laporan penelitian

81
Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk mengetahui kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak. 1 Masalah gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia, khususnya masalah gizi kurang pada anak balita di negara-negara berkembang, sebab penderita gizi kurang dan buruk umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi penerus bangsa. 2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 2011 1

Upload: harientikong

Post on 01-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada anak,

kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang

apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk mengetahui

kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan

salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak.1

Masalah gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia,

khususnya masalah gizi kurang pada anak balita di negara-negara berkembang, sebab

penderita gizi kurang dan buruk umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain

adalah generasi penerus bangsa.2

Sensus WHO (World Health Organization) menunjukkan 50% dari 10,4 juta

kematian yang terjadi pada anak balita di negara berkembang berkaitan dengan

Kurang Energi Protein. Kasus kekurangan gizi tercatat sebanyak >70 % anak-anak di

Asia, 26% anak-anak di Afrika dan 4% anak-anak di Amerika Latin.3 Berdasarkan

data yang diperoleh dari laporan target MDGS dibidang kesehatan yang terkait

dengan kemiskinan dan kelaparan, prevalensi gizi kurang di Indonesia telah menurun

secara signifikan, dari 31.0% pada tahun 1989 menjadi 17.9% pada tahun 2010 dan

prevalensi gizi buruk turun dari 12.8% pada tahun 1995 menjadi 4.9% pada tahun

2010.4 Sedangkan di Propinsi DKI Jakarta jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 1

Page 2: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Dinas Kesehatan selama Januari - Desember 2005 adalah 75.671 balita. Dari jumlah

balita penderita gizi kurang dan buruk, sekitar 10% berakhir dengan kematian.5

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskemas Kelurahan Meruya Utara-

Jakarta Barat bulan Januari - Mei 2011 tercatat 108 bayi dan balita mengalami gizi

kurang dan gizi buruk dari 3381 jumlah populasi bayi dan balita di Kelurahan Meruya

Utara-Jakarta Barat. Data ini diperoleh dari 1820 bayi dan balita yang ditimbang

selama bulan Januari - Mei 2011 di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan

Meruya Utara-Jakarta Barat. Dari 108 bayi dan balita yang menderita gizi kurang dan

gizi buruk, yang berusia 0-12 bulan sebanyak 6 anak, yang berusia 13-24 bulan

sebanyak 50 anak, 26 anak berusia 25-36 bulan, dan sisanya dari umur 37-60 bulan.6

Masih terdapatnya bayi dan balita di Bawah Garis Merah KMS (gizi kurang

dan gizi buruk) di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat,

secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah

kondisi umum keluarga. Namun belum ada penelitian yang mengidentifikasi frekuensi

dan distribusi faktor resiko berupa kondisi umum keluarga terhadap bayi dan balita di

Bawah Garis Merah KMS. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi status gizi bayi dan balita

khususnya kondisi umum keluarga.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 2

Page 3: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

I.2. Perumusan Masalah

1.2.1. Pernyataan Masalah

Masih terdapatnya bayi dan balita di Bawah Garis Merah KMS (gizi kurang

dan gizi buruk) di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat.

1.2.2. Pertanyaan Masalah

Berapa banyak frekuensi dan distribusi faktor-faktor resiko kondisi umum

keluarga yang terdiri dari karakteristik bayi dan balita (umur dan pola makan),

karakteristik ayah (pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengeluaran untuk rokok,

jumlah tanggungan keluarga), karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan umum tentang gizi, pengeluaran untuk belanja makan) di Wilayah

Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara - Jakarta Barat ?

Berapa banyak frekuensi dan distribusi faktor-faktor resiko kondisi umum

keluarga yang terdiri dari karakteristik bayi dan balita (umur dan pola makan),

karakteristik ayah (pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengeluaran untuk rokok,

jumlah tanggungan keluarga), karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan umum tentang gizi, pengeluaran untuk belanja makan) Bawah Garis

Merah KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara - Jakarta

Barat ?

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 3

Page 4: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

I.3. Tujuan Masalah

1.3.1. Tujuan Umum

Diturunkannnya jumlah bayi dan balita di Bawah Garis Merah KMS (gizi

kurang dan gizi buruk) di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta

Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus

Diketahuinya seberapa banyak frekuensi dan distribusi faktor-faktor resiko

kondisi umum keluarga yang terdiri dari karakteristik bayi dan balita (umur dan

pola makan), karakteristik ayah (pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengeluaran

untuk rokok, jumlah tanggungan keluarga), karakteristik ibu (pendidikan,

pekerjaan, pengetahuan umum tentang gizi, pengeluaran untuk belanja makan) di

Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat ?

Diketahuinya seberapa banyak frekuensi dan distribusi faktor-faktor resiko

kondisi umum keluarga yang terdiri dari karakteristik bayi dan balita (umur dan

pola makan), karakteristik ayah (pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengeluaran

untuk rokok, jumlah tanggungan keluarga), karakteristik ibu (pendidikan,

pekerjaan, pengetahuan umum tentang gizi, pengeluaran untuk belanja makan)

Bawah Garis Merah KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-

Jakarta Barat ?

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 4

Page 5: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

I.4. Manfaat Penelitian

I.4.1. Bagi Masyarakat :

Dapat mengetahui faktor-faktor resiko apa saja yang mungkin dapat

mempengaruhi status gizi bayi dan balita khususnya karakteristik keluarga

sehingga diharapkan dapat mengantisipasi faktor-faktor tersebut.

I.4.2. Bagi Puskesmas Kelurahan Meruya Utara

- Mengetahui jumlah dan status gizi bayi dan balita di Bawah Garis Merah

KMS (gizi kurang dan gizi buruk) di Wilayah Kerja Puskesmas

Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat.

- Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mungkin

berpengaruh terhadap status gizi bayi dan balita di Bawah Garis Merah

KMS (gizi kurang dan gizi buruk) di Wilayah Kerja Puskesmas

Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat agar dapat dicari jalan keluar

yang terbaik.

I.4.3. Bagi Peneliti :

Mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian, serta mengetahui

dan memahami langkah dan cara dalam melakukan penelitian yang baik.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 5

Page 6: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

I.4.4. Bagi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat :

Penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai

berbagai faktor yang yang dapat menyebabkan status gizi bayi dan balita

di Bawah Garis Merah KMS.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 6

Page 7: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Masalah gizi sampai saat ini masih merupakan kendala dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Ada 4 masalah gizi utama di Indonesia, yaitu :

1. Kekurangan Kalori dan Protein (KKP)

2. Kekurangan Vitamin A (KVA)

3. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI)/Gondok endemik

4. Anemia Defisiensi Besi

Masalah gizi utama di Indonesia saat ini salah satunya adalah gizi buruk (KKP) yang

dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan. Krisis yang berkepanjangan ini

mengakibatkan menurunnya daya beli dan menurunnya konsumsi pangan sehingga turut

mempengaruhi status gizi dan kesehatan seseorang.7

II.1. Kurang Energi Protein (KEP)

II.1.1. Definisi

KEP adalah keadaan dimana kebutuhan tubuh akan kalori, protein,

atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet sehingga tidak memenuhi Angka

Kecukupan Gizi (AKG).8

II.1.2. Klasifikasi KEP

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 7

Page 8: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan

menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan

tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS (World Health Organization-Nutrition

Centre Health Study) :

1. KEP ringan bila BB menurut umur (BB/U) 70-80% Baku Median WHO-

NCHS dan/atau BB menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% Baku Median

WHO-NCHS.

2. KEP sedang bila BB menurut umur (BB/U) 60-70% Baku Median WHO-

NCHS dan/atau BB menurut tinggi badan (BB/TB) 70-80% Baku Median

WHO-NCHS.

3. KEP berat atau gizi buruk bila BB menurut umur (BB/U) < 60% Baku

Median WHO-NCHS dan/atau BB menurut tinggi badan (BB/TB) <70%

Baku Median WHO-NCHS.8

II.2. Penentuan Status Gizi

Status gizi adalah perwujudan dari kegiatan akibat keseimbangan pemberian

zat-zat gizi dan pengeluaran zat-zat gizi. Status gizi seseorang pada dasarnya

merupakan keadaan kesehatan orang tersebut sebagai gambaran dari konsumsi pangan

serta penggunaannya dalam tubuh.

Penentuan status gizi secara antropometri mempunyai beberapa kegunaan,

antara lain dapat digunakan untuk melihat perkembangan fisik dari seseorang dari

suatu kelompok masyarakat. Bila pengumpulan data antropometri dilakukan secara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 8

Page 9: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

teratur maka perkembangan ukuran fisik masyarakat tersebut dapat diketahui.

Disamping itu data antropometri dapat dijadikan patokan dalam menilai gizi

penduduk.

Indeks berat badan (BB)/umur (U) merupakan ukuran antropometri yang

memberikan gambaran tentang massa tubuh. Karena sifat massa tubuh yang sensitif

terhadap perubahan keadaan yang mendadak maka berat badan merupakan ukuran

antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, berat badan mengikuti

pertambahan umur, terutama pada golongan umur yang masih dalam fase

perkembangan.

Indeks tinggi badan (TB)/ umur (U) menggambarkan pertumbuhan skelet.

Tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah

defisiensi gizi dalam waktu pendek tetapi lebih menggambarkan status gizi di masa

lampau.8

II.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

II.3.1. Penyakit/Infeksi dan Penurunan Sistem Imun

Telah lama diketahui adanya interaksi sinergistis antara malnutrisi dan infeksi.

Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Infeksi berat dapat

memperburuk keadaan gizi melalui gangguan masukan makanannya dan meningginya

kehilangan zat – zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi, walaupun ringan

berpengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua – duanya

bekerja sinergistik, maka malnutrisi bersama – sama dengan infeksi memberi dampak

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 9

Page 10: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan

malnutrisi secara sendiri – sendiri.

Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena

kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan

mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan

mengganggu sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan

mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi. Menurunnya status gizi berakibat

menurunnya kekebalan tubuh terhadap berbagi infeksi. Tubuh memiliki 3 macam

pertahanan untuk menolak infeksi, yaitu : melalui sel (imunitas seluler), melalui

cairan (imunitas humoral), dan aktivitas leukosit polimorfonuklear. Dari penyelidikan

terdahulu dapat diambil kesimpulan walaupun dari kadar imunoglobulin tidak

menurun, bahkan meninggi, tetapi pada KEP terdapat gangguan imunitas humoral

yang disebabkan oleh menurunnya komplemen protein, dan pada penderita KEP

aktivitas leukosit untuk memfagosit maupun membunuh kuman menurun.

Malnutrisi berat akan menghambat imunitas tubuh terhadap infeksi, merusak

barier perlindungan kulit dan membran mukosa serta menurunkan jumlah dan

kapasitas fagositosis lekosit sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh, sehingga

memudahkan terjadinya infeksi. Pada saat terjadi infeksi, tubuh kehilangan zat-zat

gizi yang diperlukan dalam sistem imunitas akibat diare, gangguan absorpsi usus,

anoreksia, proses katabolisme, peningkatan penggunaan zat-zat gizi dan penarikan

zat-zat gizi dari tubuh yang dibutuhkan untuk sintesis dan pertumbuhan jaringan, yang

semuanya dapat menurunkan sistem imunitas tubuh, sehingga berakibat pada

memburuknya infeksi yang ada.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 10

Page 11: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Singkatnya bahwa penyakit infeksi menyebabkan asupan makanan menurun,

mengubah metabolisme beberapa zat gizi dan mempercepat terjadinya gizi buruk pada

individu dengan status gizi sub-optimal. Sebaliknya jika gizi buruk, maka resistensi

terhadap infeksi menurun karena imunitas yang menurun.9

II.3.2. Sumber Pelayanan Kesehatan Yang Kurang Memadai

Posyandu merupakan salah satu contoh sumber pelayanan kesehatan yang

berada di tingkat kelurahan/desa. Akses layanan Posyandu yang tidak memadai dan

tidak mampu menjangkau seluruh masyarakat, di mana Posyandu sebagai unit

pemantau tumbuh kembang balita, tidak menjawab kebutuhan balita atas kesehatan

karena jumlah Posyandu yang minim, dengan kader yang minimal pula, dan harus

melayani jumlah balita yang banyak. Keterbatasan kader Posyandu yang terampil,

keterbatasan sarana dan prasarana Posyandu, serta kurangnya sinergitas Puskesmas,

Posyandu, masyarakat, dan pemerintah setempat merupakan salah satu hambatan

dalam hal ini.10

Salah satu program Posyandu yang dapat dilakukan adalah dengan memantau

pertambahan berat badan anak (terutama baduta) dengan Kartu Menuju Sehat (KMS),

dengan syarat bahwa Posyandunya masih melakukan fungsi utamanya, yakni

melakukan pemantauan berat badan anak dengan baik dan benar. Menurut penelitian,

banyak Posyandu yang tidak lagi melakukan fungsi tersebut dengan baik dan benar.11

II.3.3. Kondisi Umum Keluarga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 11

Page 12: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

II.3.3.1. Karakteristik Bayi dan Balita

II.3.3.1.1. Umur Bayi dan Balita

Usia di bawah lima tahun (balita), terutama pada usia 1-2 tahun merupakan

masa pertumbuhan yang cepat (grow spurt), baik secara fisik maupun otak.

Sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling banyak dibandingkan masa-

masa berikutnya. Pada masa ini anak sering mengalami kesulitan untuk

makan. Apabila kebutuhan nutrisi tidak tertangani dengan baik, maka akan

mudah terjadi Kekurangan Energi Protein (KEP).12

II.3.3.1.2. Pola Makan Bayi dan Balita

Pada masa bayi, anak merupakan seseorang yang hanya menkonsumsi susu

dan tidak memiliki rasa ingin tahu terhadap jenis makanan lainnya. Ketika

mereka tumbuh, berkembang pula kebutuhan fisiologis mereka terhadap

nutrisi-nutrisi lainnya, lalu kemudian mulai beralih perlahan-lahan kebentuk

makanan padat. Di sinilah masa di mana rasa ingin tahunya terhadap berbagai

macam hal, termasuk dalam hal makanan meningkat. Hal ini kemudian diikuti

dengan tahap neofobia makanan, ketika anak berusaha menunjukkan

kemandiriannya dan membangun rasa kuat. Oleh sebab itulah dibutuhkan

peranan keluarga pada tahap ini dalam mengarahkan rasa keingintahuan

mereka dan membangun pola makan serta kebiasaan makan mereka.13

Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh kualitas makanan dan gizi yang

dikonsumsi. Sementara itu kualitas makanan dan gizi sangat tergantung pada

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 12

Page 13: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

pola asuh makan anak yang diterapkan oleh keluarga. Pola asuh makan anak

akan selalu terkait dengan pemberian makan yang akhirnya akan memberikan

sumbangan terhadap status gizinya. Kekurangan makanan dan zat gizi pada

masa ini, membuat anak mudah sekali terserang penyakit dan gangguan

kesehatan.12

II.3.3.2. Karakteristik Orang Tua

II.3.3.2.1. Pendidikan

Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor

yang mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi

pendidikan orang tua maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari

yang berpendidikan rendah. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah

kurangnya perhatian orang tua akan gizi anak. Hal ini disebabkan karena

pendidikan dan pengetahuan gizi ibu yang rendah. Pendidikan formal ibu akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi, semakin tinggi pendidikan ibu, maka

semakin tinggi kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan

pendidikan formal terutama melalui media massa. Hal serupa juga dikatakan

oleh L. Green, Rooger yang menyatakan bahwa makin baik tingkat pendidikan

ibu, maka baik pula keadaan gizi anaknya.

Pendidikan ayah juga mempengaruhi perkembangan hidup balita, dimana

jika pendidikan ayah kurang maka ayah tidak mempunyai ketrampilan

memadai untuk mendapatkan perkerjaan yang layak sehingga penghasilan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 13

Page 14: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

yang didapat pun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Oleh

karena itu, pendidikan amat penting sebagai modal dasar bagi kedua orang tua

agar dapat memberikan gizi yang baik kepada anaknya.14

II.3.3.2.2. Pekerjaan

Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang

cukup bagi anak-anak dan keluarga. Dalam hal ini ibu mempunyai peran

ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian

ibu dituntut tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya, khususnya

memelihara anak. Keadaan yang demikian dapat mempengaruhi keadaan gizi

keluarga khususnya anak balita dan usia sekolah. Ibu-ibu yang bekerja tidak

mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai

dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan

kepada anak. Lain halnya dengan pekerjaan ayah yang lebih cenderung untuk

mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.14

II.3.3.2.3. Penghasilan

Besarnya pendapatan atau penghasilan yang diperoleh anggota keluarga

setiap bulan akan menentukan tinggi rendahnya daya beli keluarga dalam

memenuhi segala kebutuhan keluarga, termasuk diantaranya kebutuhan

pangan dalam pemenuhan gizi setiap anggota keluarga. Daya beli merupakan

parameter untuk menentukan status keadaan ekonomi keluarga. Semakin

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 14

Page 15: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

tinggi daya beli maka pemenuhan kebutuhan pangan akan semakin tercukupi,

akibatnya keadaan gizi tiap-tiap anggota keluarga akan semakin baik, begitu

pula sebaliknya.

Rendahnya sebagian besar tingkat penghasilan keluarga untuk mampu

mencukupi kebutuhan seluruh anggota keluarganya menyebabkan mereka

lebih mementingkan membeli beras sebagai kebutuhan pokok daripada

membeli lauk pauk seperti daging, ikan, telur, tahu, tempe, susu, yang

merupakan sumber protein tinggi namun harganya relatif mahal dalam hal

pemenuhan gizi.15

II.3.3.2.4. Pengetahuan Umum Ibu tentang Gizi

Pengetahuan orang tua, terutama ibu, tentang gizi sangat berpengaruh

terhadap tingkat kecukupan gizi yang diperoleh balita. Faktor pengetahuan

yang rendah berkaitan erat dengan pendidikan yang rendah pula, mencakup

pengetahuan yang kurang tentang nilai gizi suatu bahan makanan, cara

mengolah makanan yang bervariasi kebiasaan makan yang buruk, pola makan

anak yang salah, cara perawatan anak-anak yang belum memadai, termasuk

juga cara pemberian ASI yang baik, dan kesehatan lingkungan yang buruk.

Menurut Notoatmodjo (1993), terbentuknya suatu perilaku baru terutama

orang dewasa dimulai dari aspek kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih

dahulu terhadap stimulus yang berupa materi, sehingga menimbulkan

pengetahuan baru pada subjek tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 15

Page 16: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang, karena

perilaku yang didasari pengetahuan akan bersifat langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari pengetahuan yang baik.

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap

orang tua, hal ini didasarkan pada fakta bahwa kurang gizi yang ada dimasa

emas ini bersifat irreversible atau tidak dapat pulih. Jika orang tua mengetahui

bahwa anak balitanya menderita kurang gizi, maka diharapkan ia dapat

mengubah pola asuhnya terhadap anak tersebut sehingga anak mendapatkan

asupan gizi yang lebih baik.

Terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu

tentang gizi yang diukur berdasarkan status gizi balita, dimana semakin baik

tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita, maka status gizi balitanya juga

akan semakin baik.15

II.3.3.2.5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan dapat mempengaruhi status gizi balita secara tidak

langsung. Jika jumlah penghuni sedikit, anak akan mendapat gizi yang lebih

baik karena pengeluaran yang dikeluarkan pun akan lebih sedikit dan akan

lebih terfokus pada balitanya dibandingkan dengan jumlah penghuni yang

banyak. Jika jumlah penghuni banyak, akan lebih sulit mengatur kebutuhan

yang ada, sedangkan penghasilan yang didapat tidak dapat mengimbanginya.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 16

Page 17: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Dengan jumlah penghuni yang banyak dalam 1 rumah juga akan menyebabkan

mudahnya terjadi penularan penyakit.15

II.3.3.2.6. Pengeluaran Untuk Rokok Dibandingkan Dengan Pengeluaran

Untuk Belanja Makan

Tiga dari empat keluarga miskin perkotaan mempunyai pengeluaran untuk

rokok. Disamping meresiko dampak sakit akibat rokok yang memperburuk

kemiskinan, kondisi ekonomi yang terbatas telah mengalihkan pengeluaran

rumah tangga dari makanan untuk membeli rokok. Ketergantungan pada zat

adiktif didalam rokok pada keluarga miskin terbukti meningkatkan kejadian

kurang gizi pada balita. Perilaku merokok kepala rumah tangga berhubungan

secara bermakna dengan gizi buruk. Belanja rokok telah menggeser kebutuhan

terhadap makanan bergizi yang esensial untuk tumbuh kembang balita.

Pada keluarga miskin dengan perokok, balita dipaksa menanggung beban

akibat kurang gizi karena uang yang menjadi hak mereka untuk memperoleh

makanan sehat dialihkan untuk membeli rokok. Kepala keluarga yang tak bisa

melepaskan diri dari ketergantungan terhadap rokok adalah korban yang

selanjutnya akan membebani keluarganya dan mengambil hak hidup sehat

anak-anaknya. Pada gilirannya, adiksi rokok makin memperburuk kemiskinan

dan dalam jangka panjang berdampak pada rendahnya kualitas generasi

penerus bangsa.16

II.4. Kerangka Teori

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 17

Page 18: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

III.1. Kerangka Konsep

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah kondisi umum

keluarga meliputi karakteristik bayi dan balita (umur dan pola makan), karakteristik

ayah (pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengeluaran untuk rokok, dan jumlah

tanggungan keluarga) serta karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 18

Penurunan sistem imun

Infeksi/penyakit

Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS (Gizi Kurang atau Gizi Buruk)

Sumber pelayanan kesehatan yang kurang memadai

Kondisi umum keluarga

Karakteristik ayah

Karakteristik bayi dan balita

Karakteristik ibu

Page 19: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

pengetahuan umum tentang gizi, dan pengeluaran untuk belanja makan). Yang

menjadi variabel tergantung (dependent) adalah status gizi bayi dan balita di Bawah

Garis Merah KMS.

Gambar III.1. Kerangka Konsep

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 19

Karakteristik Ayah

Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Pengeluaran untuk rokok Jumlah tanggungan keluarga

Kondisi Umum Keluarga

Karakteristik Bayi dan Balita

Umur Pola makan

Bayi atau Balita

Di Bawah Garis Merah KMS

(gizi kurang dan gizi buruk)

Page 20: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

III.2. Definisi Operasional

III.2.1. Umur

Definisi variabel : umur bayi atau balita yang didata pada penelitian ini

antara umur 6 bulan sampai 36 bulan.

Cara ukur : wawancara untuk mengetahui usia bayi atau balita

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur :

1. 6-11 bulan

2. 12-23 bulan

3. 24-36 bulan

Skala ukur : data numerik, skala ratio yang diubah menjadi data

kategorik, skala ordinal

III.2.2. Pola Makan Anak

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 20

Karakteristik Ibu

Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan umum tentang

gizi Pengeluaran untuk belanja

makan

Page 21: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Definisi variabel : pola makan anak dinilai berdasarkan 10 pertanyaan

dari kuesioner yang mencakup frekuensi makan, variasi makanan, larangan

untuk makan makanan tertentu, nafsu makan, penghabisan porsi makan, sikap

orang tua jika anaknya sulit untuk makan, kepatuhan mengambil PMT, cara

pengolahan makanan, kebiasaan anak jajan, dan pemberian vitamin atau

suplemen makanan tambahan. Setiap pertanyaan diberi nilai 10 jika jawaban

yang diberikan menunjukkan pola makan yang baik terhadap gizi bayi dan

balita tersebut. Total nilai mempunyai rentang 0-100.

Cara ukur : wawancara untuk mengetahui pola makan anak

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur :

1. Pola makan anak buruk, apabila nilai 0-60

2. Pola makan anak baik, apabila nilai 70-100

Skala ukur : data numerik, skala ratio yang diubah menjadi data

kategorik, skala nominal

III.2.3. Pendidikan

Definisi variabel : tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pendidikan formal, dimana yang tidak bersekolah dan memiliki tingkat

pendidikan SD dikelompokkan sebagai tingkat pendidikan rendah, yang

memiliki tingkat penddikan SMP dikelompokkan sebagai tingkat pendidikan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 21

Page 22: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

sedang, dan yang memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK atau tamat

Perguruan Tinggi dikelompokkan sebagai tingkat pendidikan tinggi.

Cara ukur : wawancara untuk mengetahui tingkat pendidikan

orang tua

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur :

1. Tingkat pendidikan rendah, bila pendidikan orang tua tidak bersekolah

atau hanya sampai tamat SD

2. Tingkat pendidikan sedang, bila pendidikan orang tua hanya sampai tamat

SMP

3. Tingkat pendidikan tinggi, bila pendidikan orang tua hanya sampai tamat

SMA/SMK atau tamat Perguruan Tinggi (Sarjana)

Skala ukur : data kategorik, skala ordinal

III.2.4. Pekerjaan

Definisi variabel : Pekerjaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pekerjaan yang menghasilkan uang, diantaranya petani, buruh, karyawan,

PNS, wiraswasta (berdagang atau membuka warung) dan juga meliputi yang

tidak bekerja.

Cara ukur : wawancara untuk mengetahui pekerjaan orang tua

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur :

1. Tidak bekerja

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 22

Page 23: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

2. Bekerja

Skala ukur : data kategorik, skala nominal

III.2.5. Penghasilan

Definisi variabel : penghasilan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pendapatan perbulan anggota keluarga yang sudah bekerja mencari

nafkah untuk memenuhi berbagai kebutuhan setiap anggota keluarga sesuai

standar UMR provinsi DKI Jakarta tahun 2011.

Cara ukur : wawancara untuk mengetahui penghasilan orang tua

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur :

1. Penghasilan kurang, bila penghasilan di bawah Rp. 1.290.000,00 ( UMR

Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 )

2. Penghasilan cukup, bila penghasilan di atas Rp. 1.290.000,00 ( UMR

Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 )

Skala ukur : data kategorik, skala nominal

III.2.6. Pengeluaran untuk makan dan rokok

Definisi variabel : pengeluaran untuk makan dan rokok yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengeluaran untuk memenuhi

kebutuhan makan semua anggota keluarga dan jika ada orang tua yang

merokok seberapa besar pengeluaran yang dihabiskan untuk membeli rokok.

Cara ukur : wawancara untuk mengetahui pengeluaran untuk

makan dan rokok

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 23

Page 24: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur :

1. Pengeluaran untuk rokok lebih besar dari pengeluaran untuk makan

2. Pengeluaran untuk makan lebih besar dari pengeluaran untuk rokok

3. Tidak merokok

Skala ukur : data numerik, skala ratio yang diubah menjadi data

kategorik, skala ordinal

III.2.7. Pengetahuan Umum Ibu atau Orang Yang Mengasuh tentang Gizi

Definisi variabel : Pengetahuan umum ibu atau orang yang mengasuh

anak tersebut dinilai berdasarkan 8 pertanyaan dari kuesioner yang mencakup

pengetahuan tentang ASI, PMT, gizi makanan, dan Posyandu. Setiap

pertanyaan diberi nilai 10 jika jawaban yang diberikan ibu atau orang yang

mengasuh anak tersebut menunjukkan pengetahuan yang baik terhadap gizi

anak. Total nilai mempunyai rentang 0-80.

Cara ukur : wawancara untuk mengetahui pengetahuan umum ibu

atau orang yang mengasuh anak tersebut

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur :

1. Pengetahuan umum ibu kurang, apabila nilai 0-50

2. Pengetahuan umum ibu baik, apabila nilai 60-80

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 24

Page 25: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Skala ukur : data numerik, skala ratio yang diubah menjadi data

kategorik, skala nominal

III.2.8. Jumlah Tanggungan Keluarga

Definisi variabel : jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah semua orang yang tinggal dalam 1 rumah tersebut.

Dikelompokkan menjadi > 4 orang dan ≤ 4 orang dengan dasar pemikiran KB.

Cara ukur : wawancara untuk mengetahui jumlah tanggungan

keluarga

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur :

1. Jumlah tanggungan keluarga > 4 orang

2. Jumlah tanggungan keluarga ≤ 4 orang

Skala ukur : data numerik, skala ratio yang diubah menjadi data

kategorik, skala nominal

III.2.9. Status Gizi Bayi atau Balita

Definisi variabel : Status gizi dinilai berdasarkan berat badan menurut

usia bayi atau balita menggunakan KMS dan tabel WHO-NCHS.

Cara ukur : penimbangan berat badan dan wawancara untuk

mengetahui usia bayi atau balita, kemudian dipetakan ke dalam tabel KMS

dan tabel WHO-NCHS.

Alat ukur : timbangan dacin dan timbangan baby scale, kuesioner,

tabel KMS, dan tabel WHO-NCHS

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 25

Page 26: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Hasil ukur :

1. Status gizi BGM, bila hasil penimbangan BB/U di Bawah Garis Merah

KMS.

2. Status gizi AGM, bila hasil penimbangan BB/U di Atas Garis Merah

KMS.

Skala ukur : data kategorik, skala nominal.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1. Desain Penelitian dan Variabel

Desain penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dimana penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi frekuensi dan distribusi (sebaran) faktor-faktor resiko

dan masalah kesehatan (penyakit) di populasi tertentu pada saat itu (current situation).

Dalam hal ini penulis mencari faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kondisi

umum keluarga yang berpengaruh terhadap bayi dan balita di Bawah Garis Merah

KMS (gizi kurang dan gizi buruk).

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 26

Page 27: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

IV.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 17 Juni sampai 25 Juni 2011 di

beberapa Posyandu serta di rumah bayi dan balita yang dikunjungi peneliti di Wilayah

Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat.

IV.3. Populasi

Semua bayi dan balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-

Jakarta Barat.

IV.3.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yang digunakan adalah semua bayi dan balita yang berusia 6-36

bulan yang datang ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-

Jakarta Barat untuk ditimbang berat badannya dan diantar oleh ibunya/ yang

mengasuhnya serta bayi dan balita yang dikunjungi di rumahnya di Wilayah Kerja

Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat.

IV.4. Sampel

Sampel penelitian ini adalah 56 bayi dan balita yang berusia 6-36 bulan yang datang

ke Posyandu Di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara dan yang dikunjungi peneliti ke

rumah.

IV.4.1. Perhitungan Besar Sampel

Uji hipotesis untuk estimasi proporsi suatu populasi : 17

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 27

Page 28: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

P = proporsi penyakit gizi kurang dan gizi buruk (dari pustaka)

= 0,23 4

Zα = dari tabel distribusi Z

= 1,96 (untuk nilai α = 0,05 pada Zα 2 arah)

d = tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki (ditetapkan)

= 0,1

a = tingkat kemaknaan (ditetapkan)

= 0,05

Q = 1-P (1-0,23)

= 0,77

Rumus ini hanya berlaku bila proporsi P > 0,10 atau < 0,90 dan perkalian besar

sampel (n) dengan proporsi: n x P dan n x Q keduanya harus menghasilkan angka > 5.

n = Zα2.P.Q

d2

= 1,962. 0,23. 0,77

0,12

= 68

Maka besar sampel yang dibutuhkan sebanyak 68 responden

IV.4.2. Tehnik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan consecutive non-random

sampling yang dilakukan terhadap bayi dan balita yang datang untuk ditimbang berat

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 28

Page 29: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

badannya di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta

Barat serta bayi dan balita yang dikunjungi di rumahnya di Wilayah Kerja Puskesmas

Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat.

IV.5. Instrumen Pengumpulan data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. kuesioner

2. timbangan dacin dan timbangan baby scale

3. kartu menuju sehat (KMS)

4. tabel WHO-NCHS

IV.6. Tata Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan oleh 3 peneliti. Peneliti 1 bertugas untuk melakukan

penimbangan dan pencatatan umur bayi dan balita serta menanyakan apakah mereka

diantar oleh ibu/ orang yang mengasuh mereka. Bayi dan balita yang tidak berusia 6-

36 bulan dan diantar bukan oleh ibu/ orang yang mengasuhnya tidak diikutsertakan

dalam penelitian.

Kemudian penelitian dilanjutkan oleh peneliti 2 yang bertugas untuk

mengklasifikasikan bayi dan balita yang masuk kategori Bawah Garis Merah KMS

(gizi kurang dan gizi buruk) dan kategori Atas Garis Merah KMS (gizi baik), bayi

yang status gizinya lebih tidak diikutsertakan dalam penelitian. Lalu penelitian

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 29

Page 30: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

dilanjutkan oleh peneliti 3. Peneliti 3 bertugas untuk melakukan wawancara dan

melakukan pengisian kuesioner terhadap ibu/yang mengasuh anak tersebut apakah

bersedia anaknya dimasukkan dalam subjek penelitian. Kuesioner tersebut berisi

tentang karakteristik bayi dan balita (umur dan pola makan), karakteristik ayah

(pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengeluaran untuk rokok, dan jumlah

tanggungan keluarga), dan karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan

umum tentang gizi, dan pengeluaran untuk belanja makan).

Bagi bayi dan balita yang sudah dilakukan penimbangan dan pencatatan di

Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat namun

belum diikutsertakakan dalam subjek penelitian, dilakukan kunjungan rumah oleh

peneliti.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 30

Peneliti 1 bertugas untuk melakukan penimbangan dan pencatatan umur bayi dan balita serta menanyakan apakah mereka diantar oleh ibu/ orang yang mengasuh mereka

Peneliti 2 bertugas untuk mengklasifikasikan bayi dan balita yang masuk kategori Bawah Garis Merah KMS (gizi kurang atau gizi

buruk) dan kategori Atas Garis Merah KMS (gizi baik)

Bayi dan Balita Gizi

Lebih

TIDAK DIIKUTSERTAKAN

DALAM PENELITIAN

Bayi dan balita yang tidak berusia 6-36 bulan dan diantar

bukan oleh ibu/ orang yang mengasuhnya

Semua bayi dan balita yang datang ke Posyandu di Wilayah Kerja

Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat

Page 31: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

IV.7. Pengolahan Data

Data dan informasi yang telah diperoleh dari sumber data masih merupakan

informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat

dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Setelah semua data

terkumpul, selanjutnya data diolah secara manual dan menggunakan komputer

melalui program SPSS (Statistical Product and Service for Windows) versi 18.0 dan

kemudian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 31

Peneliti 3 bertugas untuk menanyakan apakah Ibu/ yang mengasuh anak

tersebut bersedia anaknya dimasukkan dalam subjek penelitian.

Tidak bersedia

Bersedia

Peneliti 3 bertugas untuk melakukan wawancara dan melakukan pengisian kuesioner terhadap ibu/yang mengasuh anak tersebut. Kuesioner tersebut berisi tentang karakteristik

bayi dan balita (umur dan pola makan), karakteristik ayah (pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengeluaran untuk

rokok, jumlah tanggungan keluarga), dan karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan umum tentang gizi,

pengeluaran untuk belanja makan)

Peneliti 1,2, dan 3

Mengunjungi rumah bayi dan balita yang sudah dilakukan penimbangan dan pencatatan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat, namun belum diikutsertakakan dalam subjek penelitian.

Page 32: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

BAB V

HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan

Meruya Utara-Jakarta Barat dan kunjungan rumah dari tanggal 17 – 25 Juni 2011, maka

didapatkan sebanyak 28 bayi dan balita di Bawah Garis Merah KMS serta 28 bayi dan balita

di Atas Garis Merah KMS.

Hasil penelitian dapat dilihat dari tabel bivariat dibawah ini :

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 32

Page 33: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Tabel V. Data Frekuensi dan Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel-

Variabel Penelitian

BGM Tidak BGM (N = 28) (N = 28)

Karakteristik

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Bayi dan Balita

Umur

6-11 bulan 2 7,1 10 35,7

12-23 bulan 16 57,1 10 35,7

24-36 bulan 10 35,7 8 28,6

BGM Tidak BGM (N = 28) (N = 28)

Karakteristik

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Pola Makan

Buruk 20 71,4 6 21,4

Baik 8 28,6 22 78,6

Karakteristik Ayah

Pendidikan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 33

Page 34: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Rendah 10 35,7 3 10,7

Sedang 7 25 6 21,4

Tinggi 11 39,3 19 67,9

Pekerjaan

Tidak Bekerja 2 7,1 1 3,6

Bekerja 26 92,9 27 96,4

Penghasilan

Kurang 20 71,4 9 32,1

Cukup 8 28,6 19 67,9

Pengeluaran biaya

>> rokok 4 14,3 0 0

>> makan 15 53,6 6 21,4

Tidak merokok 9 32,1 22 78,6

BGM Tidak BGM (N = 28) (N = 28)

Karakteristik

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tanggungan

> 4 orang 10 35,7 8 28,6

1-4 orang 18 64,3 20 71,4

Karakteristik Ibu

Pendidikan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 34

Page 35: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Rendah 8 28,6 2 7,1

Sedang 6 21,4 8 28,6

Tinggi 14 50 18 64,3

Pekerjaan

Bekerja 9 32,1 8 28,6

Tidak bekerja 19 67,9 20 71,4

Pengetahuan

Kurang 10 35,7 1 3,6

Baik 18 64,3 27 96,4

V.1. Karakteristik Bayi dan Balita

V.1.1. Umur

Dari 28 bayi dan balita BGM, 16 anak (57,1%) berusia 12-23 bulan, sedangkan dari

28 bayi dan balita yang tidak BGM, sebanyak 10 anak (35,7%).

V.1.2. Pola Makan

Dari 28 bayi dan balita BGM, 20 anak (71,4%) memiliki pola makan buruk,

sedangkan dari 28 bayi dan balita yang tidak BGM, sebanyak 6 anak (21,4%).

V.2. Karakteristik Ayah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 35

Page 36: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

V.2.1. Pendidikan

Dari 28 bayi dan balita BGM, 10 ayah (35,7%) memiliki tingkat pendidikan rendah,

sedangkan dari 28 bayi dan balita yang tidak BGM, sebanyak 3 ayah (10,7%).

V.2.2. Pekerjaan

Dari 28 bayi dan balita BGM, 2 ayah (7,1%) tidak bekerja, sedangkan dari 28 bayi

dan balita yang tidak BGM, sebanyak 1 ayah (3,6%).

V.2.3. Penghasilan

Dari 28 bayi dan balita BGM, 20 ayah (71,4%) memiliki penghasilan yang kurang,

sedangkan dari 28 bayi dan balita yang tidak BGM, sebanyak 9 ayah (32,1%).

V.2.4. Pengeluaran Biaya untuk Makan dan Rokok

Dari 28 bayi dan balita BGM, 4 ayah (14,3%) mempunyai pengeluaran untuk rokok

lebih besar daripada pengeluaran untuk makan, sedangkan dari 28 bayi dan balita yang tidak

BGM, tidak ada ayah (0%) yang mempunyai pengeluaran untuk rokok lebih besar daripada

pengeluaran untuk makan.

V.2.5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Dari 28 bayi dan balita BGM, 10 keluarga (35,7%) memiliki jumlah tanggungan lebih

dari 4 orang, sedangkan dari 28 bayi dan balita yang tidak BGM, sebanyak 8 keluarga

(28,6%).

V.3. Karakteristik Ibu

V.3.1. Pendidikan

Dari 28 bayi dan balita BGM, 8 ibu (28,6%) memiliki tingkat pendidikan rendah,

sedangkan dari 28 bayi dan balita yang tidak BGM, sebanyak 2 ibu (7,1%).

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 36

Page 37: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

V.3.2. Pekerjaan

Dari 28 bayi dan balita BGM, 9 ibu (32,1%) bekerja, sedangkan dari 28 bayi dan

balita yang tidak BGM, sebanyak 8 ibu (28,6%).

V.3.3. Pengetahuan Umum Ibu atau Orang Yang Mengasuh tentang Gizi

Dari 28 bayi dan balita BGM, 10 ibu/pengasuh (35,7%) memiliki pengetahuan yang

kurang tentang gizi, sedangkan dari 28 bayi dan balita yang tidak BGM, sebanyak 1

ibu/pengasuh (3,6%).

BAB VI

PEMBAHASAN

VI.1. Temuan Penelitian

VI.1.1. Karakteristik Bayi dan Balita

VI.1.1.1. Umur

Gizi buruk umumnya mengenai anak usia prasekolah (< 5 tahun), karena usia di

bawah lima tahun terutama usia 1-2 tahun merupakan masa pertumbuhan yang cepat, baik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 37

Page 38: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

secara fisik maupun otak sekaligus merupakan periode kritis, dimana kegagalan pertumbuhan

pada umumnya banyak terjadi. Pada masa ini, anak sering mengalami kesulitan untuk makan,

padahal saat inilah mereka memerlukan kebutuhan gizi paling banyak dibandingkan masa-

masa berikutnya.12 Hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara menunjukkan dari

28 bayi dan balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah KMS, 2 orang (7,1%)

pada kelompok umur 6-11 bulan, kelompok umur 12-23 bulan sebanyak 16 orang (57,1%),

kelompok umur 24-36 bulan sebanyak 10 orang (35,7%). (Tabel V). Sehingga dapat

disimpulkan status gizi BGM (Bawah Garis Merah) lebih mungkin mengenai anak pada

kelompok umur 12-23 bulan.

VI.1.1.2. Pola makan

Masa balita adalah masa dimana anak memiliki rasa keingintahuan yang besar

mengenai banyak hal, termasuk makanan. Pada masa ini pula dapat timbul perilaku anak

yang hanya mau makan makanan yang digemarinya saja (picky eating). Menurut tinjauan

pustaka, disinilah sebenarnya peran orang tua dalam mengasuh anak dengan baik sangat

diperlukan. Ketelatenan orang tua dalam mengarahkan rasa ingin tahu anak terhadap

makanan dan mengatur pola makan yang benar untuk anak sangat penting, termasuk dalam

hal selalu berusaha membujuk anak untuk menghabiskan makanannya disaat anak sakit atau

nafsu makannya sedang menurun.13 Pola asuh makan anak akan selalu terkait dengan

pemberian makan yang akhirnya akan mempengaruhi status gizi anak tersebut.12

Dari hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara menunjukkan dari 28

bayi dan balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah KMS, didapatkan bahwa

sebagian besar memiliki pola makan buruk sebanyak 20 anak (71,4%), sedangkan yang

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 38

Page 39: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

memiliki pola makan baik sebanyak 8 anak (28,6%). (Tabel V). Sehingga pola makan

mungkin menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak di Bawah Garis Merah KMS

karena sebagian besar anak di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara memiliki pola makan

buruk.

VI.1.2. Karakteristik Ayah

VI.1.2.1. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara terhadap

pendidikan ayah yang anaknya memiliki status gizi di Bawah Garis Merah KMS, 10 orang

(35,7%) ayah mempunyai tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah, tamat SD), 7 orang

(25%) ayah mempunyai tingkat pendidikan sedang (tamat SMP), dan 11 orang (39,3%)

mempunyai tingkat pendidikan tinggi (tamat SMA, Sarjana). (Tabel V). Pendidikan ayah

lebih dikaitkan dengan keterampilan yang dimiliki untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih

baik. Dengan pekerjaan yang lebih baik diharapkan penghasilan yang didapat pun cukup

untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga.14 Sehingga dapat disimpulkan, ada kemungkinan

tingkat pendidikan ayah yang rendah mempengaruhi status gizi bayi dan balita khususnya

status gizi di Bawah Garis Merah KMS.

VI.1.2.2. Pekerjaan

Pekerjaan ayah lebih dikaitkan jumlah penghasilan yang akan didapat. Jika pekerjaan

ayah baik maka pendapatannya pun akan baik pula. Pendapatan yang baik diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, salah satunya pemenuhan gizi yang baik.14

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 39

Page 40: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara terhadap pekerjaan ayah

yang anaknya memiliki status gizi di Bawah Garis Merah KMS, 2 orang (7,1%) ayah yang

tidak bekerja, sedangkan 26 orang (92,9%) ayah bekerja. (Tabel V). Sehingga disimpulkan

pekerjaan ayah seharusnya tidak menjadi faktor resiko yang berkaitan dengan status gizi bayi

dan balita di Bawah Garis Merah KMS.

VI.1.2.3. Penghasilan

Hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara terhadap penghasilan

perbulan ayah yang anaknya memiliki status gizi di Bawah Garis Merah KMS menunjukkan

bahwa 20 anak (71,4%) berasal dari keluarga dengan pendapatan perbulan yang kurang jika

dibandingkan dengan Upah Minimum Regional Propinsi DKI Jakarta Tahun 2011, yaitu

sebesar Rp. 1.290.000 per bulan. Yang berasal dari keluarga dengan pendapatan perbulan

yang cukup sebesar 8 anak (28,6%). (Tabel V). Penghasilan atau status sosio ekonomi

menggambarkan tingkat penghidupan seseorang atau keluarga. Keadaan sosial ekonomi

keluarga mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap kondisi gizi bayi dan balita.

Perekonomian keluarga yang kurang sangat berpengaruh pada daya beli yang rendah

terhadap kebutuhan-kebutuhan pokok keluarga termasuk dalam hal pangan, termasuk daya

beli makanan bergizi untuk bayi dan balita.15 Sehingga dapat disimpulkan status sosio

ekonomi atau penghasilan mungkin merupakan faktor yang mempengaruhi status gizi bayi

dan balita di Bawah Garis Merah KMS.

VI.1.2.4. Pengeluaran Biaya Untuk Makan dan Rokok

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 40

Page 41: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Selain dari dampak sakit yang ditimbulkan oleh rokok sendiri, ternyata rokok juga

mampu mengalihkan pengeluaran rumah tangga dari makanan untuk membeli rokok. Pada

keluarga yang sosial ekonominya rendah, bayi dan balita dalam keluarga tersebut dipaksa

menanggung beban kurang gizi mereka akibat uang yang menjadi hak mereka untuk

mendapatkan makanan yang bergizi seimbang dialihkan untuk membeli rokok.

Hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara terhadap pengeluaran biaya

perbulan ayah yang anaknya memiliki status gizi di Bawah Garis Merah KMS menunjukkan

4 dari 28 ayah (14,3%) mempunyai pengeluaran untuk rokok lebih besar daripada

pengeluaran untuk makan, 15 ayah (53,6%) mempunyai pengeluaran untuk makan lebih

besar, dan 9 ayah (32,1%) tidak merokok. (Tabel V). Di samping memperburuk derajat

kesehatan, belanja rokok pada keluarga miskin mengalihkan pengeluaran kebutuhan esensial

ke pembelian barang adiktif sehingga memperkecil peluang untuk keluar dari kemiskinan.16

Sehingga rokok tidak terbukti menjadi faktor resiko yang berkaitan dengan status gizi bayi

dan balita di Bawah Garis Merah KMS.

VI.1.2.5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Masalah lain yang timbul adalah dengan semakin banyaknya jumlah anggota

keluarga, maka tingkat pengeluaran untuk pemenuhan pokok sehari-hari keluarga semakin

besar. Hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara terhadap jumlah tanggungan

keluarga yang anaknya memiliki status gizi di Bawah Garis Merah KMS menunjukkan 10

keluarga (35,7%) mempunyai jumlah tanggungan lebih dari 4 orang, 18 keluarga (64,3%)

mempunyai jumlah tanggungan 1-4 orang. (Tabel V). Jika jumlah anggota keluarga sedikit

diharapkan anak akan mendapat gizi yang lebih baik karena pengeluaran yang dikeluarkan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 41

Page 42: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

pun akan lebih sedikit dan terfokus pada balitanya. Hal ini menunjukkan jumlah tanggungan

keluarga seharusnya tidak menjadi faktor resiko yang berkaitan dengan status gizi bayi dan

balita di Bawah Garis Merah KMS.

VI.1.3. Karakteristik Ibu

VI.1.3.1 Pendidikan

Orang yang berpendidikan tinggi lebih cenderung memilih makanan yang lebih baik

dalam jumlah dan mutunya dibandingkan mereka yang mempunyai tingkat pendidikan

rendah. Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi status gizi anak mereka, terlihat dari

pemilihan bahan pangan yang memenuhi gizi seimbang dan penyusunan pola atau variasi

makanan serta penyajian makanan sehingga tampak menarik dan menggugah selera makan

anak.14 Hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara terhadap pendidikan ibu yang

anaknya memiliki status gizi di Bawah Garis Merah KMS menunjukkan dari 28 bayi dan

balita BGM, 8 ibu (28,6%) memiliki tingkat pendidikan rendah, 6 ibu (21,4%) memiliki

tingkat pendidikan sedang, dan 14 ibu (50%) memiliki tingkat pendidikan tinggi. (Tabel V).

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu tidak terbukti mempengaruhi status gizi

bayi dan balita di Bawah garis Merah KMS.

VI.1.3.2. Pekerjaan

Para ibu yang mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu, misalnya

meninggalkan anaknya dari pagi hingga sore, anak terpaksa ditinggalkan di rumah. Jika

mereka jatuh sakit, mereka tidak mendapat perhatian dan pengobatan yang semestinya.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 42

Page 43: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Demikian pula pada anak yang mendapat ASI dan makanan tambahan, jika ibu mereka

bekerja dalam waktu yang sangat lama, pemberian pengganti ASI maupun makanan

tambahan dapat terjadi dengan tidak semestinya. Jadi pekerjaan ibu di luar rumah akan

mempengaruhi kecukupan gizi anaknya, karena dengan banyak beraktifitas di luar rumah,

waktu ibu berada dekat dengan anaknya sangatlah sedikit sehingga ibu tidak terlalu

memperhatikan kecukupan gizi anaknya.14 Hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Meruya

Utara terhadap pekerjaan ibu yang anaknya memiliki status gizi di Bawah Garis Merah KMS

menunjukkan 9 ibu (32,1%) bekerja ,dan 19 ibu (67,9%) tidak bekerja. (Tabel V). Sehingga

disimpulkan pekerjaan ibu seharusnya tidak menjadi faktor resiko yang berkaitan dengan

status gizi bayi dan balita di Bawah Garis Merah KMS.

VI.1.3.3. Pengetahuan Umum Tentang Gizi.

Pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi yang diperoleh

bayi dan balita. Hal ini terlihat dalam penelitian ini dimana dari bayi dan balita yang BGM,

10 ibu/orang yang mengasuh (35,7%) memiliki pengetahuan umum yang kurang tentang gizi

dan 18 ibu/orang yang mengasuh (64,3%) memiliki pengetahuan umum yang baik tentang

gizi. Memang faktor pengetahuan yang rendah berkaitan erat dengan pendidikan yang rendah

pula, mencakup pengetahuan yang kurang tentang nilai gizi suatu bahan makanan maupun

cara mengolah makanan yang bervariasi.15 Disimpulkan pengetahuan ibu seharusnya tidak

menjadi faktor resiko yang berkaitan dengan status gizi bayi dan balita di Bawah Garis Merah

KMS.

VI.2. Keterbatasan Penelitian

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 43

Page 44: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Dalam melakukan penelitian masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan,

walaupun penulis telah berupaya semaksimal mungkin dengan berbagai usaha untuk

membuat hasil penelitian ini bisa menjadi sempurna. Penulis menyadari bahwa keterbatasan

penelitian ini adalah :

1. Bias Seleksi

Disebabkan prosedur pemilihan subjek penelitian secara non-random. Akibatnya

distribusi dan hubungan faktpr-faktor resiko dan penyakit, berbeda pada subjek

penelitian dengan non subjek.

Hasil penelitian ini tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya dari gambaran

kondisi umum keluarga bayi dan balita di Bawah Garis Merah di Posyandu Wilayah

Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat. Hal ini dikarenakan sampel

penelitian hanya diambil dari bayi dan balita yang datang ke Posyandu untuk

ditimbang berat badannya dan hanya beberapa yang dilakukan kunjungan rumah.

2. Bias Informasi

- Recall Bias

Kemampuan responden mengingat dan memberikan informasi tentang faktor

keterpaparan secara akurat berbeda (kualitas informasi mengenai faktor resiko

berbeda) antara orang sakit dengan yang tidak sakit karena terpengaruh oleh status

penyakitnya.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 44

Page 45: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 56 bayi dan

balita yang berusia 6-36 bulan yang datang ke Posyandu serta bayi dan balita yang dilakukan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 45

Page 46: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

kunjungan rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Utara-Jakarta Barat

selama periode 17 – 25 Juni 2011, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bayi dan balita yang berusia 12-23 bulan sebanyak 26 anak (46,4%)

Bayi dan balita yang mempunyai pola makan yang buruk sebanyak 26 anak (46,4%)

Ayah yang mempunyai tingkat pendidikan rendah sebanyak 13 orang (23,2%)

Ayah yang tidak bekerja sebanyak 3 orang (5,4%)

Ayah yang mempunyai penghasilan kurang sebanyak 29 orang (51,8%)

Ayah yang mempunyai pengeluaran untuk rokok lebih besar dari makan sebanyak 4

orang (7,1%)

Ayah yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga lebih dari 4 orang sebanyak 18

orang (32,1%)

Ibu yang mempunyai tingkat pendidikan rendah sebanyak 10 orang (17,9%)

Ibu yang bekerja sebanyak 17 orang (30,4%)

Ibu/orang yang mengasuh yang mempunyai pengetahuan kurang tentang gizi

sebanyak 11 orang (19,6%)

2. Dari 26 bayi dan balita yang berusia 12-23 bulan, 16 anak (61,5%) mempunyai status

gizi di Bawah Garis Merah KMS

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 46

Page 47: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Dari 26 bayi dan balita yang mempunyai pola makan buruk, 20 anak (76,9%)

mempunyai status gizi di Bawah Garis Merah KMS

Dari 13 ayah yang mempunyai tingkat pendidikan rendah, 10 orang (76,9%)

mempunyai bayi dan balita yang status gizinya di Bawah Garis Merah KMS

Dari 3 ayah yang tidak bekerja, 2 orang (66,7%) mempunyai bayi dan balita yang

status gizinya di Bawah Garis Merah KMS

Dari 29 ayah yang mempunyai penghasilan kurang, 20 orang (69%) mempunyai bayi

dan balita yang status gizinya di Bawah Garis Merah KMS

Dari 4 ayah yang mempunyai pengeluaran untuk rokok lebih besar dari makan,

semuanya (100%) mempunyai bayi dan balita yang status gizinya di Bawah Garis

Merah KMS

Dari 18 ayah yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga lebih dari 4 orang, 10

orang (55,6%) mempunyai bayi dan balita yang status gizinya di Bawah Garis Merah

KMS

Dari 10 ibu yang mempunyai tingkat pendidikan rendah, 8 orang (80%) mempunyai

bayi dan balita yang status gizinya di Bawah Garis Merah KMS.

Dari 17 ibu yang bekerja, 9 orang (52,9%) mempunyai bayi dan balita yang status

gizinya di Bawah Garis Merah KMS

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 47

Page 48: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Dari 11 ibu/orang yang mengasuh yang mempunyai pengetahuan kurang tentang gizi,

10 orang (90,9%) mempunyai bayi dan balita yang status gizinya di Bawah Garis

Merah KMS

VII.2. Saran

VII.2.1. Bagi masyarakat

- Berusaha menyajikan pola makan yang seimbang dan bergizi dalam bentuk

yang bervariasi untuk meningkatkan selera makan anak.

- Tekun dan terus berusaha membujuk anak untuk menghabiskan makanannya

jika anak tidak mau menghabiskannya.

- Mematuhi jadwal pengambilan dan anjuran PMT sesuai petunjuk petugas dan

tidak membagikan jatah PMT kepada anggota keluarga lain.

VII.2.2. Bagi Puskesmas Kelurahan Meruya Utara

- Menyaring bayi dan balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah

KMS saat melakukan melakukan kegiatan Posyandu atau kunjungan kasus.

- Membina para kader agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan tentang

status gizi bayi dan balita dan faktor-faktor resiko yang dapat memicu

timbulnya gizi kurang dan gizi buruk.

- Memastikan dan mengoptimalkan agar setiap bayi dan balita di Bawah Garis

Merah KMS mendapatkan jatah PMT yang cukup dan sesuai.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 48

Page 49: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

VII.2.3. Bagi Peneliti Lain :

Jika peneliti lain ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama

disarankan mengambil tempat penelitian yang berbeda dengan tujuan sebagai

bahan perbandingan hasil penelitian agar dapat digunakan sebagai bahan

masukan pengembangan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

VII.2.4. Bagi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat :

Memberikan kesempatan kepada mahasiswa lain yang ingin melanjutkan

penelitian ini dengan mencari hubungan sebab akibat antara tiap-tiap faktor

yang sudah ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 49

Page 50: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

1. William A. Peranan gizi dalam kehidupan manusia. (Last updated: 2011; accesed: 12 Juni 2011). Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21485/5/Chapter%20I.pdf

2. Siswono. Gizi buruk, aib negara berkembang. (Last updated: April 2009; accesed: 12 Juni 2011). Available from: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/09/04/21/45160-gizi-buruk-aib-negara-berkembang

3. Brundtland G. Turning the tide of malnutrition. (Last updated: 2000; accesed: 12 Juni 2011). Available from: http://www.who.int/mip2001/files/2232/NHDbrochure.pdf

4. Hardi M. Target MDGs bidang kesehatan. (Last updated: Mei 2011; accesed: 12 Juni 2011). Available from: http://kiathidupsehat.com/category/berita-kesehatan/

5. Sinung. Balita gizi buruk. (Last updated: Oktober 2006; accesed: 12 Juni 2011). Available from: http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=280

6. Puskesmas Kelurahan Meruya Utara. Laporan kohort bayi dan balita bawah garis merah KMS Puskesmas Kelurahan Meruya Utara. Jakarta: Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, 2011

7. Nurdin Y. Masalah gizi utama di Indonesia. (Last updated: Juli 2010; accesed: 13 Juni 2011). Available from: http://www.docstoc.com/docs/60199244/Masalah-Gizi-Utama-di-Indonesia

8. Arisman. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC; 2007. 100.

9. Gozali A. Pengaruh status gizi terhadap kekebalan tubuh. (Last updated: Juli 2010; accesed: 13 Juni 2011). Available from: http://eprints.uns.ac.id/112/1/167360309201012321.pdf

10. NN. Profil revitalisasi posyandu. (Last updated: 2007; accesed: 13 Juni 2011). Available from: http://www.ykai.net/index.php?option=com_content&view=article&id=111&Itemid=172

11. Soekiman. Gizi buruk, kemiskinan, KKN. (Last updated: Maret 2008; accesed: 13 Juni 2011). Available from: http://www.pdrc.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=65&Itemid=75

12. Marizza N. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang energi protein (KEP) pada balita. (Last updated: 2007; accesed: 13 Juni 2011). Available from : http://ojs.lib.unair.ac.idex.php

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 50

Page 51: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

13. Cathey M, Gaylord N. Picky eating: a toddler’s approach to meal time. Pediatr Nurs. 2004;30 (2):1-12

14. Sarah M. Status sosial ekonomi keluarga terhadap status gizi. (Last updated: 2010; accesed: 13 Juni 2011). Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16930/4/Chapter%20II.pdf

15. Fatimah S, Nurhidayah I, Rakhmawati W. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap status gizi balita di kecamatan Ciawi kabupaten Tasikmalaya. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran;2008. hal 4-10

16. Public Health Nutrition Journal. Konsumsi rokok dan balita kurang gizi. . (Last updated: 2007; accesed: 13 Juni 2011). Available from: http://www.indofbh.org/tcscindo/assets/applets/Fact_Sheet_Konsumsi_Rokok_dan_Balita_Kurang_Gizi.pdf

17. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2008. 313

LAMPIRAN

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 51

Page 52: laporan penelitian

Gambaran Kondisi Umum Keluarga Bayi dan Balita di Bawah Garis Merah KMS di Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 17-25 Juni 2011

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Kelurahan Meruya Utara Jakarta Barat

Lampiran 2. Kartu Menuju Sehat (KMS)

Lampiran 3. Tabel WHO-NCHS menurut Berat Badan/Umur

Lampiran 4. Tabel Induk

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta 2011 52