laporan pendahuluan personal hygiene

118
Laporan Pendahuluan Personal Hygiene . Konsep Dasar Penyakit I. Definisi/Pengertian Higiene personal berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Tujuan perawatan personal Hygiene adalah : a. Meningkatkan derajat kesehatan orang b. Memelihara kebersihan diri seseorang c. Memperbaiki personal Hygiene yang kurang. d. Pencegahan penyakit. e. Meningkatkan percaya diri seseorang. f. Menciptakan keindahan. Dampak yang muncul pada masalah personal hygiene : 1. Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Ganggua fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak psikologis masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

Upload: linda-jhe

Post on 26-Jan-2016

399 views

Category:

Documents


44 download

DESCRIPTION

nbhbmbmn

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

. Konsep Dasar Penyakit

I.                   Definisi/Pengertian

Higiene personal berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene

berarti sehat. Higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara

kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis.

Tujuan perawatan personal Hygiene adalah :

a.       Meningkatkan derajat kesehatan orang

b.      Memelihara kebersihan diri seseorang

c.       Memperbaiki personal Hygiene yang kurang.

d.      Pencegahan penyakit.

e.       Meningkatkan percaya diri seseorang.

f.       Menciptakan keindahan.

Dampak yang muncul pada masalah personal hygiene :

1.      Dampak fisik

banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan

perorangan dengan baik. Ganggua fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

2.      Dampak psikologis

masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa

nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan

interaksi sosial.

II.                Epidemiologi/insiden kasus

Defisit hygiene personal dapat terjadi pada setiap orang mulai dari lahir sampai mati (dari lahir-

70 tahun) karena ketidakmampuan melakukan aktivitas sendiri, kurangnya pengetahuan dan

banyak faktor lain yang mempengaruhi.

III.             Penyebab/etiologi

1.      Karena Sakit,sehingga tidak mampu melakukan sendiri

Page 2: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

2.      Kurangnya Pengetahuan dan Informasi

3.      Keterbatasan Biaya

4.      Lingkungan yang Tidak Mendukung

5.      Tidak ada nya Fasilitas yang memadai

IV.             Faktor predisposisi

Menurut Tarwoto Wartonah faktor-faktor yang mempengaruhi personal Hygiene adalah :

1.      Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena

adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2.      Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri sehingga kemungkinan akan terjadi

perubahan pola personal hygiene.

3.      Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat

mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4.      Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan

kesehatan. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus, ia harus selalu menjaga kebersihan

kakinya.

5.      Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6.      Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7.      Kondisi Fisik

Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk

melakukannya.

Menurut Wahit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns. Nurul Chayatin, S.Kep dalam buku KDM

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi personal Hygiene adalah :

1.      Budaya

Page 3: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa saat individu sakit ia tidak

boleh dimandikan karena dapat memperparah penyakitnya.

2.      Status sosial-ekonomi

Untuk melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.

Itu semua membutuhkan biaya. Dengan kata lain, sumber keuangan individu akan berpengaruh

pada kemampuannya mempertahankan personal hygiene yang baik.

3.      Agama

Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam melaksanakan kebiasaan sehari-hari.

Agama Islam miasalnya, umat Islam selalu diperintah untuk menjaga kebersihan karena

kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini tentu akan mendorong individu untuk mengingat

pentingnya kebersihan diri bagi kelangsunganhidup.

4.      Tingkat pengetahuan atau perkembangan individu

Kedewasaan seseorang mempengaruhi pada kualitas diri seseorang tersebut, salah satunya adalah

pengetahuan yang baik. Pengetahuan itu penting dalam meningkatkan status individu. Sebagai

contoh, agar terhindar dari penyakit kulit, kita harus mandi dengan bersih setiap hari.

5.      Status kesehatan

Kondisi sakit ataucedera akan menghambat kemampuan individu dalam melakukan perawatan

diri. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap tingkat kesehatan individu. Individu akan semakin

lemah yang pada akhirnya akan jatuh sakit.

6.      Kebiasaan

Ini ada kaitanya dengan kebiasaan individu dalam menggunakan produk-produk tertentu dalam

melakukan perawatan diri misalnya menggunakan shower, sabun padat, sabun cair, shampo, dll.

(Taylor, 1989)

7.      Cacat jasmani atau mental bawaan

Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan individu untuk melakukan

perawatan diri secara mandiri.

V.                Patofisiologi

 sakit 

Fasilitas 

Kurangpengetahuan 

ekonomi 

lingkungan 

Page 4: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Keb.

Harga diri 

Gangguaninteraksi sosial

Page 5: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

 

Gangguanintegritas kulit 

Page 6: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

 

VI.             Klasifikasi

Menurut KDM Tarwoto Wartonah, macam-macam personal hygiene yaitu :

1.      Perawatan kulit kepala dan rambut.

2.      Perawatan mata.

3.      Perawatan hidung.

4.      Perawatan telinga.

5.      Perawatan kuku kaki dan tangan.

6.      Perawatan genetalia.

7.      Perawatan kulit seluruh tubuh.

8.      Perawatan tubuh secara keseluruhan.

Sedangkan menurut KDM Wahit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns. Nurul Chayatin, S.Kep, sama

dengan macam personal hygiene menurut KDM Tarwoto Wartonah hanya saja ditambah dengan

perawatan gigi dan mulut.

VII.          Gejala klinis

Tanda-tanda :

1. Fisik

1. Badan bau, pakaian kotor

2. Rambut dan kulit kotor

3. Kuku panjang dan kotor

4. Gigi kotor, mulut bau

5. Penampilan tidak rapi

Gangguan membranmukosa

 

Gangguan rasanyaman

 

Infeksi padamata&telinga

 

Aktualisasi diri 

Gangguan fisikpada kuku

 

Keb. Dicintaimencintai

 

Page 7: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

2. Psikologis

1. Malas, tidak ada inisiatif

2. Menarik diri, isolasi

3. Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina

3. Sosial

1. Interaksi kurang

2. Kegiatan kurang

3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan, buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/ sikat gigi, tidak dapat berpakaian sendiri.

VIII.       Pemeriksaan fisik

a.       Rambut

Amati kondisi rambut :

Keadaan kesuburan rambut

Keadaan rambut yang mudah rontok

Keadaan rambut yang kusam

Keadaan tekstur

b.      Kepala

Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala.

Botak/alopesia

Ketombe

Berkutu

Adakah eritema

Kebersihan

c.       Mata

Amati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada kelopak mata, kemerahan atau

gatal-gatal pada mata.

d.      Hidung

Page 8: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-tanda pilek, tanda-tanda

alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana membran mukosa.

e.       Mulut

Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda

radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.

f.       Gigi

Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap atau gigi palsu.

g.      Telinga

Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau perubahan daya

pendengaran.

h.      Kulit

Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan kebersihannya. Perhatikan adanya warna

kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.

i.        Kuku tangan dan kaki

Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan atau luka.

j.        Genetalia

Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan pola pertumbuhan

rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.

k.      Tubuh secara umum

Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum. Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau

bentuk tubuh.

IX.             Pemeriksaan diagnostik/Penunjang

X.                Prognosis

Rentan terhadap penyakit karena kuman-kuman menumpuk dibadan yang merupakan sumber

penyakit.

Kurang percaya diri akibat timbulnya bau badan yang menyengat dari metabolisme kuman.

XI.             Therapy/tindakan penanganan

Tindakan yang dapat dilakukan keluarga/perawat bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien

1. Bina hubungan saling percaya

Page 9: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

2. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri

3. Kuatkan kemampuan klien untuk merawat diri

2. Membimbing dan mendorong klien merawat diri

1. Bantu klien merawat diri

2. Ajarkan ketrampilan secara bertahap

3. Buat kegiatan harian setiap hari

4. Ingatkan setiap kegiatan

5. Beri pujian serta kegiatan yang positif

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

1. Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (misal : sabun, odol, baju, dll)

2. Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi klien

4. Sikap keluarga

1. Sabar dan selalu siap membantu

2. Menerima dan memuji setiap upaya klien saat merawat diri

3. Tidak mencela atau menghina

5. Membantu klien untuk melakukan perawatan diri

6. Memberikan health education agar klien tahu dan sadar bahwa kebersihan diri penting dijaga.

XII.          Penatalaksanaan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan

Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana yang dimiliki, serta

faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene personal individu, baik faktor pendukung maupun

faktor penghambat.

b. Pemeriksaan fisik

a.       Rambut

Page 10: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Amati kondisi rambut :

Keadaan kesuburan rambut

Keadaan rambut yang mudah rontok

Keadaan rambut yang kusam

Keadaan tekstur

b.      Kepala

Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala.

Botak/alopesia

Ketombe

Berkutu

Adakah eritema

Kebersihan

c.       Mata

Amati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada kelopak mata, kemerahan atau

gatal-gatal pada mata.

d.      Hidung

Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-tanda pilek, tanda-tanda

alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana membran mukosa.

e.       Mulut

Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda

radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.

f.       Gigi

Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap atau gigi palsu.

g.      Telinga

Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau perubahan daya

pendengaran.

h.      Kulit

Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan kebersihannya. Perhatikan adanya warna

kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.

i.        Kuku tangan dan kaki

Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan atau luka.

Page 11: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

j.        Genetalia

Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan pola pertumbuhan

rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.

k.      Tubuh secara umum

Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum. Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau

bentuk tubuh.

II. Diagnosa keperawatan yang muncul

Menurut nanda 2003, diagnosis keperawatan umum untuk klien dengan masalah perawatan

hygiene adalah Defisit Perawatan Diri. Lebih lanjut diagnosa tersebut terbagi menjadi empat

(kozier, 2004), yaitu :

  Defisit perawatan diri : makan

  Defisit perawatan diri : mandi/hygiene

  Defisit perawatan diri : berpakaian/berhias

  Defisit perawatan diri : eliminasi

III. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi

Rencana asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan hygiene personal harus meliputi

beberapa pertimbangan, yaitu hal-hal yang disukai klien, kesehatan klien serta keterbatasan yang

dimilikinya. Selain itu perawat perlu mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memberikan

asuhan keperawatan serta fasilitas dan tenaga yang tersedia. Berikut merupakan contoh rencana

tindakan dan rasionalisasi dengan diagnosis Defisit Perawatan Diri mandi/hygiene.

Diagnosis : Defisit Perawatan Diri mandi/hygiene

Yang berhubungan dengan :

Kurangnya koordinasi, sekunder akibat (sebutkan)

Kelemahan otot sekunder akibat (sebutkan)

Paralisis sebagian atau total, sekunder akibat (sebutkan)

Keadaan koma

Gangguan fisual, sekunder akibat (sebutkan)

Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstrimitas

Peralatan eksternal

Kelelahan dan nyeri pasca oprasi

Page 12: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Defisit kognitif

Nyeri

Kriteria hasil :

Individu akan melakukan aktivitas mandi pada tingkatan yang optimal sesuai dengan harapan

atau mengungkapkan kepuasan atas keberhasilan yang dicapai meski dengan keterbatasan yang

dimiliki.

Indikator :

         Mengungkapkan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan tubuh

         Mendemonstrasikan kemampuan menggunakan peralatan adaptif

         Menjelaskan faktor penyebab untuk defisit kemampuan mandi

Intervensi umum

  Kaji faktor penyebab defisit personal hygiene

  Beri kesempatan klien untuk beradaptasi kembali dengan aktivitas perawatan diri

  Lakukan intervesi umum untuk klien dengan ketidakmampuan untuk mandi

         Jaga agar kondisi lingkungan sederhana dan tidak berantakan.

         Jaga suhu kamar mandi tetap hangat, cari tahu suhu air yang disukai individu.

         Berikan privasi selama mandi.

         Observasi kondisi kulit selama mandi.

         Letakan seluruh peralatan mandi di tempat yang mudah dijangkau.

         Untuk klien dengan gangguan pengelihatan, letakan seluruh peralatan di dalam lapang pandang

klien atau pada tempat yang paling sesuai untuk klien.

         Berikan pengaman di kamar mandi (keset, pegangan)

         Jika klien mampu secara fisik , anjurkan ia untuk menggunkan bak mandi atau shower ,

tergantung apa yang digunakan di rumah ( klien harus berlatih di rumah sakit untuk persiapan

pulang ke rumah).

         Berikan peralatan adaktif sesuai kebutuhan (misal spons dengan tangkai yang panjang, balok

pegangan di dinding kamar mandi, semprotan shower yang dapat di pegang ).

         Untuk klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa kaki atau puntung guna melihat

integritas kulit. Mandikan bagian puntung 2 kali sehari dan yakinkan bagian tersebut kering

sebelum dibungkus atau dipasangkan prostesis.

Page 13: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

         Berikan obat pereda nyeri yang bisa mempengaruhi kemampuan untuk mandi sendiri.

  Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai indikasi.

Rasional :

Ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri menimbulkan perasaan ketergantungan

dan konsep diri yang rendah. Dengan meningkatnya kemampuan merawat diri, harga diri akan

meningkat ( Maherebal, 1998).

IV. Evaluasi

Dx 1 : kotor berkurang dan terkontrol

Dx 2 : pasien mampu melakukan kegiatan/aktivitas fisik

walaupun masih dibantu

Page 14: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Laporan Pendahuluan ASKEP Dengue High Fever (DHF) atau ASKEP Demam berdarah Dengue (DBD)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.  Konsep Medis

1.    Definisi

a.    Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus. (Soedarmo

Sumarno, 2005).

b.    Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies

Aedes. (Hasan Rusepno, 2007).

c.    Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang

termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A. Aziz

Alimul, 2008).

2.    Etiologi

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus

tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam

grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

(Nursalam Susilaningrum, 2005).

Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di

Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:

a.    Aedes Aegypti

1)   Paling sering ditemukan

Page 15: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

2)   Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam

rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.

3)   Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.

4)   Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.

5)   Jarak terbang 100 meter

b.    Aedes Albopictus

1)   Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti

pohon pisang, pandan kaleng bekas.

2)   Menggigit pada waktu siang hari

3)   Jarak terbang 50 meter.

(Rampengan T H, 2007)

3.    Klasifikasi

Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,

trombositopenia, dan hemokosentrasi.

Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain

Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.

Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai dengan

Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

4.    Manifestasi klinis

a.    Demam tinggi selam 5-7 hari

b.    Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma.

c.    Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.

d.   Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi

Page 16: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

e.    Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati

f.     Sakit kepala

g.    Pembengkakan sekitar mata

h.    Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening

i.      Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi

cepat dan lemah). (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

5.    Patofisiologi

a.    Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan kemudian

akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan

mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida

berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

b.    Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab terjadinya

perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

c.    Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya

volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi

secara akut.

d.   Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding

pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak

diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani,

2006).

Patoflow Demam berdarah Dengue DBD atau Patoflow Dengue High Fever DHF

Page 17: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

 

1.    Diagnostik test

a.    Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia

(100.000/mm3 atau kurang)

b.    Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)

c.    Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

2.    Komplikasi

a.    Ensefalopati dengue

b.    Kelainan ginjal

Page 18: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

c.    Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).

3.    Pengobatan dan Pencegahan

a.    Pengobatan

Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada derajat I hingga

derajat IV.

Derajat I dan II

1)   Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak

dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu

secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :

a)    100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg

b)   75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg

c)    60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg

d)   50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg

2)   Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder

3)   Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.

4)   Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.

Derajat III

1)   Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila ada

perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan

jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.

2)   Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat

diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg

Page 19: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang

cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana

perhitungan selanjutnya.

3)   Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80

mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang

maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas

Derajat IV

1)   Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila keadaan

tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.

2)   Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu

untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak

20 ml/kgBB/jam selam 1 jam,

3)   Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,

4)   Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulangi

maksimun 30 ml/kgBB/24jam.

5)   Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka konsultasikan

kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A

Aziz Alimul, 2008).

b.    Pencegahan

1)   Ada 3 cara pemberantasan vector

a)    Fogging focus

Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging hanya

dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul memenuhi kriteria

Page 20: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

b)   Abatisasi

Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat umum.

c)    Tanpa inteksida

Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:

-       Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat penampungan

air bersih.

-       Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.

-       Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas, lainnya yang

dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.

2)   Penyuluhan (Health Education)

Perawat dapat melakukan penyuluhan atau Health Education tentang cara pencegahan vektor

efektif. Penyuluhan dapat dilakukan pada orang tua murid di sekolah-sekolah, di posyandu, yaitu

di dalam rumah hendaknya selalu terang, tidak menggantungkan pakaian yang bekas dipakai

terutama di kamar tidur karena nyamuk akan senang hinggap pada pakaian yang bekas dipakai

yang sudah bau keringat. BAK kamar mandi atau jambangan bunga yang ada di dalam bunga

agar sering dibersihkan dan diganti airnya setiap 2 hari sekali membenahi atau menata halaman

supaya tidak ada tempat yang terisi air, seperti pecahan botol, tempurung kelapa, kaleng bekas

atau benda-benda yang dapat menampung air. Dedaunan kering yang sudah menumpuk

hendaknya disapu bersih. Selain itu juga air tidak tertampung, mengelola sampah sesuai situasi

dan kondisi setempat, apakah dibakar atau diangkat oleh mobil sampah untuk dibuang ke TPA

sehingga nyamuk tidak berkembang biak. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).

Page 21: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

4.         Prognosis

Bila tidak terjadi renjatan dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan menjadi baik kalau

lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan, kemungkinan sembuh kecil dan prognosis

menjadi buruk. (Rampengan T.H, 2007).

A.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.

Asuhan keperawawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama

dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan Asuhan keperawatan sesuai lingkup

wewenang dan tanggung jawabnya. (kusnanto, 2004).

Tahap–tahap proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi keperawatan. Kelima langkah tersebut dapat dijadikan pedoman

dalam mencapai tujuan keperawatan yaitu : meningkatkan, mempertahankan kesehatan, atau

membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada pasien terminal, serta memungkinkan

pasien pasien atau keluarga dapat dapat mengatur kesehatan sendiri menjadi lebih baik. (Tarwoto

wartonah, 2006).

1.    Pengkajian Keperawatan

Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi

yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data secara sistematis; kedua,

memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, ketiga mendokumentasikan dalam format yang

dapat dibuka kembali. (Tarwoto wartonah, 2006)

Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut Nursalam

2005 adalah :

Page 22: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

a.    Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan

pekerjaan orang tua.

b.    Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke Rumah

Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c.    Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam kesadaran

komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.

Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare

atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata

terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau

hematemesis.

d.   Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami

serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.

e.    Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi

dapat dihindarkan.

f.     Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak dengan

status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang

Page 23: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila

kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak

dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

g.    Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air

yang menggenang dan gantungan baju di kamar).

h.    Pola kebiasaan

1)   Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu makan

menurun.

2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara

Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.

3)   Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit

atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.

4)   Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan

persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

5)   Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang

terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.

6)   Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.

i.      Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai

ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak

adalah sebgai berikut:

1)   Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.

Page 24: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

2)   Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan petekie,

perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.

3)   Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak

teratur, serta tensi menurun.

4)   Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan

tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

j.      Sistem integumen

1)   Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan

muncul keringat dingin, dan lembab.

2)   Kuku sianosis/tidak

3)   Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung

kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa

mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan

mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).

4)   Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang

tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat

pada grade III dan IV.

5)   Abdomen

Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.

6)   Ekstremitas.

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

Page 25: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

2.    Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah

aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan

untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah kesehatan klien yang ada ada

tanggung jawabnya. (Tarwoto wartonah,2006)

Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah

Dengue tergantung pada data yang ditemukan.

Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:

a.    Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.

b.    Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.

c.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, tidak ada napsu makan.

d.   Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

e.    Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler,

muntah dan demam.

f.     Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.

g.    Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.

3.    Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat

menggambarkan respon pasien pada masalah kesehatan aktual dan resiko (Nursalam, 2001).

Page 26: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Rencana keperawatan Pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue

menurut Nursalam 2005, Wong Dona L 2003 dan Doenges, Marilynn, E. dkk, 1999. adalah :

a.    Diagnosa keperawatan 1

Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.

Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

Intervensi Keperawatan

1)   Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering lagi.

Rasional : Suhu 38,9-41,1oc menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola

demam dapat membantu dalam diagnosis.

2)   Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.

Rasional : Untuk memberikan pengetahuan pemahaman tentang penyebab dan memberikan

kesadaran kebutuhan belajar.

3)   Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi

demam.

Rasional : Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya

perubahan dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien.

4)   Catatlah asupan dan keluaran cairan.

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake maupun output.

5)   Anjurkan anak untuk banyak minum paling tidak ± 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat

bagi anak.

Rasional : Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat, selain

itu dimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

Page 27: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

6)   Berikan kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha.

Rasional : kompres air dingin dapat memberikan efek vasodilatasi pembululuh

darah.

7)   Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.

Rasional : Untuk memudahkan dalam proses penguapan.

8)   Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.

Rasional : Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obat-obatan

sebagai preparat yang di formulasikan untuk penurunan panas.

Diagnosa Keperawatan 2

Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.

Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol

Kriteria hasil : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri

Intervensi keperawatan.

1)   Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan anak

memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap

nyeri.

Rasional : Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan resolusi komplikasi.

2)   Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.

Rasional : Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri

atau mengurangi stimulus nyeri.

3)   Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan

keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV.

Page 28: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.

4)   Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang

terdekat.

Rasional : Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa

sakit.

5)   Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter).

Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.

c.    Diagnosa Keperawatan 3

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, tidak ada napsu makan.

Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.

Kriteria hasil : Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.

Intervensi keperawatan

1)   Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.

Rasional : Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu

makan serta memotivasi anak agar mau makan.

2)   Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih

hangat

Rasional` : Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk

mencerna makanan dan menghindari rasa mual.

3)   Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi

sering.

Rasional : karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.

Page 29: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

4)   Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.

Rasional : Untuk membantu status nutrisi.

5)   Mempertahankan kebersihan mulut pasien

Rasional : Untuk merangsang napsu makan.

6)   Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.

Rasional : Untuk menghindari intoleransi makanan.

7)   Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit.

Rasional : Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit.

8)   Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

Rasional : Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam

pemberian diet dan selanjutnya.

b.    Diagnosa Keperawatan 4

Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

Tujuan : tidak terjadi perdarahan

Kriteria hasil : Jumlah trombosit dalam batas normal.

Intervensi Keperawatan

1)   Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis

Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan

bawah kulit.

2)   Monitor jumlah trombosit setiap hari

Rasional : Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit.

3)   Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.

Page 30: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Rasional : Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor

penyebab terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat.

4)   Anjurkan anak untuk banyak istirahat

Rasional : Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam

proses penyembuhan.

c.    Diagnosa Keperawatan 5

Tujuan : Anak menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan.

Kriteria hasil : - Anak mendapatkan cairan yang cukup

-         Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan tanda-tanda vital dan

turgor kulit yang normal, membran mukosa lembab.

Intervensi keperawatan.

1)   Monitor keadaan umum pasien

Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit.

2)   Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.

Rasional : Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah dehidrasi.

3)   Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin dan

sesak napas.

Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan cairan

sehingga mendapatkan perawatan lebih baik.

4)   Mengobservasi dan mencatat intake dan output.

Rasional : Untuk menentukan status hidrasi

5)   Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Rasional : Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Page 31: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

6)   Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, serum albumin.

Rasional : Menentukan adanya ketidakseimbangannya cairan dan elektrolit.

7)   Mempertahankan intake dan output yang adekuat.

Rasional : Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi.

8)   Monitor dan mencatat berat badan.

Rasional : merupakan indikator cairan dan nutrisi.

9)   Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter)

Rasional : Pemberian infus dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.

d.      Diagnosa Keperawatan 6

Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.

Tujuan : Anak mendapat istirahat yang adekuat

Kriteria hasil : - Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.

-       Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.

Intervensi keperawatan

1)   Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan

eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.

Rasional : Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan

memungkinkan penghematan energi atau kelemahan tubuh.

2)   Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak

Rasional : Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara moril dan fisik

serta membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.

3)   Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak

Page 32: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Rasional : Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.

e.       Diagnosa Keperawatan 7

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.

Tujuan : Keluarga menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal koping

yang adatif.

Kriteria hasil : - Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya

-   Keluarga menunjukkan perilaku koping positif terhadap anak.

Intervensi keperawatan

4)   Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh

stress.

Rasional : Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk

menguatkan pemahaman keluarga.

5)   Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan identifikasi

faktor yang paling mencemaskan keluarga.

Rasional : Agar keluarga mendapat dukungan yang di butuhkan sehingga

kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dapat dimaksimalkan.

6)   Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi

keadaan.

Rasional : Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai kebutuhan.

7)   Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga menjadi

lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh kelurga.

Rasional : Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi lanjut.

Page 33: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

8)   Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-

hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian secara bertahap

meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Rasional : Untuk memberikan dukungan sehingga kemampuan anak untuk

melakukan koping dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko cedera.

4.    Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana-rencana perawatan.

(Tarwoto Wartonah, 2006).

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi:

a.       Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah

dari dokter atau tenaga kesehatan lain.

b.      Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan

suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi

dan dokter.

c.       Dependen, tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan

medis.Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.

(Kusnanto, 2004).

5.   Evaluasi Keperawatan

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk

mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan.

Langkah-langkah evaluasi :

a.         Daftar tujuan-tujuan pasien.

Page 34: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

b.         Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.

c.         Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.

d.        Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak. (Tarwoto Wartonah, 2006).

 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE

A.  Pengkajian

1.    Identitas Klien

Nama : T.S

Umur : 12 Tahun

TTL : Tondano 3 oktober 1999

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Tondano Roong ling I

Suku/ Bangsa : Minahasa/ Indonesia

Anak Ke : Satu

Tanggal MRS : Kamis, 06-Mei-2010, Jam 10:14 Wita

Tanggal Pengkajian : Jumat, 07-Mei-2010, Jam 14.00 Wita

Ruangan : Debora, kamar 2, bed 2

No RM : 6424

No Reg : 502233

Diagnosa Medik : Demam Berdarah Dengue

2.    Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Tn M.S

Umur : 37 Tahun

Page 35: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Pendidikan : Sarjana Strata I

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Tondano Roong I

Agama : Kristen Protestan

Suku/ Bangsa : Minahasa/ Indonesia

Nama Ibu : Ny M.P

Umur : 32 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

3.    Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

1 F.S 5 Tahun Adik Sehat

4.    Riwayat Kesehatan

a.    Keluhan Utama : Panas

b.    Riwayat Kesehatan Sekarang

Sejak 4 hari yang lalu tanggal 02-05-2010 sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh panas,

batuk-batuk, sakit kepala. Klien diberi minum obat parasetamol, panas turun tapi tak lama

kemudian naik lagi sampai sampai 40 0C. tanggal 06-05-2010 keluarga membawa klien ke UGD

RSU Bethesda GMIM Tomohon untuk mendapatkan perawatan. Dan dokter menganjurkan

untuk rawat inap di ruangan Debora. Saat pengkajian tanggal 07-05-2010 jam 14.00 klien

mengatakan badan masih terasa panas dengan suhu tubuh 380C dan telah mendapat perawatan

selama 1 hari. Klien mengatakan terdapat bintik-bintik merah ditangan dan kaki, napsu makan

menurun ada mual dan muntah 2x, klien tampak lemah,

c.    Riwayat Kesehatan Lalu

Page 36: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Sebelumnya Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti yang diderita sekarang dan tidak

pernah dirawat di rumah sakit.

d.   Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga mengatakan dalam keluarga hanya klien yang mengalami sakit seperti ini.

e.    Kondisi Lingkungan

Klien tinggal bersama orang tua dan adik klien, tempat tersebut beratap genteng, dinding beton,

lantai flur, terdiri dari 4 kamar klien dan adik klien tidur dalam satu kamar, WC dan kamar

mandi berada di dalam rumah, sumber air minum air mineral isi ulang, penerangan listrik dan

penanganan sampah di kumpul lalu di buang di tong sampah. Jenis rumah petak dan berdekatan

dengan rumah tetangga.

f.     Riwayat Psikososial

Hubungan anak dan orang tua serta adik harmonis, klien termasuk anak yang cepat bergaul,

akrab dengan teman-teman sebaya khususnya dirumah, hubungan anak keluarga dengan

lingkungan sekitar termasuk tim medis baik, jika klien marah klien mengekspresikan perasaan

dengan menangis atau mengungkapkan perasaan pada orang tua, dan jika klien gembira klien

mengekspresikan perasaan dengan tertawa.

g.    Riwayat Spritual

Klien menganut agama Kristen protestan. Klien selalu ke ibadah sekolah minggu setiap hari

minggu, dan kegiatan-kegiatan ibadah anak lainnya. Klien juga diajar orang tua untuk selalu

berdoa sebelum makan, sebelum tidur dan bangun tidur.

h.    Reaksi Hospitalisasi

Page 37: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

1)   Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Pada saat pengkajian klien mengatakan bahwa keadaan sakit adalah keadaan yang menakutkan

karena apabila sakit sudah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, tidak bisa kesekolah seperti

hari-hari biasanya, dan harus tinggal dirumah sakit untuk mendapatkan perawatan dalam proses

penyembuhan.

2)   Pemahaman Orang tua tentang sakit dan rawat inap

Pada saat pengkajian orang tua klien mengatakan bahwa keadaan sakit merupakan suatu keadaan

yang mencemaskan bagi setiap Orang tua terhadap anaknya, karena dapat membuat orang tua

merasa terbebani Dan orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya, tampak gelisah dan

mondar-mandir diruangan karena pertama kali anaknya dirawat di rumah sakit

5.    Aktivitas Hidup Sehari-hari

a.    Nutrisi

Sebelum sakit : Selera makan pasien baik, frekuensi makan 3x sehari, jenis

makanan : nasi, ikan, sayur. Porsi makan dihabiskan. Tidak ada pantangan atau alergi dalam

makanan.

Saat di kaji : Porsi makan tidak dihabiskan (hanya 5-6 sendok makan).Klien

makan 3x sehari, jenis makanan; bubur, ikan, sup, buah. Napsu makan kurang, mual dan muntah

2x

b.    Cairan

Sebelum sakit : Klien minum 6-7 gelas/hari, jenis air putih, susu kadang-kadang.

Saat dikaji : Minum 10 gelas/ hari

Jenis air putih, dan dianjurkan ditambah minum jus buah

c.    Eliminasi

Page 38: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Sebelum sakit : BAB 1-2x/hari

Konsistensi lembek

Warna coklat

BAK 4-5/hari

Warna kuning jernih

Saat dikaji : Klien belum BAB

BAK 6-7x/hari

Warna kuning jernih

d.   Istirahat/tidur

Sebelum sakit : Tidur siang 1 jam, tetapi kadang-kadang tidak tidur siang karena

bermain

Tidur malan 8-9 jam/hari

Saat dikaji : Tidur siang 1 jam/hari

Tidur malam 10 jam/hari

e.    Personal hygiene

Sebelum sakit : Mandi 2x/hari, memakai sabun mandi, cuci rambut memakai

shampoo, menggosok gigi 2x/hari dengan sikat dan pasta gigi

Saat dikaji : Klien hanya dimandikan dengan menggunakan waslap setiap

pagi.

f.     Aktivitas

Sebelum sakit : Aktivitas klien ke sekolah dan bermain dengan teman sebaya

klien di rumah setelah pulang sekolah

Saat dikaji : Klien tidak beraktivitas, klien hanya beristirahat karena sakit.

Page 39: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

6.    Pemeriksaaan Fisik

a.    Keadaan umum

Klien tampak lemah, klien berpakaian sesuai dengan usia, bersih

b.    Kesadaran

Composmentis

c.    Tanda-Tanda vital

TD : 110/70 mmHg

N : 92 x/m

R : 22x/m

Sb : 38 0C

d.   Antropometri

TB : 135 cm

BB sebelum sakit : 28 kg

BB saat sakit : 25 kg

7.    Pemerikasaan Head to toe

a.    Kepala

Inspeksi : Bentuk bulat, rambut warna hitam, distribusi rambut merata, tidak ada lesi dikulit

kepala,

Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

b.    Mata

Inspeksi : Pergerakan bola mata simetris kiri dan kanan, kongjungtiva merah muda, sclera tidak

ikterus.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan

Page 40: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

c.    Hidung

Inspeksi : Terdapat rambut-rambut hidung, penciuman baik, tidak ada sekret, tidak ada

perdarahan.

: Tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba adanya polip

d.   Telinga

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada

perdarahan.

: Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

e.    Mulut

Inspeksi : Bibir kering, mukosa mulut kering, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada karies, tidak

ada perdarahan.

f.     Leher

Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar vena jugularis dan kelenjar tiroid

: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

g.    Dada

Inspeksi : Pergerakan dada simetris.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Auskulatasi : Bunyi napas bronkovesikuler, tidak terdengar bunyi tambahan seperti Wheezing atau ronchi

Perkusi : Bunyi resonan pada paru, dan bunyi pekak pada jantung.

h.    Abdomen

Inspeksi : Perut datar , tidak ada asites,

: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar

Page 41: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Auskultasi : Terdengar peristaltic usus

Perkusi : Bunyi timpani.

i.      Ekstremitas atas

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, terpasang IVFD RL 30tts/m di tangan kiri. ROM baik,

kekuatan otot 5

: Tidak ada adema, akral teraba panas.

j.      Ekstemitas bawah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kedua tungkai dapat digerakkan, ROM baik,

kekuatan otot 5

Palpasi : Tidak ada adema, akral teraba panas

k.    Genetalia

Inspeksi : bersih

l.      Anus

Inspeksi : Tidak ada haemoroid

m.  Kulit

Inspeksi : Warna kuning langsat, terdapat bintik-bintik merah,

Palpasi : Turgor kulit baik, teraba panas.

8.    Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 06-05-2010 Nilai Normal pada anak

LED 10 0 -20

Hemoglobin 15,3 gr/dl 11,0-14,8 gr/dl

Leukosit 1000/dl 6000-12.000/dl

Page 42: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Hematokrit 44 % 34-45%

Trombosit 88.000/dl 150.000-450.000/dl

Tanggal 07-05-2010 jam 05.30

Hemoglobin 15.7gr/dl

Hematokrit 45 %

Leukosit 1000/dl

Trombosit 73.000/dl

9.    Terapi Medis

RL 30 tts/mnt

Sanmol 3 x ¾ tab

Cefarox 2 x 100 mg

Ocuson 3 x ¾ tab

Starmuno 2 x 1

Trolit 5 sact/hari

10.     Pengelompokkan Data

Data subjektif

a.    Klien mengatakan badan terasa panas

b.    Klien mengatakan napsu makan menurun, ada mual dan muntah 2x.

c.    Klien mengatakan timbul bintik-bintik merah di kedua kaki dan tangan

d.   Orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.

Data Objektif

a.    Klien tampak lemah

b.    Sb 380C, N 92x/m

c.    Akral teraba panas

Page 43: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

d.   Makanan yang disajikan tidak di habiskan ( hanya 5-6 sendok)

e.    BB sekarang 25 kg

f.     Bibir tampak kering

g.    Tampak bintik merah di kulit

h.    Trombosit 73.000/dl

i.      Leukosit 1000/dl

j.      Orang tua gelisah, mondar-mandir diruangan.

11.     Tabel 1 Analisa Data NO DATA PENYEBAB MASALAH1. DS :

-       Klien mengatakan

badan terasa panas

DO :

-       Klien tampak lemah

-       Sb 380C, N 92x/m

-       Akral teraba panas

Virus Dengue (arbovirus)

Melalui gigitan nyamuk

Masuk kedalam tubuh

Re infection oleh virus dengue dengan serotip

berbeda

Berekasi dengan antibodyMeninbulkan respon

peradangan

Hipertemi

2 DS :

-       Klien mengatakan

napsu makan menurun,

ada mual dan muntah

Menimbulkan respon peradangan

Menstimulasi medulla vomiting center

Mual dan muntah

Gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Page 44: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

2x

DO :

-       Makanan yang

disajikan tidak di

habiskan ( hanya 5-6

sendok)

-       BB sekarang 25 kg

-       Bibir tampak kering

Intake nutrisi kurang

3 Faktor resiko terjadi

perdarahan yang lebih

lanjut:

-    Klien mengatakan

timbul bintik-bintik

merah di kedua kaki

dan tangan

-        Tampak bintik merah

di kulit

-       Trombosit 73.000/dl

-       Leukosit 1000/dl

Terbentuk kompleks antibody dalam sirkulasi

darah

Pengaktifan system complement dan dilepaskannya

anvilaktosin C3a dan C5a

Lepaskan histamine yang besifat vasoaktif

Permeabilitas dinding pembuluh darah

meningkat

Kebocoran plasma di intertisium

Penurunan jumlah cairan intravaskuler

Trombositopenia

Potensial terjadi perdarahan

4 DS : Perubahan status Perubahan peran

Page 45: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

-    Orang tua bertanya-

tanya tentang penyakit

anaknya.

DO :

-       Orang tua gelisah dan

mondar-mandir

diruangan.

kesehatan anak

Anak harus dihospitalisai

Timbul kekwatiran orang tua terhadap penyakit

anak

keluarga

B.     Diagnosa Keperawatan

1.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus yang ditandai dengan

DS :

-       Klien mengatakan badan terasa panas

DO :

-       Klien tampak lemah

-       Sb 380C, N 92x/m

-       Akral teraba panas

2.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

dan muntah tidak ada napsu makan yang ditandai dengan

DS :

-       Klien mengatakan napsu makan menurun, ada mual dan muntah 2x

DO :

-       Makanan yang disajikan tidak di habiskan ( hanya 5-6 sendok)

Page 46: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

-       BB sekarang 25 kg

-       Bibir tampak kering

3.    Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia factor resiko terjadi

perdarahan yang lebih lanjut:

-       Orang tua mengatakan timbul bintik-bintik merah di kedua kaki dan tangan

-       Tampak bintik merah di kulit

-       Trombosit 73.000/dl

-       Leukosit 1000/dl

-       Terpasang IVFD RL 30 tts di tangan kiri.

4.    Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak yang ditandai dengan

DS :

-       Orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.

DO :

-       Orang tua gelisah, dan mondar-mandir diruangan.

Page 47: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

C.  Tabel 2 Perencanaan Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK T.S DENGAN PENYAKIT INFEKSI DEMAM

BERDARAH DENGUE DI PAVILIUN DEBORA RSU BETHESDA GMIM TOMOHON

Nama : T.S

Umur : 12 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Paviliun :

Debora

No

Hari/ Tangg

al

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan Keperawatan Implementasi KeperawatanTujuan /Kriteria

hasilIntervensi Rasional

1 Jumat

07/05/

2010

Hipertermi

berhubungan

dengan proses

infeksi virus

yang ditandai

dengan

DS :

       Klien

mengatakan

badan terasa

panas

DO :

Anak

menunjukan

tanda-tanda vital

dalam batas

normal setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 hari

dengan criteria

hasil :

        Badan tak

1.     Observasi tanda-

tanda vital setiap 4

jam

2.     Berikan kompres

air hangat

3.     Anjurkan orang tua

untuk memberikan

air banyak paling

tidak ± 8-9

gelas /hari

4.     Anjurkan agar

1.   Suhu 38,9-41,10c

menunjukkan proses

penyakit infeksi

akut.

2.   Pemberian kompres

membuat

vasodilatasi

3.   Mempercepat proses

penguapan melalui

urine dan keringat

selain itu untuk

mengganti cairan

Jam 14.00

1.     Mengobservasi tanda-tanda

vital

Sb : 380c

N : 92x/mnt

R : 22x/m

TD: 110/70 mmHg

Jam 14.15

2.     Memberikan kompres air

hangat pada dahi

3.     Menganjurkan anak untuk

minum banyak air/jus jambu

Page 48: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

-       Klien tampak

lemah

-       Sb 380C, N

92x/m

-       Akral teraba

panas

terasa panas

        Suhu dan nadi

dalam batas

normal 36,50c-

37,20c dan 50-90

x/m

anak tidak

memakai selimut

dari pakaian yang

tebal

5.     Anjurkan orang tua

untuk segera

mengganti pakaian

klien jika sudah

basah oleh keringat

6.     Berikan terapi

intravena dan obat-

obatan sesuai

dengan progam

dokter

tubuh yang hilang

4.   Untuk memudahkan

dalam proses

penguapan

5.   Memberikan rasa

kenyamanan bagi

tubuh klien.

6.   Pemberian terapi

intravena untuk

mengganti cairan

yang hilang dan

obat-obatan sebagai

preparat yang

diformulasikan

untuk penurunan

panas

± 8-9 gelas/hari

Jam 14.30

4.     Menganjurkan klien untuk

memakai pakaian tipis yang

mudah menyerap keringat

Jam 18.00

5.     Membantu menggati

pakaian anak karena sudah

basah oleh keringat

Jam 14.00

6.     Memberikan obat sanmol ¾

tab

Ocuson ¾ tab

Mengganti cairan IVFD RL

30 tts/mnt

2 Jumat Gangguan Anak 1.    Sajikan makan 1.     Memudahkan proses Jam 17.00

Page 49: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

07/05/

2010

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan mual

dan muntah

tidak ada napsu

makan yang

ditandai dengan

DS :

       Klien

mengatakan

napsu makan

menurun, ada

mual dan

muntah 2x

DO :

-    Makanan yang

disajikan tidak

di habiskan

( hanya 5-6

sendok)

menunjukan

kebutuhan

nutrisi yang

adekuat setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 hari

dengan kriteria

hasil:

        Anak tidak

merasa mual dan

muntah

        Nafsu makan

meningkat

        Porsi makan

dihabiskan

        BB kembali

bertambah ½ kg

yang mudah

ditelan, seperti

bubur, serta

dihidangkan selagi

masih hangat

2.    Anjurkan kepada

orang tua untuk

memberikan

makanan dengan

teknik porsi kecil

tapi sering

3.    Catat jumlah porsi

makanan yang

dihabiskan oleh

klien tiap hari

4.    Pertahankan

kebersihan mulut

pasien

5.    Timbang berat

badan tiap hari

menelan dan

meringankan kerja

lambung untuk

mencerna makanan

dan menghindari

rasa mual

2.     Karena porsi kecil

biasanya ditoleransi

dengan baik.

3.     Untuk mengetahui

jumlah intake

makanan dan

penentuan dalam

pemberian diet yang

selanjutnya.

4.     Untuk merangsang

napsu makan

5.     Untuk membantu

status nutrisi

1.     Menyajikan makanan

bubur, ikan, sayur, dalam

keadaan hangat

2.     Menganjurkan kepada

orang tua untuk

memberikan makan sedikit-

sedikit tapi sering

Jam 17.30

3.     Mencatat jumlah porsi

makanan yang dihabiskan ½

porsi

Jam 19.00

4.     Menganjurkan pada klien

dan orang tua untuk

mempertahankan kebersihan

mulut dengan menggosok

gigi.

Jam 21.00

5.     Menimbang berat badan

BB 25 kg

6.    Menjelaskan kepada orang

tua manfaat nutisi bagi anak

Page 50: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

-    BB sekarang 25

kg

-    Bibir tampak

kering

6.    Jelaskan pada

keluarga manfaat

makanan/nutrisi

bagi anak terutama

saat sakit

6.     Makanan

merupakan

penambahan

makanan bagi anak

sakit

terutama saat sakit. harus

menkonsumsi makanan

yang bergizi untuk

menambah stamina dan

mempercepat proses

penyembuhan

Jam 18.00

Melayani obat cefarox dan

starmuno

3. Jumat

07/05/

2010

Potensial terjadi

perdarhan

berhubungan

dengan

trombositopenia

factor resiko

terjadi

perdarahan lebih

lanjut

-        Orang tua

mengatakan

timbul bintik-

bintik merah di

Tidak terjadi

perdarahan

lanjut setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 hari

dengan kriteria

hasil:

-        Tidak ada

bintik-bintik

merah di kulit

-        Trombosit

1.     Monitor tanda-

tanda perdarahan

2.     Monitor penurunan

trombosit

3.     Anjurkan anak

untuk banyak

istirahat

1.    Untuk mengetahui

apabila ada tanda-

tanda perdarahan

lebih lanjut

2.    Untuk mengetahui

perkembangan

penyakit

3.    Memberikan

relaksasi untuk

anggota organ tubuh

serta membantu

dalam proses

penyembuhan

Jam 15.00

1.    Memonitor tanda-tanda

perdarahan yaitu bintik-

bintik merah, yang timbul

dikulit

2.    Memonitor jumlah

penurunan trombosit

73.000/dl

Jam 15.30

3.    Menganjurkan kepada anak

untuk beristirahat banyak

dan mengurangi aktivitas

yang berlebihan karena akan

Page 51: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

kedua kaki dan

tangan

-        Tampak bintik

merah di kulit

-        Trombosit

73.000/dl

-       Leukosit

1000/dl

kembali

nnnormalnorma

normal 150.000-

normal

450.000/dl

-        Leukosit normal

6000-12000/dl

4.     Anjurkan anak

untuk banyak

minum

5.     Anjurkan agar

anak tidak

menggosok gigi

dengan keras

6.     Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemeriksaan

trombosit dan

pemberian terapi

4.    Membantu

meningkatkan

jumlah trombosit

dalam tubuh

5.    Merangsang

terjadinya

perdarahan dengan

kadar trombosit

turun

6.    Indentifikasi kadar

trombosit dan

memberikan

tindakan secara tepat

sehingga tanda-tanda

perdarahan dapat

diantisipasi lebih

lanjut

membutuhkan energi lebih

Jam 16.00

4.     Menganjurkan kepada

orang tua untuk lebih sering

memberikan anak minum

air/jus jambu yang banyak ±

I gelas /jam

5.     Menganjurkan kepada anak

untuk tidak menggosok gigi

dengan keras karena akan

merangsang terjadinya

perdarahan.

Jam 18.00

6.     Mengambil darah untuk

pemeriksaan

Ht,Hb,trombosit sebanyak ±

2 cc

7.     Melayani trolit 1 sachet

4 Jumat

07/05/

2010

Perubahan

proses keluarga

berhubungan

Keluarga

menunjukkan

perilaku koping

1.     Kaji perasaan dan

persepsi orang tua

atau anggota

1.    Karena hal ini

biasanya terjadi

dalam proses

Jam 20.00

1.     Menanyakan dan

mengetahui kemampuan

Page 52: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

dengan kondisi

anak yang

ditandai dengan

DS :

-       Orang tua

bertanya-tanya

tentang penyakit

anaknya.

DO :

-       Orang tua

gelisah, dan

mondar-mandir

di ruangan

posistif tentang

anaknya setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 2 jam

dengan kriteria

hasil :

Orang tua klien

tenang dan

memahami

tentang penyakit

anak dan

terapinya.

keluarga terhadap

situasi yang penuh

stres

2.     Ijinkan orang tua

untuk ungkapkan

perasaan dan

identifikasi faktor

yang paling

mencemaskan

3.     Identifikasi koping

yang bisa

digunakan dan

seberapa besar

keberhasilannya

dalam mengatasi

keadaan.

4.     Tanyakan kepada

keluarga apa yang

dapat dilakukan

untuk membuat

anak atau keluarga

penyesuaian dan

untuk menguatkan

pemahaman keluarga

2.    Agar keluarga

mendapat dukungan

yang dibutuhkan

sehingga

kemampuan mereka

untuk mengatasi

masalah dapat

dimaksimalkan

3.    Untuk memberikan

dukungan dan

ketenangan sesuai

kebutuhan

4.    Untuk memberikan

perawatan yang

optimal terhadap

intervensi lanjut

keluarga terhadap ambang

stress karena klien baru

pertama kali di rawat di RS

2.     Mengijinkan kesempatan

kepada orang tua untuk

mengekspresikan perasaan

dimana orang tua cemas

karena anak mereka belum

sembuh sudah berapa kali

diperiksa darahnya

3.     Mengetahui koping orang

tua dalam menghadapi

masalah sehingga dapat

mengantisipasi keadaan

dengan mendengarkan

keluhan orang tua dan

memberi penjelasan

sehingga orang tua merasa

dihargai dan rasa cemas

dapat berkurang atau hilang.

Page 53: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

menjadi lebih baik.

Page 54: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

D.  Tabel 3

CATATAN PERKEMBANGAN

RSU BETHESDA GMIM TOMOHONNama : T.S Paviliun : Debora

Umur : 12 Tahun

Hari/ tanggal

Diagnosa Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

Sabtu

08/05/2010

Hipertermi

berhubungan

dengan proses

infeksi virus

Jam 14.00

1.  Mengontrol keadaan umum

klien tampak sakit sedang

kesadaran composmentis

masih terpasang IVFD RL 30

tts/m

2.  Mengobservasi vital sign:

S

b : 37,60c

N

: 90x/mnt

R

: 20x/mnt

T

D: 110/70 mmHg

3.  Memberi motivasi pada klien

untuk minum air putih dan jus

Jam 22.00

S:

-       Klien mengatakan

badan terasa hangat

O :

-       Akral hangat

-       Sb : 37,60c

A:

Masalah peningkatan

suhu tubuh mulai

teratasi

P:

Lanjutkan tindakan

keperawatan

Page 55: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

jambu sebanyak 8-9

gelas/hari

Jam 16.00

4.  mengingatkan pada klien

untuk selalu memakai baju

tipis yang mudah menyerap

keringat

5.  Menganjurkan pada klien

untuk banyak istirahat

6.  Menggantikan pakaian klien

yang basah oleh keringat.

Jam 17.00

7.  Megobservasi vital sign :

Sb : 37,60c

N : 95 x/mnt

R : 22x/mnt

TD: 100/70 mmHg

Jam 22.00

8.  Melayani obat sanmol dan

ocuson 1 tab

Sabtu

08/05/2010

Gangguan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

Jam 15.00

1.  Menimbang berat badan klien

BB 25,5 kg

Jam 22.00

S:

Klien mengatakan

Page 56: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

tubuh

berhubungan

dengan mual dan

muntah tidak ada

napsu makan

2.  Menganjurkan kepada klien

makan sedikit-sedikit tapi

sering

3.  Menganjurkan kepada klien

untuk makan makanan selagi

masih hangat.

Jam 18.00

4.  Melayani makan malam

bubur, ikan sayur, ikan,

makanan di habiskan ¾ porsi

sudah mulai banyak

makan,

O:

-     Makanan yang

disajikan habis ¾ porsi

-     BB 25 kg

A:

Masalah nutrisi mulai

teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

keperawatan

Sabtu

08/05/2010

Potensial terjadi

perdarahan

Jam 16.00

1.  Mengobservasi tanda-tanda

perdarahan, perdarahan

spontan tidak ada

2.  Menganjurkan pada klien

untuk minum air dan jus

jambu ± 8-9 gelas/ hari agar

trombosit cepat naik

Jam 22.00

S:

Orang tua mengatakn

bintik merah sudah

mulai bekurang

A:

-       Bintik merah di

tangan dan kaki mulai

Page 57: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Jam 19.00

3.  Mengambil darah untuk

kontrol Hb, Ht, Tombosit.

4.  Mengatur tetesan cairan infus

30 tts/mnt

5.  Melayani obat trolit I sachet

berkurang

-       Trombosit 85.000/dl

-       Hb : 13,3 gr%

-       Ht : 41 %

A:

Masalah potensial

terjadi perdarahan

lanjut mulai teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

keperawatan.

Page 58: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

CATATAN PERKEMBANGAN

RSU BETHESDA GMIM TOMOHONNama : T.S Paviliun : Debora

Umur : 12 Tahun

Hari/ tanggal

Diagnosa Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

Minggu

09/05/2010

Hipertermi

berhubungan

dengan proses

infeksi virus

Jam 14.00

1.  Mengontrol keadaan umum

klien tampak sakit sedang

kesadaran composmentis

2.  Mengobservasi vital sign:

S

b : 36,50c

N

: 88x/mnt

R

: 20x/mnt

T

D: 100/70 mmH

3.  Memberi motivasi pada klien

untuk minum air putih dan jus

jambu sebanyak 8-9

gelas/hari

Jam 22.00

S:

-       Klien mengatakan

sudah tidak panas

O:

-       Akral hangat

-       Sb : 360c

A:

Masalah peningkatan

suhu tubuh teratasi

P:

Pertahankan tindakan

keperawatan

Page 59: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Jam 16.00

4.  Mengingatkan pada klien

untuk selalu memakai baju

tipis yang mudah menyerap

keringat

5.  Menganjurkan pada klien

untuk banyak istirahat

6.  Menggantikan pakaian klien

yang basah oleh keringat.

Jam 17.00

7.  Megobservasi vital sign :

Sb : 360c

N : 90 x/mnt

R : 22x/mnt

TD: 100/70 mmHg

Minggu

09/05/2010

Gangguan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan mual dan

muntah tidak ada

napsu makan

Jam 15.00

1.  Menimbang berat badan klien

BB 25,5 kg

2.  Menganjurkan kepada klien

makan sedikit-sedikit tapi

sering.

3.  Menganjurkan kepada klien

untuk makan makanan selagi

Jam 22.00

S:

Klien mengatakan

sudah mulai banyak

makan, nafsu makan

meningkat.

O:

-     Makanan yang

Page 60: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

masih hangat.

Jam 18.00

4.  Melayani makan malam

bubur, ikan sayur, ikan,

makanan di habiskan 1 porsi

disajikan habis 1 porsi

-     BB 25,5 kg

A:

Masalah nutrisi

teratasi

P:

Pertahankan intervensi

keperawatan

Minggu

09/05/2010

Potensial terjadi

perdarahan

Jam 16.00

1.  Mengobservasi tanda-tanda

perdarahan, perdarahan

spontan tidak ada

2.  Menganjurkan pada klien

untuk minum air dan jus

jambu ± 8-9 gelas/ hari agar

trombosit cepat naik

Jam 19.00

3.  Mengambil darah untuk

kontrol Hb, Ht, Tombosit.

4.  Mengatur tetesan cairan infus

Jam 22.00

S:

Klien mengatakn

bintik merah hilang

A:

-       Bintik merah di

tangan dan kaki sudah

hilang

-       Trombosit

120.000/dl

-       Hb : 14 gr%

-       Ht : 41 %

Page 61: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

30 tts/mnt

5.  Melayani obat trolit I sachet

A:

Masalah potensial

perdarahan lanjut

tidak terjadi.

P:

Pertahankan

intervensi

keperawatan.

Read more: http://yayannerz.blogspot.com/2013/02/laporan-pendahuluan-askep-dengue-high.html#ixzz2vklAGU52

Page 62: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

A.   KONSEP DASAR MEDIS

1.    Pengertian

a.       DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh

empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu

demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi

sampai timbul renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran

plasma yang dapat menyebabkan kematian.

(Soegeng Soegijanto, 2002)

b.      DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan

oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes

aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).

c.       DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah

penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegipty.

(DR. Nursalam, 2005)

d.      Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa

dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2

hari pertama. (Arif Mansjoer, 2000).

e.       Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus.

(Soegeng Soegijanto, 2002)

2.    Fisiologi Sistem Hematologi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang

warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya

O2 dan CO2 didalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua.

Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini berguna pada

peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh.

( Syarifuddin, 2006).

Page 63: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Darah terdiri dari elemen-elemen dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-

elemen yang tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan

keping darah (trombosit).

(Elizabeth J. Corwin, 2001)

FUNGSI DARAH

Fungsi darah terdiri atas :

1)    Sebagai alat pengangkut yaitu :

a)    Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan

tubuh.

b)    Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

c)    Mengambil zat-zat makanan dari usus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh

jaringan/otot tubuh.

d)    Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan

melalui kulit dan ginjal.

2)    Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan

perantasan leukosit dan antibodi/zat-zat anti racun.

3)    Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

BAGIAN-BAGIAN DARAH

Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah,

tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatakah bahwa dalam darah terdapat

benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah, sedang cairan berwarna

kekuning-kuningan disebut plasma.

Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu :

1)    Sel-sel darah

a)    Eritrosit (sel darah merah)

b)    Leukosit (sel darah putih)

c)    Trombosit (sel pembeku darah)

2)    Plasma darah

: 91%

Page 64: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Protein : 3% (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)

Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium),

kalsium, dan zat besi).

Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam

amino).

Eritrosit 9sel darah merah) kalau kita periksa dan lihat dibawah miskroskop maka

nyatalah bahwa eritrosit dapat diterangkan sebagai berikut : Bentuknya seperti

cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti, ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007

mm) tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4½ juta) warna

kuning kemerah-merahan, karean didalam mengandung zat yang disebut hemoglobin,

warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung oksigen,

fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan

mengikat karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-

paru.

Leukosit (sel darah putih), bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit

apabila kita lihat dibawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-

ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai

bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya

bening (tidak berwarna, banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6.000 – 9.000.

Funsginya : sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit

penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotelial) tempat

pembiakannya di dalam limpe dan kelenjar limpe ; sebagai pengakut yaitu

mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpe terus kepembuluh

darah. Sel leukosit disamping beredar dipembuluh darah juga terdapat diseluruh

jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya

kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada didalam daerah akan lebih banyak dari

biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal didalam kelenjar limpe,

sekarang beredar didalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit

tersebut jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukostosis dan

kurang dari 6.000/mm3 disebut leukopenia.

Macam-macam leukosit, meliputi :

Page 65: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

a)    Agranulosit

(1)  Limfosit

(2)  Monosit

b)    Granulosit

(1)  Neutrofil atau polimorfonukleat leukosit

(2)  Basofil

(3)  Eusonofil

Trombosit (sel pembeku) merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk

dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong, warnanya putih,

normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000/mm3, fungsinya memegang peranan

penting dalam pembekuan darah. Jika banyak kurang dari normal, maka kalau ada luka

darah tidak cepat membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Trombosit

lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Tetapi jika kurang dari 200.000 disebut

trombositopenia. Didalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu

terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2t dan fibrinogen. Fbrinogen mulai

bekerja apabila tubuh mendapat luka.

Plasma darah merupakan bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari

berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel

darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi

bahan organik dan anorganik dan suatu organ atau jaringan. Hampir 90% dari plasma

terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat yang larut didalamnya. Untuk

mendapatkan plasma darah jika harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus

kedalam darahm, supaya darah tidak membeku sesudah itu dipasang suatu alat dan

dibiarkan beberapa lama, maka akan kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau

mengendap dan bagian diatasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang

didalamnya terdapat serum darah.

Kalau darah yang keluar dari tubuh kita dibiarkan membeku maka bagian bawah

bekuan tadi terdapat cairan yang juga warnanya bening, yang disebut serum darah.

Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen yang didapat dengan membekukan

darah.

Zat-zat dalam plasma darah :

Page 66: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

a)    Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.

b)    Garam-garam mineral (kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam

metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

c)    Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan

tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.

d)    Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin).

e)    Hormon yaitu : suatu zat yang dihasilkan dan kelenjar tubuh.

f)     Antibodi/antitoksin.

Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah, plasma darah sebagian besar

terdiri dari air dan zat-zat yang larut didalamnya (misalnya zat makanan, hormon,

antibodi dan lain-lain) sel-sel leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan

penyakit.

( Syarifuddin, 2006)

3.    Etiologi

Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF)

adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4

serompe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus

(arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3

merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa

serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan

adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.

( Nursalam, 2005)

4.    Patofisiologi

Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah

viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri

otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi

tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah

bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).

Peningkatan dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi

hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).

Page 67: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan

adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit

menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada

penderita Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau

hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang

terjadi.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan

kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi

kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.

Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami

kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa

mengalami renjatan.

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,

metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. (Christantie

Effendy,1995).

5.    Manifestasi Klinik

Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan

bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak

berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak

besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa

demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan terkadang

disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting),

epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan,

terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu,

perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai

dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6

hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi,

sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi

pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan

eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali

ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.

Page 68: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa

Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :

a.       Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.

b.      Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain

perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan

gusi) dan hematemesis melena.

c.       Pembesaran hati.

d.      Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang

menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik

menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab,

terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis

disekitar mulut.

( Nursalam, 2005).

6.    Klasifikasi Dengue Haemorragic Fever (DHF)

Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4 kategori penderita

menurut derajat beratnya sebagai berikut :

Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi

perdarahan hanya berupa touniket tes yang positif.

Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya

berupa perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.

Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah

penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan disertai akral yang

dingin dan gelisah.

Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah

yang tidak terukur.

( Soegeng Soegijanto, 2005)

7.    Test Diagnostik

Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue

adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan

hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit

plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell

Page 69: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse

Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang

berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi

total, IgM maupun IgG).

Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus

dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI (Haemoglobin

Inhibition test : uji hambatan hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO, kemudian

uji indirect ELica, uji captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA)

maupun IgG captured-ELISA. dnegue blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji

SCT (immuno-enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji

fiksasi komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak

praktis.

Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat

mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi virus dengue akut ditandai dengan

terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum

akut dan serum konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi

flovivirus skondes. (Soegeng Soegianto, 2006).

8.    Penatalaksanaan Medik

Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue

Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :

a.       Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan

Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik.

Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi obat panas

paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata

diatas 38,5°C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya

penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever

(DHF) yang berobat jalan ini adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang

menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan

penyulit lainnya.

Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan manifestasi

penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.

Page 70: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

b.      Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II

Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini

mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan berdasarkan

tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau

oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari

20% dan harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya

penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.

c.       Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV

“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus

kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh

cairan pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit

(hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC.

Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.

Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik

(ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali)

dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.

d.      Obat penenang

Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang

sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral atau rektal

dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai

satu macam obat hipnotik.

e.       Terapi oksigen

f.       Transfusi darah.

g.      Kelainan ginjal

Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler

telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg

BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya

furosemid 1 mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis,

kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada

Page 71: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol

Venous Pressure (CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.

h.      Monitoring

Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur

untuk menilai hasil pengobatan.

i.        Kriteria memulangkan pasien

Pasien dapat dipulangkan apabila :

1)    Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.

2)    Nafsu makan membaik.

3)    Tampak perbaikan secara klinis.

4)    Hematokrit stabil.

5)    Tiga hari setelah syok teratasi.

6)    Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3

7)    Tidak disertai distress pernapasan.

8)    Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)

(Soegijanto Soegeng.2002)

B.   Konsep Keperawatan

1.      Pengkajian

a.    Pengumpulan Data

1.    Biodata

Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung. Identitas klien

meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, tanggal masuk rumah sakit,

tanggal pengkajian, nomor register dan diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi :

alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas

saudara kandung meliputi nama dan usia.

2.    Keluhan utama

Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit seperti demam, nyeri otot,

mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai perdarahan.

3.    Riwayat kesehatan

Page 72: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

a.    Riwayat kesehatan sekarang

Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai mual dan muntah.

b.    Riwayat kesehatan masa lalu

Penyakit yang pernah dialami klien seperti demam, tidak ada riwayat alergi, tidak ada

ketergantungan terhadap makanan/ minuman dan obat-obatan.

c.    Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

4.    Riwayat imunisasi

Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti BCG, DPT, Polio, Campak

dan Hepatitis.

5.    Riwayat tumbuh kembang meliputi :

a. Pertumbuhan fisik terdiri dari:

  Berat badan

BBL : 2500 gr – 4000 gr

3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9

2

1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8

  Tinggi Badan

Tinggi badan lahir : 50 cm

Umur 1 tahun : 75 cm

1 tahun : 1,5 x TB lahir

4 tahun : 2 x TB lahir

6 tahun : 1,5 x TB setahun

9 tahun : 2,1 x TB lahir

b. Perkembangan tiap tahap usia

  Berguling : 3-6 bulan

  Duduk : 6-9 bulan

  Merangkak : 9-10 bulan

  Berdiri : 9-12 bulan

  Jalan : 12-18 bulan

  Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan

Page 73: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

  Bicara : 2-3 tahun

  Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun

6.    Riwayat nutrisi meliputi :

a.    Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu dan cara pemberian.

b.    Pemberian susu formula terdiri dari alasan pemberian, jumlah pemberian.

c.    Pemberian makanan tambahan terdiri atas usia pertama kali diberikan jenis dan cara

pemberian.

d.    Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia 0 – 6 bulan, 6 – 12

bulan dan saat ini.

7.    Riwayat psikososial

Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah keadaan tempat tinggalnya

memenuhi syarat kesehatan.

8.    Riwayat spiritual

Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering mengikuti kegiatan keagamaan.

9.    Reaksi hospitalisasi

a.    Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi

  Stress

  Kecemasan meningkat: kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta

dampaknya terhadap masa depan anak.

  Takut dan cemas : seriusnya penyakit dan tipe dari prosedur medis.

b.    Reaksi anak terhadap hospitalisasi

  Perpisahan : berpisah dengan teman sebaya.

  Kehilangan kontrol : - Kelemahan fisik

- Takut mati

  Reaksi perlukaan dan rasa sakit :

         Mengkomunikasikan tentang rasa sakit.

         Mampu mengontrol rasa sakit (gigit bibir dan menggenggan).

10. Aktivitas sehari-hari

b.    Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, waktu makan, makanan yang dikonsumsi, porsi

makan, makanan yang disukai, nafsu makan. Jumlah yang dapat dihabiskan dan cara

makan klien sebelum sakit dan saat sakit.

Page 74: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

c.    Istirahat, tidur terdiri dari waktu tidur malam dan siang, apakah mudah terbangun,

kesulitan tidur, bagaimana pola tidur, ada perubahan atau tidak sebelum sakit dan saat

sakit.

d.    Personal hygiene terdiri dari mandi, sikat gigi, kebersihan kuku, genetalia, dan

penampilan umum klien sebelum sakit dan saat sakit.

11. Pemeriksaan fisik Head To to

a.    Keadaan umum : klien baik atau tidak.

b.    Tanda-tanda vital

-          Tekanan darah menurun > 80 mmHg

-          Nadi cepat dan lemah > 100x/menit

-          Suhu meningkat sampai 38°C

-          Pernafasan meningkat > 40x/menit

c.    Antropometri :

LLA : 14cm

LK : 40 cm

LD : 54 cm

LP : 52 cm

d. Sistem pernafasan

Tidak terdapat batuk, pernafasan cuping hidung, batuk dada normal (Normal Chest),

tidak ada retraksi, dan tidak ada suara nafas tambahan.

e. Sistem kardiovaskuler

Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat dan kering, arteri karotis tidak teraba, vena

jugularis tidak tampak, tidak ada pembesaran jantung, suara jantung S1, S2 kesan

murni.

f. Sistem pencernaan

Bibir kering sering merasa mual dan muntah terdapat nyeri tekan pada daerah

epigastrium.

g.    Sistem indera

1.    Mata : kelopak mata, lapang pandang dan visus baik.

2.    Hidung : penciuman baik, tidak ada secret dan tidak terdapat perdarahan pada hidung.

Page 75: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

3.    Telinga : membran timpani baik fungsi pendengaran baik.

h.    Sistem neurosensorik

Berdasarkan tingkat grade Dengue Haemorragic Fever (DHF) I,II: kesadaran kompos

mentis, Dengue Haemorragic Fever (DHF) III :kesedaran apatis, samnolen, Dengue

Haemorragic Fever (DHF) IV :kesadaran koma.

i.      Sistem moskuloskeletal

Akral dingin,serta terjadi nyeri otot,serta tulang.

j.      Sistem integumen

1.    Adanya petechia pada kulit, turgir kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan

lembab.

2.    Kuku sianosis/tidak

3.    Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemia, hidung

kadang mengalami perdarahan (epistaksis), pada grade II, III, IV mulut di dapatkan

bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi,dan nyeri tekan. Sementara

tenggorokan mengalamin hiperemi pharing dan terjadi perdarahan telinga.

k.    Sistem endokrin

Pembesaran kelenjar tiroid dan limpa tidak ada.

l.      Sistem perkemihan

Odema palpebra tidak ada, distensi kandung kemih tidak ada.

m.   Sistem reproduksi

Keadaan labia minora dan mayora bersih dan tidak ada bau serta pertumbuhan dada

belum ada dan perubahan suara.

n.    Sistem immune

Tidak ada alergi terhadap cuaca, bulu binatang dan zat kimia.

o.    Pemeriksaan tingkat perkembangan

Dengan menggunakan DDST 0-6 tahun meliputi :

- Motorik kasar, aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

- Motorik halus, aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan

dilakukan otot-otot kecil, tetapi memiliki koordinasi yang cermat.

Page 76: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

- Bahasa, kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah

dan berbicara spontan.

- Personal sosial, aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi

dan berinteraksi dengan lingkungannya

2.      Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue

Hemorhagic Fever

a.    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.

b.    Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output

cairan.

c.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

d.    Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat,

penurunan tekanan osmotik.

e.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

f.     Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

g.    Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan

kurang informasi.

( sumber : perawatan pasien DHF, Christiantie efendy )

3.    Rencana Keperawatan

a.    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.

Tujuan keperawatan :

Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :

-       Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)

-       Pasien bebas dari demam

Rencana intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Kaji saat timbulnya demam.

2.    Observasi tanda-tanda vital tiap 3

jam.

1.    Untuk mengidentifikasi pola demam

pasien.

2.    Tanda-tanda vital merupakan acuan

untuk mengetahui keadaan umum

pasien.

Page 77: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

3.    Beri kompres hangat pada dahi.

4.    Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari)

sedikit tapi sering

5.    Ganti pakaian klien dengan bahan

tipis menyerap keringat.

6.    Beri penjelasan pada keluarga

klien tentang penyebab

meningkatnya suhu tubuh.

7.    Kolaborasi pemberian obat anti

piretik.

3.    Kompres hangat dapat

mengembalikan suhu normal

memperlancar sirkulasi.

4.    Mengurangi panas secara konveksi

(panas terbuang bersama urine dan

keringat sekaligus mengganti cairan

tubuh karena penguapan).

5.    Pakaian yang tipis menyerap keringat

dan membantu mengurangi

penguapan tubuh akibat dari

peningkatan suhu dan dapat terjadi

konduksi.

6.    Penjelasan yang diberikan pada

keluarga klien bisa mengerti dan

kooperatif dalam memberikan

tindakan keperawatan.

7.    Dapat menurunkan demam

b.    Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh

berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.

Tujuan intervensi :

Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :

-       Turgor kulit baik

-       Tanda-tanda vital dalam batas normal

Rencana intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Kaji keadaan umum klien dan tanda-

tanda vital.

     Mengetahui dengan cepat

penyimpangan dari keadaan

normalnya.

Page 78: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

2.    Kaji input dan output cairan.

3.    Observasi adanya tanda-tanda syok.

4.    Anjurkan klien untuk banyak minum.

5.    Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian cairan I.V.

     Mengetahui balance cairan dan

elektrolit dalam tubuh/homeostatis.

     Agar dapat segera dilakukan tindakan

jika terjadi syok.

     Asupan cairan sangat diperlukan

untuk menambah volume cairan

tubuh.

     Pemberian cairan I.V sangat penting

bagi klien yang mengalami deficit

volume cairan untuk memenuhi

kebutuhan cairan klien.

c.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

Tujuan intervensi :

Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :

-       Porsi makan yang disajikan dihabiskan.

Rencana intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Kaji keadaan umum klien

2.    Beri makanan sesuai kebutuhan

tubuh klien.

3.    Anjurkan orang tua klien untuk

memberi makanan sedikit tapi sering.

4.    Anjurkan orang tua klien memberi

makanan TKTP dalam bentuk lunak

1.    Memudahkan untuk intervensi

selanjutnya

2.    Merangsang nafsu makan klien

sehingga klien mau makan.

3.    Makanan dalam porsi kecil tapi sering

memudahkan organ pencernaan

dalam metabolisme.

4.    Makanan dengan komposisi TKTP

berfungsi membantu mempercepat

proses penyembuhan.

Page 79: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

5.    Timbang berat badan klien tiap hari.

6.    Kolaborasi pemberian obat

reborantia.

5.    Berat badan merupakan salah satu

indicator pemenuhan nutrisi berhasil.

6.    Menambah nafsu makan

d.    Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat,

penurunan tekanan osmotic.

Tujuan :

Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan criteria :

-       Keadaan umum membaik

-       Tanda-tanda vital dalam batas normal

Rencana intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Monitor keadaan umum klien

2.    Observasi tanda-tanda vital

3.    Monitor tanda-tanda perdarahan

4.    Anjurkan pada pasien/ keluarga untuk

segera melapor jika ada tanda-tanda

perdarahan.

1.    Memantau kondisi klien selama masa

perawatan terutama saat terjadi

perdarahan sehingga tanda pra syok,

syok dapat ditangani.

2.    Tanda vital dalam batas normal

menandakan keadaan umum klien

baik

3.    Perdarahan yang cepat diketahui

dapat teratasi sehingga klien tidak

sampai pada tahap syok hipovolemik

akibat perdarahan yang hebat.

4.    Keterlibatan keluarga untuk segera

melaporkan jika terjadi perdarahan

terhadap pasien sangat membantu

tim perawatan untuk segera

melakukan tindakan yang tepat.

5.    Untuk mengetahui tingkat kebocoran

Page 80: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

5.    Cek hemoglobin, hematokrit,

trombosit

pembuluh darah yang dialami klien

dan untuk acuan melakukan tindak

lanjut terhadap perdarahan.

e.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan :

Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari, dengan criteria :

-       Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.

-       Klien mampu mandiri setelah bebas demam

Rencana intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Kaji hal-hal yang mampu dilakukan

klien.

2.    Bantu klien memenuhi kebutuhan

aktivitasnya sesuai dengan tingkat

keterbatasan klien.

3.    Beri penjelasan tentang hal-hal yang

dapat membantu dan meningkatkan

kekuatan fisik klien.

4.    Libatkan keluarga dalam pemenuhan

ADL klien

5.    Jelaskan pada keluarga dan klien

tentang pentingnya bedrest ditempat

tidur.

1.   Mengetahui tingkat ketergantungan

klien dalam memenuhi

kebutuhannya.

2.   Bantuan sangat diperlukan klien pada

saat kondisinya lemah dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari

tanpa mengalami ketergantungan

pada orang lain.

3.   Dengan penjelasan, pasien

termotivasi untuk kooperatif selama

perawatan terutama terhadap

tindakan yang dapat meningkatkan

kekuatan fisiknya.

4.   Keluarga merupakan orang terdekat

dengan klien

5.   Untuk mencegah terjadinya keadaan

yang lebih parah

Page 81: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

f.     Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

Tujuan :

Tidak terjadi perdarahan intra abdominal, dengan criteria :

-       Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan

-       Jumlah trombosit meningkat

Rencana intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Monitor tanda-tanda penurunan

trombosit yang disertai tanda-tanda

klinis.

2.    Beri penjelasan tentang pengaruh

trombositopenia (pada keluarga.

3.    Monitor jumlah trombosit setiap hari.

4.    Anjurkan klien untuk banyak istirahat.

5.    Beri penjelasan pada pasien/

keluarga untuk segera melapor jika

ada tanda-tanda perdarahan lebih

1.    Penurunan jumlah trombosit

merupakan tanda-tanda adanya

kebocoran pembuluh darah yang

dapat menimbulkan tanda klinis

berupa perdarahan nyata, seperti

epistaksis, petechiae.

2.    Agar pasien/ keluarga mengetahui

hal-hal yang mungkin terjadi pada

pasien dan dapat membantu

mengantisipasi terjadinya perdarahan

karena trombositopenia

3.    Dengan jumlah trombosit yang

dipantau setiap hari dapat diketahui

tingkat kebocoran pembuluh darah

dan kemungkinan perdarahan yang

dialami oleh klien

4.    Aktivitas klien yang tidak terkontrol

dapat menyebabkan terjadinya

perdarahan.

5.    Keterlibatan keluarga dengan segera

melaporkan terjadinya perdarahan

(nyata) akan membantu pasien

mendapatkan penanganan sedini

Page 82: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

lanjut seperti: hematemesis, melena,

epistaksis.

mungkin.

g.    Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kurang

informasi.

Tujuan :

Kecemasan keluarga teratasi, dengan criteria :

-       Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya

-       Ekspresi wajah ceria

Rencana intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Kaji tingkat kecemasan orang tua

2.    Jelaskan prosedur pengobatan

perawatan anaknya.

3.    Beri kesempatan pada orang tua

untuk bertanya tentang kondisi

anaknya.

4.    Beri penjelasan tiap prosedur/

tindakan yang akan dilakukan

terhadap pasien dan manfaatnya

bagi pasien

5.    Beri dorongan spiritual.

1.    Mengetahui kecemasan orang tua

klien dan memudahkan menentukan

intervensi selanjutnya.

2.    Untuk menambah pengetahuan dan

informasi kepada klien yang dapat

mengurangi kecemasan orang tua.

3.    Untuk memperoleh informasi yang

lebih banyak dan meningkatkan

pengetahuan dan mengurangi stress.

4.    Memberikan penjelasan tentang

proses penyakit, menjelaskan

tentang kemungkinan pemberian

perawatan intensif jika memang

diperlukan oleh pasien untuk

mendapatkan perawatan yang lebih

optimal

5.    Memberi ketenangan kepada klien

dengan berserah diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Page 83: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

C. Implementasi

Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah

direncanakan sebelumnya.

D. Evaluasi

Evaluasi keperawatan DHF adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan pasien penderita DHF.

Diagnosa yang akan di evaluasi diantaranya yaitu :

a.    Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus Dengue,

teratasi dengan suhu tubuh normal (36-37 oC), klien tidak demam lagi

b.    Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan

akan teratasi.

c.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, anoreksia. teratasi dengan

kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan porsi yang diberikan.

d.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi dengan: klien mampu

beraktifitas mandiri dan mampu memenuhi aktivtasnya sendiri.

e.    Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kurang

informasi.teratasi

f.     Reaksi hospitalisasi berhubungan dengan Lingkungan baru dan jauh dari orang terdekat

1.         Implementasi

Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan dari rencana

keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan intervensi keperawatan yang

sudah disusun. Perawat memikul tanggung jawab untuk implementasi tetapi melibatkan

pasien dan keluarga serta anggota tim keparawatan dan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai kebutuhan.

2.         Evaluasi

1.  Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria :

a. Suhu tubuh normal (36 - 37◦ C).

Page 84: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

b. Pasien bebas dari demam.

2.  Nyeri teratsi dengan kriteria :

a.  Rasa nyaman terpenuhi.

b.  Nyeri berkurang atau hilang.

3.  Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Pasien mampu menghabiskan porsi

makan yang diberikan / dibutuhkan.

4.  Tidak terjadi perdarahan intra abdomen dengan kriteria :

a.  Tidak ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

b.  Jumlah trombosit meningkat.

5.  Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kriteria : klien / keluarga mengetahui

tentang proses penyakit, diet dan perawatannya.

6.  Klien mengetahui tentang proses penyakit diet dan perawatannya dengan kriteria : Klien

dan keluarga mengetahui tentang proses penyakit.

7.  Klien mampu beraktifitas dengan kriteria :

a.     Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi.

b.     Klien mampu mandiri setelah bebas dari demam.

Read more: Asuhan Keperawatan DBD http://nandarnurse.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-dbd_1194.html#ixzz2vklQMEUr Under Creative Commons License: Attribution Follow us: nHandar on Facebook

Page 85: Laporan Pendahuluan Personal Hygiene