laporan pengaruh hormon tiroksin terhadap kecepatan metamorfosis katak 2

30
PENGARUH HORMON TIROKSIN TERHADAP KECEPATAN METAMORFOSIS KODOK (Bufo melanostictus) Laporan Penelitian Diajukan Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Fisiologi Hewan Oleh Dian Wahyu Bima Kuncara 4401409003 Rizkiya Eka Wahyuni 4401409015 Ainun Nikmah 4401409035 Sri Endhes Isthofiyani 4401409042 ROMBEL 2 PENDIDIKAN BIOLOGI 2009 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Upload: medina-fadlilatus-syaadah

Post on 23-Oct-2015

90 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

nnnnnnnnn

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

PENGARUH HORMON TIROKSIN TERHADAP KECEPATAN

METAMORFOSIS KODOK (Bufo melanostictus)

Laporan Penelitian

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Fisiologi Hewan

Oleh

Dian Wahyu Bima Kuncara 4401409003

Rizkiya Eka Wahyuni 4401409015

Ainun Nikmah 4401409035

Sri Endhes Isthofiyani 4401409042

ROMBEL 2

PENDIDIKAN BIOLOGI 2009

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

Page 2: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

A. Judul

PENGARUH HORMON TIROKSIN TERHADAP KECEPATAN

METAMORFOSIS KODOK (Bufo melanostictus)

B. Latar Belakang

Dewasa ini populasi Bufo melanostictus semakin berkurang. Hal ini

disebabkan semakin banyaknya orang yang memanfaatkan kodok. Sudah

sejak lama kodok dikenal manusia sebagai salah satu makanan lezat. Di

rumah-rumah makan Tionghoa, masakan kodok terkenal dengan nama swie

kee. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) karena paha kodok yang gurih

dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Kodok yang dikonsumsi

tersebut merupakan tangkapan dari alam.

Berkurangnya populasi kodok di alam menyebabkan munculnya berbagai

masalah seperti gagal panen akibat wereng yang semakin meningkat dan

berjangkitnya penyakit demam berdarah. Hal ini terjadi karena kodok sebagai

musuh alami dari serangga sudah jarang dijumpai di alam, sehingga populasi

serangga semakin meningkat. Keadaan ini menyebabkan ketidakseimbangan

jaring-jaring makanan di alam.

Selain itu kodok juga dimanfaatkan oleh peneliti dan mahasiswa untuk

bahan percobaan misalnya dalam percobaan termoregulasi yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu lingkungan terhadap suhu

kodok.

Jika populasi kodok yang dimanfaatkan setiap harinya oleh manusia tidak

terkendali, dikhawatirkan populasi kodok akan menurun, sedangkan

permintaan akan kodok selalu meningkat. Permasalahannya adalah

metamorfosis pada kodok yang terjadi di alam memerlukan waktu sekitar

tiga bulan sampai menghasilkan kodok dewasa. Sehingga diperlukan suatu

upaya membudidayakan bangkong kolong (Bufo melanostictus) dengan

teknik yang tepat dan cepat, salah satu upaya mempercepat metamorFosis

kodok dengan menggunakan hormon tiroksin.

Page 3: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

Hormon tiroksin merupakan hormon yang dapat mempengaruhi proses

metamorfosis kodok, yaitu dapat mempercepat tumbuhnya kaki belakang

diikuti dengan tumbuhnya tungkai depan dan degenerasi ekor.

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merumuskan masalah yang

menarik untuk dikaji, dengan melakukan penelitian yang berjudul

PENGARUH HORMON TIROKSIN TERHADAP KECEPATAN

METAMORFOSIS KODOK (Bufo melanostictus).

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut :

1. Apakah hormon tiroksin berpengaruh terhadap kecepatan metamorfosis

katak ?

2. Bagaimana pengaruh hormon tiroksin terhadap kecepatan metamorfosis

katak?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui apakah hormon tiroksin berpengaruh terhadap

kecepatan metamorfosis katak.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hormon tiroksin terhadap

kecepatan metamorfosis katak.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dan

masukan terhadap disiplin ilmu dibidang Biologi khususnya Fisiologi

Hewan. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi

peneliti lain yang akan meneliti dengan tema yang sama.

2. Manfaat Praktis

Page 4: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peternak katak agar

bisa membiakkan katak dalam waktu yang lebih cepat dengan

menggunakan hormon tiroksin.

F. Landasan Teori

1. Amphibi

Amphibia adalah hewan vertebrata yang dalam hidupnya membutuhkan

dua alam. Amphibi berasal dari kata “amphi” yang berarti rangkap dan “bios”

yang berarti hidup. Hal ini menunjukkan bahwa amphibi mempunyai fase

kehidupan di air dan kemudian mempunyai fase kehidupan di darat. Pada

kedua fase itu struktur dan fungsinya menunjukkan sifat antar ikan dan

reptilian dan menunujukkan bahwa amphibi merupakan suatu keolompok

chordaae yang pertama kali keluar dari kehidupan dalam air. Amphibi

mempunyai ciri-ciri khusus antara lain :

a. Kulit selalu basah dan berkelenjar (yang masih selalu di air atau

dekat air).

b. Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang; berjari 4 – 5

atau lebih sedikit; tidak bersirip.

c. Terdapat dua buah nares (lubang hidung sebelah luar) yang

menghubungkan dengan cavum oris. Terdapat klep untuk menolak

air (waktu dalam air). Mata berkelopak yang dapat digerakkan;

lembar gendang pendengar terletak di sebelah luar. Mulut bergigi

dan berlidah yang dapat dijulurkan ke muka.

d. Skeleton sebagian besar berupa tulang keras, tempurung kepalanya

memiliki dua condyl; bila memiliki costae (tulang rusuk) tidak

menempel pada sternum (tulang dada).

e. Cor terbagi atas tiga ruangan, yakni dua ruang auricular dan satu

ruang ventriculum; mempunyai satu atau tiga pasang archus aorticus;

erythocyt berbentuk oval dan bernukleus.

f. Pernafasannya dengan insang, paru-paru, kulit atau garis mulut (rima

oris). Pernafasan itu terpisah atau kombinasi. Insang terdapat dalam

Page 5: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

beberapa fase dalam sejarah hidupnya; memiliki pita suara baik pada

kintel maupun katak.

g. Otak memiliki 10 pasang nervi cranialis.

h. Suhu tubuh tergantung pada lingkungannya (poikiloterm).

i. Fertilisasi terjadi di luar tubuh atau di dalam tubuh, kebanyakan

ovipar; telur berkuning telur (yolk) dan terbungkus oleh zat gelatin;

membelah secara holoblastik tidak sama; tidak memiliki membrane

embryonic. Larva yang hidup di air mengealami fase metamorphosis

menjadi hewan dewasa (Maskoori Jasin, 1984 : 252).

Amphibi merupakan Tetrapoda atau vertebrata darat yang paling rendah.

Amphibi tidak diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan,

mungkin hal itu terjadi pada zaman Devon. Transisi dari air ke darat apda

amphibi tampak pada :

a. Modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, di samping masih memiliki

kemampuan berenang dalam air.

b. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip.

c. Merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara.

d. Penggantian insang oleh paru-paru.

e. Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru

dan kulit.

j. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik di udara

maupun di air (Maskoori Jasin, 1984 : 252).

2. Bufo

Salah satu hewan yang termasuk amphibi adalah Bufo. Klasifikasi Bufo

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Amphibi

Sub Kelas : Salientia (Anura)

Ordo : Procoela

Famili : Bufonidae

Page 6: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

Genus : Bufo

Spesies : Bufo melanostictus

Rana termasuk ke dalam sub kelas Salientia (Anura) yang mempunyai

ciri umum antara lain :

a. Kepala dan badan menyatu, tidak ada leher maupun ekor.

b. Kaki depan pendek, kaki belakang membesar untuk melompat dan

dilengkapi selaput antar jari (selaput renang)

c. Jumlah vertebrae ada 10 yang terakhir kecil memanjang disebut

Urostyle.

d. Tulang rusuk mereduksi atau tidak ada

e. Telur-telur diletakkan di luar dan fertilisasi eksternal dengan cara

berpelukan jantan dan betina dewasa, larva (berudu) kepala dan

badan menyatu berbentuk ovoid dan berekor panjang dengan pina

median, aquatic, mengalami metemorfosis.

Famili Ranidae (True Frogs) mempunyai ciri-ciri antara lain :

a. Giginya ada di rahang atas

b. Ujung lidah di posterior dan bercabang dua

c. Telur-telurnya biasanya dalam massa seperti tapioca.

3. Morfologi Bufo

Kodok berukuran sedang, pada hewan dewasa berperut gendut dan

berbintil – bintik kasar. Bangkong jantan memiliki panjang dari moncong

Page 7: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

ke anus yaitu 55-80 mm sedangkan pada hewan betina panjangnya 65-85.

Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap,

kekuningan, kemerahan sampai kehitaman. Terdapat bintil-bintik kasar di

punggung dengan ujung kehitaman. Sisi bawah tubuh berwarna putih

keabu-abuan berbintil agak kasar. Telapak tangan dan kaki warna hitam

atau kehitaman, tanpa selaput renang atau kaki dengan selaput renang

yang sangat pendek. Hewan jantan pada umumnya biasanya mempunyai

dagu dengan warna kusam kemerahan.

4. Metamorfosis Bufo

Metamorfosis dapat didefinisikan sebagai serentetan perubahan

pasca embrio yang meliputi perubahan struktur, fisiologi, biokimia, dan

perubahan tingkah laku (Duellman, 1986 :179).

Proses metamorphosis katak secara umum dimulai dari telur

amphibia yang terkena cairan sperma yang nampak diselimuti oleh lender

dan mengambang berkelompok di permukaan air. Telur-telur ini pada

awalnya nampak berwaran bening (terang), setelah empat jam kemudian

terlihat pada sebelah atasnya berwarna gelap. Pada kondisi demikian

bagian berwarna terang berada di bagian bawah. Telur yang mengalami

perubahan di atas menandakan bahwa telur tersebut sudah dibuahi. Proses

perkembangan telur disebut fase embrio. Fase embrio akan berakhir

sekitar empat minggu. Telur-telur katak tersebut akan menetas daalm

tempo dua hari dan dan menjadi berudu atau disebut juga fase larva. Fase

larva akan berakhir setelah tiga bulan.

Page 8: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

Metamorfosis pada kodok termasuk metamorfosis sempurna. Berikut

uariannya :

a. Kodok dewasa bertelur dan setelah 10 hari akan menetas dan

dinamakan berudu.

b. Setelah 2 hari lagi akan tumbuh insang luar yang berbulu yang

digunakan untuk bernafas.

c. Umur tiga minggu, berudu tersebut akan ditutup oleh kulit.

d. Umur delapan minggu kodok akan memiliki kaki belakang.

e. Umur dua belas minggu kaki depan akan terbentuk dan seiring itu kaki

belakang akan membesar dan ekor jadi mengecil. Setelah ekor hilang,

kodok akan bernafas dengan paru-paru dan dinamakan kodok dewasa.

Pada metamorfosis amphibi banyak sekali mengalami perubahan

baik secara morfologi maupun fisiologi.

a. Proses morfologi

Pada amphibi, metamorfosis berhubungan dengan perubahan persiapan

dari organisme aquatic unutk menjadi organisme darat. Perubahan

metamorfosis berlangsung secara dramatis dan kebanykan organ-

organnya telah termodifikasi. Perubahan ini meliputi hialngnya gigi dan

insang internal pada anak katak, seperti hilangnya ekor. Kemudian akan

terjadi proses pembentukan seperti seperti berkembangnya anggota

tubuh dan morfogenesis kelenjar dermoid. Perubahan lokomosi terjadi

terjadi dari pergerakan ekor menjadi terbentuknya lengan depan dan

lengan belakang. Insang mengalami degenerasi, paru-paru membesar,

otot dan tulang rawan berkembang unutk memompa udara masuk dan

keluar paru-paru.

b. Proses biokimia

Proses perubaaahan morfologi juga mengakibatkan terjadinya

transformasi biokimia selama metamorfosis. Pada berudu, fotopigmen

yang retina yang utama adalah porphyropsin. Pengikatan hemoglobin

(Hb) dengan O2 juga mengalami perubahan. Enzim yang terdapat di hati

Page 9: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

juga mengalami perubahan. Hal ini disebabkan adanya perubahan

habitat. Kecebong bersifat ammonotelik yaitu mensekresikan ammonia,

sedangkan kodok dewasa bersifat ureotelic yaitu mensekresikan urea.

Selama metamorfosis, hati mensekresikan enzim untuk siklus urea agar

dapat membentuk atau menghasilkan urea dari CO2 dan ammonia.

c. Perubahan spesifik

Pada setiap organ tubuh merespon stimulasi hormon dengan cara

berbeda. Stimulus yang sama menyebabkan diferensiasi dan

perkembangan yang berbeda. Respon hormon thyroid lebih spesifik

pada bagian-bagian tertentu. Pada ekor, hormon T3 menyebabkan

kematian dari sel-sel epidermal. Meskipun terjadi kematian dari sel-sel

epidermal pada ekor, kepala dan epidermis tubuh tetap melanjutkan

fungsinya.

5. Hormon Tiroksin

Hormon merupakan senyawa kimia, terdapat dalam darah dengan

kadar yang sangat rendah, mempunyai pengaruh terhadap pengaturan

metabolism alat atau jaringan spesifik. Hormon disekresi langsung ke

dalam darah dengan jumlah yang sangat kecil oleh sel-sel khusus.

Hormon-hormon diangkut lewat darah ke jaringan spesifik yang disebut

jaringan sasaran, dimana mereka melakukan pengaruh pengaturannya

(Montgomery, 1993 dalam Ning Setiati, 1998).

Hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) merupakan hormon

yang paling berperan dalam proses metamorfosis amphibi. Suatu bentuk

kontrol hormon tiroid pada anura dan perubahan pada metamorfosis,

menurut Etkin, 1968 dalam Ning Setiati, 1998 adalah sebagai berikut :

a. Premetamorfosis

b. Prometamorfosis awal

c. Akhir prometamorfosis

d. Metamorfosis klimaks

Page 10: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

Hormon yang mempunyai fungsi khusus dalam memacu proses

metamorfosis berudu katak sampai stadium dewasa merupakan hormon

yang telah diisolasi dari jaringan tiroid, hormon ini sudah merupakan

hormon yang mengandung yodium.

Metamorfosis dikontrol hormon thyroid. Hormon thyroid berfumgsi

untuk membentuk hubungan timbal balik dengan kelenjar pituitary yang

menyebabkan menginduksi thyroid untuk menghasilkan T3 dan T4 lebih

banyak. Selain itu, hormon thyroid juga berfungsi untuk transkripsi dan

mengaktivasi transkripsi pada beberapa gen. seperti transkripsi gen untuk

albumin, globin, keratin kulit dewasa diaktivasi oleh hormon thyroid.

G. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah eksperimen kualitatif.

b. Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi sebab-akibat untuk

mengetahui pengaruh keadaan pertama terhadap keadaan kedua. Pada

penelitian ini desain penelitian korelasi sebab-akibat untuk mengetahui

pengaruh hormon tiroksin terhadap kecepatan metamorfosis Bufo

melanostictus.

2. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek

penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi

(Sutrisno Hadi dalam Arikunto, 2006:116).

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas

Hormon tiroksin

b. Variabel terikat

Kecepatan metamorfosis kodok

c. Variabel kontrol

Suhu, cahaya, air, makanan.

Page 11: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

Dalam penelitian ini juga diadakan kelompok kontrol yaitu berudu

Bufo melanostictus yang tidak diberi hormon tiroksin dan kelompok

eksperimen yaitu berudu Bufo melanostictus yang diberi hormon tiroksin.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan sebuah penelitian sangat memerlukan adanya data

untuk memperkuat hasil penelitian tersebut. Metode pengumpulan data

yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan eksperimen,

yaitu memberikan perlakuan yang bervariasi terhadap objek penelitian.

4. Metode Pelaksanaan

Alat :

a. 5 buah bak plastik

b. Kamera digital

Bahan :

a. Berudu Bufo melanostictus

b. Hormon tiroksin berupa kemasan tablet Euthyrox

Cara Kerja :

a. Memelihara berudu fase metamorfosis dalam 5 bak plastik masing-

masing 15 berudu tiap bak.

b. Menambahkan hormon tiroksin (T4) pada bak 2, 3 dan 4. Bak 1

berlaku sebagai kelompok kontrol. Dosis yang digunakan yaitu 0,05

mg/liter, 0,075 mg/liter, 0,1 mg/liter, 0,125 mg/liter. (Ning Setiati,

1998)

c. Memelihara berudu hingga mencapai fase klimaks metamorfosis

d. Mengamati perbedaan kecepatan metamorfosis berudu pada tiap bak

5. Metode Analisis Data

Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan suatu

cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca

(readable) dan dapat ditafsirkan (interpretable), (Azwar, 2001 : 123).

Page 12: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah secara

deskriptif karena yang diperoleh adalah data perkembangan kecepatan

metamorfosis kodok.

Page 13: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

I. ANALISIS DATA

Pada bak 1 yaitu dengan kadar hormon tiroksin 0 mg/L atau bak yang

digunakan sebagai control, kecebong tidak mengalami perubahan sampai

hari kedelapan. Semua kecebong tetap hidup dan belum mempunyai

tungkai belakang ataupun tungkai depan.

Pada bak 2 dengan kadar hormone tiroksin 0,05 mg/L, kecebong mulai

memiliki tunas tungkai belakang pada hari ketiga. Ekor juga mulai

mengalami resorbsi. Pada hari ketujuh tungkai depan mulai terbentuk dan

semua kecebong bertahan hidup.

Pada bak 3 dengan kadar hormone tiroksin 0,075 mg/L pada hari ketiga

sudah mulai muncul tunas tungkai belakang. Tungkai belakang terbentuk

sempurna pada hari ke 4 dan terbentuk tungkai depan pada hari keenam.

Hanya 6 kecebong yang bertahan hidup dari total 15 ekor kecebong.

Pada bak 4 dengan kadar hormone tiroksin 0,1 mg/L tunas tungkai

belakang mulai muncul pada hari kedua. Pada hari ketiga tungkai belakang

sudah terbentuk sempurna. Tungkai depan mulai muncul pada hari ketiga.

Pada hari kedelapan semua kecebong mati.

Pada bak 5 dengan kadar hormone tiroksin 0,125 mg/L mulai muncul

tunas tungkai belakang pada hari ketiga dan tungkai belakang terbentuk

sempurna pada hari keempat. Pada hari kelima tungkai depan mulai

terbentuk. Semua kecebong mati pada hari kedelapan.

J. PEMBAHASAN

Penelitian yang kami lakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh

hormon tiroksin terhadap kecepatan metamorfosis kodok. Suatu bentuk

kontrol hormon tiroid pada perkembangan Bufo sp dan proses metamorfosis

menurut Etkin (1968) yang telah disempurnakan oleh M. Dodd dan J.Dodd

(1976) dan A. White dan Nicoll (1981) adalah sebagai berikut :

1. Selama premetamorfosis

Medula otak dan hipotalamus belum berkembang dan otak hanya

sedikit atau sama sekali tidak berpengaruh terhadap kontrol fungsi

adenohipofisis. Akibatnya sekresi prolaktin tinggi dan sekresi TSH

Page 14: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

turun sehingga prolaktin dapat meningkatkan pertumbuhan larva tanpa

pengaruh dari hormon tiroksin. Hormon tiroid memberi umpan balik

negatif pada sekresi TSH.

2. Selama Prometamorfosis Awal

Sekresi hormon tiroid meningkat, tetapi hal ini tidak berpengrauh

terhadap peningkatan protein plasma yang membentuk iodin. Hal ini

dimungkinkan karena kecepatan kerja hormon tiroid. Peningkatan

sekresi hormon tiroid dimungkinkan karena hasil dari peningkatan

TSH. Peningkatan ini menggambarkan perkembangan yang bertahap

dari pengaruh hipotalamus yang terdapat pada adenohipofisis. Tingkat

sekresi hormon tiroid bertambah secara kontinyu sehingga pada akhir

prometamorfosis kemampuan jaringan untuk mengikat dan

memanfaatkan hormon tiroid terpenuhi. Akibatnya peningkatan

pengeluaran hormon tiroid yang berkelanjutan menghasilkan

gelombang plasma hormon.

Peningkatan hormon tiroid juga meningkatkan perkembangan medulla

otak dan pembentukan pintu penghubung antara adenohipofisis dan

hipotalamus. Pada peningkatan proses ini, sekresi TRH yang tinggi

dapat mencapai pituitary untuk menstimulasi peningkatan sekresi

hormon tiroid. Peningkatan sekresi hormon tiroid dapat merningkatkan

perkembangan lebih lanjut pada medulla otak. Sehingga terjadi umpan

balik positif.

Selama kontrol hipotalamus pada fungsi pituitari berkembang, sekresi

prolaktin berada pada pengaruh kontrol inhibitor dan tingkat sirkulasi

prolaktin makin menurun. Hal ini menyebabkan kerja prolaktin

antagonis terhadap hormon tiroid menurun sehingga proses

perkembangan lebih cepat.

3. Prometamorfosis Akhir

Selama prometamorfosis akhir medulla otak dan jaringan

penghubungnya dengan hipofisis terbentuk. Terpenuhinya suatu

jaringan dengan hormon tiroid secara cepat dan melengkapi

transformasi (klimaks). Kadar prolaktin dalam darah berkurang secara

Page 15: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

drastis pada periode ini, menyebabkan penghambatan hipotalamus

secara maksimal. Jadi, perkembangan dari prolaktin penghambat

(prolaktin-mediated-inhibitor) dari kerja hormon tiroid diperkecil.

4. Selama Metamorfosis Klimaks

Selama metamorfosis klimaks interaksi umpan balik positif dari

hipotalamus-hipofisis-tiroid hilang. Hal ini mungkin terjadi karena

‘Aminergic fiber; yang berada pada adenohipofisis larva berpengaruh

pada umpan balik positif maupun negatif. Serabut ini hilang selama

metamorfosis klimaks. Jadi, peningkatan hormon tiroid selama

prometamorfosis akhir mungkin bekerja pada hipotalamus dan

menyebabkan serabut ini untuk meningkatkan sekresi TSH.

Peningkatan hormon tiroid juga menyebabkan degenerasi bertahap

pada serabut ini. Jadi, stimulus bagi sekresi TSH hilang dan

penghambatan aktivitas hormon tiroid dapat bekerja tanpa hambatan.

Dalam penelitian ini kami mengulangi percobaan tiga kali.

Percobaan pertama dan kedua gagal. Pada percobaan pertama kami

melakukan pengamatan dan penggantian air setiap dua hari sekali. Pada

pengamatan hari keenam kecebong mati dan percobaan gagal. Hal ini

diindikasikan karena pemberian makanan berupa pelet ikan dalam jumlah

yang berlebihan. Pellet ikan tersebut juga diindikasikan bereaksi negatif

dengan hormon tiroksin yang kami tambahkan pada air habitat kecebong

karena kecebong pada bak dengan kadar hormon tiroksin lebih tinggi lebih

banyak yang mengalami kematian. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh

penempatan kecebong pada tempat yang kurang cahaya matahari selama 3

hari sehingga hydrilla yang terdapat di dalam bak tidak dapat melakukan

fotosintesis.

Percobaan yang kedua pengamatan dilakukan sehari sekali dengan

penggantian air setiap dua hari sekali. Percobaan yang kedua juga

mengalami kegagalan. Pada pengamatan hari ke-empat kecebong. Kali ini

kematian kecebong disebabkan oleh air yang digunakan untuk habitat

Page 16: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

kecebong terkontaminasi oleh zat kimia karena kecebong pada semua bak

mati.

Karena kegagalan pada percobaan pertama dan kedua, kami

mengulangi percobaan untuk yang ketiga kali. Pada percobaan ketiga

pengamatan dilakukan setiap satu hari sekali dengan penggantian air dua

hari sekali. Pengamatan ini berjalan selama delapan hari. Berdasarkan data

hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa perkembangan kecebong

bervariasi sesuai dengan kadar hormon tiroksin yang diberikan. Pada kadar

hormon tiroksin sebanyak 0,1 mg/l menunjukkan perkembangan yang

paling signifikan daripada kecebong pada kadar yang lain. Tetapi, pada

hari keempat sudah ada kecebong yang mati. Pada hari ketujuh hanya

tersisa 2 ekor kecebong dan pada hari kedelapan semua kecebong mati.

Hal ini diindikasikan terjadi karena hormone tiroksin terlalu tinggi dan

kecebong hanya mampu bertahan dalam waktu yang relative singkat.

Kecebong tidak mampu bertahan hingga fase klimaks metamorfosis.

Hal yang serupa juga terjadi pada kecebong dengan kadar hormone

tiroksin 0,125 mg/L. kecebong juga mengalami perubahan dalam waktu

singkat, tetapi kecebong juga mempunyai daya tahan yang lebih singkat.

Berdasarkan analisis data, dapat diketahui bahwa kadar hormone

tiroksin yang mampu ditolerir oleh kecebong adalah 0,05 mg/L. Semua

kecebong tetap dapat bertahan hidup dan mengalami perkembangan yang

lebih cepat dari kelompok kontrol. Tetapi perkembangan pada kadar

hormone tiroksin ini tidak secepat pada kadar hormone tiroksin 0,1 mg/L

dan 0,125 mg/L.

Pengendalian hormon tiroksin pada kecepatan proses

metamorfosis

Pemacu metamorfosis adalah hormone tiroksin. Besar kecilnya

kadar tiroksin diekspresikan dalam tahapan metamorfosis. Pengaturan

sekresi tiroksin dilakukan oleh poros hipotalamus-hipofisis-kelenjar

tiroid. TRH dari hipotalamus memengaruhi sekresi. TSH dari hipofisis

memengaruhi pertumbuhan dan sekresi kelenjar tiroid untuk

Page 17: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

menghasilkan hormone tiroksin. (Handari dan Puniawati, 1990 dalam

Ning Setiati, 1998).

Keseluruhan tahap metamorfosis merupakan suatu integrasi dari

kelenjar endokrin. Produk hasil dari pengaruh perubahan morfologi

dan psikologi Amphibi adalah sebagai berikut :

Tingkat Endokrin dan Perubahannya Selama Metamorfosis Amphibi

Prometamorfosis

Struktur atau

factor

Premetamorfosis Awal Akhir Klimak

Otak

(Hipotalamus)

Medula otak

Produksi TRH

Aminergic fibers

Efek pada

prolaktin

Efek pada TSH

Tidak

berkembang

Tidak ada

Tidak

berkembang

Tidak ada

Tidak ada

Berkembang

Sedikit

Berkembang

Sedikit

inhibitor

Sedikit

kenaikan

Berkembang

baik

Banyak

Berkembang

baik

Inhibitor

meningkat

Meningkat

Berkembang

sempurna

Banyak

Hilang

Tidak ada

Tidak ada

Sekresi Pituitary

Prolaktin

TSH

Tinggi

Rendah

Menurun

Meningkat

Rendah

Tinggi

Menurun

Tinggi

sampai

akhir

klimaks

Hormon tiroid

(T3 dan T4)

Tingkat sekresi

Kadar Plasma

Rendah

Rendah

Tinggi

Rendah

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Rendah

Interrenal

steroid

Page 18: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

Aldosteron

Kortikosteron

Kortisol

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

Meningkat

Meningkat

dengan

lambat

Rendah

Tinggi

Meningkat

dengan

cepat

Meningkat

untuk

tingkat

dewasa

Menurun

Tinggi

Beberapa perubahan morfologi dan fisiologi yang dipengaruhi oleh hormon tiroksin selama metamorphosis katak :

Bentuk dan struktur tubuh

Anggota Badan

Sistem saraf dan organ

indera

Sistem pernapasan

Organ

Pembentukan kelenjar kulit

Degenerasi kulit dan otot ekor

Peningkatan rodopsin dalam retina

Degenerasi insang

Induksi enzim yang mengatur siklus urea dalam hati

Pembentukan mulut dan kepala

Pertumbuhan kulit dan otot kaki

Pertumbuhan otot mata luar

Degenerasi insang yang menutup operculum

Pembentukan usus

Pembentukan membrane niktitan pada mata

Perkembangan paru-paru

Pengerasan rangka tubuh

Pertumbuhan cerebelum

Pergantian dari hemoglobin berudu mjd hemoglobin katak dewasa

Page 19: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2

K. KESIMPULAN

Dari tinjauan teoritis dan uraian pembahasan dapat diambil kesimpulan

bahwa hormone tiroksin yang disekresi oleh kelenjar tiroid berperan dalam

proses metamorfosis Bufo melanostictus. Hormon tiroksin dalam proses

metamorfosis Bufo melanostictus berpengaruh dalam pembentukan tungkai

belakang dan tungkai depan disertai dengan resorbsi ekor.

L. DAFTAR PUSTAKA

Duellman, William E dan Linda Trueb. 1986. Biology of Amphibians. New

York : Mc. Graw-Hill.

Nugroho. E, dkk. 1993. Budidaya Kodok Raksasa. Semarang : Eka Offset.

Setiati, Ning. 1998. Peranan Hormon Tiroksin Terhadap Proses Metamorfosis

Katak Lembu ( Rana catesbiana ). Penelitian Jurusan Pendidikan Biologi.

Anonim. 2010. Bahan Ajar Taksonomi Hewan. Semarang : Laboratorium

Taksonomi Hewan Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

Norris, David O. 1980. Vertebrate Endocrinology. Philadelphia : Lea and

Febriger.

Page 20: Laporan Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Kecepatan Metamorfosis Katak 2