ayat ayat allah

Upload: sutanprayoga

Post on 12-Jul-2015

413 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

AYAT-AYAT TENTANG ALLAHHADITS I (AQIDAH)D I S U S U N OLEH : KELOMPOK II SAPARDI SUGANDAH BURHANUDDIN RABBANI JONNI KENRO SITUMEANG DOSEN PEMBIMBING : Drs. DARWIS MARGOLANG, MA

SEMESTE EKSEKUT R III IF B

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUMATERAi TAHUN PELAJARAN 2011-2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kepada pemakalah untuk dapat melaksanakan tugas makalah kuliah dan sekaligus presentasi kelompok tentang pembahasan Ayat-Ayat Tentang Allah. Dan berkat rahmat-Nya jualah, maka pemakalah dapat menyusun sebuah makalah sebagai tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan pada mata kuliah HADITS I (AQIDAH) tahun ajaran 2011/2012. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan baik penulisan maupun penyusunan katakata, oleh karenanya dengan hati yang lapang kami mengharapkan kritik dan saran guna tercipta makalah yang lebih baik kelak. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah khusunya dan bagi rekan-rekan mahasiswa pada umumnya.

Medan,

September 2011 Pemakalah Kelompok II

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................... DAFTAR ISI .......................................................................... A. Ayat-Ayat Tentang Allah ............................................ B. Cinta Sesama Muslim Sebagian Dari Iman ................ C. Ciri Seorang Muslim Tidak Mengganggu Orang Lain . D. Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata ............................................................ a. Memuliakan Tamu ................................................. b. Memuliakan tetangga ............................................ c. Berbicara Baik atau Diam ...................................... KESIMPULAN ........................................................................ REFERENSI .......................................................................... 11 12 14 16 18 19 i ii 1 6 8

iii

A. AYAT-AYAT TENTANG ALLAH Al-Qur'an sebagai pedoman umat Islam telah memberikan metode bagi setiap muslim untuk dapat membuktikan adanya Allah ta'ala. Sangat banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang menunjukan tentang keberadaan Allah ta'ala. Secara umum cara untuk mengetahui keberadaan Allah ta'ala adalah melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan melalui ciptaan-Nya. Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah : malam, siang, matahari dan bulan. Sedang di antara ciptaan-Nya ialah : tujuh langit dan tujuh bumi beserta segala makhluk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada di antara keduanya. Firman Allah :

Artinya :Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan janganlah (pula kamu bersujud) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu banar-benar hanya kepadanya beribadah. (QS. Fussilat : 37). Dalam ayat yang mulia ini Allah ta'ala menyebutkan secara gambalng bagaimana manusia diberikan tanda-tanda akan keberadaannya melalu makhluk-makhluk yuang diciptakannya seperti malam, siang, matahari, dan bulan. Selain itu Allah juga memyebutkan bhwa Dialah satu-satunya Sesembahan (Ilah) yang berhak untuk diibadahi. Dalam ayat yang lainnya Allah berfirman :

4

Artinya : Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang, senantiasa mengikutinya dengan cepat. Dan Dia (ciptakan pula) matahari dan bulan serta bintangbintang (semuanya) tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah hanya hak Allah mencipta dan memerintah itu. Maha suci Allah Tuhan semesta alam. (surah Al-Araf : 54). Tuhan inilah yang haq untuk disembah. Ia telah

menciptakan segala yang ada di bumi dan di langit untuk manusia, Dalilnya, firman Allah Taala:

Artinya : Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Robb) yang telah menjadikan

5

untukmu bumi ini sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan (hujan) dari langit, lalu dengan air itu Dia menghasilkan segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengangkat sekutusekutu bagi Allah, padahal kamu mngetahui. (surah AlBaqarah: 21-22). Dalam ayat-ayat Al-Quran yang lainnya disebutkan pula tanda-tanda kekuasaan Allah yang lainnya. Allah berfirman :

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS Al-Baqarah : 164 Ayat yang mulia ini mengukuhkan ayat-ayat sebelumnya mengenai bukti adanya Allah ta'ala dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan ayat-ayat Kauniyyah dan ayatayat Qauliyyah. B. CINTA SESAMA MUSLIM SEBAGIAN DARI IMAN

6

.(.) Artinya : Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Yahya telah menceritakan kepada kami dari Syubah dari Qatadah dari Anas r.a berkata bahwa Nabi saw. telah bersabda tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai) Seorang mukmin yang ingin mendapatkan rida Allah SWT. Harus berusaha untuk melakukan perbuatan perbuatan yang diridai-Nya. Salah satunya adalah mencintai sesama saudaranya seiman seperti ia mencintai dirinya, sebagaimana dalam hadist diatas. Namun demikian hadist tidak dapat diartikan bahwa seorang mukmin yang tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri berarti tidak beriman. Maksud pertanyaan pada hadist diatas. tidaklah sempurna keimanan seseorang , jika tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jadi, haraf nafi pada hadist tersebut berhubungan dengan ketidaksempurnaan. Hadist diatas juga menggambarkan bahwa islam sangat menghargai persaudaraan dalam arti sebenarnya. Rasulullah saw bersabda :

Artinya : Khalad bin Yahya telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Sofyan telah menceritakan kepada kami dari Abi Burdah ibn Abdillah ibn Abi Burdah dari kakeknya dari Abi Musa dari Nabi saw. telah bersabda: sesungguhnya antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling melengkapi (memperkokoh) satu sama lain. (H.R. Bukhari dan Muslim.)

) . )

7

Masyarakat seperti itu, telah dicontohkan pada zaman Rasullulah SAW. Kaum anshar dengan tulus ikhlas menolong dan merasakan penderitaan yang dirasakan loeh kaum muhajirin sebagai penderitaanya. Perasaan seperti itu bukan didasarkan keterkaitan darah atau keluarga,tetapi didasarkan pada keimanan yang teguh. Tak heran kalau mereka rela memberikan apa saja yang dimilikinya untuk menolong saudaranya dari kaum Muhajirin, bahkan ada yang menawarkan salah satu istrinya untuk dinikahkan kepada kaum muhajirin. Persaudaraan seperti itu sungguh mencerminkan betapa kokoh dan kuatnya iman seseorang. Ia selalu siap menolong saudaranya seiman tanpa diminta, bahkan tidak jarang mengorbankan kepentingannyta sendiri demi menolong

saudaranya. Perubahan baik seperti irtulah yang akan mendapat pahala besar disisi Allah SWT, yakni memeberikan sesuatu yang sangat di cintainya kepada saudaranya seiman dengan dirinya sendiri. Allah SWT Berfirman:

Artinya : kamu sekali kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna). Sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu nafkahkan, sesunggihnya Allah mengetahuinya.(Q.S.AlImran :92) Sebaliknya orang orang mukmin yang egois, yang hanya mementingkan kebahagiaanya dirinya sendiri, pada hakikatnya tidak memiliki keimanan yang sesungguhnya. Hal ini karena perbuetan seperti itu merupakan perbuatan orang kufurdan tidak disukai Allah SWT. Tidaklah cukup dipandang mukmin yang taat

8

sekalipun khusyuk dalam shalat atau melaksanakan semua rukun iman bila tidak peduli terhadap nasib saudaranya sendiri. Namun demikian, mencintai seseorang mukmin, sebagaimana dikatakan diatas, harus didasari lillah. Oleh karena itu, harus tetap mencintai saudaranya seiman sehingga ia mau menolong saudaranya tersebut dalam berlaku maksiat dan dosa kepada Allah SWT. Sebaliknya, dalam mencintai sesama muslim, harus mengutamakan saudara saudaranya yang seiman yang betul betul taat kepada Allah SWT. Rasullulah SAW Memberikan contoh siapa saja yang harus terlebuh dahulu dicintai yakni mereka yang berilmu orang orang terkemuka, orang orang yang suka berbuat kebaikan, dan lain lainya sebagaimana dalam hadist: Artinya : Abdullah ibn Masud r.a, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, hendaknya mendekat kepadaku orang orang dewasa dan yang pandai, ahli ahli pikir. Kemudian berikutnya lagi. Awaslah! Janganlah berdesak desakan seperti orang orang pasar. (HR. Muslim) Hal ini tidak berearti diskriminatif karena islam pun memerintahkan umatnya untuk mendekati orang orang yang suka berbuat maksiat dan memberi nasihat kepada mereka atau melaksanakan amar maruf dan nahi munkar. C. CIRI SEORANG MUSLIM TIDAK MENGGANGGU ORANG LAIN Nabi SAW. telah bersabda:

() Artinya : orang muslim adalah orang yang orang-orang Islam (yang lain) selamat dari lisan dan tangannya dan orang yang hijrah adalah orang yang hijrah dari apa yang telah dilarang Allah swt. (H.R. Bukhari, Abu Dawud, dan Nasai)

9

Hadist diatas mengandung dua pokok bahasan yakni, tentang hakekat seorang muslim, dalam membina dengan sesama muslim dalam kehidupan sehari hari, dan juga menjelaskan hakekat hijra dalam pandangan islam. Orang mengucapkan dua kalimah sahadah telah tergolong muslim. Akan tetapi, untuk dikatakan muslim yang sebenarnya (haqiqi), ia harus memiliki tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan islam, tanpa memilih atau membedakan syariat yang disukai atau yang tidak disukai olehnya. Tidaklah dikatakan sempurna keislaman seseorang jika ia memperhatikan ibadah ritual yang berhubungan dengan Allah SWT, tetapi melupakan atau meremehkan hubunganya dengan menusia. Dalam Al Quran banyak ayat yang mengatur tentang hal ini sehingga tercipta keharmonisan hidup, tidak terjadi pertentangan ata bantrokan sesamamuslim. Dalam hadist diatas dinyatakan bahwa seorang muslim adalah orang yang mampu menjaga dirinya sehingga orang lain selamat dari kezaliman atau perbuatan jelek tangan dan mulutnya dengan kata lain, ia harus berusaha agar saudaranya sesamamuslim tidak merasa disakiti oleh tanganya, baik fisik seperti dengan memukulnya, merusak harta bendanya dan lai lain ataupun dengan lisanya. Kalaupun ia pernah menyakiti saudaranya tanpa disengaja, ia harus segera memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuananya. Adapun menyakiti orang lain dengan ucapan atau lisanya, misalnya dengan memfitnah atau cacian, umpatan, hinaan dan lain lain. Perasaan yang sakit disebabkan oleh ucapan lebih sulit dihilangkan dari pada sakit akibat pukulan fisik. Tidak jarang terjadi perpecahan, perkelahian bahkan kekurangan di berbagai daerah akibat tidak dapat mengatur lisanya sehingga menyebabkan orang lain sakit hati. Salah satu pepetah arab mengatakan :

10

Keselamatan seseorang ialah dengan menjaga lisanya. Dengan demikian harus berusaha untuk tidak menyakiti saudaranya dengan cara apapun dan kapanpun. Sebaliknya, ia selalu berusaha menolong dan menyayangi saudaranya seiman sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini karena menjaga orang lain, baik fisik maupun perasaanya yang sangat penting dalam islam. Tidak heran kalau amalan sedekah akan batal jika disertai sikap yang dapat menyakiti mereka yang diberi sedekah. Allah SWT Berfirman :

Artinya : Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut dan menyakiti (perasaan si penerima). (Q.S Al Baraqah : 264) Oleh karena itu, setiap muslim harus berhati hati dalam bertingakah manfaatnya. laku jangan asal berbicara bila bila tidakl bila ada Janganlah berbuat sesuatu hanya

menyebabkan penderitaan orang lain. Karena segala tindakan dan perbuatan akan dimintai pertanggung jawabanya kelak di akhirat sebagaimana dalam Firmanya:

Artinya : Dan janganlah kamu menyakiti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentengnya. Sesungguhnya pendengaran, pendengaran, penglihatan, dan hati,

11

semuanmya itu akan diminta pertanggung jawabanya. (Q.S Al Isra : 36) Disamping itu, jika seseorang berbuat dosa pada sesama muslim, Allah SWT tidak akan mengampuni dosanya sebelum oarng yang pernah disakiti itu memaafkanya. Dalam hadist diatas juga diterangkan tentang hijrah yaitu bahwa hijrah yang sebenarnya bukanlah berpindah tempat sebagaimana bayak diphami orang, melainkan berpindah dari kejelekan menuju kebaikan. Memang sangat berat bagi orang yang terbiasa melakukan sesuatu agama atau terbiasa tidak melakukan sesuatu yang telah diperintahkan oleh agama untuk merubah perilakunya, padahal dia mengakui bahwa dirinya beriman. Dalam hati kecilnya ia mengakui bahwa perbuatan yang selama ini dilakukanya adalah alah. Akan tetapi, kalai didasari dengan niat yang betul semuanya akan mudah. Ia akan berpindah dari jalan yang dimurkai Allah SWT. Menuju jalanyang diridhainya. Allah SWT pastinya akan menyertai orang orang yang taat padanya dan memberikan pahala dan kebahagiaan kepada mereka. Sebagaimana Firmanya :

Artinya : Orang orang yang beriman dan berhijrah dijalan Allah dengan harta mereka dan jiwa mereka adalah lebih tinggi derajatnyadisisi Allah: dan itulah orang orang yang mendapat kemenangan. (Q.S At Taubah : 20) Hijrah juga dapat diartikan sebagai perjalanan panjang untuk meraih masa depan yang lebih cerah. Dapat juga diartikan

12

sebagai perjalanan untukmendapat ridha-Nya. Untuk menempuh suatu perjalanan yang perlu bekal yang cukup. Bekal tersebut dalam islam adalah aqidah yang kuat. Orang yang kuat imanya tidak akan mudah tergelincir pada perbuatan yang salah, ia akan segera terhijrah dari perbuatan jelek tersebut kepada perbuatan perbuatan baik, sesuai perintah-Nya. D. REALISASI IMAN DALAM MENGHADAPI TAMU (AN: 47)

). ) Artinya : Qutaibah bin Said telah menceritakan kepada kami, Abu al-Ahwash telah menceritakan kepada kami, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya; barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam (H.R. Syaikhani dan Ibnu Majah) Hadis di atas menyebutkan tiga di antara sekian banyak ciri dan sekaligus konsekuensi dari pengakuan keimanan seseorang kepada Allah swt. dan hari akhirat. Ketiga ciri yang dimaksudkan adalah: memuliakan tamu, menghormati tetangga, dan berbicara yang baik atau diam. Meskipun keimanan kepada Allah dan hari akhirat merupakan perbuatan yang bersifat abstrak, namun keimanan tidak berhenti sebatas pengakuan, tetapi harus diaplikasikan dalam bentuk-bentuk nyata. Hadis di atas hanya menyebutkan tiga indikator yang menggambarkan sikap seorang yang beriman, dan tidak berarti bahwa segala

13

indikator keberimanan seseorang sudah tercakup dalam hadis tersebut. Demikian pula, ciri-ciri orang beriman yang disebutkan dalam hadis di atas tidaklah berarti bahwa orang yang tidak memenuhi hal itu diklaim sebagai orang yang keluar dari keimanan, sehingga orang yang tidak memuliakan tamu dan tetangga, serta tidak berkata yang baik dianggap tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Maksud hadis di atas bahwa ketiga sifat yang disebutkan dalam hadis termasuk aspek pelengkap keimanan kepada Allah dan hari akhir-Nya. Ketiga sifat tersebut di atas jika diwujudkan dengan baik, mempunyai arti sangat besar dalam kehidupan sosial. Ciri orang beriman yang disebutkan dalam hadis di atas, adakalanya terkait dengan hak-hak Allah swt., yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan laranganlarangan, seperti diam atau berkata baik, dan adakalanya terkait dengan hak-hak hamba-Nya, seperti tidak menyakiti tetangga dan memuliakan tamu. a. Memuliakan Tamu Yang Pelayanan Dalam dimaksud yang baik hadis dengan tentu memuliakan saja dilakukan bahwa tamu adalah memperbaiki pelayanan terhadap mereka sebaik mungkin. berdasarkan kewajiban kemampuan dan tidak memaksakan di luar dari kemapuan. sejumlah dijelaskan batas memuliakan tamu adalah tiga hari tiga malam. Pelayanan lebih dari tiga hari tersebut termasuk sedekah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah saw.:

14

) . ) Artinya: Qutaibah bin Said telah menceritakan kepada kami, Laits telah menceritakan kepada kami, dari Said bin Abi Said, dari Abi Syuraih al-Adawiy, berkata, Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, ia harus menghormati tamunya dalam batas kewajibannya. Sahabat bertanya, yang manakah yang masuk batas kewajiban itu ya Rasulullah? Nabi menjawab, batas kewajiban memuliakan tamu itu tiga hari tiga malam, sedangkan selebihnya adalah shadaqah. (Mutafaq Alaih) Dalam memberikan batas kewajiban tersebut, tuan rumah wajib

pelayanan

berupa

makanan

sesuai

dengan

kemampuannya tanpa ada unsur memaksakan diri. Pelayanan tamu termasuk kategori nafkah wajib, dan tidak wajib kecuali bagi orang yang mempunyai kelebihan nafkah keluarga. Selain itu, termasuk kategori memuliakan tamu ialah memberikan sambutan yang hangat dan senantiasa menampakkan kerelaan dan rasa senang atas pelayanan yang diberikannya. Sikap yang ramah terhadap tamu jauh lebih berkesan di hati mereka dari pada dijamu dengan makanan dan minuman yang mahal-mahal tetapi disertai dengan muka masam. Memuliakan tamu di samping merupakan kewajiban, ia juga mengandung aspek kemuliaan akhlak. Sebaliknya, seorang yang bertamu juga harus senantiasa memperlihatkan sikap koperatif dan akhlak yang baik, sehingga orang yang menerimanya merasa senang melayaninya. Adapun etika bertamu yang harus diperhatikan antara lain: 1. Masuk ke rumah orang lain atau tempat perjamuan, harus memberi salam, dan atau memberi hormat menurut adat dan tata cara masing-masing masyarakat.

15

2. Masuk ke dalam rumah melalui pintu depan, dan diperjamuan melalui pintu gerbang yang sengaja disediakan untuk jalan masuk bagi tamu. 3. Ikut berpartisipasi dalam acara yang diadakan dalam suatu perjamuan, selama kegiatan itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam. 4. Duduk setelah dipersilahkan, kecuali di rumah sahabat karib atau keluarga sendiri. 5. Duduk dengan sopan. Jika tamu yang datang bermaksud meminta bantuan atas suatu masalah yang dihadapinya, maka kita harus memberinya bantuan sesuai kemampuan. Bahkan meskipun tamu bersangkutan tidak mengadukan kesulitannya jika hal itu kita ketahui, maka kita berkewajiban memberikan bantuan dalam batas kemampuan yang kita miliki. Jika ketentuan-ketentuan seperti disebutkan di atas dilaksanakan oleh segenap umat Islam, maka dengan sendirinya terjalin keharmonisan di kalangan umat Islam. Keharmonisan di antara umat Islam merupakan modal utama dalam menciptakan masyarakat yang aman dan damai. b. Memuliakan Tetangga Istilah mencakup merupakan tetangga tetangga mempunyai yang dekat yang pengertian maupun terdekat yang yang luas, jauh. Tetangga umumnya

orang-orang

merekalah orang pertama yang mengetahui jika kita ditimpa musibah dan paling dekat untuk dimintai pertolongan di kala kita kesulitan. Oleh karena itu, hubungan dengan tetangga harus senantiasa diperbaiki. Saling kunjung mengunjungi antara tetangga merupakan perbuatan terpuji, karena hal itu akan melahirkan kasih sayang antara satu dengan yang lainnya.

16

Berbuat baik kepada tetangga dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan memberikan pertolongan, memberikan pinjaman jika ia membuthkan, menengok jika ia sakit, melayat jika ada yang meninggal, dan lain-lain. Selain itu, sebagai tetangga kita juga harus senantiasa melindungi mereka dari gangguan dan bahaya, memberinya rasa tenang. Dalam hadis sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi saw. menggambarkan pentingnya memuliakan tetangga sebagai berikut:

. Artinya : Ismail bin Abi Uways telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Malik telah menceritakan kepadaku, dari Yahya bin Said, ia berkata Abu Bakr bin Muhammad telah mengabarkan kepadaku dari Amrah, dari Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk memuliakan) tetangga sehingga aku menyangka bahwa Jibril akan memberi keada tetangga hak waris. Perintah berbuat baik kepada tetangga juga disinyalir dalam berbagai ayat Alquran, antara lain firman Allah :

17

Artinya : dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anakanak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh], dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,( QS. An-Nisa (4): 36:) Di antara akhlak yang terpenting kepada tetangga adalah: 1) Menyampaikan ucapan selamat ketika tetangga sedang bergembira 2) Menjenguknya tatkala sakit 3) Bertaziyah ketika ada keluarganya yang meninggal 4) Menolongnya ketika memohon pertolongan 5) Memberikan nasehat dalam berbagai urusan dengan cara yang maruf, dan lain-lain. Kenyataan historis menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang sangat menghormati hak-hak tetangga dalam perspektif Hak Asasi Manusia. Dalam hubungan ini, kehadiran Muhammad sebagai pembawa ajaran Islam merupakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penindasan manusia atas manusia. Dalam Piagam Madinah dinyatakan sebagai berikut: (40) Segala tetangga sebagai yang diri berdampingan tidak rumah harus diperlakukan sendiri, boleh diganggu

ketentramannya, dan tidak diperlakukan salah. (41) Tidak seorangpun tetangga wanita boleh diganggu ketentraman atau kehormatannya, melainkan setiap kunjungan harus dengan izin suaminya c. Berbicara Baik atau Diam

18

Berbicara

merupakan

perbuatan

yang

paling

mudah

dilakukan tetapi mempunyai kesan yang sangat besar, baik ataupun buruk. Ucapan dapat membuat seseorang bahagia, dan dapat juga menyebabkan orang sengsara, bahkan binasa. Orang yang selalui menggunkan lidahnya untuk mengucapkan yang baik, menganjurkan kebaikan dan melarang perbuatanperbuatan jelek, membaca al-Quran dan buku-buku yang bermanfaat dan sebagainya, akan mendapatkan kebaikan atas apa yang dilakukannya. Sebaliknya, orang yang menggunakan lidahnya untuk berkata-kata jelek atau menyakiti orang lain, ia akan mendapat dosa, dan bahkan tidak mustahil akan membawa bahaya dan kebinasaan bagi dirinya. Oleh sebab itulah sehingga Rasulullah memerintahkan untuk berkata baik, dan jika tidak mampu mengucapkan yang baik maka diam merupakan pilihan terbaik. Orang yang menahan banyak berbicara kecuali dalam halhal baik, lebih banyak terhindar dari dosa dan kejelekan, daripada orang yang banyak berbicara tanpa membedakan hal yang pantas dibicarakan dan yang tidak pantas dibicarakan. Dalam sebuah pepatah Arab dikatakan:

Artinya: Tiap-tiap kondisi ada perkataan yang tepat, dan tiap-tiap ucapan ada tempatnya. Demikian pentingnya ucapan yang baik sehingga Allah swt. mensinyalir bahwa ucapan yang baik jauh lebih berharga daripada perbuatan yang tidak didasari oleh keikhlasan. Dalam QS. Al-Baqarah (2): 263 Allah swt. berfirman:

19

Artinya : Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Ayat tersebut memberikan motivasi untuk senantiasa berkata yang baik kepada orang lain, meskipun tidak mampu memberikan sesuatu yang bersifat materil kepada mereka. Ayat itu pula menuntun agar tidak menghardik orang yang meminta bantuan dan pertolongan kepada kita, sebab tidak memenuhi permintaan mereka tetapi dengan kata-kata yang baik, akan lebih menyenangkan hati mereka dari pada permintaannya dipenuhi tetap disertai dengan caci maki.

Kesimpulan Setelah kita mengetahui ayat-ayat tentang Allah, betapa besar kuasa Allah, maka sudah seharusnya kita bertaubat dan mengabdi hanya kepada Allah semata, yaitu dengan menjalankan segala perintahNya dan meninggalkan segala

20

laranganNya yang demikian itu adalah hubungan kita terhadap Allah. Selain daripada itu sebagai ciri orang beriman kita harus menjalin hubungan baik terhadap manusia, selalu berbuat baik terhadap orang lain dalam keadaan sudah maupun senang serta memuliakan tamu yang datang ke rumah kita, memuliakan tetangga serta bertutur kata yang sopan atau diam akan lebih baik.

Referensi : 1. 2. Al-Qur'an dan terjemahnya http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/03/29/rea

lisasi-iman-dalam-kehidupan-sosial/

21

22