laporan penelitian dosen pemula universitas lampung

33
LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG PERSEPSI PENGAJAR TERHADAP MULTIPLE INTELLIGENCE BERBASIS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK YOUNG LEARNERS TIM PENELITI Nama Ketua : Lidya Ayuni Putri, S.Pd., M.Hum. NIDN : 0002068804 SINTA ID : 6682397 Nama Anggota : Rafista Deviyanti, S.Pd., M.Pd. NIDN : 0008128704 SINTA ID : 6648713 Nama Anggota : Sri Suningsih, S.Pd., M.Pd. NIDN : 0013028903 SINTA ID : 6682900 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG 2021 DIPA BLU UNILA Nomor: 1504/UN26.21/PN/2021 Tanggal: 21 April 2021

Upload: others

Post on 02-Jan-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

i

LAPORAN

PENELITIAN DOSEN PEMULA

UNIVERSITAS LAMPUNG

PERSEPSI PENGAJAR TERHADAP MULTIPLE INTELLIGENCE BERBASIS

PENGAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK YOUNG LEARNERS

TIM PENELITI

Nama Ketua : Lidya Ayuni Putri, S.Pd., M.Hum.

NIDN : 0002068804

SINTA ID : 6682397

Nama Anggota : Rafista Deviyanti, S.Pd., M.Pd.

NIDN : 0008128704

SINTA ID : 6648713

Nama Anggota : Sri Suningsih, S.Pd., M.Pd.

NIDN : 0013028903

SINTA ID : 6682900

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021

DIPA BLU UNILA

Nomor: 1504/UN26.21/PN/2021

Tanggal: 21 April 2021

Page 2: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

i

HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN DOSEN PEMULA

UNIVERSITAS LAMPUNG

Judul Pengabdian : PERSEPSI PENGAJAR TERHADAP MULTIPLE

INTELLIGENCE BERBASIS PENGAJARAN

BAHASA INGGRIS UNTUK YOUNG LEARNERS

Ketua Pelaksana

a. Nama Lengkap : Lidya Ayuni Putri, S.Pd., M.Hum.

b. NIDN

c. SINTA ID

:

:

0002068804

6682397

d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli 0-Kum

e. Program Studi : Manajemen

f. Nomor HP : 081297303636

g. Alamat surel (e-mail) : [email protected]

Anggota (1)

a. Nama Lengkap : Rafista Deviyanti, S.Pd., M.Pd.

b. SINTA ID : 6648713

c. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Anggota (2)

a. Nama Lengkap : Sri Suningsih, S.Pd., M.Pd.

b. SINTA ID : 6682900

c. Program Studi : Akuntansi

Mahasiswa yang Terlibat (1) :

a. Nama Lengkap : Varra Helga Adrea Patricia

b. NPM : 1913042021

c. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Mahasiswa yang Terlibat (2) :

a. Nama Lengkap : Yoanda Johan

b. NPM : 1913042023

c. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Biaya Pengabdian : Rp 15.000.000,-

Sumber Dana : DIPA BLU Unila

Bandarlampung, 13 September 2021

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Pelakasana,

Universitas Lampung

Dr. Nairobi, S.E., M.Si

Lidya Ayuni Putri, S.Pd., M.Hum

NIP 19660621 19900310 1 003 NIK 231704880602201

Menyetujui,

Ketua LPPM Universitas Lampung,

Dr. Lusmeilia Afriani, D.E.A.

NIP 19650510 199303 2 008

Page 3: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

ii

DAFTAR ISI

RINGKASAN ............................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3

1.4 Urgensi Penelitian ............................................................................................... 3

1.5 Batasan Penelitian ............................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4

2.1 Pengertian Persepsi ...................................................................................................... 4

2.2 Pengertian Multiple Intelligence .................................................................................. 5

2.3 Sembilan Jenis Kecerdasan.......................................................................................... 6

2.4 Kecerdasan Majemuk dalam Konteks Pendidikan ...................................................... 7

2.5 Pengajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak ............................................................... 7

2.6 Peta Jalan / Roadmap Penelitian .................................................................................. 8

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 9

3.1 Metode dan Prosedur Penelitian .......................................................................... 9

3.2 Observasi ............................................................................................................. 9

3.3 Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian ........................................................... 10

3.4 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 10

3.5 Prosedur Analisis Data ...................................................................................... 10

3.6 Indikator Capaian Terukur ................................................................................ 11

3.7 Luaran Wajib ..................................................................................................... 11

BAB 4. RENCANA BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN................................ 12

4.1. Anggaran Biaya ................................................................................................ 12

4.2. Jadwal Penelitian ............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

Page 4: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

iii

RINGKASAN

Teori Multiple Intelligence menegaskan bahwa kecerdasan manusia tidak hanya

diukur dengan tes IQ standar pada kemampuan verbal dan matematis. Namun teori

ini berasumsi bahwa kecerdasan manusia terdiri dari sembilan jenis kecerdasan yang

ditunjukkan oleh setiap individu. Dengan mengenali berbagai jenis kecerdasan,

maka akan membantu untuk mengetahui perbedaan gaya belajar peserta didik.

Berawal dari hal ini, banyak guru yang memahami perbedaan pembelajaran di antara

siswa, mereka mulai menerapkan teori ini untuk pembelajaran mereka guna

meningkatkan kualitas pengajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi

keyakinan para guru tentang penggunaan pengajaran bahasa Inggris berbasis

Multiple Intelligence untuk pelajar muda. Penelitian ini menggunakan desain

kualitatif deskriptif untuk mengeksplorasi persepsi guru tentang penggunaan

pengajaran bahasa Inggris berbasis Multiple Intelligence untuk pelajar muda EFL.

Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah dasar di Bandar Lampung yang

menerapkan teori Multiple Intelligence sebagai sistem dalam proses

pembelajarannya. Sepuluh guru akan dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini dan data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara. Penelitian ini akan

menginvestigasi persepsi guru terhadap pengajaran bahasa Inggris berbasis teori

Multiple Intelligence untuk anak didik sebagai strategi terbaik untuk diterapkan

dalam proses belajar mengajar saat ini di sekolah mereka.

Kata-kata kunci: persepsi guru, Multiple Intelligence, Pengajaran Bahasa Inggris

untuk pelajar muda, English as a Foreign Language.

Page 5: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya

adalah kecerdasan. Manusia memiliki kecerdasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan

makhluk hidup lainnya. Dengan kecerdasannya ini, manusia bisa menguasai dunia dan

melangsungkan peradaban. Kecerdasan manusia bisa berkembang sejalan dengan

interaksi manusia dengan alamnya. Dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan

untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasannya. Kecerdasan yang dimiliki

manusia tidak terdapat pada satu sisi saja, tetapi banyak kecerdasan yang akan

ditingkatkan untuk kelangsungan hidupnya. Kecerdasan itu harus diseimbangkan

sehingga dalam mencapai tujuan hidup dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Kecerdasan dalam menyusun kata-kata yang baik secara lisan dan tulisan merupakan

kecerdasan dalam bahasa. Seseorang mampu berkarya seperti menulis, berpuisi, dan

membaca dengan baik merupakan salah satu kecerdasan bahasa yang dimilikinya.

Demikian juga dalam menghadapi sesuatu yang melibatkan untuk berpikir

secara mendalam. Seseorang yang memiliki kecerdasan matematik/logika, ia akan

mampu memecahkan masalah dengan baik karena kemampuan analisanya yang tinggi.

Kemampuan berpikir dan kemampuan bahasa merupakan kecerdasan yang diperoleh

melalui pendidikan. Pendidikan yang memproses manusia menjadi lebih baik untuk

meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, dalam hal ini akan

dibahas Multiple Intelligence melalui pendidikan untuk membantu meningkatkan

kecerdasan yang dimiliki peserta didiknya.

Saat ini, salah satu metode pengajaran yang populer adalah teori kecerdasan

majemuk Howard Gardner. Teori ini percaya bahwa kecerdasan manusia tidak hanya

diukur dengan tes IQ tradisional dalam kemampuan verbal dan matematis. Namun,

teori ini mendefinisikan bahwa kecerdasan manusia adalah kemampuan manusia untuk

memecahkan masalah dan menciptakan produk yang berharga dengan menggunakan

kemampuannya dalam situasi kehidupan nyata tidak hanya dengan IQ dan dengan tes

bakat, yang didasarkan pada kemampuan verbal dan keterampilan komputasi (Hoerr,

2000, hlm. 3). Selanjutnya teori ini diadaptasi oleh para Pendidik untuk

Page 6: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

2

mengembangkan suatu metode dalam proses belajar mengajar bahasa.

Hoerr (2000) mengemukakan bahwa pendekatan Multiple Intelligence (MI) untuk

bidang pendidikan berfokus pada model pembelajaran student-center dimana semua

proses belajar mengajar diadaptasi dan dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan

siswa untuk belajar. Konsep ini meyakini bahwa semua siswa memiliki nilai yang sama

untuk mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan

majemuknya secara maksimal. Kesempatan ini akan membantu mereka untuk

mencapai kesuksesan dalam hidup mereka berdasarkan ahli bidang mereka (Harmer,

2007; Chatib, 2013; Hoerr, 2000, Armstrong, 2009).

Salah satu sekolah dasar di Surakarta menawarkan sistem kecerdasan ganda

sebagai pendekatan dasar yang diajarkan kepada siswanya. Sistem Multiple

Intelligence menjadi pendekatan dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris dan

semua mata pelajaran wajib. Pendekatan ini merupakan paradigma dasar bagi seluruh

proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, setiap langkah dalam instruksi

mengacu pada sistem kecerdasan ganda. Para peneliti akan mereplikasi penelitian ini

untuk mengetahui apakah terdapat Sekolah Dasar yang menerapkan hal yang sama

dalam implementasi pengajaran di sekolah.

Dalam mengimplementasikan sistem kecerdasan ganda seorang guru menjadi

peran penting dalam melaksanakan pembelajaran. Ia menjadi fasilitator dan pemangku

kepentingan untuk mendidik siswa. Oleh karena itu, pengetahuan dan persepsi guru

berkontribusi banyak terhadap tindakan guru di kelas. Menurut Fauziati (2015),

persepsi guru memainkan peran penting dalam praktik di kelas karena apa yang

dilakukan guru di kelas mencerminkan apa yang mereka yakini. Persepsi guru

mempengaruhi apa yang akan dikatakan dan dilakukan guru dalam praktik mengajar.

Selain itu, Richards dan Lockharts (1996, seperti dikutip dalam Bedir, 2010)

menyatakan bahwa pengetahuan dan keyakinan guru memberikan kerangka atau skema

yang mendasari tindakan guru di kelas. Persepsi tersebut akan berdampak pada

kemajuan belajar siswa. Dengan demikian, persepsi guru yang diteliti dalam penelitian

ini berkaitan dengan persepsi mereka pada pengajaran bahasa Inggris berbasis Multiple

Inteligence untuk anak didik di kelas.

Page 7: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

3

1.2 Rumusan Masalah

Dengan mempertimbangkan latar belakang yang dijabarkan di atas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi guru Bahasa Inggris pada level SD di Bandar Lampung terhadap

pengajaran multiple intelligence?

2. Bagaimanakah implementasi multiple intelligence dalam pengajaran Bahasa

Inggris di level SD di Bandar Lampung

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah:

Untuk mengetahui persepsi guru Bahasa Inggris pada SD mengenai Multiple

Intelligence dan bagaimana implementasinya dalam pengajaran Bahasa Inggris yang

dilakukan oleh guru tersebut.

1.4 Urgensi Penelitian

Dari aspek akademik, hasil penelitian ini diharapkan :

Bagi pengembangan ilmu umumnya, hal ini diharapkan dapat menjadi

sumbangan pengetahuan dibidang pengajaran Bahasa pada khususnya dalam hal yang

terkait Pengajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak. Sedangkan dari aspek praktis,

manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat :

Untuk menunjukkan pentingnya Multiple Intelligence dalam pengajaran

Bahasa Inggris yang baik bagi para pengajar Bahasa Inggris, sehingga diharapkan hal

ini dapat memenuhi akuntabilitas dan profesionalisme pengajar, juga memudahkan

hubungan antara pengajar dan pelajarnya dengan menyediakan pembelajaran yang baik

bagi mereka.

Bagi institusi Pendidikan agar senantiasa menemukan cara-cara dan konsep-

konsep yang mutakhir dalam rangka tercapainya tujuan agar tercipta mutu

pembelajaran yang lebih baik dengan memperhatikan kebutuhan pelajar yang berbeda-

beda.

Page 8: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

4

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini akan meneliti mengenai persepsi guru Bahasa Inggris di SD di

Bandar Lampung mengenai penggunaan Multiple Intelligence untuk anak-anak. Objek

penelitian adalah guru bahasa Inggris di SD di Bandar Lampung yang berjumlah 10

orang. Penelitian dilakukan dengan kuesioner dan wawancara kepada seluruh

responden. Hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif deskriptif guna

memaparkan hasil secara lebih rinci.

Page 9: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persepsi

Richardson (dikutip dalam Hofer & Pintrich, 1997) menyatakan bahwa persepsi

dianggap sebagai pemahaman, premis, atau proposisi yang dipegang secara psikologis

tentang dunia yang dianggap benar. Selain itu, Canh dan Barnand (2009, p.247)

menyatakan bahwa hubungan antara persepsi guru dan praktik pembelajaran semakin

menarik perhatian peneliti pendidikan. Secara umum, penelitian tentang proses berpikir

guru didasarkan pada tiga asumsi utama: (1) pengajaran sebagian besar dipengaruhi

oleh kognisi guru, (2) pengajaran dipandu oleh pemikiran dan penilaian guru, dan (3)

pengajaran merupakan hal yang tinggi. tingkat proses pengambilan keputusan (Sabiq,

2013, p.13). Selain itu, Bingimlas & Hanraham (2010, hlm. 418) menyatakan bahwa

keyakinan mempengaruhi praktik guru. Ini mempengaruhi tindakan guru selama

kegiatan kelas. Oleh karena itu, guru berperilaku berdasarkan keyakinan yang mereka

miliki.

Lebih lanjut Woods (1996, p. 184) menunjukkan bahwa persepsi guru

merupakan model dasar perencanaan dan pengambilan keputusan dalam proses belajar

mengajar. Ia kemudian mengemukakan pengertian BAK (keyakinan, asumsi, dan

pengetahuan) sebagai gambaran proses pengambilan keputusan. Dalam menyusun

perencanaan dan pengambilan keputusan untuk pembelajaran, Woods menganggap

keyakinan, asumsi, dan pengetahuan guru sebagai peran penting yang mempengaruhi

proses keputusan guru. Asumsi ini sejalan dengan Fauziati (2015, h. 53) yang

menyatakan bahwa keyakinan merupakan fungsi fundamental untuk menuntun

pemikiran dan tindakan masyarakat. Selain itu, Borg & Busaidi (2012, p.6) menyatakan

bahwa keyakinan guru dapat dengan kuat membentuk apa yang dilakukan guru, dan

akibatnya kesempatan belajar yang diterima peserta didik.

Selain itu, hal ini menunjukkan bagaimana guru bahasa memahami apa yang

mereka lakukan, apa yang mereka ketahui tentang pengajaran bahasa, bagaimana

mereka berpikir tentang praktik kelas mereka, dan bagaimana pengetahuan dan proses

berpikir tersebut belajar melalui pendidikan guru formal dan pengalaman informal

Page 10: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

6

sebagai tindakan mereka dalam pembelajaran. proses (Freeman & Richards, 1996, hal.

1). Kesimpulannya, persepsi guru adalah pengambilan keputusan guru atau proses

keyakinan guru tentang pandangan mereka terhadap proses belajar mengajar, yang

tercermin dari tindakan mereka terhadapnya.

2.2 Pengertian Multiple Intelligence

Kecerdasan menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan

kesempurnaan sesuatu. Dalam arti kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu

secara cepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya sehingga Ibnu Sina, seorang

psikolog falsafi, menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif (al-hads). Pada

mulanya, kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur akal (intelek) dalam

menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-

aspek kognitif. Namun pada perkembangan berikutnya, disadari bahwa kehidupan

manusia bukan semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur qalbu

yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif,

seperti kehidupan emosional, moral, spiritual, dan agama. Karena itu, jenis- jenis

kecerdasan pada diri seseorang sangat beragam seiring dengan kemampuan atau

potensi yang ada pada dirinya.

Menurut Abuddin Nata, kecerdasan secara harfiah berarti sempurna

perkembangan akal budinya, pandai dan tajam pikirannya. Selain itu cerdas dapat pula

berarti sempurna pertumbuhan tubuhnya seperti sehat dan kuat fisiknya. Selanjutnya

pendapat lain mengatakan bahwa, kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk

memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar

budaya tertentu. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang

sederhana sampai yang kompleks. Seseorang dikatakan cerdas bila ia dapat

memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan

sesuatuyang berharga/berguna bagi umat manusia. Sedangkan kecerdasan menurut

Gardner adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, atau untuk menciptakan

produk, yang dinilai dalam satu atau lebih budaya.

Page 11: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

7

Inteligensi sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan

lingkungan atau belajar dari pengalaman. Manusia hidup dan berinteraksi di dalam

lingkungannya yang kompleks. Manusia harus belajar dari pengalaman demi

kelestarian hidupnya. Manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru

serta permasalahannya. Hal itu memerlukan kemampuan individu yang belajar untuk

menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.

Dalam konsep Multiple Intelligence, perbedaan individual peserta didik

diterima dan dilayani dengan suatu keyakinan berpijak sebagaimana dinyatakan

Howard Gardner bahwa “kita semua begitu berbeda karena pada hakikatnya kita

memiliki kombinasi inteligensi yang berbeda”. Jika disadari hal ini, setidaknya lebih

berpeluang untuk mampu mengatasi secara tepat berbagai problem yang dihadapi

dalam hidup di dunia. Aplikasi Multiple Intelligence dalam pendidikan akan

menyebabkan pendidik lebih arif dan mampu menghargai serta memfasilitasi

perkembangan peserta didiknya.

2.3 Sembilan Jenis Kecerdasan

Pada permulaan, Gardner (1999) mengemukakan bahwa semua manusia memiliki

sekurang-kurangnya tujuh bidang kecerdasan, masing-masing berkaitan dengan satu

bidang tertentu di otak. Baru-baru ini, dia telah menambahkan kecerdasan delapan dan

kesembilan, dan dia terus meneliti kemungkinan kecerdasan lainnya (Gardner: 1999).

Menurut Armstrong (2009) Gardner menjelaskan berbagai jenis kecerdasan sebagai

berikut:

1. Kecerdasan Linguistik mengacu pada kepekaan terhadap bahasa lisan dan

tulisan, kemampuan untuk mempelajari bahasa dan kemampuan menggunakan

bahasa untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Kecerdasan Logis-Matematis mengacu pada kemampuan untuk menganalisis

masalah secara logis, melakukan operasi matematika dan menyelidiki masalah

secara ilmiah.

3. Kecerdasan Musikal mengacu pada keterampilan dalam pertunjukan,

komposisi, dan apresiasi pola musik.

4. Kecerdasan Spasial adalah potensi untuk mengenali dan memanipulasi pola

ruang yang luas serta pola kawasan yang lebih terbatas.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

8

5. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh mengacu pada potensi menggunakan seluruh

tubuh atau bagian tubuh seseorang untuk memecahkan masalah atau

menciptakan produk.

6. Kecerdasan Naturalistik mengacu pada keahlian dalam pengenalan dan

klasifikasi berbagai spesies (tumbuhan & fauna) di lingkungannya. Kecerdasan

ini berkaitan dengan potensi untuk memikirkan dan memahami alam. Ini adalah

kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasikan tumbuhan dan hewan

serta aspek lain dari lingkungan Anda.

7. Kecerdasan Interpersonal yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk

memahami niat, motivasi, keinginan orang lain, dan untuk bekerja secara

efektif dengan orang lain.

8. Kecerdasan Intrapersonal mengacu pada kapasitas untuk memahami diri

sendiri, memiliki model kerja yang efektif dari diri sendiri (termasuk keinginan,

ketakutan, dan kapasitas sendiri) dan untuk menggunakan informasi tersebut

secara efektif dalam mengatur kehidupannya sendiri.

9. Kecerdasan eksistensial, yang mengacu pada kemampuan berpikir tentang

kosmis dan isu-isu eksistensial dari peran iklan keberadaan kita di alam semesta

hingga sifat kehidupan, kematian, kebahagiaan dan tragedi (Fleetham, 2006).

2.4 Kecerdasan Majemuk dalam Konteks Pendidikan

Hoerr (2000, p.1) menyatakan bahwa teori kecerdasan yang pertama kali datang

dari bidang psikologi mulai menarik minat para pendidik setelah kemunculannya. Teori

Multiple Intelligence (MI) menjadi pendekatan inovasi baru untuk menggunakan

kekuatan siswa dalam membantu mereka belajar. Ia juga menyebutkan melalui MI,

siswa dapat mengembangkan keterampilan dan aktivitasnya untuk belajar dan

memecahkan masalah di sekolah dan kelas. Selanjutnya, paradigma cerdas akan

diperluas maknanya yang tidak hanya berdasarkan nilai tes tetapi cerdas ditentukan

oleh seberapa baik siswa belajar dengan berbagai cara.

Menurut Linse (2005) teori Multiple Intelligence menjadi bagian penting bagi

guru peserta didik muda karena dapat menjadi kerangka kerja untuk melihat kekuatan

anak dalam proses belajar mengajar. Dengan teori kecerdasan ganda, guru dapat

mengembangkan kekuatan peserta didik dalam cara mereka belajar untuk memahami

Page 13: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

9

pelajaran. Oleh karena itu, diharapkan dapat membantu para guru untuk

mengidentifikasi gaya belajar siswa melalui kekuatan kecerdasan dominannya. Ketika

siswa mengembangkan kecerdasannya sebagai pintu belajar materi, maka akan

bermanfaat untuk memahami pelajaran dengan mudah. Misalnya, untuk pelajar

kinestetik tubuh, guru dapat memasukkan tarian ke lagu berbahasa Inggris untuk

pembelajaran kosakata.

Pritchard (2009) menyebutkan beberapa pertimbangan dalam merencanakan

kecerdasan ganda untuk proses belajar mengajar sebagai berikut “Dalam perencanaan

kecerdasan majemuk guru mempertimbangkan berbagai kegiatan yang berkaitan

dengan isi pelajaran dan hasil belajar yang diharapkan yang akan memberikan berbagai

peluang untuk kekuatan kecerdasan anak-anak yang berbeda ”.

Kesimpulannya, pengajaran bahasa Inggris berbasis kecerdasan majemuk

percaya bahwa setiap orang pintar. Siswa diharapkan memiliki harapan dan ekspektasi

terhadap dirinya sendiri. Kemudian, prestasi siswa dapat ditingkatkan yang diukur

dengan tes terstandardisasi atau informal. Selanjutnya pengajaran bahasa Inggris

berbasis MI mempengaruhi siswa dan guru secara signifikan untuk menciptakan

pengembangan diri dan potensi intelektual yang positif. Hal ini diharapkan dengan

menggunakan instruksi berbasis MI, ini dapat membuka pintu untuk mengalami

kesuksesan dalam berbagai cara ketika siswa beranjak dewasa.

2.5 Pengajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak

Mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak berarti memperkenalkan anak-anak

untuk mempelajari salah satu bahasa internasional di luar bahasa ibu atau bahasa

nasional mereka. Anak-anak berada pada kesempatan emas dan periode ideal untuk

belajar bahasa Inggris. Cameron (2001, p.1), menyatakan “Anak-anak selalu dapat

melakukan lebih dari yang kita kira mereka bisa; mereka memiliki potensi belajar yang

besar, dan kelas bahasa asing merugikan mereka jika kita tidak memanfaatkan potensi

itu”. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa pada usia dini

baik untuk anak baik pada tahap pertama maupun tahap kedua.

Selain itu, pengajaran bahasa Inggris kepada anak-anak berbeda dari pengajaran

bahasa Inggris kepada remaja atau pelajar dewasa dalam hal teknik, strategi, aktivitas,

pengetahuan latar belakang anak dan motivasi. Beberapa perbedaan terlihat dari

Page 14: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

10

Peta Jalan/Roadmap Riset

kegairahan anak dalam belajar karena mereka tidak dapat menyimpan motivasi mereka

untuk mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan kehilangan motivasi dengan cepat.

Perbedaan yang signifikan berasal dari perkembangan linguistik, psikologis dan

sosial peserta didik di mana kebutuhan guru pembelajar muda untuk mengelola dengan

hati-hati bahasa yang akan diajarkan dan kegiatan kelas akan dilakukan untuk mereka.

Menurut Linse (2005) peserta didik muda memiliki kebutuhan fisik dan psikologis

dasar daripada remaja atau peserta didik dewasa, oleh karena itu guru harus

mempersiapkan dengan baik pembelajaran yang menarik. Selain itu, mereka harus

memberikan perhatian yang baik untuk memenuhi kebutuhan anak didik yang

diharapkan dapat membuat anak lebih memperhatikan proses belajarnya.

2.6 Peta Jalan / Roadmap Penelitian

Page 15: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Prosedur Penelitian

Untuk mengetahui persepsi guru dalam menerapkan Multiple Intelligence di

Sekolah Dasar di Bandar Lampung, Indonesia secara mendalam, penelitian ini akan

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti akan menggunakan

kuisioner terbuka untuk mendapatkan data. Selain itu, wawancara juga digunakan

sebagai instrumen pengumpulan data untuk mendapatkan data yang lebih dalam dan

untuk menggali serta mengkonfirmasi jawaban dari kuisioner yang dies. Peserta dalam

penelitian ini adalah 10 orang guru bahasa Inggris yang berpengalaman yang mengajar

menggunakan metode Multiple Intelligence. Para guru telah mengajar selama lebih dari

empat tahun dengan menggunakan sistem multiple intelligence untuk pengajaran

mereka. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa mereka mampu menerapkan

sistem multiple intelligence dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Selain itu,

dalam menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan 3 langkah, yaitu:

mengorganisir dan membiasakan, mengkode dan mereduksi, serta menafsirkan dan

merepresentasikan (Ary et al, 2010).

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan melalui beberapa tahapan yang

didasarkan atas perpaduan beberapa teori sehingga membentuk alur penelitian sebagai

berikut:

3.2 Observasi

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi dan data-data yang mendukung

pelaksanaan penelitian yang dimulai sejak bulan pertama jadwal riset.

publikasi data

Observasi data

an respon

guru

dan

kuisioner

dan

interview

Page 16: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

12

1. Di sini, tim peneliti akan melakukan observasi dan pilot research serta

melakukan informal interview tentang keadaan pengajaran bahasa Inggris di

sekolah di mana objek penelitian mengajar. Data ini kemudian akan diolah

untuk menentukan isi dari kuisioner seria pertanyaan yang akan ditanyakan

dalam pengambilan data.

2. Dalam pengambilan data, responden dipilih menggunakan purposive sampling.

Hal ini dilakukan karena tidak semua Sekolah Dasar di Bandar Lampung

menggunakan metode Multiple Intelligence dalam pengajaran.

3.3 Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Sepuluh guru Bahasa Inggris di level SD di Bandar Lampung akan menjadi

subjek penelitian ini yang berasal dari berbagai SD yang berbeda yang menggunakan

Multiple Intelligence dalam pembelajarannya. Lokasi penelitian adalah Bandar

Lampung.

3.4 Instrumen Penelitian

1. Kuisioner

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif untuk

menggambarkan implikasi dari jenjang pendidikan, latar belakang pendidikan,

pengalaman lama mengajar terhadap persepsi pengajar tentang mutu

pembelajaran yang lebih baik. Penelitian ini akan menguraikan fakta-fakta dan

informasi yang diperoleh di lapangan, dan membuat gambaran secara

sistematis, aktual, dan akurat dalam hubungan antara variabel yang diteliti dan

implikasi dari suatu masalah yang diteliti. Kuisioner akan dibuat dalam format

Google Form yang sebelumnya akan diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih

dahulu sebelum diberikan kepada responden. Kuisioner akan diberikan kepada

responden setelah tahap observasi dan uji coba kuisioner selesai.

2. Wawancara

Setelah mendcapatkan data responden melalui kuisioner, peneliti akan

melakukan wawancara kepada guru untuk menggali data yang lebih mendalam

mengenai persepsi mereka. Hal ini penting dilakukan untuk mengonfirmasi

jawaban-jawaban yang telah diberikan melalui kuisioner dan meperoleh

Page 17: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

13

pendapat lebih lanjut mengenai aspek yang akan dianalisa. Wawancara ini akan

dilakukan secara semi terstruktur, yang berarti pertanyaan-pertanyaan yang

muncul telah dipersiapkan sebelumnya, namun tidak menutup kemungkinan

akan ada pertanyaan lanjutan yg muncul dari jawaban yang diberikan oleh

responden. Semua wawancara akan dilakukan secara online melalui zoom

meeting atau google meeting.

3.5 Prosedur Analisis Data

Penelitian ini akan melakukan analisis data dengan beberapa tahapan. Masing-masing

tahapan akan dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan.

Respon kuisioner akan dikumpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis

respon persepsi; persepsi negatif dan persepsi positif.

Hasil respon akan dihitung berdasarkan kelompok yang telah dibagi kemudian

disajikan dalam bentuk diagram dan kemudian dinarasikan.

Hasil wawancara akan dianalisis dan datanya akan disajikan untuk memperjelas hasil

kuisioner.

3.6 Indikator Capaian Terukur

Penelitian ini dianggap memenuhi capaian target berhasil memperoleh respon guru-

guru yang mengajar bahasa Inggris di level SD yang menggunakan pendekatan

Multiple Intelligence. Hasil dari respon guru-guru ini dapat dijadikan rujukan tentang

pengajaran bahasa Inggris bagi anak-anak. Selain itu respon guru juga dapat digunakan

untuk meneruskan penelitian di bitang serupa yang berkaitan dengan pembelajaran

bahasa asing dengan menggunakan multiple intelligence.

3.7 Luaran Wajib

Penelitian dosen pemula ini akan memenuhi beberapa luaran wajib berupa :

1. Satu artikel yang akan diterbitkan di jurnal terakreditasi national (SINTA 4)

2. Satu artikel yang akan dipresentasikan di konferensi international.

3. Laporan penelitian yang diunggah ke silemlit dan repository Unila.

Page 18: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

14

BAB 4

HASIL DAN DISKUSI

4.1 Hasil Observasi

Observasi kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris dilakukan di 3 sekolah berbeda yang

dilakukan oleh tim peneliti. Ketiga sekolah ini menggunakan metode pembelajaran Multiple

Intelligence dalam kegiatan belajar mengajarnya. Observasi ini dilakukan sebagai pilot research

untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar. Selama tiga hari observasi di tiga sekolah

yang berbeda, diperoleh gambaran tentang proses pembelajaran sebelum kuisioner dibagikan.

Saat pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa guru telah melakukan tahap-tahap pembelajaran

yang mencerminkan pembelajaran Multiple Intelligence yang dimulai dari kegiatan apersepsi

dan motivasi (alfa zone, warmer, scene setting, dan pre teach), serta pengembangan 9 jenis

kecerdasan. Multiple intelligences memiliki makna kecerdasan majemuk atau banyak. Istilah

tersebut digunakan untuk mewakili keberagaman kecerdasan yang dimiliki manusia. 9

kecerdasan yang telah teridentifikasi yakni kecerdasan linguistik, matematika-logis, visual-

spasial, kinestetik, musikal, intrapersonal, interpersonal, naturalis dan eksistensial.

Kemampuan linguistik-verbal seorang anak pada dasarnya sudah dibawa sejak masih berada

dalam kandungan. Kemampuan ibunya dalam berbicara ikut menjadikan anak yang berada

dalam rahim memiliki tingkat kecerdasan lingustik anak aktif dan berkembang. Kecerdasan

linguistik tidak hanya berupa kemampuan seseorang dalam mengolah bahasa namun juga

kemampuan berkomunikasi. Dalam mengembangkan kecerdasan linguistik, guru telah

memfasilitasi peserta didik dengan kegiatan presentasi lisan, membaca buku, hafalan surat-surat

pendek, puisi, drama, bercerita, menulis kalimat, mengemukakan pendapat dan lain sebagainya.

Strategi yang diterapkan guru untuk mengembangkan kecerdasan linguistik-verbal antara lain:

mendengarkan cerita, membaca, membuat cerita, mendengarkan dan membuat puisi, diskusi

kelompok, dan meminta peserta didik untuk latihan menulis dan menghafal.

4.2 Hasil Kuisioner

Untuk mengetahui persepsi guru saat mengajar Bahasa Inggris bagi young learners dengan

menggunakan metode berbasis multiple intelligence, guru diberikan kuisioner. Kuisioner terdiri

dari 12 pertanyaan yang mencakup lama waktu guru menjadi pengajar Bahasa Inggris, apa yang

Page 19: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

15

mereka ketahui tentang multiple intelligence, metode assessment yang digunakan, dll. Kuisioner

menggunakan close-ended kuisioner,di mana hal ini berarti responden diberikan opsi untuk

memilih jawaban. Kuisioner ini digunakan untuk mendapatkan data kuantitatf. Untuk melihat

rincian hasil dari kuisioner yang dibagikan kepada guru, dapat dilihat pada table berikut ini:

Pernyataan Percentages Distribution

SD D A SA

1 0% 4,54% 81,8% 13,64%

2 0% 2,6% 70,2% 27,2%

3 0% 5,8 % 79,7% 17,7%

4 0% 4,54% 80,2% 15,26%

5 0% 2,3% %28,5 69,2%

6 0% 3,6% 20,8% 75,6%

7 22,7% 77,19% 0% 0%

8 10,58% 82,3% 6,92% 0%

9 32,6% 74,4% 5,8% 1,2%

10 35% 62,6% 2,4% 0%

11 18,2% 73,5% 5,6% 2,7%

12 18,1% 75,8% 6,1% 0%

Tabel 1. Distribusi persentasi persepsi guru terhadap pembelajaran multiple Intelligence di

sekolah.

Tabel 1 mempersentasikan distribusi persepsi guru terhadap pembelajaran berbasis multiple

intelligence di sekolah. Hasil dari pendapat pertama menunjukkan bahwa terdapat 13,64%

responden yang sangat setuju dan 81,8% responden yang setuju jika pembelajaran multiple

intelligence membantu guru mengajarkan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah. Terdapat

4,54% responden yang tidak setuju dan 0% responden yang sangat tidak setuju. Dari pernyataan

pertama, dapat dilihat bahwa hampir semua guru setuju dengan pendekatan multiple intelligence

dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran mengajar Bahasa Inggris.

Page 20: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

16

Hasil kuisioner pada pernyataan ke tujuh menunjukkan bahwa bahwa terdapat 22,7% responden

yang sangat tidak setuju dan 77,19% tidak setuju jika pendekatan metode pembelajaran Multiple

Intelligen menyulitkan guru dalam mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak-anak. Tidak ada

responden yang menyatakan setuju atau sangat setuju di pernyataan ini (0%). Hal ini

membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran Multiple Intelligence sangat membantu guru

dalam mengajarkan Bahasa Inggris ke anak-anak. Data kualitatif tentang pembahasan secara

mendalam didapatkan dari interview yang dilakukan kepada guru.

4.3. Hasil Interview dan Pembahasan

Data pertama merupakan definisi responden mengenai pendekatan multiple intelligence. Data

ini diperoleh dari proses wawancara 10 guru, sedangkan dalam penelitian ini sampel yang

digunakan adalah guru A dan guru B. Kedua guru tersebut ditanyakan mengenai pemahaman

mereka tentang pendekatan multiple intelligence dalam pengajaran bahasa untuk young learners.

Hasil penelitian mengungkapkan berbagai tanggapan guru tentang definisi Multiple Intelligence

menurut mereka. Guru A mendefinisikan multiple intelligence sebagai suatu metode dalam

pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mengembangkan potensi siswa

berdasarkan teori Multiple Intelligence untuk siswa. Definisi tersebut diuraikan pada penjelasan

di bawah ini:

“Multiple intelligence berarti semua pembelajaran yang dirangkaikan oleh anak berbeda-beda.

Jadi pembelajaran yang berkaitan dengan multiple intelligence adalah bagaimana kita

meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran melalui kemampuan atau potensi yang

dimiliki oleh setiap anak, yaitu teknik atau metode pembelajaran yang ada, kita dituntut untuk

dapat meningkatkan, mengembangkan potensi anak sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya.”

Senada dengan pernyataan guru A, guru B juga mendefinisikan multiple intelligence sebagai

cara guru dalam melakukan pengajaran kepada siswa berdasarkan kecerdasan yang dimilikinya.

“Menurut saya, Multiple Intelligence adalah cara mengajar siswa berdasarkan kecerdasannya.

Berdasarkan kecerdasannya, keterampilan yang dimiliki seperti bakatnya akan berbeda satu

dengan yang lainnya. Setiap siswa memiliki kecerdasannya masing-masing seperti logika-

Page 21: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

17

matematika, kinestetik, dan lainnya.”

Dalam penelitian ini, para peneliti juga mewawancarai kepala sekolah untuk membuktikan

informasi tentang sistem multiple intelligence yang digunakan di sekolah tersebut.

Pernyataan di atas juga didukung oleh definisi kepala sekolah tentang Multiple Intelligence.

Kepala Sekolah mendefinisikan Multiple Intelligence sebagai teori yang memperdalam tentang

kecerdasan siswa yang diyakini bahwa setiap siswa memiliki kecerdasannya masing-masing.

Kepala Sekolah juga menjelaskan bahwa multiple intelligence yang digunakan di sekolah ini

berarti strategi yang digunakan oleh guru dalam mengajar siswa berdasarkan kecenderungan

siswa. Hal ini dikarekanan kecenderungan kecerdasan siswa akan menunjukkan gaya belajar

siswa. Oleh karena itu, guru akan menyiapkan materi dan strategi di kelas berdasarkan gaya

belajar siswa. Pernyataan-pernyataan tersebut disebutkan di bawah ini:

“Multiple Intelligence adalah ilmu terapan baru yang berkembang di Eropa, sebenarnya kalau

saya lihat sendiri, kalau kita mau melihatnya dari perspektif Islam, sebenarnya sejak zaman Nabi

sudah ada. Jadi karena Multiple Intelligence itu sebenarnya adalah sebuah strategi belajar.

Artinya, setiap anak memiliki multiple intelligence yang lebih dari satu, berbeda-beda

persentasenya, komposisinya. Nah, kalau saya lihat, Multiple Intelligence adalah kecerdasan

yang pasti, karena setiap anak memiliki kecerdasan yang beragam. Akan tetapi, jika kita

menerapkannya dan menggunakan Multiple Intelligence ini sebagai salah satu strategi, strategi

pendekatan sehingga kita menyiapkan materi sesuai dengan kecenderungan intelektual anak.

Jika dia cerdas dalam berbahasa, dia mengajar matematika, maka dia akan mengajarkan seni

berhitung menggunakan bahasa. Anak-anak yang secara alamiah sudah cerdas, missal mengajar

Bahasa Indonesia, kemudian mengambil tema-tema yang berhubungan dengan alam, maka anak-

anak akan menyukainya. Jadi, efek ini sebenarnya masuk ke keinginan, apa yang disukai,

kesesuaian dalam belajar.

Isu kedua terkait keyakinan guru tentang penggunaan Multiple Intelligence dalam pengajaran

bahasa untuk young learners akan menjelaskan tentang alasan dan pentingnya guru memahami

tentang hal itu. Data dikumpulkan dari proses wawancara dengan menanyakan kepada guru

tentang alasan mereka menggunakan Multiple Intelligence dalam proses pembelajaran. Data dari

Page 22: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

18

guru A menunjukkan bahwa alasannya menggunakan Multiple Intelligence dalam mengajar

bahasa Inggris untuk young learners adalah karena merupakan sistem pendekatan yang dipilih

oleh Yayasan sekolah walaupun pada awalnya dikatakan bahwa beliau juga menyetujui

penggunaan multiple intelligence di kelasnya.

Selain itu, sistem ini juga memberikan paradigma baru bagaimana meningkatkan kualitas

pengajaran. Dimana dalam sistem ini lebih ditunjukkan penghargaan gaya belajar siswa yang

ditunjukkan dari kecenderungan kecerdasan siswa. Dengan demikian, proses belajar mengajar

akan berlangsung menyenangkan, mudah, dan menghargai cara setiap individu dalam menerima

materi. Ia berharap semua siswa dapat memahami materi dengan baik. Dalam sistem Multiple

Intelligence, sekolah tidak mengadakan tes untuk menerima siswa, semua orang bisa masuk

sekolah asalkan kuota penerimaan siswa baru mencukupi. Guru tersebut menjelaskan:

“Di sini memang benar ketika anak masuk sekolah tidak diuji secara akademis, tetapi dilihat

dari psikologi, kemampuan, intrapersonal, dan kebiasaannya. Dari situlah kami menggunakan

Multiple Intelligence, karena kami percaya bahwa anak anak itu beragam. Biasanya siswa yang

mendaftar masuk sekolah akan diuji secara akademis karena mereka terdidik secara akademis.

Namun, dalam hal ini berbeda, banyak sekali jenis anak yang tidak baik secara akademis, kami

tidak berharap mereka akan hanya duduk diam mendengarkan pembelajaran konvensional.

Oleh sebab itu, kita perlu menggabungkan penggunaan multiple intelligence agar anak-anak

yang memiliki potensi tidak hanya visual, kinestetik, tetapi semua bisa rata dan bisa menerima

materi dengan baik.”

Selain itu, guru B menjelaskan bahwa alasan penggunaan Multiple Intelligence dalam

pengajaran bahasa untuk young learner berasal dari sistem sekolah. Sistem mencoba melihat

siswa sebagai individu yang memiliki kecerdasan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam proses

belajar mengajar, guru tidak dapat mengajar mereka secara konvensional karena kecerdasan

mereka yang berbeda dan gaya belajar yang juga berbeda. Dalam aplikasinya, guru harus

memastikan bahwa cara mengajarnya sesuai dengan gaya belajar siswa yang ditunjukkan dari

kecenderungan kecerdasan siswa. Ia berpendapat bahwa guru harus menyesuaikan diri dengan

siswa, bukan siswa yang menyesuaikan diri dengan guru. Penjelasan tersebut disebutkan di

bawah ini:

Page 23: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

19

“Karena setiap siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Semuanya tidak hanya berbakat

di linguistic atau di matematika logika saja. Jadi, kita harus memastikan bahwa cara

mengajarnya sesuai dengan kecerdasan siswa. Kita harus menyesuaikan dengan siswa bukan

siswa yang harus beradaptasi kepada gurunya. Ini adalah pendekatan yang lebih manusiawi

dan lebih dalam untuk pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian, anak tidak merasa

terbebani”

Selain itu, guru juga percaya bahwa Multiple Intelligence dapat menjadi salah satu solusi yang

baik untuk mengajar siswa dengan cara yang menyenangkan dan mudah karena Multiple

Intelligence akan membuat siswa mudah memahami materi dan menikmati proses pembelajaran.

Ia juga mengatakan agar para siswa tidak terbebani dalam proses belajar mengajar, seperti contoh

ketika ada siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik dan gaya belajarnya dengan kegiatan gerak

tetapi guru hanya mengajar dengan kegiatan membaca dan menulis tanpa melibatkan kegiatan

gerak. Kemudian, siswa tersebut tidak akan memahami materi secara utuh. Dia menegaskan

bahwa:

“Jadi Multiple Intelligence akan membuat anak-anak lebih paham, mudah dipahami dan mudah

mendapat poin. Kedua, siswa tidak merasa bosan dan terbebani. Bayangkan jika anak kinestetik

suka bergerak tapi hanya disuruh duduk diam saja kan? “Ini akan memudahkan siswa dalam

memahami materi dan siswa dapat menikmati proses pembelajaran.”

Selanjutnya, terkait dengan pernyataan sebelumnya dari dua guru bahasa Inggris, penulis juga

mengajukan pertanyaan kepada kepala sekolah tentang alasan sekolah menggunakan sistem

multiple intelligence sebagai pendekatan dasarnya. Kemudian, kepala sekolah menyatakan

bahwa yayasan sekolah menganggap multiple intelligence dapat menjadi strategi terbaik untuk

proses belajar mengajar saat ini untuk diterapkan di suatu institusi. Diharapkan dengan

menggunakan pendekatan multiple intelligence sekolah akan menerapkan pendekatan humanis

kepada siswa. Artinya guru akan mengajar siswa menyesuaikan dengan gaya belajarnya, dalam

hal ini gaya belajar siswa ditunjukkan dengan kecenderungan kecerdasan siswa. Oleh karena itu,

dalam pendekatan multiple intelligence, kecerdasan siswa menjadi bagian penting menurut

sistem ini. Selain itu, selalu ada observasi untuk menggali kecerdasan siswa untuk mengetahui

gaya belajar mereka di setiap semester. Penjelasan tersebut disebutkan di bawah ini:

Page 24: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

20

“Alasan utamanya, kita tahu anak-anak tumbuh dan ilmunya selalu dinamis. Jadi situasi ini

menuntut kita untuk menggunakan strategi yang tepat dalam mengajar. Saat ini, kami merasa

bahwa pendekatan multiple intelligence adalah strategi yang paling tepat saat ini, memang bukan

berarti tidak akan ada yang lain karena sains itu dinamis bukan statis. Sekarang kita mengerti

bahwa pendekatan multiple intelligence adalah strategi yang paling tepat untuk diterapkan di

sebuah lembaga pendidikan. Mengapa? Karena dengan menggunakan konsep ini, sistem ini,

sekolah lebih memanusiakan anak. Mengapa kami menyebutnya seperti itu? Karena nanti, guru

akan mengajar anak-anak sesuai dengan gaya belajarnya. Nah, makanya kami menggunakan

sistem ini.”

Menyikapi tanggapan guru di atas, terlihat bahwa para guru meyakini penggunaan pendekatan

multiple intelligence dalam proses belajar mengajar berada dalam pemahaman yang sama.

Mereka percaya itu adalah strategi terbaik untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar saat

ini di sekolah mereka. Mereka juga percaya bahwa dengan pendekatan multiple intelligence,

proses belajar mengajar akan menyenangkan dan mudah. Selain itu, pembelajaran yang

menyenangkan di kelas akan membuat siswa mudah memahami materi dan menikmati proses

pembelajaran. Oleh karena itu, mereka akan belajar tanpa beban atau kekuatan apapun.

Diharapkan, proses ini akan membuat pemahaman mereka tentang materi bertahan lebih lama

dalam ingatan jangka panjang mereka.

Menurut Shearer (2018, p.6) “teori multiple intelligence menyediakan peta luas perangkat lunak

pikiran yang selaras dengan ilmu kognitif dan kecerdasan umum”. Sejalan dengan itu, secara

umum, temuan penelitian menunjukkan bahwa guru percaya bahwa multiple intelligence

memberikan kontribusi yang baik terhadap proses belajar mengajar. Lebih lanjut, Dolati et al

(2016) mengemukakan bahwa multiple intelligence membantu siswa untuk mempelajari

pelajaran dengan lebih efektif.

Selain itu, berkaitan dengan pengetahuan tentang multiple intelligences, penelitian menunjukkan

bahwa guru memahami definisi dan implementasinya. Sebaliknya dalam penelitian Dolati dan

Tahriri (2017), guru bahkan tidak mengetahui tentang teori multiple intelligence dan tidak

mencoba untuk menerapkannya di kelas bahasa Inggris mereka. Studi mereka juga

mengungkapkan bahwa pengabaian pembelajaran berbasis multiple intelligence dapat

Page 25: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

21

menyebabkan kerugian bagi peserta didik (Dolati dan Tahriri, 2017). Dalam konteks yang lebih

baik, dengan memberikan multiple intelligence dalam konteks kelas akan membantu mereka

untuk belajar lebih baik, terutama dalam belajar bahasa Inggris.

Page 26: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

22

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Akhirnya, temuan penelitian ini diharapkan menjadi sumber bagi para guru untuk

memperbaharui keyakinan mereka tentang kemampuan siswa. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi guru bahasa Inggris untuk mengeksplorasi dan

meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Guru juga diharapkan dapat menciptakan strategi

mengajar secara kreatif dengan mewujudkan gaya belajar siswa yang berbeda. Penelitian ini

dapat dijadikan sebagai alternatif sistem pembelajaran yang lebih membantu peserta didik dalam

mengembangkan kecerdasan dan bakatnya. Multiple Intelligence juga dapat direkomendasikan

bagi para orang tua untuk lebih memahami kemampuan anak-anak mereka. Sehingga orang tua

bisa mengarahkan anaknya tanpa memaksakan kehendaknya. Orang tua juga dapat membimbing

dengan penuh perhatian tanpa menggunakan kekerasan fisik maupun verbal.

5.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah:

1. Agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian komparatif sehingga dapat lebih jelas

menganalisis perbedaan antara metode pengajaran berbasis Multiple Intelligence dengan yang

berbasis Non-multiple Intelligence.

2. Bagi sekolah agar lebih memperhatikan kurikulum dan metode pengajaran yang

mengembangkan aspek kecerdasan Linguistik. Sekolah juga dapat memberikan penyuluhan dan

pengetahuan kepada orang tua siswa tentang Multiple Intelligence dalam upaya

pengembangannya agar orang tua dapat mengambil pesan dalam mengembangkan Multiple

Intelligence anaknya.

3. Bagi guru dan orang tua hendaknya mencari pengetahuan tentang Multiple Intelligence dan

bagi orang tua khususnya, hendaknya berkonsultasi kepada pihak sekolah tentang Multiple

Intelligence agar dapat mengenali kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Hal ini bertujuan untuk

dapat menerapkan metode pembelajaran di luar sekolah yang dapat mendorong perkembangan

Multiple Intelligence siswa.

Page 27: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

23

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, T. (2009). Multiple Intelligences in the Classroom (3rd Ed). Virginia,

USA: ASCD (Association for Supervision and Curriculum Development).

Ary, D., et al. (2010). Introduction to Research in Education (4th Ed.). Belmont:

Wadsworth Cengage Learning.

Bingimlas, K. & Hanrahan, M. (2010). The Relationship between Teachers’ Beliefs

and Their Practice: How the Literature Can Inform Science Education

Reformers and Researchers. In M.F. Tasar & G. Gakamkci (Eds.).

Contemporary Science Education Research: International Perspectives (pp.

415-422). Ankara, Turkey: Pegem Akademi.

Borg, S. & Al-Busaidi, S. (2012). Teachers’ Beliefs and Practice Regarding Learning

Autonomy. ELT Journal Vol. 66, 283-292.

Bedir, H. (2010). Teachers’ Beliefs on Strategies Based Instruction in EFL Classes of

Young Learners. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 2 (2), pages 5208-

5211. doi: 10.1016/j.sbspro.2010.03.847

Cameron, L. (2001). Teaching Languages to Young Learners. Cambridge: Cambridge

University Press.

Canh, L. & Barnard, R. 2009. A Survey of Vietnamese EAP Teacher’s Beliefs about

Grammar Teaching. In Zhang, L.J., & Rubdy, R., & Alsagoff, L. (eds.). 2009.

Englishes and Literatures in English in a Globalised World: Proceedings of

the 13th International Conference on English in Southeast Asia, 246-259.

Singapore: National Institute of Education, Nanyang Technological

University.

Chatib, M. (2013). Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa Dolati, Z., & Tahriri, A.

(2017) EFL Teachers’ Multiple Intelligences and Their Classroom Practice.

SAGE. 2017 (1-12) Doi: 10.1177/2158244017722582.

Fauziati, E. (2015). Teaching English as A Foreign Language: Principle and Practice.

Surakarta: Era Pustaka Utama.

Fleetham, M. (2006). Multiple Intelligences in Practice: Enhancing Self-Esteem and

Learning in the Classroom. Stafford, UK: Network Continuum Education.

Freeman, D., & Richards, J. C (Eds.). (1996). Teacher Learning in Language

Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Gardner, H. (1999). Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st

Century. New York, NY: Basic Books.

Harmer, J. (2007). The Practice of English Language Teaching (4th ed). Essex, UK:

Pearson Education.

Hoerr, T. R. (2000). Becoming A Multiple Intelligences School. Virginia, USA: ASCD

(Association for Supervision and Curriculum Development).

Hofer, B.K and Pintrich, P.R. 1997. The development of Epistemological Theories:

Beliefs about Knowledge and Knowing and their relation to learning. Review

of Educational Research 67 (1), 88-140.

Linse, C. T. (2005). Practical English Language Teaching: Young Lerners. New York:

McGraw-Hill Companies, Inc.

Nicholson, K. & Nelson. (1998). Developing Students’ Multiple Intelligences. New

York: Scholastic Proffesional Books.

Page 28: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

24

Pritchard, Alan. (2009). Ways of Learning-learning theories and learning styles in the

classroom. Oxon: Routledge Sabiq. R.A. 2013. Teachers’ Beliefs and Practices in Teaching Grammar.

Unpublished Thesis. UNS Solo.

Shearer, B. (2018). Multiple Intelligences in Teaching and Education: Lessons Learned

from Neuroscience. Journal of Intelligence. Doi:

10.3390/jintelligence6030038

Woods, D., (1996). Teacher Cognition in Language Teaching: Beliefs, Decision-

making and Classroom Practice. Cambridge: Cambridge University

Press.

Page 29: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

25

LAMPIRAN

1. Letter of Acceptance

Page 30: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

26

2. Abstract Paper Ulicoss

Page 31: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

27

3. Bukti Kepesertaan di Ulicoss 2021

4. Invoice Publikasi pada Ulicoss 2021

Page 32: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

28

5. Kuesioner Persepsi Guru Terhadap Pendekatan Multiple Intelligence

No Pernyataan Pilihan Jawaban

STS TS S SS

1 Pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan

multiple intelligence

membantu saya

mengajarkan

pembelajaran Bahasa

Inggris di sekolah

2 Saya menemukan banyak

manfaat bagi saya sendiri

saat mengajarkan Bahasa

Inggris dengan

menggunakan pendekatan

Multiple intelligence

3 Saya melihat siswa saya

menjadi lebih aktif saat

saya mengajar

menggunakan pendekatan

Multiple Intelligence

4 Saya menemukan tujuan

dan manfaat dari

pembelajaran Bahasa

Inggris dengan

menggunakan pendekatan

Multiple Intelligence

5 Saya aktif mengikuti

perkembangan

pendekatan Multiple

Intelligence, khususnya

dalam pembelajaran

Bahasa Inggris

6 Saya selalu melakukan

persiapan sebelum

memulai pembelajran

Bahasa Inggris

7 Pendekatan metode

pembelajaran Multiple

Intelligen menyulitkan

saya dalam mengajarkan

Bahasa Inggris kepada

anak-anak

8 Anak-anak mudah bosan

saat belajar Bahasa

Inggris menggunkan

pendekatan Multiple

Intelligence

9 Saya merasa sulit

mempersiapkan

pembelajaran Bahasa

Inggris dengan

Page 33: LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

29

menggunakan pendekatan

Multiple Intelligence

10 Saya sulit memberikan

contoh kepada murid-

murid saya dalam

mengajarkan Bahasa

Inggris dengan

menggunakan pendekatan

Multiple Intelligence

11 Saya tidak pernah

mengikuti pelatihan

mengajar dengan

menggunakan pendekatan

Multiple Intelligence

12 Saya selalu merasa malas

dating ke kelas untuk

mengajar Bahasa Inggris

Ketika saya harus

menggunakan pendekatan

multiple Intelligence

STS : Sangat tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju