laporan penelitianlaporan penelitian stilistika alqur’an kajian ayat-ayat dalam bentuk kalam...

59
LAPORAN PENELITIAN STILISTIKA ALQUR’AN KAJIAN AYAT-AYAT DALAM BENTUK KALAM KHOBAR ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA CLUSTER INDIVIDU PENELITI : DR. H. AGUSTIAR, M.Ag NIP. 197108051998031004 DIBIAYAI OLEH DIPA BLU UIN SUSKA TAHUN 2018 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN SYARIF KASIM RIAU TAHUN 2018

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PENELITIAN

    STILISTIKA ALQUR’AN

    KAJIAN AYAT-AYAT DALAM BENTUK KALAM KHOBAR

    ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA

    CLUSTER INDIVIDU

    PENELITI :

    DR. H. AGUSTIAR, M.Ag

    NIP. 197108051998031004

    DIBIAYAI OLEH

    DIPA BLU UIN SUSKA TAHUN 2018

    LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN SYARIF KASIM RIAU

    TAHUN 2018

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Kajian stilistika merupakan bagian dari kajian linguistik modern.

    Pembahasannya meliputi hampir semua fenomena kebahasaan, hingga

    pembahasaan tentang makna. Ia mengkaji lafadz baik secara terpisah ataupun

    tatkala digabungkan ke dalam struktur kalimat.

    Kajian stilistika meliputi aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan

    semantik. Dari aspek sintaksis dan semantik penulis menemukan berbagai macam

    bentuk pola struktur kalimat dan maknanya yang tersirat dalam ayat Al-Qur’an

    khususnya dalam bentuk Kalam Khobar . Oleh karena itu menarik bagi penulis

    untuk mengkaji lebih dalam tentang bentuk stilistika ayat-ayat Al-Qur’an dalam

    bentuk Kalam Khobar dilihat dari segi bentuk strukutur dan makna yang tersirat

    dalam ayat-ayat tersebut.

    Alhamdulillah, berkat rahmat dan inayah dari Allah Swt, penulis dapat

    melaksanakan dan menyelesaikan serta menulis laporan penelitian ini sesuai

    dengan waktu yang telah ditentukan. Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih

    banyak kepada pihak universitas Islam Negeri Sulthan Syarif Kasim Riau yang

    telah membantu pendanaan dalam penyelesaian penelitian ini dan juga kepada

    pihak – pihak yang telah ikut mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian ini. Atas

    segala bantuan yang diberikan baik moril maupun materil mudah-mudahan

    mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin.

    Wassalam,

    Peneliti,

    Dr. H. Agustiar, M.Ag

    NIP. 197108051998031004

  • iv

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .................................................................................... i

    Halaman Pengesahan.......................................................................... ii

    Kata Pengantar.................................................................................... iii

    Daftar Isi .............................................................................................. iv

    BAB I : Pendahuluan........................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ................................. 1

    B. Permasalahan................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian.............................................

    D. Manfaat/Signifikasi Penelitian.........................

    3

    3

    BAB II :

    TINJAUAN TEORITIS .....................................

    4

    A. Pengertian Stilistika Al-Qur’an...................... 4

    B. Macam-Macam Stilistika................................ 7

    C. Karakteristik Stilistik Al-Qur’an..................... 8

    1. Ditinjau dari Segi Lafaẓ al-Qur’an............ 8

    2. Kemanfaatan Bagi Umat Manusia............ 9

    3. Memberi Stimulasi Bagi Akal dan

    Perasaan.................................................... 10

    D. Kalam Khobar................................................. 11

    1. Pengertian Kalam Khobar......................... 11

    2. Pola/Bentuk Kalam Khabari..................... 11

    3. Macam-Macam Kalam Khobar................. 11

    4. Bentuk-Bentuk Sarana/Alat Penguatan

    Kalam Khobar........................................... 12

    5. Tujuan Khabar........................................... 16

    E. Tinjauan Pustaka............................................. 18

    BAB III :

    METODE PENELITIAN..................................

    20

    A. Jenis Penelitian............................................... 20

    2. B. Pendekatan Penelitian .................................... 20

    3. C. Sumber Data.................................................... 21

    4. D. Metode Pengumpulan Data............................. 22

    5. E. Analisa Data.................................................... 23

  • v

    BAB IV :

    STILISTIKA KALAM KHOBAR DALAM

    ALQUR’AN ........................................................

    25

    A. Stilistika Al-Qur’an Dalam Bentuk Jumlah

    Ismiyyah Dan Fi’liyyah..................................

    25

    1. Jumlah Ismiyyyah...................................... 26

    2. Jumlah Fi’liyyyah...................................... 34

    B. Bentuk-Bentuk Stilistika Kalam Khobar

    Dalam Al-Qur’an Ditinjau Dari Segi

    Keadaan Mukhatthab ( Lawan Bicara). .........

    39

    1. Ayat-ayat yang mengandung unsur Kalam

    Ibtida’i........................................................

    2. Ayat-ayat yang mengandung unsur Kalam

    Thalabi.......................................................

    3. Ayat-ayat yang mengandung unsur Kalam

    Inkari..........................................................

    39

    41

    43

    C. Bentuk-Bentuk Lain Dari Stilistika Kalam

    Khobar Dalam Al-Qur’an Ditinjau Dari Segi

    Keadaan Mukhatthab ( Lawan Bicara)...........

    47

    1. Menganggap Mukhattab yang dalam

    keadaan munkar seolah-olah tidak munkar

    (kholiy zihni) .............................................

    47

    2. Menganggap Mukhattab yang dalam

    keadaan tidak tahu (Kholiy Zihni) seperti

    orang yang dalam keadaan bertanya-tanya

    atau ragu-ragu (sail mutaradid)..................

    3. Menganggap Mukhattab yang dalam

    keadaan tidak munkar sebagai orang yang

    munkar meskipun ia dalam keadaan

    bertanya-tanya atau ragu-ragu (sail

    mutaradid)..................................................

    D. Bentuk Stilistika Kalam Khobar Dalam Al-Qur’an Ditinjau Dari Segi Maksud dan

    Tujuan Penyampaiannya kepada

    Mukhattab ( lawan bicara)..........................

    1. Ayat-ayat yang mengandung makna Faidatul Khobar.......................................

    2. Ayat-ayat yang mengandung makna Lazimul Faidah ........................................

    48

    49

    50

    50

    51

  • vi

    BAB V :

    PENUTUP ........................................................... 53

    A. Kesimpulan..................................................... 53 B. Saran............................................................... 53

    DAFTAR KEPUSTAKAAN................... ..........................................

    6.

    54

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang Masalah

    Bahasa adalah sarana penyampaian maksud seseorang dalam

    berkomunikasi secara lisan dan tulisan.1 Penyampaian informasi dalam komunikasi

    merupakan fungsi bahasa yang paling penting. Elemen bahasa ini, secara garis

    besar, terdiri dari dua macam yaitu elemen bentuk dan elemen makna atau untuk

    ringkasnya disebut bentuk dan makna. Bentuk adalah elemen fisik tuturan yang

    diwujudkan dengan bunyi, morfem, kata, frase, kalimat dan wacana. Bentuk-

    bentuk fisik kebahasaan tersebut memiliki konsep yang bersifat mental dalam

    pikiran manusia yang disebut makna (sense). Dalam penggunaan bahasa terdapat

    gaya-gaya yang bervariasi yang disebut dengan gaya bahasa. Baalbaki

    mendefinisikan gaya bahasa atau uslub yaitu:

    نمط كالمي أو كتابي يتّبعه الفرد أو الجماعة باختيار عناصر لغوية معينة دون غيرها مما

    تتيحه اللغة

    Artinya: Cara pembicaraan atau penulisan yang diikuti (dipakai) oleh individu

    maupun kelompok dengan menggunakan unsur-unsur kebahasaan

    tertentu yang tidak dipakai pada yang lainnya.2

    Bahasa Al-Qur’an sebagai kalam Ilahi yang “diambil” dari bahasa Arab

    dalam Penggunaannya memiliki ciri khas atau gayanya sendiri. Menurut al-Qattan,

    bahasa Al-Qur’an sebenarnya tidak keluar dari aturan-aturan bahasa Arab, baik

    lafaz, huruf-hurufnya, susunan maupun uslubnya. Akan tetapi jalinan huruf-

    hurufnya serasi, ungkapannya indah, ayat-ayatnya teratur, serta mem3perhatikan

    situasi dan kondisi dalam berbagai macam bayannya, baik dalam jumlah ismiyah

    dan fi’liyah, nafi dan itsbatnya, dzikr dan hadzf-nya, tankir dan ta’rifnya, taqdim

    1 J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum, Jakarta, RUL. 1994, h. 5 2 Ramzi Munir Ba’albaki, Dictionary Of Lingusitik Term. English-Arabic,Beirut, Dār Al-Ilmi

    Lilmalayīn, cet. 1, 1990, h. 478 3

  • 2

    dan ta’khir-nya, ithnab dan ijaz-nya, ‘am dan khas-nya, muthlaq dan muqayyad-

    nya, maupun dalam hal lainnya.4

    Ungkapan Al-Qur’an dengan gaya bahasa /uslubnya yang khas tentunya

    tidak terlepas dari makna yang ingin disampaikan. Struktur bahasa Arab dalam

    bentuk Kalam Khobar baik dalam bentuk Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah

    memiliki makna yang dapat dipahami melalui pengenalan pola struktur dari

    masing-masing kalimat tersebut. Struktur kalimat Ismiyah misalnya terdiri dari

    mubtada’ dan khabar sedangkan struktur kalimat Fi’liyah terdiri dari fi’il, fail dan

    keterangan ( jar majrur atau zharaf ) atau terdiri dari fi’il, fail dan maf’ul. Pola-

    pola dari kedua jenis struktur kalimat tersebut tentunya memiliki makna tertentu

    sesuai dengan bentuk struktur masing-masing kalimat tersebut.

    Berdasarkan tela’ah penulis terhadap pola struktur kalimat dalam ayat-ayat

    Alqur’an khususnya dalam bentuk Kalam Khobar ditemukan adanya berbagai

    macam bentuk pola struktur kalimat dengan berbagai macam bentuk makna yang

    tersirat dalam ayat Al-Qur’an tersebut. Oleh karena itu menarik bagi penulis untuk

    mengkaji lebih dalam tentang stilistika ayat-ayat Alqur’an dalam bentuk Kalam

    Khobar dilihat dari segi bentuk strukutur dan makna yang tersirat dalam ayat-ayat

    tersebut dalam penelitian yang berjudul : STILISTIKA AYAT-AYAT

    ALQUR’AN DALAM BENTUK KALAM KHOBAR : ANALISIS

    STRUKTUR DAN MAKNA

    dengan tujuan di samping untuk menggali lebih dalam tentang pola

    struktur dan makna dalam kalam khobar, juga memberikan informasi kepada

    berbagai pihak baik secara perorangan maupun kelompok. Dan sejauh penulis

    ketahui upaya untuk meneliti atau menela’ah lebih dalam tentang Stilistika ayat-

    ayat Alqur’an dalam bentuk kalam khobar ini masih belum dilakukan, baik secara

    perorangan maupun secara kelembagaan baik lembaga negeri maupun swasta.

    4 Manna’ Khalil Al-Qhattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta, PT. Pustaka

    Litera Antar Nusa, 2009, h. 381-382.

  • 3

    B. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis berupaya untuk

    menghimpun dan menggali struktur dan makna ayat-ayat Al-Qur’an dalam bentuk

    kalam khobar dalam rumusan masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana bentuk stilistika ayat-ayat yang bernuansa kalam khobar dalam

    Alqur’an ?

    2. Bagaimana bentuk struktur dan makna yang tersirat dalam ayat-ayat yang

    bernuansa kalam khobar dalam Alqur’an ?

    C. Tujuan Penelitian

    Secara umum tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

    stilistika terhadap ayat-ayat yang bernuansa kalam khobar dalam Al-Qur’an.

    Namun secara khusus bertujuan sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui bentuk stilistika ayat-ayat yang bernuansa kalam khobar

    dalam Alqur’an

    2. Untuk mengetahui bentuk struktur dan makna yang tersirat dalam ayat-ayat

    yang bernuansa kalam khobar dalam Alqur’an.

    D. Manfaat /Signifikasi Penelitian

    Hasil penelitian tentang stilistika ayat-ayat al-Qur’an Dalam bentuk Kalam

    Khobar ini dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis

    hasil penelitian ini dapat mendukung dan mengembangkan teori pemahaman ayat

    al-Qur’an dari aspek sintaksis dan semantik dalam memahami kandungan makna

    ayat al-Qur’an. Bagi para peneliti bahasa secara umum, hasil penelitian ini

    diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang cukup berarti, khususnya dalam

    mempelajari keunikan dan variasi bentuk susunan kalam dan makna dari ayat suci

    al-Qur’an.

    Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh para pecinta

    al-Qur’an, karena selama ini uraian yang mendetail tentang keanekaragaman

    kaidah penafsiran Alqur’an khususnya dalam memahami uslub ( gaya bahasa ) al-

    Qur’an jarang sekali di temukan.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang objek kajian dalam

    penelitian ini, maka penulis terlebih dahulu menjelaskan pengertian dari beberapa

    istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, yakni :

    1. Stilistika Al-Qur’an

    A. Pengertian Stilistika al-Qur’an

    Stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stil (style) adalah

    cara-cara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu,

    sehingga tujuan yang dimaksud dapat dicapai secara maksimal.5

    Mengutip pendapat Gorys Keraf, Syihabudin Qulyubi dalam bukunya

    stilistika al-Qur’an mengatakan bahwa: dalam kata style diturunkan dari kata latin

    stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian

    mengunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan

    tadi. Kelak pada waktu penekanan dititik neratkan pada keahlian menulis indah,

    maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis tau

    mengunakan kata-kata secara indah.6

    Dalam kamus linguistik disebutkan, stilistika adalah ilmu yang menyelidiki

    bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu Interdisipliner antara linguistik

    dan kesusteraan. Dalam literature Arab stilistika dikenal dengan istilah Uslūb.

    Pengertian-pengertian tersebut telah memberi gambaran awal kepada kita tentang

    apa yang dimaksud dengan arti stilistika.7

    Setelah disebut di atas bahwa stilistika adalah ilmu yang menyelidiki

    bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; maka stilistika al-Qur’an adalah

    ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam al-Qur’an. Aspek-aspek

    bahasa yang dikaji dalam stilistika al-Qur’an sama seperti aspek-aspek dalam

    5 Nyoman Kutha Ratna, Stilistika Kajian Puitika Bahasa Sastra dan Budaya, Pustaka

    Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 3. 6 Syihabudin Qulyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar Orientasi Studi al-Qur’an, Titian

    Illahi Press, Yogyakarta, 1997, hlm. 27-28. 7Ibid, hlm. 28.

  • 5

    stilistika pada umumnya yaitu meliputi aspek Fonologi Preferensi Lafaẓ,

    Preferensi Kalimat Dan Deviasi.

    Fonologi adalah bidang linguistic yan mempelajari, menganalisis dan

    membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.sedangkan secara bahasa fonologi

    terambil dari kata fon berarti bunyi dan logi yang berarti ilmu. Jadi obyek kajian

    fonologi yang berkaitan dengan bunyi baik bunyi tersebut dapat membedakan

    makna atau tidak.seperti contoh ayat:8

    تِِ ِزَعَّٰ تِِوَِ ١َغۡرٗقاَِِوٱلن َّٰ ِشَطَّٰ تِِوَِ ٢نَۡشٗطاِِٱلن َّٰ بَِحَّٰ تِِفَِ ٣َسۡبٗحاِِٱلس َّٰ بِقََّٰ تِِفَِ ٤َسۡبٗقاِِٱلس َّٰ أَۡمٗراِِٱۡلُمَدب َِرَّٰ٥

    Artinya :

    1. Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras

    2. dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut

    3. dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat

    4. dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang

    5. dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)9

    Prefensi kata dan prefensi kalimat pemilihan kata atau kalimat yang

    dipergunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan, sekaligus mempunyai

    pengaruh terhadap makna yang dikemukakan, sedangkan pemilihan kata lebih

    kepada kata yang mempunyai kedekatan atau yang serupa dalam maknanya.seperti

    ayat:10

    ٤َوأَۡلقَۡتَِماِفِيَهاَِوتََخل ۡتِ ٣ُمد ۡتِِٱۡۡلَۡرضَُِوإَِذاِ ٢َوأَِذنَۡتِِلَرب َِهاَِوُحق ۡتِ ١ِٱنَشق تِِۡٱلس َمآءُِِإَِذا ٥َوأَِذنَۡتِِلَرب َِهاَِوُحق ۡتِ

    Artinya :

    1. Apabila langit terbelah

    2. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh

    3. dan apabila bumi diratakan

    4. dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong

    5. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu

    itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya)11

    Deviasi secara etimologis berarti penyimpangan ragam atau struktur

    bahasa. Dalam kajian sastra, deviasi merupakan penyimpangan dari konvensi atau

    8 Ahmad Muzakki, Stilistika al-Qur’an Gaya Bahasa al-Qura’an dalam Konteks Komunikasi,

    UIN Malang Pres, Malang, 2009, hlm. 40. 9Departemen Agama RI. al-Qur’an dan Terjemahnya, al-Jumānatul ´Alī, Bandung, 2004, Q.S.

    alnazi´āt: 1-5, hlm. 583. 10Ahmad Muzakki, Op.Cit., hlm. 64.

    11 Departemen Agama RI, Op.Cit., Q.S. al-´insyiqāq: 1-5, hlm. 589.

  • 6

    norma. Sastrawan berusaha memberi ciri khas pada karyanya dengan menyimpang

    dari konvensi sastra atau bahasa. Penyimpangan yang terjdi dalam pengunaan

    bahasa sastra ini merupakan penyimpangan sosial, yaitu masyarakat penyair secara

    keseluruhan, bukan perorangan. Contoh:12

    ٨٠َوإَِذاَِمِرۡضُتِفَُهَوِيَۡشِفيِنِ ٧٩ُهَوِيُۡطِعُمنِيَِويَۡسِقيِنَِِوٱل ِذي ٧٨َخلَقَنِيِفَُهَوِيَۡهِديِنِِٱل ِذي ينِِتِيِيَۡوَمِِ أَۡطَمُعِأَنِيَۡغِفَرِِليَِخِطيَِِٓوٱل ِذيِٓ ٨١يُِميتُنِيِثُم ِيُۡحيِيِنَِِوٱل ِذي ٨٢ِٱلد ِ

    Artinya :

    78. (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku

    79. dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku

    80. dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku

    81. dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali)

    82. dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat"13

    Sebenarnya, membicarakan stilistika al-Qur’an tidak bisa dilepaskan dari

    konsep I’zaj al-Qur’an itu sendiri karena stilistika al-Qur’an ilmu yang mengkaji

    bahasa yang dipergunakan al-Qur’an.Misalnya pemilihan huruf dan pengabungan

    antara konsonan dan vocal yang serasi sehingga memudahkan dalam

    mengucapkan. Begitu juga pemeliharaan lafaẓ misalnya lafaẓ mar’a dalam surat

    al-Naziat ayat 31, yang berarti mencangkup semua jenis tumbuhan

    konsumtif,seperti sayuran umbi-umbian, rerumputan, buncis dan

    sebagainya,namun cukup dengan kata mar῾a sebagai bahan makanan bagi umat

    manusia dan binatang ternak.14

    َهاِِأَۡخَرجَِ ٣١ِمۡنَهاَِمآَءَهاَِوَمۡرَعىَّٰ

    Artinya : Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan)

    tumbuh-tumbuhannya15

    B. Macam-Macam Stilistika

    Dalam literatur Arab, istilah stilistika dikenal dengan sebutan ‘ilm al-Uslūb.

    Secara etimologi, Uslūb adalah al-mariq wa al-wajih wa al-madāhib (metode, cara

    12 Ahmad Muzakki, Op.Cit., hlm. 71. 13Departemen Agama RI, Op.Cit., Q.S. al-Syu´arā´: 78-82, hlm. 370. 14Ahmad Muzakki, Op.Cit., hlm. 16. 15 Departemen Agama RI, Op.Cit., QS; al-Nazi’at: 31, hlm. 584.

  • 7

    dan aliran). Dalam pengertian umum,Uslūb adalah cara menulis atau cara memilih

    dan menyususn kata untuk mengungkap makna tertentu sehingga mempunyai

    tujuan dan pengaruh yang jelas. Pengertian Uslūb adabi berbeda dengan pengertian

    Uslūb ‘ilmi, kalau Uslūb adabi adalah bahasa emosi atau rasa (lughah al-atifah),

    sedangkan Uslūb ‘ilmi adalah bahasa rasio (lugah al-῾aql).16

    Menurur pendapatnya ‘Abd al-Qahār al-Jurjani, yang dikutip oleh Ahmad

    Muzakki bahwa: pengertian Uslūb dengan siyāgah itu sama, yaitu cara

    penyampaian atau cara pengungkapan yang ditempuh oleh seorang sastrawan

    untuk mengambarkan sesuatu yang ada pada dirinya, atau untuk menyampaikan

    kepada orang lain dengan mengunakan ungkapan bahasa tertua, atau cara

    menyusun kata untuk mengungkap makna agar menjadi jelas dan berpengaruh

    kepada jiwa pembaca. Dengan kata lain, Uslūb adalah cara seorang penulis atau

    penyair dalam memilih beberapa kata dan menyusun dalam rangkaian kalimat, atau

    cara menciptakan pemikiran dan pengekspresiannya dengan mengunakan gaya

    bahasa yang sesuai dengan keadaan. 17

    Para sastrawan Arab membagi Uslūb menjadi tiga bagian, yaitu: Pertama,

    Uslūb kitabi, Uslūb ini menekankan pada ungkapan yang fasih (ibarah jazlah),

    kalimat yang sempurna, intonasi yang berpengaruh, dan diperindah dengan

    penekanan (intonasi) dan variasi dalam menyampaikan kepada orang lain. Kedua,

    Uslūb ‘ilmi, Uslūb ini menekankan kepada logika yang kuat, keindahan bahasa

    yang memuaskan pendengar, susunan argumentasi, dan dapat diandalkan dalam

    menolak keragu-raguan. Ketiga, Uslūb ‘adabi, Uslūb ini mengunakan ungkapan

    yang lembut, gambaran yang indah dan penyampaian yang halus karena bertujuan

    untuk memuaskan emosi, membangkitkan rasa. Dari ketiga pembagian Uslūb

    diatas, pada hakekatnya Uslūb tidak bisa dilepaskan dari dua unsur pokok, yaitu

    unsur bahasa dan makna (ide, pemikiran dan gagasan). Sedangkn Uslūb memiliki

    tiga karakter yaitu: al-Juddah (indah), al-Wajazah (ringkas), Al-Tala’um (sesuai).

    Indikasi al-Juddah adalah pengunaan preferensi kata dan ungkapan yang indah,

    sedangkan al-‘ijaz adalah menampakan sifat-sifat yang mencirikan Uslūb yang

    baik, dan al-tala’um adalah kesesuain anter kalimat dari sisi musikalitas, susunan

    16Ahmad Muzakki, Op.Cit., hlm. 14. 17Ibid, hlm. 14.

  • 8

    dan keindahanya. Untuk mencapai katagori ini, al-Ziyat mempertegas bahwa Uslūb

    hanya terjadi apabila:

    a) Adanya kreatifitas ide atau gagasan (al-ma’na al-mubtakīr)

    b) Adanya gaya bahasa yang indah sebagai media dari ide dan gagasan (al-surah

    al-jayyīdah).18

    C. Karakteristik Stilistika al-Qur’an

    1. Ditinjau dari Segi Lafaẓ al-Qur’an

    Keunikan dan keistimewaan al-Qur,an dari segi bahasa merupakan

    kemukjizatan utama dan yang pertama yang ditunjukan kepada masyarakat Arab

    pada 15 abad yang lalu. Kemukjizatan yang dihadapkan kepada mereka itu, bukan

    dari segi isyarat ilmiah dan pemberitaan gaibnya, kerena kedua aspek ini berada di

    luar jangkauan pemikiran mereka. Satu huruf dalam al-Qur’an dapat melahirkan

    keserasian bunyi dalam sebuah kata, kumpulan kata akan membentuk keserasian

    irama dalam rangkaian kalimat, dan kumpulan kalimat akan merangkai keserasian

    irama dalam ayat. Inilah yang menjadi salah satu kemukjizatan al-Qur’an dari sisi

    lafaẓ dan Uslūb-nya. Sebagaimana yang dikatakan Abu Sulaiman Ahmad bin

    Muhammad, keindahan susunan lafaẓ dan ketepatan maknanya menunjukan bahwa

    al-Qur’an adalah mu῾jizat yang tidak akan tertandingi selamanya.19

    Kalau memperhatikan lebih seksama tentang struktur kalimat al-Qur’an

    sering menggunakan kalimat yang berbeda untuk satu pesan, atau menggunakan

    struktur kalimat yang sama untuk kasus yang berbeda, sehingga kadang tampak

    seperti ada deviasi dari aspek tata bahasa yang baku. Dalam pemilihan kata al-

    Qur’an juga sering menggunakan beberapa kata yang memiliki arti sama dalam

    bahasa Indonesia, misalnya kata basyar, ´insan dan nās jika diterjemahkan berarti

    “manusia”. Yang menarik adalah, jika tiap kata itu memang memiliki makna yang

    sama, niscaya antar satu kata dengan kata yang lainnya bisa saling menganti.

    Tetapi, penggantian semacam itu dalam al-Qur’an tidak diperbolehkan. Mengertian

    ini mengindikasikan bahwa setiap kata yang diungkap al-Qur’an memiliki karakter

    makna sesuai dengan konteks pembicaraan.20

    Adanya pemilihan kata untuk tujuan tertentu, melahirkan sebuah kajian

    ilmu yang disebut stilistika. Stilistika secara sederhana dapat diartikan sebagai

    18 Ibid, hlm. 15. 19 Ahmad Muzakki, Op.Cit., hlm. 4 20Ibid, hlm. 4-5.

  • 9

    kajian linguistik yang objeknya berupa Style, sedangakan style adalah cara

    mengunakan bahasa dari seseorang dalam konteks tertentu dan untuk tujuan

    tertentu. Dalam dunia retorika, gaya bahasa juga dikenal denga istilah style.21

    Pemilihan kata dalam al-Qur’an tidaka saja dalam arti keindahan, melainkan juga

    kekayaan makna yang dapat melahirkan berbagai ragam pemahaman. Salah satu

    faktor yang melatari pemilihan kata dalam al-Qur’an adalah keberadaan konteks,

    baik bersifat geografis, sosial maupun budaya. Sebagaimana disebutkan dalam

    kajian sosiologistik, bahwa ada dua faktor yang turut menentukan ketika aktivitas

    berbicara berlangsung, yaitu faktor situasional dan sosial. Faktor situasi turut

    mempengaruhi pembicaraan terutama pemilihan kata-kata dan bagaimana caranya

    mengkode, sedangkan faktor sosial menentukan bahasa yang dipergunakan.

    Dengan begitu preferensi kata atau kalimat benar-benar menjadi pertimbangan agar

    bahasa itu menjadi komunikatif.22

    2. Kemanfaatan Bagi Umat Manusia

    Stilistika bukan semata-mata masalah khas sastra sebagaimana dipahami

    sebelumnya. Benar, secara akademis adalah khas sastra, tetapi efek pragmatisnya

    dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat, bahkan sebagai keperluan-

    keperluan yang bersifat elementer. Dalam hubungan inilah karya sastra berfungsi

    demi perkembangan masyarakat secara luas, bagian berikut secara terusmenerus

    akan dikemukakan kaitan dialektis antara peranan kehidupan sehari-hari dengan

    sastra disatu pihak, bahasa dan sastra dipihak yang lain.23

    Melalui dialeka dengan fenomena kehidupan masyarakat Arab, al-Qur’an

    memiliki variasi gaya bahasa dalam menyampaikan pesanpesan moral dan

    kebenaran. Dengan kata lain sesunguhnya ayat-ayat al-Qur’an merupakan proses

    dialektis dan jawaban Muhammad atas konteks yang dihadapi. Dengan demikian,

    analisis konteks cukup berperan dalam memahami peristiwa pewahyuan, karena

    ayat-ayat al-Qur’an tidak dapat dimengerti secara sempurna kecuali dengan

    melihat konteks saat wahyu diturunkan. Dalam tradisi tafsīr, terutama dikalngan

    sunni permasalahan ini dikembalikan dan dibatasi pada analisis mengenai al-asbāb

    al-nuzūl atau konteks sosio-historis seputar turunya ayat-ayat al-Qur’an.24

    21Ibid,, hlm. 5 22Ibid, hlm. 4-6. 23 Nyoman Kutha Ratna, Op.Cit, hlm. 8.ِ 24Ahmad Muzakki, Op.Cit ., hlm 7

  • 10

    3. Memberi Stimulasi Bagi Akal dan Perasaan

    Dalam dunia empiris, kita sulit memilih bahasa yang tepat untuk mewakili

    sebuah realitas, apalagi bahasa al-Qur’an yang sangat menekankan aspek believing

    (keyakinan) dan understending (pemahaman), bahasa al-Qur’an memiliki hakikat

    yang khusus, berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain. Ia bukan hanya mengacu

    pada dunia empirik, tetapi juga mengacu pada dimensi metafisik, bahkan mengatasi

    ruang dan waktu. Salah satu kelemahan bahasa adalah tidak setiap kata yang

    iungkapkan mengacu kepada suatu obyek yang kongkrit, empirik dan dapat

    dibuktikan secara nyata, misanya ungkapan kata al-jannah (surga) dan al-nār

    (neraka). Dalam upaya mengatasi stagnāsi bahasa, maka sangat realitis jika

    kemudian dikembangkan bahasa metafor dan analogi. Karena bahasa metafor dan

    analogi dapat menjembatani antara rasio manusia yang terbatas dengan bahasa al-

    Qur’an yang serba tidak terbatas. Bahasa al-Qur’an sangat komunitif dan bisa

    diterima sekalipun dalam satu sisi sangat menantang kemampuan dan kepandaian

    para ahli bahasa dan sastra pada saat itu. Mereka adalah masyarakat yang sangat

    mengetahui tentang keunikan dan keistimewaan al-Qur’an,serta menyadari ketidak

    mampuannya untuk menyusun semisal al-Qur’an. Tetapi, sebagian mereka ada

    yang tidak mau menerima kehadiran al-Qur’an, karena pesan-pesan yang

    dikandungnya tidak sejalan dan bertentangan denga kebiasaan, tradisi dan

    kepercayaan yang diyakini. Sesunguhnya sikap penolakan yang mereka lontarkan

    bertentangan dengan keyakinan yang sebenarnya, mereka mengatakan bahwa al-

    Qur’an adalah syair, tetapi mereka sangat menyadari akan keindahan susunan dan

    irama yang tidak mungkin dibuat oleh Muhammad SAW.25

    Karena semua gaya dalam hubungan ini gaya karya sastra, karya sastra

    yang berhasil adalah artifisial, diciptakan dengan sengaja. Gaya dengan demikian

    adalah kualitas bahasa, merupakan ekspresi langsung pikiran dan perasaan. Tampa

    adanya proses hubungan yang harmonis antara kedua gejala tersebut, maka gaya

    bahasa tidak ada. Dalam istilah aktifitas komunikasi antara pikiran dan perasaan

    diproduksi secara terus-menerus sejak awal hingga akhir, sehingga keseluruhan

    karya dapat dianggap sebagai memiliki gaya bahasa.26

    D. Kalam Khobar

    25Ahmad Muzakki, Op.Cit ., hlm. 2-3. 26 Nyoman Kutha Ratna, Op.Cit ., hlm. 6.ِ

  • 11

    1. Pengertian Kalam Khobar

    Kalam khabari adalah pernyataan yang mengandung kebenaran dan

    kebohongan. Kalam Khabari adalah kalimat yang pembicaranya dapat dikatakan

    sebagai orang yang benar apabila sesuai dengan kenyataan dan pembohong apabila

    berlainan dengan kenyataan. Kalam Khabari ini disebut pula “Jumlah Mufidah“

    dan setiap jumlah mempunyai dua rukun, yaitu:

    1. Mahkum alaih, yaitu yang dikenai hukum.

    2. Mahkum fih, yang dipakai hukum.

    Dalam ilmu ma’ani mahkum alaih disebut musnad ilaih dan mahkum fih

    disebut Musnad.

    2. Pola/Bentuk Kalam Khabari

    Kalam khabari dilihat dari sisi pembentuknya dibuat dengan memakai dua

    pola, yaitu:

    a. Jumlah ismiyyah

    Yaitu kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Contoh:

    ُمْسِلم ااَأنَا

    Artinya: Saya seorang muslim.

    b. Jumlah fi’liyyah

    Yaitu kalimat yang terdiri dari fi’il dan fa’il. Contoh:

    َأْْحَدَاَِجاءَاArtinya: Ahmad telah datang.

    3. Macam-macam Kalam Khabari

    Bila dilihat dari keadaan mukhathab atau orang yang menjadi lawan

    bicara, kalam khabari terbagi tiga macam:

    a. Khabar Ibtidai

    Khabar ibtidai adalah apabila mukhatab tidak mengetahui tentang berita

    tersebut dan berita yang disampaikan tidak perlu menggunakan taukid.

    Contoh:

    َمرِْيض ااأَبُ ْوكَاArtinya: Ayahmu sakit.

  • 12

    b. Khabar Thalabi

    Khabar thalabi adalah apabila mukhathab ragu-ragu atau bingung mengenai

    kebenaran suatu berita dan diharapkan mukhathab menjadi yakin akan

    kebenaran berita tersebut. Berita yang disampaikan lebih baik

    menggunakan taukid. Contoh:

    َمرِْيض ااَأََبكَااِإن اArtinya: sesungguhnya ayahmu sakit.

    c. Khabar Inkari

    Khabar inkari adalah apabila mukhathab mengingkari kebenaran suatu

    pernyataan yang disampaikan. Dalam khabar inkari harus menggunakan

    taukid lebih dari satu terganting tingkat keingkaran mukhathab. Contoh:

    َلَمرِْيض ااَأََبكَاان اإ َلَمرِْيض ااَأََبكَااِإن ااَوللاِا

    Artinya: sesungguhnya ayahmu sakit | Demi Allah, sesungguhnya ayahmu

    sakit.

    Catatan: Meskipun dalam bahasa Arab menggunakan taukid lebih dari satu

    tapi dalam bahasa Indonesia diterjemahkan hanya satu saja. Bila

    menggunakan banyak “sesungguhnya” dalam bahasa Indonesia termasuk

    pemborosan kata.

    4. Bentuk-Bentuk Sarana/Alat Penguatan Kalam Khobar

    Penguatan kalam khobar (berita) dalam bahasa Arab memiliki berbagai

    alat/huruf yang sangat penting untuk diketahui. Alat/Huruf yang sering

    digunakan tersebut yakni :

    1. Inna dan Anna ( ّإّن و أن ) keduanya merupakan huruf taukid, contohnya

    dalam surat al-‘Ashr : 2 Allah berfirman :

    ِ نَِإِن نَسَّٰ ٢لَِفيُِخۡسٍرِِٱۡۡلِ

    Artinya : Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian

    Dan juga dalam surat al-An’am Allah berfirman :

    ِفََِِوأَنِ ُِمۡستَِقيٗما ِطي ِِصَرَّٰ َذا ِِٱت بِعُوهُِ َهَّٰ ِتَت بِعُواْ َِسبِيِلهِِِٱلسُّبُلََِوََل َِعن ِبُِكۡم َق ِلُكۡمِِۦۚفَتَفَر َذَّٰ

    ُكمِبِهِِ ىَّٰ ١٥٣لَعَل ُكۡمِتَت قُوَنِِۦَوص

    Artinya : dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang

    lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-

  • 13

    jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan

    kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah

    agar kamu bertakwa

    2. Lam al-Ibtida’ ( الم اإلبتداء ), contohnya sebagaimana hadis Nabi SAW :

    هلل أشدّ فرحا بتوبة عبده المؤمن

    Artinya : Sesungguhnya Allah SWT sangat gembira dengan taubat

    hambanya yang sholeh27

    3. Al-Qasm ( القسم ) atau sumpah, sebagaimana Allah berfirman dalam surat

    al-Anbiya’ : 57 :

    ِِ َمُكمِبَۡعَدِأَنِتَُولُّواُِْمۡدبِِريَنَِِوتَٱّلل ِأَۡصنََّٰ ٥٧َۡلَِكيَدن Artinya ; Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya

    terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi

    meninggalkannya

    4. Dhomir al-Munfashil ( ضمير المنفصل ) yakni dhomir yang memisahkan

    antara mubtada’ dan khobar. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam

    surat al-Baqarah : 5 :

    ئِكَِٓ ئَِكُِهُمِِأُْولََّٰ

    ٓ َِوأُْولََّٰ ب ِِهۡم نِر ُِهٗدىِم ِ ٥ِٱۡلُمۡفِلُحونََِعلَىَّٰArtinya : Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,

    dan merekalah orang-orang yang beruntung

    5. Amma Asyartiyah ( أما الشرطية ) , contohnya dalam surat al-Dhuha : 10-11,

    Allah berfirman :

    ا ۡثِ ١٠فَََلِتَۡنَهۡرِِٱلس آئِلََِِوأَم اِبِنِۡعَمِةَِرب َِكِفََحد ِ ١١َوأَم

    Artinya : 10. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu

    menghardiknya

    11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu

    siarkan

    6. Dua huruf Tanbih ( أالَ و أَما ) contohnya dalam surat al-baqarah :13 Allah

    SWT berfirman :

    َِِوإَِذا َِءاَمَن َِكَمآ َِءاِمنُواْ ِلَُهۡم ِِٱلن اسُِقِيَل َِءاَمَن َِكَمآ ِأَنُۡؤِمُن ُِهُمِِٱلسُّفََهآُءِ قَالُٓواْ ِإِن ُهۡم أَََلٓ

    ِيَۡعلَُموَنِِٱلسُّفََهآءُِ ِكنَِل ١٣َولََّٰ

    Artinya : Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu

    sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka

    menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-

    orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah,

    27 Hadis riwayat Muslim dalam kitab al-zikru wa al-Du’a, no. 1744

  • 14

    sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi

    mereka tidak tahu

    Dan juga seperti perkataan anda kepada teman anda, misalnya :

    أما وهللا لقد كنت على حق

    Artinya : Ingatlah, Demi Allah, sesungguhnya kamu berada dalam

    kebenaran

    7. Huruf Tambahan ( الحروف الزائدة ) yakni : huruf ِْمن، الباء، إْن، أن diantaranya

    contohnya adalah : dalam surat al-Maidah : 19 :

    ٓأَۡهلَِ بِِِيََّٰ َنِِٱۡلِكتََّٰ ِفَۡتَرٖةِم ِ ُسلِِقَۡدَِجآَءُكۡمَِرُسولُنَاِيُبَي ُِنِلَُكۡمَِعلَىَّٰ أَنِتَقُولُواَِْماَِجآَءنَاِِمۢنِِٱلرُِّوَِ ِفَقَۡدَِجآَءُكمِبَِشيٞرَِونَِذيٞر ُِبَِشيٖرَِوََلِنَِذيٖر َِشۡيٖءِقَِديٞرِِٱّلل ُِكل ِ ١٩َعلَىَّٰ

    Artinya : Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul

    Kami, menjelaskan (syari´at Kami) kepadamu ketika terputus

    (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: "Tidak

    ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira

    maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya telah

    datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi

    peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu

    Dalam surat Fatir : Allah SWT berfirman :

    َماو ِِٱۡۡلَۡحيَآءُِيَۡستَِويََِِ تَُِۚوََل ِِٱۡۡلَۡمَوَّٰ َِإِن نِفِيِِٱّلل ِم َِوَمآِأَنَتِبُِمۡسِمٖع َِمنِيََشآُء يُۡسِمُع ٢٢ِٱۡلقُبُورِِ

    Artinya : dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang

    yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada

    siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada

    sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat

    mendengar

    Dan seperti perkataan :

    ْرُت بواجب ما إن قصَّ Dan juga seperti perkataan :

    لماِأنِظهرِليِالحقِاتبعته

    Artinya : Tatkala kebenaran itu nampak dengan jelas bagiku niscaya aku ikuti.

    8. Huruf Qad ( قد ) contohnya dalam surat al-‘A’la : 14 , Allah SWT berfirman :

    ِ ١٤قَۡدِأَۡفلََحَِمنِتََزك ىَّٰArtinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri

    (dengan beriman)

  • 15

    9. Huruf Sin dan Saufa ( س، سوف ) , sebagaimana perkataan Abdul Muthollib, kakek Nabi SAW :

    28 عظيم شان له يكون سوف و محمدا سأسميه

    10. Huruf Lan ( لن ) yakni huruf yang digunakan untuk menguatkan kalimat negatif , contoh dalam surat al-Baqarah : 120 , Allah berfirman :

    َِِولَن َِعنَك ِِٱۡليَُهودُِتَۡرَضىَّٰ َرىََِّٰوََل ُِهَدىِِٱلن َصَّٰ ِإِن ِقُۡل ِِمل تَُهۡم ِتَت بَِع َِِحت ىَّٰ ِِٱّلل ِ ُهَو ِٱۡلُهَدىَِّٰ ِِٱت بَۡعتََِولَئِِن ِبَۡعَد ِِٱل ِذيأَۡهَوآَءُهم ِِمَن ِِٱۡلِعۡلمَِِجآَءَك ِِمَن ِلََك َِِما ِنَِصيٍرِِٱّلل َِوََل ِمنَِوِلي ٖ١٢٠

    Artinya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada

    kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:

    "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)".

    Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka

    setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi

    menjadi pelindung dan penolong bagimu

    11. Dua huruf Nun taukid yakni ( ْن ) dan ( َّن ) , contoh : dalam surat al-Takatsur : 6-8 : Allah SWT berfirman :

    ِ ِيَۡوَمئٍِذَِعِنِِ ثُم ِلَتُسِۡ ٧ِٱۡليَِقينِِلَتََرُون َهاَِعۡيَنِِثُمِ ٦ِٱۡلَجِحيمَِلَتََرُون ٨ِٱلن ِعيمِِلُن

    Artinya :

    6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim

    7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ´ainul

    yaqin

    8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan

    (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)

    12. Lafaz Inamaa ( إنما ) yakni huruf Qashr, Allah SWT berfirman dalam surat al-Hujurat : 10 :

    ِوَِِٱۡلُمۡؤِمنُونَِِإِن َما َِِٱت قُواِْإِۡخَوٞةِفَأَۡصِلُحواِْبَۡيَنِأََخَوۡيُكۡمۚ ١٠لَعَل ُكۡمِتُۡرَحُموَنِِٱّلل

    Artinya : Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu

    damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu

    itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat

    13. Kalimat Ismiyyah ( Nominal ) , Allah SWT berfirman dalam surat al-An’am : 92 :

    َذا ُقَِِوَهَّٰ َصد ِ هُُِمبَاَرٞكِمُّ ٌبِأَنَزۡلنََّٰ ِِٱل ِذيِكتََّٰ ِٱل ِذينََِوَمۡنَِحۡولََهۚاِوَِِٱۡلقَُرىَِّٰبَۡيَنِيََدۡيِهَِوِلتُنِذَرِأُم َِصََلتِِهۡمِيَُحافُِظوَنِِۦ ِيُۡؤِمنُوَنِبِهِِِٱۡۡلِٓخَرةِِيُۡؤِمنُوَنِبِِ ٩٢َوُهۡمَِعلَىَّٰ

    Artinya :

    28ِTidak diketahui siapa yang mengatakannya yakni berasal dari contoh kitab- kitab nahwu:

    Lihat : Ibnu Hisyam al-Mishry,ِMughni al-Labib ( مغنىِاللبيب) , h. 49

  • 16

    Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang

    diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan

    agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah)

    dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman

    kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran)

    dan mereka selalu memelihara sembahyangnya

    14. Pengulangan lafaz ( تكرار اللفظ ), contohnya : األمانة األمانة

    15. Mendahulukan sesuatu ( kata) yang seharusnya diletakkan diakhir ( تقديم

    misalnya dalam surat al-Jatsiah : 36 , Allah SWT , 29( ما حقه التأخيرberfirman :

    ِِ ِِِٱۡلَحۡمدُِلِلََفِ تَِِرب َوَّٰ ِِِٱلس َمَّٰ ِِِٱۡۡلَۡرِضَِوَرب لَِمينََِرب ٣٦ِٱۡلعََّٰ Artinya ; Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi,

    Tuhan semesta alam

    5. Tujuan Khabar (أغراض الخبر)

    Tujuan asal dari kalam khabari ada dua, yaitu:

    1. Faidatul khabar

    Yaitu menyampaikan suatu hukum yang terkandung dalam suatu kalimat

    kepada mukhathab. Contoh:

    اْْلُْمُهْورِيَةِااَرئِْيسُااَحَضرَاArtinya: Pak Presiden telah datang.

    2. Lazimul khabar

    Yaitu memberiatahukan mukhathab bahwa mutakallim megetahui suatu

    hukum. Contoh

    َمرِْيض ااأَْنتَا

    Artinya: Kamu sakit.

    Selain kedua tujuan di atas, ada beberapa tujuan kalam khabari sesuai

    dengan subjek mutakallim dalam menyampaikan suatu pernyataan.

    Diantaranya:

    1. Al-Fakhr (الفخر)

    Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan kebanggaan (prestise).

    Contohnya sebagaimana sabda Rasulullah:

    29 Dr. Bin ‘Isa BaThohir, al-Balaghoh al-‘arobiyah Muqoddimat wa Tathbiqat, Dar al-Kutub

    al-Jadid al-Muttahidah, Beirut, Lebanon, 2008,h. 52-53

  • 17

    اابَ ْيدَااالَعَربِااأَْفَصحُااَأنَا قُ َرْيش ااِمنْااَأّنِArtinya: Saya orang yang paling fasih berbahasa Arab selain itu saya

    berasal dari keturunan Quraisy.

    2. Izhhar al-Dha‘f (إظهار الضعف)

    Yaitu menyampaikan berita untuk menampakkan kelemahan. Contohnya:

    أْسُ َواْشتَعَلَ ِمنِّي اْلعَْظمُ َوَهنَ إِنِّي َربِّ قَالَ َشْيبًا الرَّ

    Artinya: “Ia (Nabi Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya

    tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban….”

    (Q.S.Maryam :4).

    3. Al-Tahassur (التحسر)

    Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan penyesalan.

    Contohnya sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan

    tentang isteri Imran yang melahirkan anak perempuan bernama Maryam:

    Contohnya:

    ا أُْنثَى اَوَضْعتُهَ إِنِّي َربِّ قَالَتْ َوَضعَتَْها فَلَمَّ

    Artinya: “Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata,

    “Ya Tuhanku, Sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak

    perempuan….” (QS. ‘Ali ‘Imran : 36).

    4. Al-Istirham (30(االسترحام

    Yaitu menyampaikan berita untuk memohon kasih sayang dan belas

    kasihan. Contohnya:

    َوُغْفَرانِهِ هللاِ َعْفوِ إِلَى فَِقْير إِنِّيْ

    Artinya: Saya sangat mengharapkan ampunan dan magfirah dari Allah.

    Masih banyak lagi tujuan dari penyampaian kalam khabari

    tergantung maksud dan niat pembicara.

    E. Tinjauan Pustaka

    30 Moh. Thalib, Tata Bahasa Arab,,Bandung : PT Al-Ma’rif, 2000, hlm 97.

  • 18

    Dalam suatu penelitian, telaah pustaka dihadirkan untuk mengetahui sejauh

    mana objek penelitian yang akan diteliti sudah pernah diteliti atau dibahas oleh

    peneliti lain. Tinjauan pustaka merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil

    penelitian yang didapatkan dari penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki

    hubungan dengan satuan kebahasaan yang diteliti baik secara langsung ataupun

    tidak langsung (Mahsun, 2007: 42).

    Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam pengetahuan mengenai masalah

    kebahasaan serta menegaskan kerangka teoritis yang dijadikan landasan atau

    kerangka pikiran. Di samping itu tinjauan pustaka juga merupakan upaya untuk

    mempertajam konsep-konsep yang akan digunakan untuk mempermudah hipotesa

    dan untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian terhadap masalah

    kebahasaan (Mastoyo, 2007: 38).

    Ada beberapa kajian yang pernah dilakukan dalam tema yang serupa

    dengan penelitian ini, seperti beberapa hal berikut ini:

    1. Stilistika al-Quran Pengantar Orientasi Studi al-Qur’an, karangan Syihabudin

    Qulyubi, buku ini membahas stilistika secara umum dalam al-Qur’an, karena

    hanya membahas teori-teori dari ilmu stilistika saja, dan buku ini lebih

    memfokuskan pada kisah-kisah dalam al-Qur’an, yang mana buku ini

    mengkhususkan kisah nabi Yūsuf.

    2. Stilistika al-Qur’an, Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam Konteks Komunikasi,

    karya Ahmad Muzakki, buku ini tidak jauh berbeda dengan karangan

    Syihabudin Qulyubi, karena memang buku ini menginduk pada Stilistika al-

    Qur’an karangan Syihabudin Qulyubi, buku ini hanya membahasa dasar-dasar

    dari teori stilistika.

    3. Stilistika Al-Qur’an, Memahami Fenomena Kebahasaan Al-Qur’an dalam

    Penciptaan Manusia, oleh Agus Tricahyo dalam Jurnal Dialogia, Vol.12 No. 1

    Juni 2014. Tulisan ini membahas aspek kebahasaan dari fonologi, morfologi,

    sintaksis dan semantik dari ayat-ayat tentang penciptaan manusia.

    Kalau melihat dari ketiga penelitian diatas, penelitian yang dilakukan kali

    ini sangat berbeda, seperti pada karangan Syihabudin Qulyubi, meskipun beliau

    mengangkat tema yang sama tentang stilistika dalam al-Qur-an, namun titik berat

    penelitian beliau yaitu pada pembahasan tentang kisah-kisah dalam al-Qur’an, dan

    lebih memfokuskanya lagi pada kisah Nabi Yūsuf. Begitu juga pada penelitian

  • 19

    Ahmad Muzakki, beliau hanya memberi pengertian tentang ilmu-ilmu yang

    berkaitan dengan stilistika al-Qur’an, tidak spesifik membahas penelitian stilistika

    (gaya bahasa) dalam al-Qur’an. Kemudian yang terakhir adalah tulisan Agus

    Tricahyo dalam Jurnal Dialogia, Vol.12 No. 1 Juni 2014. Dalam tulisannya, dia

    mengkaji dari sisi kebahasaan yang meliputi aspek fonologi, morfologi, sintaksis

    dan semantik dari ayat-ayat tentang penciptaan manusia. Hal tersebut tentunya

    sangat jauh dari apa yang penulis kaji saat ini, yakni penelitian yang lebih

    menitikberatkan pada stilistika ayat-ayat dalam bentuk kalam khobar dalam al-

    Qur’an. Berangkat dari sini, penulis menganggap bahwa penelitian yang penulis

    lakukan sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena pada penelitian kali

    ini memfokuskan tentang gaya bahasa (stilistika) al-Qur’an pada ayat-ayat yang

    bernuansa kalam khobar dalam al-Qur’an dengan mengkaji bentuk struktur dan

    maknanya dimana hal tersebut belum tersentuh oleh peneliti sebelumnya.

  • 20

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Secara metodologis, penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library

    research), hal ini dikarenakan dalam penelitian yang dilakukan membutuhkan data

    pustaka, bisa berupa buku, surat kabar, dokumen-dokumen lain yang berkaitan

    dengan obyek sasaran penelitian.31 Jenis penelitian library research yaitu

    menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama yang dimaksudkan untuk

    menggali teori-teori dan konsep-konsep yang telah ditentukan oleh para ahli,

    mengikuti perkembangan dalam bidang yang akan diteliti, memperoleh orientasi

    yang luas mengenai topik yang dipilih.32 Penelitian ini termasuk penelitian pustaka

    karena objek penelitianya berupa buku-buku atau kitab tafsīr.

    B. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

    pendekatan kualitatif, dimana keberadaan peneliti menjadi sangat dominan dalam

    menentukan kualitas penelitian ini. Keberadaan peneliti yang dimaksudkan terkait

    dengan pengetahuan umum yang dimiliki, kemampuan memahami, menganalisa

    dan mendeskripsikan serta integritas kepribadiannya. Dikatakan demikian, karena

    dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen utamanya.33 Maksudnya,

    dalam kaitannya dengan penelitian ini, suatu fenomena kebahasaan yang oleh

    penutur dimaksudkan sebagai ungkapan yang bermakna lugas, bisa jadi oleh

    peneliti ditangkap sebagai ungkapan kebahasaan yang sarat akan nuansa estetika

    jika ditinjau dari aspek stilistika dikarenakan ungkapan kebahasaan tersebut lebih

    menghendaki makna yang berada dibalik deskripsi ungkapan tersebut. Oleh karena

    itu maka data dikehendaki adalah berupa informasi dalam bentuk deskripsi

    (pemaparan).

    31 Ulya, Metode Penelitian Tafsīr, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010. hlm19. 32 Masri Singaribun, dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES, 1982,

    hlm. 70. 33 R. Bogdan and S.K. Biklen, Qualitative Research for Education: An Introduction

    to Theory and Methods (Boston: Allyn and Bacon, 1982).

  • 21

    Di sisi lain penelitian ini lebih mempunyai persfektif emic, dengan

    pengertian bahwa data yang dikumpulkan diupayakan untuk di deskripsikan

    berdasarkan ungkapan bahasa, cara berfikir, pandangan subjek penelitian, sehingga

    mengungkapkan apa yang menjadi pertimbangan di balik ungkapan bahasa

    tersebut..Deskripsi informasinya atau sajian datanya harus menghindari adanya

    evaluasi atau interpretasi dari peneliti, jika terdapat evaluasi atau interpretasi

    itupun harus dari subjek penelitian.34 Oleh karena bidang kajian penelitian ini

    adalah masalah deskripsi dan analisis kebahasaan yang terdapat dalam Al-Qur’an,

    maka metode yang dipandang sesuai adalah metode linguistik, yang lebih khusus

    dalam kajian bahasa disebut stilistika.

    C. Sumber Data

    Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Data Primer

    Data primer adalah data yang berkenaan dengan penelitian skrikpsi ini secara

    langsung.35 Dalam hal ini data primer yang digunakan adalah:

    a. Ahmad al-Hāsyimī Al-Sayid, dalam karyanya Jawāhiru al-Balāgah Fī al-

    Ma῾ānī wa al-badī῾, Dār al-Kutub ῾Ilmiyyah,Bairut, 2012.

    b. Abdurrahman ῾A´isyah bint al-Syāṭ´I, dalam karyanya al-´i´jāz al-bayānī

    lilQur´ān wa masā´il ´Ibn al-´Azraq dirāsah Qur´āniyyah lugawiyyah wa

    bayāniyyah, Dār al-Ma῾ārif, Kairo, t. th.

    c. Stilistika al-Qur’an Pengantar Orientasi Studi al-Qur’an,karangam Syihabudin

    Qulyubi, Titian Illahi Press, Yogyakarta, 1997.

    d. Stilistika al-Qur’an, Gaya Bahasa al-Qur’an Dalam KonteksKomunikasi, karya

    Ahmad Muzzaki, UIN Malang Pres, Malang, 2009.

    e. Menyikap Ta’bir Ilahi Asma’ Al-Husna dalam Perpektif Al-Qur’an, karya M.

    Qurais Shihab yang diterbitkan penerbit Lentera Hati Jakarta, 1998.

    f. Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 115-130.

    34 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal Dan Laporan

    Penelitian, UMM Pres,Malang, 2005, hlm. 70. 35 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan, P.T Raja

    Grafindo, Jakarta, 1996, hlm. 83.

  • 22

    2. Data sekunder

    Data sekunder merupakan data-data yang tidak berkaitan langsung dengan

    penelitian skripsi ini.36 Dalam konteks ini data sekunder yang digunakan

    diantaranya adalah:

    a. 99 Jalan Mengenal Tuhan,karya H.M. Zurkani Jahja Pustaka Pesantren,

    Yogyakarta, 2010.

    b. Tafsīr al-Misbah, karya M.Qurais Shihab Lentera Hati, Jakarta, 2000.

    c. Tafsīr Fahrū al-Rozī Lī Tafsīr Kabir Mafātih al-Goib, karya Muhamad al-Rozī,

    Dār al-Fkr, 2005.

    d. 70 Kaidah Penafsiran al-Qur’an, Penerjemah Marsuni Sasaky dan Musthaba

    Hasbullah, karya al-Sayaikh Abdurahman Bin Nāshir al-Sa’di, Pustaka Firdaus,

    Jakarta, 1997.

    e. Tafsīr Khāzin, al-Musama Lubābu al-Ta’wīl fī Ma’anī Tanjīl, karya ´Ala´uddin

    Alī bin Muhammad bin Ibrāhīm Al-Bagdādi. Dār al-Fkr, t.th.

    f. Al-Mizān Fī Tafsīri al-Qur’an, karya Muhammada Husaīn al- Ṭaba’ Ṭaba’i.

    Mu´ānasah al-A´lamī lī Matbu´ah, Bairut. T.th.

    g. Jamī’ al-Bayān al-Ta’wil al-Qur’an Tafsīr Ṭabari, karya ´Abī Ja’far

    Muhammad bin Jarīr Al-Ṭabari. Dār al-Hadīs, Mesir, 2010.

    h. Bahru al-Muhīt Fī Tafsīr, karya Muhammad Yūsuf al-Syahir ´Abī Hayān. Dār

    al-Fkr, Bairut, 1992.

    i. Aisuru al-Tafasir Li Kalami Ayati Kabir, karya ´Abū Bakar Jabīr al-Jazarī, Dār

    al-Hadīs, Mesir, 2006.

    D. Metode Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian kepustakaan adalah

    meniscayakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi artinya teknik

    pengumpulan data melibatkan sumber data-data dokumen, baik dari dokumen

    pribadi maupun dokumen resmi, termasuk sumber tertulis atau literature-literatur

    lainya. Berbeda dengan penelitin lapangan yang mana lokasi pengumpulan datanya

    jelas-jelas batas wilayahnya, maka lokasi pengumpulan data kepustakaan justru

    tidak mengenal batas wilayah.

    36Ibid., hlm.84.

  • 23

    Lokasi pengumpulan data dapat ditemukan dan dilaksanakan di mana saja

    manakala tersedia sumber tertulis yang sesuai dengan kebutuhan data penelitian

    seperti kitab tentang Uslūb, tafsīr-tafsīr baik karya ulama salaf maupun modern

    dan juga buku-buku yang membahas tentang stilistika al-Qur’an. Lokasi tersebut

    dapat di perpustakaan, di toko buku, di pusat studi atau di pasar penelitian, bahkan

    dapat pula melalui internet. Dilaksanakan di dalam kota, di luar kota, bahkan

    sampai keluar negeri.37 Kali ini peneliti di samping akan memanfaatkan sumber

    data primer yang sudah diterangkan di atas, juga akan mengambil kitab-kitab tafsīr

    baik dari karya ulama salaf seperti Tafsīr Khāzin, al-Musama Lubābu al-Ta’wīl fī

    Ma’anī Tanjīl, karya ´Ala´uddin Alī bin Muhammad bin Ibrāhīm Al-Bagdādi,

    Jamī’ al-Bayān al-Ta’wil al-Qur’an Tafsīr Ṭabari, karya ´Abī Ja’far Muhammad

    bin Jarīr Al-Ṭabari maupun ulama modern seperti Abdurrahman ῾A´isyah bint al-

    Syāṭ´I, dalam karanganya al-´i´jāz al-bayānī lilQur´ān wa masā´il ´Ibn al-´Azraq

    dirāsah Qur´āniyyah lugawiyyah wa bayāniyyah, Stilistika al-Qur’an Pengantar

    Orientasi Studi al-Qur’an, karangam Syihabudin Qulyubi untuk mendukung teori-

    teori yang sudah ada. Bahkan buku-buku keagamaan yang yang memiliki tema

    yang mirip sekalipun, tidak lupa pendapat-pendapat ulama yang sudah terkenal

    melalui karya tulisnya seperti 70 Kaidah Penafsiran al-Qur’an, Penerjemah

    Marsuni Sasaky dan Musthaba Hasbullah, karya al-Sayaikh Abdurahman Bin

    Nāshir al-Sa’di, Menyikap Ta’bir Ilahi Asma’ Al-Husna dalam Perpektif Al-

    Qur’an, karya M. Qurais Shihab dan Ahmad al-Hāsyimī Al-Sayid, Jawāhiru al-

    Balāgah Fī al-Ma῾ānī wa al-badī.

    E. Analisis Data

    Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

    yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi (buku,

    kitab, rekaman suara atau video) dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

    kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

    pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

    kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.38

    Dalam penelitian kali ini akan mencoba memberi gambaran yang jelas

    mengenai bentuk struktur dan makna ayat-ayat yang bernuansa kalam khobar

    37 Ulya, Op.Cit, hlm. 29. 38 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005, hlm. 335.

  • 24

    dalam Al-Qur’an. Dengan menganalisis ayat-ayat tersebut dengan kaidah atau

    pendapat dari para ulama baik ulama klasik maupun ulama moderen di dalam kitab

    tafsīrnya, dan juga dari buku-buku yang berkaitan dengan tema .

  • 25

    BAB IV

    STILISTIKA KALAM KHOBAR DALAM ALQUR’AN

    Setelah dilakukan identifikasi data tentang stilistika (uslub) kalam khobar

    dalam al-Qur'an, maka ditemukan beberapa bentuk stilistika ayat al-Qur’an yang

    dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    A. Stilistika Al-Qur’an Dalam Bentuk Jumlah Ismiyyah Dan Fi’liyyah.

    Sebelum penulis memaparkan data-data tentang bentuk-bentuk stilistika

    kalam khobar khususnya jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah yang ada di dalam

    al-Qur’an, terlebih dahulu dijelaskan bahwa masing-masing jumlah (kalimat)

    dalam bahasa Arab memiliki dua rukun pokok, yakni : al-Musnad Ilaih dan al-

    Musnad.

    Al-Musnad Ilaih adalah al-Mukhbir ‘anhu (Yang menyampaikan

    berita/informasi), yaitu berupa mubtada’ (subjek) atau kata yang menempati

    posisi mubtada’ (subjek) dalam jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan berupa

    Fa’il (subjek) atau kata yang menempati posisi fa’il (subjek) dalam jumlah

    fi’liyah (kalimat verbal).

    Sedangkan al-Musnad adalah al-Mukhbir bih ( sesuatu yang

    diberitakan/di informasikan) yaitu berupa sesuatu berita yang

    disandarkan/diberikan kepada musnad ilaih (subjek) atau kata yang menempati

    posisi musnad ilaih (subjek) dalam jumlah ismiyah (kalimat nominal), dan

    berupa fi’il (kata kerja) atau sesuatu kata yang menempati posisi fi’il (kata

    kerja/prediket) dalam jumlah fi’liyah (kalimat verbal).

    Selain dari kedua rukun pokok ini disebut qoyyid (complement), dan

    menggabungkan musnad dengan musnad ilaih dalam kalimat disebut isnad.39

    Selanjutnya bentuk asal dari pada susunan jumlah ismiyyah ( kalimat

    nominal) dengan mendahulukan musnad ilaih atau mahkum ‘alaih yakni

    Mubtada’ dan yang berkaitan dengannya, dan mengakhirkan musnad atau

    mahkum bih yakni Khobar Mubtada’ dan yang berkaitan dengannya, lalu

    39 Dr. Bin Isa Bithohir, al-Balaghoh al-‘Arobiyah Muqoddimat wa tathbiiqaat, Dar al-Kutub al-

    Jadid al-Muttahidah,Beirut, 2008, hlm.109

  • 26

    susunan berikutnya diikuti oleh muta’alliqat.40 Dengan demikian kita dapat

    menentukan ciri-ciri susunan kata dari kedua jumlah (kalimat) tersebut baik

    jumlah ismiyyah maupun jumlah fi’liyyah. Berikut dipaparkan data-data tentang

    bentuk stilistika ayat-ayat yang bernuansa kalam khobar dari kedua jumlah

    tersebut dalam al-Qur’an:

    1. Jumlah Ismiyyyah

    a. Adakalanya jumlah ismiyyah (kalimat nominal) ini berbentuk kalam

    mutsbit (kalimat positif) yang dimulai dengan unsur mubtada’ (subjek)

    dan diiringi oleh unsur khobar (prediket). Ayat-ayatnya antara lain :

    - Surat al-Zumar : 62

    ُِ َِشۡيٖءَِوِكيٞلِِٱّلل ُِكل ِ َِوُهَوَِعلَىَّٰ َِشۡيٖء ِلُقُِكل ِ ٦٢َخَّٰ

    Artinya : Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala

    sesuatu.41

    Bila dilihat dari susunan struktur ayat di atas, maka terlihat bahwa

    ayat tersebut dimulai dengan lafaz (kata) ُِ yaitu sebagai subjek atau ٱّلل

    mubtada’, atau musnad ilaih, atau mukhbir ‘anhu. Sedangkan lafaz (kata)

    ِلقُِ yaitu sebagai prediket atau khobar, atau musnad, atau al-mukhbir َخَّٰ

    bih. Dan selain dari kedua lafaz (kata) tersebut di sebut qoyyid atau

    pelengkap (complement).

    - Surat al-Zumar : 23

    ُِ ِأَۡحَسَنِِٱّلل َل ِِٱۡلَحِديثِِنَز ُِجلُوُد ِِمۡنهُ ِتَۡقَشِعرُّ ثَانَِي ِم بِٗها تََشَّٰ ِمُّ ٗبا ِثُم ِِٱل ِذينَِِكتََّٰ َِرب ُهۡم يَۡخَشۡوَنِِذۡكِرِ ِِۚتَِليُنُِجلُوُدُهۡمَِوقُلُوبُُهۡمِإِلَىَّٰ ِلَكُِهَدىِِٱّلل َِِذَّٰ َِوَمنِيُۡضِللِِِۦيَۡهِديِبِهِِِٱّلل ُِ َمنِيََشآُءۚ ِٱّلل

    ٢٣ِمۡنَِهاٍدِِۥفََماِلَهُِ

    Artinya : Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al

    Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang ,

    gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada

    Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di

    waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu

    Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa

    yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang

    pemimpinpun

    40 Abd. Rahman Hasan Habannakah al-Miraniy, al-Balaghotul ‘Arobiyyah Ususih wa

    ‘Ulumiha wa Fununiha, Juz I, Dar al-Qalam, Damsyik, wa Dar al-Syamiyah, Beirut, 1431 H/2010 M,

    hlm. 350 41 QS. Al-Zumar : 62

  • 27

    Bila dilihat dari susunan struktur ayat di atas, maka terlihat bahwa

    ayat tersebut dimulai dengan lafaz (kata) ُِ yaitu sebagai subjek atau ٱّلل

    mubtada’, atau musnad ilaih, atau mukhbir ‘anhu. Sedangkan lafaz (kata)

    لَِ yaitu sebagai prediket atau khobar, atau musnad, atau al-mukhbir نَز

    bih. Dan selain dari kedua lafaz (kata) tersebut di sebut qoyyid atau

    pelengkap (complement).

    Bila dilihat dari sisi makna yang terkandung dalam susunan

    redaksi kedua ayat diatas menunjukkan bahwa kedua ayat tersebut

    memberikan informasi tentang ketetapan bagi Allah SWT sebagai

    pencipta segala sesuatu dan yang menurunkan kitab al-Qur’an dan tidak

    ada yang lain selain diri-Nya. Makna yang demikian itu senada dengan

    pendapat Ibnu Katsir42 bahwa Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu,

    Yang memeliharanya dan Yang memilikinya.

    Selanjutnya dalam surat al-Fatihah : 2, dinyatakan :

    ِِِٱۡلَحۡمدُِ َِِرب لَِمينَِّلِل ٢ِٱۡلعََّٰ

    Artinya : Segala puji43 bagi Allah, Tuhan semesta alam44.

    Redaksi ayat diatas menunjukkan bahwa kata “ُِٱۡلَحۡمد” adalah

    mubtada’ (musnad Ilaih) dan kata “ِِ .(adalah khobarnya (musnad “ّلِل

    Dalam hal ini mendahulukan mubtada’ (musnad Ilaih) dari pada khobar

    (musnad) memberikan informasi tentang penyandaran kata pujian hanya

    bagi Allah Swt semata.

    42Abil Fida’ Ismail ibnu Umar ibnu Katsir al-Quraisyi al-Dimasyqy (701-774 H), Tafsir al-

    Qur’an al-‘Azhim, Dar Ibnu Hazm, Beirut, Cet. I , 2000M/1420H , hlm.1637 43Alhamdu (segala puji).memuji orang adalah Karena perbuatannya yang baik yang

    dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berarti: menyanjung-Nya Karena

    perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang

    terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah Karena Allah

    sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. 44Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal

    Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait

    (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis

    dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan

    sebagainya.Allah Pencipta semua alam-alam itu.

  • 28

    ُِ ِِٱّلل ُِهَو ِإَِل هَِإِلََّٰ ِتَۡأُخذُهُِِٱۡلقَيُّومُِِۚٱۡلَحيََُِّلٓ ِل هُِِۥََل ِنَۡوٞمۚ َِوََل ِِۥِسنَٞة ِفِي تَِِما َوَّٰ ِفِيِِٱلس َمَّٰ َوَماِبِإِۡذنِهِِِۥِٓيَۡشفَُعِِعنَدهُِِٱل ِذيَمنَِذاِِٱۡۡلَۡرِض ِ َِوََلِيُِِۦِۚإَِل ِِحيُطونَِيَۡعلَُمَِماِبَۡيَنِأَۡيِديِهۡمَِوَماَِخۡلفَُهۡم

    ۡنِِعۡلِمهِِ َِوِسَعُِكۡرِسيُّهُِِۦٓبَِشۡيٖءِم ِ ِبَِماَِشآَءۚ تِِإَِل َوَّٰ ِحۡفُظُهَمۚاَِوُهَوِِۥوُدهُِِ َوََلِيَِِٱۡۡلَۡرَض ِوَِِٱلس َمَّٰ

    ٢٥٥ِٱۡلعَِظيمُِِٱۡلعَِليُِّ

    Artinya : Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia

    yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);

    tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di

    langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi

    Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di

    hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak

    mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang

    dikehendaki-Nya. Kursi45Allah meliputi langit dan bumi.dan

    Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah

    Maha Tinggi lagi Maha besar.46

    Redaksi ayat diatas dalam bentuk jumlah ismiyyah, dimana kata

    “Allah“ adalah mubtada’ sedangkan jumlah khobariyah “ la ilaaha illa

    huwa al-hayyu al-qayyum “ adalah khobarnya. Dalam hal ini

    mendahulukan mubtada’ dari pada khobar memberikan pemahaman

    tentang ketetapan bagi Allah Swt sebagai Tuhan yang hidup dan terus

    menerus mengurusi makhluknya. Jadi ayat tersebut mengandung dilalah

    makna dawam atau istimrar.

    b. Adakalanya jumlah ismiyyah (kalimat nominal) ini berbentuk kalam

    mutsbit (kalimat positif) yang dimulai dengan mendahulukan unsur

    khobar (prediket) atau musnad, dan kemudian diikuti oleh mubtada’

    (subjek) atau musnad ilaih kebalikan dari bentuk sebelumnya. Ayat-

    ayatnya antara lain :

    - Surat al-Jatsiyah : 36

    ِِ ِِِٱۡلَحۡمدُِِلِلََفِ تَِِرب َوَّٰ ِِِٱلس َمَّٰ ِِِٱۡۡلَۡرِضَِوَرب لَِمينََِرب ٣٦ِٱۡلعََّٰ

    45Kursi dalam ayat Ini oleh sebagian Mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang

    mengartikan dengan kekuasaan-Nya.

    46 QS. Al-Baqarah : 255

  • 29

    Artinya ; Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan

    bumi, Tuhan semesta alam.

    Bila dilihat dari susunan struktur ayat di atas, maka terlihat bahwa

    ayat tersebut dimulai dengan lafaz (kata) ِِ yaitu sebagai khobar لِلََفِ

    (prediket) atau musnad atau mukhbir bih Sedangkan lafaz (kata) ُِٱۡلَحۡمد

    yaitu sebagai mubtada’ mu’akkhor atau musnad ilaih, atau mukhbir ‘anhu.

    Dan selain dari kedua lafaz (kata) tersebut di sebut qoyyid atau pelengkap

    (complement).

    Bila dilihat dari sisi makna yang ingin disampaikan kepada

    mukhottob maka dapat dipahami bahwa ayat tersebut memberikan makna

    kekhususan artinya puji-pujian itu hanya khusus diperuntukkan bagi Allah

    Swt tidak ada kemungkinan bagi yang lain, dalam hal ini dialektika

    pembicaraannya menunjukkan ketetapan dan kekhususan bagi Allah swt

    dalam bentuk dawam (selamanya) dan istimrar (terus-menerus).

    Pemahaman yang sama yang dapat dipahami dari ayat berikut ini :

    - Surat al-Rum : 4 :

    ِِِفِي ِّلِل َِويَۡوَمئِٖذِيَۡفَرُحِِٱۡۡلَۡمرُِبِۡضعِِِسنِيَن ٤ِٱۡلُمۡؤِمنُونَِِمنِقَۡبُلَِوِمۢنِبَۡعُدۚ

    Artinya : Dalam beberapa tahun lagi47.bagi Allah-lah urusan sebelum

    dan sesudah(mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa

    Rumawi)itubergembiralah orang-orang yang beriman.48

    Redaksi ayat diatas menunjukkan bahwa kata “ِِ ّلِل “ adalah khobar

    (musnad) sedangkan kata “ٱۡۡلَۡمر” adalah mubtada’ (musnad Ilaih). Di

    dahulukannya susunan kata khobar ( musnad ) dari mubtada’ ( musnad

    Ilaih) dalam ayat tersebut memberikan makna bahwa urusan tersebut

    menjadi ketetapan dan kekhususan bagi Allah Swt semata tanpa adanya

    campur tangan dari pihak lainnya.

    47ialah antara tiga sampai sembilan tahun. waktu antara kekalahan bangsa Rumawi (tahun

    614-615) dengan kemenangannya (tahun 622 M.) bangsa Rumawi adalah kira-kira tujuh tahun.

    48 Q.S. Ar-Rum : 4

  • 30

    c. Adakalanya jumlah ismiyyah (kalimat nominal) ini berbentuk kalam manfi

    (kalimat negative) Dengan menggunakan huruf Nafi’ dan Istitsna’. Ayat-

    ayatnya antara lain QS. Almaidah ; 75 :

    ا ِِٱۡبنُِِٱۡلَمِسيحُِِم َِخلَۡتِِمنِقَۡبِلِه َِرُسوٞلِقَۡد ِإَِل ُسلَُِمۡريََم هُِِٱلرُّ ِيَۡأُكََلِنِِۥَوأُمُّ َِكانَا يقَٞة ِصد ِ

    تَِِكۡيَفِنُبَي ُِنِلَُهُمِِٱنُظرِِۡٱلط عَاَمِ ِيُۡؤفَُكوَنِِٱنُظرِۡثُم ِِٱۡۡلٓيََّٰ ٧٥أَن ىَّٰ

    Artinya : Al masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang

    Sesungguhnya Telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan

    ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa

    memakan makanan. perhatikan bagaimana kami menjelaskan

    kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami),

    Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari

    memperhatikan ayat-ayat kami itu).

    Dilihat dari segi struktur kalimatnya maka dapat dilihat

    bahwa susunan ayat diatas dimulai dengan huruf Nafi “ ا yang diiringi “ م

    dengan huruf istitsna’ ِِإَل , lalu kata “ َُِمۡريَمَِِٱۡبنُِِٱۡلَمِسيح “ merupakan

    musnad ilaih sekaligus menjadi al-mustatsna minhu, dan kemudian kata

    ََِٞرُسول merupakan musnad sekaligus menjadi al-mustatsna dari ِإَِل .

    Selanjutnya dalam surat al-Shad ; 65 dinyatakan sebagai berikut :

    ِ ٍهِإَِل َِوَماِِمۡنِإِلََّٰ ُِقُۡلِإِن َمآِأَنَ۠اُِمنِذٞر ِحدُِِٱّلل ارُِِٱۡلَوَّٰ ٦٥ِٱۡلقَه

    Artinya : Katakanlah (ya Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya

    seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan

    selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan

    Dilihat dari segi struktur kalimatnya maka dapat dilahat

    bahwa susunan ayat diatas dimulai dengan huruf Nafi “ ا yang diiringi “ م

    dengan huruf istitsna’ ِإَِل , lalu kata “ِ ٍه ِإِلََّٰ merupakan musnad ilaih “ِمۡن

    sekaligus menjadi al-mustatsna minhu, dan kemudian kata ُِ ِحدُِِٱّلل ارُِِٱۡلَوَّٰ ِٱۡلقَه

    merupakan musnad sekaligus menjadi al-mustatsna dari ِإَِل .

    Susunan kata dari ayat di atas memberikan makna Qashru

    (batasan) yaitu kata ٍِه ُِ adalah maqsur sedangkan kata ِمۡنِإِلََّٰ ِحدُِِٱّلل ارُِِٱۡلَوَّٰ ٱۡلقَه

    adalah maqsur ‘alaih, redaaksi lafaz diatas menunjukkan adanya batasan

    pada kata sifat ٍِه ُِ kepada maushuf-nya إِلََّٰ artinya makna ayat diatas ٱّلل

    menunjukkan penetapan Uluhiyah (ketuhanan) itu tidak lain hanyalah

    pada Allah SWT semata, tidak lebih dari itu.

  • 31

    Selanjutnya dalam surat al-an’am; 90 dinyatakan sebagai berikut :

    ئِكَِٓ ُِ َهَدىِِٱل ِذينَِِأُْولََّٰ ُهُمِِٱّلل ِأَسِِۡٱۡقتَِدۡهِ فَبُِهَدىَّٰ ٓ لَِميَنِِ قُلَِل ِِلۡلعََّٰ ِِذۡكَرىَّٰ ِإِۡنُِهَوِإَِل ِأَۡجًرا َِعلَۡيِه لُُكۡم

    ٩٠

    Artinya : Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh

    Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak

    meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)".

    Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh

    ummat

    Dilihat dari segi struktur susunan ayat diatas maka dapat

    dilihat bahwa ayat tersebut dimulai dengan huruf Nafi “ِۡإِن “ yang diiringi

    dengan huruf istitsna’ ِإَِل , lalu kata “َُِهو“ merupakan musnad ilaih/maqsur sekaligus menjadi al-mustatsna minhu, dan kemudian kata

    ِ لَِميَن ِِلۡلعََّٰ -merupakan musnad/maqsur ‘alaih sekaligus menjadi alِذۡكَرىَّٰ

    mustatsna dari ِإَِل .

    Susunan kata dari ayat di atas memberikan makna Qashru

    (batasan) atau penetapan kata “َُِهو“ sebagai maushuf-nya kepada kata

    لَِميَنِ ِِلۡلعََّٰ sebagai sifat-nya dengan kata lain qoshru maushuf ‘ala sifat ِذۡكَرىَّٰ

    ( pembatasan/penetapan maushuf kepada sifat).

    d. Adakalanya jumlah ismiyyah (kalimat nominal) ini didahului oleh salah

    satu dari huruf – huruf Taukid , antara lain :

    1. Dengan menggunakan huruf taukid إنما , sebagaimana di dalam surat

    al-Nahl : 51 :

    ُِ۞َوقَاَلِ َهۡيِنِِٱّلل َيِفَِِٱۡثنَۡيِنِ ََلِتَت ِخذُٓواِْإِلََّٰ ِحٞدِفَإِي َّٰ ٞهَِوَّٰ ٥١ِٱۡرَهبُونِِإِن َماُِهَوِإِلََّٰ

    Artinya : Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan;

    Sesungguhnya dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka

    hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".

    Redaksi ayat diatas menunjukkan bahwa kata “ huwa” adalah

    mubtada’ dan kata “ Ilahun Wahid “ adalah khobar-nya. Dengan

  • 32

    demikian dapat dipahami bahwa Allah Swt telah menetapkan bahwa

    Dia adalah Tuhan yang satu.

    ِوَِِٱۡلُمۡؤِمنُونَِِإِن َما َِِٱت قُواِْإِۡخَوٞةِفَأَۡصِلُحواِْبَۡيَنِأََخَوۡيُكۡمۚ ١٠لَعَل ُكۡمِتُۡرَحُموَنِِٱّلل

    Artinya : Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara.

    sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara

    kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,

    supaya kamu mendapat rahmat. ( al-Hujurat : 10 )

    Redaksi ayat diatas menunjukkan bahwa kata “ al-mukminun”

    adalah mubtada’ dan kata “ ikhwatun“ adalah khobar-nya. Dengan

    demikian dapat dipahami bahwa Allah Swt telah menetapkan bahwa

    orang-orang mukmin itu adalah bersaudara.

    Selanjutnya dalam surat Fatir : 28, dinyatakan :

    مِِوَِِٱلد َوآب ِِوَِِٱلن اِسَِِوِمنَِ نُهُِِٱۡۡلَۡنعََّٰ ِإِن َماِيَۡخَشىِِۥُمۡختَِلٌفِأَۡلَوَّٰ ِلَك ََِكَذَّٰ ِمۡنِِعبَاِدِهِِٱّلل

    ُؤاِْ ٓ ِٱۡلعُلََمَِّٰ َِإِن ٢٨َعِزيٌزَِغفُوٌرِِٱّلل

    Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang

    melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-

    macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut

    kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah

    ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

    Pengampun

    Dilihat dari segi struktur kalimatnya maka dapat dilahat

    bahwa susunan ayat diatas dimulai dengan huruf “ إِن َما “ yang diiringi

    langsung dengan kata َِِيَۡخَشى ٱّلل sebagai khobar muqoddam/musnad (

    prediket)/maqsur dan kata ُؤاِْ ٓ ِٱۡلعُلََمَّٰ sebagai mubtada’

    mu’akkhor/musnad ilaih(subjek)/maqsur ‘alaih.

    Susunan kata dari ayat di atas memberikan makna adanya

    Qashru (batasan) atau ketetapan yaitu kata sifat خشية هللا kepada

    maushuf-nya العلماء artinya makna ayat diatas menunjukkan penetapan

    sifat خشية هللا ( takut kepada Allah) itu tidak lain hanyalah pada العلماء

    semata, tidak lebih dari itu.

  • 33

    2. Dengan huruf taukid أال (li Tanbih), sebagaimana firman Allah dalam

    surat al-Baqarah : 13 :

    َِكَمآَِءاَمَنَِِوإَِذا َِءاِمنُواْ ِأَنُۡؤِمُنَِكَمآَِءاَمَنِِٱلن اسُِقِيَلِلَُهۡم ُِهُمِِٱلسُّفََهآُءِ قَالُٓواْ ِإِن ُهۡم أَََلِٓيَۡعلَُموَنِِٱلسُّفََهآءُِ ِكنَِل ١٣َولََّٰ

    Artinya : Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu

    sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka

    menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-

    orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah,

    sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi

    mereka tidak tahu

    3. Dengan Dhomir Fashol yang berfungsi sebagai penguat (li taukid),

    sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah : 5 :

    ئِكَِٓ ئَِكُِهُمِِأُْولََّٰ

    ٓ َِوأُْولََّٰ ب ِِهۡم نِر ُِهٗدىِم ِ ٥ِٱۡلُمۡفِلُحونََِعلَىَّٰ

    Artinya : Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan

    mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung

    Dhomir Fashol هم di penghujung ayat diatas yang memisahkan antara

    mubtada’ أولئك dan khobar المفلحون berfungsi sebagai penguat kalimat.

    2. Jumlah Fi’liyyah.

    Manna’KhalilAl-Qattan49 menjelaskan bahwa jumlah fi’liyah atau

    kalimat verbal menunjukkan arti tajaddud (timbulnya sesuatu ) dan hudus

    (temporal). Adapun yang dimaksudkan dengan tajaddud dalam fi’il madhi(

    kata kerja masa lampau ) adalah perbuatan itu timbul tenggelam, kadang ada

    dan terkadang tidak ada. Sedang dalam fi’il mudhari’( kata kerja masa kini

    atau masa akan datang ) adalah perbuatan itu terjadi berulang-ulang.

    49Manna” Khalil al-Qattan,Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, alih bahasa : Mudzakir AS “ Mabahits Fi

    Ulum al-Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2009, cet. Ke-12),hlm. 291-292

  • 34

    Penjelasan yang semakna dengan apa yang disampaikan Al-Qattan,

    diungkapkan oleh Al-Suyuti50bahwa khitab dengan fi’il menunjukkan arti

    tajaddud dan hudus. Menurut beliau yang dimaksud dengan tajaddud pada

    fi’il madi adalah hasil (al-hushul) dan pada fi’il mudari’ adalah berlangsung

    berulang-ulang.

    Bentuk kaidah jumlah fi’liyah tersebut dapat dilihat pada ayat yang

    redaksinya menggunakan Fi’il sebagai berikut :

    a. Adakalanya jumlah Fi’liiyyah (kalimat verbal) ini langsung dimulai

    dengan fi’il atau musnad ( prediket) dan diiringi oleh fa’il atau musnad

    ilaih (subjek).

    َُِِخلَقَِ تِِِٱّلل َوَّٰ ۡلُمۡؤِمنِيَنِِٱۡلَحق ِِۚبِِِٱۡۡلَۡرضَِوَِِٱلس َمَّٰ ِلَكَِۡلٓيَٗةِل ِِفِيَِذَّٰ ٤٤إِن

    Artinya : Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah

    bagi orang-orang mukmin51

    Bila dilihat dari susunan struktur ayat di atas, maka terlihat bahwa

    ayat tersebut dimulai dengan lafaz (kata) ََِخلَق yaitu sebagai prediket atau

    fi’il atau musnad, atau mukhbir bih. Sedangkan lafaz (kata) ُِ yaitu ٱّلل

    sebagai subjek atau fa’il atau musnad ilaih, atau al-mukhbir ‘anhu. Dan

    selain dari kedua lafaz (kata) tersebut di sebut qoyyid atau pelengkap

    (complement).

    Bila dilihat dari sisi makna yang ingin disampaikan kepada

    mukhottob maka dapat dipahami bahwa peristiwa penciptaan langit dan

    bumi oleh Allah SWT sudah terjadi dan berlangsung pada masa lampau.

    b. Adakalanya susunan redaksi jumlah fi’liyah ini dengan mendahulukan

    maf’ul (objek) dari pada fi’il dan fa’ilnya, sebagaimana dinyatakan dalam

    surat al-Fatihah : 5 , yakni :

    50Al-Suyuti, Al-Suyuti. Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an. Dar Al-Fikr.hlm.199 51 QS. Al-Ankabut : 44

  • 35

    ٥نَۡعبُُدَِوإِي اَكِنَۡستَِعيُنِِإِي اكَِ

    Artinya : Hanya Engkaulah yang kami sembah52, dan Hanya kepada

    Engkaulah kami meminta pertolongan53.(Q.S. Al-Fatihah : 5)

    Kata ( ) dan ( ) pada ayat diatas adalah fi’il dan

    fa’ilnya sementara maf’ulnya adalah kata َِإِي اك yang struktur lafaznya

    mendahului fi’il dan fa’ilnya. Kemudian bila melihat pada bentuk kedua

    fi’ilnya diungkapkan dalam bentuk fi’il Mudhari’, hal ini dapat

    memberikan pemahaman bahwa pekerjaan menyembah kepada Allah dan

    meminta tolong kepada-Nya harus dilakukan secara terus-menerus dan

    berkesinambungan tanpa terkecuali, sementara mendahulukan susunan

    maf’ul dari pada fi’il dan fa’ilnya sebagaimana yang diungkapkan oleh

    Ibnu katsir54 memberikan makna lil ihtimam bih dan lil ikhtishor artinya

    menunjukkan perhatian dan batasan yang pengertiannya memberikan

    pemahaman tentang penekanan dan keutamaan Allah SWT sebagai Zat

    yang patut disembah dan tempat meminta pertolongan dan bukan kepada

    selainnya.

    c. Adakalanya jumlah fi’liyyah di mulai dengan berbagai huruf, antara lain :

    - Huruf Qosam (sumpah) yang berfungsi sebagai penguat kalimat,

    sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Anbiya’ : 57, Allah berfirman :

    ِِ َمُكمِبَۡعَدِأَنِتَُولُّواُِْمۡدبِِريَنَِِوتَٱّلل ِأَۡصنََّٰ ٥٧َۡلَِكيَدن

    52Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh

    perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah

    mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

    53Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk

    dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. 54 Abil Fida’ Ismail ibnu Umar ibnu Katsir al-Quraisyi al-Dimasyqy (701-774 H), Tafsir al-

    Qur’an al-‘Azhim, Dar Ibnu Hazm, Beirut, Op.Cit., hlm.70

  • 36

    Artinya : Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya

    terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi

    meninggalkannya

    Ayat diatas di mulai dengan sighat Qosam, yakni ت huruf

    qosam, lalu disusul dengan muqsam bih هللا, lalu kemudian diiringi

    dengan muqsam ‘alaih ( jawab qosam ) َمُكم ِأَۡصنََّٰ hal ini , َۡلَِكيَدن

    memberikan makna sebagai penguat perkataan yang masyhur untuk

    memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa,

    sebagaimana ditegaskan oleh al-Qattan55 bahwa al-Qur’an diturunkan

    untuk seluruh manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-

    macam terhadapnya. Diantaranya ada yang meragukan, ada yang

    mengingkari dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu dipakailah

    qosam dalam Kalamullah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan

    kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar dan

    menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.

    - Huruf قد yang berfungsi sebagai penguat kalimat, sebagaimana firman

    Allah dalam surat al-‘A’la : 14 :

    ِ ١٤قَۡدِأَۡفلََحَِمنِتََزك ىَّٰ

    Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)

    - Huruf لن , sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah : 120 :

    َِعنَكَِِولَن َرىََِّٰوََلِِٱۡليَُهودُِتَۡرَضىَّٰ ُِهَدىِِٱلن َصَّٰ ِقُۡلِإِن ِتَت ب�