laporan penelitian dosen pemula - eprints.upgris.ac.ideprints.upgris.ac.id/143/1/1. laporan...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA
IDENTIFIKASI SENYAWA VOLATIL AROMA KHAS YANG TIDAK
DISUKAI DARI TEPUNG SUWEG MENGGUNAKAN HEADSPACE-
SOLID PHASE MICRO EXTRACTION DAN GAS CHROMATOGRAPHY
MASS SPECTRA
Oleh :
Umar Hafidz Asy’ari Hasbullah, S.TP., M.Sc. NIDN. 0601078602
Rini Umiyati, S.Hut., M.Si NIDN. 0623068001
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA
Judul Penelitian : Identifikasi Senyawa Volatil Aroma Khas yang Tidak
Disukai Dari Tepung Suweg Menggunakan Headspace-
Solid Phase Micro Extraction dan Gas Chromatography
Mass Spectra
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 165/ Teknologi Pangan dan Gizi
Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Umar Hafidz Asy’ari Hasbullah, S.TP., M.Sc.
b. NIDN : 0601078602
c. Jabatan Fungsional : Tenaga Pengajar
d. Program Studi : Teknologi Pangan
e. Nomor HP : 08562840919
f. Alamat surel (e-mail) : [email protected]
Anggota Peneliti a. Nama Lengkap : Rini Umiyati, S.Hut., M.Si
b. NIDN : 0623068001
c. Perguruan Tinggi : Universitas PGRI Semarang
Biaya Penelitian : Rp. 6.500.000
Semarang, 25 September 2017
Mengetahui, Ketua Peneliti,
Dekan Fakultas Teknik
Drs. Bambang Supriyadi, M.P Umar Hafidz Asy’ari Hasbullah, S.TP., M.Sc.
NIP. 195410151982031003 NIDN. 0601078602
Menyetujui,
Ketua LPPM
Universitas PGRI Semarang
Ir. Suwarno Widodo, M.Si.
NPP. 876101038
iii
ABSTRAK
Tepung suweg memiliki aroma khas yang tidak enak. Hal ini akan mempengaruhi aroma dari
produk makanan turunannya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari senyawa volatile
yang muncul dari tepung suweg. Ekstraksi senyawa volatile dilakukan dengan Solid Phase
Micro extraction. Analisis senyawa volatile menggunakan Gas Chromatograpgy Mass
Spectra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa volatile yang muncul setelah proses
penepungan (0 MAF) berjumlah 96. Sedangkan senyawa volatile yang muncul setelah 12
bulan penyimpanan meningkat menjadi 108. Senyawa volatile yang memiliki konsentrasi
terbesar ialah Geranyl acetone.
Kata kunci: Tepung suweg, Amorphophallus campamulatus, Aroma, Senyawa volatile, Gas
Chromatography-Mass Spectra, Solid Phase Micro Extraction
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan penelitian tanpa halangan yang berarti.
Kegiatan penelitian di Perguruan Tinggi merupakan bentuk pengamalan Tri Dharma
ketiga dari Perguruan Tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka timpenelitiProdi Teknologi
Pangan Universitas PGRI Semarang telah melaksanakan penelitian dengan tema “Identifikasi
Senyawa Volatil Aroma Khas yang Tidak Disukai Dari Tepung Suweg Menggunakan
Headspace-Solid Phase Micro Extraction dan Gas Chromatography Mass Spectra”.
Berkenaan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terimaksih kepada :
1. Rektor Universitas PGRI Semarang
2. Ketua LPPM Universitas PGRI Semarang
3. Dekan Fakultas Teknik
4. Semua pihak yang telah membantu pada kegiatan ini.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan, sehingga pelaksanaan
penelitian yang akan datang dapat lebih baik.
Semarang, September 2017
Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................ i
Lembar Pengesahan ........................................................................................................ ii
Abstrak ........................................................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................................ iv
Daftar Isi ......................................................................................................................... v
Bab I. Pendahuluan ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................... 2
E. Luaran ................................................................................................................ 3
Bab II. Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 3
A. Suweg ................................................................................................................. 3
B. Fase Dorman dan Fase Vegetatif Suweg ............................................................ 5
C. Tepung Suweg .................................................................................................... 5
Bab III. Metode Penelitian.............................................................................................. 8
A. Waktu dan Tempat.............................................................................................. 8
B. Alat dan Bahan ................................................................................................... 8
a. Alat ......................................................................................................... 8
b. Bahan ...................................................................................................... 8
C. Tahapan Penelitian ............................................................................................. 8
a. Preparasi Sampel .................................................................................... 8
b. Tepung Umbi Suweg .............................................................................. 8
c. Analisis Sampel ...................................................................................... 9
D. Rancangan Percobaan ......................................................................................... 9
E. Analisis Data ...................................................................................................... 9
Bab IV Hasil dan Pembahasan ....................................................................................... 11
A. Senyawa Volatil yang Terdeteksi GC-MS ......................................................... 11
B. Identifikasi Senyawa Volatil Tepung Suweg ..................................................... 12
vi
C. Konsentrasi Senyawa Volatil Tepung Suweg .................................................... 18
Bab V Kesimpulan dan Saran ......................................................................................... 24
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 25
Lampiran ........................................................................................................................ 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suweg (Amorphophallus campanulatus) merupakan salah satu jenis umbi yang tumbuh
liar di berbagai daerah di Indonesia. Tanaman ini masih belum banyak dieksplorasi dan biasa
tumbuh subur di bawah naungan tanaman lain. Tanaman suweg biasa bertunas di awal musim
kemarau dan pada akhir tahun di musim kemarau umbinya bisa dipanen (Kasno, dkk., 2009).
Suweg mempunyai prospek untuk dapat dikembangkan sebagai sumber pangan yang berupa
tepung. Namun tepung suweg ini masih memiliki kekurangan, salah satunya yaitu aroma khas
yang cukup kuat dan tidak disukai.
Menurut Supriyadi dkk. (2016) dan Hasbullah (2016), aroma tepung suweg yang
dihasilkan dari beberapa sampel suweg di Jawa Tengah sangatlah kuat dan spesifik yang tidak
disukai. Hal tersebut menyebabkan munculnya permasalahan yaitu nilai penerimaan kesukaan
sensoris terhadap aroma tepung suweg menurun. Dampak dari permasalahan tersebut ialah
produk pangan yang dibuat dengan tepung suweg akan tercemari aroma yang kuat dan spesifik
yang tidak disukai dari tepung suweg. Poinot dkk. (2008), menyampaikan fakta bahwa
penggunaan tepung memiliki pengaruh yang signifikan terhadap munculnya senyawa volatil
dalam roti dan bersesuaian dengan aromanya. Ferdiansyah dan Affandi (2016), menyampaikan
bahwa semakin meningkat konsentrasi tepung suweg akan menyebabkan skor penerimaan
terhadap parameter aroma produk cookies semakin menurun.
Aroma sangat berkaitan dengan adanya senyawa volatil flavor yang terbentuk selama
proses pengolahan (Marsili, 2007). Dresow dan Böhm (2009) membuktikan bahwa proses
pengolahan umbi kentang akan menghasilkan senyawa volatil yang berbeda jenis dan
jumlahnya bergantung tipe pengolahannya. Aroma tepung suweg yang kuat dan spesifik,
dimungkinkan muncul selama proses pengolahan umbi suweg menjadi tepung. Hal ini
diperkuat dengan fakta bahwa umbi suweg segar tidak beraroma kuat dan spesifik, sedangkan
tepung suweg beraroma kuat dan spesifik (Pitojo, 2007). Aroma kuat dan spesifik tersebut
dapat muncul karena beberapa hal diantaranya oksidasi dan reaksi Maillard yang terjadi
2
selama proses pembuatan tepung suweg. Oksidasi bisa terjadi terhadap lipid dan protein dalam
bahan (Raharjo, 2004). Reaksi Maillard terjadi dari reaksi group karbonil gula reduksi dengan
grup amino asam amino atau protein yang dibentuk dari nitrogen yang disubtitusi glikosilamin
atau fruktosilamin (Belitz dkk., 2009; Mottram, 1994). Reaksi ini akan menghasilkan senyawa
volatil beraroma seperti furan, piridin dan pirazin (Friedman, 1996; Martins dkk., 2001).
Untuk menjawab senyawa penyebab aroma kuat dan spesifik yang tidak disukai pada tepung
suweg maka perlu dilakukan identifikasi senyawa volatil dengan menggunakan headspace-
solid phase micro extraction (H-SPME) dan gas chromatography mass spectra (GCMS).
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Senyawa volatil apasaja yang berkontribusi terhadap aroma khas yang tidak disukai
dari tepung suweg?
2) Berapa konsentrasi dari senyawa volatil yang berkontribusi terhadap aroma khas yang
tidak disukai dari tepung suweg?
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi secara kualitatif senyawa volatil yang menyebabkan aroma khas yang
tidak disukai pada tepung umbi suweg dengan menggunakan headspace-solid phase
micro extraction (H-SPME) dan gas chromatography mass spectra (GCMS).
2) Mengidentifikasi secara kuantitatif senyawa volatil yang menyebabkan aroma khas
yang tidak disukai pada tepung umbi suweg yang ditambahkan internal standar dengan
menggunakan headspace-solid phase micro extraction (H-SPME) dan gas
chromatography mass spectra (GCMS).
D. Manfaat
Manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Akan didapatkan informasi senyawa volatil yang berkontribusi terhadap aroma khas
yang tidak disukai dari tepung suweg.
3
2) Hasil penelitian ini mampu menjadi referensi tindak lanjut upaya mennghilangkan dan
mencegah munculnya aroma khas dari tepung suweg.
3) Hasil penelitian ini akan mampu menjawab penyebab pasti terhadap rendahnya skor
kesukaan (hedonik) sensoris tepung suweg.
E. Luaran
Luaran yang akan dihasilkan meliputi :
1) Artikel dan publikasi ilmiah hasil penelitian yang akan dimasukkan dalam jurnal
ilmiah ataupun presentasi oral dalam seminar ilmiah yang dimuat dalam prosiding.
2) Poster ilmiah.
3) Pengayaan bahan ajar serta bahan referensi pengkaya beberapa mata kuliah yaitu Mata
Kuliah Teknologi Perisa, Ilmu.Pengetahuan Bahan, Uji Sensoris, Kimia Pangan,
Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen dan Teknologi Roti dan Kue dari data yang akan
diperoleh.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Suweg (Amorphophallus campanulatus)
Taksonomi dari tanaman suweg yaitu divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
kelas Monocotyledoneae, ordo Arales, famili Araceae, genus Amorphophallus, dan spesies
Amorphophallus campanulatus Bl. Tanaman ini diduga berasal dari India, dan tersebar ke
Asia Tenggara sampai kepulauan di Pasifik. Terdapat dua varietas utama yang dikenal yaitu
varietas hortensis yang umumnya dibudidayakan sebagai tanaman sampingan, dan varietas
sylvestris yang tumbuh liar. Keduanya dapat dibedakan dari permukaan tangkai daunnya
dimana varietas sylvestris memiliki permukaan tangkai daun yang kasar sedangkan varietas
hortensis memiliki permukaan tangkai daun yang halus.
Suweg dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl di daerah tropis
dan subtropis, dengan pertumbuhan vegetatif aktif pada kondisi udara yang hangat dan
lembab, dan kondisi dorman terjadi pada musim kering (Wankhade dan Sajjan, 1981).
Tanaman suweg berupa herba tahunan dengan sebuah daun yang tumbuh tegak dari pusat
umbi. Tangkai daun panjang hingga setinggi 60-90 cm, berdaging, permukaannya berwarna
hijau berbelang-belang putih, ujung tangkai daun terbelah-belah dengan bagian akhir lembaran
daun membujuratau melanset yang tidak simetris.
Umbi suweg berbentuk setengah bola dengan diameter hingga 30 cm tergantung kondisi
tanam, kulit umbi berwarna coklat tua, sedangkan dagingnya berwarna jingga kusam sampai
merah dengan jaringan yang bertekstur kasar (Kasno, 2009). Suweg mengandung kalsium
oksalat berbentuk raphide (jarum halus) di seluruh bagian tanaman, yang dapat menimbulkan
rasa gatal. Varietas liar umumnya lebih menimbulkan gatal dibandingkan dengan varietas
budidaya. Timbulnya rasa gatal terutama disebabkan oleh raphide yang tidak terbungkus atau
dikelilingi oleh semacam getah, sehingga dapat melakukan kontak secara langsung dengan
lidah, bibir, dan langit-langit mulut ketika dikunyah (Kurdi, 2002). Kandungan kalsium
oksalat tersebut dapat dikurangi dengan perlakuan perendaman dalam air beberapa lama, juga
dengan pemanasan (pemasakan) yang intensif (Kay, 1973).
Sifat kimia kalsium oksalat yang dapat dilarutkan dengan asam kuat sehingga
terdekomposisi menjadi asam oksalat menjadi dasar penelitian Kurdi (2002) yang hasilnya
menyatakan bahwa perendaman irisan umbi talas dalam larutan asam klorida 0.25% selama 4
5
menit lalu dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan kalsium karbonat 1% selama 5
menit, dinilai efektif mereduksi kandungan kalsium oksalat pada produk keripik talas yang
dihasilkan. Umbi suweg merupakan sumber karbohidrat yang baik dengan kandungan total
karbohidrat 18-21%, dan pada beberapa sampel mengandung sejumlah penting protein
tercerna. Umbi juga mengandung beberapa zat seperti asam betulinat, ß-sitosterol,
stigmasterol, lupeol dan lainnya yang kemungkinan berhubungan dengan penggunaan
hancuran umbi suweg sebagai obat di beberapa tempat seperti Filipina dan India (Sakai,
1993).
B. Tepung Suweg
Tepung umbi suweg memiliki keunggulan yaitu kandungan protein serta kandungan
serat cukup besar. Telah banyak dilaporkan hasil-hasil penelitian tentang manfaat konsumsi
serat dan timbulnya berbagai macam jenis penyakit. Konsumsi serat dalam jumlah yang tinggi
akan memberikan pertahanan pada tubuh manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit
seperti kanker usus besar, kolesterol, kencing manis (Faridah, 2005).
Proses pembuatan tepung suweg (Amorphopallus campanulatus) dapat dilakukan
dengan cara kering. Umbi yang telah dicabut kemudian dibersihkan, dikupas dan dicuci
dengan air bersih. Selanjutnya umbi suweg diiris tipis-tipis dan dikeringkan dengan pengering
kabinet pada suhu 500C selama 18 jam. Tahap selanjutnya dilakukan penggilingan dan diayak
menggunakan ayakan berukuran 80 mesh maka akan dihasilkan tepung suweg (Faridah,
2005).
Menurut Pitojo (2007) dalam (Faridah, 2005) sifat fisika tepung umbi suweg antara lain
halus, berwarna putih keabu-abuan atau kecoklat-cokelatan. Warna tepung umbi suweg kurang
putih dibandingkan dengan tepung terigu, tepung tapioka atau tepung sukun. Tepung suweg
berwarna kecoklatan yang disebabkan terjadinya reaksi browning (pencoklatan) pada saat
pengupasan umbi sehingga chips yang dihasilkan tidak berwarna putih. Sifat kimia tepung
umbi suweg memiliki aroma yang spesifik. Tepung suweg tidak seperti tepung terigu yang
memiliki banyak kandungan gluten. Tepung suweg dapat dimanfaatkan sebagai subtitusi
dengan tepung terigu atau tepung yang lain untuk membuat aneka makanan.
6
Tabel 2.1 Perbedaan komposisi tepung suweg dan tepung terigu
Komponen (%) Tepung suweg Tepung terigu
Kadar Air 4,74 7,80
Kadar Abu 4,60 0,52
Kadar lemak 0,28 0,90
Kadar protein 7,20 8,00
Kadar Serat Kasar 5,23 0,43
Kadar karbohidrat 83,18 82,35
Sumber : Faridah (2005)
Berdasarkan Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa komposisi dari tepung umbi suweg yang
dibandingkan dengan tepung terigu. Tepung terigu dan tepung umbi suweg masing-masing
memiliki kelebihan pada kandungan gizinya. Tepung suweg memiliki kadar serat kasar yang
lebih tinggi daripada tepung terigu yaitu sebesar 83,18%. Selain itu kandungan lemak pada
tepung suweg juga rendah yaitu sebesar 0,28% (Richana dan Sunarti, 2004).
Umbi suweg mempunyai nilai daya cerna pati cukup rendah yaitu sebesar 61,75% bila
dibandingkan dengan dengan tepung singkong sebesar 75,25%. Rendahnya daya cerna pati
disebabkan adanya kandungan serat dalam tepung suweg. Pati dapat dihidrolisis oleh enzim
alfa amilase menjadi gula-gula sederhana (glukosa, maltosa) dan alfa limit dekstrin. Semakin
tinggi daya cerna suatu pati berarti semakin banyak pati yang dapat dihidrolisis dalam waktu
tertentu yang ditentukan dengan semakin banyaknya glukosa dan maltosa yang dihasilkan.
C. Prekusor Senyawa Volatil dan Aroma
Senyawa volatil dapat muncul dalam produk pangan olahan karena terdapatnya
senyawa prekusor yang mengalami berbagai reaksi selama proses pengolahan. Senyawa
tersebut diantaranya lipid, gula reduksi, protein, dan gula-gula sederhana seperti sukrosa
(Sucan dan Weerasinghe, 2005). Senyawa volatil yang terbentuk tersebut sangat berkaitan
dengan terbentuknya aroma produk pangan olahan. Aroma dapat muncul ketika senyawa
volatil sampai ke bagian reseptor pembau dalam indera penciuman manusia. Jenis dan jumlah
senyawa volatil dalam bahan akan menentukan terbentuknya aroma bahan (Belitz dkk., 2009).
Banyak komponen aroma yang terbentuk dari degradasi lipid dan reaksi Maillard dan atau
degradasi gula selama pemmberian panas pada umbi kentang (Jansky, 2010). Lipid akan
mengalami reaksi oksidasi yang akan menghasilkan senyawa-senyawa volatil yang beragam
7
jenisnya. Begitupula dengan reaksi Maillard dan karamelisasi gula sederhana akan
menghasilkan beragam senyawa volatil dengan jumlah dan komposisi yang bervariasi (Sucan
dan Weerasinghe, 2005).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada selama 6 bulan di Laboratorium Rekayasa
Proses Pengolahan Pangan, Kampus 3 UPGRIS dan Laboratorium Analisis Flavor Balai
Besar Penelitian Padi (BB PADI) Sukamandi Jawa Barat.
B. Alat dan Bahan
a. Alat
Peralatan yang digunakan ialah Gas Chromatography-Mass Spectra (GC-MS Agilent
Technologies 7890A dengan MS 5975C insert XL EI/CI MSD with triple axis detector),
instrument SPME (Solid Phase Micro Extraction), hot plate, oven pengering (memmert,
USA), ayakan 60 mesh dan shaker, mesin penepung, timbangan analitik.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah umbi suweg (Amorphophallus
campanulatus var. nonglutinus) yang diperoleh di Kecamatan Kerjo, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Sampel umbi suweg dipanen ketika akhir musim kemarau
dimana telah mengalami fase dorman. Bahan kimia yang digunakan berstandar analytical
grade, internal standard, standard n-alkana C5-C22 (Pure Chemical Analysis Co) (Sigma
Aldrich).
C. Tahapan Penelitian
a. Preparasi sampel umbi suweg
Sampel umbi suweg mentah dibersihkan dari tanah dan kotoran yang melekat di kulit
dengan mengalirkan pada air yang mengalir. Kemudian dikupas kulitnya.
b. Tepung umbi suweg
Prosedur pembuatan tepung umbi suweg mengacu pada Hasbullah dan Umiyati (2017).
Daging umbi suweg dipotong setebal 2 cm. Tahap selanjutnya, pencucian dimana bahan
yang sudah dikupas dicuci bersih dengan tujuan membersihkan dari kotoran yang masih
menempel. Tahap pengeringan dilakukan dengan suhu 60°C dengan kabinet dryer selama
kurang lebih 24 jam. Tahap penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin penepung.
Tahap pengayakan dilakukan menggunakan ayakan 60 mesh. Selanjutnya sampel tepung
disimpan dalam plastik pada suhu kamar sampai dianalisis.
9
c. Analisis Senyawa Volatil Tepung Suweg
Ekstraksi senyawa volatil flavor dilakukan dengan menggunakan H-SPME (Headspace
Solid Phase Micro Extraction) (Yu dan Zhang, 2010). Sampel dimasukkan kedalam vial
dan dikondisikan dengan memanaskannya pada suhu 40ᵒC selama 15 menit hingga
equilibrium. Ekstraksi dilakukan dengan memasukkan fiber SPME kedalam vial yang telah
berisi sampel equilibrium selama 50 menit pada suhu 40ᵒC.
Identifikasi senyawa volatil dilakukan dengan menggunakan instrument Gas
Chromatography-Mass Spectra (GC-MS Agilent Technologies 7890A dengan MS 5975C
insert XL EI/CI MSD with triple axis detector). Fiber SPME diinjeksikan kedalam
injection port selama 4 menit pada suhu 250°C. Mode injeksi split dengan split rasio 1:30.
Kolom yang digunakan DB-5 dengan ukuran panjang x diameter internal x ketebalan film =
30 m x 250 µm x 0.25 µm. Temperatur kolom dibuat isotermal selama 5 menit pada suhu
40ᵒC. temperature kemudian dinaikkan sampai 260ᵒC dengan laju 5ᵒC/menit. Temperature
kemudian dinaikkan kembali hingga 280ᵒC dengan laju 15ᵒC/menit dan ditahan selama
selama 1 menit. Carier gas digunakan gas helium dengan laju 1 ml/menit. Detektor yang
digunakan adalah MS (Mass Spectrometer) dengan energi ionisasi 70 eV scan kisaran
massa (m/z) 33-550 dengan suhu detektor 280°C. Identifikasi komponen digunakan mass
spectra referensi dalam NIST05a Library dan Retention Indices (RI). RI dihitung
menggunakan standar alkana C5-C22 pada kondisi yang sama dengan analisis (Yu dan
Zhang, 2010).
d. Identifikasi Profil Senyawa Volatil Tepung Suweg
Identifikasi profil senyawa volatil dilakukan dengan menggelompokkan senyawa yang
terdeteksi ke dalam masing-masing golongannya seperti golongan alkohol, aldehid, keton,
ester, terpenoid, sulfur, hidrokarbon dan lain-lain. Senyawa yang telah dikelompokkan
tersebut kemudian diidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif.
10
D. Rancangan Percobaan
Penelitian ini bersifat eksploratif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
acak sederhana. Variable bebas yaitu senyawa volatil tepung suweg. Sedangkan variable
terikat yaitu data kualitatif yang berupa nama-nama senyawa yang terdeteksi oleh GC-MS
dan data kuantitatif berupa angka jumlah senyawa volatil yang terdeteksi oleh GC-MS.
E. Analisis data
Data hasil pengujian disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan
MS Excel untuk menghitung konsentrasi senyawa volatil dan standar deviasinya.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Senyawa Volatil yang Terdeteksi GC-MS
Identifikasi senyawa volatile dari tepung suweg setelah penepungan (0 MAF) dilakukan
dengan Gas Chromatografi Mass Spektra. Hasil identifikasi ditunjukkan dengan
kromatogram dalam Gambar 1.
Gambar 1. Kromatogram Senyawa Volatil Tepung Suweg 0 MAF
Berdasarkan kromatogram hasil analisis terlihat bahwa senyawa volatile banyak muncul
pada waktu retensi 10 menit hingga 30 menit.
Hasil identifikasi tepung suweg setelah disimpan 12 bulan (12 MAF) ditunjukkan pada
Gambar 2. Berdasarkan kromatogram hasil analisis terlihat bahwa senyawa volatile
banyak muncul pada waktu retensi kisaran menit ke 10 sampai dengan menit ke 30.
12
Gambar 2. Kromatogram Senyawa Volatil Tepung Suweg 12 MAF
B. Identifikasi Senyawa Volatil Tepung Suweg
Senyawa volatile diekstrak dengan menggunakan fiber DVB/CAR/PDMS pada Solid
Phase Micro Extraction (SPME). Senyawa yang berhasil diekstrak dipisahkan dalam
kolom DB-WAX dan dideteksi dalam detector Mass Spektra. Hasil deteksi menunjukkan
terdapat 96 senyawa volatile pada tepung suweg setelah penepungan (0 MAF) (Tabel 1).
Senyawa ini mulai muncul dari waktu retensi menit ke 4,96 dan berakhir pada menit ke
34,89. Senyawa yang terdeteksi terdiri dari golongan alcohol, aldehid, ester, asam,
hidrokarbon, sulfida, furan, keton, terpenoid, dan lainnya.
Tabel 1. Senyawa Volatil yang Terdeteksi pada 0 Month After Flouring (0 MAF)
Waktu retensi
(menit)
Senyawa CAS
4.9633 Hexanal 000066-25-1
7.3119 Bicyclo[4.2.0]octa-1,3,5-triene 000694-87-1
7.4605 Styrene 000100-42-5
7.6092 Heptanal 111-71-7
9.5178 Benzaldehyde 000100-52-7
9.8746 Pentanoic acid, 3-methyl-2-oxo-, methyl ester 003682-42-6
13
10.166 1-Octen-3-ol 003391-86-4
10.4276 5-Hepten-2-one, 6-methyl- 000110-93-0
10.5467 Furan, 2-pentyl- 003777-69-3
11.8903 1-Hexanol, 2-ethyl- 000104-76-7
12.4076 Benzeneacetaldehyde 000122-78-1
12.8773 Disulfide, di-tert-dodecyl 027458-90-8
13.0676 Decane, 3,6-dimethyl- 017312-53-7
13.3946 3,5-Octadien-2-one 038284-27-4
14.013 Nonane, 4,5-dimethyl- 017302-23-7
14.2092 Nonane, 5-methyl-5-propyl- 017312-75-3
14.4768 Undecane, 4-methyl- 002980-69-0
14.5838 Nonanal 000124-19-6
14.697 Cyclohexanone, 4-hydroxy-4-methyl- 017429-02-6
14.7087 Cyclohexanol, 2,6-dimethyl- 005337-72-4
14.9287 Phenylethyl Alcohol 000060-12-8
15.339 Decane, 3,6-dimethyl- 017312-53-7
15.8384 3-Nonen-2-one 014309-57-0
16.0227 (+)-2-Bornanone 000464-49-3
17.099 Benzaldehyde, 2,4-dimethyl- 15764-16-6
17.3725 Naphthalene 000091-20-3
17.9433 Dodecane 000112-40-3
18.1693 Decanal 000112-31-2
18.4309 Decane, 2-methyl- 006975-98-0
18.7163 β-Cyclocitral 000432-25-7
18.8292 Benzothiazole 000095-16-9
19.0255 6-Methylheptyl acrylate 054774-91-3
19.4714 Heptadecane 000629-78-7
19.6557 Decane, 1-iodo- 2050-77-3
19.8519 Dodecane, 4,6-dimethyl- 061141-72-8
19.9649 Undecane, 1-iodo- 4282-44-4
20.1492 Undecane, 4-ethyl- 017312-59-3
20.4941 2-Bromo dodecane 013187-99-0
20.7379 Tridecane, 4-methyl- 026730-12-1
20.9995 Octadecane 593-45-3
21.1839 Octadecane, 1-iodo- 000629-93-6
21.4395 Nonadecane 629-92-5
21.5882 Cyclohexane, 1,2,4-trimethyl- 002234-75-5
21.8676 4-Isopropyl-1,3-cyclohexanedione 062831-62-3
22.0401 Hexadecane, 2,6,11,15-tetramethyl- 000504-44-9
22.1531 Oxalic acid, 6-ethyloct-3-yl ethyl ester 1000309-33-9
22.2779 Octane, 5-ethyl-2-methyl- 062016-18-6
14
22.5752 Hexane, 3,3-dimethyl- 000563-16-6
22.7952 Octane, 6-ethyl-2-methyl- 062016-19-7
22.8012 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 031295-56-4
22.8904 Dodecane, 4,6-dimethyl- 061141-72-8
23.1401 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 031295-56-4
23.4552 Tridecane, 2-methyl- 001560-96-9
23.7289 1,2,3-Trimethylcyclohexane 007667-55-2
23.7287 Cyclohexane, 1,2,3-trimethyl- 001678-97-3
23.8714 Hexadecane, 2,6,10,14-tetramethyl- 000638-36-8
23.9903 5-Methylundecane 1632-70-8
24.359 Acetic acid, octyl ester 112-14-1
24.6385 Tricosane 638-67-5
24.9298 Nonane, 4,5-dimethyl- 017302-23-7
25.0071 3-Decen-2-one, 3-methyl- 054411-03-9
25.3282 Decane, 3,8-dimethyl- 017312-55-9
25.5958 trans-α-Ionone 000127-41-3
25.7741 Dihydropseudoionone 000689-67-8
25.9287 Dihydro-β-ionone 017283-81-7
26.1487 Cyclopentane, nonyl- 002882-98-6
26.4936 Geranyl acetone 003796-70-1
26.5947 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 031295-56-4
26.779 Nonadecane, 9-methyl- 013287-24-6
26.8385 Tetradecane, 3-methyl- 018435-22-8
27.3082 α-Curcumene 000644-30-4
27.4271 β-E-Ionone 000079-77-6
27.6412 2-Bromo dodecane 013187-99-0
27.7423 Pentacosane 629-99-2
27.9088 Heptadecane, 8-methyl- 013287-23-5
28.0752 Hexacosane 630-01-3
28.1644 Phenol, 2,4-bis(1,1-dimethylethyl)- 000096-76-4
28.2952 Heptadecane, 8-methyl- 13287-23-5
28.4617 Cyclohexane, 1,2,4-trimethyl- 002234-75-5
28.5509 β-Sesquiphellandrene 020307-83-9
28.6401 Heptacosane 000593-49-7
28.765 2(4H)-Benzofuranone, 5,6,7,7a- tetrahydro-4,4,7a-
trimethyl-
015356-74-8
28.9731 Heptadecane, 8-methyl- 013287-23-5
29.2525 Hexadecane, 7,9-dimethyl- 021164-95-4
29.5201 Eicosane, 1-iodo- 1000406-31-8
29.5855 Pentadecane, 2-methyl- 001560-93-6
29.8234 Nonacosane 000630-04-6
15
29.9006 Triacontane 638-68-6
30.0136 Pentadecane, 8-heptyl- 071005-15-7
30.1861 Hentriacontane 000630-04-6
30.3466 Dotriacontane, 1-iodo- 1000406-32-4
30.437 E-14-Hexadecenal 330207-53-9
30.6558 Dotriacontane 544-85-4
31.8152 Tetratriacontane 336879-76-6
33.7358 Tritriacontane 630-05-7
34.8953 Tetratriacontane 14167-59-0
Hasil deteksi menunjukkan terdapat 108 senyawa volatile pada tepung suweg setelah
disimpan 12 bulan (12 MAF) (Tabel 2). Senyawa ini mulai muncul dari waktu retensi
menit ke 4,33 dan berakhir pada menit ke 39,07. Senyawa yang terdeteksi terdiri dari
golongan alcohol, aldehid, ester, asam, hidrokarbon, sulfida, furan, keton, terpenoid, dan
lainnya.
Tabel 2. Senyawa Volatil yang Terdeteksi pada 12 Month After Flouring (12 MAF)
Waktu retensi
(menit)
Senyawa CAS
4.339 1-Pentanol 000071-41-0
4.9574 Hexanal 000066-25-1
7.4844 2-Propenoic acid, butyl ester 000141-32-2
7.6033 n-Hexyl acrylate 002499-95-8
7.9423 Pyrazine, 2,5-dimethyl- 000123-32-0
9.5239 Benzaldehyde 000100-52-7
10.172 1-Octen-3-ol 003391-86-4
10.4336 5-Hepten-2-one, 6-methyl- 000110-93-0
10.5704 2,4-Nonadienal, (E,E)- 5910-87-2
10.7072 Butanoic acid, butyl ester 000109-21-7
10.7249 Butyl isobutyrate 000097-87-0
11.8963 1-Hexanol, 2-ethyl- 000104-76-7
12.259 3-Octen-2-one 001669-44-9
12.4136 Benzeneacetaldehyde 000122-78-1
12.9131 Heptane, 2,4-dimethyl- 2213-23-2
13.4007 3,5-Octadien-2-one 038284-27-4
13.692 4-Hydroxy-2-methylbenzaldehyde 41438-18-0
13.9537 Pyrazine, tetramethyl- 001124-11-4
14.1974 3,5-Octadien-2-one, (E,E)- 030086-02-3
16
14.3223 2-Butanone, 4-(5-methyl-2-furanyl)- 013679-56-6
14.3223 1-Adamantanol 000768-95-6
14.465 Decane, 3,7-dimethyl- 017312-54-8
14.5839 Nonanal 000124-19-6
14.7206 Cyclohexanol, 2,6-dimethyl- 005337-72-4
14.9288 Phenylethyl Alcohol 000060-12-8
15.3093 Octanoic acid, methyl ester 000111-11-5
15.8445 3-Nonen-2-one 014309-57-0
16.0288 (+)-2-Bornanone 000464-49-3
16.2428 Acetic acid, 2-ethylhexyl ester 000103-09-3
17.0455 p-Menthan-3-ol 001490-04-6
17.1109 2,4-Nonanedione 006175-23-1
17.3785 Naphthalene 000091-20-3
17.4439 2-Heptenal, 2-propyl- 34880-43-8
18.1753 Decanal 000112-31-2
18.7164 β-Cyclocitral 000432-25-7
18.8293 Benzothiazole 000095-16-9
19.0255 6-Methylheptyl acrylate 054774-91-3
19.0196 2-Propenoic acid, 2-ethylhexyl ester 000103-11-7
19.4715 Heptadecane 000629-78-7
19.852 Undecane, 4,6-dimethyl- 017312-82-2
19.965 Hexadecane 544-76-3
20.1434 Tetradecane, 5-methyl- 025117-32-2
20.4942 4-Indanecarbaldehyde 51932-70-8
20.6131 Cis-bicyclo[4.4.0]decan-1-ol-3-one 042393-93-1
20.7202 Octane, 2-methyl- 003221-61-2
20.845 2-Hydroxy-3-isopropyl-6-methyl-2- cyclohexen-1-one 054783-36-7
20.845 2-Cyclohexen-1-one, 2-hydroxy-6- methyl-3-(1-
methylethyl)-
054783-36-7
20.9937 Octadecane 593-45-3
21.178 Octadecane, 1-iodo- 629-93-6
21.4337 Nonadecane 629-92-5
21.5823 Cyclopentane, (2-methylbutyl)- 53366-38-4
21.8677 Hexane, 2,3,4-trimethyl- 000921-47-1
22.0342 2-Bromo dodecane 013187-99-0
22.1472 Oxalic acid, 6-ethyloct-3-yl ethyl ester 1000309-33-9
22.2602 Phytane 638-36-8
22.5634 Eicosane 112-95-8
22.8013 Decane, 3,7-dimethyl- 017312-54-8
22.8845 Undecane, 2-methyl- 007045-71-8
23.1402 Heneicosane 629-94-7
17
23.4613 Octadecane, 2-methyl- 001560-88-9
23.5028 2(3H)-Furanone, dihydro-5-pentyl- 000104-61-0
23.6753 Docosane 629-97-0
23.7526 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 031295-56-4
23.7585 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 031295-56-4
23.8477 2-Octenal, 2-butyl- 013019-16-4
23.9964 trans-2,3-Epoxydecane 054125-39-2
24.3591 Decane, 3,8-dimethyl- 017312-55-9
24.4364 Disulfide, di-tert-dodecyl 027458-90-8
24.6385 Tricosane 638-67-5
24.9299 Nonadecane, 10-methyl 56862-62-5
25.0072 1-Decanol, 2-octyl- 045235-48-1
25.251 3-Ethyl-5-(2-ethylbutyl)octadecane 055282-12-7
25.3402 Tetracosane 646-31-1
25.6077 Ionone, α 006901-97-9
25.9288 Dihydro-β-ionone 017283-81-7
26.1429 Cyclopentane, nonyl- 002882-98-6
26.4164 Geranyl acetone 003796-70-1
26.5769 2,6,10-Trimethyltridecane 003891-99-4
26.8267 2,6-di-t-Butyl-p-benzoquinone 000719-22-2
26.9515 4-Methoxy-2-tert-butylphenol 121-00-6
27.4153 trans-β-Ionone 000079-77-6
27.6353 Hexadecane, 1-iodo- 544-77-4
27.7423 Pentacosane 629-99-2
27.9029 2-Bromo dodecane 013187-99-0
28.0694 Hexacosane 630-01-3
28.1764 2,4-Di-tert-butylphenol 000096-76-4
28.4915 E-14-Hexadecenal 330207-53-9
28.6402 Heptacosane 593-49-7
28.7532 2(4H)-Benzofuranone, 5,6,7,7a- tetrahydro-4,4,7a-
trimethyl-
015356-74-8
28.8245 4-Octanone 000589-63-9
28.9672 Octacosane 630-02-4
29.2526 Hexadecane, 7,9-dimethyl- 021164-95-4
29.5143 Eicosane, 1-iodo- 1000406-31-8
29.5916 2,6,10-Trimethyltridecane 003891-99-4
29.8175 Nonacosane 000630-04-6
29.9007 Triacontane 638-68-6
30.0137 Pentadecane, 8-heptyl- 071005-15-7
30.1862 Hentriacontane 000630-04-6
30.3467 Dotriacontane, 1-iodo- 1000406-32-4
18
30.6559 Dotriacontane 544-85-4
32.2078 Cyclopentane, undecyl- 006785-23-5
33.2436 E-15-Heptadecenal 100012-91-0
33.7359 Tritriacontane 630-05-7
34.1521 Methyl tetradecanoate 000124-10-7
34.8954 Tetratriacontane 14167-59-0
35.3829 Heptadecane, 2-methyl- 001560-89-0
37.9159 Phthalic acid, isobutyl nonyl ester 1000309-04-4
39.0754 Dibutyl phthalate 000084-74-2
C. Konsentrasi Senyawa Volatil Tepung Suweg
Konsentrasi senyawa volatil dalam tepung suweg dihitung dengan menggunakan internal
standar senyawa 1,4-dichloro-benzene. Perhitungan konsentrasi dilakukan dengan
membandingkan luas area suatu senyawa dengan luas area internal standar yang telah
diketahui konsentrasinya. Hasil perhitungan konsentrasi senyawa volatile pada tepung
suweg pasca penepungan (0 MAF) disajikan dalam Tabel 3. Senyaw volatile yang
memiliki konsentrasi terbanyak ialah Geranyl acetone (357,64 ± 66,17 ppb). Senyawa ini
terdeteksi dengan waktu retensi pada menit ke- 26,49.
Tabel 3. Konsentrasi Senyawa Volatil yang Terdeteksi pada 0 Month After Flouring (0
MAF)
Waktu retensi
(menit)
Senyawa Rerata SD
4.9633 Hexanal 26.43 3.12
7.3119 Bicyclo[4.2.0]octa-1,3,5-triene 3.65 0.45
7.4605 Styrene 3.36 0
7.6092 Heptanal 5.88 3.85
9.5178 Benzaldehyde 18.54 3.03
9.8746 Pentanoic acid, 3-methyl-2-oxo-, methyl ester 6.37 0.94
10.166 1-Octen-3-ol 3.21 0.29
10.4276 5-Hepten-2-one, 6-methyl- 44.66 14.54
10.5467 Furan, 2-pentyl- 23.11 1.93
11.8903 1-Hexanol, 2-ethyl- 14.93 0.76
12.4076 Benzeneacetaldehyde 11.90 3.56
12.8773 Disulfide, di-tert-dodecyl 15.71 2.66
13.0676 Decane, 3,6-dimethyl- 6.02 0.53
13.3946 3,5-Octadien-2-one 15.98 6.15
19
14.013 Nonane, 4,5-dimethyl- 5.63 0.54
14.2092 Nonane, 5-methyl-5-propyl- 7.48 2.15
14.4768 Undecane, 4-methyl- 20.59 4.01
14.5838 Nonanal 44.43 21.73
14.697 Cyclohexanone, 4-hydroxy-4-methyl- 19.75 0
14.7087 Cyclohexanol, 2,6-dimethyl- 13.90 0
14.9287 Phenylethyl Alcohol 29.38 1.85
15.339 Decane, 3,6-dimethyl- 5.84 0
15.8384 3-Nonen-2-one 7.58 1.28
16.0227 (+)-2-Bornanone 3.21 0.31
17.099 Benzaldehyde, 2,4-dimethyl- 5.68 0.91
17.3725 Naphthalene 12.29 4.99
17.9433 Dodecane 3.59 0.63
18.1693 Decanal 18.55 4.47
18.4309 Decane, 2-methyl- 5.29 0
18.7163 β-Cyclocitral 5.98 1.19
18.8292 Benzothiazole 3.96 0.61
19.0255 6-Methylheptyl acrylate 10.73 4.05
19.4714 Heptadecane 4.76 1.25
19.6557 Decane, 1-iodo- 4.31 0.73
19.8519 Dodecane, 4,6-dimethyl- 4.55 1.61
19.9649 Undecane, 1-iodo- 3.87 0.21
20.1492 Undecane, 4-ethyl- 8.40 1.93
20.4941 2-Bromo dodecane 9.78 1.97
20.7379 Tridecane, 4-methyl- 80.80 21.75
20.9995 Octadecane 24.36 5.91
21.1839 Octadecane, 1-iodo- 17.16 4.13
21.4395 Nonadecane 19.41 5.05
21.5882 Cyclohexane, 1,2,4-trimethyl- 17.38 4.14
21.8676 4-Isopropyl-1,3-cyclohexanedione 6.30 1.56
22.0401 Hexadecane, 2,6,11,15-tetramethyl- 15.55 3.98
22.1531 Oxalic acid, 6-ethyloct-3-yl ethyl ester 6.85 1.67
22.2779 Octane, 5-ethyl-2-methyl- 74.78 20.11
22.5752 Hexane, 3,3-dimethyl- 40.40 10.40
22.7952 Octane, 6-ethyl-2-methyl- 10.39 0
22.8012 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 16.38 2.59
22.8904 Dodecane, 4,6-dimethyl- 21.90 5.32
23.1401 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 10.91 2.45
23.4552 Tridecane, 2-methyl- 2.62 1.02
23.7289 1,2,3-Trimethylcyclohexane 6.73 0
23.7287 Cyclohexane, 1,2,3-trimethyl- 5.24 1.93
20
23.8714 Hexadecane, 2,6,10,14-tetramethyl- 3.36 0.92
23.9903 5-Methylundecane 8.29 1.53
24.359 Acetic acid, octyl ester 5.13 1.05
24.6385 Tricosane 15.60 4.01
24.9298 Nonane, 4,5-dimethyl- 2.92 1.11
25.0071 3-Decen-2-one, 3-methyl- 3.39 0.64
25.3282 Decane, 3,8-dimethyl- 9.32 3.59
25.5958 trans-α-Ionone 6.74 1.41
25.7741 Dihydropseudoionone 3.80 0
25.9287 Dihydro-β-ionone 3.45 0.65
26.1487 Cyclopentane, nonyl- 9.40 2.10
26.4936 Geranyl acetone 357.64 66.17
26.5947 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 12.92 2.99
26.779 Nonadecane, 9-methyl- 2.94 0.63
26.8385 Tetradecane, 3-methyl- 3.42 0
27.3082 α-Curcumene 11.48 2.20
27.4271 β-E-Ionone 26.46 5.61
27.6412 2-Bromo dodecane 46.60 10.58
27.7423 Pentacosane 19.88 5.19
27.9088 Heptadecane, 8-methyl- 10.02 2.41
28.0752 Hexacosane 8.25 1.85
28.1644 Phenol, 2,4-bis(1,1-dimethylethyl)- 5.70 1.06
28.2952 Heptadecane, 8-methyl- 9.03 5.54
28.4617 Cyclohexane, 1,2,4-trimethyl- 6.62 4.88
28.5509 β-Sesquiphellandrene 4.21 0
28.6401 Heptacosane 5.44 0
28.765 2(4H)-Benzofuranone, 5,6,7,7a- tetrahydro-4,4,7a-
trimethyl-
18.20 3.27
28.9731 Heptadecane, 8-methyl- 37.46 8.61
29.2525 Hexadecane, 7,9-dimethyl- 17.70 3.96
29.5201 Eicosane, 1-iodo- 12.42 5.16
29.5855 Pentadecane, 2-methyl- 4.10 0
29.8234 Nonacosane 4.84 1.09
29.9006 Triacontane 3.36 0.79
30.0136 Pentadecane, 8-heptyl- 3.60 0
30.1861 Hentriacontane 3.74 0.76
30.3466 Dotriacontane, 1-iodo- 2.74 0
30.437 E-14-Hexadecenal 1.01 0.13
30.6558 Dotriacontane 6.33 1.42
31.8152 Tetratriacontane 1.45 0
33.7358 Tritriacontane 4.97 1.15
21
34.8953 Tetratriacontane 3.89 0.89
Hasil perhitungan konsentrasi senyawa volatile pada tepung suweg setelah disimpan 12
bulan (12 MAF) disajikan dalam Tabel 4. Senyawa volatile yang memiliki konsentrasi
terbanyak ialah Geranyl acetone (151,48 ± 15,6 ppb). Senyawa ini terdeteksi dengan
waktu retensi pada menit ke- 26,49.
Tabel 4. Konsentrasi Senyawa Volatil yang Terdeteksi pada 12 Month After Flouring (12
MAF)
Waktu retensi
(maret)
Senyawa Rerata SD
4.339 1-Pentanol 3.64 0.72
4.9574 Hexanal 22.26 0.92
7.4844 2-Propenoic acid, butyl ester 7.73 7.14
7.6033 n-Hexyl acrylate 5.15 0.45
7.9423 Pyrazine, 2,5-dimethyl- 12.81 1.05
9.5239 Benzaldehyde 17.35 2.08
10.172 1-Octen-3-ol 5.71 1.32
10.4336 5-Hepten-2-one, 6-methyl- 13.34 1.44
10.5704 2,4-Nonadienal, (E,E)- 16.95 1.51
10.7072 Butanoic acid, butyl ester 7.43 1.13
10.7249 Butyl isobutyrate 8.17 0
11.8963 1-Hexanol, 2-ethyl- 14.45 4.09
12.259 3-Octen-2-one 10.30 0.98
12.4136 Benzeneacetaldehyde 15.08 1.28
12.9131 Heptane, 2,4-dimethyl- 8.69 1.57
13.4007 3,5-Octadien-2-one 18.58 3.05
13.692 4-Hydroxy-2-methylbenzaldehyde 16.76 0.72
13.9537 Pyrazine, tetramethyl- 18.48 0.66
14.1974 3,5-Octadien-2-one, (E,E)- 17.52 5.56
14.3223 2-Butanone, 4-(5-methyl-2-furanyl)- 10.26 0
14.3223 1-Adamantanol 11.30 0
14.465 Decane, 3,7-dimethyl- 4.01 0
14.5839 Nonanal 32.04 12.59
14.7206 Cyclohexanol, 2,6-dimethyl- 8.39 0.33
14.9288 Phenylethyl Alcohol 21.37 0.10
15.3093 Octanoic acid, methyl ester 5.51 1.03
15.8445 3-Nonen-2-one 14.45 1.38
16.0288 (+)-2-Bornanone 4.80 1.75
22
16.2428 Acetic acid, 2-ethylhexyl ester 2.64 0
17.0455 p-Menthan-3-ol 5.58 4.74
17.1109 2,4-Nonanedione 1.58 0
17.3785 Naphthalene 20.94 8.97
17.4439 2-Heptenal, 2-propyl- 6.32 1.96
18.1753 Decanal 12.01 5.06
18.7164 β-Cyclocitral 3.19 0.86
18.8293 Benzothiazole 3.70 0.61
19.0255 6-Methylheptyl acrylate 13.35 6.65
19.0196 2-Propenoic acid, 2-ethylhexyl ester 4.61 0
19.4715 Heptadecane 4.20 1.68
19.852 Undecane, 4,6-dimethyl- 3.48 0
19.965 Hexadecane 4.26 0
20.1434 Tetradecane, 5-methyl- 5.45 2.58
20.4942 4-Indanecarbaldehyde 8.92 3.49
20.6131 Cis-bicyclo[4.4.0]decan-1-ol-3-one 4.42 1.62
20.7202 Octane, 2-methyl- 39.38 19.48
20.845 2-Hydroxy-3-isopropyl-6-methyl-2- cyclohexen-1-one 4.66 2.30
20.845 2-Cyclohexen-1-one, 2-hydroxy-6- methyl-3-(1-
methylethyl)-
4.61 0
20.9937 Octadecane 13.41 7.08
21.178 Octadecane, 1-iodo- 11.39 4.88
21.4337 Nonadecane 11.95 6.24
21.5823 Cyclopentane, (2-methylbutyl)- 14.18 6.63
21.8677 Hexane, 2,3,4-trimethyl- 7.36 3.65
22.0342 2-Bromo dodecane 10.66 4.12
22.1472 Oxalic acid, 6-ethyloct-3-yl ethyl ester 8.23 3.66
22.2602 Phytane 31.72 13.96
22.5634 Eicosane 21.59 10.39
22.8013 Decane, 3,7-dimethyl- 8.45 4.00
22.8845 Undecane, 2-methyl- 14.46 5.56
23.1402 Heneicosane 8.73 4.18
23.4613 Octadecane, 2-methyl- 11.87 2.52
23.5028 2(3H)-Furanone, dihydro-5-pentyl- 6.91 0
23.6753 Docosane 6.24 0
23.7526 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 5.36 0
23.7585 Dodecane, 2,6,11-trimethyl- 6.35 0
23.8477 2-Octenal, 2-butyl- 22.70 7.67
23.9964 trans-2,3-Epoxydecane 13.25 0.07
24.3591 Decane, 3,8-dimethyl- 10.33 5.07
24.4364 Disulfide, di-tert-dodecyl 7.08 1.67
23
24.6385 Tricosane 26.14 7.81
24.9299 Nonadecane, 10-methyl 7.60 1.83
25.0072 1-Decanol, 2-octyl- 4.90 0.73
25.251 3-Ethyl-5-(2-ethylbutyl)octadecane 7.11 1.26
25.3402 Tetracosane 8.27 3.13
25.6077 Ionone, α 12.57 2.81
25.9288 Dihydro-β-ionone 5.46 1.80
26.1429 Cyclopentane, nonyl- 11.12 3.30
26.4164 Geranyl acetone 151.48 15.60
26.5769 2,6,10-Trimethyltridecane 13.12 3.90
26.8267 2,6-di-t-Butyl-p-benzoquinone 12.55 3.69
26.9515 4-Methoxy-2-tert-butylphenol 10.15 2.24
27.4153 trans-β-Ionone 33.04 7.28
27.6353 Hexadecane, 1-iodo- 43.82 11.53
27.7423 Pentacosane 18.15 5.45
27.9029 2-Bromo dodecane 10.09 1.61
28.0694 Hexacosane 6.96 2.13
28.1764 2,4-Di-tert-butylphenol 21.63 4.56
28.4915 E-14-Hexadecenal 25.51 3.05
28.6402 Heptacosane 6.42 2.68
28.7532 2(4H)-Benzofuranone, 5,6,7,7a- tetrahydro-4,4,7a-
trimethyl-
8.94 0.85
28.8245 4-Octanone 7.42 1.82
28.9672 Octacosane 30.26 7.75
29.2526 Hexadecane, 7,9-dimethyl- 15.28 4.09
29.5143 Eicosane, 1-iodo- 6.80 1.82
29.5916 2,6,10-Trimethyltridecane 4.41 1.61
29.8175 Nonacosane 4.59 0.73
29.9007 Triacontane 2.85 0.07
30.0137 Pentadecane, 8-heptyl- 2.60 0
30.1862 Hentriacontane 3.68 0.64
30.3467 Dotriacontane, 1-iodo- 1.95 0
30.6559 Dotriacontane 6.59 0.54
32.2078 Cyclopentane, undecyl- 2.05 0.03
33.2436 E-15-Heptadecenal 1.69 0.23
33.7359 Tritriacontane 7.06 1.11
34.1521 Methyl tetradecanoate 2.75 0.23
34.8954 Tetratriacontane 4.49 0.92
35.3829 Heptadecane, 2-methyl- 1.91 0.03
37.9159 Phthalic acid, isobutyl nonyl ester 6.74 1.13
39.0754 Dibutyl phthalate 4.33 1.30
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Teridentifikasi sejumlah 166 senyawa dalam tepung suweg. Senyawa yang muncul
pada saat setelah proses penepungan sejumlah 96. Sedangkan setelah disimpan 12
bulan meningkat menjadi 108 senyawa. Senyawa yang berkontribusi terhadap aroma
khas tepung suweg terdiri gari golongan alcohol, aldehid, ester, asam, hidrokarbon,
sulfide, furan, keton, dan terpenoid.
2. Senyawa volatile yang terdeteksi dengan konsentrasi terbanyak adalah geranyl acetone.
Konsentrasi geranyl acetone pada saat setelah penepungan sebesar 357,64 ppb.
Sedangkan setelah disimpan 12 bulan menjadi 151,48 ppb.
B. Saran
Diperlukan penelitian lanjutan mengenai kandungan prekusor senyawa volatile pada
tepung suweg dan perubahannya selama penyimpanan. Senyawa prekusor ini yang
menyebabkan terbentuknya aroma tepung suweg.
25
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 2005. Official of Analysis of Official Analytical Che-mistry. AOAC inc. Arlington.
USA.
Anderson RA, HF. Conway, VF. Pfeifer, EL. 1969. Griffin. Gelatinization of corn grits by
roll and extrusion cooking. J. Cereal Science. 14:4-12.
Bejarano, PIA, NMV. Montoya, EOC. Rodriguez, GM. Carillo, RM. Escobedo, JAL.
Valenzuela, JAG. Tiznado, CR. Moreno. 2007. Tempeh flour from chickpeas
(Cicer carietinum L) nutritional and physicochemical properties. Food Chem.
106:106-112.
Dawam. 2010. Kandungan Pati Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus) pada
Berbagai Kondisi Tanah Di Daerah Kalioso, Matesih dan Baturetno. Tesis.
Fakultas Pertanian UNS.
Faridah, D. N. 2005. Sifat fisiko kimia tepung suweg (Amorphopallus campanulatus B1)
dan indeks glikemiksnya. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan. 8:(3) 254-259.
Kasno, A. 2009. Agribisnis Tanaman Suweg. Gema Pertapa. Jakarta.
Kay, D. 1973. Root Crops. The Tropical Products Institute Foregn and Commonwealth
Office England.
Kriswidarti, T. 1980. Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl. J.) kerabat bunga bangkai
yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat. Buletin Kebun Raya. 4(5): 171 – 174.
Kurdi, W. 2002. Reduksi Kalsium Oksalat pada Talas Bogor sebagai Upaya Meningkatkan
Mutu Keripik Talas. Skripsi. FakultasTeknologiPertanian IPB. Bogor.
Muchtadi, TR., Sugiyono, F. Ayustaningwarno. 2013. Ilmu pengetahuan bahan. Alfabeta.
Bandung
Mukhis, F. 2003. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung dan Pati Umbi Ganyong (Canna
edulis Kerr.) dan Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl.) serta Sifat
Penerimaan Amilase terhadap Pati. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Bogor.
Pitojo, S. 2005. Suweg. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Purnomo, EH., AN. Ginanjar, F. Kusnandar, C. Andriani. 2015. Karakterisasi sifat
fisikokimia tepung kacang hitam dan aplikasinya pada brownies panggang. Jurnal
Mutu Pangan. 2(1):26-33.
Richana, N dan T.C Sunarti, 2004. Karakterisasi sifat fisikokimia tepung umbi dan tepung
pati dari umbi ganyong,suweg, ubi kelapa, dan gembili. J.Pascapanen. 1(1):29-37.
Sakai, W. S. 1993. Aroid root crops : Alocasia, Cyrtosperma, and Amorphophallus. Di
dalam H. T. Chan, Jr. (ed.). Handbook of Tropical Plants. Marcel Dekker. New
York dan Basel.
Septiani, D., Y. Hendrawan, dan R. Yulianingsih. 2015. Uji karakteristik fisik, kimia dan
organoleptik pembuatan tepung umbi suweg (Amorphophallus campanulatus B)
sebagai bahan pangan alternatif. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. 3(1).
Shete, C.C., S. S.Wadkar, N. B. Gaikwad, K. S. Patil, dan J. S. Ghosh. 2015. Phenolic
contents and antioxidant capacity of Amorphophallus commutatus and
Amorphophallus paeonifolius. International Food Research Journal. 22(5):1939-
1944.
26
Srivastava, S., D. Verma, A. Srivastava, S.S. Tiwari, B. Dixit, S. RS dan AKS Rawat.
2014. Phytochemical and Nutritional Evaluation of Amorphophallus campanulatus
(Roxb.) Blume Corm. J Nutr Food Sci. 4(3):274.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1981. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Suja, G. 2013. Comparison of tuber yield, nutritional quality and soil health under organic
versus conventional production in tuberous vegetables. Indian Journal of
Agricultural Sciences. 83(11):1153–8.
Wankhade, D. dan S.U Sajjan., 1981. Isolation and Physico-chemical of Starch Extracted
from Yam, Elephant Amorphophallus campanulatus. Verlagchemie GmbH. D-
6940. Weirhem.Washington.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kromatogram Senyawa Volatile yang Terdeteksi
0 MAF
12 MAF
28
Lampiran 2
Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No NAMA Bidang Ilmu Alokasi
Waktu Uraian Tugas
1 Umar Hafidz Asy’ari
Hasbullah, S.TP.,
M.Sc.
Teknologi
Pengolahan
Pangan dan
Hasil Pertanian
8 jam/minggu Koordinasi, pengujian
senyawa volatil dan
identifikasinya
2 Rini Umiyati S.Hut.,
M.Si.
Teknologi
Pangan dan
Hasil
Kehutanan
8 Jam/minggu Preparasi bahan dan
pembuatan tepung
29
Lampiran 3
Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
A. Identitas Ketua Peneliti
a) Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Umar Hafidz Asy’ari Hasbullah, S.T.P., M.Sc.
2 Jenis Kelamin Pria
3 Jabatan /Pangkat/Gol Tenaga Pengajar/ Penata Muda Tk.I/ III b
4 NPP/ NIDN 158601460/ 0601078602
5 Jurusan/ Fak Teknologi Pangan/ Fakultas Teknik
6 Tempat dan Tanggal Lahir Boyolali, 1 Juli 1986
7 Alamat Rumah Jl. Terate No. 54 Boyolali
8 E-mail [email protected]
9 Nomor Telepon/HP +628562840919
10 Alamat Kantor Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas
Teknik, Universitas PGRI Semarang,
Jl.Sidodadi Timur Nomor 24 – Dr.Cipto
Semarang
11 Nomor Telp/Faks (024) 8316377
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang; S-2= orang; S-3= orang
13 Mata Kuliah yang Diampu Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen
Ilmu Pengetahuan Bahan
Uji Sensoris
Teknologi Perisa
Motodologi Penelitian dan Perancangan
Percobaan
Teknologi Minyak Atsiri
Teknologi Roti dan Kue
b) Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Sebelas Maret Universitas Gadjah Mada
Bidang Ilmu Teknologi Hasil Pertanian Ilmu dan Teknologi Pangan
Tahun Masuk-Lulus 2004-2009 2011-2014
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
Karakteristik Biskuit
Prebiotik Berserat Tinggi
Dari Tepung Komposit Ubi
Kayu Dan Ubi Jalar Yang
Diperkaya Krim Yoghurt
Berprobiotik
Profil Senyawa Volatil
Selama Fase Perkembangan
Dan Senyawa Kunci Aroma
Buah Melon (Cucumis
melo l.) Kultivar Gama
Melon Parfum
30
Nama
Pembimbing/Promotor Prof. Ir. Sri Handajani,
MS, Ph.D
Gusti Fauza, ST, MT
Dr. Ir. Supriyadi, M.Sc.
Dr. Budi Setiadi
Daryono, M. Agr. Sc.
c) Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama pertemuan Ilmiah/Seminar Judul artikel ilmiah Waktu dan
Tempat
1. Seminar Nasional “Akselerasi
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Menuju Kemandirian Pangan dan
Energi”. Fakultas Pertanian UNS. 2013.
Potensi Pengembangan
Produk Inovasi Dodol
Berbasis Pepaya dan Susu Di
Kabupaten Boyolali Jawa
Tengah
2013,
Fakultas
Pertanian
UNS, Solo.
2 National Seminar and Call for Paper
“Application of Research Result Based
on Populist Innovation and
Technology”. BSC IPB. 2013.
Sifat Fisik, Aktivitas
Antioksidan
dan Sensori Cake dari Ubi
Jalar Orange, Ungu dan
Putih.
2013, IPB,
Bogor.
3 Seminar Nasional Penelitian Pangan
dan Hasil Ertanian 2015, PATPI
Cabang Yogyakarta kerjasama dengan
Jurusan Teknologi Pangan & Hasil
Pertanian, dan Pusat Studi Pangan &
Gizi (PSPG) Universitas Gadjah Mada.
Karakteristik Biskuit Tepung
Komposit Ubi Kayu Dan Ubi
Jalar
2015, FTP,
UGM,
Yogyakarta
.
d) Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Pendanaan
Sumber Jumlah
1 2015 Karakterisasi Sifat Fisik,
Kimia dan Sensoris Tepung
Umbi Suweg
(Amorphophallus
campamulatus BI) dari
Beberapa Daerah di Jawa
Tengah
LPPM, UPGRIS 11.250.000
2 2016 Dampak Fase Dorman dan
Fase Vegetatif Terhadap
Karakteristik Fisik, Kimia
dan Sensoris Tepung Umbi
Suweg (Amorphophallus
campamulatus)
LPPM, UPGRIS 5.500.000
31
3 2017 Optimasi Produksi L(+)
Asam Laktat Dari Limbah
Kulit Pisang Menggunakan
Lactobacillus casei M15
Terimobilisasi Pada
Fermentor Sistem Batch
DRPM
Kemenristekdikti
18.000.000
e) Pengalaman Pengabdian Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Pendanaan
Sumber Jumlah
1 2015 IbM Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat RT 05 RW IX Kelurahan
Krobokan Kecamatan Semarang Barat
Melalui Pengolahan Pangan Lokal
Serta Pemasarannya
LPPM, UPGRIS 3.750.000
2 2015 IbM Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat RW VI Kelurahan
Rowosari Kecamatan Tembalang
Kota Semarang Melalui Pemanfaatan
Tanaman Suweg
LPPM, UPGRIS 6.250.000
3
2016 IbM Sosialisasi Pencegahan Demam
Berdarah Melalui Pemanfaatan
Tanaman Herbal dan Pengolahan
Pangan Fungsional di Kelurahan
Bulusan, Kecamatan Tembalang Kota
Semarang
LPPM, UPGRIS 5.000.000
4 2017 IbW-CSR Desa Ngombak Dan Desa
Kalimaro Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan
DRPM Ditjen
Penguatan
Risbang & CSR
250.000.000
5 2017 IbM Panti Asuhan LKSA Darul
Hadlonah 2 Boyolali Melalui
Pembuatan Sirup Herbal
LPPM, UPGRIS 5.000.000
f) Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir
No. Judul artikel ilmiah Nama Jurnal Volume/No
mor/Tahun
1. Kandungan senyawa saponin pada
daun, batang dan umbi tanaman
Binahong (Anredera cordifolia
Planta Tropika Journal of
Agro Science. 4(1):20-24.
2016.
4(1)2016
32
(Ten)Steenis) http://journal.umy.ac.id/inde
x.php/pt/article/view/2166/2
095DOI
10.18196/pt.2016.052.20-24
2. Sifat sensoris dan principal component
analysis tepung suweg di Karisidenan
Surakarta
Jurnal Ilmiah Teknosains.
2(2):107-111. 2016.
http://journal.upgris.ac.id/ind
ex.php/JITEK/article/view/1
201/1063
2(2)2016
3 Sifat Fisik Dan Kimia Tepung Umbi
Suweg (Amorphophallus campamulatus
BI) di Jawa Tengah
Jurnal Pangan dan Gizi.
7(1):59-65. 2017.
http://jurnal.unimus.ac.id/ind
ex.php/JPDG/article/view/26
96/2605
7(1)2017
4 Perbandingan Warna Tepung Suweg
Fase Dorman dan Vegetatif Secara
Instrumental dan Sensoris
Agrisaintifika Jurnal Ilmu-
ilmu Pertanian. 1(1):64-69.
2017.
http://jurnal.agrisaintifika-
fpunivet.ac.id/index.php/AG
RISAINTIFIKA/article/view
/8/11
1(1)2017
5 Perbedaan Sifat Fisik, Kimia dan
Sensoris Tepung Umbi Suweg
(Amorphophallus campamulatus BI)
pada Fase Dorman dan Vegetatif
Planta Tropika: Jurnal
Agrosains (Journal of Agro
Science) Vol 5 No 2 /
Agustus 2017
DOI:
10.18196/pt.2017.066.70-78
http://journal.umy.ac.id/inde
x.php/pt/article/view/2907/2
865
5(2)2017
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya
buat dengan sebenarnya.
Semarang, September 2017
Umar Hafidz Asy’ari Hasbullah, S.T.P., M.Sc.
NPP. 158601460
33
B. Identitas Anggota Peneliti 1
a. Identitas Pribadi
1 Nama Lengkap dan gelar Rini Umiyati S.Hut., M. Si.
2 Jabatan /Pangkat/Gol Tenaga Pengajar/ Penata Muda Tk.I/
III b
3 Jabatan Struktural -
4 NPP 148001436
5 NIDN 0623068001
6 Tempat dan Tanggal Lahir Banjarnegara, 23 Juni 1980
7 Alamat Rumah Jl. Timoho 1 No. 18, Bulusan,
Tembalang, Kota Semarang
8 Nomor Telepon atau Faks -
9 No. Hp. 081213752074
10 Alamat Kantor Jl. Dr. Cipto – Lontar no.1 Semarang
11 Nomor Telepon atau Faks (024) 8316377/8448217
12 Alamat pos-el [email protected]
13 Lulusan yang telah dihasilkan -
14 Mata Kuliah yang diampu Kimia Dasar
Teknologi Susu dan Telur
Pengantar Ilmu Ekonomi
b. Riwayat Pendidikan
1 Program S1 S2 S3
2 Nama Perguruan
Tinggi
UGM UNDIP
3 Bidang Ilmu Kehutanan (Budidaya Hutan) Ilmu Lingkungan
4 Tahun Masuk 1998 2010
5 Tahun Lulus 2003 1012
6 Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
Studi Pembungaan dan
Pembuahan Melaleuca cajuput di
Kebun Benih Semai Ngaliyan,
Gunung Kidul.
Dampak Pengelolaan
Agroforestry di
Kabupaten
Banjarnegara
7 Nama
Pembimbing/Promotor
Pro. Dr. Moch. Naiem M.Sc Dr. Dra. Hartuti
Purnaweni MPA
34
c. Pengalaman Penelitian 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Pendanaan
Sumber Jumlah
1 2014 IbM Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
RW III Kelurahan Bulusan Kecamatan
Tembalang Melalui Pengolahan Makanan
Sehat Berbahan Limbah
LPPM
Universitas
PGRI
Semarang
6.000.000
2 2015 IbM Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
RW VI Kelurahan Rowosari Kecamatan
Tembalang Kota Semarang Melalui
Pemanfaatan Tanaman Suweg
LPPM,
UPGRIS
6.250.000
d. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/
Tahun
Nama Jurnal
1 Dampak Pengelolaan
Agroforestry bagi
Lingkungan di
Kabupaten Banjarnegara
978-979-3514-
46-8/2014
Prosiding Seminar Nasional
Polines National Engineering
Seminar II (PNES II) 2014
e. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan Seminar atau
Pertemuan Ilmiah 5 tahun terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Prosiding Tempat
1 Dampak Pengelolaan
Agroforestry bagi
Lingkungan di Kabupaten
Banjarnegara
Prosiding Seminar Nasional
Polines National Engineering
Seminar II (PNES II) 2014
Hotel Nyata
Plaza,
Semarang
dipertanggung jawabkan secara hukum.Dan apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resiko.
Semarang, September 2017
Rini Umiyati S.Hut., M.Si
NPP. 148001436
35
36