laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakarta

62
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu factor penunjang di dalam proses pembelajaran di sekolah. Khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan yang mata pelajaran produktif/kejuruan sangat membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik. Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang baik disertai dengan pengelolaannya yang baik akan menghasilkan mutu pendidikan kejuruan yang baik pula. Tidak sedikit sekolah kejuruan yang membuka program studi keahlian tertentu tetapi tidak di tunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu sarana prasarana yang sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran adalah ruang praktik. Ruang praktik meliputi bengkel, studio, demplot, kandang, bangsal dan ruang sejenis yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan praktik, perawatan dan perbaikan peralatan. Pemanfaatan sebuah bengkel tentu perlu ada tindakan pengelolaan dan perawatan secara benar. Hal tersebut ditujukan untuk kenyamanan dan keamanan pengguna bengkel serta keterjagaan alat yang ada di bengkel tersebut. Bengkel yang terawat tentu akan membuat nyaman penggunanya dalam bekerja dan dapat mengurangi resiko kecelakaan. Sebaliknya bengkel yang tidak terawat dari segi kebersihannya, alat-alat yang berantakan akan membuat penggunannya tidak nyaman untuk bekerja. Untuk mengkondisikan bengkel dalam keadaan bersih, rapi dan terawat diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan bengkel secara baik dan benar. Keberadaan bengkel di Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan dapat membentuk kompetensi dan skill peserta didik sehingga ketika lulus dari bangku pendidikan kejuruan mereka mampu dan siap untuk memasuki dunia kerja baik di perusahaan, industry maupun lembaga-lembaga pemerintahan. Selain itu peserta didik mampu untuk membuka lapangan kerja sendiri atau berwirausaha. Hal ini telah dibuktikan oleh SMK Katolik St. Mikael Surakarta yang telah membentuk dan menghasilkan lulusan-lulusan SMK yang memiliki kompetensi dan skill yang berkualitas dan sangat berkompeten. Banyak perusahaan dan industry yang saling rebutan untuk mendapatkan lulusan SMK Katolik St. Mikael Surakarta untuk bekerja di tempat mereka.

Upload: lapalutu

Post on 17-Aug-2015

368 views

Category:

Education


57 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu factor penunjang di dalam

proses pembelajaran di sekolah. Khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan yang mata

pelajaran produktif/kejuruan sangat membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik.

Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang baik disertai dengan pengelolaannya

yang baik akan menghasilkan mutu pendidikan kejuruan yang baik pula. Tidak sedikit

sekolah kejuruan yang membuka program studi keahlian tertentu tetapi tidak di tunjang

dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu sarana prasarana yang

sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran adalah ruang praktik. Ruang praktik

meliputi bengkel, studio, demplot, kandang, bangsal dan ruang sejenis yang digunakan

sebagai tempat pelaksanaan praktik, perawatan dan perbaikan peralatan.

Pemanfaatan sebuah bengkel tentu perlu ada tindakan pengelolaan dan perawatan

secara benar. Hal tersebut ditujukan untuk kenyamanan dan keamanan pengguna bengkel

serta keterjagaan alat yang ada di bengkel tersebut. Bengkel yang terawat tentu akan

membuat nyaman penggunanya dalam bekerja dan dapat mengurangi resiko kecelakaan.

Sebaliknya bengkel yang tidak terawat dari segi kebersihannya, alat-alat yang berantakan

akan membuat penggunannya tidak nyaman untuk bekerja. Untuk mengkondisikan bengkel

dalam keadaan bersih, rapi dan terawat diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan bengkel

secara baik dan benar.

Keberadaan bengkel di Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan dapat membentuk

kompetensi dan skill peserta didik sehingga ketika lulus dari bangku pendidikan kejuruan

mereka mampu dan siap untuk memasuki dunia kerja baik di perusahaan, industry maupun

lembaga-lembaga pemerintahan. Selain itu peserta didik mampu untuk membuka lapangan

kerja sendiri atau berwirausaha. Hal ini telah dibuktikan oleh SMK Katolik St. Mikael

Surakarta yang telah membentuk dan menghasilkan lulusan-lulusan SMK yang memiliki

kompetensi dan skill yang berkualitas dan sangat berkompeten. Banyak perusahaan dan

industry yang saling rebutan untuk mendapatkan lulusan SMK Katolik St. Mikael

Surakarta untuk bekerja di tempat mereka.

2

Berdasarkan pemaparan diatas, kami dari kelompok 3 yang beranggotakan 3 orang

melakukan pengamatan/observasi bengkel dan Lab di dua sekolah kejuruan yakni SMK

Katolik St. Mikael Surakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta. Di SMK St. Mikael

Surakarta yang diamati adalah jurusan teknik mesin sedangkan di SMK Negeri 6

Yogyakarta yang diamati adalah lab/dapur kompetensi keahlian jasa boga.

B. Tujuan Observasi

Adapun tujuan dari observasi bengkel ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Lab dan Bengkel.

2. Untuk mengetahui gambaran dan kondisi secara nyata dari lab dan bengkel di SMK

khususnya SMK Katolik St. Mikael Surakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui aktifitas pembelajaran di lab dan bengkel SMK khususnya SMK

Katolik St. Mikael Surakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta.

C. Manfaat Observasi

Adapun manfaat yang di dapatkan dari observasi lab dan bengkel adalah sebagai

berikut :

1. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dari gambaran dan kondisi nyata

lab dan bengkel teknik mesin dan jasa boga, hal ini tentu sangat bermanfaat bagi

kami kelompok 3 yang basic jurusan teknik informatika.

2. Menambah wawasan tentang pengelolaan pembelajaran di bengkel yang baik

terhadap peserta didik SMK.

3. Menambah wawasan dan pengalaman tentang pentingnya membentuk sikap dan

budaya kerja yang baik terhadap peserta didik SMK.

3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar

keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang

sebagai latihan keterampilan (Hamalik, 1990 : 24). Djohar (2007:1285) mengemukakan

pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta

didik menjadi tenaga kerja yang professional. Ditegaskan oleh Byram dan Wenrich

(1956:50) bahwa “vocational education is teaching people how to work effectifely”. Secara

lebih spesifik Wenrich sebagaimana dikutip Soeharto (1988:2) mengemukakan pendidikan

kejuruan adalah seluruh bentuk pendidikan persiapan untuk bekerja yang dilakukan di

sekolah menengah.

Dari pemaparan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan

adalah pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik di sekolah

menengah untuk siap memasuki dunia kerja. Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan dari

segi pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Di Indonesia sebagaimana tertuang di dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan vokasional terdiri atas tiga

jenis yaitu pendidikan kejuruan, vokasi dan professional. Pendidikan kejuruan merupakan

pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam

bidang tertentu. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta

didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara program

sarjana. Pendidikan professional merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik

untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Ketiga pendidikan tersebut

tujuannya sama yaitu mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu.

B. Sarana dan Prasarana

a. Sarana Pendidikan.

Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang

secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan seperti :

gedung, ruang belajar, meja, kursi dsb. Menurut Bafadal (2003:2) sarana pendidikan

4

adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan

dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan menurut rumusan Tim Penyusun

Pedoman Pembukuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

yang dimaksud sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses

belajar mengajar, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan

pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah

peralatan maupun perlengkapan yang digunakan untuk memperlancar proses

pembelajaran peserta didik.

b. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan adalah infrastruktur dasar yang harus ada dalam suatu

kegiatan pendidikan pelatihan atau fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.

Bafadal (2005: 11) menjelaskan bahwa prasarana pendidikan adalah fasilitas yang

secara tidak langsung menunjang proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman,

kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah tetapi dimanfaatkan secara langsung

digunakan untuk proses belajar mengajar seperti halaman sekolah sekaligus sebagai

lapangan olahraga,

Adapun prasarana pendidikan meliputi : lahan, ruang kelas, ruang kepala sekolah,

ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang

perpustakaan, ruang unit produksi, tempat berolahraga, tempat beribadah, kantin serta

tempat-tempat lain yang dapat menunjang proses pembelajaran.

Jenis –jenis prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua

macam yaitu : (1) prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses

belajar mengajar seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek ketrampilan

dan ruang laboratorium, (2) prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan

untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya

proses belajar mengajar seperti ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju

sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, kamar kecil, tempat parkir kendaraan.

5

C. Laboratorium, dapur dan Bengkel

a. Laboratorium.

Laboratorium disingkat lab adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran,

ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk

memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Sementara

menurut Emha (2002) laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan

percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia,

biologi atau bidang ilmu lain. Fungsi laboratorium dalam proses pendidikan adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual, melalui

kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.

2. Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah keterampilannya

dalam menggunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan

kebenaran.

3. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuwan.

4. Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau

penemuan yang diperolehnya.

b. Dapur praktik.

Dapur praktik merupakan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran

siswa. Menurut Purwadarmita bahwa dapur dapat diartikan sebagai ruangan atau

bagian rumah tempat menyediakan makanan orang banyak, sedangkan dapur dalam

New International Dictionary edisi ketiga (1974:1247) adalah “a room or some other

space (as well as area or separate building) with facilities for cooking or place for

prepare meal” dapat diartikan bahwa dapur adalah sebuah ruangan atau area yang

merupakan bagian dari sebuah bangunan yang digunakan untuk menyiapkan atau

memproduksi makanan.

Sebuah dapur harus memiliki peralatan dan perlengkapan yang menunjang proses

pembelajaran. Secara garis besar peralatan dapur dapat dibagi menjadi : large

equipment (peralatan dapur berukuran besar), mechanical equipment (peralatan dapur

yang berupa mesin), small equipment (peralatan dapur berukuran kecil) (Kinton dan

6

Ceserani, 1984:97). Walau pembagian tersebut sudah secara umum tetapi tidak semua

dapur terdapat peralatan-peralatan tersebut karena penggunaan peralatan tersebut

tergantung pada kebutuhan dan kemampuan sekolah pengelola dan merawat peralatan

dapur tersebut.

c. Bengkel.

Pengertian bengkel secara umum merupakan tempat (bangunan atau ruangan)

untuk perawatan/pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat

pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan bengkel yang digunakan di

sekolah merupakan bengkel tempat untuk praktik peserta didik berkaitan dengan

kompetensi yang akan dicapai di setiap pertemuan.

Bengkel sebaiknya dilengkapi dengan perkakas yang diperlukan. Perkakas pada

bengkel umumnya dikategorikan berdasarkan fungsi kerjanya masing-masing

(Permana, 2006). Macam-macam perkakas antara lain : perkakas pengikat, perkakas

pemindah dan perkakas pemotong.

1. Perkakas pengikat adalah perkakas atau alat yang digunakan untuk mengikat

benda seperti baut, sekrup, mur, ring dan lain-lain agar tidak bergerak atau

bergeser saat diberi perlakuan (Daryanto, 2003).

2. Perkakas pemindah (palu) adalah alat untuk memukul benda kerja. Penggunaan

palu tergantung pada kebutuhan. Palu sangat bervariasi jenis dan ukurannya dan

masing-masing memiliki fungsi tersendiri.

3. Perkakas pemotong merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan material

dari suatu bahan. Contohnya gergaji, penggores, tang potong, gunting dsb.

D. Standarisasi Bengkel Teknik Pemesinan.

Berdasarkan lampiran Permen no.40 tahun 2008 bahwa :

1. Ruang praktik program keahlian teknik pemesinan berfungsi sebagai tempat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran : pekerjaan logam dasar, pengukuran dan

pengujian logam, membubut lurus, bertingkat, tirus, ulir luar dan dalam, memfrais

lurus, bertingkat, roda gigi, menggerinda alat, dan pengepasan/pemasangan

komponen.

7

2. Luas minimum ruang praktik program keahlian teknik pemesinan adalah 288 m2

untuk menampung 32 peserta didik yang meliputi : area kerja bangku 64 m2 , ruang

pengukuran dan pengujian logam 24 m2 , area kerja mesin bubut 64 m2 , area kerja

mesin frais 32 m2 , area kerja gerinda 32 m2 , ruang kerja pengepasan 24 m2, ruang

penyimpanan dan instruktur 48 m2.

3. Ruang praktik program keahlian teknik pemesinan dilengkapi prasarana seperti yang

tercantum dalam tabel dibawah ini

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Area kerja bangku 8 m2/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik

Luas minimum 64 m2 Lebar minimum 8 m.

2. Ruang pengukuran & pengujian logam

6 m2/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 24 m2 Lebar minimum 4 m

3. Area kerja mesin bubut

8 m2/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik Luas minimum 64 m2 Lebar minimum 8 m.

4. Area kerja mesin frais 8 m2/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 32 m2 Lebar minimum 4 m.

5. Area kerja mesin gerinda

8 m2/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 32 m2 Lebar minimum 4 m.

6. Ruang kerja pengepasan

8 m2/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 24 m2 Lebar minimum 4 m

7. Ruang penyimpanan & instruktur

4 m2/instruktur Luas minimum 48 m2 Lebar minimum 6 m

Tabel 1. Jenis, rasio, deskripsi standar prasarana ruang praktik teknik mesin.

4. Ruang praktik program keahlian teknik mesin dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum dalam tabel berikut

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/area Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan logam dasar.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan 1 set/area Untuk minimum 8 peserta didik

8

kerja bangku pada pekerjaan logam dasar. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/area

Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 1

buah/area

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area

Tabel 2. Standar sarana pada area kerja bangku

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan pengukuran & pengujian logam.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan

pengukuran & pengujian logam

1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pengukuran & pengujian logam.

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/area

Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2

buah/area

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area

Tabel 3. Standar sarana pada ruang pengukuran & pengujian logam

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/area

Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan membubut logam, pembuatan ulir luar dan dalam.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan

9

2.1 Peralatan untuk pekerjaan pembubutan logam 1 set/area

Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan membubut logam, pembuatan ulir luar dan dalam.

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/area

Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 4

buah/area

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area

Tabel 4. Standar sarana pada area kerja mesin bubut

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan pengefraisan logam.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan

pengefraisan logam 1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pengefraisan logam.

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/area

Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2

buah/area

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area

Tabel 5. Standar sarana pada area kerja mesin frais

10

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan penggerindaan alat potong/tools.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan

penggerindaan 1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penggerindaan alat potong/tools

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/area

Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2

buah/area

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area

Tabel 6. Standar sarana pada area kerja mesin gerinda

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/ruang

Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan pengepasan dan pemasangan komponen.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan

pengepasan 1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pengepasan dan pemasangan komponen

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/ruang

Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 1

buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang

Tabel 7. Standar sarana pada ruang kerja pengepasan

11

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur 1.2 Kursi kerja 1.3 Rak alat & bahan 1.4 Lemari simpan alat &

bahan

2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk

penyimpanan dan instruktur

1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur

3. Media pendidikan 3.1 Papan data

1 buah/ruang Untuk pendataan kemajuan siswa dalam pencapaian tugas praktik dan jadwal.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2

buah/ruang

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang

Tabel 8. Standar sarana pada ruang penyimpanan dan instruktur

E. Standarisasi Ruang Praktik Program Keahlian Restoran

Berdasarkan lampiran Permen No.40 Thn 2008 bahwa :

1. Ruang praktik program keahlian restoran berfungsi sebagai tempat berlangsungnya

kegiatan pembelajaran : pembuatan berbagai macam makanan, penyiapan tata

hidang, penataan, penyajian pesanan, produksi makanan dalam jumlah besar dan

massal.

2. Luas minimum ruang praktik program keahlian restoran adalah 268 m2 untuk

menampung 32 peserta didik, yang meliputi : ruang praktik dapur latih 32 m2 , ruang

praktik dapur produksi 32 m2, ruang praktik persiapan 16 m2, ruang praktik mini bar

12 m2, ruang praktik tata hidang 128 m2, ruang penyimpanan dan instruktur 48 m2.

3. Ruang praktik program keahlian restoran dilengkapi prasarana sebagaimana

tercantum dalam tabel berikut.

12

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Ruang praktik dapur

latih 4 m2/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik

Luas minimum 32 m2 Lebar minimum 4 m.

2. Ruang praktik dapur produksi

4 m2/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik Luas minimum 32 m2 Lebar minimum 4 m

3. Ruang praktik persiapan

4 m2/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 16 m2 Lebar minimum 4 m.

4. Ruang praktik mini bar

3 m2/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 12 m2 Lebar minimum 3 m.

5. Ruang praktik tata hidang

16 m2/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik Luas minimum 128 m2 Lebar minimum 8 m.

6. Ruang penyimpanan & instruktur

4 m2/instruktur Luas minimum 48 m2 Lebar minimum 6 m

Tabel 9. Jenis, rasio, deskripsi standar prasarana ruang praktik restoran.

4. Ruang praktik program keahlian teknik mesin dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum dalam tabel berikut

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan dasar pembuatan berbagai macam makanan.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan

dasar pembuatan berbagai macam makanan

1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan dasar pembuatan berbagai macam makanan.

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/ruang

Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 4

buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang

Tabel 10. Standar sarana pada ruang praktik dapur latih

13

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan produksi makanan dalam jumlah besar dan massal.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan

produksi makanan jumlah besar dan massal

1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan produksi makanan jumlah besar & massal.

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/ruang

Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2

buah/ruang

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang

Tabel 11. Standar sarana pada ruang praktik dapur produksi

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penyiapan makanan untuk disajikan.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan

persiapan 1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penyiapan makanan untuk disajikan.

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/ruang

Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2

buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang

Tabel 12. Standar sarana pada ruang praktik persiapan

14

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penataan dan penyajian minuman.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan

penataan mini bar 1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penataan dan penyajian minuman.

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/ruang

Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2

buah/ruang

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang

Tabel 13. Standar sarana pada ruang praktik mini bar

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/ruang

Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan penataan hidangan & penyajian pesanan makanan.

1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat &

bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan

tata hidang 1 set/ruang

Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan penataan hidangan & penyajian pesanan makanan.

3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis

1 buah/ruang

Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2

buah/ruang

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang

Tabel 14. Standar sarana pada ruang praktik tata hidang

15

No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja

1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur 1.2 Kursi kerja 1.3 Rak alat & bahan 1.4 Lemari simpan alat &

bahan

2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk

penyimpanan dan instruktur

1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur

3. Media pendidikan 3.1 Papan data

1 buah/ruang Untuk pendataan kemajuan siswa dalam pencapaian tugas praktik dan jadwal.

4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2

buah/ruang

Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang

Tabel 15. Standar sarana pada ruang penyimpanan & instruktur

16

BAB III

METODE OBSERVASI

A. Bentuk dan Strategi Observasi

Observasi bengkel dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata di lapangan dengan

materi yang di dapatkan di bangku kuliah. Selama perkuliahan mata kuliah Manajemen

Lab dan Bengkel yang di ampuh oleh Dosen Prof. Dr. Thomas Sukardi, kami banyak

memperoleh ilmu pengetahuan tentang manajemen sebuah lab dan bengkel mulai dari

perencanaan, pengadaan, inventarisasi, perawatan, proses PBM dalam Lab dan bengkel,

serta membudayakan K3 (Kesehatan dan Keselamatan kerja).

Bentuk observasi dilakukan dengan mengamati lab dan bengkel di Sekolah

Menengah Kejuruan sebanyak dua sekolah, dan yang diamati adalah lab/bengkel dari

Program Paket Keahlian selain dari Paket keahlian Teknik Informatika. Hal ini dilakukan

karena kami dikelas merupakan Prodi PTK-TI Vokasi E yang basic Teknik Informatika.

Dengan observasi yang dilakukan di bengkel/lab yang program paket keahlian selain

Teknik Informatika, kami memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman dari

manajemen Lab/bengkel di Sekolah Menengah Kejuruan, terlebih observasi yang kami

lakukan di sekolah-sekolah yang sangat baik dalam pengelolaan lab/bengkelnya.

B. Tempat dan Waktu

Observasi Lab/Bengkel yang kami lakukan di dua sekolah yakni SMK Negeri 6 dan

SMK St. Mikael Surakarta. SMK Negeri 6 terletak di Jl. Kenari Yogyakarta sedangkan

SMK St. Mikael terletak di Jl. Mojo No.1 Karangasem, Laweyan, Surakarta. Observasi

yang kami lakukan di SMK Negeri 6 Yogyakarta, kami khususkan pada Paket Keahlian

Jasa Boga sementara observasi di SMK St. Mikael Surakarta pada Paket keahlian Teknik

Pemesinan.

Adapun waktu observasi yang kami lakukan seperti yang tercantum pada tabel

dibawah ini :

17

No Hari/Tgl Keterangan 1. SMK N 6 Yogyakarta 1.1 Sabtu, 9 Mei 2015 Memasukan surat observasi. 1.2 Rabu, 13 Mei 2015 Melakukan observasi lab/dapur jasa boga 2. SMK St.Mikael Surakarta 2.1 Senin, 4 Mei 2015 Ke Surakarta memasukan surat observasi 2.2 Jumat, 15 Mei 2015 Konfirmasi kesiapan di observasi via Telepon. 2.3 Senin, 25 Mei 2015 Ke Surakarta melakukan observasi bengkel. 3. Penyusunan Laporan 3.1 Rabu, 27 Mei 2015 Menyusun Bab I 3.2 Jumat, 29 Mei 2015 Menyusun Bab II 3.3 Senin, 1 Juni 2015 Menyusun Bab III 3.4 Selasa, 2 Juni 2015 Menyusun Bab IV 3.5 Rabu, 3 Juni 2015 Menyusun Bab V 4. Finishing Laporan 4.1 Kamis, 4 Juni 2015 Pengeditan untuk kerapian Laporan

Tabel 16. Jadwal Observasi dan Penyusunan Laporan

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada Wakasek

Sarpras, Wakasek Humas, Kepala Jurusan, Kepala Lab/Bengkel, Guru mata pelajaran yang

sedang mengajar di Lab/Bengkel pada saat itu. Selain itu dengan melakukan pengambilan

gambar/foto-foto proses pembelajaran di dalam Lab/Bengkel. Selain itu juga khusus

pengumpulan data di SMK St. Mikael Surakarta karena kepala Bengkelnya pada saat itu

sedang menangani pekerjaan lain sehingga kami melakukan komunikasi via email. Hal ini

dilakukan untuk beberapa data yang kami tidak dapatkan pada saat observasi langsung.

18

BAB IV

HASIL OBSERVASI

A. Data dan Profil SMK St. Mikael Surakarta

1. Sejarah SMK St. Mikael Surakarta.

SMK Katolik St. Mikael Surakarta adalah sebuah sekolah menengah kejuruan di

Surakarta, Indonesia. Penyelenggaraan sekolah ini berada dibawah Yayasan Karya

Bakti Surakarta. Kolese ini biasa disebut dengan singkatan MICO (Michael College).

Kampus kolese Mikael berlokasi di Surakarta, Jawa Tengah. Institusi ini dikelola oleh

Romo Jesuit, terbagi dalam dua lembaga pendidikan yaitu Akademi Teknik Mesin

Industri (ATMI St. Mikael) dan Sekolah Menengah Kejuruan Mikael (SMK

St.Mikael).

SMK Katolik St. Mikael Surakarta berada dibawah penyelenggaraan Yayasan

Karya Bakti Surakarta. Selain SMK, Yayasan ini juga memiliki 2 akademi yaitu ATMI

Surakarta dan ATMI Jakarta. SMK St. Mikael awalnya bernama STM Kanisius,

didirikan pada tahun 1962 oleh Romo Wakkers SJ dengan dua jurusan yaitu : Mesin

Umum dan Bangunan Gedung.

Berdasarkan keputusan Dirjen Dikdasmen No. 001/c/Kep/1.86 ditetapkan sebagai

STM swasta dengan status akreditasi DISAMAKAN dan pada waktu itu merupakan

STM swasta pertama di JawaTengah yang berstatus disamakan. Saat ini SMK

St.Mikael hanya memiliki satu Program Keahlian yaitu Teknik Pemesinan (Mesin

Perkakas) dengan dua spesialisasi yaitu Mekanik dan Design (Perancangan).

Untuk lebih meningkatkan kualitas tamatan, SMK St. Mikael juga menjalankan

program plus, yaitu dengan menambah jam praktik mekanik dan gambar serta mata

pelajaran lain sesuai kebutuhan kerja ataupun studi lanjut. Disamping itu juga

diterapkan Total Block System, Production Base Education and Training, Capacity

Oriented, dan Market Oriented. Orientasi praktik :

1. Kelas 1 : Sense of Quality

2. Kelas 2 : Sense of Efficiency

3. Kelas 3 : Production and Advance Technology

19

Untuk lebih meningkatkan kualitas SMK St.Mikael mulai TA 2009/2010

membuat 2 program spesialisasi yaitu spesialisasi mekanik dan gambar (drafter).

Pencapaian kurikulum untuk spesialisasi mekanik yaitu pematangan pada teknik CNC

sampai dengan pemrograman menggunakan CAM Software, sedangkan untuk

spesialisasi gambar (drafter) siswa di didik untuk mampu merancang dengan

menggunakan software gambar 3D base (Solid Work dan Inventor).

SMK St.Mikael juga mengembangkan teaching factory dengan fasilitas mesin

CNC Milling 3 Axis dan CNC Bubut 4 Axis. SMK St.Mikael telah meluluskan lebih

dari 2500 alumni yang sebagian besar bekerja dibidang industry baik milik Pemerintah,

swasta, maupun menjadi wiraswastawan.

Lebih jelas dari sejarah SMK St.Mikael Surakarta sebagai berikut :

1. 1 Agustus 1962 STM Kanisius didirikan oleh Pater Wakkers, SJ (alm) dengan

mengambil lokasi di gedung SD Kanisius Pasar Kliwon, Surakarta, dan Gedung

Paroki Purbayan.

2. 1962 STM Kanisius dipimpin oleh Bapak Wahyosudibyo (alm), dibantu Bapak A.

Soedirdjo (alm) sebagai wakil, serta Bapak Nico Suharjo, Bapak Inigo Soetarmo

(alm), Bapak Slamet Atmoprajitno, Bapak Totngaedi, serta beberapa guru dari

STM Negeri I, ST Negeri III, dan ST Negeri VII. STM Kanisius memiliki dua

jurusan, yaitu jurusan Mesin Umum dan Bangunan Gedung. Pada waktu itu

sekolah masih masuk siang (Jam 13.30 – 18.50).

3. 1 Agustus 1963 STM Kanisius pindah ke gedung SMP Kanisius II di Jalan

Honggowongso 110, Surakarta.

4. 1964 Yayasan Karya Bakti didaftarkan dan disahkan notaris. Didatangkan

beberapa unit mesin bongkaran dari Eropa, antara lain mesin bubut, mesin sekrap,

dan mesin gergaji kayu. Dengan demikian, disamping mendapatkan pelajaran

praktek biasa yang diselenggarakan di ST Negeri III Purwonegaran, para siswa

memperoleh kesempatan untuk memakai, memelihara, dan merawat mesin.

Yayasan membeli tanah di desa Karangasem, Laweyan, Surakarta yang kemudian

di atasnya dibangun bengkel dan kelas-kelas untuk STM Katolik Santo Mikael.

5. Desember 1966 Diangkat dua tenaga karyawan yang digaji pemerintah dengan

20

status jabatan: seorang tenaga guru negeri, seorang tenaga subsidi, seorang tenaga

administrasi subsidi.

6. 1 Januari 1967 Berkat perjuangan Bapak Haryadi, yang bekerja pada Direktorat

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat di Jakarta, dengan Surat

Keputusan Pemerintah tertanggal: Jakarta 30 Desember 1966 No. 4464/BS/F.II,

maka mulai tanggal 1 Januari 1967 nama STM Kanisius diganti dengan nama

STM Katolik Santo Mikael Bersubsidi, Surakarta, berstatus Swasta Bersubsidi.

7. 1968 Dibangun kampus baru di Jl. Mojo No. 1, Karangasem, Laweyan, Surakarta

(masih ditempati sampai sekarang).

8. 1969 Pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Wahyosudibyo kepada Bapak

Wirasmo dan kemudian kepada Bapak Sihombing.

9. 1 Januari 1970 STM Katolik Santo Mikael mulai menempati kampus baru di

Karangasem, Laweyan, Surakarta.

10. 1971 Jurusan Bangunan Gedung ditiadakan. Jurusan ini telah berhasil meluluskan

146 alumni. Sejak saat itu, pelajaran praktek dapat dilakukan sepenuhnya di

bengkel ATMI, di bawah pengawasan Instruktor ATMI, pada saat para

mahasiswanya mengikuti kuliah teori.

11. 1974 Pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Sihombing kepada Bapak Timoteus

Soedarsono.

12. 1983 STM Katolik Santo Mikael membangun bengkel baru yang terpisah letaknya

dari bengkel lama milik ATMI. Bengkel baru ini - selain merupakan fasilitas

praktek STM Katolik Santo Mikael - juga digunakan untuk fasilitas lembaga

latihan kerja atau Job Training bagi lulusan STM Katolik Santo Mikael yang tidak

masuk ATMI atau tidak ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi. Lembaga baru yang bernama Pendidikan Pelaksana Tehnik (PPT) ini

bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan peserta didik agar lebih siap memasuki

lapangan kerja. Selama satu tahun peserta didik mendapat latihan intensif untuk

praktek yang lebih produktif dengan spesialisasi Mechanic Sheet-Metal dan Las-

Konstruksi. PPT dikelola oleh ATMI.

13. 1984 Kurikulum baru tahun 1984 ditetapkan. Secara bertahap siswa memakai

kurikulum baru tersebut sejak 1985. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Bidang

21

Pendidikan Menengah Kejuruan No. 794/103.9/M”86 tertanggal 20 Agustus 1986,

secara resmi STM Santo Mikael memakai kurikulum 1984 Rumpun Tehnologi

Pengerjaan Logam (TPL) dengan program studi Mesin Produksi. Tahun

1987/1988 seluruh peserta didik kelas I, II, dan III telah melaksanakan kurikulum

tahun 1984.

14. 15 November 1985 Berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah No. 001/C/Kep/1.86, sebagai hasil akreditasi, STM Katolik Santo

Mikael diberi status “DISAMAKAN”.

15. 1987/1988 Diterima tiga kelas siswa baru di kelas satu. Dengan demikian, jumlah

siswa baru yang diterima menjadi 120 peserta didik (yang sebelumnya 80 siswa).

16. 1989/1990 STM Katolik Santo Mikael menjalankan Program Plus agar

tamatannya lebih mampu berkompetisi memasuki dunia kerja maupun studi lanjut

di ATMI. Program Plus yang dimaksud ialah plus Gambar Produktif 700 jam dan

Praktek Mekanik 400 jam dengan system blok di kelas III. Akreditasi ulang

dilaksanakan tahun 1990, dan dengan SK No. 349/C/Kep/I/1990 STM Katolik

Santo Mikael kembali dikukuhkan statusnya sebagai yang Disamakan.

17. 1994 Jurusan yang semula bernama Mekanik Umum diubah menjadi Jurusan

Teknologi Pengerjaan Logam dengan Program Studi Teknik Mesin Produksi.

Pembaruan kurikulum ini menekankan pada penyelenggaraan Pendidikan Sistem

Ganda. Dengan demikian apa yang sudah dirintis selama bertahun-tahun

mendapatkan wujud yang jelas dari Pemerintah dengan adanya pembaruan

kurikulum tahun 1994.

18. 1995 Mendikbud RI (Bapak Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro) berkenan

melihat dari dekat keberhasilan STM Katolik Santo Mikael dalam

penyelenggaraan pendidikan kejuruan terutama dalam penerapan Link and Match.

19. 1997 Singkatan STM diganti menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)

sehingga yang sebelumnya STM Katolik Santo Mikael menjadi SMK Katolik

Santo Mikael.

20. 1999 Pemerintah memberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum 1994 Edisi

1999. Dengan berlakunya kurikulum ini, terjadi pergantian istilah dari Jurusan

Teknologi Pengerjaan Logam dengan Program Studi Teknik Mesin Produksi

22

menjadi Bidang Keahlian Teknik Mesin dengan Program Keahlian Teknik Mesin

Perkakas.

21. 2 Februari 2002 Pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Tim Soedarsono kepada

Bapak Drs. Antonius Suroto. SMK Katolik Santo Mikael ditetapkan oleh

pemerintah sebagai sister dari IGI (Indonesian German Institute). IGI adalah

lembaga kerja sama pemerintah Indonesia dan Jerman untuk meningkatkan

kualitas SDM di Indonesia. Ada rasionalisasi Program Plus Gambar dan Plus

Mekanik hal ini dilakukan sejalan dengan perubahan kurikulum yang berlaku.

Adapun bentuk rasionalisasi yaitu Plus Gambar bagi semua siswa dan

diberlakukan Total Block System. Pada bulan September dan November dilakukan

External Audit oleh TÜV (Technischer Überwachnungsverein)/Dinas Pengawasan

Tehnis Rheiland Jerman dan direkomendasikan untuk memperoleh sertifikat.

22. 2003 SMK Katolik Santo Mikael di usianya yang ke 40 tahun terbukti semakin

matang sebagai SMK unggulan di bidangnya dimana pada tanggal 7 Januari 2003

merupakan hari bersejarah dengan diterimanya sertifikat ISO 9001:2000 nomor 01

100 018826 dari PT TÜV Internasional Indonesia. Dengan sertifikat ini, SMK

Katolik Santo Mikael merupakan SMK pertama di Indonesia yang diakui secara

international dalam manajemen mutunya.

23. 2004 Diberlakukan Kurikulum 1994 Edisi 2004, pada tahun ini pula ini terjadi

pergantian istilah dari Bidang Keahlian Teknik Mesin dengan Program Keahlian

Teknik Mesin Perkakas menjadi Program Keahlian Teknik Pemesinan.

24. 2006 SMK Katolik Santo Mikael memperoleh Akreditasi A (Amat Baik) melalui

Surat Keputusan dari BAS (Badan Akreditasi Sekolah) Provinsi Jawa Tengah

nomor 018/BASPROP/TU/I/2006. Hal ini semakin membuktikan bahwa SMK

Katolik Santo Mikael Surakarta bukan hanya “The First” untuk Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2000 tetapi juga “The Best” dalam penyelenggaraan

pendidikan kejuruan terutama program studi Mesin Perkakas. Disamping itu,

SMK Katolik Santo Mikael Surakarta menjadi contoh bagi SMK lain di

Indonesia. Hal ini terbukti dengan makin banyaknya sekolah ataupun institusi

pendidikan di Indonesia yang melakukan studi banding untuk belajar dari

pengalaman SMK Katolik Santo Mikael Surakarta dalam penyelenggaraan

23

pendidikan kejuruan.

25. 2008/2009 SMK Katolik Santo Mikael Surakarta menambah jumlah siswa kelas X

menjadi 160 orang dengan tiap kelas diisi 40 siswa.

26. 1 Agustus 2008 Pergantian kepala sekolah dari Bapak Drs. Antonius Suroto

kepada Romo Tibotius Agus Sriyono SJ, M. Hum.,M.A.

27. Dan sekarang, kepala sekolah di jabat oleh Bapak Murdjiono lulusan dari

Pascasarjana UNY Yogyakarta.

2. Lokasi Sekolah.

Lokasi Sekolah Menengah Kejuruan St. Mikael terletak di Jl. Mojo No.1

Karangasem, Laweyan Surakarta. Lokasi sekolah ini cukup dekat dari Yogyakarta, arah

ke Solo. Untuk menempuh ke SMK St.Mikael Surakarta dengan menggunakan

kendaraan roda dua membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Namun meskipun dekat,

pada perjalanan kami pertama kali untuk mengantar surat observasi, kami kesasar

hingga ke ujung Solo. Hal ini terjadi karena awalnya memang kami belum mengetahui

alamat jelas dari SMK St. Mikael Surakarta. Dari Yogyakarta jam 6.00 pagi dan

ketemunya sekolah ini jam 13.00 siang.

3. Fasilitas Bengkel Teknik Pemesinan (Mesin Perkakas).

a. Layout Bengkel Teknik Pemesinan.

Perencanaan tata letak merupakan rencana menyusun mesin dan peralatan

(fasilitas) produksi disuatu tempat (pabrik, ruang praktik/bengkel) guna

memperlancar proses praktik dan proses produksi (jika pabrik). Tata letak

merupakan integrated system antara mesin, tempat bekerja, gudang, personel (guru

dan siswa) agar memberikan kenyamanan dan keamanan dalam bekerja. Factor-

faktor yang harus diperhatikan dalam mengatur tata letak : ruang gerak bagi

materil, pekerja, dan ruang untuk service dan repair equipment.

Prinsip dasar penyusunan tata letak/layout :

1. Integrasi secara total.

2. Jarak perpindahan bahan paling minimum.

3. Memperlancar aliran kerja (menghindari gerakan balik, gerakan memotong,

24

kemacetan).

4. Kepuasan, kenyamanan dan keselamatan kerja.

5. Fleksibilitas.

Pedoman yang digunakan dalam tata letak/layout adalah : tata letak

berdasarkan fungsi dan tata letak berdasarkan produk. Tata letak berdasarkan

fungsi, peralatan/mesin yang sejenis dikelompokkan dalam suatu

ruangan/bagian/seksi/unit yang sama. Dengan demikian maka pada bengkel mesin

produksi akan ada beberapa unit bengkel berdasrkan jenisnya misalnya unit bubut,

unit frais, unit gerinda, unit pemotongan dan sebagainya. Sedangkan tata letak

berdasarkan produk, peralatan/mesin yang ada di bengkel dikelompokkan menurut

kebutuhan untuk menghasilkan suatu jenis produk. Jadi misalnya suatu produk

dibuat suatu tahapan pengerjaan dibubut, dibor, dan kemudian dikerjakan dengan

mesin gerinda, maka ketiga jenis mesin tersebut berada dalam satu ruangan.

Berikut ditampilkan tata letak bengkel Teknik Pemesinan di SMK St.Mikael

Surakarta.

Gambar 1. Layout Bengkel Teknik Mesin SMK Mikael.

Mesin-mesin berat diletakan secara miring dan rapi. Setiap mesin dilengkapi

dengan tumpukan kaki yang terbuat dari kayu padat. Peletakan mesin secara

menyamping/serong ini tujuannya untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

25

b. Rasio Peralatan.

Penggunaan peralatan di bengkel SMK St.Mikael Surakarta oleh peserta didik

adalah 1 : 1. Artinya setiap peserta didik menggunakan 1 peralatan praktik, tidak

ada istilah “boncengan”. Untuk bisa 1 : 1 maka system pembelajaran/praktikum di

bengkel diterapkan system Shift, yakni rombel 32 siswa dibagi 2 shift. Yang shift

pertama masuk pagi dan shift kedua masuk siang. Sehingga setiap anak akan

mendapatkan 1 peralatan/mesin untuk praktikum. Hal ini terlihat pada gambar

berikut :

Gambar 2. Rasio 1 : 1

Gambar 3. Rasio 1 : 1

26

4. Ketentuan Umum Bengkel.

a. Standar Bangunan Bengkel.

Bangunan bengkel terpisah dari ruang kelas teori. Hal ini untuk mengurangi

kebisingan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar peserta didik di ruang kelas.

Struktur bangunan juga di buat dengan atap yang sangat tinggi dari seng dan

pengait-pengait dari besi dengan pencahayaan yang baik dan sirkulasi udara yang

baik.

Gambar 4. Struktur Bangunan (Atap)

Gambar 5. Struktur Bangunan (Atap)

27

b. Standar Lantai & Pintu Bengkel.

Lantai pada bengkel SMK St. Mikael dibuat tidak licin yang bertujuan demi

keamanan dalam bekerja. Selain itu lantai untuk arah jalan dan tempat peletakan

mesin atau alat berat menggunakan warna cat yang berbeda. Pintu bengkel dibuat

dari besi yang sangat berat dan kuat. Aturan warna ini meliputi : warna merah

untuk tanda jalan, warna hijau untuk tempat kerja, dan warna kuning untuk alat

yang tidak boleh disentuh. Pada lab CNC menggunakan warna lantai hijau

sementara untuk bengkel atau workshop besar hanya lantai arah/tanda jalan yang

diberi warna merah. Terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6. Lantai di Lab CNC

Gambar 7. Lantai di Bengkel SMK Mikael.

28

c. Standar Penyekatan

Pada dasarnya bangunan bengkel pada SMK St. Mikael terletak dalam satu

atap, hanya saja untuk pembagian ruang praktik masing-masing bengkel diberi

penyekat. Terdiri dari bengkel dasar untuk kikir dan pahat untuk kelas X, bengkel

untuk proses pembubutan dan produksi, lab CNC, bengkel unit produksi. Namun

masing-masing penyekat diberi kaca berwarna hitam. Terlihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 8. Penyekatan ruangan.

Gambar 9. Penyekatan Ruangan Kaca Hitam .

29

d. Standar Kenyamanan Pendengaran.

Standar kenyamanan pendengaran ini berkaitan dengan tingkat kebisingan

suara alat-alat dalam bengkel. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, bahwa kebisingan

adalah bunyi yang tidak di inginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan

waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan

kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energy bunyi yang

dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB.

e. Standar Sirkulasi Udara.

Pada bengkel SMK St. Mikael dilengkapi dengan jendela dan ventilasi udara.

Hal ini bertujuan agar sirkulasi udara menjadi lancar dan pencahayaan sinar

matahari masuk ke dalam bengkel tanpa harus menggunakan lampu. Selain itu

dilengkapi juga dengan kipas angin di setiap sudut dan tengah dinding bengkel.

Kemudian khusus untuk lab CNC dan Unit produksi menggunakan AC karena pada

lab CNC peralatan yang digunakan adalah beberapa unit computer, dan pada unit

produksi terdapat alat yang membutuhkan ruangan dengan suhu atau temperature

dingin/sejuk.

Gambar 10. Lab CNC

30

Gambar 11. Bengkel Unit Produksi

Gambar 12. Bengkel Unit Produksi

31

f. Fasilitas Tambahan.

Pada bengkel SMK St. Mikael juga terdapat fasilitas tambahan yang terletak

terpisah dari ruang praktik/bengkel. Seperti Toilet, loker, ruang istirahat instruktur.

Posisi ruang istirahat instruktur dan ruang ganti serta loker peserta didik

bersebelahan. Dan di depan ruangan ini terdapat tempat istirahat/tempat duduk.

Gambar 13. Loker Peserta Didik Kls X sd XII

Gambar 14. Ruang Instruktur & Tempat Istirahat

32

B. Data dan Profil SMK Negeri 6 Yogyakarta.

1. Sejarah SMK Negeri 6 Yogyakarta.

SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) atau yang sekarang lebih di kenal dengan

SMK Negeri 6 Yogyakarta. Sekolah ini adalah saksi adannya sejarah di Yogyakarta.

Pada jaman penjajahan Sekolah Guru Kepandaian Putri (sekarang SMKN 6

Yogyakarta) ini berdiri sebelum tahun 1946. tepat bersamaan Ibu kota Jakarta pindah

ke Yogyakarta. Waktu itu Sekolah Guru Kepandaian Putri ini berada di Jln Hayam

Wuruk no. 11. Kemudian pada tahun 1971 Sekolah Guru Kepandaian Putri berganti

nama menjadi SKKA atau Sekolah Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga, pada

1996 SMKKA menjadi SMKN 6 hingga sekarang. Bertempat di Jalan Kenari 4

Yogyakarta, kelurahan Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta pada 1971.

Sekolah kejuruan ini telah menerapan ISO 9001:2000 sejak Agustus 2008 lalu.

Dimana kebijakan ISO itu antara lain berupa komitmen melakukan perbaikan sistem

manajemen mutu secara terus menerus. Bertujuan memberikan kepuasan dalam

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkualitas dan berbasis Produktif.

Produktifitas ini menciptakan lulusan berakhlak, bermental kuat, dan tangguh,

serta menciptakan etos kerja yang produktif di berbagai bidang keahlian. Maka

dibukalah beberapa fasilitas seperti laboratorium, komputer, bahasa, salon kecantikan,

lapangan olah raga. Dengan harapan selain mampu mengembangkan kreativitas,

inovatif dan adaptif juga mampu bersikap dedikatif terhadap profesi yang ditekuni

selama belajar di SMKN 6 Yogyakarta. Dimana lulusan dari sekolah satu ini benar-

benar meluluskan peserta didik yang meningkatkan pengembangan potensi dan bakat

peserta didik.

Adapun beberapa program kerja di sekolah yaitu ketercapaian Tujuan,

Manajemen dan organisasi, ketenagaan dan kurikulum. Dimana para siswa mampu

menunjukkan prestasi kerja tingkat daerah maupun nasional.

33

Gambar 15. SMK Negeri 6 Yogyakarta

Lebih jelas dari sejarah SMK Negeri 6 Yogyakarta sebagai berikut :

SMK 6 Yogyakarta Berdiri sebelum 1946, dengan nama SGKP (Sekolah Guru

Kepandaian Putri) dan pada tahun tersebut pindah dari Jakarta ke Yogyakarta karena

Yogyakarta menjadi ibukota Republik Indonesia. Beralamat di Jln Hayam Wuruk no

11. Dengan Kepala Sekolah ibu Kartini Prawirotanoyo, sekolah ini mempunyai

kelas A = Masak, B = Menjahit dan C = Kerajinan.

Pada tahun 1964 berganti nama menjadi SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga

Atas), dan pada 1971 sekolah ini menempati gedung di jalan Kenari 2, kemudian di

jln Kenari 4. Dengan Kepala Sekolah ibu Roemijati Soegiharto sekolah ini

mempunyai Jurusan Tata Boga, Tata Busana dan Tata Graha. Pada saat

kepemimpinan beliau Sekolah ini mulai dipergunakan untuk mengawali lahirnya

Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggan (SMTK) Yang sekarang menjadi

SMKN 4.

Pada tahun 1974 nama sekolah bukan lagi SKKA melainkan SMKK (Sekolah

Menengah Kesejahteraan Keluarga) sekolah ini di kepalai oleh Ibu Suwarni, sampai

dengan beliau purna tugas dan di lanjutkan oleh PLH ibu Supartini selama belum

ada Kepala Sekolah pengganti (1980 s.d 1990 ) Adapun jurusan yang ada adalah

Boga, Busana dan Rumah Tangga.Tahun 1996 nama SMKK berubah menjadi

SMKN 6 (Sekolah Menengah Kejuruan). Sesuai Kurikulum ’94 SMKN 6 masuk

34

dalam Kelompok Pariwisata dengan jurusan Tata Boga, Tata Busana dan Tata

Kecantikan dibawah kepemimpinan Ibu Soemarti Marjanto sampai dengan masa

purna tugas dan dilanjutkan oleh PLH ibu PH Soetjipto.( 1991s.d 1996)

Tahun 1996 – 2000 Kepala Sekolah digantikan oleh Bpk Drs. Rudjito. Selanjutnya,

Tahun 2000 – 2002 Kepala Sekolah digantikan oleh Ibu Dra. Ida Farida.Pada

periode ini mulai dibuka program keahlian Tata Kecantikan Rambut dan Tata

Kecantikan Kulit.

Tahun 2002 – 2003 Kepala Sekolah digantikan oleh Bpk Drs.Sumartono. Pada tahun

2003 – 2007 Kepala Sekolah digantikan oleh Ibu Dra. Nur Istriatmi, pada periode ini

tahun 2006/2007 membuka Bidang Keahlian Pariwisata dengan Program Keahlian

Hotel Restoran.

Januari 2008 Drs. Sugeng Sumiyoto, MM menggantikan Dra. Nur Istriatmi menjadi

Kepala SMK Negeri 6 Yogyakarta. Pada tahun ajaran 2008/2009 sekolah ini

membuka program keahlian baru yaitu Patiseri, dibawah bidang keahlian Tata Boga,

dan program keahlian UJP di bawah bidang keahlian Pariwisata.

Pada Bulan Agustus 2008 SMK Negeri 6 Yogyakarta Penerapan ISO

9001:2000.Tanggal 20 September 2008, peresmian dan Louncing Hotel Training

Center “EDOTEL Kenari”.

Tahun 2012 Kepala Sekolah digantikan oleh Ibu Dra. Darwestri.

2. Letak Geografis SMK 6 Yogyakarta

SMK Negeri 6 Yogyakarta berlokasi di Jalan KenariNo. 4 RT. 28 RW. 08, Desa

Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Kabupaten Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta 55166. Letaknya juga sangatkondusif untuk melaksanakan proses

pembelajaran karena jauh dari keramaian seperti pasar. Sekolah ini dibangun di atas

tanah 6325 m² dengan luas bangunan 4985 m², luas taman 385 m², luas lapangan olah

raga 110 m², luas kebun 685 m² dan lain-lain 160 m². Berada pada lokasi strategis dan

dekat dengan pusat kegiatan olahraga.

Secara geografis letak SMK Negeri 6 Yogyakarta di sebelah utara berbatasan

dengan jalan Kenari, sebelah timur berbatasan dengan Kampus II FIP Universitas

Negeri Yogyakarta, sebelah selatang berbatasan dengan Asrama Pendidikan Universitas

35

Negeri Yogyakarta sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Hotel Training Center

“EDOTEL Kenari”.

Gambar 16. Site Plan SMK Negeri 6 Yogyakarta

3. Fasilitas Laboratorium Jasa Boga.

a. Layout Laboratorium K1.

Penataan peralatan di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan suatu

keuntungan yang maksimal dengan cara mengatur peralatan/penempatan semua

fasilitas pada tempat/lokasi yang strategis dan posisi yang terbaik sehingga dapat

mencapai pemanfaatan yang berimbang dari faktor-faktor manusia, bahan, alat

praktek dan pendanaan akan merupakan sesuatu yang sangat dominan dan selalu

harus menjadi perhatian dalam menyelenggarakan suatu kegiatan, tidak terkecuali

dalam kegiatan penataan dengan maksud agar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan.

Dengan perkataan lain bahwa penataan peralatan dalam laboratorium,

laboratorium merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kelancaran di dalam

berproduksi dalam hal ini adalah kelancaran kegiatan Belajar Mengajar.

Lebih terinci lagi bahwa penataan memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang

menjadi tanggung jawabnya

2. Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi siswa dan guru

36

3. Memaksimalkan penggunaan alat prakatek

4. Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal

5. Mempermudah pengawasan

Dari hasil observasi kami di SMK Negeri 6 Yogyakarta, Tata letak alat-alat

berat di ruang praktek jasa boga masih belum sesuai standar serta. Hal ini

dikarenakan keterbatasan dari segi ukuran ruang praktek yang belum memenuhi

standar. Berikut ditampilkan tata letak alat praktek Jasa Boga di SMK Negeri 6

Yogyakarta.

Gambar 17. Layout Lab K1 SMK Negeri 6 Yogyakarta

37

Gambar 18. Layout Lab K1 SMK Negeri 6 Yogyakarta

Gambar 19. Suasana Praktek Lab K1

Pelaksanaan PBM didalam lab jasa boga oleh team teaching baik teori maupun

praktek. Untuk mata pelajaran boga dasar jumlah jam tiap kali tatap muka sebanyak

7 jam. Jumlah pertemuan /minggu sebanyak 4 kali tatap muka. Guru memberikan

instruksi tahap demi tahap dalam melakukan praktek yang tertuang dalam jobsheet

38

tanpa demonstrasi. Kemudian siswa yang melakukan praktek sesuai dengan jobsheet

tetapi dalam hal ini lebih ditekankan kreatifitas siswa. Contoh : kompetensi bumbu

dasar, siswa diberikan kebebasan untuk berkreasi dalam mengimplementasikan

penggunaan bumbu dasar pada makanan. Bumbu dasar ada 3 : bumbu putih, kuning

dan merah. Penerapan bumbu-bumbu ini pada setiap masakan dipilih secara bebas

oleh siswa sendiri. Contoh kedua misalnya KD garnis. Siswa diberikan kebebasan

mengembangkan kemampuannya untuk melakukan garnis pada makanan sesuai

dengan kreatifitasnya.

Pengadaan jobsheet dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran yang

diberikan pada waktu akan praktek. Tetapi untuk resep yang akan dipraktekan

diberikan ke siswa sehari sebelum praktek agar siswa menyiapkan alat dan bahannya.

Ruang praktek K1 merupakan ruang yang memiliki ukuran ruang praktek

paling besar dari keseluruhan ruang praktek boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta.

Ruang K1 selain berfungsi sebagai ruang praktek namun terkadang juga digunakan

sebagai ruang teori / belajar siswa. Ruang praktek K1 dapat menampung 32 siswa

pada saat pelaksanaan praktek.

b. Layout Laboratorium K 2 / Kontinental

Lab K2 atau biasa disebut lab kontinental, merupakan lab yang digunakan

untuk memproduksi makanan nusantara. Jumlah alat berat di ruang Kontinental tidak

sebanyak ruang K1, ruang praktek K2 / kontinental mempunyai ukurang ruang lebih

kecil dari ruang K1, selain itu untuk pencahayaan pada ruang ini juga kurang

memadai. Hal ini memberi kesan ruang lebih gelap dan suram.

39

Gambar 20. Layout Laboratorium K2 / continental

Pada ruang ini fasilitas sanitasinya sudah ada. Saluran pembuangannya terlihat

sehingga memudahkan dalam pembersihannya.

Gambar 21. Layout Laboratorium K2 / Kontinental

c. Layout Lab Patiseri

Lab patiseri adalah lab yang digunakan untuk praktek pembuatan roti / kue.

Pada Lab ini penataan alat-alat prakteknya juga belum memenuhi standar, hal ini

40

dikarenakan ukuran ruang praktek yang kecil. Hal ini berdampak pada peletakkan

alat-alat praktek siswa terlihat bertumpuk.

Gambar 22. Ruang Praktik Patiseri

Ukuran ruang praktik yang cukup kecil sehingga mengakibatkan kesulitan

para siswa dalam bergerak secara leluasa pada saat praktik.

Gambar 23. Suasana Praktik di ruang Patiseri

41

Pada ruang patiseri fasilitas sanitasinya sudah cukup maksimal, sehingga

memudahkan dalam membersihkannya.

Gambar 24. Fasilitas Sanitasi

d. Layout Lab Tata Hidang

Para siswa selain dilatih keterampilan dalam membuat makanan mereka

juga dilatih dalam menata hasil masakan mereka untuk disajikan pada konsumen.

Pada ruang tata hidang suasana lebih nyaman. terang dan sejuk. Pada ruangan tata

hidang di lengkapi dengan penerangan yang cukup dan AC untuk memberi kesan

nyaman kepada para konsumen. Pada ruang ini dilengkapi dengan cermin

berukuran cukup panjang, dengan tujuan untuk memberikan kesan luas pada

ruangan.

Di ruang tata hidang berisi 7 buah meja saji yang digunakan menata hasil

masakan para siswa. Pada saat kami turun observasi, ujian praktik baru saja

berlangsung beberapa hari sebelum kedatangan kami sehingga aktiftas praktik tata

hidang siswa tidak dapat kami peroleh.

Pada ruang tata hidang dilengkapi dengan sebuah dapur kecil yang

berfungsi untuk memanaskan masakan sebelum disajikan.

42

Gambar 25. Lab Tata Hidang Gambar 26. Dapur Mini

e. Rasio Peralatan

Penggunaan alat praktek di Lab K1 pada SMK Negeri 6 Yogyakarta oleh

peserta didik adalah 1 : 1, hal ini dapat dilaksanakan karena dalam setiap

pelaksanaan praktek dengan jumlah rombel 32 siswa, maka akan dibagi menjadi 2

kelompok yang masing kelompok terdiri 2 siswa, dimana setiap set meja praktek

untuk kapasitas 2 kelompok atau dalam satu set meja praktek teridiri dari 4 siswa.

Hal ini dapat dilihat dari gambar di bawah.

Gambar 27. Suasana Praktik Lab K1

43

Gambar 28. Suasana Praktik Lab Patiseri

4. Ketentuan Umum Bengkel.

a. Standar Ruang Pengolah Makanan.

Standar ruang pengolahan makanan pada ruang praktek K1, K2 dan Ruang

Patiseri masih kurang memenuhi standar, hal ini berdampak pada penaataan dan

penempatan alat praktek yang masih bertumpuk dan memberi kesan sempit pada

ruang praktik.

Namun ada beberapa hal yang sudah di penuhi oleh ruang praktik pengolah

makanan di SMK Negeri 6 Yogyakarta antara lain yaitu tersedianya lemari

penyimpanan dingin untuk makanan secara terpisah sesuai dengan jenis

makanan/bahan makanan yang digunakan seperti daging, telur, unggas, ikan

sayuran dan buah dengan suhu yang dapat mencapai kebutuhan syrat yang di

inginkan. Seperti contoh pada ruang boga K1 dan Lab Patiseri dilengkapi dengan

dua lemari pendigin berukuran besar untuk menyimpan bahan praktik yang akan

digunakan dan bahan praktek sisa pakai.

44

Gambar 29. Lemari Penyimpanan Bahan Praktek

Tempat memasak makanan yang terpisah dari dari tempat penyiapan

makanan. Di SMK Negeri 6 Yogyakarta telah disediakan sendiri ruang untuk

penyimpanan makanan yang telah di olah yaitu pada ruangan tata hidang.

Sedangkan untuk ukuran ruang praktek K1, K2, Lab Patiseri dan Lab Tata

Hidang sedikit berbeda. Pada ruang K1 ukuran ruang cukup besar dibandingkan

tiga ruang praktik lainnya, sehingga daya tampung cukup memadai sehingga

dapat menampung siswa sejumlah 32 orang. Sedangkan pada ruang praktik K2

ukurannya sedikit lebih kecil sehingga menyebabkan ruang gerak siswa pada saat

praktik kurang maksimal.

b. Standar Dinding

Standar dinding untuk ruang jasa boga memang sebaiknya terbuat dari bahan

yang mudah dibersihkan, kuat dan tahan uap air dan panas. Bagian dinding yang

sering terkena air atau minyak hendaknya sering dibersihkan hal ini untuk

menghindari berkembangnya bakteri yang mengganggu ke hygienesan makanan.

Permukaan dinding yang terkena percikan air dilapisi bahan kedap air

(setinggi 2m), permukaannya halus dan berwarna terang.Dinding pada ruang

praktik boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta sudah cukup memenuhi standar, hal

ini terlihat dari bahan teghel yang di gunakan untuk melapisi dinding ruang

praktik boga.

45

Gambar 30. Dinding Ruang Praktik K 1

Ganbar 31. Dinding Ruang Praktik Patiseri

c. Standar Lantaidan Pintu Lab

Standar lantai untuk boga harus di buat dari bahan yang mudah dibersihkan

dan mudah kering. Apabila lantai kotor terkena tumpahan makanan atau cairan

hendaknya cepat dibersihkan agar kebersihan tetap terjaga.Standar lantai yang ada

di ruang praktik boga pada SMK Negeri 6 Yogyakarta menggunakan teghel

seperti yang nampak pada gambar.

46

Gambar 32. Lantai Ruang

Untuk standar pintu lab, pintu sebaiknya dirancang menggunakan bahan yang

tahan terhadap binatang pengerat, benturan dan air. Pada ruang praktik boga di SMK

Negeri 6 Yogyakarta, standar pintunya terbuat dari kayu. Pada bagian atas pintu

ruang praktik dilengkapi dengan kaca bening, hal ini bertujuan untuk memberikan

pencahayaan yang cukup pada ruang praktik. Selain itu posisi pintu yang membuka

keluar sudah tepat.

Gambar 33. Pintu Lab K1

47

Gambar 34. Pintu Lab Kontinental

d. Standar Sirkulasi Udara dan Penerangan

Standar ventilasi dan penghawaan ruangan tempat pengolahan makanan harus

dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman (±20% dari luas

lantai). Hal ini bertujuan untuk mencegah udara di dalam ruangan terlalu panas

dan menghindari kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau lantai-

lantai serta membuang bau, asap dan pencemaran.

Pada tiap ruang praktik boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta dilengkapi dengan

jendela dan ventilasi yang cukup. Di ruang praktik kontinental di lengkapi dengan

kipas angin pada langit-langitnya hal ini cukup membantu sirkulasi udara.

Gambar 35. Sirkulasi Udara.

48

e. Standar Penyimpanan

Standar penyimpanan bahan praktek sudah cukup memenuhi standar, hal ini

terlihat dengan tersedianya lemari pendingin di tiap ruang praktik. Di ruang

praktik tersedia dua lemari pendingin untuk menyimpan bahan siap pakai dan

bahan sisa pakai.

Namun tempat penyimpanan alat praktik masih kurang memenuhi standar,

beberapa alat praktik di simpan di ruang terbuka sehingga rentan terkena debu

dan lain sebagainya. Tata letak alat seperti wajan, sendok, piring yang umum

digunakan, diletakan di laci setiap meja praktek. Sementara alat-alat lain di

simpan di ruangan lain dan jika akan dipakai setiap siswa dalam kelompoknya

membuat daftar peminjaman alat kepada laboran. Dan setelah selesai praktek alat

–alat tersebut harus dikembalikan lagi.

Penyimpanan alat-alat khusus sesuai temperature atau suhu ruangan belum

dilakukan karena kurangnya ruangan.

Gambar 36. TempatPenyimpanan Alat

49

Gambar 37, 38. Lemari Penyimpan Alat

f. Standar Pakaian Kerja

Salah satu standar yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada saat praktek

mengolah makanan yaitu standar pakaian kerja. Standar pakaian kerja siswa di

SMK Negeri 6 Yogyakarta sudah memenuhi standar, hal ini nampak pada saat

praktek mengolah makanan siswa telah dilengkapi dengan :

- Celemek/apron

- Tutup rambut

- Sepatu

Selain itu siswa juga tidak diperkenankan menggunakan perhiasan tangan, dan

mengaktifkan alat komunikasi (HP). Jika siswa melakukan pelanggaran seperti

masih mengaktifkan alat komunikasi selama praktik berlangsung maka guru

berhak memberi sanksi pada siswa dengan melakukan penyitaan pada HP siswa.

50

Gambar 39, 40. Pakaian Kerja

g. Standar Tempat Pencucian

Untuk keperluan pencucian idealnya disediakan dua tempat pencucian

peralatan. Satu untuk peralatan dapur ukuran besar dan yang lain untuk

tempat pencucian peralatan gelas. Di SMK Negeri 6 Yogyakarta tempat

pencuncian peralatan prakteknya di lakukan di halaman depan kelas, hal ini

dikarenakan tidak adanya ruang khusus untuk pencucian peralatan praktek.

Sedangkan tempat cuci tangan sudah diletakkan dekat dengan area kerja.

Jumlah tempat cuci tangan sudah cukup memenuhi standar karena di tiap

meja kerja dilengkapi dengan tempat pencucian tangan. Dan pada tiap ruang

praktek dilengkapi dengan kran air panas. Air bersih cukup tersedia untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan penyelenggaraan praktik.

Gambar 41, 42. Tempat

Pencucian Tangan

51

h. Standar Rincian Pipa Saluran Sanitasi

Ruang praktik jasa boga yang dikatakan memenuhi standar adalah dengan

tersedianya saluran pembuangan atau sanitasi. Pada ruang praktik K1, saluran

pembungannya ada namun tidak tampak hal ini mengakibatkan kesulitan dalam

pembersihan jika mengalami penyumbatan. Namun pada ruang Patiseri dan ruang

kontinental, saluran sanitasinya nampak sehingga mudah ketika akan

membersihkannya.

Gambar 42, 43 .Saluran Sanitasi

i. Standar Fasilitas Tambahan ( Loker, ruang ganti, jamban dll )

Untuk fasilitas tambahan seperti ruang ganti dan loker tempat penyimpanan

masih belum memenuhi standar. Tempat praktik jasa boga seharusnya dilengkapi

dengan ruang khusus ganti siswa, namun di SMK Negeri 6 Yogyakarta belum

tersedia ruang khusus ganti dan tempat menyimpan tas siswa. Untuk ruang ganti

para siswa menggunakan toilet sedangkan untuk penyimpanan tas siswa disediakan

loker di depan ruang praktik namun jumlah loker yang kurang memadai sehingga

menyebabkan tas siswa terlihat tidak tertata rapi.

52

Gambar 44. Loker Siswa

C. Pembahasan.

a. Kualitas Profil SMK St. Mikael Surakarta.

Fasilitas Bengkel

1. Tata Letak Peralatan Bengkel

Letak alat yang baik akan memberikan keamanan dan kenyamanan

dalam bekerja. Untuk tata letak alat dletakkan dalam satu ruangan

berdasarkan fungsi dan produk. Untuk pengelompokkan alat berdasarkan

fungsi, semua alat dengan jenis yang sama ditempatkan dalam satu

ruangan yang memungkinkan apabila terdapat praktik suatu mata

pelajaran tetrentu menggunakan alat tersebut, maka siswa dapat belajar

dalam satu ruangan bersama instrukturnya. Sedangkan pengelompokkan

alat berdasarkan produksi yaitu penempatan alat yang bertujuan untuk

pembelajaran yang menghasilkansuatu produk, beberapa alat yang

berkaitan dengan produk yang akan dihasilkan ditempatkan dalam satu

ruangan sehingga siswa tidak perlu keluar ruangan untuk menggunakan

alat.

Alat disusun secara miring untuk memudahkan lalu linta siswa dan

pengajar dan juga untuk keselamatan kerja.

Setiap alat besar menggunakan alas/pijakan berupa kayu yang bertujuan

53

utuk keselamatan kerja.

2. Rasio Peralatan

Sangat baik tiap siswa menggunakan satu peralatan sehingga siswa dapat

benar-benar menguasai praktek dengan menggunakan alatnya sendiri. Jika

sistem satu alat digunakan oleh dua atau lebih peserta didik, materi tidak

sepenuhnya terserap oleh peserta karena yang lainnya mungkin saja hanya

akan melihat temannya bekerja.

B. Ketentuan Bengkel

1. Standar Bangunan

Ruang praktek yang dipisahkan dari ruang belajar teori sangat

berpengaruh dalam konsentrasi siswa belajar.Di ruang praktek mesin,

kebisingan alat-alat saat bekerja dapat merusak konsentrasi siswa apabila

belajar teori.Pencahayaan yang baik dengan atap yang tinggi membuat

peserta didik dalam ruang praktek tetap nyaman bekerja. Efek radiasi

cahaya, iluminasi cahaya akan memberikan dampak terhadap proses

belajar praktik.

2. Standar Lantai dan Pintu Bengkel

Lantai bengkel tidak licin untuk keamanan dalam bekerja. Selain itu

lantai untuk arah jalan dan tempat peletakan mesin atau alat berat

menggunakan warna cat yang berbeda, setiap warna mempunyai fungsi

informasi yang berbeda.Pintu bengkel dibuat dari besi yang sangat berat

dan kuat.

3. Standar Penyekatan

Untuk pembagian ruang praktik masing-masing bengkel diberi penyekat

karena berada dalam satu atap.Masing-masing penyekat diberi kaca

berwarna hitam sehingga peserta didik di ruang yang satu dengan ruang

yang lainnya tidak saling terganggu.

4. Standar Kenyamanan Pendengaran.

Standar kenyamanan pendengaran telah disesuaikan berdasarkan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang

Baku Tingkat Kebisingan, bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak di

54

inginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang

dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan.

5. Standar Sirkulasi Udara

Bengkel dilengkapi dengan jendela dan ventilasi udara agar sirkulasi

udara menjadi lancar dan pencahayaan sinar matahari masuk ke dalam

bengkel tanpa harus menggunakan lampu.Selain itu bengkel juga

dilengkapi dengan kipas angin di setiap sudut dan tengah dinding

bengkel.Khusus untuk lab CNC dan Unit produksi menggunakan AC

karena peralatan di lab CNC terdapat beberapa unit komputer, dan pada

unit produksi terdapat alat yang membutuhkan ruangan dengan suhu atau

temperatur dingin/sejuk.Terdapat standar temperatur ruangan yaitu 22

dearajat celcius karena ruangan yang panas akan memberikan efek

terhadap mesin dan juga peserta didik menjadi tidak nyaman bekerja

karena kepanasan.

6. Fasilitas Tambahan.

Fasilitas tambahan sangat membantu kepentingan kegiatan kerja

praktik.Fasilitas tambahan yang berada di SMK St. Michael terletak

terpisah dari ruang praktik/bengkel. Seperti Toilet, loker, ruang istirahat

instruktur. Posisi ruang istirahat instruktur dan ruang ganti serta loker

peserta didik bersebelahan. Dan di depan ruangan ini terdapat tempat

istirahat/tempat duduk. Sangat membantu dengan adanya loker bagi setiap

peserta didik maupun instruktur,siswa dapat menaruh barang dan merasa

aman karena kunci loker dapat dimiliki oleh masing-masing peserta didik.

Pelaksanaan PBM Di SMK St. Mikael Surakarta.

System pembelajaran di SMK St. Mikael Surakarta menggunakan system

blok dan pada saat pelaksanaan praktikum dilakukan system Shift. Rombel 32

siswa dibagi menjadi 2 shift kelompok. Shift kelompok pertama masuk pagi dan

shift kelompok kedua masuk siang. System shift ini dilakukan untuk memenuhi

rasio penggunaan peralatan/mesin 1:1 yakni 1 siswa menggunakan 1 alat/mesin.

55

Sehingga pada saat praktikum, peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama

dan merata dalam menggunakan fasilitas di dalam bengkel. Dan ini berdampak

positif pada penguasaan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.

Proses pembelajaran juga diterapkan PBL (Production Base Learning)

dimana peserta didik dalam praktik di bengkel dengan mengacu standar produksi.

Setiap sesuatu yang di buat/dipraktekan hasilnya sesuai standar produksi yang

dibutuhkan oleh konsumen. Di kelas XII peserta didik dibiasakan untuk membuat

produk pesanan dari perusahaan atau industry. Dan setiap peserta didik telah dibagi

jadwal kerja dan estimasi waktu yang harus dipenuhi dalam memproduksi suatu

produk. Estimasi waktu yang tidak dipenuhi oleh peserta didik, akan mendapat

sanksi minus kerja.

Suasana budaya praktik di bengkel dibuat seperti suasana sebenarnya di

industry. Kedisiplinan dan kemandirian kerja sangat ditekankan di Sekolah ini.

Setiap pelanggaran diberi sanksi minus kerja. Pada saat proses kerja di bengkel,

setiap peserta didik tidak diperbolehkan untuk makan, minum dan duduk.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga sangat diutamakan. Setiap peserta

didik yang akan masuk ke bengkel diwajibkan untuk mengenakan pakaian kerja,

kacamata khusus, sepatu khusus dirancang dengan lapisan baja yang bertujuan jika

alat yang jatuh mengenai kaki tidak akan cedera.

Budaya disiplin yang sangat tinggi yang tertanam pada setiap peserta didik di

SMK St. Mikael membuahkan hasil yang sangat maksimal. Hal ini terlihat bahwa

semua lulusan SMK St. Mikael Surakarta tidak ada yang menjadi pengangguran.

Begitu banyak perusahaan dan industry yang saling rebutan untuk mengambil

lulusan SMK St. Mikael untuk bekerja di tempat mereka. Bahkan perusahaan dan

industry tsb rela memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi kepada para lulusan SMK St. Mikael yang bekerja pada mereka.

56

b. Profil Kualitas SMK Negeri 6 Yogyakarta.

1. Kualitas Profil Laboratorium.

Setelah kami melakukan observasi singkat di SMK Negeri 6 Yogyakarta, kami

mendapatkan gambaran bahwa standar minimum lab untuk program pembelajaran

kepada siswa sudah cukup memenuhi standar.

Lab yang digunakan untuk praktek siswa terdiri 4 ruang terpisah, dengan ukuran

ruangan yang bervariasi. Ukuran ruang terluas adalah ruang praktik K1 yang dimana

ruang ini letaknya terpisah cukup jauh dari tiga ruang praktek boga lainnya. Pada saat

praktek berlangsung, ruang ini dapat menampung 32 orang siswa. Kegiatan praktek di

ruang ini berlangsung dari pagi hingga siang hari.

Berbeda halnya dengan Lab Patiseri, Lab Kontinental dan Tata Hidang. Ketiga

ruang praktik ini mempunyai ukuran yang sedikit lebih kecil sehingga ruang gerak

siswa cukup terbatas ketika praktik memasak ataupun praktik penataan ruang tata

hidang sedang berlangsung.

Pencahayaan serta sirkulasi udara pada tiap lab sudah cukup memenuhi standar

namun masih ada sedikit kekurangan yaitu tidak adanya penyedot asap di semua

ruang praktik memasak siswa, sehingga mengakibatkan ruang menjadi panas dan

sedikit berbau.

Lab boga dilengkapi dengan alat kerja yang cukup memenuhi standar. Peralatan

praktik siswa merupakan bantuan dari pemerintah Austria yang diperoleh pada tahun

2008. Beberapa alat masak (oven) berukuran besar diletakkan di ruang praktik K1

dan Lab Patiseri. Namun karena harga komponennya yang mahal serta kesulitan

dalam mencari komponen / spare park alat yang rusak, salah oven modern berukuran

besar bantuan dari pemerintah Austria sudah setahun tidak dapat digunakan praktek

oleh siswa. Dengan alat praktik yang tersedia dan tenaga pengajar yang profesional,

SMK Negeri 6 Yogyakarta khususnya jurusan boga memilki unit produksi yang

menerima pesanan kueataupun masakan dari masyarakat umum.

57

2. Pelaksanaan PBM.

Pelaksanaan proses belajar dan mengajar di SMK Negeri 6 Yogyakarta

khususnya jurusan boganya sudah sangat baik. Dimana pada saat belajar

berlangsung pengawasan dan bimbingan terus dilakukan oleh guru pengampu

mata pelajaran. Kurikulum 2013 menekankan bahwa pada saat praktikum siswa

lebih aktif dan kreatif. Hal ini dibuktikan dengan Sistem pembelajaran yang

langsung mempraktekkan materi pelajaran kepada siswa, menjadikan siswa

terampil dan cepat menguasai kompetensi yang di harus dicapai. Contohnya pada

kompetensi bumbu dasar. Bumbu dasar ada 3 yakni : bumbu putih, merah dan

orange. Siswa diberi kebebasan mengimplementasikan penggunaan bumbu dasar

tersebut pada masakan. Selain kompetensi bumbu dasar, ada kompetensi garnis.

Setiap siswa diberi kebebasan berkreasi dalam melakukan garnis pada masakan

yang telah jadi. Pelaksanaan PBM dilakukan oleh dua orang guru (team theacing)

dalam satu rombel dengan jumlah siswa 32 orang dengan jumlah jam pelajaran

setiap tatap muka sebanyak 7 jam pelajaran dan dalam seminggu sebanyak 3 kali

tatap muka. Pada penggunaan alat seperti kompor gas dibentuk kelompok.

Masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa. Hal ini dilakukan karena

keterbatasan fasilitas praktik.

Budaya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) telah dilaksanakan

oleh setiap siswa. Terlihat pada waktu akan masuk ke lab/dapur, setiap siswa

diwajibkan untuk mengenakan celemek (baju kerja) dan meletakan tasnya di

loker. Namun pada saat praktikum berlangsung, pengawasan dari guru mata

pelajaran terus dilakukan. Karena dari sekian banyak siswa yang melakukan

praktik, ada beberapa siswa yang kurang mematuhi tata tertib pada saat proses

praktikum. Contohnya pada saat masak celemeknya dilepas, kran air panas

dibiarkan dalam keadaan terbuka, kurang menjaga kebersihan saat memasak.

Setelah praktik, setiap siswa diwajibkan untuk membersihkan peralatan yang

digunakan dan membersihkan lantai yang licin, serta peralatan berat seperti

kompos gas.

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Manajemen bengkel pada SMK Katolik St. Mikael sudah sangat baik. Dari hasil

pengamatan kelompok didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Sekolah St. Mikael merupakan sekolah kejuruan dengan program studi mesin perkakas

yang mempunyai lulusan kompeten yang diminati oleh perusaahan di Indonesia.

2. SMK Katolik St. Mikhael merupakan sekolah berakreditasi A yang pertama

mendapatkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 tetapi juga “The Best” dalam

penyelenggaraan pendidikan kejuruan terutama program studi Mesin Perkakas.

3. Tata letak bangunan peralatan mesin sudah disesuaikan dengan kenyaman dan

keselamatan kerja para peserta didik.

4. Rasio penggunaan alat 1 : 1 yakni 1 peserta didik menggunakan 1 alat sangat baik

untuk pengembangan kompetensi siswa.

5. Ketentuan Bengkel :

Standar bangunan yang memisahkan antara kelas dan ruang praktek. Dengan atap

yang tinggi dapat mebuat cahaya dan sirkulasi udara lancar

Standar lantai dan pintu yang dibuat aman untuk keselamatan kerja

Standar Penyekatan untuk memisahkan ruangan dengan kaca hitam sehingga

peserta didik tidak saling terganggu

Standar kenyamana pendengaran sudah disesuaikan dengn aturan

Standar sirkulasi udara, dengan dibuatnya banyak jendela dan ventilasi udara

ditambahkan dengan kipas angin dan beberapa ruangan khsusus menggunakan AC.

Fasilitas tambahan sebagai ruang bantu untuk kepentingan kerja praktik juga sangat

memadai.

6. Dari hasil pengamatan kami di SMK Negeri 6 Yogyakarta, pengelolaan lab praktik boga

sudah cukup baik namun masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi dan ditingkatkan

khususnya kondisi ruangan yang harus di tambah. Karena untuk ukuran ruangan praktik

khususnya pada lab Patiseri masih kurang sehingga menyebabkan siswa tidak leluasa

bergerak pada sat prakti. Namun untuk secara keseluruhan, menurut kami SMK Negeri

6 Yogyakarta sudah sangat baik dalam menyiapkan siswa sebagai tenaga terampil di

59

bidangnya dan memberikan bekal pengetahuan pada siswa serta kepercayaan diri untuk

berkompetisi di dunia kerja.

B. Saran.

1. Bagi SMK St. Mikael

Manajemen bengkel yang baik perlu dilakukan sesuai standar yang telah ditentukan

agar terjaminnya keselamatan kerja peserta didik dan dapat memudahkan kegiatan

dalam bengkel.SMK St. Mikael telah menerapkan manajemen yang baik, maka

diharapkan dapat terus dipertahankan.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan menambah pengetahuan tentang manajemen bengkel yang baik dan dapat

diaplikasikan di sekolah masing-masing di daerah.

3. Bagi SMK Negeri 6 Yogyakarta

Dari hasil observasi kami di SMK Negeri 6 Yogyakarta, standar gedung lab untuk

praktik siswa masih harus benahi dan ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun

ukuran luas ruang praktik. Perawatan secara berkala peralatan praktik perlu

ditingkatkan. Selain itu standar penyimpanan alat dan bahan praktek masih perlu

diperbaiki dan lebih ditingkatkan. Hal ini dikarenakan perawatan alat praktek yang

baik akan menghasilkan umur pakai alat praktek semakin tinggi dan akan membantu

dalam mengurangi anggaran perawatan ataupun pemebelian alat yang baru. Sistem

penyimpanan peralatan alat praktek dan bahan praktek juga sangat penting, karena

dalam bidang boga kehegynesan alat dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan

produk sangatlah penting dan utama.

4. Bagi Mahasiswa

Bagi mahsiswa diharapkan dengan melakukan observasi pada beberapa lab ataupun

bengkel dari beberapa sekolah yang berbeda dengan latar belakang ilmunya, dapat

memperkaya khasanah ilmu dan pemahaman mereka dalam sistem pengelolaan lab

dan bengkel yang baik.

60

DAFTAR PUSTAKA

Byram, H.M. & Wenrich, R.C. 1956. Vocational Education and Practical Arts in The

Community School. New York : The Macmillan Company.

Daryanto.2003.AlatPengikat Pada Elemen Mesin.PT Rineka Cipta : Jakarta

Djohar, A. 2007. Pendidikan Tenologi dan Kejuruan. Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Bandung : Pedagogiana Press. Hal. 1285-1300.

Hamalik, O. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional : Kejuruan, Kewirausahaan dan

Manajemen. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Peraturan Menteri. 2008. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.40 Tahun 2008

Tanggal 31 Juli 2008 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah

Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK)

Peraturan Menteri. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 Tahun 2008 Tentang

Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

(SMK/MAK)

Pernama.2006.http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/196511101992031-TATANG_PERMANA,BAB_V_prktk_krj _ bngku .pdf. diakses pada 6 Maret 2012 pukul 21.10 Wita.

Soeharto. 1988. Desain Instruksional Sebuah Pendekatan Praktis Untuk Pendidikan Teknologi

dan Kejuruan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

61

62