laporan pendahuluan oksigenasi

16
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigenasi (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel tubuh. Secara normal elemen ini di peroleh dengan cara meghirup udara dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan hipoksia, yang dalam proses lanjut bisa menyebakan kematian jaringan bahkan mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikiann mengharapkan kompetensi perawat mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah. Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor faktor yng mempengaruhi masuknya O2 dari atsmofer hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal-hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya pemberian O2.

Upload: nita-pratiwi

Post on 27-Oct-2015

164 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

oksigenasi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan pendahuluan oksigenasi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oksigenasi (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital

dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel tubuh.

Secara normal elemen ini di peroleh dengan cara meghirup udara dalam setiap

kali bernafas.

Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem

respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2

ditandai dengan hipoksia, yang dalam proses lanjut bisa menyebakan kematian

jaringan bahkan mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikiann

mengharapkan kompetensi perawat mengenal keadaan hipoksemia dengan segera

untuk mengatasi masalah.

Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar

pengetahuan tentang faktor faktor yng mempengaruhi masuknya O2 dari atsmofer

hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian

O2, metode pemberian O2 dan bahaya pemberian O2.

1.2 Tujuan Umum

Dapat memahami proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi

1.3 Tujuan Khusus

Dapat memahami pengertian oksigenasi,proses oksigenasi maupun metode

oksigenasi

Dapat memahami prosedur tindakan oksigenasi, indikasi dan kontra kondikasi

dalam pemenuhan kebutan oksigenasi.

Page 2: laporan pendahuluan oksigenasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat

dibutuhkan proses metabolisme sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida,

energi dan air. Akan tetapi penambahan o2 yang melebihi batas normal pada

tubuh akan memberikan dampak yang cukup berbahaya terhadap aktifitas sel

( wahid iqbal mubarak,2007)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dari proses

metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.

Secara normal elemen elemen ini diperoleh dengan cara menghirup o2 setiap kali

bernafas (wartonah tarwanto,2006)

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan

manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metbolisme sel

tubuh. Kekurangan oksigen isa menyebabkan hal yang sangat berbahaya bagi

tubuh, salahsatunya adalah kematian. Karenanya berbagai upaya perlu dilakukan

untukj menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan

baik. Dalam pelaksanaannya pemenuhan oksigen

2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi

sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran

pernafasan atas seperti hidung,faring,laring,dan epiglotis. Dan bagian bawah

seperti trakea,bronkus,bronkeulus dan paru.

2.3 Proses Oksigenasi

Page 3: laporan pendahuluan oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhabn oksigenasi tubuh terdiri dari 3 tahap yaitu:

a. Ventilasi

Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer kedalam alveoli atau

alveoli ke atmosfer

b. Difusi gas

Pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di

kapiler dengan alveoli

c. Transportasi gas

Proses pendistibusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan O2 jaringan tubuh

ke kapiler.

2.4 Jenis Pernafasan

a. Pernafasan Eksternal

Pernafasan eksternal merupakan masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari

tubuh, sering disebut sebagai pernafasan biasa. Proses pernafasan ini

dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu

bernafas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke

alveoli, lalu oksigen akan menembus membran yg diikat oleh Hb sel darah

merah yang dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh

arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan

tekanan oksigen 100 mmHg. Karbondioksida sebagai hasil buangan

metabolisme menembus membran kapiler alveolar, yakni dari kapiler

darah ke alveoli, dan melalui pipa bronkial ( trakea) dikeluarkan melalui

hidung atau mulut.

b. Pernafasan Internal

Pernafasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel

jaringan dengan jaringan sekitarnya yang sering melibatkan proses

metabolisme tubuh, atau dapat juga dikatakan bahwa proses pernafasan ini

diawali dengan cara yang sudah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengitari

seluruh tubuh, dan akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat,

Page 4: laporan pendahuluan oksigenasi

sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dan darah menerima sebagai

gantinya dan menghasilkan karbondioksida sebagai sisa buanganya.

2.5 Masalah Kebutuhan Oksigen

a. Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan

oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan

penggunaan oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan adanya warna

kebiruan pada kulit (sianosis).

b. Perubahan pola nafas

1. Tachipnea : pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari

24x/menit

2. Bradypnea : pernafasan yang lambat dan kurang dari 10x/ menit

3. Dispnea : pernafasan sesak dan berat saat bernafas

4. Orthopnea : kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk dan

berdiri

5. Kusmaul : pola pernafasan cepat dan dangkal

6. Hiperventilasi : merupakan cara tubuh dalam mengkompensasi

peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernafasan lebih

cepat dan dalam

7. Hipoventilasi : upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida

dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar

8. Chyne stokes : siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula

naik, turun, berhenti, kemudian mulai siklus baru

9. Biot : merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan

chyne stokes tetapi amplitudonya tidak teratur

10. Stidor : pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada

saluran pernafasan

2.6 Indikasi Terapi Oksigen

(Muttaqin 2005) Menyatakan bahwa indikasi utama pemberian terapi oksigen

sebagai berikut :

Page 5: laporan pendahuluan oksigenasi

a. Klien dengan kadar O2 arteri (PaO2) rendah dari hasil analisa gas darah.

b. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap

keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan

serta adanya kerja otot tambahan pernafasan.

c. Klien dengan peningkatan kerja miokard dimana jantuyng berusaha untuk

mengatasi gangguan oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung

yang adekuat.

2.7 Metode Pemberian Oksigen

Metode pemberian oksigen dapat dibagi menjadi 2 teknik:

a. Sistem aliran rendah

Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara

ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada

tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian oksigen

melalui sistem aliran rendah ini ditunjukan untuk klien yang memerlukan

oksigen tetapi masih mampu bernafas normal, misalnya klien dengan

kecepatan pernafasan 16-20x/menit (harahap ,2005).

Kanul Nasal

Aliran O2 1-4 lt/menit menghasilkan O2 dengan konsentrasi

24-44%. Keuntungan : pemberian oksigen stabil, laju pernafasan

teratur, klien bebas makan, bergerak, berbicara, dan klien nyaman.

Kerugian : tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%,

suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut.

Bahaya : seperti iritasi hidung, mengeringkan mukosa hidung,

nyeri sinus.

Sungkup Muka Sederhana

Aliran O2 5-8 ltr/menit menghasilkan O2 deng konsentrasi 40-60%.

Keuntungan : konsentrasi oksigen yang di berikan lebih tinggi dari

kanul nasal,dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.

Kerugian : Jika aliran rendah dapat menyebabkan penumpukan

CO2.

Page 6: laporan pendahuluan oksigenasi

Bahaya : aspirasi bila muntah, empisema subkutan ke dalam

jaringan mata pada aliran O2 yang tinggi bila sungkup muka di

pasang terlalu ketat.

Sungkup Muka Non Rebreathing

Dengan kantong (reservior) Oksigen(antara reservior dan masker

terdapat katup) Aliran O2 8-12 ltr/menit dengan konsentrasi

Oksigen 90%. Keuntungan : konsentrasi oksigen bisa mencapai

100%, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian : kantong

oksigen bisa terlipat.

Sungkup Muka Rebreathing

Dengan kantong oksigen ( antara reservior/kantong dengan masker

tanpa ada penghalang/katup) aliran oksigen 8-12 ltr/mnt

menghasilkan konsentrasi oksigen 60-80%. Keuntungan :

konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana dan

tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian : tidak dapat

memberikan oksigen dengan konsentrasi rendah karena bisa

menyebabkan penumpukan CO2 dan kantong bisa terlipat.

b. Sistem aliran tinggi

Tehnik pemberian O2 dimana Fio2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh

type pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan

konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur.

Yang termasuk dalam sistem ini antara lain :

Venturi Maks

Aliran O2 4-14 liter/menit menghasilkan konsentrasi O2 30-50%

Keuntungan : konsetrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan

petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas

terhadap Fio2, suhu dan kelembaban gas dapat di kontrol serta

tidak terjadi penumpukan CO2.

Kerugian : hampir sama sama dengan sungkup muka lain pada

aliran renggang. Bahaya: terjadi aspirasi bila muntah karena

pemasangan sungkup yang terlalu ketat.

Page 7: laporan pendahuluan oksigenasi

Ambu Bag

Aliran lebih dari 12-15 L/menit menghasilkan o2 mendekati 100%.

Bahaya : Penumpukan air pada aspirasi bila muntah.

2.8 Fisioterapi Pernafasan

Pengertian

adalah suatu usaha untuk mengeluarkan sekret dari dalam paru – paru atau

trakea untuk mempertahankan fungsi – fungsi otot pernafasan.

Tujuan

Utk mempertahankan, memperbaiki, dan mencapai keefektifan dari

seluruh bagian paru termasuk relaksasi otot pernafasan.

Utk mencegah kolaps dari bagian paru yg disebabkan

terhambatnya sekresi sekret.

Menghindarkan tjd Broncho pneumonia dan komplikasi lainnya

Macam Fisioterapi Nafas

Latihan Pernafasan ( Breathing Excersice )

Menepuk - nepuk dada ( Clapping )

Menggetarkan ( Vibrating )

Posisi Drainage

A. Breathing Excersice

Tujuan

Membantu melancarkan pengeluaran pernafasan sekret dan merangsang

terjadinya batuk serta mendapatkan pengembangan yg maksimal pd bagian

paru yg terkena penyakit

Bentuk Latihan

Pernafasan Diafragma

Batuk Efektif

1) Pernafasan Diafragma

Melatih pasien bagaimana caranya bernafas dalam dengan

menggunakn diafragma.

Page 8: laporan pendahuluan oksigenasi

Caranya :

Px disuruh menarik nafas lewat hidung, kemudian disuruh

menghembuskan nafas lewat mulut secara pelan – pelan.

Px disuruh bernafas dalam seperti tadi dg frekwensi 5 – 20 kali

tarikan nafas / hembusan nafas, lalu dibatukkan.

Latihan nafas dilakukan setiap 1 – 2 jam

2) Batuk Efektif

Tujuannya utk mengeluarkan benda asing dari dalam saluran

pernafasan secara efesien termasuk mengeluarkan skret dari traktus

respiratorius.

Faktor yg mempengaruhi :

Kemampuan menarik nafas dalam dan

menghembuskan keluar dg cepat .

Fungsi glotis yg normal.

Kekuatan otot dinding depan abdomen yg cukup

B. Clapping

Tujuan

Untuk membantu mendorong dalam mengeluarkan sekret di dalam paru yg

diharapkan dapat keluar secara gaya gravitasi. Teknik ini dilakukan

dengan menepuk – nepukkan tangan dalam posisi telungkup.

Caranya :

Menepuk – nepuk pd dinding thorak klien (+ 30 mnt satu kali

fisioterapi nafas)

Penepukan dpt membuat skret terlepas, shg udara dpt masuk ke

paru & sekret dpt keluar ke arah broncus/trakea, lalu klien disurh

batuk.

Pada waktu penepukan perhatikan KU klien dan reaksi klien.

C. Vibrating

Tujuan

Merangsang terjadinya batuk

Membantu lancarkan pengeluaran sekret

Page 9: laporan pendahuluan oksigenasi

Caranya :

Klien disuruh bernafas diafragma

Letakkan kedua tangan diatas dinding toraks pada waktu klien

mengeluarkan nafas, kita lakukan tindakan menggetarkan tangan

( vibrating ).

Setelah dilakukan vibrasi sebanyak 2 – 3 kali, lalu klien disuruh

batuk.

Perhatikan !!

Tindakan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat vibrator

( memakai tenaga listrik )

Cegah terjadinya kerusakan tulang iga dan organ didalamnya.

Perhatikan klien jangan sampai kesakitan

D. Posisi Drainage

Tujuan

Dengan posisi drainage, tidak akan terjadi penimbunan sekret di

dalam paru- paru.

Mencegah terhambatnya saluran bronkus. Dengan demikian

mencegah kolaps dari paru.

Perhatian !!

Perubahan posisi dapat menyebabkan turunnya tekanan darah pada

pasien dengan hemodinamik yang belum stabil.

Penempatan posisi sejauh tidak ada kotraindikasi

Sebaiknya dilakukan sebelum waktu makan

2.8 Pengkajian Keperawatan

a. Pengkajian terhadap riwayat keperawatan diantara ada tindakannya

riwayat gangguan pernafasan( gangguan hidung dan tenggorokan), seperti

adanya sinusitis, adanya obstruksi nasal ataupun infeksi kronis.

b. Pengkajian pola batuk,produksi sputum,sakit dada(chest pain).

Page 10: laporan pendahuluan oksigenasi

c. Pemeriksaan fisik terhadap jalan nafas frekuensi, sifat pernafasan,irama

pernafasan dalam/dangkalnya pernafasan, nyeri tekan, pembengakan pada

dada, getaran suara,perkusi paru,suara nafas dasar dan suara nafas

tambahan.

d. Pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan laboratorium

rutin(Hb,leukosit,sputum,dll).

e. Pernafasan diagnostik meliputi rontgen

dada,bronkografi,aniografi,endoskopi dan lain lain.

2.9 Diagnosa Keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret pada bronkus

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,

diharapkan masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi dan pasien dapat

bernafas dengan normal.

Kriteria hasil : suara nafas bersih, tidak terdengar suara ronchi, tidak ada

dispnea, RR normal (16-24x/menit)

Intervensi :

Kaji fungsi respirasi ( suara nafas, frekuensi, serta otot bantu

pernafasan)

R/ adanya perubahan fungsi respirasi menandakan kondisi penyakit

yang masih perlu penanganan penuh

Berikan posisi semi fowler

R/ posisi semi fowler dapat memaksimalkan ekspansi paru

Ajarkan pasien untuk batuk efektif

R/ batuk efektif membantu ekspektorasi mukus

Anjurkan pasien untuk mengurangi aktifitas berlebih

R/ untuk meminimalkan kebutuhan O2