laporan oskim 4

13
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA ACARA IV PENGUKURAN TOTAL CO 2 Oleh : LUTFI RAHMAWATI 26020114120043 Kelas A Asisten : Deska Dwi Iriana 26020112130084 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Upload: lutfi-rahmawati

Post on 15-Sep-2015

288 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Mengenai tentang pengukuran total CO2

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIAACARA IVPENGUKURAN TOTAL CO2

Oleh :LUTFI RAHMAWATI26020114120043Kelas A

Asisten :Deska Dwi Iriana26020112130084

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJURUSAN ILMU KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

No.Materi Nilai

1Pendahuluan

2Tinjauan Pustaka

3Materi dan Metode

4Hasil

5Pembahasan

6Penutup

7Daftar Pustaka

8Lampiran

TOTAL

Semarang, 26 Mei 2015

Asisten PraktikumPraktikan

Deska Dwi IrianaLutfi Rahmawati2602011213008426020114120043

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAir merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua mahluk hidup. Dalam air terkandung berbagai macam unsur-unsur yang membentuk suatu unit yang saling berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap sifat dan kualitas air itu sendiri.Salah satu parameter kimia yang ada di dalam parairan yaitu gas karbondioksida (CO2) yang dipengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini dalam perairan jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organisme-organisme yang melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini akan mempengaruhi organisme dalam proses fotosintesis.Adanya karbondioksida (CO2) yang berlebih di udara dapat mengurangi kesegaran dan kebersihan udara yang kita hirup. Karbondioksida (CO2) juga bisa menjadi polusi udara apabila kadarnya dalam udara berlebih, karena jika udara mengandung CO2 yang berlebih, yaitu lebih dari 5000ppm, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan itu antara lain gangguan pernapasan juga keracunan terhadap susunan saraf. Bahkan dalam kadar tertentu akan membunuh hewan-hewan yang ada di bumi.Sekarang ini kadar karbondioksida terus meningkat akibat ulah manusia, Karbondioksida adalah penyebab utama adanya global warming, dengan adanya peningkatan kadar karbondioksida di udara aakan semakin membahayakan alam. Sehingga kita perlu memantau kandungan karbondioksida (CO2) di udara agar kita dapat melakukan pencegahan penambahan kadar CO2 yang berlebihan di udara, karena akan membahayakan kehidupan Oleh karena itu diperlukan adanya alat pengakuisisi agar kita dapat mengetahui kadar karbondioksida di udara di suatu tempat.Karbondioksida (CO2) tidak bertambah banyak pada kedalaman yang lebih besar kecuali di lapisan dekat dengan dasar, demikian pula dengan pH. Karena Kalsium karbonat yang diendapkan didaerah trophogenic jatuh perlahan-lahan ke dasar dan bertemu dengan karbondioksida (CO2) agresif didaerah tropholytic, serta menambah kosentrasinya di lapisan bawah. Untuk mengetahui kadar karbondioksida (CO2) diperlukan metode pengukuran konsenterasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa) yaitu dengan penambahan indikator.

1.2 TujuanPengukuran total CO2 dengan menggunakan metode alkalimetri

1.3 Manfaat 1. Praktikan dapat mengetahui metode alkalimetri2. Praktikan dapat menegetahui pengukuran total CO2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CO2Menurut Takahashi et al. (2008) dalam Daulat et al. (2014), karbon dioksida (CO2) adalah senyawa kimia anorganik yang memiliki berbagai penggunaan komersial, dari produksi laser hingga karbonasi minuman ringan. Senyawa ini ada secara alami di lingkungan bumi dan diproduksi dalam berbagai cara, sedangkan CO2 komersial biasanya berasal dari produk sampingan proses industri.Menurut data yang ada, konsentrasi CO2 atmosfer per Agustus 2013 sekitar 395,15 ppm dan diperkirakan akan mengalami peningkatan sekitar 2,07 ppm tiap tahunnya selama beberapa dekade. Peningkatan konsentrasi CO2 atmosfer ini berimbas pada keseimbangan konsentrasi dan tekanan parsial CO2 permukaan laut sehingga dapat mempengaruhi karbon anorganik dan organik lautan. Perairan laut Indonesia mencapai 17% dari total wilayah laut dunia, sehingga berperan penting dalam siklus karbon dan berpotensi menyerap CO2 karena mempunyai produktivitas primer tinggi. Karbon anorganik terlarut (Dissolved Inorganic Carbon/DIC) merupakan parameter karbon yang juga berperan sebagai bufer pH alami suatu perairan (buffer karbonat), sedangkan Total Karbon Organik (Total Organic Carbon/TOC) menunjukan jumlah karbon terikat dalam senyawa organik baik berasal dari dekomposisi hewan ataupun tumbuhan. DIC dan TOC merupakan parameter karbon yang dapat dijadikan acuan besarnya senyawa organik karbon yang terikat dan dibutuhkan biota perairan sehingga dapat dijadikan indikator kesuburan perairan (Baum et al. 2007 dalam Daulat et al. 2014).

2.1.1 Siklus CO2Menurut Sutaryo (2009) dalam Simamora et al. (2002), biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. biomassa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Sebagai konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan sebagainya akan menambah jumlah karbon di atmosfer. Dinamika karbon di alam dapat dijelaskan secara sederhana dengan siklus karbon. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia yang mencakup pertukaran karbon di antara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi. Selain melakukan proses fotosintesis untuk merubah karbondioksida (CO2) menjadi Oksigen (O2), tumbuhan juga melakukan proses respirasi yang melepaskan CO2. Namun proses ini cenderung tidak signifikan karena CO2 yang dilepas masih dapat diserap kembali pada saat proses fotosintesis. Pada saat tumbuhan atau satwa hutan mati, akan terjadi proses dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang melepaskan CO2 ke atmosfer. Di hutan alam akan banyak terjadi mortalitas akibat usia, persaingan tempat tumbuh maupun akibat penyebab lain seperti hama, penyakit, maupun bencana alam (Simamora et al. 2002).

2.1.2 Kadar CO2 di perairanMeningkatkan kadar CO2 terlarut di dalam air diduga karena meningkatnya proses biooksidasi yang dilakukan mikroorganisme yang meliputi proses oksidasi bahan-bahan organik yang dibawa oleh limbah tersebut. Makin tinggi kandungan bahan organik dalam limbah , berarti kemungkinan kandungan CO2 terlarut akan semakin tinggi. Selain itu proses sintesis sel dan proses oksidasi sel yang dilakukan mikroorganisme perairan, secara keseluruhan dapat meningkatkan kadar CO2 terlarut (Pratiwi, 2010).Menurut Sjoo et al. (2009) dalam Pratiwi (2010), secara sederhana reaksi reaksi yang menghasilkan CO2 adalah seperti ditulis dibawah ini :

Selama proses oksidasi tersebut biasanya akan terbentuk hasil-hasil sampingan yang bersifat sementara seperti amonia, H2S, dan alkohol yang menimbulkan bau busuk dan bersifat toksis sehingga dapat mematikan organisme yg ada diperairan tersebut (Sjoo et al. (2009) dalam Pratiwi (2010)).

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi CO2 di perairanMenurut Afandi (2009), faktor yang mempengaruhi CO2, yaitu :1. Faktor Intrinsik, merupakan sifat-sifat fisik, kimia, dan struktur yang dimiliki oleh bahan pangan itu sendiri, berupa : Kandungan nutrisi Nilai pH Aktivitas air2. Faktor Ekstrinsik, faktor yang memepengaruhi terhadap kehidupan mikroba, antara lain : Suhu Kelembaban Susunan gas diatmosfer3. Faktor Implisit, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba, berupa : Sinergisme Antagonisme4. Faktor PengolahanMikroba spesifik yang terdapat di dalam bahan-bahan pangan dapat dikurangi jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan atau pengawetan pangan. Jenis-jenis pengolahan atau pengawetan pangan yang berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, antara lain suhu tinggi, suhu rendah, penambahan pangan pengawet dan irradiasi.

2.2 Titasi AlkalimetriMenurut Andari (2013), alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara ion hidrogen (berasal dari asam) dengan ion hidroksida (berasal dari basa) yang membentuk molekul air. Karenanya alkalimetri dapat didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu bahan dengan mnggunakan larutan basa yang sesuai. Asam, menurut Arrhenius, adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air terurai menjadi ion hidrogen (H+) dan anion, sedang basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air terurai menjadi ion hidroksida (OH-) dan kation. Teori ini hanya berlaku untuk senyawa anorganik yang larut dalam air. Menurut Bronstead- Lowry, asam adalah senyawa yang cenderung untuk melepaskan proton, sedangkan basa adalah senyawa yang cenderung menangkap proton. Teori ini berlaku untuk segala macam pelarut. Sedang menurut Lewis, asam adalah aseptor pasangan electron, sedang basa adalah donor pasangan electron. Dengan teori ini konsep mengenai asam berubah sama sekali yaitu bahwa senyawa asam itu tidak harus mengandung proton (Andari, 2013).

2.3 Indikator PPPenambahan indikator fenoftalein bertujuan untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan. Indikator PP dengan range pH 8,0 9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutan basa dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi merah mudaakibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasia.indikator pp juga dilakukan untuk membandingkan pengujian (Haryani,2013).

2.4 Natrium KarbonatMenurut Anony (2009) dalam Indah (2009), Natrium bikarbonat atau disebut juga natrium hydrogen bikarbonat merupakan senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Senyawa ini biasanya berupa padatan putih yang kristalin namun terkadang berupa serbuk putih halus, sedikit terasa alkalin menyerupai natrium karbonat. Senyawa ni merupakan komponen dari mineral natron dan biasanya ditemukan terlarut dalam beberapa sumber mineral lain. Bentuk mineral alaminya dikenal sebagai nahkolit. Tiruan senyawa ini biasanya juga diproduksi. Semenjak, penggunaannya semakin meluas, matrium bikarbonat ini mempunyai beberapa nama dagang antara lain baking soda, soda kue, soda masak, dan soda bokarbonat.

2.5 Baku mutu perairan yang baikMenurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (2004), baku mutu air laut untuk biota laut adalah :

III. PENUTUP

3.1 KesimpulanDari hasil praktikum yang telah diuji menghasilkan 8,8 ppm dengan menggunakan metode alkalimetri yaitu metode yang berdasarkan pada reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara ion hidrogen (berasal dari asam) dengan ion hidroksida (berasal dari basa) yang membentuk molekul air.

3.2 Saran Pada saat pembuatan larutan titrasinya lebih teliti agar hasil yang didapat sesuai dengan ketentuan Praktikan dapat bisa menjaga suasana dalam laboraturium agar praktikum dapat berjalan dengan baik

DAFTAR PUSTAKAAfandi. 2009. PENGARUH CO2 (KARBONDIOKSIDA) MURNI TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA PRODUK MINUMAN FANTA Di PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera UtaraAndari. 2013. PERBANDINGAN PENETAPAN KADAR KETOPROFEN TABLET SECARA ALKALIMETRI DENGAN SPEKTROFOTOMETRI- UV. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum JombangDaulat et al. 2014. Sebaran kandungan CO2 terlarut di perairan pesisir selatan Kepulauan Natuna. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia , JakartaIndah. 2009. Natrium Bikarbonat dan Kalium Bitartart sebagai bahan baku pembuatan Garam Rochelle. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya MalangMenteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT. JakartaPratiwi. 2010. PENENTUAN TINGKAT PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL BERDASARKAN NUTRITION VALUE COEFICIENT BIONDIKA TOR. Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Sains & Teknologi AKPRIND YogyakartaSimamora et al. 2002. KEANEKARAGAMAN POHON DAN POLE SERTA POTENSI KARBON TERSIMPAN DI KAWASAN HUTAN SEKUNDER 30 TAHUN DAN PERKEBUNAN KOPI DI TELAGAH, LANGKAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sumatera Utara