laporan penelitian juudl.pdfinti sari telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengekstrak -...
TRANSCRIPT
; fJ.H.I{I-?4 ~
LAPORAN PENELITIAN / EKSTRAKSI DAN PEMURNIAN ANTmiOTIKA
\
BASIL FERMENTASI BIAKAJt·l•aptaMJMI•. PENGHASIL ANTIBIDTIKA
OLEH :
,r-/ SUKARTONO
AHMAD MUHAMMAD
JOEDORO SOEDARSON9
SRI NUGROHATI V SRI HARTADI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GAOJAH MACA
DILAKSANAKAN ATAS BIAYA
Proyek Pengembangan llmu -v .......... ·tsah•
Nomer : 736/PIT/DPPM/4
Direktorat Pembinaan Penelitian dan Penaal'l...r.!!i.nr
Direktorat Jenderal Pendidiltill~:~w
Oepartemen Pendidikan dan
.1 9 81
. ~1! ·I ~
l ~j
..• , - 'r
.. ,r . . . '· ~·--'~ .. ·
PRAKATA
Dalam usaha untuk ikut mengembangkan penelitian antibiotika
di Indoneaia,sejak tahun yang lalu telah dilakukan penelitian ter-
padu an tara bidang mikrobiologi, farmaai dan kedokteran •
Tahun yang lalu telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mencari biakan unggul (strain) Streptor;ycea penghaail antibiotika.
Dipilih Strepto&C..!! ·karena genua inilah yang paling banyak meng -
haailkan antibiotika.
Sebagai langkah lanjutan dalam penelitian kali ini akan dicobaeks -trakai dan pemurnian antibiotika haail fermentaai biakan Strepto •
· &cea penghasil antibiotika tersebut.
Pada keaempatan ini Tim Penelitian mengucapkan terima kaaih
kepada . . 1. Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada masyarakat
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K yang
telah membiayai penelitian ini.
2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Gadjah~ Mada yang mengkoor-
dinaai penelitian ini.
3• Dekan Fakultaa Pertanian dan Ketua Jurusan Mikrobiologi Fakul-
taa Pertanian Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan fa-
ailitaa untuk pelakaanaan penelitian ini.
4. Dekan Fakultaa Farmasi dan Ketua Jurusan Kimia Farmaai Fakul •
taa Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan fasi-
litaa untuk pelaksanaan penelitian ini.
5. Saudara-aaudara Sutanto B.Sc. ,Sri Wedhastri B.Sc. dan Dra.Sudi
byo Martono yang telah membantu pelak~~aan penelitian ini ser
ta juga Saudara-sa.ndara Sutarni dan Santo Riyadi yang dalam i
skripsinya mengiunbil_ topik penelitian · ini dan. salah .aatu iso ...
latnya, yakni biakan F2 digunakan dal.aJn percobaan.
6. Semua pihak Jarig. telah membantu eampai selesainya peneli tian
ini.
Semoga penelitian ini ada manfaatnya bagi pengembangan produk
si antibiotika di negara kita.
Yogyakarta, Desember 1981
Tim Peneliti
Kepala
Drs. Sukartono, Apoteker
ii
DAFTAR I S I
Halaman
Prakata ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• i
Daftar I s i ...•...•..•...........•.....•..... iii
Inti sari ••••••••••••••••••••••••••••••••••••• iv
Bab I. Penda.huluan ••••••••••••••••••••••••••••• 1
Bab II. Cara penelitian ••••••••••••••••••••••••• 7
Bab III. Basil dan Pembahasan oooooeooooooooooeoeo 11
Bab IV. K e s i mpu 1 an .................•.•. 16
" Lampiran ..•.•.......................•.......• 19-
iii
INTI SARI
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengekstrak -
si dam memurnikan antibiotika yang terdapat dalam kultur biakan
.Streptomyces ~·
Sebagai bahan penelitian digunakan kultur ~2 yang telah terbukti
memiliki daya antibiosis dan dari identifikasi kimiawi dengan re -
aksi warna diduga mengandung streptomisina dan kultur Gs4 yang di
duga mengandung kanamisina, neomisina atau viomisina.
Ekstraksi dan isolasi antibiotika dilakukan dengan metode ad
sorpsi pada arang pengadsorpsi.
Ternyata tidak diperoleh residu, yang berarti tidak diperoleh ant!
biotika yang diharapkan, yang diduga karena kadarnya dalam kultur
rendah.
Ekstraksi kul tur F 2
, as4 bersama kul tur lainnya yang memiliki
juga daya antibiosis, yakni kultur GS1
dan sas2 , dengan beberapa~
nyari yang tak-campur dengan air, yakni butanol, amil alkohol,eter
kloroform, bensol dan n-heksana menyatakan bahwa zat aktif terse -
but dapat tersari dengan sama baiknya, baik dalam lingkungan asam
maupun lingkungan basa.
Penyari polar (butanol, amil alkohol) dapat menyari lebih baik cia-.
ripada penyari yang kurang polar (eter,kloroform). Penyari non-po
lar (bensol, n-heksana) tidak dapat menyari zat aktif.
B A B I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penggunaan antibiotika di Indonesia untuk keperluan pengobat -
an dari tahun ke tahun meningkat dengan pesat. Namun demikian dari
informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa produksi antibiotika
masih belum berkembang, sedangkan sumber bahan dasar untuk keperlu
an produksi antibiotika tersedia dengan cukup, misalnya sukrosa
dan pati sebagai sumber karbon, garam amonium dan urea sebagai sum
ber nitrogen dan tepung kedelai sebagai sumber faktor tumbuh.
Kenyataan yang ada di negara kita ialah munculnya dengan pesat
pabrik-pabrik perakit obat yang memproduksi obat jadi yang mengan -
dung antibiotika dengan bahan baku yang diimport dari luar negeri.
Dati kenyataan tersebut diatas maka pada tahun yang lalu te -
lah di.lakukan peneli tian untuk mencari biakan unggul (strain)
Streptomocces penghasil antibiotika tertentu, terutama antibiotika
golongan tetrasiklina, kanamisina dan streptomisina. Penelitiannya
terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu kegiatan isolasi jasad, kegi
atan uji daya hambat terhadap jasad penguji dan usaha identifikasi
pendahuluan terhadap jenis antibiotika.
Dan sebagai kelanjutannya dalam penelitian sekarang ini akan dico -
ba ekstraksi dan pemurnian antibiotika hasil fermentasi biakan
Streptomyces tersebut. Dalam tahap ini pun penelitian akan terdiri
dari beberapa kegiatan, yaitu kegiatan ekstraksi hasil fermentasi,
kegiatan identifikasi jenis antibiotika hasil ekstraksi dan kegiat-
an pemurnian. 1
2
isolat dengan nomor kode Gs1 , ·as4 dan SGs2 yang memiliki daya ham
bat yang besar terhadap 3 dari 4 bakteri penguji yang digunakan.
Ketiga isolat tersebut mampu menghambat pertumbuhan Bacillus ~ -
ti~, Sarcina lutea dan Staphylococcus aureus dengan zone hambat
antara 10 sampai 24 mm.
Dari identifikasi pendahuluan (9) dengan kombinasi kromato -
grafi lapisan tipis de.n reaksi warna yodometri, ninhidrin dan ni-
troprusida didapat petunjuk bahwa kultur as4 ada kemungkinan meng
andung basitrasina, kolistina, kanamisina, neomisina, polimiksina
atau viomisina. Ini kalau dilihat dari reaksinya sendiri~ Namun j1
ka ditinjau dari organisme penghasil antibiotikanya, kemungkinan ~
danya basitrasina, kolistina dan polimeksina batal karena antibio-
tika ini berasal dari Bacillus ~· sedang organisme yang digunakan
penelitian adalah streptomyces. ~·
Dari identifikaEi pendahuluan (9) juga telah diperoleh pet~
juk bahwa kultur F2 , yakni isolat Streptomyces yang diperoleh Su• ....,
tarni (10) dan Santo Riyadi (8) ada kemungkinan mengandung strep •
tomisina.
Oleh karena itu dalam tahap lanjutan ini usaha terutama ditu-
jukan untuk mengekstraksi dan memurnikan antibiotika dari kultur
F2 dengan tekanan adanya kemungkinan adanya streptomisina dankultur
as4 dengan tekanan pada kemungkinan adanya kanamisina, neomisina •
dan viomisina.
Kultur GS1 dan SGS2 dicoba untuk diekstraksi antibiotikanya
secara umum tanpa tekanan pada antibiotika tertentu.
1. Ekstraksi dan pemurnian streptomisina
Ekstraksi stre~tomisina
3
Streptomi~ina adalah basa dan karena itu dengan anion memben
tuk garam. Streptomisina larut dalam air dan sukar larut dalam pe
larut organik seperti eter, kloroform, aseton dst. (?).
Jika fermentasi telah selesai, mikroorganismenya dapat dipi -
sahkan dari cairan kultur dengan cara dis~ring atau disentrifuse •
Antibiotikanya dapat diisolasi dari cairan dengan jalan diadsorp
si dengan arang pengadsorpsi (1, 4, 7); arang pengadsorpsinya dipi,
sahkan dari cairan dan dicuci denge~ alkohol untuk menghilangkan
kotoran (?)• Setelan itu streptomisina dilarutkan dengan cara me~
cuci dengan alkohol yang diasamkan dan arangnya dipisahkan dengan
jalan disaring (?). Jika larutan ini dinetralkan akan timbul end~
an kotoran lagi, sc:tring endapan, pekatkan dengan menambah 10 volume
eter yang akan melarutkan alkoholnya dan sisanya berupa larutan p~.
kat streptomisina kasar dalam air yang berwarna kuning, kecoklatan
atau kemerahala
Streptomisina padat dapat diperoleh dengan mengendapkan larutan
pekat ini dengan menambahkan aseton atau pengeringan hDmpa (?).
Pemurnian stretomisina (1)
Pemurnian streptomisina hidroklorida kasar dapat dilakukan
dengan cara krorik."ltografi, dengan menggunakan penemuan bahwa strep
tomisina memberikan reaksi Sakaguchi positif bagi sisa guanido •
Cexanya sebagai berikut : Larutan streptomisina hidroklorida kasar
( pH 6 ,3) dnlam metanol 80% dilewatkan melalui kolom alumina yang
telah dicuci dengan asam sulfat ( pH 5,6) dan perkolatnya diuji d!,
4
ngan reaksi Sak.Cl.guchi. Fraksi pertama, yeng memberi reaksi Saka -
guchi positif tetapi anaktif secara biologis, diikuti oleh frak
si inaktif yang lain yang tidak memberikan reaksi Sakaguchi. Da
lam fraksi selanjutnya aktifitas biologis dan intensitas warna
reaksi Sakaguchi naik sampai maksimum kemudian menurun. Fraksi
yang paling aktif dikering-bekukan dan hasilnya berupa strepto~
sina hidroklorida Cl.morf putih dengan aktifitas 600- 900 u /mg.
2. Ekstraksi dan pemurnian kanamisina
Kanamisina adalah kompleks antibiotika yang terdiri dari 3 kom
ponen, yakni knamisina .:~ (komponen terbanyak), kanamisina B dan
c (12).
Kanamisina A sec&ra kimiawi mirip dengan neomisina dan streptomi
sina (5).
Kanamisina merupakart senyawa basa yang larut dalam air (6).
Secara teknis kanamisina termudah diisolasi dengan penukar ion
dengan cara seperti yang berlaku bagi streptomisina, yakni de -
ngan car a adsorpsi pada penukar ka tion asam lemah, misalnya Am
ber lite tipe IRC - 50 dalam bentuk natrium (4).
Larutan kultur dapat juga tanpa disaring dituangkan kedalam k£
lorn resin penukar. Setelah dicuci, antibiotikanya dielusi dari
kolom asam lemah. Larutan kasar ini dapat dibersihkan dengan ba
han penghilang warna, dicampur baik - baik lalu penghilang war -
nanya dipisahkan dari larutan asam. Umumnya masih diperlukan ta
hap pemurnian antara, misalnya dengan jalan dikristalisasi seba~
gai kompleks kalsium khlorida dari larutan metanol (4).
5
3. Ekstraksi dan pemurnian neomisina
Neomisina adalah kompleks antibiotika yang terdiri da.ri 3
komponen, yakni neomisina A, B, dan C. Neomisina kompleks mer~
pakan basa amorf yeng 1arut dalam air, metano1 dan alkoho1 a -
sam, tetapi tidak larut da1am pe1arut organik 1azim (12).
Neomisina dapat dipero1eh sebagai sediaan kasar dengan cara
adsorpsi pada arang dan menge1usinya dengan asam k1orida-meta-
no1 dan diendapknn dengan asam pikrat serta dibersihkan dengan
cara kromatografi dengan si1ikage1 (5).
4. Lkstraksi dan pemurnian viomisina
Viomisina adalah basa kuat, dan garam netra1 viomisina mu -•
dah dibuat : garam su1fat, hidrok1orida, pikrat, reinekat dan
oksa1at dapat dipero1eh da1am keadaan kristal. Garam su1fatdan
hidrok1oridanya mudah 1arut da1am air. Hidrolisat viomisina,a-
pakah dipero1eh dengan hidro1i~is dengan asam atau basa, seca-
ra biologis inaktif. Antibiotika ini agak stabi1 pada pH 5 ~
pai 6 pada suhu kal11c'U' tetapi kehilangan aktivitasnya pada suhu
tinggi : waktu paruhnya pada 100'C 1ebih kurang 12 jam. Viomisi
na memi1iki rantui peptida dan memberikan reaksi Sakaguchi po~
sitif, yang menunjukkan adanya sebuah gugus guanidine atau 1e-
bih (?).
Viomisina dapat dipero1eh dari cairan fermentasi sebagai
krista1 sulfat dengan jalan adsorpsi pada karbon dan kemudian
dielusi yang diikuti pengendapan beru1ang dari 1aruta~ metanol
da1am air 5Cft6 dan akhirnya dikeringkan da1nm hampa (6).
5. Ekstraksi dengan pe1arut organik dan identifikasi
6
Ekstraksi dengan pelarut organik
Terhadap filtrat kultur GS1 dan SGS2 (juga F2 dan Gs4 ji
ka tidak berhasil·diisolasi antibiotikanya) dilakukan p~
nyarian dengan pelarut organik yang tidak campur dengan
air yakni butanol,amil alkohol,eter,kloroform, bensoldan
n-heksana, baik dalam lingkungan asam maupun basa, Eks -
trak yang diperoleh diuapkan dan residunya diidentifikaa
dengan ujiyodometri, uji ninhidrin dan uji nitroprusida.
Ketiga reaksi warnn tersebut dianjurkan oleh Betina0)
dan berasal dari caranya 1nayland dan 1Jeiss.
Menurut skema lJayland dan Heiss, maka kultur yang pos:itip
terhadap uji yodometri memberikan petunjuk akan kemungkin
an adanya golongan penisilina.
Kultur yang negatip terhadap uji yodometri tetapi pos:itip
terhadap uji ninhidrin memberikan petunjuk akan kemung -
kinan adanya basitrasina, kolistina, kanamisina, neomisi
na, polimiksina atau viomisina.
Kultur yang negatip terhadap uji yodometri dan ninhidrin
tetapi positip terhadap uji nitroprusida memberikan pe ~
tunjuk akan kemungkinan adanya dihidrostreptomisina atau
streptornisinaD
B A B II
C h R A P E N E L I T r· A N
A. Bahan dan alat
1~ B a h an
Sebaga.i bahan penelitian digunakan kultur isolat Strepto-
myces dengan nomor kode GS1,sas
2 dan F
2
tripton pati berumur 10 hari.
2. A 1 a t
dalam medium
Semua alat la.zim dalam laboratorium mikrobiologi dan kimia
farmasi.
B. Jalennya penelitian
1, Ekstraksi dan pemurnian streptomisina
&straksi streptomisina dicoba terhadap kultur F2 yang
pada penelitian terdahulu (9) diduga mengandung streptomi -
sina. Caranya sebagai berikut
Saring kultur F2
dengan penyaring Buchner. Kedalam fil -
trat ( 600 ml ) tambahkan tetes demi tetes asam klorida en-
cer sampai pH 2. Tambahkan 0,5% arang pengadsorpsi untuk men
.jernihkan larutan, saring. Tambahkan kedalam filtrat natri
um hidroksida encer sampai pH 7. Tambahkan arang pengadso~
si 1% untuk menyerap antibiotikanya, saring. Cuci berturut-
turut arangnya dengan air, metanol Gan etanol untuk menghi-
langkan kotoran. Elusi zat aktifnya dengan larutan 0,1 N a-
sam klorida dalam metanol. Tambahkan kedalam larutan ini 10
volume eter, pisahkan lapisan airnya, uapkan.
7
8
Pemurnian streptomisina dilakukan dengan cara sebagai beri-
kut :
Larutan streptomisina kasar yang diperoleh dengan cara di -
atas kedalam metanol 8~• Lewatkan melalui kolom alumina
yang telcll dicuci dengan asam sulfat (pH 5,6),. uapkan elu-
atnya sampa.i kering.
2. Ekst~aksi dan pemurnian kanamisina
Ekstraksi kanamisina dicoba terhadap kultur Gs4 yang dalam
penelit~an terdahulu (9) diduga mengandung kanamisina.
Mengingat sifatnya yang mirip streptomisina (5) dan tidak bisa
diperoleh Amberlite tipe IRC-50, maka ekstraksi dan pemurnian
kanamisina dilakukan seperti streptomisina, dengan 500 ml fil-
trat.
3· Ekstraksi dan pemurnian neomisina
Ekstr&ksi neomisina dicoba terhadap kultur Gs4 yang dalam
penelitian terdahulu (9) diduga mengandung neomisina.
Bkstraksi neomisina dilclcukan seperti pada streptomisina dan
sebagai bahan penelitian digunakan 500 ml filtrat kultur Gs4•
Pemurnian neomisina dilakukan seperti halnya pada pemurnian
streptomisina, hanya sebagai penyerap tidak digunakan kolom a
lumina, melainkan kolom silikagel (5).
4. L:kstraksi dan pemurnian viomisina
Ekstraksi dan pemurnian viomisina dicoba terhadap kultur GS4
yang dalam penelitie.n terdahulu (9) diduga mengandung viomisina.
Untuk ini digunakan 500 ml filtrat kultur GS4 dengan cara yang
sarna seperti pada streptomisina, hanya sebagai asam·tidak di~
nakan asam klorida rnelainkan asarn sulfat (6) dan pemurniannya.
9
dilD.kukan dengan pengendapan berulang dari larutan metanol da
lnm air 5CYJ6 dan akhirnya dikeringkan dalam hampa ( 6).
5. Ekstraksi dengan pelarut organik
Terhadap filtrat kultur GS1 dan SGS2 (juga filtrat kultur
F2 dan Gs4 jika antibiotikanya tidak berhasil diisolasi) dila
kukan penyarjan dengan petarut organik yang tidak campur de
ngan air, yakni butanol, amil alkohol, eter, kloroform, benzol
dan n - heksana, baik dalam lingkungan asam maupun basa.
Caranya sebagai berikut :
Kedalam 100 ml filtrat kultur, tambahkan 5 ml asam asetat
( atau 2 ml amonia ) dan ekstraksi 3 kali masing - masing de -
ngan 100 ml butanol, amil alkohol, eter, kloroform, benzol atau
n - heksana. Ekstrak yang diperoleh diuapkan dan residunya dii
dentifikasi de~gan uji yodometri, uji ninhidrin dan uji nitro
prusida yang caranya sebagai berikut.
Larutan atau suspensikan residu dalam air dan tambahkan
pereaksi yang dimaksud.
Uji yodometri : Kedalam larutan atau suspensi residu dalam
air tambahkan setetes pereaksi yodium ( 2,6 g yodium, 3,0 g k~
lium yodida dan air secukupnya sampai 100 ml ). Kalau positip,
warna coklat akan memucat atau hilang, yang berarti ada petun
juk terdapat derivat penisilina.
Uji ninhidr~ : Kedalam larutan atau suspensi residu da. -
lam air tambahkan volume sama pereaksi ninhidrin (0,2 % dalam
etanol) ,panaskan. Kalau positip larutan akan berwarna ungu,;tang
berarti ada petunjuk terdapat kanamisina,neomisina atau~omisina
Uji nitroprusida : Kedalam larutan atau suspensi residu
dalam air tambahan setetes larutan natrium nitroprusida ka
lium permanganat ( natrium nitroprusida 10 g, kalium perma
nganat 0,15 g, natrium hidroksida 0,5 N hingga 100 ml ). Bi
la positip ru~an terjadi warna merah ungu, yang berarti ada
kemungkinan terdapat streptomisina.
10
B A B III
HASILDANPEMBAHASAN
1. Dari ekstraksi filtrat kultur F2
untuk mencari streptomisina
(Bab II B 1) maupun ekstraksi filtrat kultur as4 untuk menca
ri kanamisina, neomisina atau viomisina (Bab II B 2, 3 dan 4)
tidak diperaleh residu, sehingga tid~ dapat diproses lebih
lDnjut, yokni dimurnikan dan dikristalkan.
2. Dari ekstraksi dengan pelarut organik terhadap kultur GS1,as4 SGS
2 dan F
2 serta uji reaksi warnanya (Bab II B 5) diperoleh
data seperti tertera dalam tabel-tabel berikut.
Tabel 1 Identifikasi residu kultur Gs1
hasil penyarian dengan penyari organik dalam lingkungan asam dan basa.
--------------------------------------------------------------Lingkungan/ R e a k s i Residu
Penyari yodometri ninhidrin nitroprusida
--------------------------------------------------------------A ·B a m
Butanol + + neg pos neg
Amil alkohol + + + neg pos neg
E t e r + neg pos neg
Kloroform + neg pos neg
Benzol
n-Heksana
B a s a Butanol + + neg pos neg
~~il alkohol + + + neg pos neg
E t e r + neg pos neg
Xloroform + neg pos neg
Benzol
n-Heksana
11
12
Tabel 2 Identifikasi residu kultur Gs4 hasil penyarian dengan
penyari organik dalam lingkungan asam dan basa
Lingkungan/ Reaksi Residu
Penyari yodometri ninhidrin nitroprusida
As am
Butanol + + neg pos neg
.Amil alkohol + + + neg pos neg
E t e r + neg pos neg
Kloroform + neg pos neg
Benzol
n-Heksana
B a s a
Butanol + + neg pos neg
Amil alkohol + + + neg pos neg
E t e r + neg pos neg
Kloroforrn + neg pos neg
Benzol
n-Heksana
-----------~--------------~----------------Q------------------
Tabel 3 Identifikasi residu·kultur SGS2
hasil penyarian de
ngan penyari organik dalam lingkungan asan dan basa
--------------------------------------------------------------Lingkungan/ Reaksi
Residu
Penyari yodometri ninhidrin nitroprusida ------------------------.----------,---------------------------I.. s a m
Butanol + + neg pos neg
i:.mil alkohol + + + neg neg neg
E t e r + neg pos neg
Kloroform + neg neg neg
Benzol
n-Heksana
B a s a
Butanol + + neg pos neg
Amil alkohc!J. -:- + + neg neg neg
E t e r + neg pos neg
Kloroform + neg pos neg
Benzol
n-Heksana
-------------------------------------------------------------
13
i f
14
Tabel 4 Identifikasi residu kultur F2 hasil penyaringan de:~
ngan penyari organik dalam lingkungan asam dan basa.
Lingkungan/ R e a k s i Residu
Penyari yodometri ninhidrin nitroprusida
As am
Butanol + + neg neg pos
Amil alkohol + neg neg neg
E t e r
Kloroform
Benzol
n-Heksnna ...
Bas a
Butanol + + neg neg pos
Amil alkohol + neg neg pos
E t e r
Kloroform i
Benzol
n-Heksana
-~------------------------------------------------------------
Keterangan. Pade. tabel-tabel di atas dalam kolom residu tanda·-
berarti tidek ada residu; tanda + berarti ada resi
du yang jumlahnyE'. secara relatif ditunjukkan oleh
banyaknya tanda + tadi.
Dc,lnr.l kolom reaksi tanda ~.S. (negatif) berarti re-
sidu dimalcsud tidak memberikan reaksi, sedang tan-
pa pos (positip) berarti memberikan reaksi.
15
Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa ekstraksi
filtrat kultur F2 da:h Gs4 dengan metode adsorpsi pada arang pen.s,
adsorpsi tidak menghasilkan residu, yang berarti tidak diperoleh
hasil antibiotika yang diharapkan, yaitu streptomisina, kanamisi.
na, neomisina atau viomisina.
Tetapi jika ditinjau bahwa residu kultur F2dengan penyari butanol
at2u amilalkohol dalam lingkungan asam dan basa memberikan reak
si positip terhad.?..p nitroprusida ( Tabel 4,hal 14), tampaknya k!.
tidak berhasilan isolasi streptomisina tersebut disebabkan oleh
rendahnya kadar streptomisina dalam filtrat kultur.
Begi tu pula dengc-.n filtrat kultur GS4, sebab residu kultur GS4h!:_
sil penyaringan dengan butanol, amil alkohol, eter, dan kloro
form baik dalam lingkungan asam maupun basa memberi reaksi posit:ip
terhadap uji ninhidrin, yang memberi petunjuk adanya antibiotika
golongan neomisina. Tetapi karena kadarnya dalam filtrat kecil ,
mdta tidak berh.J.sil diisolasi.
Dari hasil pcnyarian dengan penyari organik terhadap filtrat
kultur Gs1
, Gs4 , BGS2 dan F2
diperoleh petunjuk bahwa zat aktif
dalam kultur-kultur tersebut dapat disari sama baiknya, baik da
lam lingkungan asam raaupun anlgm lingkhngan basa.
Dan penyari polar (butanol, amil alkohol) dapat menyari lebih b~
ik daripada penyari yang polaritasnya rendah (eter, kloroform) •
Penyari non - polar (benzol, n-heksana) tidak dapat menyari zat
a.~tif te:rsebut.
B A B IV
~~ESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
1. Antibiotika yang terdapat dalam kultur F2
(diduga streptomisi
na) belum berhasil diisolasi, yang kemungkinan besar disebab -
kan kadarnya dal2m kultur,rendah.
2. Begitu juga antibiotika yang terdapat dalam kultur as4
(diduga
kanamisina, neomisina atau viomisina) belum berhasil diisolasi
yang disebabkan"kad~nya dalam kultur rehdah.
3. Zat aktif dalnm kultur, GS1 , as4, SGs2 dan F2
dapat disari ba
ik dalam lingkungan asam maupun dalam lingkungan basa.
Penyari yang polar lebih baik daripada penyari yang kurang po-
lar ataupun non - polar.
16
DAFTAR PUSTAKa
1. Abraham,B.P. dan Florey,H.VJ.,"Production and Isolation of Str~
tomycin11 dal::.m .An_tibiotics, H.F. Florey et al (eds), 1304-1305
Oxford University Press, London, New York, Toronto, 1949.
2. Auterhoff, H. dan Knabe,J.,Lehrbuch der Pharmazeutischen Chemie ----- -. ed.ke-6,434,Uissenschaftliche Verlagsgesellschaft H.B.H,.Stutt-
gnrt, 1971. il ll
3. Betina,V., P~tibiotics dalam ~~maceutic~ ~pplication of
vier Publishing Company, J.ms~erdam, London, New York, 1972
4. Hoffmann,H. ,.Soder,A. ,.Schacht,u. d&.n \veidenmuller,H-L,";:.ntibio-
tica11 dalam ~ZEE_:!...z!E..~,Entwj.cklung \"lirkung Darstellu;t!g,~
4 Chemotherapeutica Teil 1,G.Lhrhart dan H.Rusching (eds), 350
361t 40'7, Verlag Chemie, vJeinhein/ Bergstr., 1972
5. List, R.H. dan Horhammer,L.,Hagers Handbuch ~ Pharmazeuti$chen
Praxis,ed.ke-4,jilid 1,1064,1075,1136,Springer-Verlag, Berlin,
Heidelberg, Hew York, 1967
6. Osal ,A. ,Farre.r ,G.J:.:. dan Pratt ,R. (eds) ,~ Di~ensatdry E.!~
United Gtates of J"J!wrica, ed.ke-25,Vol.I,1569-1570,Vol.II, 93, " ...
J.B. Lippincott Company, Philadelphia, r-1ontreal, 1960 ~ ..... ~;-~·~.,-~~ 7. Pratt,R.da.n Dufrenoy,J. ,Antibiotics,ed.ke-2 ,162,187 ,J.B.~;~-~~:~)\~\
-~~· ,9,., ' I """ . ' - ' cott Company, Philadelphia, London, Montreal, 1953 .J? . "'
8. Santo Ry~di, Hisolasi ,dan Screening Streptomyces sp. serta ~~~~;,,"'-aruh Suhu dan pH terhadap Produksi Tetrasiklina yang Dihasil -
kannya 11 ,Skripsi, Fakul tas li'armasi Universitas Gadjah ~iada, 1980
9. Sukartono, Achmad Huhammad, Joedoro Soedarsono, Sri Hartadi
17
18
Sri Noegrohati, 11Nencari biakan unggul Streptomyces Penghasil
Antibiotika11 , Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universi -
tas Gadjah Mada, Y ogyakarta, 198o
10.Sutarni, 11Isolasi, Screening dan Pengaruh pH terhadap Produk-
si Tetrasiklinia yang Dihasilkan oleh g_r_e_l?tom;y;ce~ 2.£·" ,Skri.E.
si, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah ~~da, Yogyakarta, 1980
11.vlallhausser ,K.H. 11J'.ntibiotics" dalam Thin-Layer Chromatography,
E.Stahl (ed) ,566, Springer-Verlag ,Berlin ,Heidelberg, New York.
1969
12.\ifindholz, M.(ed), The Merck Index, ed.ke-9, 692, 839, 1284, & ··-
Co. !nc., Rah ... Jay, N.J., 1976.
19
LAMPI RAN
Medium agar tripton pati
P a t i 5 g
Trip ton 10 g
K2HP04 2 g
Na Cl 2 g
Agar 2 g
A i r !1. 1
Sterillisasi pada 110° C 15 menit.