laporan penelitian

64
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era global sekarang ini, pendidikan merupakan sesuatu yang penting bagi semua orang karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar dapat menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan banyak cara yang bisa ditempuh, diantaranya melalui pendidikan formal dan non-formal. Selain itu pendidikan juga dapat diperoleh melalui jalur non formal salah satunya melalui perpustakaan yang menyediakan ruagan khusus untuk para pembaca buku-buku atau karangan yang terdapat diperpustakaan tersebut. Tentunya ruangan tersebut di atur dengan baik agar para pembaca dapat nyaman membaca di ruang baca yang disediakan. Kemampuan membaca merupakan sesuatu yang penting bagi semua orang, karena dengan membaca seseorang akan banyak mendapatkan informasi. Kebiasaan membaca harus ditanamkan sejak dini sampai tua, oleh karena itu tak banyak suatu instansi menyediakan ruangan khusus untuk membaca. Karena membaca membutuhkan suasana yang aman dan nyaman serta penuh kesunyian. Agar dapat memahami dengan jelas apa yang dipaparkan dalam buku atau surat 1

Upload: choirun-nisa

Post on 02-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas uts

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDi era global sekarang ini, pendidikan merupakan sesuatu yang penting bagi semua orang karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar dapat menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan banyak cara yang bisa ditempuh, diantaranya melalui pendidikan formal dan non-formal. Selain itu pendidikan juga dapat diperoleh melalui jalur non formal salah satunya melalui perpustakaan yang menyediakan ruagan khusus untuk para pembaca buku-buku atau karangan yang terdapat diperpustakaan tersebut. Tentunya ruangan tersebut di atur dengan baik agar para pembaca dapat nyaman membaca di ruang baca yang disediakan.Kemampuan membaca merupakan sesuatu yang penting bagi semua orang, karena dengan membaca seseorang akan banyak mendapatkan informasi. Kebiasaan membaca harus ditanamkan sejak dini sampai tua, oleh karena itu tak banyak suatu instansi menyediakan ruangan khusus untuk membaca. Karena membaca membutuhkan suasana yang aman dan nyaman serta penuh kesunyian. Agar dapat memahami dengan jelas apa yang dipaparkan dalam buku atau surat kabar yang dibaca. Hal inilah yang mendorong terbentuknya ruang baca.Ruang baca adalah suatu tempat yang telah disediakan oleh suatu instansi pendidikan untuk kegiatan belajar khususnya membaca. Ruang baca biasanya diatur agar para pembaca dapat membaca dengan tenang. Banyak suatu instansi pendidikan yang menyediakan ruang baca didalam perpustakaan. Namun di perguruan tinggi ada sebagian besar ruang baca terletak di fakultas-fakultas. Karena tujuan dari ruang baca di fakultas adalah suatu ruang yang bisa digunakan semua sivitas akademika FIA UB untuk mengakses sumber informasi baik buku-buku refensi, jurnal on line yang terhubung dengan perpustakaan UB maupun hasil-hasil penelitian terdahulu yang berupa tesis, disertasi, maupun jurnal cetak serta media cetak yang lainnya. (http://fia.ub.ac.id/fasilitas/ruang-baca)Dengan tujuan seperti itu maka ruang baca fakultas memiliki tugas menyediakan buku-buku serta referensi dari berbagai sumber dan menyediakan sarana dan prasarana untuk kenyamanan para pembaca serta menyediakan pelayanan yang ramah terhadap pengunjung ruang baca. Namun hal ini berbeda dengan ruang baca yang dimiliki fakultas ilmu administrasi. Ruangan yang sempit dan banyak buku-buku yang masih belum lengkap dan fasilitas yang disediakan masih kurang memadai untuk suatu ruang baca. Inilah yang menyebabkan mahasiswa sering tidak memanfaatkan ruangan ini. Karena selalu terlihat penuh dan kurangnya buku-buku yang menunjang kegiatan belajar mahasiswa. Beberapa saranapun masih dirasakan mahasiswa belum cukup memadai. Kursi-kursi yang disediakan masih belum dapat disediakan terlalu banyak karena ruanganpun terbatas. Pelayanan yang diberikan petugas juga dapat mempengaruhi minat mahasiswa dalam membaca. Jika petugasnya judes atau terlihat jahat, pasti pengunjung ruang baca menjadi malas atau tidak minat berkunjung ke ruang baca ruang baca.Berdasarkan uraian di atas maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi terhadap pelayanan, sarana dan prasarana ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana pendapat mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi terhadap pelayanan petugas yang diberikan kepada pengunjung ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi?2. Bagaimana pendapat mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi terhadap sarana dan prasarana ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi?

1.3 Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui pendapat mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi terhadap pelayanan petugas yang diberikan kepada pengunjung ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi.2. Untuk mengetahui pendapat mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi terhadap sarana dan prasarana ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi.

1.4 Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah :1. Manfaat TeoritisMemperkaya pengetahuan tentang pelayanan publik yang harus dilakukan seorang pustakawan kepada pengunjung ruang baca sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan, serta hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian berikutnya.2. Manfaat Praktis Untuk memberikan gambaran mengenai pendapat mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi terhadap pelayanan yang diberikan petugas ruang baca kepada penunjung ruang baca. Sebagai bahan acuan untuk memperbaiki sarana dan prasarana ruang baca agar lebih luas dan lebih baik. Memotivasi pustakawan untuk melakukan peningkatan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai kepuasan pengunjung ruang baca.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA1.1 PersepsiPersepsi menurut Suwarno (2009) adalah suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Penginderaan ini mengakibatkan manusia mulai memberikan penilaian baik atau buruk, enak atau tidak enak, dan lain-lain. Kemudian penilaian itu dijadikan suatu kesan yang dapat menstimulasi kegiatan untuk mengadaptasikan diri (Suwarno:2009). Jika penilaian seseorang terhadap sesuatu baik, maka akan mengulangi kegiatan tersebut di kesempatan lain. Persepsi menurut Desiderato dalam Rakhmat (2005) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.Menurut Moskowitz dan Orgel (1969) dalam (Walgito, 1992:70) persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri.Pada persepsi terjadi gambaran sementara dalam tanggapan juga terjadi gambaran, namun antara persepsi dengan tanggapan memiliki beberapa perbedaan yaitu :a. Pada persepsi objek diamati terlihat jelas, lebih terang, detail dan sempurna sedangakan pada tanggapan objek yang diamati terlihat kabur dan tidak detail. Karena dalam tanggapan tidak dibutuhkan adanya objek lagi, sehingga pada umumnya gambarnya kurang jelas.b. Persepsi terikat oleh tempat dan waktu, sedang tanggapan tidak terikat oleh tempat dan waktu. Orang tidak dapat mempersepsi terlepas dari tempat dan waktu, sebab waktu dan tempat mengikat objek yang dipersepsi, lain halnya dengan tanggapan. Sedangkan pada tanggapan, orang dapat terlepas pada waktu dan tempat, ini berarti bahwa manusia dapat menanggap atau membayangkan setiap waktu dan setiap tempat. Tanpa adanya oblek, orang dapat menanggap atau membayangkan apa yang ingin di bayangkan.c. Persepsi memerlukan stimulus sedangkan tanggapan tidak memerlukan stimulus.d. Persepsi bersifat sensoris sedangkan tanggapan bersifat imaginer (Amelia:2011)

1.2 Ruang bacaRuang baca sebagian besar terletak di sebuah perpustakaan. Karena ruang baca digunakan untuk membaca buku-buku atau referensi yang lain baik jurnal, laporan penelitian, skripsi dll. Ruang baca merupakan ruang yang digunakan oleh pengguna atau pengunjung perpustakaan untuk membaca bahan pustaka. Ruang baca bukanlah sekedar ruangan untuk membaca, melainkan sebagai sarana perekaman informasi dari sumber ilmu agar lebih khusyuk (Kurniawati, 2012:02). Penempatan ruang baca pada umumnya berdekatan dengan koleksi, atau ruang koleksi dan ruang baca digabungkan dalam satu ruangan jika layanan yang dilakukan sistem terbuka. Fasilitas baca yang disediakan di ruang baca untuk keperluan pengunjung perpustakaan seperti meja baca, kursi baca dan study carrel. Dengan adanya ruang baca fakultas diharapkan dapat meningkatkan mahasiswa dalam membaca. Karena, dengan membaca dapat membuka jendela ilmu pengetahuan yang lebih luas, sehingga dapat melahirkan pendidikan yang berkualitas dan anak didik yang mampu beranalisis. Kemampuan analisis sangat dipengaruhi oleh membaca karena membaca dapat mengasah inteligensi, kecakapan berbahasa, berkomunikasi dan menulis.1.3 Pelayanan dan Layanan Ruang Baca1.3.1 Pelayanan

Menurut Kotler dalam Laksana (2008:85) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yanga dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Sedangkan Tjiptono (2006:87) menyatakan bahwa pelayanan merupakan tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan adalah sebuah produk yang ditawarkan dan disampaikan kepada pelanggan yang membutuhkan secara luas mencakup baik yang kelihatan (tangibles) maupun yang tidak kelihatan (intangibles).Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu diberikan kepada orang lain, dalam hal ini, kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan atau keinginan pelanggan dengan tingkat persepsi mereka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya pelayanan yaitu:a. Adanya rasa cinta dan kasih sayang.Cinta dan kasih sayang membuat manusia bersedia mengorbankan apa yang ada padanya sesuai kemampuaanya, diwujudkan menjadi layanan dan pengorbanan dalam batas ajaran agama, norma, sopan santun, dan kesusilaan yang hidup dalam masyarakat.b. Adanya keyakinan untuk saling tolong menolong sesamanya.Rasa tolong menolong merupakan gerak naluri yang sudah melekat pada manusia. Apa yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain karena diminta oleh orang yang membutuhkan pertolongan hakikatnya adalah pelayanan, disamping ada unsur pengorbanan, namun kata pelayanan tidak pernah digunakan dalam hubungan ini.c. Adanya keyakinan bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu bentuk amal.Inisiatif berbuat baik timbul dari orang yang bukan berkepentingan untuk membantu orang yang membutuhkan bantuan, proses ini disebut pelayanan.

Dalam penetapan sistem pelayanan mencakup strategi yang dilakukan, dimana pelayanan yang diberikan kepada pelanggan dapat merasakan langsung, agar tidak terjadai distorsi tentang suatu kepuasan yang akan mereka terima. Sementara secara spesifik adanya peranan pelayanan yang diberikan secara nyata akan memberikan pengaruh bagi semua pihak terhadap manfaat yang dirasakan pelanggan.Penyelenggaraan pelayanan umum menurut Lembaga Administrasi Negara (1998) dalam (Eddy,dkk, 2005:22) dapat dilakukan dengan berbagai macam pola antara lain :1. Pola Pelayanan fungsional, yaitu pola pelayanan umum yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.2. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan umum yang diberikan secara tunggal oleh satu instansi pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenangan dari instansi pemerintah lainnya yang bersangkutan.3. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan umum yang dilakukan secara terpadu pada suatu tempat/tinggal oleh beberapa instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangannya masing-masing.4. Pola pelayanan secara terpusat, yaitu pola pelayanan umum yang dilakukan oleh satu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan umum yang bersangkutan.Thery dalam Toha (1996) menggolongkan lima unsur pelayanan yang memuaskan, yaitu : merata dan sama, diberikan tepat pada waktunya, memenuhi jumlah yang dibutuhkan, berkesinambungan, dan selalu meningkatkan kualitas serta pelayanan (proggresive service). Setiap orang mengharapkan pelayanan yang unggul, yaitu suatu sikap atau cara pegawai dalam melayani pelanggan secara memuaskan.Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah) yang efektif dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Bila jasa/layanan yang diterima (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa/layanan yang dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya bila jasa/layanan yang diterima lebih rendah dari pada diharapkan, maka kualitas/layanan akan dipersepsikan buruk.Disamping itu, menurut Fitzsimmons dalam Sedarmayanti (2004) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan merupakan sesuatu yang kompleks, sehingga untuk menentukan sejauhmana kualitas dari pelayanan tersebut, dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu :1. Reliability (Handal), kemampuan untuk memberikan secara tepat dan benar, jenis pelayanan yang telah dijanjikan kepada konsumen / pelanggan.2. Responsiveness (Pertanggungjawaban), kesadaran atau keinginan untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat.3. Assurance (Jaminan), pengetahuan atau wawasan, kesopansantunan, kepercayaan diri dari pemberi layanan, serta respon terhadap konsumen.4. Empathy (Empati), kemauan pemberi layanan untuk melakukan pendekatan, memberi perlindungan, serta berusaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.5. Tangibles (Terjamah), penampilan para pegawai dan fasilitas fisik lainnya, seperti peralatan atau perlengkapan yang menunjang pelayanan.

Berdasarkan pada apa yang telah diutarakan, maka pada dasarnya kualitas pelayanan dapat meliputi beberapa aspek kemampuan yaitu sebagai berikut :1. Aspek Sumber Daya Manusia. Kemampuan sumber daya manusia terdiri dari ketrampilan, pengetahuan dan sikap. Bila ketrampilan pengetahuan dan sikap diupayakan untuk ditingkatkan menjadi lebih profesional maka hal tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan tugas, dan apabila pelaksanaan tugas dilakukan secara lebih profesional, maka akan menghasilkan kualitas pelayanan yang lebih baik.2. Aspek Sarana dan Prasarana. Apabila pengelolaan atau pemanfaatan sarana dan prasarana dilakukan secara cepat, tepat dan lengkap, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pelanggan, maka hal tersebut akan menghasilkan kualitas pelayanan yang lebih baik.3. Aspek Prosedur yang dilaksanakan. Berkaitan dengan aspek prosedur yang dilaksanakan, kualitas pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat pelanggan dapat diciptakan bila memperhatikan dan menerapkan ketepatan, kecepatan serta kemudahan prosedur, sehingga dapat meningkatkan kuaitas pelayanan untuk menjadi prima atau lebih baik dari sebelumnya.4. Aspek Jasa yang diberikan. Aspek jasa yang diberikan peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat pelanggan diharapkan dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan dalam mendapat informasi, kecepatan dan ketepatan pelayanan sehingga pelayanan prima atau pelayanan yang lebih baik dapat diwujudkan.

1.3.2 Layanan Ruang Baca

Pelayanan pustakawan yang menyenangkan akan menjadikan pengalaman baik oleh pengguna dan akan membentuk persepsi yang baik oleh pengguna sehingga di lain waktu akan memanfaatkan lagi layanan yang ada di perpustakaan. Dengan layanan yang ada diharapkan pengguna dapat memanfaatkannya dan dapat membantu memenuhi kebutuhan pengguna.Layanan ruang baca adalah layanan yang banyak dikunjungi oleh pengguna, semua pengunjung bebas memanfaatkan layanan ruang baca, baik sebagai anggota perpustakaan maupun tidak. Pada layanan ruang baca biasanya terdiri dari layanan-layanan penunjang yang dapat membantu pengguna untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika pengguna memanfaatkan layanan ruang baca, pengguna juga akan memanfaatkan fasilitas penunjang yang ada, misalnya OPAC (alat penelurusan buku), memanfaatkan koleksi, memanfaatkan toilet, mushola dan lain-lain. Layanan ruang baca yang lengkap dan nyaman akan membuat pengguna merasa senang dan berlama-lama di perpustakaan.Walaupun fasilitas dan kelengkapan gedung atau ruang memiliki prosentase yang sangat kecil dibanding dengan faktor yang lainnya, faktor ini sangat perlu mendapat perhatian serius, karena tingkat keberhasilan bangunan secara umum sangat ditentukan oleh kelengkapan ruang maupun fasilitas yang ada, begitu juga dengan ruang baca adalah tempat dimana pengunjung menghabiskan waktunya untuk aktifitas membaca (Sasmito: 2009).Menurut Hanani (2008) dalam Kurniawati (2012) menyatakan bahwa saat ini tata ruang bacaan masih belum menjadi fokus perhatian untuk dibenahi oleh pengelola perpustakaan. Padahal, suasana ruang bacaan sangat mempengaruhi terhadap kenyamanan bagi pihak pengguna perpustakaan. Ruang baca perpustakaan yang nyaman menjadi stimulus atau rangsangan bagi pengunjung perpustakaan untuk menjadikan perpustakaan sebagai pengisi waktu luang. Ruang baca ini sekaligus dapat menarik minat pengunjung untuk membaca.Ketika muncul kepuasan pelanggan, persepsi pelanggan benar atau salah, informasi atau kurang informasi adalah realitas yang penting. Ada kecenderungan untuk setiap perpustakaan untuk menjadi defensif tentang peringkatnya dengan menegaskan bahwa kita benar-benar melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada angka yang mencerminkan atau pengguna hanya tidak menyadari, sikap yang hanya menutupi kenyataan bahwa perpustakaan telah gagal dalam beberapa cara. Mungkin ada banyak alasan untuk lebih rendah dari peringkat diharapkan: tidak memberikan layanan yang diinginkan, kurangnya kualitas dalam pelayanan, kebutuhan untuk pelatihan staf, atau tidak mengkomunikasikan nilai perpustakaan kepada pelanggan dan keputusan stakeholder (Joseph R. Matthews, 2007:249) (dalam Kurniawati:2012)1.4 Sarana dan Prasarana1.4.1 SaranaIstilah sarana mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dapat dimanfaatkan. Sarana akademik mencakup perabotan dan peralatan yang diperlukan sebagai kelengkapan setiap gedung/ ruangan dalam menjalankan fungsinya untuk meningkatkan mutu dan relevansi hasil produk dan layanannya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dalam mencapai suatu maksud atau tujuan. Menurut Ibrahim Bafadal (2003: 2), sarana pendidikan adalah semua perangkatan peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Wahyuningrum (2004: 5), berpendapat bahwa sarana pendidikan adalah segala fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat meliputi barang bergerak maupun barang tidak bergerak agar tujuan pendidikan tercapai.Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas, bahwa sarana pendidikan adalah segala fasilitas bisa berupa peralatan, bahan dan perabot yang langsung dipergunakan dalam proses belajar di sekolah. Dalam konteks pendidikan, sarana dan prasarana adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengarauh terhadap tujuan pendidikan.Berdasarkan jenisnya sarana dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu: Sarana ruang baca, mencakup: (1) sarana untuk melaksanakan proses membaca misalnya meja dan kursi. Sarana sumber belajar terdiri dari buku teks, jurnal, majalah, lembar informasi, internet, CD-ROM dan citra satelit.1.4.2 PrasaranaPrasarana yaitu segala sesuatu fasilitas yang melengkapi kebutuhan sarana yang dimiliki sifat permanen atau tidak dapat dipindahkan. Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam Ruang baca misalnya : lokasi/tempat, bangunan ruang baca, uang dan sebagainya. Ibrahim Bafadal (2004: 12), mengemukakan bahwa Prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai perangkat yang menunjang keberlangsungan sebuah proses pendidikan, sedangkan definisi dari prasarana adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan sekolah. Menurut Riduone (2009), prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prasarana pendidikan adalah perangkat yang menunjang keberlangsunan proses pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Prasarana akademik dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu : Prasarana bangunan. Mencakup lahan dan bangunan gedung untuk ruang baca. Prasarana umum berupa air, sanitasi, drainase, listrik, jaringan telekomunikasi.Menurut Elang (2009) dalam Kurniawati (2012) sesuai dengan jenis dan kondisinya layanan ruang baca dapat dibagi menjadi 7 yaitu :1. Layanan ruang baca buku rujukan Buku rujukan adalah bahan perpustakaan yang sangat penting karena dari buku-buku ini berbagai pertanyaan dapat dijawab contohnya globe, peta, kamus (seperti webster international dictionary). Dalam ruangan ini, biasanya ada petugas atau pustakawan rujukan yang siap sedia memberikan bantuan. Jawaban pertanyaan rujukan tidak semuanya diperoleh dari buku, tetapi dapat juga dari pengalaman petugas perpustakaan. Lengkap tidaknya koleksi buku rujukan menunjukkan mutu layanan yang diberikan ruang baca, buku-buku rujukan tidak boleh dipinjamkan ke luar ruang baca. Ruang baca yang sudah maju dan mempunyai biaya biasanya menyediakan mesin fotocopy. Selain itu, di ruang baca buku rujukan biasanya juga disediakan meja besar untuk membaca, berbagai alat rujukan beserta alat untuk mencatat seperti potongan kertas kecil dan bolpoint.2. Layanan ruang baca berupa meja baca peroranganLayanan ini sebenarnya sekedar perluasan dari fasilitas ruang baca. Maksudnya, untuk memberikan kenyamanan bagi mereka yang menghendaki ketenangan khusus. Dengan fasilitas ini seolah pembaca memiliki ruang khusus di ruang baca yang tidak boleh diganggu orang lain. Ia juga merasa bahwa dirinya tidak mau mengganggu orang lain. Suasana nyaman dapat meningkatkan semangat belajar atau membaca di ruang baca.3. Layanan ruang baca berupa meja baca kelompokAda kelemahan dan keunggulan meja baca seperti ini. Kelemahannya ialah saling mengganggu di antara para pembaca. Keunggulannya, pertama, menghemat ruang dan fasilitas perpustakaan, karena adanya ruang baru itu, kedua karena melihat teman sebangkunya membaca, ia sendiri mungkin akan berbuat demikian dan diantara pembaca dapat saling komunikasi.4. Fasilitas untuk ruang baca yang baikRuang baca hendaknya dilengkapi berbagai fasilitas untuk menunjang kenyamanan. Pemasangan AC atau jendela yang luas, dapat memperlancar sirkulasi udara. Penerangan harus memadai. Sinar yang baik adalah sinar alami. Dianjurkan, perpustakaan memiliki pengontrol sinar pada setiap jendela, misalnya dengan krey (blind fold). Serta didukung adanya alunan instrumen musik agar siswa dapat merasa nyaman ketika berada di ruang baca.5. Perluasan dan ruang baca berupa ruang untuk diskusiRuang ini dapat digunakan oleh sekelompok pembaca yang sama untuk membahas sesuatu, buku-buku dibawa dari perpustakaan kemudian dibicarakan bersama di sana. Biasanya ini membutuhkan jadwal dan pengumuman yang tepat dari perpustakaan. Contohnya di Perpustakaan Nasional Singapura.6. Ruang baca yang berupa ruang kerja bagi pembaca Ruang ini dapat digunakan untuk pembaca remaja dan anak-anak agar mereka dapat berkarya.7. Ruang santaiRuang ini dapat digunakan oleh pembaca yang telah lelah membaca agar segar kembali. Sambil beristirahat ia dapat membaca dan menonton televisi.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Metode PenelitianPenelitian merupakan suatu penyelidikan atau investigasi yang terkelola, sistematis, berdasarkan data, kritis, objektif, dan ilmiah terhadap suatu masalah spesifik, yang dilakukan dengan tujuan menemukan jawaban atau solusi terkait (Sekaran, 2006). Terdapat berbagai macam metode dalam penelitian, diantaranya adalah metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode kualitatif. Bungin (2007) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif selain didasari oleh filsafat fenomologisme dan humanistis, juga mendasari pendekatanya pada filsafat lainya, seperti empiris, idealisme, kritisme, vitalisme, dan rasionalisme maupun humanisme.Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya?. Jadi riset kualitatif adalah berbasis pada konsep going exploring yang melibatkan indepth and caseoriented study atas sejumlah kasus atau kasus tunggal (Finlay dalam Chariri, 2009).Sementara itu menurut Lodico, Spaulding, dan Voegtle (dalam Emzir, 2010) menyatakan bahwa penelitian kulitatif, yang juga disebut penelitian interpretif atau penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam setting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pemberian suara pada perasaan dan persepsi partisipan di bawah studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan dihasilkan dari setting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah (legitimate).Sugiyono (2008), menyebutkan bahwa ada beberapa kondisi yang menyebabkan suatu penelitian lebih cocok dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Kondisi-kondisi tersebut antara lain adalah :1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang ataupun masih gelap.2. Memahami makna dibalik data yang tampak (memahami gejala sosial secara lebih mendalam).3. Untuk memahami interaksi sosial.4. Memahami perasaan orang.5. Untuk mengembangkan teori.6. Untuk memastikan kebenaran data.7. Meneliti sejarah perkembangan.Ada beberapa kondisi pada penelitian ini yang memiliki sifat yang sama dengan kondisi diatas. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini lebih cocok dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan metode penelitian kualitatif, diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh suatu cerita, pandangan langsung dari objek yang diteliti dan dari para narasumber mengenai segala sesuatu yang sudah maupun yang dapat diketahui mengenai suatu informasi tertentu.3.2 Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Ruang baca Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya. Alasannya adalah banyak tanggapan yang disampaikan mahasiswa terkait dengan ruang baca fakultas yang ruangannya sempit dan kurang lengkapnya sarana yang disediakan. Karena ruang baca merupakan tempat yang tepat untuk mengerjakan tugas, menambah pengetahuan mahasiswa selain pengetahuan yang dihasilkan dari dosen, dan melihat referensi dari penelitian, jurnal dan skripsi. Ruang baca fakultas juga dapat digunakan untuk mengerjakan tugas karena banyak buku-buku yang tersedia tanpa harus ke perpustakaan pusat Unversitas Brawijaya.

3.3 Fokus Penelitian Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ada yang disebut batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2008) Sugiyono juga berpendapat bahwa pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan fasibilitas masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor keterbatasan tenaga, dana, dan waktu. Suatu masalah dikatakan penting apabila masalah tersebut tidak dipecahkan melalui penelitian, maka akan semakin menimbulkan masalah baru. Masalah dikatakan urgent (mendesak) apabila masalah tersebut tidak segera dipecahkan melalui penelitian, maka akan semakin kehilangan kesempatan untuk mengatasi. Masalah dikatakan feasible apabila terdapat berbagai sumber daya untuk memecahkan masalah tersebut. Fokus pada penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap pelayanan yang diberikan petugas ruang baca fakultas ilmu administrasi terhadap pengunjung ruang baca fakultas ilmu administrasi serta persepsi mahasiswa terhadap sarana dan prasarana yang disediakan di ruang baca fakultas ilmu administrasi.3.4 Subjek Penelitian Spradley (dalam Sugiyono, 2008) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak meng gunakan istilah populasi, tetapi olehnya dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, atau informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2008). Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, 4 yang aktif dan sering berkunjung ke ruang baca fia dan 4 mahasiswa yang jarang berkunjung keruang baca FIA. Peneliti mengkriteriakan keaktifan minimal sekali dalam dua minggu berkunjung ke ruang baca. Dan mengkriteriakan ketidak aktifan minimal sekali dalam 2 bulan.3.5 Sumber Data Ferdinand (2006) mengatakan bahwa, data dapat dikumpulkan dari sumber-sumber primer atau sumber-sumber sekunder. Data primer merupakan data yang langsung memberikan keterangan pada peneliti yang sifatnya didapat secara langsung dari lapangan bisa berupa observasi ataupun wawancara. Dalam penelitian ini, sumber data primer didapat melalui wawancara langsung terhadap mahasiswa yang sering berkunjung ke ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya serta mahasiswa yang jarang berkunjung ke ruang baca dan observasi peneliti secara langsung ke ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi. Sedangkan data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari sumber sekunder atau sumber yang diperoleh tidak secara langsung. Dalam penelitian ini data-data sekundernya adalah berbagai dokumen, buku-buku maupun arsip yang didapatkan melalui berbagai sumber, maupun foto yang dihasilkan sendiri.3.6 Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Wawancara Sugiyono (2008) menyatakan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Secara umum wawancara digunakan untuk dapat mengetahui hal-hal secara lebih mendalam dari narasumber dalam menginterpretasikan situasi atau fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai persepsi para mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi terhadap pelayanan yang diberikan petugas kepada pengunjung ruang baca dan persepsi tentang sarana dan prasarana yang terdapat di ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.3.6.2 Observasi Bungin (2009) mendefinisikan observasi atau pengamatan sebagai suatu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainya. Dari pemahaman tersebut, selanjutnya Bungin mendefinisikan definisi metode observasi sebagai metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Dalam penelitian ini peneliti observasi secara langsung ke ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi dan mengamati keadaan sekitar.3.6.3 Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pencatatan-pencatatan atau pengutipan dari dokumen yang ada dilokasi penelitian. Penelitian ini juga berfungsi untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan, khususnya sebagai teknik pengumpulan data. Bungin (2009) menjelaskan bahwa metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumentasi memiliki keunggulan yaitu sebagai alat validasi dan penguat data, terutama data-data yang tidak bisa dijelaskan secara deskriptif maupun dengan kata-kata. Dalam penelitian ini dokumentasi yang akan disajikan adalah berupa pengambilan gambar atau foto kondisi ruang baca Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Dalam model ini ada tiga komponen analisis yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.3.7.1 Reduksi DataReduksi Data merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dan abstraksi data dari field note. Proses ini berlangsung secara terus-menerus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Artinya reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan (meski mungkin tidak disadari sepenuhnya) tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan khusus, menyusun pertanyaan penelitian dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti juga membuat coding, memusatkan tema, menentukan batasan-batasan permasalahan dan juga menulis memo. Proses ini berlangsung secara terus-menerus. Sampai laporan akhir penelitian selesai disusun. Ringkasnya reduksi data tersebut adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat dilakukan.3.7.2 Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitaif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menampilkan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.3.7.3 Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2008). Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.3.8 Keabsahan Data Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses menilai tiap individu dengan berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2008).Ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk menguji keabsahan data pada penelitian kualitatif, diantaranya adalah dengan perpanjangan keikut-sertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kajian kasus negatif, pengecekan anggota/member check, uraian rinci, dan juga auditing. Terkait dengan penelitian ini, digunakan metode pengecekan anggota/member check dalam pengujian keabsahan datanya, caranya adalah dengan:1. Memberikan kesempatan pada narasumber yang terkait dalam penelitian ini untuk melakukan penilaian interpretasi dari data yang diperoleh.2. Memberikan kesempatan pada narasumber untuk mengoreksi kekeliruan jika terjadi.3. Mengizinkan narasumber untuk memberikan tambahan informasi.4. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.Cara ini dilakukan untuk mencapai derajat valid sebuah data dalam penelitian kualitatif itu sendiri, yaitu data dianggap valid jika tidak terdapat perbedaan data antara apa yang dilaporkan oleh peneliti, dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

BAB IVPENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN4.1 Penyajian data penelitian4.1.1 Persepsi Mahasiswa terhadap pelayanan petugas ruang bacaSesuai pernyataan Fitzsimmons dalam Sedarmayanti (2004) untuk menentukan sejauhmana kualitas dari pelayanan tersebut, dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu :1. Menurut mahasiswa yang sering berkunjung ke ruang baca Sesuai tulisan di depan ruang baca yang buka jam 08.00 dan tutup jam 15.00, mereka berpendapat kadang berjalan sesuai jadwal. Namun kadang juga jam 08.30 baru buka. Juga ada jam istirahatnya jam 12.00-13.00. Untuk jam buka setelah istirahat juga seperti itu. Kadang jam 13.00 tepat. Kadang juga jam 13.15. Informan mahasiswa FIA Publik 2012 18-12-2013Reliability (Handal), yaitu kemampuan untuk memberikan secara tepat dan benar, jenis pelayanan yang telah dijanjikan kepada konsumen / pelanggan. Sebagai contoh, kalau pada leaflet tertulis jam buka adalah jam 8 maka ruang baca tersebut tidak boleh terlambat dalam membuka layanan dari jam yang telah dijanjikan tersebut. Demikian pula halnya, apabila ruang baca akan tutup, maka ruang baca tidak boleh menutup layanan sebelum jam yang dijanjikan. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Apakah menurut anda ruang baca sudah buka dan tutup sesuai dengan waktu yang tertera di pintu masuk ruang baca ? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut :

Menurut saya bukanya sudah tepat waktu, tutupnya pun jam 15.00. Namun untuk jam istirahat saya kurang setuju. Karena menggangu kenyamanan membaca. Sedangkan selesai kuliah biasanya jam 11. Mau ke ruang baca tidak mungkin membaca hanya sejam. Mungkin perlu penambahan petugas agar petugasnya ada gantinya. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2011 20-12-2013Jawaban tersebut senada dengan yang diberikan oleh informan lain yaitu :

2. hal ini yang membuat saya sedikit kecewa dengan ruang baca fakultas ilmu administrasi. Karena kurangnya bantuan dari petugas ruang baca. Tetapi saya memikirkan hal tersebut, tentu saja petugas berlaku seperti itu. Karena petugas ruang baca fakultas ilmu administrasi biasanya hanya ada satu orang. Dan tidak mungkin harus mencarikan dan menghafal letak buku yang ada satu persatu. Mungkin kurangnya layanan pencari katalog. Juga buku belum tersusun secara rapi sehingga dalam satu rak terdapat buku dari jurusan yang berbeda-beda. Hal tersebut yang membuat mahasiswa merasa kesulitan mencari bukunya. Informan mahasiswa FIA Publik 2012 18-12-2013Responsiveness (Pertanggungjawaban), kesadaran atau keinginan untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat. Responsiveness adalah memberikan layanan dengan cepat dan berusaha menyelesaikan layanan secepat mungkin. Petugas ruang baca harus berusaha agar pengguna tidak terlalu lama menunggu layanan yang dibutuhkan. Ketepatan dan kecepatan layanan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kualitas layanan. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana petugas ruang baca memberikan pelayanan kepada pengunjung? Apakah pelayanannya cepat dan dapat membantu pengunjung? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut :

Pelayanannya biasa saja. Mahasiswa hanya datang tas di letakkan di loker terus mengisi daftar hadir. Kadang ada teguran dari petugas ruang baca karena mahasiswa tidak mengisi daftar hadirnya, kadang juga tidak ada teguran dari petugas karena petugas tidak mengetahui hal tersebut. Petugas tidak membantu dalam mencarikan buku-buku. Karena itu bisa setengah jam mencari hanya untuk mencari-cari buku berkeliling dari rak paling depan ke rak belakang sendiri. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2011 20-12-2013Jawaban tersebut senada dengan yang diberikan oleh informan lain yaitu

3. Assurance (Jaminan), pengetahuan atau wawasan, kesopansantunan, kepercayaan diri dari pemberi layanan, serta respon terhadap konsumen. Assurance adalah jaminan dari ruang baca bagi para penggunanya. Pustakawan sudah selayaknya dapat dipercaya dan menunjukkan rasa hormat kepada para penggunanya dan selalu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal yang terakhir ini rasa percaya diri harus dibangun sejak pustakawan memasuki pendidikan ilmu perpustakaan. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Menurut anda, apakah petugas ruang baca sudah memiliki pengetahuan tentang ruangan tersebut? dan bagaimana sikap petugas ruang baca dalam memberikan pelayanan terhadap pengunjung? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut :

Pendapat saya seharusnya petugasnya memiliki wawasan dan pengetahuan tentang manajemen perpustakaan. Karena hal itu diperlukan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap pengunjung. Dan saya rasa petugasnya sudah memiliki wawasan dan pengetahuan tentang ruangan tersebut. karena petugas ruang baca ditugaskan untuk membantu mahasiswa yang berkunjung ke ruang baca bukan untuk diam di resepsionisnya saja. Sikapnya terhadap pengunjung baik, jika ada yang bertaya dijawab dengan ramah. Namun kurang tanggapnya dalam memberikan pelayanan masih kurang. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2012 20-12-2013

Saya menilai bahwa pengetahuan yang dimiliki petugas masih kurang. Karena letak buku-bukunya tidak tersusun rapi jadi menyulitkan petugas menghafal satu persatu letak buku-buku perjurusan. Mungkin dengan tertatanya buku dapat membuat petugas ruang baca mengetahui dan membantu mahasiswa dalam mencari bukunya. Pelayanan petugas kepada pengunjung juga masih dinilai kurang. Karena petugas hanya berdiam diri di meja resepsionis dan tidak ada pelayanan yang istimewa. Sehingga kurangnya respon terhadap kebutuhan mahasiswa. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2012 20-12-2013Hal tersebut tidak sama dengan jawaban dari informan lain sebagai berikut:

4. Empathy (Empati), kemauan pemberi layanan untuk melakukan pendekatan, memberi perlindungan, serta berusaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen. Empathy merupakan bentuk pemberian layanan secara individual bagi para penggunanya. Pustakawan sudah seharusnya mudah didekati dan dapat berbicara dengan para penggunanya dengan santun dan kemampuan pengetahuannya. Di sisi lain, pustakawan juga seharusnya menjadi pendengar yang baik dan dapat memahami kebutuhan dan keinginan para penggunanya. Pustakawan harus mampu mengubah kritik dan keluhan menjadi sesuatu yang positif. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Menurut anda, apakah petugas ruang baca sudah berusaha untuk mengetahui keinginan mahasiswa dan kebutuhan mahasiswa? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut :

Menurut saya petugasnya jika ditanya juga menjawabnya. Akan tetapi dalam menjawab biasanya memasang wajah tidak enak kepada pengunjung sehingga pengunjung tidak mau bertanya kembali. Kepekaan petugas masih kurang, karena menunggu di tanya mahasiswa baru memberikan informasi. Informan mahasiswa FIA Publik 2012 18-12-2013

Jawaban tersebut senada dengan jawaban dari informan lain yaitu :

Petugas kurang memahami kesulitan mahasiswa dalam mencari buku-buku. Jadi saya menilai bahwa petugas ruang baca masih kurang berusaha mengetahui keinganan mahasiswa dan membantunya. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2011 20-12-2013

5. Tangibles (Terjamah), penampilan para pegawai dan fasilitas fisik lainnya, seperti peralatan atau perlengkapan yang menunjang pelayanan. Tangibles lebih berupa hal-hal yang kasad mata dalam memberikan layanan kepada pengguna. Terkait dengan tangibles ini adalah fasilitas fisik untuk memberikan layanan. Salah satu bentuk tangibilitas fasilitas fisik dapat yang baik dalam pelayanan ruang baca adalah kebersihan tempat pelayanan. Dan kebersihan serta kenyamanan ini harus terlihat di mata para pengguna ruang baca. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Menurut anda, bagaimana penampilan petugas ruang baca? Dan bagaimana fasilitas diruang baca? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut :

Untuk penampilannya sudah rapi. Petugas memakai seragam seperti karyawan fakultas yang lain. Untuk fasilitas di ruang baca masih kurang memadai. Masih banyak yang perlu ditambah fasilitasnya sehingga nyaman membaca dan mengerjakan tugas di ruang baca. Untuk kebersihan, ruang baca sudah bersih dan rapi. Karena setiap pengunjung mengambil buku harus dikembalikan ketempatnya semula. Informan mahasiswa FIA Publik 2012 18-12-2013

Penampilan petugas memang sudah rapi, akan tetapi petugas masih kadang terlihat memakai sandal bukan sepatu. Padahal peraturanyang ada harus memakai sepatu seperti karyawan-kayawan yang lain. Fasilitas ruang baca sudah bagus dan cukup lengkap. Namun ada beberapa fasilitas yang harus ditambah. Kebersihan ruang baca sudah terjaga, tidak ada kotoran, debu dan tidak ada sampah. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2012 20-12-2013Hal tersebut tidak sama dengan jawaban dari informan lain sebagai berikut:

4.1.2 Persepsi Mahasiswa terhadap sarana dan prasarana ruang bacaMenurut Elang (2009) dalam Kurniawati (2012) sesuai dengan jenis dan kondisinya layanan ruang baca dapat dibagi menjadi 7 yaitu :1. Layanan ruang baca buku rujukan Buku rujukan adalah bahan perpustakaan yang sangat penting karena dari buku-buku ini berbagai pertanyaan dapat dijawab contohnya globe, peta, kamus (seperti webster international dictionary). Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Menurut anda, Apakah buku-buku di ruang baca sudah lengkap sebagai bahan referensi untuk tugas dan untuk kuliah? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut

Untuk tugas kuliah hanya beberapa saja yang ada. Carinya yang lebih lengkap di perpustakaan pusat universitas brawijaya. Kalau di sini hanya laporan penelitian, magang, skripsi, tesis dan disertasi yang banyak. Untuk referensi kuliah banyak sekali. Informan mahasiswa FIA Publik 2012 18-12-2013

Jawaban tersebut senada dengan yang diberikan oleh informan lain yaitu

Bukunya yang kurang lengkap. Hanya tertentu saja, kalau untuk mahasiswa bisnis sudah banyak, tetapi lebih banyak yang mahasiswa perpajakan. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2012 20-12-2013

2. Layanan ruang baca berupa meja baca peroranganDengan fasilitas ini seolah pembaca memiliki ruang khusus di ruang baca yang tidak boleh diganggu orang lain. Suasana nyaman dapat meningkatkan semangat belajar atau membaca di ruang baca. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana pendapat Anda terhadap meja baca perorangan di ruang baca? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut

Meja perorangan di ruang baca hanya sedikit, sehingga terlihat penuh. Untuk kegiatan membaca buku memang diperlukan meja baca perorangan yang banyak. Dengan begitu orang terasa tidak terganggu oleh orang lain saat membaca. Informan mahasiswa FIA Publik 2012 18-12-2013

Jawaban tersebut senada dengan yang diberikan oleh informan lain yaitu

Fasilitas meja perorangan perlu ditambah di ruang baca. Karena sebagian orang lebih senang dan nyaman ketika membaca dalam suasana yang sepi dengan fasilitas yang menunjang. Informan mahasiswa FIA publik 2012 18-12-2013

3. Layanan ruang baca berupa meja baca kelompokAda kelemahan dan keunggulan meja baca seperti ini. Kelemahannya ialah saling mengganggu di antara para pembaca. Keunggulannya, pertama, menghemat ruang dan fasilitas perpustakaan, karena adanya ruang baru itu, kedua karena melihat teman sebangkunya membaca, ia sendiri mungkin akan berbuat demikian dan diantara pembaca dapat saling komunikasi. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Menurut anda, Apakah efektif dengan adanya meja baca kelompok di ruang baca? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut

Menurut saya efektif, untuk diskusi antar mahasiswa biasanya meja itu juga digunakan untuk diskusi kelompok atau mengerjakan tugas. Informan mahasiswa Publik 2012 18-12-2013

Hal tersebut tidak sama dengan jawaban dari informan lain sebagai berikut:

meja itu dipergunakan untuk berdiskusi dan mahasiswa jika berdiskusi selalu menimbulkan suara gaduh. Menurut saya tidak efektif saja, karena dapat mengganggu pengunjung ruang baca yang sedang membaca. Informan mahasiswa FIA Publik 2012 18-12-2013

4. Fasilitas untuk ruang baca yang baikRuang baca hendaknya dilengkapi berbagai fasilitas untuk menunjang kenyamanan. Pemasangan AC atau jendela yang luas, dapat memperlancar sirkulasi udara. Penerangan harus memadai. Sinar yang baik adalah sinar alami. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Menurut anda, bagaimana fasiitas yang disediakan di ruang baca? Sudah cukup baik apa perlu ditambah? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut

fasilitas yang disediakan perlu ditambah, seperti fotokopi, komputer untuk mencari katalog, buku-buku dilengkapi, ruangan diperluas. Karena mahasiswa fakultas ilmu administrasi semakin banyak maka perlu penambahan sarana prasarana. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2012 18-12-2013

Jawaban tersebut senada dengan jawaban yang diberikan informan lain :

sarana dan prasarana di ruang baca perlu ditambah. Ruangnnya perlu diperluas lagi, petugasnya ditambah agar tidak ada jam istirahat sehingga menggunakan sistem shift. Loker untuk penyimpanan tas juga masih sangat minim, karena masih beberapa bulan sudah banyak yang rusak. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2012 18-12-2013

5. Perluasan dan ruang baca berupa ruang untuk diskusiRuang ini dapat digunakan oleh sekelompok pembaca yang sama untuk membahas sesuatu, buku-buku dibawa dari perpustakaan kemudian dibicarakan bersama di sana. Biasanya ini membutuhkan jadwal dan pengumuman yang tepat dari perpustakaan. Contohnya di Perpustakaan Nasional Singapura. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Menurut anda, Apakah ruang baca fakultas ilmu administrasi dapat digunakan untuk diskusi atau perlu di sediakan ruang khusus? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut

Untuk ruang diskusi, karena ruang baca fakultas merupakan alternatif pilihan mahasiswa jika malas pergi ke perpusatakaan pusat universitas brawijaya maka perlu di tambah untuk ruangan yang satu ini. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2012 18-12-2013

Hal tersebut sama dengan yang diungkapkan oleh informan lain yaitu:

ruangan diskusi perlu ditambah agar mahasiswa yang berdidkusi tidak menggangu pembaca lain. juga harus ada ruangan khusus pembaca dan ruangan khusus diskusi. Informan mahasiswa FIA Bisnis 2012 18-12-2013

6. Ruang baca yang berupa ruang kerja bagi pembaca

tidak perlu di adakan di ruang baca fakultas. Karena ruang kerja sama dengan ruang diskusi di meja kelompok. Informan mahasiswa Publik 2012 18-12-2013Ruang ini dapat digunakan untuk pembaca remaja dan anak-anak agar mereka dapat berkarya. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana pendapat Anda tentang ruang kerja bagi pembaca? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut

Hal tersebut sama dengan yang disampaikan oleh informan lain yaitu:

menurut saya dengan adanya ruang untuk pembaca dan berdiskusi saja sudah cukup. Informan mahasiswa Bisnis 2011 18-12-2013

7. Ruang santaiRuang ini dapat digunakan oleh pembaca yang telah lelah membaca agar segar kembali. Sambil beristirahat ia dapat membaca dan menonton televisi. Terhadap hal tersebut, peneliti membuat pertanyaan sebagai berikut: Menurut anda, Apakah perlu disediakan ruang santai di ruang baca ilmu admnistrasi? Dengan jawaban dari informan sebagai berikut

ruang ini disatu sisi penting untuk menghapus kejenuhan bagi para pembaca. Namun bagi pembaca lain dapat mengganggu pembaca lain. Informan mahasiswa FIA Publik 2012 18-12-2013

Hal tersebut berbeda dengan yang disampaikan informan lain yaitu :

Ruangan santai perlu di sediakan. Namun perbaikan fasilitas yang lebih perlu di sediakan. Karena bagaimanapun ruang baca fakultas tempat bagi mahasiswa fia untuk mengerjakan tugas dan mencari referensi yang lain daripada jauh ke perpustakaan pusat. Informan mahasiswa FIA Publik 2012 20-12-2013

4.1.3 Hasil Observasi Hasil dari observasi ke ruang baca fakultas ilmu administrasi. Beberapa temuan yang dihasilkan dalam observasi sama seperti jawaban dari informan yang telah diwawancarai penulis. Pengunjung di wajibkan absen. Hal ini kurang efektif, karena mahasiswa ada yang menuliskan nama lengkapnya ada juga menuliskan nama panggilannya saja. Lebih efektif jika adanya barcode scanner seperti diperpustakaan pusat universitas brawijaya.

Pengunjung menulis absenSeperti kurangnya kepedulian petugas terhadap pengunjung. Kurangnya penyediaan fasilitas berupa fotokopi. Karena ruang baca yang sudah maju memiliki pelayanan berupa fotokopi. Penyediaan sumber daya manusia sebagai pengelola juga kurang. Karena hanya ada satu petugas ruang baca. Jika ada penambahan petugas jauh lebih baik pelayanan yang dapat di berikan kepada pengunjung ruang baca. Karena tidak ada jam istirahat dan mahasiswa mudah bertanya. Luas ruang baca juga masih minimal sekali. Kurang luasnya ruang baca membuat mahasiswa yang ingin ke ruang baca harus menunggu sampai tidak penuh lagi. Kurangnya meja dan kursi juga terjadi diruang baca FIA, sehingga banyak mahasiswa yang memiliki duduk di lantai untuk mengerjakan tugasnya.

Meja baca perkelompokMeja baca perorangan

Beberapa koleksi buku yang kurang lengkap juga perlu disediakan. Karena semakin lengkap buku yang disediakan semakin bagus kualitas dan prestasi mahasiswa. Jam pelayanan pun dimulai jam 08.00 sampai jam 12.00. Istirahat dana kemudian buka kembali jam 13.00. Namun setelah istirahat pembukaan ruang baca kembali jam 13.30. Padahal di jadwal tertulis jam 13.00. Kurang ketepatan petugas membuka ruang baca inilah yang menjadi masalah. Akan lebih bagus jika ruang baca disediakan ruangan-ruangan khusus. Seperti ruang membaca, ruangan diskusi, dan ruangan untuk pembacaan skripsi, jurnal, thesis, dan disertasi. Dengan begitu memudahkan petugas untuk melayani pengunjung dan diperlukan komputer untuk pencarian katalog sehingga mahasiswa tidak berkeliling hanya untuk mencari satu buku. Dan pemberian fasilitas loker untuk peletakan tas bagi para pengunjung sudah baik.

4.2 Pembahasan

Berkaitan dengan apa yang dikemukakan pada penyajian data bahwa pelayanan yang diberikan petugas kepada pengunjung ruang baca sangat baik dan ramah. Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti kedisiplinan kepada petugas perlu ditingkatkan. Jika didepan ruang baca tertulis buka jam 08.00-15.00, maka dalam implementasiannya juga harus sama. Ruang baca buka pukul 08.00-12.00 setelah itu istirahat, kemudian buka kembali pukul 13.00-15.00. Waktu yang pendek tersebut disayangkan oleh beberapa mahasiswa. Karena selesai kegiatan kuliah jam 11.00 sementara untuk istirahat ruang baca pukul 12.00. Maka mahasiswa hanya mempunyai kesempatan membaca di ruang baca sebanyak satu jam saja. Dengan adnya jam istirahat juga dinilai kurang efisien, karena mahasiswa harus memotong membacanya kemudian kembali lagi satu jam. Untuk hal itu, ada beberapa masukan dari informan, yaitu petugas ruang baca ditambah dan di buat sistem kerja shift. Agar bertugasnya bergantian, perlu juga ada penambahan jam operasionalnya. Misal dari jam 08.00-17.00. Mungkin dengan adanya penambahan jam operasional ada peningkatan prestasi mahasiswa karena mahasiswa dapat leluasa membaca di ruang baca fakultas. Petugas ruang baca harus berusaha agar pengguna tidak terlalu lama menunggu layanan yang dibutuhkan. Ketepatan dan kecepatan layanan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kualitas layanan. Pelayanan yang seperti ini tidak didapatkan mahasiswa diruang baca FIA. Mahasiswa harus mencari-cari buku dari rak pertama sampai rak paling belakang untuk menemukan buku yang dia cari. Mahasiswapun maklum dengan pelayanan yang seperti itu, kurangnya jumlah petugas yang berada di ruang baca FIA penyebabnya. Jika petugasnya cuma satu mana bisa membantu setiap pengunjung menemukan bukunya. Pendapat dari mahasiswa lain juga sama, lebih sering petugasnya hanya duduk di tempat resepsionis sehingga kurang mengetahui keadaan ruang baca disekitarnya. Assurance adalah jaminan dari ruang baca bagi para penggunanya. Pustakawan sudah selayaknya dapat dipercaya dan menunjukkan rasa hormat kepada para penggunanya dan selalu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal yang terakhir ini rasa percaya diri harus dibangun sejak pustakawan memasuki pendidikan ilmu perpustakaan. Petugas ruang baca FIA juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan selalu sopan terhadap pengunjung yang dilayaninya. Jika ada pertanyaan atau butuh bantuan petugas siap melayani dan membantunya. Menanggapi pertanyaan bagi para pengunjung juga harus sabar, tidak boleh memakai emosi atau nada tinggi. Karena hal itu dapat menyebabkan tidak kepuasan penggunan ruang baca terhadap pelayanan yang diberikan kepada pengunjung. Empathy merupakan bentuk pemberian layanan secara individual bagi para penggunanya. Pustakawan sudah seharusnya mudah didekati dan dapat berbicara dengan para penggunanya dengan santun dan kemampuan pengetahuannya. Di sisi lain, pustakawan juga seharusnya menjadi pendengar yang baik dan dapat memahami kebutuhan dan keinginan para penggunanya. Pustakawan harus mampu mengubah kritik dan keluhan menjadi sesuatu yang positif. Petugas ruang baca FIA sudah mempunyai sopan santun dalam melayani, mempunyai keramahan dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung. Petugas ruang baca FIA masih belum peka terhadap pengunjung ruang baca. Diperjelas dengan tidak ada bantuan dari petugas untuk mencarikan buku dan memberikan pengarahan-pengarahan. Rasa kurang peduli tersebut seharusnya dihilangkan. Untuk meningkatkan dan mempermudah permasalahan pencarian buku-buku terhadap pengunjung ruang baca. Dan petugas hanya memberikan informasi jika para pengunjung memberikan pertanyaan kepada petugas. Dengan demikian kepekaan petugas masih kurang dan kesopan santunan dalam memberikan pelayanan sudah baik.Terkait dengan tangibles adalah fasilitas fisik untuk memberikan layanan. Salah satu bentuk tangibilitas fasilitas fisik dapat yang baik dalam pelayanan ruang baca adalah kebersihan tempat pelayanan. Dan kebersihan serta kenyamanan ini harus terlihat di mata para pengguna ruang baca. Kebersihan dan keamanan diruang baca sudah bagus. Sudah ada fasilitas yang menunjang kenyaman pembaca. Seperti meja dan kursi, loker tempat tas, buku-buku, AC. Namun hanya kurang banyak fasilitas seperti kurangnya meja dan kursi sehingga kadang banyak mahasiswa yang duduk dibawah.Dapat disimpulkan bahwa petugas ruang baca sudah berlaku baik dan sopan. Namun masih ada yang harus di tingkatkan yaitu kedisiplinan petugas dalam jam operasional. Harus tepat waktu dan selalu berpenampilan rapi selayaknya karyawan-karyawan yang lain. Keramahan petugas dapat meningkatkan kualitas pelayanan, karena jika peugas ramah maka pengunjung akan semakin senang bertanya dan nyaman berada di ruang baca. Kepekaan terhadap pengguna ruang baca juga masih kurang. Contohnya jika ada pengunjung yang tidak absen tidak mengetahuinya. Dan petugas tidak mencoba membantu mengarahkan letak buku yang dicari mahasiswa. Maka perlu adanya penambahan petugas agar dapat meningkatkan pelayanan. Petugas untuk penjaga tempat absen, agar semua mahasiswa yang berkunjung dapat terdata secara lengkap. Petugas untuk melayani dan mengarahkan tempat buku yang dicari. Dan perlunya merapikan buku-buku sesuai dengan jurusan atau program studinya. Hal ini dapat mempermudah pencarian buku di ruang baca.Sarana dan prasarana yang terdapat diruang baca, berdasarkan hasil wawancara dengan informan dipenyajian data diatas dapat diketahui bahwa sarana yang disediakan sudah menunjang dan cukup lengkap. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu ditambah dan diperluas. Yang paling penting adalah bangunan ruang baca perlu diperluas dan meja kursi perlu ditambah. Jika ruang baca FIA besar, luas dan nyaman maka hal ini dapat menarik minat baca mahasiswa. Karena ruangan tersebut dapat menampung mahasiswa yang banyak sehingga tidak ada mahasiswa yang duduk-duduk di lantai karena tidak mendapat tempat duduk.Buku-buku juga perlu ditambah dan diperbanyak. Kurang lengkapnya buku juga dapat mengurangi minat mahasiswa untuk datang keruang baca. Juga pencarian katalog online diperlukan. Agar mahasiswa tidak mencari dari rak depan sampai rak belakang hnya untuk mencari buku yang di inginkan. Ruang diskusi dan ruang membaca juga perlu disediakan dalam ruang baca. Karena ruang baca di FIA bukan difungsikan untuk membaca referensi saja. Namun digunakan juga untuk mengerjakan tugas. Untuk tidak mengganggu pembaca yang lain dalam berdiskusi maka perlu disediakan ruangan terkhusus bagi pendiskusi dan suara yang ditimbulkan untuk tidak gaduh. Fasilitas fotokopi juga diperlukan karena buku-buku yang diruang baca tidak boleh di pinjam dan dibawa pulang. Hal ini diperlukan karena buku-buku untuk FIA di perpustakaan pusat masih kurang lengkap seperti di ruang baca. Di ruang baca karena letaknya difakultas maka banyak buku-buku yang sejalan dan cocok untuk jurusan di fakultas. Berbeda dengan di perpustakaan pusat yang koleksi buku untuk FIA masih kurang. Loker yang disediakan di ruang baca sudah baik. Namun masih ada kekurangannya, kurang banyaknya loker yang disediakan untuk meletakkan tas dan meskipun ada kunci kadang loker tidak dapat dikunci. Hal ini dapat membuat tidak aman barang-barang pengunjung ditas. Untuk meja perorangan yang sangat mendukung untuk digunakan diruang baca juga masih sedikit. Meja tersebut juga sering penuh. Pengunjung kadang memanfaatkan meja ini untuk pengerjaan tugas di laptop dengan menggunakan layanan wifi yang disediakan diruang baca FIA. Dapat disimpulkan bahwa penambahan sejumlah fasilitas ruang baca perlu dilakukan untuk lebih mendukung dan menarik peminat para mahasiwa untuk membaca dan mengerjakan tugas diruang baca. Perluasan ruangan juga perlu dilakukan karena semakin bertambahnya mahasiwa di FIA menyebabkan tidak semua mahasiswa jarang menikmati layanan diruang baca dan jarang berkunjung ke ruang baca FIA. Namun semua fasilitas yang telah disediakan harus dipelihara agar tetap awet dan bertahan lama. Dan fasilitas tersebut dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat berguna walaupun masih ada fasilitas yang kurang disediakan. Penyusunan buku-buku, thesis dan skripsi harus diperbaiki sesuai dengan jurusan dan prodi agar dapat mempermudah dalam pencariannya. Banyak juga skripsi yang terletak di gudang ditempatkan di suatu kardus. Hal ini perlu diperhatikan, dan perlu ada penambahan rak buku. Agar dapat menampung beberapa skripsi dan thesis yang digudang. Karena skripsi merupakan karya sesorang yang harus dihargai, dengan skripsi mahasiswa lain dapat membaca dan mencontoh formatnya. Agar skripsi yang dihasilkan angkatan mahasiswa selanjutnya dapat lagi berkualitas dan lebih baik.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan berikut ini :1. Persepsi mahasiswa FIA terhadap pelayanan yang diberikan petugas terhadap pengunjung ruang baca FIA adalah sebagai berikut:a. Pelayanan yang sudah dinilai baik adalah pelayanan yang menurut wawancara dengan 8 responden mayoritasnya menganggap pelayanan tersebut sudah baik. Diantaranya adalah keramahan petugas terhadap pengunjung ruang baca. Kesiapan petugas untuk membantu jika ada pengunjung yang memerlukan bantuan dan pertanyaan.b. Sedangkan pelayanan yang perlu ditingkatkan menurut wawancara dengan 8 responden adalah kemampuan petugas pelayanan dan ketepatan jadwal pelayanan.2. Persepsi mahasiswa FIA terhadap sarana dan prasarana diruang baca FIA adalah sebagai berikut :a. Sarana dan prasarana yang disediakan sudah banyak dan bagus. Perlu adanya pemeliharaan dari sarana yang ada. Sarana yang ada juga cukup menunjang pembaca merasa aman dan nyaman ketika membaca dan mengerjakan tugasnya. b. Saran dan prasarana yang perlu ditambahkan dan disediakan di ruang baca FIA. Seperti misalnya katalog online untuk mempermudah pencarian buku-buku yang diperlukan. Fotokopi karena buku tidak bisa dipinjam dan tidak dapat dibawa pulang. Penambahan petugas ruang baca guna meningkatakan pelayanan di ruang baca FIA. Dan perluasan ruang baca agar dapat menampung lebih banyak lagi mahasiswa yang dapat membaca referensi dan buku-buku yang disediakan.

5.2 SaranDemi meningkatkan minat membaca para mahasiswa FIA agar dapat meningkatkan prestasi mahasiswa juga maka diperlukan pembenahan dan peningkatan kualitas ruang baca FIA sebagai berikut:a. Ketepatan waktu petugas untuk beroperasiKetepatan waktu pelayanan ini dimisalkan jika di depan ruang baca tertera jam operasional jam 08.00-15.00 maka para petugas juga harus tepat waktu dalam membuka ruang baca. Kedisiplinan tersebut perlu ditingkatkan.b. Kesiapan petugas dalam memberikan bantuan kepada pengunjung yang kesulitan. Dan memberikan bantuan tersebut harus dengan ramah. Dan kemampuan petugas ruang baca dalam hal pemberian pengetahuan tentang letak buku-buku, prosedur yang berlaku diruang baca dan kepedulian petugas perlu ditingkatkan. Penegasan kepada mahasiswa yang tidak absen sudah baik dilakukan, namun penegurannya juga jangan sampai membuat mahasiswa malas berkunjung keruang baca. Harus tetap sopan dan ramah.c. Perlunya penambahan sarana dan perluasan ruang baca. Perlunya penambahan meja kursi karena banyak pengunjung yang duduk dilantai karena kekurangan meja dan kursi. Kurangnya koleksi buku-buku perjurusan. Dan kurang tertata rapinya buku-buku perjurusan. Satu rak ada yang buku administrasi publik ada juga buku administrasi bisnis. Hal ini semakin menambah kesulita pengunjung untuk mencari buku. Maka perlunya katalog online, agar pencarian buku-buku mudah dilakukan. Penyediaan ruangan khusus untuk pembaca dan ruangan khusus untuk pendiskusi juga perlu dilakukan. Agar pendiskusi tidak menggangu pembaca dengan suara gaduhnya. Penambahan sarana dan prasarana memang perlu dilakukan. Namun ada yang lebih perlu dilakukan yaitu pemeliharaan dan pemanfaatan saran dan prasarana. Agar dapat bertahan lama dan dapat mendukung kegiatan belajar diruang baca.

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Amelia, Ita Rizki.2011.Tanggapan (Bayangan). (Online), (http://itarizki. blogspot.com/2011/04/tanggapan-bayangan.html), diakses 13 Desember 2013Bafadal, Ibrahim. (2003). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Bumi Aksara._______________. (2004). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. cet 2. Jakarta: Bumi Aksara.Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, ekonomi, kebijakan publik dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana _____________. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.Chariri, Anis. 2009.Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif. Paper disajikan pada Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Laboratorium Pengembangan Akuntansi (LPA), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 31 Juli 1 Agustus 2009.Eddy dkk.2005.Kualitas Pelayanan Publik dalam Pengurusan Surat Izin Pendirian Bangunan (SIMB) di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara,1 (1) :22. (Online) (http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/15374/1/stp-okt2005-%20(3).pdf) diakses 17 Desember 2013Elang. 2009. Layanan Ruang Baca. (Online), (http://my.opera.com/ elangteratai/blog/ layanan-ruang-baca) diakses 17 Desember 2013Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.2012.Fasilitas Ruang Baca.(Online), (http://fia.ub.ac.id/fasilitas/ruang-baca), diakses 10 Desember 2013Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas DiponegoroHanani, S. 2008. Membangun Minat Baca Murid Melalui Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Berbasis Masyarakat sebagai Salah Satu Usaha untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan.(Online),(http://puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_poster_session_pdf/Silfia_Hanani_ MembangunMinatBaca.pdf.html), diakses 13 Desember 2013Kotler, Phlip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT. Macanan Jaya CermerlangKurniawati,N.S.2012. Pemanfaatan Layanan Ruang Baca Perpustakaan Di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Mojokerto. (Online) (http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ARTIKEL_EJOURNAL_SKRIPSI_LAYANAN_RUANG_BACA.pdf), diakses pada tanggal 13 Desember 2013Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : Graha IlmuRakhmat, Jalaludin.2005.Psikologi Komunikasi, edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Riduone. (2009). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam. (Online), (http://riduone_co_nr_htm), diakses 22 Desember 2013.Sasmito, Eko. 2009.Tanggapan Pengguna Terhadap Desain Interior Ruang Baca Umum Perpustakaan Daerah Kabupaten Bantul Yogyakarta (Skripsi). Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.(Online), (http://digilib.uin-suka.ac.id/3381/) diakses 22 Desember 2013Sedarmayanti. 2004. Good Governance. Bandung : PT. Mandar Maju Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian Untuk Bisnis 1. (4th Ed). Jakarta: Salemba EmpatSugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung AlfabetaSuwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung SetoTjiptono, Fandy. 2006. Manajemen Pelayanan Jasa. Yogyakarta : Penerbit AndiToha, Miftah. 1996 . Perilaku Organisasi. Jakarta : Rajawali PressWahyuningrum. (2000). Buku Ajar Manajemen Fasilitas Pendidikan. Yogyakarta : FIP UNY.Walgito, Bimo.1992. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.

1