laporan pendahuluan batu ginjal

16
Laporan Pendahuluan Batu Ginjal LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL A. Pengertian Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di ginjal dari kristalisasi mineral dan zat lain yang biasanya larut dalam urin. Diagnosis keperawatan yang umum dalam Rencana Perawatan untuk batu ginjal ini adalah: nyeri akut, Gangguan eliminasi urine, kurangnya pengetahuan (rencana pengobatan), Gangguan eliminasi urine, perfusi jaringan yang tidak efektif: ginjal, Risiko untuk ketidakseimbangan volume cairan, Risiko untuk infeksi, Risiko cedera. B. Etiologi Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

Upload: nur-rizky-daulika-putri

Post on 30-Sep-2015

87 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ugvih

TRANSCRIPT

Laporan Pendahuluan Batu Ginjal

LAPORAN PENDAHULUANBATU GINJAL

A. PengertianBatu ginjal adalah batu yang terbentuk di ginjal dari kristalisasi mineral dan zat lain yang biasanya larut dalam urin.Diagnosis keperawatan yang umum dalam Rencana Perawatan untuk batu ginjal ini adalah: nyeri akut, Gangguan eliminasi urine, kurangnya pengetahuan (rencana pengobatan), Gangguan eliminasi urine, perfusi jaringan yang tidak efektif: ginjal, Risiko untuk ketidakseimbangan volume cairan, Risiko untuk infeksi, Risiko cedera.B. EtiologiDalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadangkadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik, meliputi:1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita. Faktor ekstrinsik, meliputi:1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).2. Iklim dan temperatur.3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.C. MANIFESTASI KLINIK Obstruksi. Peningkatan tekanan hidrostatik. Distensi pelvis ginjal. Rasa panas dan terbakar di pinggang. Kolik. Peningkatan suhu (demam). Hematuri. Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare. Nyeri hebat D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi: Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB). USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory pyelography tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL, pengobatan metformin, dan myelomatosis. CT Scan

E. Patoflow

Herediter Lingkungan Super saturasi Inhibitor kristal Ph.urinePekerjaanDiet tinggi kalsium kristal Membentuk batu

Batu Kecil Batu besarLolos ke dalam ureter melalui urine Tinggal di pelvis Obstruksi PhUrine Retensi urine Mengiritasi Infeksi Refluk urine Perforasi ginjal Uritritis Hydronefrosis perdarahan Nyeri Gagal ginjal HematuriaF. KOMPLIKASI1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau pengangkatan batu ginjal.

ASUHAN KEPERAWATANBATU GINJAL

A. PENGKAJIANRiwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:1. Aktivitas/istirahat:Gejala:- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk.- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi.- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama).2. SirkulasiTanda:- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal).- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat.3. EliminasiGejala:- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya.- Penrunan volume urine.- Rasa terbakar, dorongan berkemih.- Diare.Tanda:- Oliguria, hematuria, poliuria.- Perubahan pola berkemih.4. Makanan dan cairan:

Gejala:- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen.- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat.- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup.

Tanda:- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus.- Muntah.5. Nyeri dan kenyamanan:Gejala:- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan).Tanda:- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi.- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit.6. Keamanan:Gejala:- Penggunaan alcohol.- Demam/menggigil.7. Penyuluhan/pembelajaran:Gejala:- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis.- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

B. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

C. Intervensi KeperawatanDx1: Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler. Intervensi1. Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar.2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.3. Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)4. Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik.5. Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas toleransi jantung.6. Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri abdomen.7. Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:- Analgetik- Antispasmodik- Kortikosteroid8. Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan.

Dx 2:Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.Intervensi:1. Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu.2. Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi.3. Dorong peningkatan asupan cairan.4. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.5. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)6. Berikan obat sesuai indikasi:- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim)- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)- Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)- Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)- Antibiotika- Natrium bikarbonat- Asam askorbat7. Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral atau nefrostomi).8. Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai indikasi.9. Siapkan klien dan bantu prosedur endoskopi.

Dx 3:Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.Intervensi:1. Awasi asupan dan haluaran2. Catat insiden dan karakteristik muntah, diare.3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari.4. Awasi tanda vital.5. Timbang berat badan setiap hari.6. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan elektrolit.7. Berikan cairan infus sesuai program terapi.8. Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan klien.9. Berikan obat sesuai program terapi (antiemetik misalnya Proklorperasin/ Campazin).

Dx 4: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.Intervensi:1. Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari.2. Kaji ulang program diet sesuai indikasi.- Diet rendah purin- Diet rendah kalsium- Diet rendah oksalat- Diet rendah kalsium/fosfat3. Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas.4. Jelaskan tentang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik (nyeri berulang, hematuria, oliguria)5. Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap luka insisi dan kateter bila ada.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi/Elisabeth. J. Cowin. EGC: Jakarta.Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta.Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem perkemihan. Salemba Medika: Jakarta.Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta.

SISTEM URINARIA (SISTEMPERKEMIHAN)November 3, 2010 at 6:39 pm (Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia, Tugas pendahuluan FAAL) Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu system kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan bayak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.Sistem perkemihan melibatkan 6 organ, yaitu: Ginjal ureter Kandung Kemih Saluran Kencing (Uretra)Organ yang paling berperan dalam hal ini adalah Ginjal (Renal; Kidney).ANATOMI GINJAL

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi columna vertebralis, di bawah liverdan limphe. Di bagian superior ginjal terdapat adrenal gland (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritonium yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebraT12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh igake sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Pada orang dewasa, panjang ginjal sekitar 12-13 cm, lebarnya 6 cm, tebal 2,5 cm dan beratnya 140 gram ( pria=150 170 gram, wanita = 115-155 gram)Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inci (25 ningga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesica urinaria. Fungsi ureter menyalurkan urine ke vesica urinaria.Vesica urinaria merupakan kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis. Fungsi vesica urinaria: (1) Sebagai tempat penyimpanan urine, dan (2) mendorong urine keluar dari tubuh.

Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu Korteks dan medula.1. Korteks : bagian luar dari ginjal2. Medula : Bagian dalam dari ginjal3. Piramid : Medula yang terbagi-bagi menjadi baji segitiga4. Kolumna Bertini ; Bagian korteks yang mengelilingi piramid.5. Papilaris berlini : Papila dari tiap piramid yang terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.6. Pelvis: Reservoar utama sistem pengumpulan ginjal.7. Kaliks minor: bagian ujung pelvis berbentuk seperti cawan yang mengalami penyempitan karena adanya duktus papilaris yang masuk ke bagian pelvis ginjal.8. Kaliks mayor: Kumpulan dari beberapa kaliks minor.Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.NEFRONDi ulangi lagi. Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.Dapat dibedakan dua jenis nefron:1. Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.2. Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke dalam zona dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke cortex.

Bagian-bagian nefron:a. GlomerolusSuatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.b. Kapsula BowmanBagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.c. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:1.Tubulus proksimalTubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.2.Lengkung HenleLengkung henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal.Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.3.Tubulus distalBerfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.d. Duktus pengumpul (duktus kolektifus)Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.TP Nomor 1: Tulis ulang tentang anatomi ginjal Tanpa menggunakan istilah Kesehatan atau bahasa latin dan yunani nya.. (menggunakan bahasa Indonesia).FISIOLOGI GINJALGinjal memiliki fungsi yaitu:1. Pengeluaran zat sisa oranik2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting3. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh4. Pengaturan produksi sel darah merah5. Pengaturan tekanan darah6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah7. Pengeluaran zat beracunTP Nomor 2: Jelaskan proses fungsi ginjal di atas.Adapun proses pembentukan urin dapat di download di sini.TP Nomor 3: Jelaskan proses pembentukan urin sesuai dengan video animasinya.TP Nomor 4: buatlah daftar istilah untuk Sistem Urinaria, Contoh :IstilahArti (dari literature)Penjabaran dari arti

superior(dalam anatomi) terletak paling atas dalam tubuh dalam kaitannya dengan struktur atau permukaan lain.Istilah yang digunakan untuk menunjukkan letak di atas dari..Misal:bagian superior ginjal = bagian atas ginjal

dan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA1. Siregar, Harris, dkk. 1995. Sistem Urogenitalia Fisiologi Ginjal, Edisi ketiga. Bagian Ilmu Fisiologi Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.2. Pricw, Lorraine, 2006, pathophysioloy: clinical concepts of disease processes, 6/E, Alsevier Science.3. Sherwood. Fisiologi manusia dari sel ke sistem