laporan penelitian
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN
RANDY ( 4060810 )WINDA ( 4060810 )
TIFFANY DWI YANTI( 406081034 )
Hubungan Antara Keterpaparan Asap Rokok Dengan Frekuensi Terkena ISPA Pada Pasien Usia 18–55 Tahun di
Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan I Kecamatan Kembangan Jakarta Barat
Periode 13 September 2010 – 20 September 2010
• Tingginya angka kejadian ISPA di wilayah Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan I ( Menduduki urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas kelurahan Meruya Selatan I )
• Sebagian besar penderita ISPA terpapar asap rokok ( perokok pasif maupun perokok aktif )
• Adakah hubungan antara keterpaparan asap rokok ( perokok pasif dan perokok aktif ) dengan frekuensi terkena ISPA
MASALAH
• Diturunkannya angka kejadian ISPA pada pasien pria dan wanita usia 18-55 tahun di wilayah kerja Puskemas Meruya Selatan I.
TUJUAN PENELITIAN
• Desain : cross- sectional
• Populasi : Pasien yang berusia 18-55 tahun yang datang berobat ke balai pengobatan umum Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan 1 selama periode penelitian
• Kriteria inklusi : Pasien pria dan wanita penderita ISPA yang berusia 18-55 tahun yang berkunjung ke balai pengobatan umum Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan 1 selama masa penelitian dan bersedia di wawancarai dengan kuesioner yang telah dibuat.
METODE PENELITIAN
• Yang digunakan sebagai sampel adalah semua pasien pria dan wanita penderita ISPA, yang berusia 18-55 tahun yang berkunjung ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan I pada tanggal 13 September 2010 sampai dengan 20 September 2010, dan bersedia di wawancarai dengan kuesioner yang telah dibuat.
• Jumlah Sampel minimum 5• Sampel yang didapat 67• Cara Pengambilan sampel consecutive non
random sampling.
SAMPLE
Karakteristi
k Jumlah (%) Mean ± SD
Median
(min,max)
Perokok
Aktif 36 (53,7%)
Pasif 31 (46,3%)
Frekuensi ISPA 2,25 ± 0.612 2 (1, 3)
Umur 33.9 ± 9.037 33 (18, 54)
Jenis Kelamin
Laki-laki 35 (52,2%)
Perempuan 32 (47,8%)
Hasil univariat
Frekuensi ISPA
median (min, max)
p value
Aktif 2 (1, 3) 0,22
Pasif 2 (1, 3) 0,22
BIVARIAT
KETERBATASAN• Bias seleksi
Bias seleksi tidak bisa disingkirkan karena pengambilan sampel dengan cara consecutive non random sampling, dimana tiap subyek dalam populasi terjangkau tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel penelitian.
• Bias observasiTidak ada bias observasi karena semua responden mendapat perlakuan yang sama dan tidak didiagnosa dengan pemeriksaan serologi
• Bias confoundingTerdapat bias confounding dari faktor genetik yang tidak diteliti pada penelitian ini.
• Bias Responden Tidak terdapat bias responden karena semua responden tidak mengetahui hubungan antaa keterpaparan terhadap asap rokok dengan frekuensi terkena ISPA.
PEMBAHASAN
• TEMUANDari analisis bivariat didapatkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada frekuensi terkena ISPA antara perokok pasif dan perokok aktif (p-value > 0,05)
• KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan :Terbukti bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada frekuensi terkena ISPA antara perokok aktif dan perokok pasif di Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan I (p- value > 0,05).
TEMUAN DAN KESIMPULAN