laporan nekropsi kadal

21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia telah lama menjadi negara pengeskpor reptil, baik dalam bentuk reptil hidup maupun bentuk kulit. Reptil hidup diekspor untuk diambil daging atau bagian lainnya, atau sebagai hewan peliharaan. Reptil hidup yang diambil dagingnya umumnya diekspor ke Cina, Hongkong dan Singapura, sedangkan reptil untuk hewan peliharaan lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat (Mardiastuti & Soehartono 2003). Di beberapa daerah, biawak diolah dagingnya menjadi bermacam-macam hidangan. Biawak atau dalam bahasa Nias disebut boroe mulai dikenal dan dikonsumsi masyarakat Nias, khususnya di Gunungsitoli. Konsumen daging biawak meningkat karena daging biawak enak dan bermanfaat untuk mengatasi asam urat. Daging biawak dipercaya dapat bertindak sebagai aphrodisiac dan memiliki khasiat untuk mengobati gatal-gatal, menghaluskan kulit dan mengobati luka bakar (Hulu 2011). Komoditas perdagangan kulit biawak juga memiliki pasar yang baik. Perdagangan kulit biawak didominasi oleh satu jenis biawak yaitu biawak air Asia (Varanus salvator) karena tersebar di seluruh Indonesia bagian barat meliputi Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Jumlah ekspor kulit biawak air Asia lebih banyak dari jumlah ekspor kulit buaya yaitu rata-rata sebanyak 650.000 lembar per tahun sedangkan ekspor kulit 1

Upload: satwika-wyra

Post on 04-Dec-2015

139 views

Category:

Documents


59 download

DESCRIPTION

patologi anatomi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan nekropsi kadal

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia telah lama menjadi negara pengeskpor reptil, baik dalam bentuk reptil

hidup maupun bentuk kulit. Reptil hidup diekspor untuk diambil daging atau bagian

lainnya, atau sebagai hewan peliharaan. Reptil hidup yang diambil dagingnya umumnya

diekspor ke Cina, Hongkong dan Singapura, sedangkan reptil untuk hewan peliharaan

lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat (Mardiastuti & Soehartono 2003). Di

beberapa daerah, biawak diolah dagingnya menjadi bermacam-macam hidangan.

Biawak atau dalam bahasa Nias disebut boroe mulai dikenal dan dikonsumsi

masyarakat Nias, khususnya di Gunungsitoli. Konsumen daging biawak meningkat

karena daging biawak enak dan bermanfaat untuk mengatasi asam urat. Daging biawak

dipercaya dapat bertindak sebagai aphrodisiac dan memiliki khasiat untuk mengobati

gatal-gatal, menghaluskan kulit dan mengobati luka bakar (Hulu 2011).

Komoditas perdagangan kulit biawak juga memiliki pasar yang baik. Perdagangan

kulit biawak didominasi oleh satu jenis biawak yaitu biawak air Asia (Varanus salvator)

karena tersebar di seluruh Indonesia bagian barat meliputi Jawa, Sumatra dan

Kalimantan. Jumlah ekspor kulit biawak air Asia lebih banyak dari jumlah ekspor kulit

buaya yaitu rata-rata sebanyak 650.000 lembar per tahun sedangkan ekspor kulit buaya

hanya 1.000-3.500 lembar per tahun. Negara pembeli utama kulit biawak adalah

Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Meksiko dan Italia. Permasalahan utama ekspor

reptil adalah belum adanya data jumlah populasi di alam untuk menentukan jumlah

kuota, perdagangan sulit dilakukan berdasarkan ketentuan Konvensi CITES, dan

kemungkinan menurunnya populasi beberapa spesies reptil komersial akibat banyaknya

pemanenan dari alam(Mardiastuti & Soehartono 2003).

Mengingat semakin meningkatnya perdagangan komoditas biawak baik yang

hidup maupun berupa hasil olahan biawak dimasyarakat luas. Maka perlu dilakukan

pemeriksaan maupun kontrol terhadap kesehatan biawak yang diperdagangkan tersebut.

1

Page 2: laporan nekropsi kadal

Hal ini yang melatarbelakangi dilakukannya nekropsi pada biawak sebagai salah satu

kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter hewan nantinya.

1.2 Tujuan

Untuk mendiagnosa kelainan pada biawak berdasarkan gambaran makroskopis dan

mikroskopis patologi anatomi yang terjadi.

1.3 Manfaat

Mahasiswa mampu mendiagnosa kelainan pada biawak berdasarkan gambaran

makroskopis dan mikroskopis patologi anatomi yang terjadi.

2

Page 3: laporan nekropsi kadal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Varanus salvator

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Squamata

Famili : Varanidae

Genus : Varanus

Spesies : Varanus salvator

2.2 Habitat

Varanus salvator adalah biawak yang hidup secara terestrial dan arboreal, yang

memiliki sinonim biawak air, biawak Ambon, mangrove monitor atau pacific monitor.

Hewan ini ditemukan di Australia (bagian Utara, Queensland), Indonesia (Irian Jaya,

Maluku), Kirabati, Papua New Guinea (Bismarck Archipelago, pulau Solomon Utara),

kepulauan Marshall, dan kepulauan Mariana Utara (Bennett & Sweet 2010).

2.3 Struktur anatomi

Bagian kepala, badan, punggung, ekor, dan kaki V. salvator dominan berwarna

hitam dengan bintik-bintik kuning yang menyebar secara merata dan bagian perut

berwarna putih kekuning-kuningan. Hewan ini memiliki kepala dan leher yang panjang,

empat kaki yang kuat dengan lima kuku yang tajam. Penampang hidung V. salvator

berbentuk bulat sedangkan penampang hidung spesies lain seperti V. salvator dan V.

togianus berbentuk oval. Jarak hidung lebih dekat ke moncong dibandingkan jaraknya

ke mata. Lidah biawak ini berwarna hitam (Philipp et al. 1999), ekor berbentuk pipih,

keras, sangat kokoh dan panjangnya melebihi panjang kepala dan badan. Panjang ekor

terhadap kepala 7.5 kali sedangkan panjang ekor terhadap badan 2.5 kali. Bobot badan

berkisar antara 500-1900 g dan panjang tubuh berkisar antara 50-200 cm. Ukuran tubuh

yang jantan lebih besar dari betina. Jenis kelamin biawak dapat ditentukan dengan ada

3

Page 4: laporan nekropsi kadal

tidaknya sepasang hemipenis, yang bila dilakukan pemijatan akan keluar di sekitar

kloaka. Gambar V. salvator beserta susunan anatominya disajikan pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1 Varanus salvator. Seluruh badan berwarna hitam dengan bintik-bintik kuning

yang menyebar merata. Sumber: Cota (2008).

Gambar 2 Anatomi biawak jantan. Sumber: Barten (1996a).

2.4 Status konservasi

V. salvator telah dikategorikan sebagai hewan Least Concern oleh IUCN pada

tahun 2009 karena memiliki distribusi dalam jumlah yang besar dan umum ditemukan

4

Page 5: laporan nekropsi kadal

di berbagai habitat,namun spesies ini mungkin terancam punah 15 tahun kedepan akibat

diburu untuk dimakan, dieksploitasi untuk perdagangan kulit dan terancam oleh

kerusakan habitat. Saat ini belum ada upaya konservasi khusus yang dilakukan untuk

spesies ini (Bennett & Sweet 2010). Semua spesies dan subspesies dari biawak

termasuk dalam CITES Appendix II, kecuali Varanus bengalensis, Varanus flavescens,

Varanus griseus, Varanus komodoensis, dan Varanus nebulosis termasuk dalam

Appendix I (Ananjeva et al. 2006).

Spesies yang termasuk dalam Appendix I adalah spesies terancam punah yang

dipengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh perdagangan satwa liar. Perdagangan spesies

dalam Appendix I harus diatur dan diawasi secara ketat untuk mencegah kepunahan dan

menjaga kelangsungan hidupnya. Spesies yang termasuk dalam Appendix II adalah

spesies yang belum terancam punah namun dapat terancam punah bila perdagangan

spesies tersebut tidak diatur dan diawasi secara ketat. Oleh karena itu, perdagangan

spesies dalam Appendix II harus diatur dan diawasi secara ketat untuk menjaga

kelangsungan hidupnya (CITES 1979).

5

Page 6: laporan nekropsi kadal

BAB 3 METODOLOGI

Pengamatan patologi anatomi biawak secara makroskopis dan mikroskopis.

Pengamatan makroskopis dilakukan dengan melihat perubahan patoligis secara

langsung menggunakan panca indra penglihatan sedangkan pengamatan mikroskopis

selakukan dengaan menggunakan metode mikroteknik, yaitu dengan cara membuat

preparat histologis. Preparat histologis yang dibuat adalah hepar, jantung, paru-paru,

otak dan usus.

Adapun prosedur dalam pembuatan preparat histologis adalah

Biawak dibedah nekropsi.

Diambil organ hepar, jantung, paru-paru, otak dan usus

Organ yang mengalami patologi dimasukkan ke dalam formalin 4% selama 24 jam.

Fiksasi, memindahkan organ ke dalam larutan FAA selama 24 jam.

Dehidrasi, dilakukan secara bertingkat dengan alkohol 70%, 80%, 90%, 95% serta

alkohol masing-masing 1 jam.

Clearing, dilakukan selama 1 jam yaitu dimasukkan ke dalam larutan alkohol xylol,

lalu memasukkannya ke dalam xylol murni I, II, dan III masing-masing selama 20

menit.

Infiltrasi, menggunakan parafin. Hati, esofagus, dan usus dimasukkan ke dalam

xylol : parafin (1:1) cair selama 20 menit, kemudian memasukkan parafin cair I, II,

dan III masing-masing selama 20 menit di dalam oven dengan suhu 60°C.

Embedding, tahapan menanam jaringan atau sampel yang digunakan. Parafin cair

dituangkan ke dalam cetakan sampai penuh kemudian membenamkan potongan

organ kedalam parafin tersebut. Jaringan diletakkan pada posisi dasar tengah

dengan posisi melintang.

Sectioning, sampel dipotong menggunakan microtome dengan ketebalan 6-10

mikron.

Affixing, perekatan dengan menggunakan albumin dan gliserin dengan

perbandingan 1:1, disimpan dalam kotak sediaan selama 1 hari.

6

Page 7: laporan nekropsi kadal

Deparafinisasi, untuk menghilangkan parafin, sediaan dimasukkan ke dalam xylol

selama 10 menit.

Staining atau pewarnaan, proses pewarnaan dengan menggunakan hematoxylin dan

eosin dengan langkah sebagai berikut :

a. Sediaan histologis dihisap xylolnya dengan menggunakan kertas saring.

Kemudian berturut-turut dimasukkan ke alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 60%,

50%, 40% dan 30% masing masing selama 5 menit lalu ke aquades selama 5

menit. Dicuci dengan air mengalir kurang lebih 2 menit.

b. Dimasukkan ke dalam haemotoxylin selama 4 menit.

c. Dicuci dengan air mengalir selama 10 menit.

d. Dimasukkan ke dalam aquades dan alkohol 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96%

masing-masing beberapa celupan.

e. Dimasukkan ke dalam eosin selama 1,5 menit.

f. Dimasukkan ke dalam alkohol 70 %,80%, 90%, 95%.

g. Preparat dikering-anginkan dan dimasukkan ke xylol selama 15 menit.

h. Sediaan histologi ditetesi dengan canada balsam lalu ditutup dengan cover glass.

Mounting (Penutupan) dan Labelling (Pemberian Label) yaitu penutupan preparat

dengan menggunakan kaca penutup dan memberi identitas pada preparat.

7

Page 8: laporan nekropsi kadal

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Signalemen

Jenis hewan : biawak (Varanus salvator)

Jenis kelamin : Jantan

Umur : ±3 bulan

Panjang tubuh : ±30 cm

Asal hewan : Sumbermanjing Malang

Tanggal nekropsi : 25 september 2015

Anamnesa

Biawak diperoleh dari pasar hewan splended kota Malang. Biawak tampak lesu

dan memisahkan diri dari kawanannya. Biawak tampak hipersalivasi dan tidak mau

makan selama 2 hari sebelum dilakukan nekropsi (25 September 2015). Biawak yang

dijual tersebut berasal dari pengepul desa Sumbermanjing Kabupaten Malang . Biawak

yang diperoleh tidak diketahui pasti bagaimana cara menangkapnya ada kemungkinan

menggunakan perangkap maupun menggunakan racun.

Gambaran Makroskopis

Organ Epikrise Diagnosa PA

Keadaan Umum Luar  

Kulit Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Sub Kutis  

Perlemakan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Otot Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Kelenjar ludah Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

8

Page 9: laporan nekropsi kadal

Traktus

Respiratorius

Sinus Hidung Hipersalivasi Tidak ada kelainan

Laring Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Trakhea Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Bronkhus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Paru- paru Warna tidak homogen,

merah kehitaman.

Haemoraghi

Rongga thorax Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Traktus Digestivus  

Rongga abdomen Tidak ada kelainan

Rongga mulut Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Faring Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Esofagus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Lambung Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Usus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Hati Terjadi perubahan warna

menjadi kehitaman pekat

Haemoraghi

Traktus Sirkulatorius  

Jantung Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Sistem

Limforetikular

 

Limpa Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Traktus Urogenital  

Ginjal Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Oviduct Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Folikel Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Sistem Lokomosi  

Otot Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Tulang Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

9

Page 10: laporan nekropsi kadal

SumsumTulang Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Persendian Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Gambaran mikroskopis Hepar

Gambar 1. Gambaran histopatologi organ hepar perbesaran 100x. Haemoraghi (H), Kongesti (K) dan Edema (E)

Secara normal hati terbagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri. Tiap lobus

tersusun atas unit-unit kecil yang disebut lobulus. Lobulus terdiri sel-sel hati, disebut

hepatosit. Pada hepar terdapat 2 pembuluh darah yang mensuplai darah, yaitu arteri

hepatika (banyak mengandung oksigen) yang mengalirkan darah ±500 ml/menit dan

vena porta (kurang kandungan oksigen tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat toksik

dan bakteri) yang menerima darah dari lambung, usus, pankreas dan limpa dengan

mengalirkan darah ±1000 ml/menit. Kedua pembuluh darah tersebut mengalir ke kapiler

hati yang disebut sinusoid lalu diteruskan ke vena sentralis ditiap lobulus. Dan dari

semua lobulus ke vena hepatika berlanjut ke vena kava inferior.

10

H

H HK

K

E

Page 11: laporan nekropsi kadal

Gambaran mikroskopis jantung

Gambar 2. Gambaran histopatologi organ jantung perbesaran 100x. Haemoraghi (H), Kongesti (K) dan Edema (E)

Gambaran mikroskopis paru-paru

Gambar 3. Gambaran histopatologi organ paru-paru perbesaran 100x. Haemoraghi (H), Kongesti (K) dan Edema (E)

11

H

H

K

K

EE

E

E

k

k

H

H

Page 12: laporan nekropsi kadal

Pada gambaran histopatologi organ hepar, jantung dan pulmo tampak adanya

perubahan histopatologi yang sama yaitu haemoraghi, kongesti dan edema. Pada

keadaan haemoraghi organ tampak menjadi berwana kehitaman. Haemoraghi adalah

kondisi yang ditandai dengan keluarnya darah dari dalam vaskula akibat dari kerusakan

dinding vaskula. Kebocoran dinding ada dua macam melalui kerobekan (per reksis) dan

melalui perenggangan jarak antara sel-sel endotel dinding vaskula (per diapedisis).

Beberapa kemungkinan yang mempengaruhi haemoraghi yaitu:

1. Trauma yaitu kerusakan dalam bentuk fisik yang merusak sistem vaskula

jaringan di daerah benturan/ kontak.

2. Infeksi agen infeksius

Bahan toksik yang merusak endotel kapiler seperti keracunan arsen, dicumarol

(racun tikus) yang dapat menghambat penggumpalan darah sehingga terjadi pendarahan

dan toksin uremik yang dapat merusak endotel pembuluh darah. Pada pemeriksaan

histopatologi organ hepar terlihat kongesti pada sel hepatosit.

Kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan (peningkatan

jumlah darah) di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Penyebab kongesti dapat

karena :

1. Dilatasi arteriol, sehingga mengakibatkan jumlah darah yang masuk lebih

banyak.

2. Penyumbatan pembuluh darah, tepatnya di area kapiler sebagai akibat hambatan

aliran darah vena.

3. Kekurangan oksigen.

4. Obstruksi.

Edema merupakan bertambahnya cairan plasma dalam jaringan interstitial

(interseluler) dalam hal ini termasuk rongga tubuh tanpa adanya perubahan dari

dinding pembuluh darah. Secara makroskopis 3 tempat yang sering ditemukan

edema yaitu jaringan subcutan, paru-paru dan otak. Pada dasarnya disebabkan oleh

perubahan tekanan hidrostatik vaskuler dan tekanan osmotik.

12

Page 13: laporan nekropsi kadal

Patogenesis beberapa penyebab terjadinya edema yaitu :

1. Peningkatan tekanan hidrostatik

2. Akibat hipoproteinemia

3. Obstruksi limfatik

4. Reaksi radang

Gambaran mikroskopis usus

Gambar 4. Gambaran histopatologi organ usus perbesaran 200x. Sel Goblet (SG)

Pada gamabaran histopatologi organ usus tampak terjadi peningkatan jumlah sel

goblet. Sel goblet merupakan sel epitel yang berperan dalam mengeluarkan musin.

Musin berperan dalam menutupi usus pelindung terhadap isi sitolitik dalam lumen. Sel

goblet hanya terdapat sedikit pada diodenum dibandingkan pada jejenum dan ileum.

Peningkatan sel goblet mengidikasikan adanya senyawa asing yang mangiritasi mukosa

usus maupun adanya kerusakan akibat agen infeksi sehingga tubuh merespon dengan

pembentukan musin untuk menlindungi kerusakan pada vili usus. .

13

SG

SG

SG

Page 14: laporan nekropsi kadal

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan makroskopis patologi anatomi serta

histopatologi dapat disimpulkan bahwa biawak mengalami intoksikasi yang ditandai

oleh edema, haemoraghi dan kongesti pada organ jantung, hepar, paru-paru dan usus.

5.2 Saran

Perlu dilakukannya pengujian serologis untuk peneguhan diagnosa intoksikasi

yang terjadi serta bahan toksiknya

14

Page 15: laporan nekropsi kadal

DAFTAR PUSTAKA

Arimbi., A. Azmijah., R. Darsono., H. Plumeriastuti., H. V. Widuyatno dan J. Legowo. 2015. Buku Ajar Patologi Umum Veteriner. Airlangga University Press.

Brotowijoyo, D.M. 1994. Zoologi Dasar. Penerbit Erlangga. Bandung.

Juhryyah, S. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal Tikus pada Intoksikasi Akut Insektisida (Metofluthrin, d-Phenothrin, d-Allethrin) dengan Dosis Bertingkat. Institut Pertanian Bogor.

Kurniati, T. 2009. Zoologi Vertebrata. UIN SGD. Bandung.

Liu, W., Li, Q.K., Shih, H.H., and Qiu, Z.Z. 2002. Meristocotyle provitellaria sp. nov. (Digenea: Meristocotylidae) from Varanus salvator in China. Nankai University Press. Tianjin.

Martinson, S. 2013. Reptile Pathology; Necropsy technique and Common Diseases. Atlantic Veterinary Collage

Uyeda, L., Iskandar, E., Purbatrapsila, A., Pamungkas, J., Wirsing, A., and Kyes, R. 2014. Water Monitor Lizard (Varanus salvator) Satay: A Treatment for Skin Ailments in Muarabinuangeun and Cisiih, Indonesia. IPB Press. Bogor

15