul Fitri. Hal ini menyebabkan lebih sedikitnya jumlah hari operasional
kerja SKNBI.
Tabel 5.1. Perputaran Kliring Total
Sumber: Bank Indonesia
Sebagai informasi, KPwBI Provinsi Sulsel memiliki wilayah kerja kliring debit yang mencakup 4 (empat) Koordinator
Pertukaran Warkat Debit (KPWD) yaitu di Kota Makassar, Parepare, Watampone, dan Palopo. Jumlah bank peserta
yang mengikuti kegiatan PWD di Makassar adalah 61 Bank, sedangkan untuk di ketiga wilayah lainnya adalah 12 Bank.
Keempat KPWD tersebut memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan pertukaran warkat debit di wilayahnya masing-
masing. Rata-rata harian jumlah warkat debit kliring selama triwulan II 2019 adalah sebagai berikut:
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019
Vol Transaksi Nom Transaksi (Rp Miliar) g. Vol (yoy) - rhs g. Nom (yoy) - rhs
I II III IV I II III IV I II
Total Perputaran Kliring
- Nominal (triliun rupiah) 14,88 11,36 12,85 13,30 12,45 11,79 12,88 13,01 11,74 11,20
- Lembar (ribuan) 328,45 278,64 300,06 311,77 285,58 269,21 287,29 281,52 246,03 231,84
Rata-rata Harian Total Perputaran Kliring
- Nominal (triliun rupiah) 0,24 0,21 0,20 0,21 0,20 0,21 0,21 0,20 0,19 0,20
- Lembar (ribuan) 5,30 5,26 4,76 5,03 4,61 4,81 4,63 4,40 4,03 4,14
URAIAN2017 2018 2019
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
50 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Tabel 5.2. Perputaran Kliring Debit
Sumber: Bank Indonesia
5.1.3 Perkembangan Layanan Keuangan Non Tunai dan Elektronifikasi Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi pembayaran non tunai menggunakan kartu ATM/D baik
secara nominal maupun volume tercatat menurun. Volume transaksi pembayaran non tunai menggunakan kartu ATM/D
pada triwulan II tercatat mencapai 24 juta transaksi, menurun sebesar 36,2% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, nominal transaksi pembayaran non tunai menggunakan kartu ATM/D tercatat mencapai Rp48 triliun,
menurun sebesar 3,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan pada volume dan nominal transaksi
mengindikasikan masyarakat banyak melakukan transaksi namun dengan nominal yang lebih kecil. Sebanyak 81,2%
transaksi masih berupa tarik tunai dan transfer interbank, sementara transaksi belanja (merchant dan online) masih
sangat minim sejalan preferensi penggunaan tunai yang masih tinggi.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.2. Volume dan Nominal Transaksi ATM/D Grafik 5.3. Pangsa Jenis Transaksi ATM/D Berdasarkan Nominal
Kinerja transaksi kartu kredit secara nominal dan volume mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, peningkatan jumlah kartu kredit mengindikasikan masih kuatnya konsumsi masyarakat kelas menengah
ke atas. Volume transaksi menggunakan kartu kredit pada triwulan II 2019 tercatat sebanyak 990.281 transaksi, turun
sebesar 16,64% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara paralel, nominal transaksi kartu kredit turun sebesar 16,26% (qtq),
atau tercatat sebesar Rp1.058 miliar. Sementara itu, NPL kartu kredit mengalami peningkatan menjadi 3,4% pada triwulan
II 2019 dari sebelumnya sebesar 3,3% pada triwulan I 2019, yang mengindikasikan adanya penurunan kualitas kredit
masyarakat.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.2. Volume dan Nominal Transaksi ATM/D Grafik 5.3. Pangsa Jenis Transaksi ATM/D Berdasarkan Nominal
TW I 2019 TW II 2019 TW I 2019 TW II 2019
Kota Makassar 1.886 1.937 57 59
Kota Pare-pare 40 43 1 4
Kabupaten Watampone 33 90 2 2
Kota Palopo 90 34 2 1
Rata-rata Harian Jumlah Warkat Debit Kliring
Penyerahan
Rata-rata Harian Jumlah Warkat Debit Kliring
PenyerahanWilayah Kerja
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 51
Perluasan jangkauan layanan keuangan pada masyarakat terus didorong melalui penyelenggaraan Layanan Keuangan
Digital (LKD). Berdasarkan rasio ketersediaan layanan keuangan dibandingkan kepadatan penduduk (population density)
yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah di Provinsi Sulsel (kepala/km2), terjadi stagnansi
rasio ketersediaan layanan keuangan melalui mesin ATM pada angka 1 : 18 (satu mesin ATM dapat melayani sejumlah 18
penduduk). Meskipun demikian, jumlah mesin ATM pada triwulan II 2019 meningkat 3,9% (yoy) mencapai 3.474 mesin.
Apabila ditinjau dari jumlah agen LKD, terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 181,9% (yoy) apabila dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlah Agen LKD pada triwulan II 2019 mencapai 13.921 Agen. Rasio
ketersediaan layanan keuangannya menunjukkan perbaikan dari 1 : 65 (satu Agen LKD dapat melayani sejumlah 65
penduduk) pada triwulan I 2019 menjadi 1 : 74 pada triwulan II 2019. Rasio ketersediaan layanan keuangannya
menunjukkan perbaikan dari 65 Agen LKD per kepadatan penduduk menjadi 74 Agen LKD per kepadatan penduduk.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.6. Jumlah Mesin ATM dan Rasionya Terhadap Population Density
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.7. Jumlah Agen LKD dan Rasionya Terhadap Population
Density
Monitoring dan evaluasi terhadap implementasi bantuan sosial non tunai terus dilakukan untuk mendukung efektivitas
dan efisiensi penyaluran yang berlandaskan prinsip 6T. Pada triwulan II 2019, progres implementasi bantuan sosial non
tunai di Sulsel yang terdiri dari Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH) masing-masing
tercatat sebesar 57,5% untuk penyerapannya dan 99,9% untuk penyalurannya. PKH pada triwulan II 2019 disalurkan
kepada 295.072 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan nominal bantuan sebesar Rp243,3 miliar di 24
kabupaten/kota, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2019 yang tercatat sebesar Rp408,6 miliar. Hal ini
disebabkan karena adanya bantuan awal sebesar Rp1,5 juta per KPM di setiap tahunnya yang dicairkan pada triwulan I
2019. Sementara itu, BPNT disalurkan kepada 323.538 KPM dengan nominal bantuan Rp35,6 miliar di 18 kab/kota, lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2019 yang tercatat sebesar Rp25,3 miliar. Hal ini disebabkan karena di bulan Juni
2019, terdapat perluasan BPNT ke 7 (tujuh) kab/kota. Sejalan dengan itu, penyerapan BPNT cenderung menurun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 88,6% dikarenakan perluasan BPNT tersebut
membutuhkan masa peralihan bagi KPM untuk menggunakan kartu Combo. Beberapa tantangan yang masih menjadi
kendala dan tantangan perluasan bansos non tunai antara lain adalah verifikasi dan validasi data KPM yang belum
dilakukan secara berkala oleh beberapa kab/kota, sehingga terdapat lag dalam penggunaan data KPM tersebut saat
penyalurannya; masih banyaknya daerah blank spot sehingga menghambat pencairan dana PKH dan BPNT; dan sebaran
ATM serta Agen Bank yang sangat minim dibandingkan wilayah lainnya secara nasional.
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.8. Penyaluran Bantuan Sosial PKH
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.9. Penyerapan Bantuan Sosial BPNT
98.20%98.40%98.60%98.80%99.00%99.20%99.40%99.60%99.80%100.00%100.20%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
I II III IV I II
2018 2019
Juta
Nominal Penyaluran (SP2D) Nominal Penyaluran % Penyaluran
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II
2018 2019
Juta
Nominal Penyaluran Nominal Penyerapan % Penyerapan thd Penyaluran
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
52 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Perluasan program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) non tunai telah dilakukan ke 2 (dua) kabupaten yaitu,
Barru dan Enrekang, masing-masing ke 12 (dua belas) sekolah. Perluasan penggunaan dana BOS non tunai sejalan
dengan keberhasilan pelaksanaan pilot project penggunaan dana BOS secara non tunai dan selesainya proses perizinan
aplikasi BOS non tunai Bank Sulselbar pada Januari 2019. Tingkat penyerapan (belanja dana BOS secara non tunai) sekolah
terhadap jumlah penyalurannya pada triwulan II 2019 mengalami penurunan yang hanya mencapai 5,4% dari sebelumnya
40,1% pada triwulan I 2019. Hal ini disebabkan karena masih adanya dana yang belum cair ke 6 (enam) sekolah di
Kabupaten Enrekang dan 6 (enam) sekolah di Kabupaten Barru, serta adanya transisi bagi sekolah yang berada pada masa
perluasan ini.
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.10. Penyaluran dan Penyerapan Dana BOS
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.11. % Penyerapan Terhadap Penyaluran Dana BOS
5.2. Pengelolaan Uang Rupiah: Perkembangan Aliran Uang Kartal22
Perkembangan aliran uang kartal di Sulsel pada triwulan II 2019 menunjukkan net inflow. Pada triwulan II 2019, aliran
uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp7,64 triliun, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar Rp6,49 triliun atau naik
sebesar 31,03% (yoy) (Grafik 5.14). Adapun aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia mengalami peningkatan dari
Rp2,45 triliun menjadi Rp6,98 triliun pada triwulan II 2019, secara tahunan meningkat sebesar 17,14% (yoy)(Grafik 5.15).
Dengan demikian, net inflow pada triwulan II 2019 tercatat sebesar Rp658,75 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar Rp4,03 triliun (Grafik 5.16). Kondisi net inflow tersebut diperkirakan terjadi karena Sulsel
merupakan hub perdagangan di kawasan timur Indonesia, sehingga uang kartal dari daerah sekitar cenderung masuk ke
Sulsel.
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.12. Aliran Uang Kartal Inflow
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.13. Aliran Uang Kartal Outflow
22 Termasuk data distribusi uang kartal melalui layanan kas titipan.Terdapat 4 (empat) kas titipan BI di Sulsel yaitu di Kabupaten Bulukumba dengan
plafon sebesar Rp150 miliar per hari, Kota Parepare dengan plafon sebesar Rp200 miliar per hari, Kota Palopo dengan plafon sebesar Rp200 miliar per hari dan Kabupaten Bone dengan plafon sebesar Rp150 miliar per hari.
- 400 800
1,200 1,600 2,000 2,400 2,800 3,200 3,600 4,000
IV I II III IV I II
2017 2018 2019
Juta
Penyaluran Penyerapan
45%
54%
37% 35%
26%
40%
5%0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
IV I II III IV I II
2017 2018 2019
Rp Triliun %, yoy
(30)(20)(10)010203040506070
0
1
2
3
4
5
6
7
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
Inflow Growth = sisi kanan %, yoyRp Triliun
(40)(30)(20)(10)010203040506070
0
1
2
3
4
5
6
7
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
Outflow Growth = sisi kanan
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 53
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.14. Selisih Inflow dan Outflow
5.3. Perkembangan Transaksi Jual-Beli Valuta Asing (Valas)
Berdasarkan pantauan Bank Indonesia terhadap aktivitas pedagang valas, proporsi penjualan valas sedikit lebih tinggi
dibandingkan pembelian valas. Penjualan valas pada triwulan II 2019 di Sulsel mencapai Rp714,68 miliar, sedikit lebih
tinggi dibandingkan pembelian valas Rp712,71 miliar. Namun demikian, baik transaksi penjualan maupun pembelian valas
mengalami penurunan, dengan persentase penurunan berturut-turut sebesar 13,67% (yoy) dan 15,45% (yoy). Tingginya
transaksi penjualan valuta asing pada triwulan II 2019 dikarenakan peningkatan wisata ke luar negeri oleh masyarakat
memasuki fase musim semi dibeberapa negara tujuan wisata.
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.15. Transaksi Pembelian Valas Grafik 5.16. Transaksi Penjualan Valas
Dari sisi jenis mata uang, sebagaimana gambaran secara nasional, perdagangan valas masih didominasi oleh mata uang
US Dollar, disusul Singapura Dollar, China Yuan, Ringgit, dan Euro. Pada triwulan II 2019, penjualan USD dan SGD masih
mendominasi dengan share masing-masing 32,89% dan 28,84%. Demikian pula halnya untuk transaksi pembelian, USD
dan SGD juga mencatat porsi tertinggi masing-masing sebesar 32,99% dan 28,41%.
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.17. Pembelian Valas oleh KUPVA
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.18. Penjualan Valas oleh KUPVA
Rp Triliun
Net Outflow
Net Inflow
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2017 2018 2019
yoyRp juta Pembelian (Rp Juta) g. Pembelian
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2017 2018 2019
yoyRp juta Penjualan (Rp Juta) g. Penjualan
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
54 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 55
6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Bab 6
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel mencapai 5,42% pada Februari
2019, meningkat dari Februari 2018 yang mencapai 5,39%.
Kondisi kemiskinan di Sulsel membaik seiring dengan penurunan jumlah
penduduk miskin di Sulsel hingga Maret 2019, terutama di wilayah pedesaan.
Perbaikan kemiskinan ini diikuti pula dengan perbaikan ketimpangan di Sulsel
dengan turunnya gini ratio menjadi 0,389 pada Maret 2019, lebih rendah
daripada gini ratio pada Maret 2018 sebesar 0,397.
Tingkat kesejahteraan petani tetap terjaga, terlihat dari Nilai Tukar Petani
(NTP) pada triwulan II 2019 yang tetap berada di atas batas impas (100).
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
56 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
6.1. Tenaga Kerja
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel pada
2019 lebih tinggi dari tahun sebelumnya. TPT mencapai
5,42% per Februari 201923, lebih tinggi dari posisi
Februari dan Agustus 2018 masing-masing sebesar
5,39% dan 5,34%. Peningkatan TPT di Sulsel dipengaruhi
secara langsung oleh pertumbuhan jumlah
pengangguran terbuka di Sulsel pada Februari 2019
sebesar 0,18% (yoy), dari 224,89 dan 213,10 orang pada
Februari dan Agustus 2018 menjadi 225,28 orang pada
Februari 2019. Kenaikan TPT ini, bersamaan dengan
turunnya angkatan kerja sebesar 0,34% (yoy),
diperkirakan terjadi karena pertumbuhan lapangan
usaha di awal tahun 2019 yang masih melandai.
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
Pada Februari 2019, tenaga kerja paling banyak diserap oleh lapangan usaha (LU) Pertanian, LU Perdagangan, dan LU
Industri Pengolahan. LU Pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja, yakni sebanyak 1,51 juta tenaga kerja atau
38,47% dari total tenaga kerja pada Februari 2019 (Tabel 6.2), diikuti oleh LU Perdagangan (739 ribu tenaga kerja, 18,8%),
serta LU Industri Pengolahan (317 ribu tenaga kerja, 8,07%). Pada LU Perdagangan dan LU Industri Pengolahan, terdapat
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sebesar 13,39% (yoy) dan 4,36% (yoy). Namun, penyerapan tenaga kerja pada LU
Pertanian justru tumbuh negatif sebesar -6,44% (yoy). Hal ini seiring dengan mekanisasi pertanian (penerapan alat-alat
pertanian modern seperti combine harvester atau alat panen gabah) yang diberikan oleh pemerintah24 dalam mendorong
produktivitas petani sehingga kebutuhan terhadap pekerja buruh untuk musim panen awal tahun 2019 berkurang.
Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
Sulsel mencatat penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada semester pertama 2019. Bardasarkan data
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2019, TPAK tercatat sebesar 65,29%, lebih rendah daripada periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 66,36%. Hal ini terjadi seiring dengan turunnya jumlah angkatan kerja dari Februari
2018 yang mencapai 4,17 juta orang menjadi 4,16 juta orang pada Februari 2019. Penurunan jumlah angkatan kerja ini
sejalan dengan pertumbuhan lapangan usaha di awal tahun 2019 yang masih melandai, mengakibatkan terbatasnya
pertumbuhan lapangan kerja. Kondisi ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan
23 BPS mengeluarkan perhitungan tenaga kerja 2 kali dalam setahun, yaitu Februari (yang rilis pada bulan Mei) dan Agustus (yang rilis pada November) 24 Informasi anekdotal
KEGIATAN UTAMAFebruari
2018
Agustus
2018
Februari
2019
Angkatan Kerja 4.174.181 3.988.029 4.159.838
a. Bekerja 3.949.296 3.774.924 3.934.557
b. Menganggur 224.885 213.105 225.281
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 66,36% 63,02% 65,29%
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,39% 5,34% 5,42%18,09% -0,28% 5,42%
KEGIATAN UTAMAFebruari
2017
Agustus
2017
Februari
2018
Agustus
2018
Angkatan Kerja 3.991.818 3.812.358 4.174.181 3.988.029
a. Bekerja 3.801.407 3.598.663 3.949.296 3.774.924
b. Menganggur 190.441 213.695 224.885 213.105
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 64,28 % 60,98 % 66,36% 63,02%
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,77 % 5,61 % 5,39% 5,34%
K EG IA T A N U T A M AFeb ru ari
2 0 1 7
A gu stu s
2 0 1 7
Feb ru ari
2 0 1 8
A gu stu s
2 0 1 8
A n gkatan K e rja 3 .9 9 1 .8 1 8 3 .8 1 2 .3 5 8 4 .1 7 4 .1 8 1 3 .9 8 8 .0 2 9
a . B e ke rja 3 .8 0 1 .4 0 7 3 .5 9 8 .6 6 3 3 .9 4 9 .2 9 6 3 .7 7 4 .9 2 4
b . M e n gan ggu r 1 9 0 .4 4 1 2 1 3 .6 9 5 2 2 4 .8 8 5 2 1 3 .1 0 5
T in gkat P artisip asi A n gkatan K erja (T P A K ) 6 4 ,2 8 % 6 0 ,9 8 % 6 6 ,3 6 % 6 3 ,0 2 %
T in gkat P en gan ggu ran T erb u ka (T P T ) 4 ,7 7 % 5 ,6 1 % 5 ,3 9 % 5 ,3 4 %
KEGIATAN UTAMAFebruari
2018
Agustus
2018
Februari
2019
Angkatan Kerja 4.174.181 3.988.029 4.159.838
a. Bekerja 3.949.296 3.774.924 3.934.557
b. Menganggur 224.885 213.105 225.281
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 66,36% 63,02% 65,29%
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,39% 5,34% 5,42%
Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Growth
(yoy)
A Pertanian 1,544,614 40.63% 1,391,639 38.67% 1,617,680 40.96% 1,426,501 37.79% 1,513,552 38.47% -6.44%
B Pertambangan 41,840 1.10% 28,447 0.79% 41,647 1.05% 24,283 0.64% 26,162 0.66% -37.18%
C Industri Pengolahan 279,668 7.36% 279,246 7.76% 304,224 7.70% 341,716 9.05% 317,478 8.07% 4.36%
D Pengadaan Listrik dan Gas 12,378 0.33% 11,292 0.31% 22,990 0.58% 9,217 0.24% 12,597 0.32% -45.21%
E Pengadaan Air 10,916 0.29% 7,136 0.20% 9,544 0.24% 9,586 0.25% 11,942 0.30% 25.13%
F Konstruksi 245,679 6.46% 232,673 6.47% 236,673 5.99% 254,738 6.75% 241,897 6.15% 2.21%
G Perdagangan Besar dan Eceran 666,962 17.55% 674,127 18.73% 652,232 16.52% 720,352 19.08% 739,575 18.80% 13.39%
H Transportasi dan Pergudangan 150,205 3.95% 156,112 4.34% 136,237 3.45% 156,019 4.13% 135,578 3.45% -0.48%
I Penyediaan Akomodasi 137,489 3.62% 118,521 3.29% 154,251 3.91% 134,126 3.55% 142,047 3.61% -7.91%
J Informasi dan Komunikasi 20,029 0.53% 21,546 0.60% 15,245 0.39% 20,069 0.53% 26,473 0.67% 73.65%
K Jasa Keuangan dan Asuransi 44,737 1.18% 35,924 1.00% 41,745 1.06% 47,853 1.27% 51,241 1.30% 22.75%
L Real Estat 890 0.02% 5,079 0.14% 801 0.02% 8,594 0.23% 2,367 0.06% 195.51%
M,N Jasa Perusahaan 19,482 0.51% 31,577 0.88% 28,630 0.72% 35,023 0.93% 51,544 1.31% 80.03%
O Administrasi Pemerintahan 239,782 6.31% 206,819 5.75% 262,878 6.66% 207,003 5.48% 257,238 6.54% -2.15%
P Jasa Pendidikan 246,833 6.49% 228,271 6.34% 253,103 6.41% 207,913 5.51% 233,565 5.94% -7.72%
Q Jasa Kesehatan 68,997 1.82% 74,101 2.06% 76,317 1.93% 68,630 1.82% 70,185 1.78% -8.03%
R,S,T,U Jasa Lainnya 70,906.00 1.87% 96,153 2.67% 95,099 2.41% 103,301 2.74% 101,116 2.57% 6.33%
Total 3,801,407 100% 3,598,663 100% 3,949,296 100% 3,774,924 100% 3,934,557 100% -0.37%
Agustus 2018 Februari 2019Februari 2018Februari 2017 Agustus 2017
Lapangan Pekerjaan Utama
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 57
pertumbuhan indeks ketersediaan lapangan kerja yang negatif dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya
(Grafik 6.2).
Sumber : BPS, diolah BI Sumber : Survei Konsumen, diolah
Grafik 6.1.Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Grafik 6.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
6.2. Penduduk Miskin25 Jumlah penduduk miskin pada Maret 201926 turun dibandingkan Maret dan September 2018. Jumlah penduduk miskin
pada Maret 2019 mencapai 767,79 ribu orang atau 8,69% dari total penduduk Sulsel, membaik dibandingkan kondisi
Maret 2018 yang berjumlah 792,63 ribu orang (9,06%) dan September 2018 yang berjumlah 779,64 orang (8,87%) (Grafik
6.3). Penurunan jumlah penduduk miskin secara signifikan terjadi di daerah pedesaan. Karena sebagian besar penduduk
pedesaan memiliki pekerjaan di sektor pertanian, maka penurunan jumlah penduduk miskin di pedesaan ini sejalan
dengan Nilai Tukar Petani (NTP) yang tetap berada di atas batas optimis (100) pada Maret 2019. Dilihat dari pangsanya,
jumlah penduduk miskin di pedesaan mencapai 77,84% dari total penduduk miskin Sulsel, sedangkan selebihnya (22,16%)
berada di perkotaan.
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
Grafik 6.3. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan Grafik 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Menurut Provinsi Maret 2019
Secara spasial, persentase jumlah penduduk miskin di Sulsel pada Maret 2019 relatif rendah dibandingkan provinsi lain
se-Sulawesi. Jumlah penduduk miskin Sulsel berada pada urutan kedua terendah (8,69%) setelah Sulawesi Utara (7,66%)
(Grafik 6.4). Sementara itu, persentase jumlah penduduk miskin tertinggi untuk wilayah Sulawesi terdapat di Provinsi
Gorontalo (15,52%).
25 BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. BPS mengeluarkan perhitungan kemiskinan 2 kali dalam setahun, yaitu Maret (yang rilis pada bulan September) dan September (yang rilis pada Januari).
26 BPS mengeluarkan perhitungan kemiskinan 2 kali dalam setahun, yaitu Maret (yang rilis pada bulan Juli) dan September (yang rilis pada Januari).
62.2
60.9
61.6
62.9
64.3
61.0
66.4
63.0
65.3%
60%
61%
62%
63%
64%
65%
66%
67%
Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb
2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
149.13 150.6 153.56 166.5 167.93 168.7 170.1
657.90 646.20 659.51 659.47624.70 610.94 597.69
9.40
9.24
9.38
9.48
9.06
8.87
8.69
8.20
8.40
8.60
8.80
9.00
9.20
9.40
9.60
-40
60
160
260
360
460
560
660
Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17 Mar 18 Sep 18 Mar 19
ribu orang
Kota Desa % Total Penduduk Miskin - Kanan
%
65.4984.74 170.1 71.82
21.2731.28
126.20
325.62 597.69 230.76
164.76
120.12
7.66
13.48
8.69
11.24
15.52
11.02
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar
%
Kota Desa % Total Penduduk Miskin - kanan
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
58 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
6.3. Rasio Gini27
Ketimpangan di Provinsi Sulsel membaik. Hal ini dapat dilihat dari nilai gini ratio Sulsel yang turun menjadi 0,389 pada
Maret 2019, dari sebelumnya 0,397 pada Maret 2018. Peningkatan jumlah nominal Dana Desa yang disalurkan serta
adanya program padat karya di 21 kabupaten di Sulsel diperkirakan turut berkontribusi dalam perbaikan ketimpangan di
Sulsel. Perbaikan ketimpangan ini sudah menjadi tren selama 3 tahun terakhir, di mana angka gini ratio Sulsel cenderung
menurun. Hal tersebut sejalan dengan penurunan jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan dan tren kenaikan nilai
tukar petani. Sementara itu, secara spasial, nilai gini ratio Sulsel pada posisi Maret 2019 berada pada peringkat kelima
terendah di Sulawesi.
Tabel 6.3. Nilai Gini Ratio di Pulau Sulawesi
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
6.4. Nilai Tukar Petani28
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2019 mengalami penurunan. Rata-rata indeks NTP Sulsel mengalami
penurunan dari 103,4 di triwulan I 2019 menjadi 102,35 di triwulan II 2019, meskipun masih berada di atas titik impas
petani yaitu 100 (Grafik 6.4). Hal ini disebabkan oleh penurunan rata-rata indeks yang diterima petani (dari 137,93 pada
triwulan I 2019 menjadi 137,75 pada triwulan II 2019, Grafik 6.6), sementara pada saat yang sama terjadi peningkatan
rata-rata indeks yang dibayar petani (dari 133,86 pada triwulan I 2019 menjadi 134,58 pada triwulan II 2019, Grafik 6.5).
Dengan demikian, rata-rata NTP Sulsel pada triwulan II 2019 mengalami kontraksi sebesar -0,42% (yoy), memburuk dari
NTP triwulan I yang tumbuh 1,7% (yoy).
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
Grafik 6.4. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani
Penurunan NPT Sulsel pada triwulan II 2019 didorong lebih rendahnya harga beras. Harga jual beras sebagai komoditas
utama pertanian Sulsel pada triwulan II 2019 mengalami penurunan. Meski demikian, tingkat kesejahteraan petani tetap
baik, tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) selama triwulan II 2019 yang selalu berada di atas batas threshold (100).
Untuk terus mendorong kesejahteraan petani, perlu dilakukan upaya berkelanjutan, seperti memperpendek rantai
27 Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara 0
(nol) dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna. 28 NTP merupakan rasio antara indeks harga yang diterima petani (it) dengan yang dibayar petani (ib), NTP = 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya..
2019
Mar-16 Sept-16 Mar-17 Sept-17 Mar-18 Sept-18 Mar-19
Sulawesi Selatan 0,426 0,400 0,407 0,429 0,397 0,388 0,389
Gorontalo 0,419 0,410 0,430 0,405 0,403 0,417 0,407
Sulawesi Tenggara 0,402 0,388 0,394 0,404 0,409 0,392 0,367
Sulawesi Utara 0,386 0,379 0,396 0,394 0,394 0,372 0,367
Sulawesi Tengah 0,362 0,347 0,355 0,345 0,346 0,317 0,327
Sulawesi Barat 0,364 0,371 0,354 0,339 0,370 0,366 0,365
Indonesia 0,397 0,394 0,393 0,391 0,389 0,384 0,382
2017 2018Provinsi
2016
Indeks yoy
-2,2
0,7
-3,5
2,4
1,70
-0,42
-5%
-3%
-1%
1%
3%
5%
85
90
95
100
105
110
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
Nilai Tukar Petani g.indeks - sisi kanan
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 59
distribusi dari produsen ke konsumen serta memperbaiki infrastruktur jalan dan jembatan ke pedesaan agar barang-
barang yang diperlukan lebih mudah didistribusikan kepada masyarakat.
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 6.5. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani
Indeks yoy
133.86
134.58
2.40 2.11
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
Indeks yang Dibayar Petani g.indeks - sisi kanan Indeks yoy137.93
137.75
4.14
1.68
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
Indeks yang Diterima Petani g.indeks - sisi kanan
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
60 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 61
Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2019 diperkirakan berada pada
kisaran 6,8 – 7,2% (yoy). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan tahun 2019 diperkirakan masih akan berada pada rentang 7,0
– 7,4% (yoy) dengan kecenderungan mendekati batas bawah. Sumber
pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun diperkirakan berasal dari konsumsi
rumah tangga sejalan dengan adanya faktor perayaan natal dan tahun
baru yang membuat rumah tangga lebih banyak melakukan konsumsi.
Konsumsi rumah tangga yang lebih ekspansif di akhir tahun diperkirakan
mengompensasi investasi dan konsumsi pemerintah yang lebih moderat. Dari
sisi perdagangan luar negeri, ekspor dan impor di akhir tahun diprediksi
tumbuh lebih lambat karena faktor hari kerja efektif yang menurun.
Cerminan pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan juga tergambar pada
sisi penawan dimana pertumbuhan akan didorong oleh lapangan usaha
perdagangan, transportasi, serta penyediaan akomodasi dan makan minum.
Di sisi lain, inflasi akhir tahun diperkirakan tetap berada sesuai sasaran
yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 3,5+1% (yoy). Inflasi
akhir tahun tersebut terjaga sejalan dengan inflasi tahun berjalan (year to
date) yang masih berada pada level rendah, yaitu 1,92%(ytd). Dengan sisa
5 bulan berjalan, inflasi diperkirakan akan tetap pada lintasan 3,5+1%
walaupun tekana inflasi akhir tahun tetap perlu diwaspadai. Mitigasi inflasi
akhir tahun tersebut akan dimitigasi melalui intensitas pertemuan koordinasi
TPID.
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
62 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan diperkirakan berada pada rentang 6,8 – 7,2% (yoy) di triwulan IV 2019.
Pertumbuhan pada triwulan IV 2019 diperkirakan masih akan bersumber dari permintaan domestik, khususnya dari
konsumsi rumah tangga di akhir tahun sejalan dengan perayaan natal dan tahun baru. Dari sisi konsumsi LNPRT (Lembaga
Non Profit Rumah Tangga), pertumbuhannya diperkirakan melambat sehubungan dengan telah berakhirnya momentum
pesta demokrasi. Dari sisi investasi, pertumbuhan diperkirakan cenderung stabil di tengah fase konsolidasi korporasi yang
terus berlanjut hingga akhir tahun. Dari sisi perdagangan internasional, pengaruh perang dagang yang semakin intens
antara Tiongkok dan Amerika diprakirakan tidak memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi Sulawesi Selatan yang
komoditas transaksi perdagangannya masih berada pada raw material.
Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan diperkirakan masih on track berada pada kisaran
7,0 – 7,4% (yoy) dengan kecenderungan berada di batas bawah. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Selatan semester I 2019 dibandingkan semester I 2018 mencapai sekitar angka 7,0% (yoy). Akselerasi yang tinggi pada
triwulan II 2019 mampu mengompensasi perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 2019. Pada semester kedua,
khususnya triwulan IV pertumbuhan diprakirakan akan cenderung stabil pada kisaran 6,8 – 7,2% sehingga membuat
keyakinan pertumbuhan ekonomi di akhir tahun tetap berada pada kisaran 7,0 – 7,4% (yoy).
Sumber: BPS,diolah. Ket.: Proyeksi oleh BI
Grafik 7.1. Perkembangan PDRB Sulsel dan Proyeksinya
Sebagaimana pada Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan periode Mei 2019, path pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan yang masih berada pada fase konsolidasi tersebut membuat pertumbuhan kredit cenderung lebih
rendah. Pertumbuhan kredit Sulawesi Selatan pada tahun 2019 diperkirakan akan lebi rendah dari perkiraan semula yang
berada pada rentang 8 – 10% (yoy). Pertumbuhan kredit diperkirakan akan kembali meningkat pada tahun 2020 yang
dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih ekspansif. Siklus bisnis dan finansial Sulawesi Selatan
mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit menjadi leading indicator pertumbuhan ekonomi dengan waktu yang
relative singkat. Kami memperkirakan pasca berakhirnya fase konsolidasi keuangan korporasi, pertumbuhan kredit akan
kembali meningkat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Grafik 7.2. Siklus Bisnis dan Finansial
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 63
7.1.1 Prospek Sisi Pengeluaran
Konsumsi rumah tangga diprakirakan menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2019. Faktor pendorong
pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan masih bersumber dari tarikan permintaan rumah tangga merespon
momentum hari raya natal dan tahun baru. Survei Bank Indonesia kepada konsumen mengindikasikan bahwa ekspektasi
pendapatan cenderung meningkat di tengah optimisme kegiatan usaha dan ketersediaan lapangan kerja yang lebih
moderat. Oleh karena itu, Bank Indonesia memperkirakan konsumsi rumah tangga akan tumbuh pada rentang 6,4 – 6,8%
(yoy) atau cenderung stabil dengan perkiraan pertumbuhan triwulan III. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut
diharapkan mampu mengompensasi perlambatan konsumsi LNPRT yang diprediksi melambat sejalan dengan telah
berakhirnya pesta demokrasi. Dari sisi investasi, pertumbuhan diperkirakan berada pada rentang 5,9 – 6,3% (yoy) atau
diperkirakan lebih lambat dibandingkan perkiraan pertumbuhan triwulan III. Hal ini disebabkan setidaknya oleh 2 faktor,
yaitu hari kerja efektif yang lebih sedikit sehingga kegiatan investasi bangunan akan lebih moderat serta optimasi kegiatan
produksi untuk memenuhi permintaan domestik sehingga investasi non bangunan (mesin) relatif akan tertahan. Secara
umum, domestic demand masih memegang kunci pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan.
Di sisi transaksi luar negeri, faktor harga komoditas diperkirakan tidak cukup kuat mengompensasi penurunan
kuantitas ekspor. Ekspor luar negeri Sulawesi Selatan diperkirakan terkontraksi pada rentang -6,1% hingga -5,7% (yoy).
Beberapa faktor yang terindikasi menyebabkan hal tersebut adalah lebih rendahnya ekspor nikel sebagai dampak dari
planned maintenance mesin smelter dari korporasi nikel di bulan Oktober. Pangsa nikel yang mencapai sekitar 50% ekspor
Sulawesi Selatan diperkirakan akan menurunkan nilai ekspor Sulawesi Selatan kendati harga komoditas nikel diprediksi
mengalami peningkatan. Adapun pada komoditas lainnya seperti kopi diprakirakan masih mengalami peningkatan ekspor
dalam level yang terbatas, namun kenaikannya tidak dapat mengompensasi penurunan ekspor nikel. Pada komoditas
kakao, masih terkendalanya produksi biji kakao juga membuat ekspor komoditas kakao belum akan pulih dalam waktu
dekat.
Sumber: Survei Bank Indonesia
Sumber: World Bank; Proyeksi: Quarterly Global Output, UOB
Grafik 7.2. Perkembangan Harga Internasional Nikel Grafik 7.3. Perkembangan Harga Internasional Bijih Besi
7.1.2 Prospek Sisi Lapangan Usaha
Dari sisi lapangan usaha, dominasi beberapa lapangan usaha utama Sulawesi Selatan akan menjadi penahan
pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2019. Lapangan usaha pertanian diperkirakan masih tumbuh positif walau dalam
magnitude yang relatif lebih rendah dari triwulan III 2019 sejalan dengan panen yang telah terjadi pada triwulan tersebut.
Lapangan usaha pertanian diperkirakan berada pada rentang 4,8 – 5,2 % (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan III
2019 yang diprediksi berada pada rentang 5,2 – 5,6% (yoy). Demikian pula dengan industri pengolahan yang diperkirakan
tumbuh pada rentang 3,4 – 3,8% (yoy) atau lebih rendah dari perkiraan triwulan III 2019. Hal ini didasari pada pola
historis bahwa peningkatan produksi di triwulan III 2019 merupakan langkah korporasi di Lapangan Usaha Industri untuk
memenuhi permintaan rumah tangga. Dengan hari kerja yang relatif terbatas di triwulan IV 2019, kinerja produksi
diperkirakan akan lebih moderat. Senada dengan lapangan usaha industri, Lapangan Usaha Konstruksi juga diperkirakan
tumbuh lebih melandai dengan faktor penentu yang sama. Lapangan usaha Konstruksi diperkirakan tumbuh pada rentang
7,0 – 7,4% (yoy), lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan triwulan III 2019 yang berada pada kisaran 7,9 – 8,3% (yoy).
Sumber pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2019 diperkirakan berasal dari Lapangan Usaha Perdagangan, Transportasi,
serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Peningkatan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan didorong oleh
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
64 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
meningkatnya kebutuhan masyarakat pada periode HBKN, yaitu natal dan tahun baru. Dinamika tersebut juga akan
tercermin pada ketiga lapangan usaha tersebut. Lapangan usaha perdagangan diperkirakan terakselerasi
pertumbuhannya di akhir tahun pada rentang 12,3 – 12,7% (yoy). Pertumbuhan tersebut menjadi katalisator utama
pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2019 dimana pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan sebelumnya tumbuh
pada rentang 8,7 – 9,1% (yoy).
Sejalan dengan Lapangan Usaha Perdagangan, Lapangan Usaha Akomodasi dan Makan Minum juga diperkirakan ikut
terakselerasi oleh pemintaan konsumsi rumah tangga yang lebih tinggi. Faktor libur akhir tahun diprakirakan
mendorong konsumsi rumah tangga yang semakin meningkat di luar residennya. Demikian pula dengan kunjungan
wisatawan yang memasuki masa puncaknya di akhir tahun, hal ini akan mendorong kinerja lapangan usaha penyediaan
akomodasi. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan lapangan usaha penyedia akomodasi dan makan minum akan
tumbuh pada rentang 8,3 – 8,7% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan triwulan III yang berada
pada rentang 7,9 – 8,3% (yoy).
Lapangan usaha pendorong lainnya adalah transportasi dan pergudangan yang mendapatkan tambahan permintaan
dari wisatawan domestik dan mancanegara pada akhir tahun. Pasca kenaikan tarif angkutan udara di tahun lalu, potensi
peningkatan penumpang paling mungkin terjadi pada akhir tahun sejalan dengan kondisi tarif angkutan udara yang sudah
berada di batas atas. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan pergudangan akan
berada pada rentang 8,3 – 8,7% (yoy).
Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan (Tahun Dasar 2010)
Sumber: BPS,diolah Keterangan : p) Proyeksi BI
Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2019 yang berada pada kisaran 6,8 – 7,2 % (yoy), maka
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada tahun 2019 diperkirakan masih on track pada kisaran 7,0 – 7,4% (yoy).
Momentum pertumbuhan tersebut akan tetap dijaga oleh Bank Indonesia bersama dengan pemerintah daerah dan
stakeholder lainnya melalui koordinasi kebijakan yang terus ditingkatkan intensitasnya. Perkiraan pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan tersebut juga sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada pada rentang 5,0 –
5,4% (yoy).
7.2 Prospek Inflasi
Inflasi Sulawesi Selatan diperkirakan on track berada pada rentang target 3,5 ± 1% di akhir tahun 2019. Hingga Juli
2019, inflasi tahun berjalan (year to date) adalah sebesar 1,92% (ytd). Dengan sisa bulan berjalan adalah 5 bulan, inflasi
diperkirakan akan berada pada rentang sasaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah di awal tahun. Secara khusus,
pada triwulan IV tekanan inflasi kumulatif (ctc) akan cenderung lebih tinggi merespon tarikan permintaan rumah tangga
(demand pull) di akhir tahun. Namun demikian, faktor panen di awal triwulan III 2019 serta upaya koordinasi TPID dalam
mengantisipasi tekanan inflasi akhir tahun diperkirakan akan menjaga inflasi tetap berada pada rentang sasaran.
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 65
Inflasi bahan makanan diprakirakan masih menjadi faktor pendorong inflasi di tengah stabilnya tarif angkutan udara.
Inflasi bahan makanan khususnya kategori bumbu-bumbuan seperti bawang putih dan aneka cabai diperkirakan masih
akan mewarnai dinamika inflasi Sulawesi Selatan di akhir tahun. Tekanan inflasi pada komoditas bahan makanan tersebut
akan dimitigasi melalui peningkatan kerjasama antar daerah serta upaya 4K yang lebih intensif. Tekanan inflasi bahan
makanan tersebut diperkirakan akan tertahan oleh base effect dari tarif angkutan udara yang pada akhir tahun diprediksi
tidak mengalami kenaikan karena faktor harga yang sudah berada di batas atas.
Sumber: BPS, diolah. Ket: angka proyeksi oleh BI
Grafik 7.4. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Sulsel
Upaya pengendalian inflasi pada semester kedua akan semakin ditingkatkan khususnya inovasi pengendalian harga
bahan makanan. Beberapa upaya antara lain adalah optimasi pemanfaatan smart truck inflation control di wilayah
Makassar yang merupakan inovasi dari pemerintah kota Makassar. Dengan bobot yang dominan, upaya tersebut
diprakirakan memberikan dampak yang signifikan terhadap harga bahan makanan. Demikian juga dengan zona lainnya
yang akan mengupayakan optimasi produksi serta perdagangan antar daerah. Selain zona atau wilayah yang disurvei
untuk memantau inflasi, upaya pengendalian inflasi juga akan dilakukan di luar wilayah tersebut seperti pada Kabupaten
Kepulauan Selayar yang terus berinovasi dalam menangani masalah inflasi.
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 66
LAMPIRAN
Lampiran
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Tabel A.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Tabel A.2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010(Rp Triliun)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Tabel A.3. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Tabel A.4. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Triliun)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14,682 15,888 17,422 13,477 61,469 15,458 17,114 18,361 13,941 64,874 15,894 18,045
B Pertambangan dan Penggalian 3,908 4,198 4,369 4,244 16,719 4,036 4,256 4,219 4,266 16,778 3,891 4,319
C Industri Pengolahan 9,659 9,826 10,294 10,628 40,407 9,982 9,710 10,288 10,808 40,788 10,807 10,803
D Pengadaan Listrik, Gas 66 66 69 72 273 67 72 76 78 292 73 76
E Pengadaan Air 82 87 88 87 345 90 94 93 90 367 94 97
F Konstruksi 8,142 8,593 8,842 9,181 34,758 8,803 9,164 9,835 10,069 37,872 9,409 9,909
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,592 10,553 11,304 11,030 42,479 10,691 11,911 12,669 11,861 47,132 11,743 13,109
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,447 2,588 2,837 2,803 10,676 2,765 2,953 3,097 2,963 11,778 2,872 2,923
H Transportasi dan Pergudangan 948 1,002 1,050 1,082 4,082 1,085 1,146 1,187 1,194 4,612 1,153 1,210
J Informasi dan Komunikasi 4,440 4,639 4,784 4,914 18,777 4,967 5,081 5,406 5,574 21,029 5,619 5,754
K Jasa Keuangan 2,452 2,567 2,575 2,681 10,275 2,684 2,787 2,646 2,638 10,755 2,649 2,724
L Real Estate 2,511 2,549 2,561 2,602 10,222 2,610 2,638 2,703 2,746 10,696 2,743 2,775
M,N Jasa Perusahaan 295 305 316 322 1,239 325 335 347 356 1,364 348 364
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,865 2,996 3,027 3,038 11,926 2,990 3,253 3,387 3,485 13,114 3,338 3,664
P Jasa Pendidikan 3,664 3,818 4,046 4,157 15,685 3,948 4,152 4,427 4,691 17,217 4,381 4,432
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,346 1,398 1,456 1,517 5,717 1,484 1,541 1,588 1,595 6,208 1,630 1,657
R,S,T,U Jasa lainnya 907 949 992 1,012 3,860 1,012 1,069 1,100 1,186 4,367 1,125 1,180
68,004 72,022 76,034 72,848 288,909 72,997 77,277 81,427 77,542 309,244 77,769 83,042
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010
PDRB
2017 2019**2018*
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 24,541 27,072 21,487 95,895 95,895 25,078 27,656 29,126 22,154 104,013 25,639 28,994
B Pertambangan dan Penggalian 5,490 5,735 5,877 22,475 22,475 5,341 5,828 5,873 5,657 22,698 5,018 5,808
C Industri Pengolahan 13,916 14,635 15,229 57,449 57,449 14,482 14,136 14,991 15,837 59,445 15,973 16,129
D Pengadaan Listrik, Gas 65 68 72 269 269 68 74 78 81 300 75 78
E Pengadaan Air 108 111 110 431 431 114 119 118 116 467 120 125
F Konstruksi 13,144 13,616 14,332 53,386 53,386 13,895 14,983 16,429 17,291 62,599 16,274 17,182
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 14,416 15,520 15,447 58,381 58,381 14,949 16,737 17,841 16,914 66,441 16,903 19,023
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,263 4,687 4,609 17,514 17,514 4,505 4,948 5,226 5,078 19,757 5,220 5,248
H Transportasi dan Pergudangan 1,397 1,467 1,513 5,696 5,696 1,526 1,620 1,685 1,701 6,533 1,651 1,751
J Informasi dan Komunikasi 4,914 5,088 5,226 19,933 19,933 5,330 5,468 5,906 6,076 22,780 6,130 6,211
K Jasa Keuangan 3,934 3,988 4,195 15,797 15,797 4,239 4,449 4,292 4,302 17,282 4,326 4,495
L Real Estate 4,014 4,061 4,153 16,151 16,151 4,157 4,221 4,338 4,428 17,144 4,456 4,525
M,N Jasa Perusahaan 453 472 485 1,845 1,845 499 514 539 554 2,106 540 572
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,548 4,626 4,689 18,195 18,195 4,612 5,117 5,342 5,583 20,654 5,359 6,211
P Jasa Pendidikan 5,220 5,715 5,878 21,756 21,756 5,492 5,918 6,315 6,702 24,426 6,272 6,369
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,991 2,093 2,202 8,189 8,189 2,172 2,274 2,356 2,386 9,188 2,452 2,511
R,S,T,U Jasa lainnya 1,366 1,437 1,471 5,568 5,568 1,478 1,588 1,652 1,792 6,508 1,704 1,794
97,786 103,780 110,392 106,974 418,932 107,935 115,648 122,107 116,652 462,342 118,113 127,027 PDRB
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 20102017 2019**2018*
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 36,453 37,409 38,131 38,513 150,507 38,995.06 39,896.78 40,612 41,223 160,726 41,650 42,870
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 792 809 817 837 3,255 970.33 984.96 874 935 3,765 1,342 1,494
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3,892 6,140 6,358 9,222 25,612 4,206.98 6,539.04 6,867 9,665 27,346 4,627 7,722
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 26,151 27,672 28,865 29,574 112,261 28,421.80 29,447.57 30,100 30,847 118,820 29,406 30,927
5 Perubahan Inventori 687 314 1,743 (590) 2,155 741.94 806.04 4 (634) 867 265 267
6 Ekspor 11,141 10,880 11,113 9,775 42,910 11,120.00 3,737.86 4,039 4,478 15,747 3,415 3,563
7 Impor 11,113 11,202 10,993 14,483 47,790 11,420.00 (1,147.95) 1,851 3,357 11,853 2,445 2,282
PDRB 68,004 72,022 76,034 72,848 288,909 73,018.12 77,314.02 81,486 77,542 309,244 77,769 83,042
No Komponen2018*2017 2019**
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 53,973.00 55,917.00 57,222 58,291 225,403 59,910 62,009 64,083 65,146 251,148 66,505 69,013
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,227.89 1,271.22 1,286 1,325 5,110 1,564 1,593 143 1,545 6,145 2,253 2,536
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5,825.41 9,355.07 9,753 14,275 39,208 6,691 10,554 11,400 16,119 44,828 7,767 13,498
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 36,238.06 38,668.33 40,435 41,727 157,069 40,238 42,116 43,839 45,747 171,944 43,760 46,224
5 Perubahan Inventori 972.29 474.57 2,535 (1,044) 2,937 1,324 1,430 8 (1,132) 1,539 232 235
6 Ekspor 16,659.40 15,528.78 16,605 15,097 63,890 16,758 5,549 6,354 6,553 23,296 5,101 5,427
7 Impor 17,110.56 17,435.66 17,445 22,696 74,687 17,834 (2,305) 1,024 4,937 19,313 3,855 3,670
PDRB 97,785.50 103,779.31 110,391 106,974 418,930 108,651 116,293 123,056 116,652 462,342 118,113 127,027
KomponenNo2018*2017 2019**
LAMPIRAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 67
Tabel A.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Juta)
Sumber : Badan Pusat Statistikm, Keterangan: P merupakan proyeksi Penduduk dari BPS
B. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Tabel B.1. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran
Sumber: BPS, diolah
Tabel B.2. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK
Sumber: BPS, diolah
Penduduk (Jiwa) 8.034.776 8.115.638 8.190.222 8.342.047 8.432.163 8.520.304 8.606.375 8.690.294 8.771.970 8.851.240 8.928.004
PDRB per Kapita (Juta Rp) 21,31 24,31 27,67 31,01 35,34 39,17 43,68 48,21 52,71
2019P 2020PKategori 2010 2011 2012 2013 2017P 2018P201620152014
Umum Bahan
Makanan
Makanan
Jadi,
Minuman,
Rokok, dan
Tembakau
Perumahan,
Air, Listrik,
Gas, dan
Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan,
Rekreasi, dan
Olahraga
Transpor
dan
Komunikasi
Triwulan I 109.16 111.25 108.80 109.10 108.00 105.49 103.66 110.65
Triwulan II 109.71 111.33 109.77 109.58 108.46 107.25 103.72 111.33
Triwulan III 111.72 114.94 112.34 111.74 110.06 108.51 105.35 111.29
Triwulan IV 116.89 125.03 114.11 114.88 110.82 109.25 105.45 121.49
Triwulan I 116.94 125.83 115.15 117.40 114.32 112.29 105.70 115.08
Triwulan II 118.55 128.30 116.95 118.18 113.74 113.18 106.16 118.01
Triwulan III 121.06 133.46 119.33 118.99 117.71 114.24 108.12 119.30
Triwulan IV 122.13 136.01 120.36 119.63 117.48 114.73 108.16 120.29
Triwulan I 123.62 141.22 121.28 121.08 119.52 115.87 108.29 118.70
Triwulan II 123.65 140.14 123.09 121.43 120.97 116.73 108.39 117.11
Triwulan III 124.78 142.15 124.12 122.12 121.39 117.10 108.96 118.73
Triwulan IV 125.71 144.66 124.73 122.94 120.97 117.78 109.05 119.24
Triwulan I 127.84 146.78 126.47 125.35 121.77 119.05 109.17 122.99
Triwulan II 129.20 147.41 127.67 128.53 123.45 119.49 109.27 123.52
Triwulan III 129.98 147.20 128.79 128.89 124.55 120.61 113.57 124.03
Triwulan IV 131,29 149.41 129.34 130.41 126.61 121.74 113.69 125.03
Triwulan I 132.57 154.46 130.40 131.06 126.58 122.41 113.88 124.16
Triwulan II 134.55 158.86 132.22 131.59 128.75 123.55 114.35 125.92
Triwulan III 134.00 155.17 133.18 131.98 128.03 123.99 114.73 125.91
Triwulan IV 135.89 157.15 133.56 132.49 128.89 125.08 115.11 132.00
Triwulan I 136.65 157.80 134.93 133.35 129.98 126.29 115.45 132.37
Triwulan II 138.56 164.98 137.00 133.70 133.24 126.65 115.51 130.55
2014
IHK
(Akhir Periode)
2019
2017
2018
2016
2015
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Makassar 124.40 124.16 125.50 126.44 126.44 128.69 129.79 130.61 132.10 132.10 133.28 135.21 134.60 136.70 136.70 137.68 139.38
Palopo 121.60 122.65 123.02 123.78 123.78 125.56 127.41 127.48 128.67 128.67 130.86 133.43 133.08 134.06 134.06 133.99 136.56
Parepare 119.77 120.53 120.52 122.09 122.09 122.84 124.60 125.44 126.28 126.28 126.87 128.08 129.54 128.76 128.76 129.41 132.60
Bone (Watampone) 118.27 119.46 120.08 120.27 120.27 122.81 126.06 126.73 126.93 126.93 128.87 131.76 132.24 132.88 132.88 131.83 134.20
Bulukumba 127.18 128.21 129.02 130.24 130.24 132.34 134.85 136.31 136.31 136.31 138.72 140.64 140.66 141.56 141.56 142.30 144.16
20182018
20172017
20162016 2019
Kota Inflasi
LAMPIRAN
68 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Tabel B.3. Angka Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK
Sumber: BPS, diolah
Tabel B.4. Kegiatan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Tahun 2019
No Tanggal Lokasi Perihal Tujuan Peserta
1 1/3/2019 Bulog Divre Sulselbar
Peluncuran program ketersediaan pangan
Optimalisasi persediaan pangan strategis, utamanya beras dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Sulsel selama 2019
Bulog Divre Sulselbar, Bank Indonesia dan Perbankan
2 1/9/2019 Café Batavia Nong Ki TPID Provinsi
Sulawesi Selatan dan Kota Makassar serta siaran pers
Sinergi program kerja pengendalian inflasi Provinsi Sulsel dan Kota Makassar serta komunikasi publik untuk mengarahkan ekspektasi inflasi
Anggota TPID Provinsi Sulawesi Selatan dan Kota Makassar
3 1/23/2019 KPw Bank
Indonesia Sulsel
FGD Komoditas Strategis: Perikanan
Tantangan dan upaya pengendalian inflasi komoditas perikanan
OPD terkait komoditas perikanan
4 2/6/2019 KPw Bank
Indonesia Sulsel
Rapat Koordinasi Persiapan Peresmian Pasar Induk Beras Pare-pare
Mendorong percepatan dan efektivitas pasar induk beras dalam pengendalian inflasi khususnya komoditas beras
Bulog Divre Sulselbar, Bank Indonesia dan perbankan
5 2/8/2019 Kota Sengkang FGD Pertanian FGD peta produksi dan alur distribusi
komoditas beras di Kabupaten Wajo dalam mendukung pengendalian inflasi komoditas beras
OPD terkait, Gapoktan dan Bank Indonesia
6 2/19/2019 KPw Bank
Indonesia Sulsel
FGD Pertanian FGD peta produksi dan alur distribusi komoditas beras di Kabupaten Gowa dalam mendukung pengendalian inflasi komoditas beras
OPD terkait dan Bank Indonesia
7 3/11/2019 KPw Bank
Indonesia Sulsel
Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Penguatan Sinergi Pengendalian Harga berdasarkan roadmap Pengendalian Inflasi 2019-2021
TPID Provinsi Sulawesi Selatan
8 3/13/2019 Balaikota
Makassar Nong Ki Pengendalian Inflasi Kota Makassar
Koordinasi pembuatan one page summary lintas anggota TPID Kota Makassar dalam rangka pemilihan TPID Terbaik tk Sulawesi
TPID Kota Makassar
9 3/26/2019 Baruga
Karaeng Pattingalloang
Rapat Koordinasi TPID Kabupaten Gowa
Koordinasi pengendalian harga jelang Ramadhan serta koordinasi pembuatan Laporan TPID dan one page summary 2018
TPID Kabupaten Gowa
10 3/28/2019 Hotel
Singgasana, Makassar
Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Koordinasi pembuatan laporan TPID dan one page summary 2018 dalam rangka penentuan TPID Terbaik
TPID Provinsi Sulawesi Selatan dan perwakilan TPID dari 24 kabupaten/kota
11 4/30/2019 Baruga
Karaeng Pattingalloang
Rapat Koordinasi TPID Kabupaten Gowa
Koordinasi pengendalian inflasi jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H, utamanya dari sisi ketersediaan pasokan dan komunikasi ekspektasi
TPID Kabupaten Gowa
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Makassar 6.38 4.63 3.36 3.18 3.18 3.45 4.53 4.07 4.48 4.48 3.57 4.18 3.02 3.48 3.48 3.30 3.08
Palopo 4.47 4.05 3.07 2.74 2.74 3.26 3.88 3.63 3.95 3.95 4.22 4.72 4.39 4.19 4.19 2.39 2.35
Parepare 3.82 2.12 1.56 2.11 2.11 2.56 3.38 4.08 3.43 3.43 3.28 2.79 1.55 1.96 1.96 2.00 3.53
Bone (Watampone) 1.94 2.67 2.02 1.50 1.50 3.84 5.52 5.54 5.54 5.54 4.93 4.52 4.35 4.69 4.69 2.30 1.85
Bulukumba 2.16 2.12 0.84 1.48 1.48 4.06 5.18 5.65 4.66 4.66 4.82 4.29 3.19 3.85 3.85 2.58 2.50
20182018
20172017
20162016 2019
Kota Inflasi
LAMPIRAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 69
No Tanggal Lokasi Perihal Tujuan Peserta
12 4/30/2019 Café The Boss, Kota Makassar
Rapat Koordinasi TPID Kota Makassar bersama Zona Makassar
Koordinasi pengendalian inflasi jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H, utamanya dari sisi ketersediaan pasokan dan komunikasi ekspektasi
TPID Kota Makassar dan Zona Makassar
13 5/4/2019 KPw Bank
Indonesia Sulsel
Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Koordinasi pengendalian harga jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H
TPID Provinsi Sulawesi Selatan
14 4/10/2019 Hotel Gammara, Makassar
Rapat Koordinasi Dinas Perdagangan dalam rangka HBKN 2019
Koordinasi pengendalian inflasi dari sisi ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H
Dinas Perdagangan se-Sulawesi Selatan dan TPID Provinsi Sulawesi Selatan
15 4/10/2019 Balaikota
Makassar Rapat Koordinasi Finalisasi Laporan TPID Kota Makassar 2018
Koordinasi akhir dalam rangka penyusunan Laporan TPID 2018 dan one page summary untuk program unggulan pengendalian inflasi di Kota Makassar selama tahun 2018
TPID Kota Makassar
16 5/2/2019 Rumah Jabatan
Walikota Pare-pare
High Level Meeting TPID Kota Pare-pare
Koordinasi lintas instansi untuk menjaga stabilitas harga jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H
TPID Kota Pare-pare
17 5/2/2019 Hotel Novena,
Bone High Level Meeting TPID Kabupaten Bone
Koordinasi lintas instansi untuk menjaga stabilitas harga jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H
TPID Kabupaten Bone
18 5/8/2019 Baruga Balaikota Makassar
Capacity Building TPID Kota Gorontalo
Sinergi dan transfer knowledge Pengendalian Inflasi Kota Makassar dan Kota Gorontalo
TPID Kota Makassar dan Kota Gorontalo
19 5/22/2019 Numericca 29,
Kota Makassar Nong Ki TPID Kota Makassar
Koordinasi Pengendalian Inflasi jelang Idul Fitri 1440 H, utamanya dalam aspek ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga
TPID Kota Makassar
20 5/23/2019 Panbakers
Latimojong, Kota Makassar
Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Koordinasi Pengendalian Inflasi jelang Idul Fitri 1440 H, utamanya dalam aspek ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga
TPID Provinsi Sulawesi Selatan
21 5/27/2019 KPw Bank
Indonesia Sulsel
FGD Identifikasi Harga Pokok Produksi dan Harga Jual 10 Komoditas Pertanian Zona Makassar
Identifikasi rantai distribusi komoditas strategis pertanian di Zona Makassar
TPID Zona Makassar
22 5/29/2019 Pasar Pabaeng-
baeng dan Pasar Terong
Sidak harga menjelang Idul Fitri
Langkah taktis untuk menjaga kestabilan harga jelang Idul Fitri
TPID Provinsi Sulawesi Selatan dan Satgas Pangan
23 6/18/2019 Kantor Dinas
Perdagangan Rapat Koordinasi Ketersediaan Pasokan
Koordinasi antar OPD untuk memastikan ketersediaan pasokan semester II 2019
TPID Provinsi Sulawesi Selatan
24 6/24/2019 Toarco Toraja
Coffee Rapat Koordinasi Rutin Pengendalian Inflasi Sulawesi Selatan
Koordinasi antar OPD dalam pengendalian inflasi berdasarkan 4K
TPID Provinsi Sulawesi Selatan
25 7/11/2019 Biro Ekonomi
Provinsi Sulawesi Selatan
Rapat Koordinasi Rutin Pengendalian Inflasi Sulawesi Selatan
Koordinasi antar OPD dalam pengendalian inflasi utamanya menjelang Idul Adha
TPID Provinsi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN
70 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
C. Perbankan
Tabel C.1. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Bank Pelapor) dan Kredit (Lokasi Bank) Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel C.2. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Proyek Pelapor) dan Kredit (Lokasi Proyek) Bank Umum (Rp Miliar)
Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah
Triwulan I 7,990 32,446 17,726 58,162 27,257 14,642 33,974 75,874 130.45%
Triwulan II 9,730 33,168 18,504 61,402 29,062 15,467 34,807 79,336 129.21%
Triwulan III 9,693 34,828 19,819 64,339 29,847 15,457 35,159 80,463 125.06%
Triwulan IV 7,995 37,428 20,690 66,112 31,442 16,241 35,877 83,560 126.39%
Triwulan I 10,154 34,147 22,118 66,420 32,776 16,482 36,045 85,304 128.43%
Triwulan II 11,820 34,881 22,166 68,867 34,627 16,500 36,436 87,563 127.15%
Triwulan III 12,471 37,491 22,472 72,433 34,876 17,476 37,558 89,911 124.13%
Triwulan IV 13,165 42,211 23,091 78,467 36,730 20,538 37,713 94,982 121.05%
Triwulan I 12,894 38,589 26,859 78,342 37,510 20,041 38,759 96,310 122.94%
Triwulan II 12,203 42,611 27,283 82,097 39,518 20,796 41,303 101,617 123.78%
Triwulan III 11,802 41,800 28,423 82,025 39,653 20,204 42,917 102,774 125.30%
Triwulan IV 10,388 44,994 27,014 82,396 39,952 20,221 43,718 103,890 126.09%
Triwulan I 12,434 41,400 28,057 81,891 40,620 19,830 44,347 104,798 127.97%
Triwulan II 12,532 43,973 28,726 85,232 42,311 19,946 45,898 108,154 126.89%
Triwulan III 11,995 44,899 28,138 85,032 42,853 19,358 47,047 109,258 128.49%
Triwulan IV 10,726 50,161 26,434 87,322 44,569 19,842 48,717 113,129 129.55%
Triwulan I 12,013 47,160 26,210 85,383 43,939 20,251 49,910 114,101 133.63%
Triwulan II 12,447 48,402 26,946 87,794 44,528 20,915 49,767 115,210 131.23%
Triwulan III 12,669 49,043 28,619 90,331 45,324 20,012 50,929 116,265 128.71%
Triwulan IV 11,324 53,314 28,175 92,813,524 45,756 20,022 52,139 117,917 127.05%
Triwulan I 13,089 49,803 29,474 92,366 44,943 21,021 52,766 118,731 128.54%
Triwulan II 14,441 52,723 28,208 95,372 46,260 21,047 53,723 121,030 126.90%
2019
2018
2017
2016
2015
LDRDPK KREDIT
Periode
2014
Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah
Triwulan I 7,984 32,314 17,705 58,003 28,996 17,088 34,752 80,836 139.37%
Triwulan II 9,714 33,024 18,489 61,226 31,057 17,232 35,865 84,154 137.45%
Triwulan III 9,681 34,652 19,797 64,131 31,697 18,030 36,523 86,250 134.49%
Triwulan IV 7,975 37,212 20,661 65,849 33,125 18,632 37,195 88,952 126.39%
Triwulan I 10,125 33,960 22,093 66,178 34,244 19,119 37,404 90,768 128.43%
Triwulan II 11,807 34,683 22,145 68,635 37,014 19,431 37,954 94,399 137.54%
Triwulan III 12,454 37,256 22,416 72,126 37,017 19,865 39,137 96,019 133.13%
Triwulan IV 13,150 41,907 23,019 78,076 38,556 22,774 39,933 101,263 129.70%
Triwulan I 12,881 38,342 26,778 78,002 38,920 22,507 40,853 102,280 131.13%
Triwulan II 12,178 42,311 27,185 81,674 40,809 23,420 43,398 107,627 131.78%
Triwulan III 11,788 41,544 28,309 81,640 40,590 22,771 45,040 108,401 132.78%
Triwulan IV 10,376 44,678 26,917 81,971 40,842 23,079 45,802 109,723 133.86%
Triwulan I 12,420 41,157 27,959 81,536 41,856 23,597 46,327 111,780 137.09%
Triwulan II 12,519 43,702 28,632 84,852 43,281 23,931 47,945 115,158 135.72%
Triwulan III 11,981 44,658 28,037 84,675 43,853 24,455 49,125 117,433 138.69%
Triwulan IV 10,649 49,842 26,318 86,809 45,317 23,660 50,795 119,771 137.97%
Triwulan I 11,961 46,884 26,078 84,924 44,925 24,428 51,945 121,298 142.83%
Triwulan II 12,428 48,117 26,807 87,352 46,954 27,322 51,985 126,261 144.54%
Triwulan III 12,640 48,777 28,461 89,878 47,927 25,306 53,021 126,255 140.47%
Triwulan IV 11,305 53,045 27,955 92,305 49,346 25,993 54,281 129,620 140.43%
Triwulan I 13,062 49,570 29,263 91,896 48,471 27,007 54,818 130,296 141.79%
Triwulan II 14,434 52,479 28,009 94,923 48,985 26,627 55,832 131,444 138.47%
2019
2018
2017
2016
2015
LDRDPK KREDIT
Periode
2014
LAMPIRAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 71
Tabel C.3. Penyaluran Kredit (Lokasi Bank) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)
Tabel C.4. Penyaluran Kredit (Lokasi Proyek) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)
Pertanian TambangIndustri
Pengolahan
Listrik, Gas,
dan AirKonstruksi Perdagangan Angkutan
Jasa Dunia
Usaha
Jasa Sosial
MasyarakatLain-lain
Triwulan I 1,405 377 3,918 218 3,043 24,334 2,960 3,747 1,828 34,043 75,874
Triwulan II 1,499 560 4,210 245 3,666 25,587 2,950 3,598 1,968 35,053 79,336
Triwulan III 1,435 537 4,283 232 4,173 25,748 2,951 3,581 2,115 35,408 80,463
Triwulan IV 1,506 509 4,747 350 4,366 27,033 2,820 3,662 2,340 36,226 83,560
Triwulan I 1,630 427 5,035 382 4,746 27,920 2,782 3,733 2,473 36,174 85,304
Triwulan II 1,788 390 5,109 413 4,902 29,003 2,693 4,037 2,681 36,547 87,563
Triwulan III 2,303 383 5,304 398 5,417 29,373 2,672 4,024 2,388 37,648 89,911
Triwulan IV 2,461 410 7,487 379 5,491 31,424 2,781 4,221 2,549 37,777 94,982
Triwulan I 2,681 430 7,239 306 5,483 31,959 2,824 4,117 2,462 38,809 96,310
Triwulan II 2,933 399 7,993 277 5,977 33,268 2,738 4,085 2,587 41,359 101,617
Triwulan III 2,998 372 8,104 267 6,305 32,431 2,730 4,234 2,392 42,941 102,774
Triwulan IV 3,280 336 7,582 248 6,698 32,555 2,627 4,278 2,518 43,767 103,890
Triwulan I 3,279 340 7,494 255 6,305 32,970 2,420 4,715 2,640 44,378 104,798
Triwulan II 3,514 333 7,555 222 6,602 33,787 2,508 4,889 2,819 45,926 108,154
Triwulan III 3,748 326 6,830 160 6,810 33,836 2,525 5,056 2,891 47,076 109,258
Triwulan IV 4,386 303 7,015 159 6,805 34,343 2,698 5,659 3,014 48,747 113,128
Triwulan I 4,533 308 6,979 147 6,574 34,104 3,064 5,569 2,883 49,937 114,101
Triwulan II 4,748 311 6,991 182 6,828 34,578 3,190 5,632 2,971 49,778 115,210
Triwulan III 4,966 325 7,524 200 6,999 34,617 1,996 5,652 3,048 50,939 116,265
Triwulan IV 5,232 381 7,413 230 6,047 35,435 2,115 5,685 3,224 52,155 117,917
Triwulan I 5,343 452 7,413 220 5,786 35,688 2,223 5,418 3,414 52,773 118,731
Triwulan II 5,571 517 7,483 204 6,070 36,319 2,178 5,624 3,327 53,736 121,030
2019
2018
2017
2016
2015
Total
2014
Kredit (Lokasi Bank)
Periode
Pertanian TambangIndustri
Pengolahan
Listrik, Gas,
dan AirKonstruksi Perdagangan Angkutan
Jasa Dunia
Usaha
Jasa Sosial
MasyarakatLain-lain
Triwulan I 1,388 586 4,063 1,554 4,175 25,246 2,522 4,613 1,867 34,821 80,836
Triwulan II 1,510 555 4,592 1,031 4,564 26,941 2,584 4,374 1,890 36,112 84,154
Triwulan III 1,454 543 5,153 1,886 4,968 26,883 2,517 4,043 2,031 36,772 86,250
Triwulan IV 1,530 470 5,501 2,022 5,169 28,161 2,420 3,976 2,160 37,544 88,952
Triwulan I 1,675 401 5,830 2,093 5,596 28,761 2,407 4,046 2,425 37,532 90,768
Triwulan II 1,779 411 6,487 2,340 5,761 30,356 2,343 4,249 2,610 38,063 94,399
Triwulan III 1,837 376 6,226 2,436 6,259 30,678 2,381 4,187 2,409 39,228 96,019
Triwulan IV 2,173 400 8,460 2,572 6,346 31,985 2,442 4,409 2,480 39,996 101,263
Triwulan I 2,368 407 7,984 2,290 6,262 32,480 2,501 4,637 2,449 40,902 102,280
Triwulan II 2,616 431 8,674 2,149 6,363 34,128 2,433 4,804 2,574 43,456 107,627
Triwulan III 2,592 402 8,398 2,203 6,496 33,399 2,414 5,022 2,412 45,064 108,401
Triwulan IV 2,852 390 8,039 2,239 6,522 33,784 2,314 5,165 2,567 45,851 109,723
Triwulan I 2,858 397 7,844 2,835 6,629 34,449 2,152 5,570 2,690 46,358 111,780
Triwulan II 3,110 381 8,145 2,823 6,812 35,080 2,224 5,725 2,882 47,976 115,158
Triwulan III 3,415 374 7,472 4,373 6,625 35,244 2,269 5,550 2,957 49,155 117,433
Triwulan IV 3,604 343 7,357 3,142 7,098 35,670 2,535 6,127 3,069 50,824 119,771
Triwulan I 3,749 433 7,442 3,297 6,816 35,633 2,875 6,102 2,976 51,970 121,298
Triwulan II 3,909 443 7,670 5,595 8,038 35,960 3,070 6,497 3,082 51,996 126,261
Triwulan III 4,095 450 8,623 4,447 8,298 36,250 1,821 6,255 2,983 53,031 126,255
Triwulan IV 4,434 565 9,107 4,549 7,909 36,937 1,982 6,676 3,165 54,295 129,620
Triwulan I 4,575 583 9,178 4,783 7,647 37,083 2,087 6,206 3,330 54,824 130,296
Triwulan II 4,754 681 8,933 4,655 7,416 37,473 2,048 6,186 3,451 55,845 131,444
2019
2018
2017
Total
2016
2015
2014
Kredit (Lokasi Proyek)
Periode
LAMPIRAN
72 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Tabel C.5. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank (Lokasi Bank)
Tabel C.6. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank (Lokasi Proyek)
Modal
KerjaInvestasi Konsumsi
Modal
KerjaInvestasi Konsumsi
Modal
KerjaInvestasi Konsumsi
Modal
KerjaInvestasi Konsumsi
Triwulan I 13.10 11.15 12.24 13.23 13.67 14.06 10.49 10.68 22.14 13.13 12.71 12.86
Triwulan II 13.26 11.44 12.41 13.51 13.53 14.05 10.08 10.72 22.94 13.33 12.75 12.97
Triwulan III 13.48 11.61 12.44 13.62 13.53 14.10 10.26 10.81 23.49 13.50 12.81 13.00
Triwulan IV 13.46 11.57 12.61 13.48 13.78 14.17 10.77 11.14 23.13 13.44 12.93 13.13
Triwulan I 13.81 12.12 11.45 14.04 15.29 14.74 10.03 11.38 23.11 13.25 13.13 13.59
Triwulan II 13.42 10.40 13.00 12.91 13.75 14.61 6.83 9.64 28.49 12.98 12.14 13.61
Triwulan III 13.28 10.26 13.22 13.01 13.69 14.62 8.84 11.46 28.73 13.09 12.00 13.76
Triwulan IV 12.95 9.53 13.31 12.86 13.34 14.72 9.52 11.89 28.40 12.86 11.30 13.82
Triwulan I 12.36 10.15 13.22 13.13 13.70 14.41 8.74 10.63 22.34 12.67 12.00 13.57
Triwulan II 11.91 10.01 12.90 12.85 13.54 14.28 8.47 11.44 23.74 12.29 11.77 13.28
Triwulan III 11.58 9.65 12.51 12.73 13.29 14.19 8.55 11.73 21.90 12.07 11.55 13.18
Triwulan IV 11.33 9.36 12.44 12.66 13.20 14.05 8.50 11.71 10.30 11.89 11.36 13.08
Triwulan I 11.09 9.08 12.34 12.14 12.76 13.79 8.64 11.61 9.91 11.56 10.99 12.93
Triwulan II 11.10 9.45 12.23 12.02 12.49 13.51 8.52 11.59 12.38 11.50 11.04 12.73
Triwulan III 10.99 9.28 12.02 11.75 12.07 13.29 8.82 11.18 12.44 11.31 10.77 12.53
Triwulan IV 11.00 9.43 11.96 11.37 11.88 13.13 8.03 11.01 10.89 11.13 10.51 12.26
Triwulan I 10.82 9.28 11.82 11.21 11.63 12.94 8.47 10.92 10.26 10.96 10.29 12.10
Triwulan II 10.45 9.31 11.82 11.15 11.47 12.80 8.35 10.89 9.79 10.76 10.22 12.06
Triwulan III 10.22 9.36 11.58 11.01 11.26 12.54 8.18 11.10 10.10 10.50 10.16 11.82
Triwulan IV 10.40 9.82 11.40 10.97 11.23 12.46 9.19 11.13 10.21 10.60 10.42 11.66
Triwulan I 10.49 9.48 11.30 11.17 11.13 12.43 8.50 10.93 10.14 10.73 10.14 11.58
Triwulan II 10.38 9.52 11.20 11.20 11.06 12.33 11.40 10.77 10.19 10.67 10.12 11.48
2014
2019
2018
2017
2016
2015
Bank Umum
Periode
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran
Modal
KerjaInvestasi Konsumsi
Modal
KerjaInvestasi Konsumsi
Modal
KerjaInvestasi Konsumsi
Modal
KerjaInvestasi Konsumsi
Triwulan I 13.03 10.53 12.42 13.11 13.59 13.97 9.30 10.71 21.87 13.03 12.19 12.99
Triwulan II 13.15 10.76 12.63 13.34 13.68 14.11 7.68 10.73 22.62 13.13 12.31 13.17
Triwulan III 13.36 10.50 12.70 13.50 13.72 14.19 6.50 10.81 26.08 13.23 12.15 13.28
Triwulan IV 13.37 10.37 12.90 13.15 13.76 14.29 7.20 11.14 26.76 13.13 12.13 13.45
Triwulan I 13.39 10.34 12.86 13.17 13.74 14.44 7.13 11.10 27.50 13.13 12.11 13.46
Triwulan II 13.43 10.39 13.00 12.91 13.76 14.61 6.83 9.64 28.49 12.98 12.15 13.61
Triwulan III 13.29 10.25 13.22 13.01 13.70 14.62 8.84 11.46 28.73 13.09 12.00 13.76
Triwulan IV 12.96 9.51 13.31 12.86 13.35 14.72 9.52 11.89 28.40 12.86 11.29 13.82
Triwulan I 12.30 9.54 13.46 12.94 13.51 14.65 8.76 10.63 28.18 12.56 11.37 13.89
Triwulan II 11.88 9.46 13.13 12.63 13.21 14.56 6.08 11.44 28.48 12.16 11.16 13.60
Triwulan III 11.54 9.15 12.83 12.56 13.04 14.39 5.74 11.73 26.35 11.95 11.03 13.47
Triwulan IV 11.31 8.96 12.77 12.63 12.80 14.30 7.27 11.71 24.08 11.88 10.81 13.38
Triwulan I 11.08 8.75 12.68 12.09 12.33 14.07 8.75 11.61 22.50 11.54 10.44 13.25
Triwulan II 11.08 8.81 12.50 11.90 12.01 13.79 6.03 11.59 20.23 11.40 10.36 13.00
Triwulan III 10.96 8.29 12.29 11.66 11.68 13.36 4.73 10.20 19.56 11.20 9.91 12.73
Triwulan IV 10.98 8.77 12.16 11.34 11.50 13.13 7.88 9.58 17.67 11.11 9.94 12.44
2018
Triwulan I 10.77 8.67 12.01 11.15 11.27 12.94 7.28 7.21 16.94 10.91 9.74 12.28
Triwulan II 10.47 8.66 12.03 11.11 11.23 12.83 6.46 7.33 17.96 10.70 9.66 12.27
Triwulan III 10.17 8.53 11.79 10.98 11.31 12.47 5.09 7.20 17.08 10.42 9.59 11.99
Triwulan IV 10.34 8.89 11.62 10.77 10.95 12.44 7.24 6.76 16.64 10.49 9.71 11.85
Triwulan I 10.43 8.70 11.52 10.92 10.82 12.33 7.10 6.72 15.89 10.59 9.51 11.75
Triwulan II 10.31 9.00 11.43 11.00 10.76 12.30 10.15 7.47 15.87 10.57 9.66 11.67
2019
2017
2016
2015
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran
2014
Bank Umum
Periode
LAMPIRAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 73
D. Ekspor dan Impor
Tabel D.1. Perkembangan Komoditas Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Ribu)
Sumber: Bea Cukai, diolah Ket: 10 besar komoditas ekspor sepanjang triwulan II 2019
Tabel D.2. Perkembangan Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Tujuan (US$ Juta)
Sumber: Bea Cukai, diolah Ket: 10 besar negara tujuan ekspor sepanjang triwulan II 2019
Tabel D.3. Perkembangan Komoditas Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ ribu)
Sumber: Bea Cukai, diolah Ket: 10 besar komoditas impor sepanjang triwulan I 2019
Tabel D.4. Perkembangan Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Asal (US$ Ribu)
Sumber: Bea Cukai, diolah Ket: 10 besar negara impor sepanjang triwulan I 2019
Q1 Q2 Q3 Q4 2017Pangsa
PasarQ1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Nikel 143.94 147.94 156.82 180.63 629.33 53.22% 170.45 204.16 204.98 197.31 47.92% 126.43 165.82 48.79% -22.49%
2 Biji-bijian berminyak dan Obat 13.80 13.06 16.06 26.46 69.38 5.87% 18.35 24.64 29.57 24.33 5.91% 20.54 27.19 8.00% 13.84%
3 Ikan dan Udang 28.76 32.00 32.81 34.54 128.10 10.83% 30.42 27.27 36.92 42.89 10.42% 32.15 26.12 7.69% -3.77%
4 Biji Coklat dan Coklat Olahan 24.83 22.25 36.51 30.06 113.66 9.61% 16.74 17.05 25.79 31.89 7.75% 25.94 24.43 7.19% 44.10%
5 Besi dan Baja - - 0.94 - 0.94 0.08% - - 0.90 8.13 1.98% 16.91 18.28 5.38% 0.00%
6 Garam, belerang, kapur 5.08 8.84 9.73 9.05 32.70 2.77% 8.75 16.54 12.00 18.35 4.46% 14.79 14.82 4.36% -19.62%
7 Lak, Getah dan Damar 0.99 0.52 1.60 1.96 5.08 0.43% 0.72 5.04 9.72 16.40 3.98% 13.66 13.89 4.09% 1232.63%
8 Buah-Buahan 16.32 12.43 12.11 17.62 58.49 4.95% 15.12 9.25 12.49 17.40 4.23% 18.05 12.42 3.65% 20.96%
9 Kayu, Barang dari Kayu 11.01 11.66 8.84 16.77 48.27 4.08% 13.51 14.71 14.81 19.50 4.74% 8.04 10.95 3.22% -27.87%
10 Sisa Industri Makanan 4.72 3.66 3.88 3.80 16.06 1.36% 5.66 3.24 5.58 4.49 1.09% 3.17 6.70 1.97% 61.17%
11 Lainnya 11.68 14.94 27.98 25.92 80.52 6.81% 23.26 28.41 30.88 31.08 7.55% 23.76 19.22 5.66% -39.48%
Nilai Ekspor Sulsel 261.13 267.31 307.30 346.80 1,182.54 100.00% 302.99 350.29 383.65 411.77 100.00% 303.45 339.84 100.00% -3.45%
Pangsa
PasarGrowth (yoy)
Komoditas Ekspor Utama
(dalam juta USD)
2017 2018Pangsa
Pasar
2019
Q1 Q2 Q3 Q4 2017Pangsa
PasarQ1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Nikel 143.94 147.94 156.82 180.63 629.33 53.22% 170.45 204.16 204.98 197.31 47.92% 126.43 165.82 48.79% -22.49%
2 Biji-bijian berminyak dan Obat 13.80 13.06 16.06 26.46 69.38 5.87% 18.35 24.64 29.57 24.33 5.91% 20.54 27.19 8.00% 13.84%
3 Ikan dan Udang 28.76 32.00 32.81 34.54 128.10 10.83% 30.42 27.27 36.92 42.89 10.42% 32.15 26.12 7.69% -3.77%
4 Biji Coklat dan Coklat Olahan 24.83 22.25 36.51 30.06 113.66 9.61% 16.74 17.05 25.79 31.89 7.75% 25.94 24.43 7.19% 44.10%
5 Besi dan Baja - - 0.94 - 0.94 0.08% - - 0.90 8.13 1.98% 16.91 18.28 5.38% 0.00%
6 Garam, belerang, kapur 5.08 8.84 9.73 9.05 32.70 2.77% 8.75 16.54 12.00 18.35 4.46% 14.79 14.82 4.36% -19.62%
7 Lak, Getah dan Damar 0.99 0.52 1.60 1.96 5.08 0.43% 0.72 5.04 9.72 16.40 3.98% 13.66 13.89 4.09% 1232.63%
8 Buah-Buahan 16.32 12.43 12.11 17.62 58.49 4.95% 15.12 9.25 12.49 17.40 4.23% 18.05 12.42 3.65% 20.96%
9 Kayu, Barang dari Kayu 11.01 11.66 8.84 16.77 48.27 4.08% 13.51 14.71 14.81 19.50 4.74% 8.04 10.95 3.22% -27.87%
10 Sisa Industri Makanan 4.72 3.66 3.88 3.80 16.06 1.36% 5.66 3.24 5.58 4.49 1.09% 3.17 6.70 1.97% 61.17%
11 Lainnya 11.68 14.94 27.98 25.92 80.52 6.81% 23.26 28.41 30.88 31.08 7.55% 23.76 19.22 5.66% -39.48%
Nilai Ekspor Sulsel 261.13 267.31 307.30 346.80 1,182.54 100.00% 302.99 350.29 383.65 411.77 100.00% 303.45 339.84 100.00% -3.45%
Pangsa
PasarGrowth (yoy)
Komoditas Ekspor Utama
(dalam juta USD)
2017 2018Pangsa
Pasar
2019
Q1 Q2 Q3 Q4 2017Pangsa
PasarQ1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Gandum 38.27 26.97 40.34 38.67 144.24 17.39% 33.65 25.07 44.07 28.53 45.78 24.45 18.39%
2 Gula dan Kembang Gula 0.83 30.70 39.70 33.02 104.25 12.57% 22.62 53.29 28.28 35.50 19.28 21.85 16.43%
3 Sisa Industri Makanan 13.00 21.65 17.28 23.38 75.30 9.08% 16.93 30.46 28.18 27.53 14.12 15.42 11.59%
4 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 60.89 42.91 21.54 14.17 139.51 16.82% 20.08 17.55 12.58 17.81 18.61 13.43 10.10%
5 Kapal laut dan bangunan terapung 6.98 2.50 - 9.23 18.70 2.25% 8.56 18.00 - 20.62 - 8.94 6.72%
6 Pupuk 4.32 9.92 0.31 10.18 24.73 2.98% 5.54 3.15 8.18 11.82 3.31 8.21 6.17%
7 Biji Coklat dan Coklat Olahan 3.36 3.90 5.09 0.70 13.04 1.57% 0.48 4.57 3.37 4.55 5.41 6.11 4.59%
8 Bahan Bakar Mineral - - - - - 0.00% - 0.48 0.00 1.63 1.61 5.86 4.41%
9 Besi dan Baja 0.97 3.09 2.25 2.17 8.47 1.02% 4.91 0.11 3.35 4.99 0.05 4.64 3.49%
10 Mesin dan Peralatan Listrik 37.86 16.43 43.84 35.69 133.82 16.13% 34.19 38.29 6.86 9.40 4.45 4.27 3.21%
11 Lainnya 34.48 52.11 59.27 21.65 167.51 20.19% 17.46 24.15 33.06 19.13 55.01 19.83 14.91%Nilai
ImpNilai Impor Sulsel 200.95 210.17 229.61 188.86 829.58 100.00% 164.42 215.14 167.94 181.50 167.63 133.01 100.00%
Pangsa
Pasar
Komoditas Impor Utama
(dalam juta USD)
2017 2018 2019
Q1 Q2 Q3 Q4 TotalPangsa
PasarQ1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pangsa
Pasar
1 Tiongkok 126.89 74.32 34.05 49.78 285.05 34.36% 27.75 29.58 38.55 47.07 29.71 38.67 29.07%
2 Argentina 10.87 17.93 15.49 20.54 64.83 7.81% 16.37 19.92 25.19 24.25 33.45 27.18 20.44%
3 Hongkong - - 0.03 0.03 0.06 0.01% 0.00 9.92 10.23 26.24 0.31 12.59 9.47%
4 Singapura 1.06 31.07 14.65 37.80 84.57 10.19% 24.49 48.96 22.68 11.37 24.23 11.01 8.28%
5 Kanada 9.15 12.43 8.38 18.02 47.98 5.78% 8.38 7.20 8.85 6.60 15.63 10.15 7.63%
6 Jepang 0.81 2.95 2.84 0.63 7.22 0.87% 9.52 4.68 0.86 3.51 0.51 7.97 5.99%
7 Malaysia 2.95 2.69 3.80 0.92 10.36 1.25% 5.66 3.79 3.89 4.40 4.47 4.89 3.68%
8 Korea Selatan 0.31 0.54 0.31 0.25 1.42 0.17% 0.19 0.20 2.70 0.36 0.62 3.39 2.55%
9 Amerika Serikat 10.08 5.87 13.08 2.84 31.87 3.84% 11.56 3.18 2.38 6.90 4.52 3.18 2.39%
10 Republik Dominika 0.72 1.13 1.91 0.24 4.01 0.48% - 1.06 - - 1.68 2.75 2.07%
11 Lainnya 38.10 61.23 135.06 57.81 292.20 35.22% 60.48 86.66 52.60 50.79 52.52 11.23 8.44%
Nilai Impor SulselNilai Impor Sulsel 200.95 210.17 229.61 188.86 829.58 100.00% 164.42 215.14 167.94 181.50 167.63 133.01 100.00%
2018NEGARA ASAL IMPOR
(dalam juta USD)
2017 2019
LAMPIRAN
74 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
E. Sistem Pembayaran
Tabel E.1. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Kertas di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Triliun)
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow
I 5.30 2.35 2.95 20.16% 36.73% 9.61%
II 4.07 3.83 0.24 25.78% 32.72% -31.43%
III 5.56 5.64 -0.08 14.19% 6.17% -82.13%
IV 4.31 4.10 0.21 5.51% -1.49% -358.75%
19.24 15.91 3.32 15.94% 13.10% 31.83%
I 6.18 2.26 3.93 16.72% -3.70% 32.93%
II 3.83 4.06 -0.22 -5.81% 5.97% -193.72%
III 5.70 5.99 -0.29 2.55% 6.24% 265.41%
IV 3.83 3.96 -0.12 -10.96% -3.43% -159.93%
19.55 16.27 3.29 1.66% 2.22% -0.99%
I 6.51 1.49 5.02 5.20% -34.03% 27.76%
II 3.47 5.02 -1.55 -9.55% 23.64% 589.17%
III 6.55 2.59 3.96 14.83% -56.85% -1473.25%
IV 4.29 2.08 2.21 12.03% -47.43% -1884.56%
20.82 11.17 9.64 6.46% -31.31% 193.23%
I 4.57 1.29 3.28 -29.73% -13.45% -34.56%
II 3.34 3.18 0.16 -3.56% -36.60% -110.48%
III 5.58 2.10 3.48 -14.84% -18.76% -12.28%
IV 3.68 1.99 1.69 -14.34% -4.24% -23.83%
17.17 8.56 8.61 -17.51% -23.36% -10.74%
I 5.80 2.25 3.55 26.94% 74.78% 8.16%
II 5.44 6.08 -0.64 62.72% 91.15% -493.93%
III 5.63 6.23 -0.61 0.92% 196.53% -117.54%
IV 4.97 4.81 0.15 35.04% 141.62% -90.87%
21.84 19.38 2.45 27.19% 126.28% -71.49%
I 6.49 2.49 4.00 11.82% 10.45% 12.69%
II 7.64 6.98 0.66 40.45% 14.89% -204.09%
2018
2018
2019
2016
2017
2017
Jumlah yoyPeriode
2014
2014
2015
2015
2016
LAMPIRAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 75
Tabel E.2. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Logam di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Juta)
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow
I 144.0 2198.6 -2054.6 388.7% 685.7% 720.6%
II 39.5 3221.8 -3182.3 -47.7% 314.3% 353.2%
III 227.8 3928.2 -3700.4 186.1% 295.8% 305.3%
IV 13.3 2072.4 -2059.1 -86.8% -21.1% -18.5%
424.6 11421.0 -10996.4 48.9% 144.2% 150.4%
I 3.5 1738.0 -1734.5 -97.5% -20.9% -15.6%
II 5.3 3660.0 -3654.7 -86.5% 13.6% 14.8%
III 34.4 2019.3 -1985.0 -84.9% -48.6% -46.4%
IV 2.7 5836.8 -5834.1 -79.9% 181.6% 183.3%
45.9 13254.2 -13208.3 -89.2% 16.1% 20.1%
I 2.0 4449.5 -4447.4 -43.0% 156.0% 156.4%
II 3.1 6433.7 -6430.6 -41.5% 75.8% 76.0%
III 55.5 3542.0 -3486.5 61.4% 75.4% 75.6%
IV 63.1 3982.5 -3919.4 2266.1% -31.8% -32.8%
123.7 18407.7 -18284.0 169.5% 38.9% 38.4%
I 112.1 3401.4 -3289.4 5442.6% -23.6% -26.0%
II 10.8 3852.0 -3841.2 247.7% -40.1% -40.3%
III 0.9 2859.0 -2858.1 -98.4% -19.3% -18.0%
IV 0.0 3345.8 -3345.8 -100.0% -16.0% -14.6%
123.8 13458.2 -13334.5 0.0% -26.9% -27.1%
I 1.0 2031.3 -2030.3 -99.1% -40.3% -38.3%
II 5.4 4061.0 -4005.8 -50.4% 5.4% 4.3%
III 0.8 5106.0 -5105.3 -14.2% 78.6% 78.6%
IV 2.1 2314.7 -2312.5 0.0% -30.8% -30.9%
9.3 13513.0 -13453.9 -92.5% 0.4% 0.9%
I 18.86 5577.92 -5559.06 1733.8% 174.6% 173.8%
II 0.29 1158.65 -1158.37 -94.69% -71.47% -71.44%2019
2018
PeriodeJumlah yoy
2014
2018
2017
2014
2015
2015
2016
2016
2017
LAMPIRAN
76 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Tabel E.3. Perkembangan Transaksi Nontunai Melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (Lembar & Rp Triliun)
Volume Nilai
I 29,191 0.67 -19.93% 21.02%
II 28,625 0.64 -17.68% 10.62%
III 30,355 0.68 -19.90% -22.79%
IV 32,940 0.81 -19.91% -23.34%
121,111 2.79 -19.40% -8.70%
I 34,547 0.89 18.35% 31.93%
II 38,973 1.03 36.15% 61.26%
III 53,395 1.62 75.90% 139.45%
IV 86,793 4.28 163.49% 431.65%
213,708 7.81 76.46% 179.88%
I 132,841 8.92 284.52% 901.91%
II 151,191 10.50 287.94% 921.91%
III 132,118 7.04 147.44% 335.36%
IV 146,241 7.28 68.49% 70.15%
562,391 33.74 163.16% 331.75%
I 137,126 6.54 3.23% -26.66%
II 131,837 5.93 -12.80% -43.56%
III 147,734 6.92 11.82% -1.64%
IV 158,824 7.35 8.60% 0.87%
575,521 26.73 2.33% -20.76%
I 149,197 6.99 8.80% 6.87%
II 145,269 6.70 10.19% 13.14%
III 132,236 5.56 -10.49% -19.68%
IV 139,697 6.16 -12.04% -16.12%
566,399 25.42 -1.58% -4.93%
I 122,837 5.68 -17.67% -18.67%
II 146,556 4.72 0.89% -29.62%
2018
2018
2016
2017
2017
2019
yoyVolume
(lembar)Periode Nilai (Rp Triliun)
2014
2015
2016
2014
2015
LAMPIRAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 77
H. Daftar Istilah
Istilah Keterangan
Administered prices Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah
Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari
resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk
meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor
Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah
Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas
Balance sheet Neraca
Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan
Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional
Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing, dan
risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan 2013-
2018
BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang
Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat
Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar
Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat
menggunakan metodologi yang berbeda
Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank
Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya
Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,
maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan
Credit Limit Batas kredit
Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi
Crisis management
protocol
Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan tanggung
jawab anggota tim itu
Debt ceiling Pagu hutang
Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara
Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi
Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum
Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif
Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral
Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan
Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan
nasabah
Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional
Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,
atau non-penting, atau diselamatkan
Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang pendek
Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali
Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian
LAMPIRAN
78 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Istilah Keterangan
Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,
dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran
Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah
Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar
keuangan dan industrialisasi
E-money Uang elektronik
Exchange rate pass
through
Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-
negara pengekspor dan pengimpor
External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan
Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga
Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau
untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat
Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiskal
Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap
sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman
Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang tanpa
risiko gagal bayar
Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah
pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan
Good corporate
governance
Tata kelola yang baik
Growth-supporting
funding facility
Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan
Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan
Idle money Uang yang tidak terpakai
Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor
Indeks kedalaman
kemiskinan
Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin
Indeks keparahan
kemiskinan
Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin
Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas
Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum
Inflasi inti
Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,
inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi
Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain
Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi
Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan
Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan
Investment grade Peringkat layak investasi
Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan
Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama
Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai
Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas
LAMPIRAN
Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 79
Istilah Keterangan
operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun
M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)
M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)
Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan
Margin Selisih
Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan
usahanya
Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan
Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang
Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan
Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, atau
bulan) terhadap satu bulan sebelumnya
Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet
Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan secara
simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang
Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka
pengendalian moneter
Pagu hutang / debt
ceiling
Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu
Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi
Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan
Price taker Pengambil harga
Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)
Push factor Faktor pendorong
Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan
pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau
Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu,
bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya
Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan
Second round effect Dampak lanjutan
Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek
Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain
Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya
Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan
pokoknya)
Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang
selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek
Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah
Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun
Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya
Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-bank
ritel
Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar
LAMPIRAN
80 Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Agustus 2019
Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Istilah Keterangan
Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,
atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional
Yield Imbal hasil
Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester, atau tahun) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya
Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd biasanya untuk mengukur
pertumbuhan secara akumulatif.
Yuan Mata uang Tiongkok