laporan pendahuluan praktikum neuromuskular.pdf
DESCRIPTION
Laporan pendahuluan pengkajian neuromuskular menjelaskan tentang teori dan step-step melakukan pengkajian tersebut.TRANSCRIPT
Laporan Pendahuluan Praktikum
Pemeriksaan Fisik Neuromuskuloskeletal
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaaan fisik neuromuskuloskeletal dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi sesuai prosedur yang benar
II. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal
2. Mengetahui tujuan pelaksanaan pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal
3. Mengetahui anatomi daerah yang menjadi target pemeriksaan fisik
neuromuskuloskeletal
4. Mengetahui komponen dasar lain yang harus dimiliki dalam melakukan tindakan
pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal
5. Mengetahui indikasi, kontraindikasi dan komplikasi dari tindakan
6. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan
7. Mengetahui aspek keamanan dan keselamatan yang diperhatikan selama tindakan
8. Mengetahui prosedur pemeriksaan fisik dengan tepat
III. Pendahuluan
Pemeriksaan fisik meruapakan salah satu cara dalam tahap pengkajian
keperawatan untuk mengumpulkan data objektif secara sistematis dalam rangka
mengambil keputusan tentang status kesehatan klien dalam proses rangkaian asuhan
keperawatan. Terdapat empat macam teknik utama dalam pemeriksaan fisik meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.Pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara
menyeluruh atau terfokus. Pemeriksaan fisik menyeluruh adalah pemeriksaan fisik yang
dilakukan untuk seluruh bagian dan atau sistem tubuh. Terdapat dua pendekatan dasar
untuk melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, yaitu pendekatan dari kepala
hingga ke kaki (head to toe method) dan pendekatan sistem. Pada pemeriksaan fisik
terfokus, perawat melakukan pemeriksaan fisik hanya pada bagian atau sistem tubuh
tertentu sesuai dengan kebutuhan klien. Laporan ini akan membahas mengenai
pemeriksaan fisik terfokus pada sistem neuromuskuloskeletal.
IV. Isi
1. Pengertian Pemeriksaan Fisik Neuromuskuloskeletal
Pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal merupakan serangkaian pemeriksaan dalam
tahap pengkajian keperawatan fokus untuk mengumpulkan data objektif secara sistematis
dalam rangka mengambil keputusan tentang status kesehatan klien berhubungan dengan
sistem neurologi dan musculoskeletal. Dalam pemeriksaan neuromuskuloskeletal terdapat
dua sistem tubuh yang dikaji yaitu sistem neurologi (persarafan) dan sistem
musculoskeletal (otot dan tulang) klien.
Pemeriksaan neurologi adalah suatu proses yang membutuhkan ketelitian dan
pengalman, yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi yang spesifik. Otak dan
medulla spinalis tidak dapat dilihat, dipalpasi, diperkusi dan diauskultasi secara langsung
seperti sistem lain pada tubuh. Pemeriksaan fisik neurologi dibagi menjadi lima
komponen: fungsi serebral, saraf-saraf cranial, sistem sensorik, sistem motorik, dan
status reflek (Brunner & Suddarth, 2001). Banyak fungsi neurologik dikaji selama
pengkajin riwayat dan pengkajian fisik rutin. Salah satunya adalah mempelajari banyak
tentang pola bicara, status mental, gaya berjalan, cara berdiri, kekuatan motorik dan
koordinasinya. Aktivitas yang sederhana yang dapat memberikan informasi banyak bagi
orang yang melakukan pengkajian adalah pada saat berjabat tangan dengan klien/pasien.
Pemeriksaan fisik musculoskeletal berkisar dari pengkajian dasar kemampuan
fungsional sampai maneuver pemeriksaan fisik yang canggih yang dapat menegakkan
diagnosis kelainan khusus tulang, otot dan sendi. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan
untuk mengevaluasi intregitas tulang, postur, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan,
dan kemampuan pasien melakukan aktivitas sehari-hari. Pengkajian musculoskeletal
biasanya terintregrasi dengan pemeriksaan rutin. Sistem ini berhubungan erat dengan
sistem saraf dan kardiovaskular, sehingga pengkajian tiga sistem tersebut sering
dilakukan secara bersamaan. Dasar pengkajiannya adalah perbandingan simetrisitas
bagian tubuh.
2. Tujuan Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Neuromuskuloskeletal
a. Memperoleh data dasar tentang sistem neurologi dan sistem muskuloskeletas
b. Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan sistem neurologi dan
musculoskeletal dengan membandingkan keadaan patologis dengan normal fungsi sistem
tersebut baik yang bersifat aktuial maupun potensial
c. Mampu memberikan gambaran mengenai rancangan intervensi pada klien dengan
gangguan sistem neuromuskuloskeletal
d. Mengevaluasi perkembanagn klien dengan masalah keperawatan sistem
neuromuskuloskeletal
3. Anatomi Daerah Target Pemeriksaan Fisik Neuromuskuloskeletal
a. Anatomi daerah target pemeriksaan fisik sistem neurologi
Pemeriksaan neurologis terdiri dari
Status mental
Tingkat kesadaran Fungsi saraf kranial
Fungsi motorik Refleks Koordinasi dan gaya berjalan, dan aktivitas tubuh lainnya
Sistem Saraf Pusat (SSP)
Otak (serebri)
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh 3 selaput otak yang disebut meningen (duramater, arachnoid, dan piamater) dan berada di dalam rongga tengkorak. Bagian-bagian otak: Hemisferium serebri Kedua hemisferium serebri, yang membentuk bagian otak yang terbesar, dipisahkan oleh fisura longitudinalisserebri yang dalam. Permukaan hemisferium serebri terdapat alur-alur atau parit-parit yang dikenal sebagai fissura dan sulcus. Bagian otak yang terletak di antara alur-alur ini dinamakan konvolusi atau gyrus. Fissura lateralis serebri (fissura Sylvii) memisahkan lobus temporalis dari lobus frontalis. Bagian-bagian serebri yang utama:
a. Lobus Frontalis : Di sini terletak pusat pengatur gerakan di bawah sadar dari otot-otot rangka pada sisi tubuh berlawanan, dan impuls saraf berjalan sepanjang akson sel saraf dalam traktus (jaras) kortikobulbaris dan kortikospinalis menuju nuklei nervus serebrospinalis. Lesi iritatif pada daerah tersebut dapat menyebabkan kejang, yang dimulai dengan kejang fokal dan kemudian meluas meliputi kelompok otot besar, gangguan kesadaran dan kelemahan atau paralisis konvulsi. Lesi destruktif pada daerah tersebut akan menghasilkan paresis kontralateral pada otot yang sesuai.
b. Lobus Parietalis : Pada girus post sentralis terletak korteks proyeksi sensorik primer untuk penerimaan sensasi umum yang berasal dari radiatio thalamika dan membawa sensibilitas dari kulit, otot, sendi serta tendo pada sisi tubuh berlawanan.
c. Lobus Occipitalis : Pada lobus ini terletak korteks reseptif visual (penglihatan) d. Lobus Temporalis : Pada gyrus temporalis transversus terletak pusat penerimaan
rangsang pendengaran e. Insula : Insula ini terbenam di dalam fissura lateralis serebri dan dapat diperlihatkan
dengan memisahkan tepi fissura sebelah atas bawah. f. Rhinencephalon : Mencakup bagian-bagian yang berhubungan dengan persepsi
olfaktorius (penciuman/ penghidu)
Diensifalon Bagian ini mencakup thalamus dengan korpus genikulatum, epitalamus, subthalamus dan hipotalamus. Thalamus merupakan struktur penentu bagi persepsi bebrapa tipe sensasi. Hipotalamus yang terletak di sebelah ventral thalamus dan membentuk lantai serta dinding inferior lateral dari ventrikel III. Kerusakan pada regio hipotalamus dapat menghasilkan berbagai macam gejala termasuk Diabetes Insipidus, Obesitas, Distrofi sexual, Somnolen, Kehilangan nafsu sex dan kehilangan pengendalian temperatur.
Mesenfalon Merupakan bagian otak yang pendek dan terletak diantara pons dan hemisferium serebri. di sisi terletak nukleus saraf kranialis okulomotorius (n.III) dan troklearis (n.IV) yang berperan dalam gerakan bola mata. Pons Terletak di sebelah ventral serebelum dan anterior medula. Pada pons ini terletak inti dari saraf kranialis trigeminus (n.V), abdusens (n.VI), fasialis (n.VII), dan vestibularis-koklearis (n.VIII). Lesi di daerah batang otak dapat menyebabkan gejala yang dapat dihubungkan dengan terlibatnya lintasan motorik dan sensorik yang melewati lesi tersebut, terutama dengan terlibatnya nuklei saraf kranialis yang berada dalam daerah lesi. Medula Oblongata Merupakan bagian batang otak yang berbentuk pyramid diantara medula spinalis dan pons. Pada medula oblongata terletak nukleus saraf kranialis glossofaringeus (n.IX), vagus (n.X), assesorius (n.XI), dan hipoglossus (n.XII) Serebellum Terletak pada fossa posterior tengkorak di belakang pons dan medulla, dipisahkan dengan serebrum yang berada dibagian superior oleh perluasan duramater yaitu tentorium serebeli. Fungsi serebelum ini antara lain mempertahankan posisi tubuh mengendalikan otot-otot antigravitasi dari tubuh, dan mengerem pada gerakan di bawah kemauan, terutama gerakan yang memerlukan pengawasan dan penghentian serta gerakan halus dari tangan.
Mengenai fokus target pemeriksaan sistem saraf, terdapat beberapa anatomi meliputi:
1)Saraf Olfaktorius (N.I)
Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius.
Sistem ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal,
fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis.
Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran
mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di
bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan
berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama.
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai
korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu
makan dan induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan
muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang
menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle
dan stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin
berkaitan ke serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.
2)Saraf Optikus (N. II)
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-
serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung
dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum.
Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga
serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum
dan sebaliknya.
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina)
menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang.
Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di
kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius.
Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di
dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut
yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir
di korteks visual lobus oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut
untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus
temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-
serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan
sebaliknya.
3)Saraf Okulomotorius (N. III)
Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea
periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus
otonom). Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis,
superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior. Nukleus
otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-
otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.
4)Saraf Troklearis (N. IV)
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan substansia
grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan
satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf troklearis
mempersarafi otot oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan
abduksi dalam derajat kecil.
5)Saraf Trigeminus (N. V)
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan
serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot
temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama
yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup
daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula,
dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis
auditorius serta bagian membran timpani.
6)Saraf Abdusen (N. VI)
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah
dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens
mempersarafi otot rektus lateralis.
7)Saraf Fasialis (N. VII)
Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik
berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum
pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik
yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke
lateral ke dalam kanalis akustikus interna. Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi
otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital,
otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot
platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
8)Saraf Vestibulokoklearis (N. VIII)
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen
yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen
yang mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ
corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke
korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.
Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan
bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini
kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan
serebelum.
9)Saraf Glosofaringeus (N. IX)
Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada
waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai
dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah
melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna
ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah
dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
10)Saraf Vagus (N. X)
Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare
dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah foramen jugularis,
saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls
dari dinding usus, jantung dan paru-paru.
11)Saraf Asesorius (N. XI)
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial adalah
akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus.
Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan
bagian atas otot trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke
samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
12)Saraf Hipoglosus (N. XII)
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis
tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus.
Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu
otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.
b. Anatomi daerah target pemeriksaan fisik sistem musculoskeletal
1) Sistem skelet
Terdapat 206 tulang dalam tubuh manusia yang tervagi dalam 4 kategori: tulang
panjang (femur), tulang pendek (tulang tarsalia), tulang pipih (sternum), tulang tak teratur
(vertebrae). Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang
bekerja padanya. Tulang tersusun oleh jaringan kanselus (trabekular dan spongius) dan
kortikal (kompak). Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri dari tiga jenis dasar-osteoblas, ostosit, dan osteoklas.
2) Sistem persendian
Tulang-tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau
artikulasiyang memungkinkan berbagai macam gerakan. Terdapat tiga macam sendi yaitu
sinartrosis (tak dpat digerakan_sendi pd tulang tengkorak), amfiartosis (gerakan
terbatas_sendi pada simfisis pubis), dan diartosis (digerakkan secara bebas).
3) Sistem otot skelet
Otot skelet (otot lurik) berperan dalam gerakan tubuh, postur dan fungsi produksi
panas. Otot dihubungkan oleh tendon (tali jaringan ikat fibrus) atau aponeurosis
(lembaran jaringan ikat fibrus yang lebar dan pipih) ke tulang, jaringan ikat atau kulit.
Kontraksi otot menyebabkan dua titik perlekatan mendekat satusama lain. Otot tubuh
terbentuk oleh kelompok sel otot yang parallel (fasikuli) yang terbungkus dalam jaringan
fibrus dinamakan epimisium atau fasia.
4. Komponen Dasar Lain Yang Harus dimiliki dalam Melakukan Pemeriksaan Fisik
Neuromuskuloskeletal
a. Ketrampilan Komunikasi terapeutik : membina hubungan saling percaya antara perawat-
klien sehingga dapat diperoleh kerjasama antar keduanya selama pemeriksaan fisik
(tindakan) berlangsung
b. Distraksi : membantu mengurangi rasa trauma, rasa sakit atau ketidaknyamanan akibat
prosedur tindakan pemeriksaaan, serta mampu mengurangi kecemasan pada klien dengan
trauma alat medis
5. Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi Tindakan Pemeriksaan Fisik
Neuromuskuloskeletal
a. Indikasi
-Gangguan sistem persarafan (neurologis, misal sindrom otak organic, kerusakan saraf
perifer, hipoalgesia/hiperalgesia)
-Gangguan sistem musculoskeletal (misal, immmobilisasi, klien dengan terapi RPS/masa
pemulihan gerak)
b. Kontraindikasi
-Cidera spinal
-Fraktur
-Luka operasi
6. Alat dan Bahan yang digunakan dalam tindakan Pemeriksaan Fisik
Neuromuskuloskeletal
a. Stetoskop
b. Sfigmomanometer
c. Termometer
d. Gartpu tala
e. Snellen chart
f. Pen Light (senter kecil)
g. Lidi, kapas dan peniti
h. Reflek hammer
i. Meteran
j. Otoskop dan optalmoskop
k. Materi bacaan
l. Vial berisi zat aroma (misal vanilla, kopi)
m. Vial berisi gula atau garam
n. Spatel lidah
o. Dua tabung uji berisi air dingin dan panas
7. Aspek Keamanan dan Keselamatan yang diperhatikan dalam Tindakan
Pemeriksaan Fisik Neuromuskuloskeletal
a. Penjelasan mengenai prosedur tindakan sebelum pemeriksaan fisik
(neuromuskuloskeletal) dimulai dengan tujuan mengurangi kecemasan klien, klien
mampu bekerjasama dengan baik selama pemeriksaan berlangsung
b. Mempertahankan privacy klien dengan menutup tirai dan hanya membuka bagian yang
akan diperiksa
c. Selama pemeriksaan fisik (terutama prosedur yang menggunakan alat) sebisa mungkin
tidak mencidrai klien, perelatan kesehatan diletakkan pada tempat yang sesuai dan
digunakan seperlunya
d. Setting lingkungan rawat mendukung pasien untuk meminimalisisr terjadinya cidera
(jatuh,dsb), termasuk ruang pemeriksaan dalam keadaan cukup cahaya serta suhu ruang
nyaman untuk pasien dan perawat
e. Terkait proses pemeriksaan, menanyakan tingkat kesakitan klien (respon terhadap
tindakan pada waktu itu) terutama pada prosedur palpasi dan perkusi yang membutuhkan
tindakan tekanan dan ketukan
f. Memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan keselamatan klien (misal pada pasien
dengan gangguan mobilisasi dengan diagnose medis paralisis yang diharuskan untuk
memakai alat bantu ketika ingin bermobilisasi, maka perawat perlu untuk memberikan
penegtahuan terkait dengan penggunaan alat bantu jalan)
g. Perubahan posisi (terutama pada klien bedrest) enjadi tanggung jawab perawat selama
masa perawatan untuk mencegah terjadinya cidera seperti dekubitus
8. ProsedurPpemeriksaan Fisik Neuromuskuloskeletal dengan Tepat
Pengkajian Hasil Normal Org Dewasa Keterangan/Variasi pada Usia Lanjut Fungsi Serebral Evaluasi penampilan umum dan perilaku pasien Nilai status mental dalam hubungannya dengan orang, tempat dan waktu Kaji kemampuan kognitif meliputi memori saat ini, memori masa lalu dan alasan abstrak
Individu berpakaian Sesuai dengan musim dan kesempatan; perilaku benar untuk situasi tertentu Berorientasi pada orang, tempat dan waktu Mampu mengingat kejadian saat ini; mengingat kejadian masa lalu tanpa kesulitan; data diyakinkan oleh
Pada sindrom otak organic dan gangguan psikiatrik, individu dapat berpakaian tidak sesuai dengan jenis kelamin, peristiwa, atau ,musim Waspadai terhadap respon tidak tepat, keadaan mental, dan perubahan pada tingkat kesadaran (letargi, stupor, atau koma) Waspadai kehilangan memori dan konfabulasi sehubungan dengan sindrom otak organic
Evaluasi stabilitas emosi meliputi afek dan mood, proses piker dan ekspresi ide Perhatikan ketrampilan komunikasi pasien, baik ekspresif dan represif
keluarga Pikiran terorganisir baik; bentuk ekspresi tepat selama bicara Bicara lancar dan berartikulasi; mampu menyampaikan pikiran dengan jelas
Perhatikan ide terbang, mood berubah-ubah, kesulitan dalam mengekspresikan ide, ilusi, halusinasi atau delusi Observasi terhadap afasia, agnosia, apraksia, disatria, disfemia, atau disprosodi (ditambah pemeliharaan)
Saraf Kranial Saraf cranial 1: Olfaktori Tutup satu lubang hidung, minta pasien mencium bau yang dikenal Saraf cranial II: Optik Lapang pandangan dapat dikaji dengan menutup satu mata, melihat kedepan, dan mengidentifikasi pada saat jari pemeriksa didekatkan dalam jarak penglihatan perifer pasien Ketajaman penglihatan dikaji dengan menggunakan kartu snelen atau kartu rosenbaum (untuk pandangan dekat) Saraf cranial III: Okumulator Saraf cranial IV: Saraf troklear Saraf cranial VI: Saraf abdusen Pengukan saraf cranial III, IV, VI dilakukan dengan makna dibawah ini: a. Enam batas pokok dari
pandangan b. Ukuran dan bentuk pupil c. Respon pupil langsung d. Akomodasi e. Pembukaan kelopak mata
Untuk mengkaji fungsi batang otak pasien koma, dua tes dapat digunakan: a. Reflek okulovestibular(tes
Mampu menentukan bau pada masing-masing lubang hidung Penglihatan lapang pandang penuh Penglihatan 20/20 Mampu untuk bergerak mengikuti enam batas pokok pandangan; pupil dilatasi untuk melihat jauh dari kontriksi untuk melihat dekat; mempunyai respon langsung dan umum Fungsi batang otak utuh bila
Trauma, flu atau alergi; dapat mempengaruhi hasil Lesi pada kiasma optic dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan lapang pandang Ini adalah pengukuran kasar ketajaman penglihatan; bila abnormal, perlu pemeriksaan lebih lanjut Peningkatan tekanan intracranial adalah penyebab umum kehilangan fungsi; penurunan kelopak mata terlihat pada sindrom Horner’s dan miastenia grafis Reflek tidak akan ada padalesi batang otak, mengidentifikasi prognosis buruk
kalori dingin) setelah meyakinkan bahwa membrane timpani utuh, irigasi air dingin di injeksikan ke dalam saluran telinga
b. Reflek okulosefalik (reflek mata “boneka”) dengan cepat menggerkan kepala dari samping ke samping
Sarag=f krenial V: saraf trigeminal Sensori: Dengan mata tertutup, sentuh dahi, rahang dan pipi secara bilateral dengan kasa atau kwas kapas, selang penguji berisi air hangat dan dingin, dan sebuah peniti yang tajam Tes reflek kornea dengan menyentuh kornea dengan kapas atau kasa Motor: Dengan gigi pasien mencengkeram, palpasi otot masseter dan otot temporal Saraf kraniak VII: Saraf fasial Sensori: Pada bagian anterior lidah, letakkan gula, cuka, garam dan quinine pada waktu yang bersamaan Motor: Evaluasi kekuatan dan simetri dari otot fasial dengan meminta pasien menaikkan alis mata, mengerutkan dahi, menggembungkan pipi, tersenyum, menutup mata dengan rapat dan memperlihatkan gigi
deviasi mata kesisi yang diirigasi Mata harus bergerak kearah yang tepat Sensasi sama pada seluruh area wajah Kedipan bilateral diharapkan Tonus otot tubuh Mampu membedakan manis, asam, asin dan pahit Gerakan lembut dan simetri secara bilateral
Bila reflek tak ada, mata tak akan bergerak Lihat asimetri pada sensasi Lensa kontak akan mengurangi reflek ini Perhatikan atrofi dan penurunan tonus otot Bell’s palcy adalah disfungsi paling umum pada saraf fasial Perhatikan spasme, tremor, dan asimetri Bila ada riwayat vertigo, gangguan
Saraf cranial VIII: Saraf akustik Kaji pendengaran dengan menggerakan detik jam pada jarak tertentu pada masing-masing telinga; suara bisikan juga dapat digunakan Tes Weber’s: menggunakan garpu tala, getarkan dan tempatkan dengan ringan pada puncak kepala Tes Rinne’s: Menggunakan garpu tala, getarkan garpu tala dan tempatkan pada mastoideus, jika tidak dapat mendengar, tempatkan didepan telinga Saraf cranial IX: Saraf Glosofaring Saraf Kranial X: Saraf vagus Dengan mulut terbuka minta pasien mengatakan”ah” Tes selanjutnya adalah reflek muntah dan menelan Saraf cranial XI: Saraf asesori spinal Palpasi otot trapezius; minta pasien meninggikan bahu melawan tahanan Evaluasi otot sternokleidomasteoid dengan meminta pasien memutar kepala melawan tahanan pemeriksa Saraf cranial XII: Saraf Hipoglosal Dengan pasien menjulurkan lidah, inspeksi terhadap atrofi, fasikulasi, dan posisi; evaluasi kekuatan dengan menekan dagu sementara lidah pasien ditekan melawan dagu dalam
Mampu untuk mendengar jam atau bisikan pada jarak yang kurang lebih sama dari tiap telinga Bunyi diterima dengan sama pada kedua telinga Konduksi udara lebih besar dari konduksi tulang (Rinne positif) Uvula dan palatum kecil akan meningkat Reflek gag terangsang; koordinasi menelan halus Ukuran dengan kekuatan otot trapezius secara bilateral sama dengan gerakan kedepan Memutar kepala dengan tahanan Tonjolan pada lidah tengah; tidak ada faskulasi atau atrofi; otot bilateral kuat
keseimbangan, atau mual dan muntah, cabang vestibular mungkin disfungsi; pengkajian lanjut diperlukan Gangguan saraf koklear menyebabkan penurunan pendengaran Kehilangan pendengaran konduktif diduga pad hasil tes Rinne’s negative Cedera pada batang otak atau trauma dapat menyebabkan disfungsi Trokikolis adalah kondisi dimana kepala ditinggikan ke satu sisi karena kontraksi otot sternokleidomasteoid Kerusakan saraf perifer unilateral terlihat pada deviasi sisi yang sakit
Fungsi Serebral Tes untuk diadokokinase (tes pronasi-supinasi) Pasien diminta untuk segera mengganti posisi tangan dengan meletakkan pergelangan pada posisi telengkup dan kemudian posisi terlentang vertical Tes jari ke hidung Pasien diminta menyentuh ujung hidung dengan cepat menggunakan ujung jari telunjuk masing-masing tangan, pada waktu yang bersamaan; ini dilakukan dengan mata terbuka dan kemudian tertutup Tes tumit-lutut Pada posisi terlentang, pasien diminta untuk meluruskan tekukan kaki dilutut hingga tumit tegak pada tiap kaki Tes Romberg’s Dengan kaki bersamaan, pasien menutup matanya dan berdiri selama 5 detik
Gerakan halus dan dilakukan tanpa kesulitan Gerakan halus: posisi baik saat mata tertutup Gerakan halus Mampu mempertahankan posisi hanya dengan sedikit goyangan
Hasil abnormal berupa gerakan tak terkoordinasi dan pasien menjadi kekacauan mental Bila disfungsi, tremor akan nampak dan ada ketidak akuratan posisi saat mata tertutup Disfungsi dilihat bisa gerakan menyentak atau disertai dengan tremor (gemetar) Padahasil tes Romberg’s positif, keseimbangan hilang pada saat mata tertutup
Fungsi Motorik Evaluasi gaya jalan pasien Kaji otot-otot mengenai:tonus, ukuran, kekuatan, dan gerak involunter Jika pasien tidak sadar, kaji postur yang tak normal
Berjalan tanpa bantuan; mempertahankan postur tegak; gerakan halus ekstrimitas; meskipun pada penurunan berat badan Massa otot konsisten dengan bangun tubuh; kekuatan setara secara bilateral
Perhatikan sudut penyokong dan koordinasi gerakan; pada pengkajian neurologi, kondisi keterbatasan sendi atau otot harus termasuk didalamnya Gerakan involunter dievaluasi sesuai dengan laju distribusi dan bila ada peningkatan atau penurunan gerakan Postur mungkin fleksi abnormal (dekortikasi), ekstensi abnormal (deserebrasi), atau hemiplegia
Sistem Sensori Sistem sensori dievaluasi secara bilateral dengan kedua mata
tertutup Nyeri Menggunakan sebuah peniti, kulit ditusuk, pemilihan ketajaman peniti pada sisi yang tumpul Suhu Tes 2 tabung yang diisi, satu dengan air panas dan satu dengan air dingin, kemudian keduanya ditempatkan dalam waktu yang bersamaan dipermukaan kulit Sentuhan Menggunakan kasa dan sentuh kulit dengan ringan Vibrasi Gerakan garpu tala; tempatkan pangkalnya pada berbagai tonjolan tulang Posisi Dengan menutup mata gerakan jari tangan, ibu jari kaki dan ekstrimitas dalam berbagai arah dan minta pasien untuk mengatakan posisinya Reflek kremasterik (untuk pasien pria) Tekan pada bagian dalam paha Reflek plentar Tekan pada bagian lateral telapak kaki dengan sebuah benda tajam
Mampu membedakan antara tajam dan tumpul Mampu membedakan antara panas dan dingin Mmapu menerima sensasi Mmampu menerima getaran Mampu mengidentifikasi berbagai perubahan arah Fleksi telapak kaki
Hipoalgesia adalah penurunan sensasi; hiperalgesia adalah peningkatan sensasi; analgesia adalah tidak adanya sensasi Siringomielia menyebabkan kehilangan diskriminasi suhu Perhatikan derajat variasi persepsi Untuk mengetest respon yang dapat dipercaya, hentikan garpu tala sebelum menyentuh pasien Respon positif Babinsk’I adalah dorsofleksi ibu jari kaki dengan kibasan semua ibu jari
Reflek Tendon Dalam Evaluasi reflek tendon dengan menggunakan skala derajat: 0:Tidak ada 1+:Menurun 2+:Normal
2+Reflek simetri tendon dalam
Lesi sistem pyramidal menyebabkan hiperaktif reflek tendon dalam; kecuali syok spinal, diaman reflek ini tidak ada
3+:Meningkat 4+:Hiperaktif, klonus Fungsi Kortikal Diskriminasi dua titik Secara stimulant tusuk bagian tubuh dengan dua peniti untuk melihat apakah pasien dapat membedakan antara satu tusukan dengan dua tusukan Lokasi titik Sentuh bagian tubuh dengan kwas kayu Steriognosis Benda-benda yang dikenal diletakkan pada tangan pasien Grafestesia Sebuah huruf atau angka digambarkan pada bagian tubuh
Mampu membedakan anatara satu tusukan dengan dua tusukan peniti Mampu menamakan bagian tubuh yang disentuh dengan kwas Mengidentifikasi obyek yang dikenal Mengidentifikasi gambaran
Steriognosis adalah ketidakmampuan untuk membedakan obyek (contoh koin dan kunci)
Reflek Reflek superficial Reflek kornea: Kornea disentuh dengan kwas kapas Reflek gag (faringeal): faring dirangsang dengan kwas kapas atau penekan lidah Reflek uvular: kwas kapas digunakan untuk merangsang uvula Reflek abdominal: Abdomen ditekan pada tiap posisi dengan kwas kapas atau kayu
Mata berkedip bila disentuh dengan kapas Reflek gag akan terangsang Uvula meningkat karena rangsangan Umblikus bergerak pada arah rangsangan
Disfungsi pada reflek dapat mengidentifikasi keabnormalan dini pada alur kortikospinal, sel tanduk anterior,atau proyeksi aksonalnya, atau komponen aferen sensori otot Penekanan reflek superficial biasanya melibatkan lesi sistem pyramidal Dapat menurun pada usia lanjut
Reflek anal: Rangsang kulit pada sisi anus Reflek bisep Reflek trisep Reflek brakioradialis Reflek kuadrisep (patella) Reflek achiles
Arus kontraksi bila ada rangsangan reflek Fleksi siku Ekstensi siku Fleksi siku dengan lengan atas supinasi Ekstensi pada fleksi lutut Fleksi platar telapak kaki
Dapat menurun pada usia lanjut
V. Daftar Pustaka
Asih, I.D.(2010). Modul Praktikum KDM1 Pemeriksaan Fisik. Depok: FIK UI.
Bare, B.G. and Smeltzer, S.C. (2001). Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Lippicott.
Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2007). Fundamental of nursing: Human health and function.
Fifth edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Mayers, M. dan Tabolt, L.A. (1997). Pengkajian Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and
Practie. Sixth edition. St.Louis: Mosby Year Book.
Sumarwati, M., et al. (2006). Buku Praktikum PKKDM I dan II. Editor:Hanny Handayani.
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.