i - staff site universitas negeri...

83
PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN BIOLOGI BAHAN AJAR SISTEM PENCERNAAN MAKANAN HEWAN VERTEBRATA Oleh: Sukiya KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Upload: ngodieu

Post on 11-Apr-2018

247 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PENDIDIKAN PROFESI GURUPENDIDIKAN BIOLOGI

BAHAN AJARSISTEM PENCERNAAN MAKANAN

HEWAN VERTEBRATA

Oleh: Sukiya

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI2010

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin bahan ajar dengan judul Sistem Pencernaan

Makanan pada Hewan Vertebrata ini telah selesai disusun. Banyak

keterbatasan yang ada, sehingga materi yang termuat dalam bahan ajar ini

sebatas pada contoh-contoh hewan Vertebrata terpilih sebagai wakil dari lima

Kelas dari Subfilum Vertebrata. Contoh-contoh hewan diaksud antara lain dari

Kelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati), Kelas Amphibia, Kelas Reptilia, Kelas

Aves, dan Kelas Mammalia. Keterbatasan yang lain bahwa bahan ajar ini lebih

memfoluskan pada struktur dari sistem pencernaan, dan tidak membahas lebih

mendalam tentang fungsi masing-masing organ.

Betapapun demikian, sebuah langkah kecil telah ditapakkan dalam

memenuhi sebagian kebutuhan dari Mahasiswa PPG (Program Profesi Guru)

Biologi di Universiatas Negeri Yogyakarta. Untuk itu kepada semua fihak yang

tidak mampu saya sebutkan satu per satu, yang telah memberi sumbangsih

baik berupa materiil maupun motivasi diucapkan terima kasih. Utamanya

ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Pimpinan Universitas Negeri

Yogyakarta dan Jajarannya, di mana saya bergantung dalam mencari nafkah,

yang telah memberi peluang dan dorongan dalam menyusun bahan ajar ini.

Bahaan ajar ini disusun mengacu pada kurikulum PPG Biologi dalam

jabatan, sehingga lebih berfungsi dalam mendukung pencapaian kompetensi

minimal peserta PPG Biologi dalam mengikuti workshop. Tiada yang sempurna

apapun yang ada di dunia ini, maka sepantasnyalah jika saya terbuka terhadap

tegur sapa demi perbaikan ke depan. Terima kasih.

Yogyakarta, 20 Desember 2010

Penulis

i

DAFTAR ISI

Halaman

KATA

PENGANTAR ...................................................................

I

DAFTAR

GAMBAR .....................................................................

iii

PENDAHULUAN .....................................................................

...

1

BAB 1. SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Ikan .....................B. Sistem Pencernaan pada Ikan Tombro (Ciprinus carpio).C. Soal untuk

Latihan ...................................................

369

BAB 2. SISTEM PENCERNAAN PADA AMPHIBIA

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Amphibia ..............B. Sistem Pencernaan pada Katak Sawah (Rana

cancrifora) ................................................................

C. Soal untuk

Latihan ...................................................

10

1115

BAB 3. SISTEM PENCERNAAN PADA REPTILIA

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Reptilia ..................B. Sistem Pencernaan pada Kadal (Mabouya multifasciata)C. Soal untuk

Latihan ...................................................

172124

BAB 4. SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA AVES

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Aves B. Sistem Pencernaan pada Burung Merpati (Columba

livia)C. Soal untuk Latihan

253337

BAB 5. SISTEM PENCERNAAN PADA MAMMALIA

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Mammalia .............

B. Sistem Pencernaan pada Marmut (Cavia cobaya) ........

384651

C. Soal untuk

Latihan ....................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

52

----- 0 -----

ii

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1. Ikan remora atau suckerfishes (Remilegia australis,

familia Echeneidae), panjang tubuh mencapai 53 cm .....

5

Gambar 2. Struktur tubuh ikan tombro, ditunjukkan alat-alat tubuh bagian dalam (alat visceral) meliputi sistem pencernaan, sistem respira-si, sistem sirkulasi, sistem urogenitalis, otot, vertebra dan duri sirip ..........................................

8

Gambar 3. Mulut katak yang sedang terbuka dan bagian-bagian penyusunnya ................................................................

11

Gambar 4. Topografi alat-alat visceral pada katak sawah, ditunjukkan posisi organ-organ penyusun sistem pencernaan makanan terhadap organ lain ...................

12

Gambar 5. Seekor katak yang sedang menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa...........................................................

13

Gambar 6. Organ penyusun sistem pencernaan pada katak sawah 14

Gambar 7. Sistem pencernaan makanan aligator dari sisi ventral 18

Gambar 8. Mulut kadal yang terbuka dan bagian-bagian penyusunnya ................................................................

20

Gambar 9. Topografi organ visceral pada kadal, menunjukkan posisi organ dari sistem pencernaan terhadap organ lain

22

Gambar 10. Sistem pencernaan makanan pada kadal dari sisi ventral

23

Gambar 11. Mulut burung merpati yang terbuka, dan bagian-bagian

penyusunnya ..............................................................

26

Gambar 12. Sistem pencernaan pada burung granivora ..............

28

Gambar 13. Berbagai bentuk paruh burung sesuai dengan jenis makananya ..................................................................

31

Gambar 14. Bentuk kaki burung sesuai dengan fungsinya ..............

32

Gambar 15. Topografi organ visceral pada merpati, menunjukkan posisi organ dari sistem pencernaan terhadap organ lain

34

Gambar 16. Organ penyusun sistem pencernaan pada merpati .......

36

Gambar 17. Sistem pencernaan Mammalia. Kiri, bagian-bagian penyusun lambung ruminansia (rusa). Kanan, bagian-bagian penyusun saluran pencernanan pada kuda ......

39

Gambar 18. Bagian-bagian penyusun kepala

marmut .....................

43

Gambar 19. Topografi organ visceral pada marmut, menunjukkan posisi organ dari sistem pencernaan terhadap organ lain

47

Gambar 20. Organ-organ penyusun sistem pencernaan pada marmut ........................................................................

49

----- 0 -----iii

PENDAHULUAN

Vertebrata adalah satu di antara 3 Subfilum dari Filum Chordata. Subfilum

Vertebrata terdiri atas nenerapa kelas di antaranya adalah Kelas Agnatha,

Kelas Placodermi (punah), Superkelas Pisces yang terdiri atas Kelas

Chondrichthyes (ikan bertulang rawan), dan Kelas Osteichthyes (ikan bertulang

sejati), Kelas Amphibia, Kelas Reptilia, Kelas Aves, serta Kelas Mammalia.

Bahan ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Program

Profesi Guru (PPG) dalam mengikuti perkuliahannya. Bahan ajar ini membahas

permasalahan Sistem Pencernaan Makanan pada Hewan Vertebrata, yang

difokuskan pada permasalahan struktur dari sistem pencernaan hewan

dimaksud. Harapan dari disusunnya bahan ajar ini, Mahasiswa PPG Biologi

menjadi faham tentang organ-organ penyususn sistem pencernaan makanan

pada hewan Vertebrata tertunjuk, dan dapat mengaplikasikannya terhadap

obyek-obyek Vertebrata yang lain. Oleh karena hewan Vertebrata sangat

banyak, maka sistem pencernaan dimaksud hanya dipilih dari obyek yang

sering digunakan sebagai spesimen dalam kegiatan praktikum mahasiswa.

Obyek-obyek dimaksud adalah sebagai contoh perwakilan dari beberapa kelas

yang termasuk dalam Subfilum Vertebrata. Obyek dimaksud antara lain adalah

ikan tombro (Cyprinus carpio) sebagai contoh kajian untuk Kelas Osteichthyes

(ikan bertulang sejati), katak sawah (Rana cancrivora) sebagai contoh kajian

untuk Kelas Amphibia, kadal (Mabouya multifasciata) sebagai contoh kajian

untuk Kelas Reptilia, burung merpati (Columba livia) sebagai contoh kajian

untuk Kelas Aves, dan marmot (Cavia cobaya) sebagai contoh kajian untuk

Kelas Mammalia.

Perlu difahami bahwa dalam penyusunan bahan ajar ini belum tertata

secara runtut, untuk itu para mahasiswa PPG Biologi berpeluang dalam

menstrukturisasi materi pembelajaran, jika akan menggunakannya sebagai

acuan dalam membuat SSP (subjek spesifik pedagogi).

1

2

Setelah mempelajari bahan ajar ini mahasiswa PPG Biologi diharapkan:

1. memahami cara mencari makan dari berbagai hewan Vertebrata yang

berkaitan dengan habitat hidupnya masing-masing.

2. memahami berbagai adaptasi struktur organ pencernaan makanan dan

adaptasi perilaku makan dari hewan Vertebrata.

3. dapat menyebutkan secara urut organ penyusun sistem pencernaan

makanan pada hewan Vertebrata tertunjuk dari masing-masing kelas,

mulai dari bagian anterior sampai posterior.

4. dapat menyusun tabel yang menunjukkan persamaan dan perbedaan

struktur organ penyusun sistem pencernaan makanan pada hewan

Vertebrata.

5. dapat menjelaskan mengapa berbeda perilaku makan antara hewan

Vertebrata yang bersifat ektotermik dan endotermik.

6. dapat menunjukkan ciri utama organ penyusun sistem pencernaan

makanan untuk masing-masing kelas dari hewan Vertebrata.

7. dapat menggambarkan struktur organ dari sistem pencernaan

makanan ikan tombro, katak sawah, kadal, merpati, dan marmut

secara proporsional.

8. dapat menjelaskan fungsi masing-masing organ dari sistem

pencernaan makanan pada hewan Vertebrata tertunjuk.

----- 0 -----

BAB 1. SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Ikan

Sebagaimana telah diuraikan dalam pendahuluan, maka untuk uraian

pada bab 1 ini akan membahas sistem pencernaan pada ikan khususnya pada

Kelas Osteichthyes (ikan tulang keras). Ada spesies ikan yang hidup di air tawar

dan sebagai ikan primer air tawar, misalnya ikan paru-paru. Jenis ikan tertentu

mungkin memiliki periode hidup di laut atau air payau dan meneruskan

hidupnya di air tawar atau sebaliknya. Ikan yang selalu berpindah hidupnya dari

air tawar ke air asin atau sebaliknya dari air asin ke air tawar sepanjang

hidupnya tersebut disebut spesies diadromous, misalnya ikan salmon Pasifik

dan sidat air tawar. Cohen (Orr, 1970: 50) memperkirakan 58,2% spesies ikan

hidup di laut dan 41,2% hidup di perairan tawar. Di antara 41,2% ikan air tawar

tersebut 33,1% merupakan ikan asli air tawar (ikan primer air tawar), 8,1% ikan

bukan asli air tawar tetapi sudah teradaptasi di perairan tawar atau akibat

domestikasi (ikan air tawar sekunder) dan 0,6% diadromous.

Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air,

terbukti bahwa beberapa spesies ikan mampu hidup pada suhu air mencapai

29oC, sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu air sangat dingin, akan tetapi

kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas. Ikan, seperti juga

Vertebrata poikiloterm lain suhu tubuhnya bersifat ektotermik, artinya suhu

tubuh sangat tergantung atas suhu lingkungan. Ikan air tawar yang hidup di

sungai yang suhu airnya -4oC, pada hakekatnya suhu tubuh ikan sama dengan

suhu air sungai itu.

Sistem pencernaan pada ikan Osteichthyes terdiri atas dua bagian besar

yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai

dari rongga mulut, farink, esofagus hanya pendek, lambung, usus dan anus.

Kelenjar pencernaan umumnya berupa kelenjar mukosa, hati dan pankreas.

Gigi hiu sudah berkembang baik yang membuatnya ditakuti organisme

lain. Bentuk gigi ikan pari dan chimaera, seperti lempengan berbentuk kerucut.

3

4

Gigi seperti lempengan berbentuk kerucut ini berguna untuk menghancurkan

molusca dan organisme bercangkang yang hidup di dasar laut. Lempengan

analog juga ditemukan pada Dipnoi. Letak gigi pada ikan yang lebih maju agak

ke arah palatum dan ke arah farink.

Oleh sebab ikan hidup di air maka tidak memerlukan banyak kelenjar di

mulut untuk membasahi makanannya, namun masih ada beberapa kelenjar

lendir (mukosa). Esofagus ikan biasanya sangat pendek. Usus Elasmobranchii,

dibedakan menjadi usus besar dan usus kecil, ditandai adanya katup spiral

untuk mempertinggi absorpsi. Permukaan ini akan hilang bila permukaan

absorpsi dinaikkan dengan cara pemanjangan usus.

Ikan oleh karena hidup di perairan, perkembangan kemoreseptor sangat

baik untuk mendeteksi rasa dan bau. Lokasi organ perasa pada ikan boleh jadi

tidak hanya terletak di kepala atau di mulut, mungkin diperluas di beberapa

bagian permukaan tubuh termasuk juga di bagian sirip.

Sebagian besar ikan, organ olfaktori (pencium) berupa sepasang lubang

bergaris dengan lipatan berupa epitel sensori. Organ olfaktori pada Dipnoi

serupa dengan Vertebrata tinggi, mempunyai saluran nasal yang terbuka yang

dinamakan choanae masuk ke dalam farink, saluran nasal ini terbuka pada

bagian internal maupun eksternalnya dan di lapisi epitel olfaktori berupa lipatan

epitel berlekuk-lekuk. Kelenjar endokrin adalah kelenjar tanpa saluran,

produknya langsung masuk ke dalam sistem peredaran darah. Produk tersebut

disebut hormon, yang merupakan regulator kimia tubuh. Fungsi pokoknya

adalah sebagai agen katalis dengan cara merangsang kelenjar lain, mengatur

pertumbuhan, mengontrol metabolisme dan menjaga keseimbangan kimiawi

tubuh, tanpa mengalami perubahan pada kelenjar itu sendiri.

Sebagian besar kelenjar yang ada pada hewan Mammalia, ditemukan

pada ikan kecuali kelenjar paratiroid (berperan dalam mengatur metabolisme

kalsium pada Vertebrata yang lebih tinggi). Pankreas berupa kelenjar

bersaluran (eksokrin) dan tidak bersaluran (endokrin). Pankreas tidak ditemukan

pada Cyclostomata, tetapi ditemukan pada ikan tulang rawan dan tulang keras

serta memiliki pulau Langerhan yang berfungsi untuk memproduksi insulin.

5

Kelenjar adrenalin ikan berbeda dengan Vertebrata lain yang lebih tinggi,

karena pada kelenjar ini korteks dan medulla bersatu sedangkan pada

Mammalia terpisah satu sama lain.

Modifikasi sirip ditemukan pada ikan remora atau suckerfishes (Remilegia

australis, familia Echeneidae). Spina sirip dorsal bagian anterior ikan ini, terbagi

dua berjajar horisontal membentuk lipatan transversal (dengan garis melintang)

sebagai cakram pengisap di atas kepala (Gambar 1).

Gambar 1. Ikan remora atau suckerfishes (Remilegia australis, familia Echeneidae), panjang tubuh mencapai 53 cm

Ikan tersebut menggunakan sucker ini untuk menempel pada ikan yang lebih

besar dengan demikian bergerak mengikuti hospes (ikan yang ditempeli) dan

makan dari sisa makanan ikan hospes. Untuk naik dan turun dengan cara

menambah atau mengurangi kevakuman sucker.

6

Ditemukan ada beberapa jenis ikan yang beracun. Ahli ichthyosarcotoxism

(penjinak racun ikan) berpendapat bahwa apabila ada jenis ikan tertentu

menjadi beracun bahwa sifat demikian itu diperoleh dari makanannya. Mungkin

juga sumber racun tersebut adalah berasal dari tumbuhan air yang dimakan.

B. Sistem Pencernaan pada Ikan Tombro (Cyprinus carpio)

Sebelum melakukan pembedahan untuk mengamati organ-organ

penyusun sistem pencernaan makanan pada ikan tombro, ikan tersebut harus

dimatikan terlebih dahulu menggunakan uap kloroform atau eter. Caranya

dengan menyiapkan toples kaca, masukkan segumpal kapas, tuangkan

kloroform atau eter secukupnya pada kapas, ikan dimasukkan dalam toples

tersebut kemudian ditutup rapat, ditunggu beberapa saat sampai ikan tidak

menggelepar.

Ikan yang sudah mati tubhnya dijepit dengan pinset. Lakukan

pengguntingan awal menyilang di anterior kloaka, lanjutkan pengguntingan ke

arah kranial menyusur ventral tubuh hingga di bagian ventral dari pina pektoralis

(sirip dada), dan usahakan ujung gunting jangan sampai merusak organ dalam

tubuh. Pengguntingan selanjutnya dimulai dari anterior kloaka lagi menuju ke

arah punggung menyusur dinding perut bagian dorsal dekat vertebra ke arah

kranial sampai operkulum (tutup insang). Pengguntingan dilanjutkan menyusur

operkulum ke arah ventral sampai bertemu dengan pengguntingan awal. Alat-

alat visceral (alat tubuh bagian dalam rongga perut) yang segera tampak adalah

seperti pada Gambar 2.

Sistem pencernaan pada ikan tombro, sebagaimana ikan pada umumnya,

terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Setelah dilakukan

pembedahan dan sebelum diidentifikasi lebih lanjut, maka saluran pencernaan

tersebut perlu direntangkan terlebih dahulu. Caranya dengan memisahkan atau

mengangkat usus dari kelenjar hepatopankreas yang melingkupinya. Langkah

ini harus dilakukan dengan hati-hati agar supaya usus tidak putus.

7

Saluran pencernaan ikan tombro (Gambar 2) dibangun oleh mulut dan

kelenjar-kelenjar yang bermuara padanya, farink, esofagus, lambung, usus, dan

berakhir pada kloaka. Mulut ikan tombro dibatasi oleh rahang atas (maksila) dan

rahang bawah (mandibula) yang padanya terdapat gigi-gigi kecil runcing dan

seragam. Di dasar mulut terdapat lidah yang pendek dan tidak dapat

digerakkan.

Lidah ikan tidak homolog dengan lidah pada Vertebrata lain. Lidah ini

merupakan lipatan dari lapisan dasar mulut, sehingga tidak memiliki fungsi

sebagai organ pengecap ataupun tidak sebagai alat bantu dalam menelan

makanan. Kelenjar-kelenjar yang bermuara pada rongga mulut hanya berupa

kelenjar-kelenjar lendir dan tidak mengandung enzim pencernaan. Kelenjar

lendir pada hewan Vertebrata yang lebih tinggi derajadnya yaitu dari Kelas

Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia, menghasilkan lendir yang

mengandung enzim pencernaan.

Farink merupakan pangkal dari esofagus yang terletak pada ujung bagian

arah proksimal dari rongga mulut. Esofagus dari ikan tombro sangat pendek.

Ada saluran halus yang keluar dari esofagus ini, dan saluran tersebut menuju ke

gelembung udara (saccus pneumaticus).

Lambung merupakan kelanjutan dari esofagus yang membesar. Usus

merupakan kelanjutan dari lambung yang di bagian luarnya diliputi oleh kelenjar

pencernaan, dan usus ini berakhir sebagai kloaka. Disebut kloaka oleh karena

lubang akhir ini tidak hanya berperan sebagai lubang pelepasan sisa makanan

(porus digestivus), tetapi juga berperan sebagai lubang pelepasan kencing

(porus ekskretorius) dan lubang pelepasan sperma atau telur (porus genitalis).

Kelenjar pencernaan pada ikan tombro hanya satu yang disebut kelenjar

hepatopankreas dibangun oleh sel-sel kelenjar hati dan sel-sel kelenjar

pankreas yang sudah membaur, tampak meliputi hampir di semua bagian usus.

Saluran pelepasan dari kelenjar hepatopankreas ini sangat halus seperti

benang, terdapat berderet sepanjang usus bagian anterior, disebut saluran

hepatopankreas. Kandung empedu (vesica felea) merupakan bagian dari organ

pencernaan pada ikan tombro, berupa kantung yang berfungsi sebagai

tempat

Gambar 2. Struktur tubuh ikan tombro, ditunjukkan alat-alat tubuh bagian dalam (alat visceral) meliputi sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem sirkulsi, sistem urogenitalis, otot, vertebra dan duri sirip

9

menyimpan getah empedu yang dihasil kerja dari sel-sel hati dan dari sel-sel

kelenjar hepatopankreas. Saluran pelepasannya disebut buluh empedu (duktus

koledokus) yang bermuara pada usus bagian anterior.Limpa (lien) bukan

merupakan bagian dari sistem pencernaan, berbentuk gepeng, dan berwarna

merah tua, letaknya agak tertutup oleh kelenjar hepatopankreas. Limpa adalah

organ yang berfungsi dalam perombakan sel-sel darah merah yang sudah tua

dan rusak, jadi membantu kerja hepatopankreas.

C. Soal untuk Latihan

1. Ikan dalam mencari makan akan selalu berkaitan dengan habitatnya,

dan di alam ditemukan bahwa ada ikan yang bersifat diadromous.

Jelaskan apa makna dari diadromous tersebut dengan menggunakan

contoh.

2. Ada dua perbedaan mencolok di antara ikan-ikan diadromous tersebut.

Sebutkan apa saja, dan berikan penjelasan masing-masing dengan

menggunakan contoh.

3. Organ olfaktori apa saja yang dimiliki ikan, dan jika dihubungkan dengan

di mana makanan diperoleh mengapa organ tersebut tidak berkembang

dengan baik?

4. Ada berbagai adaptasi perilaku dan morfologik ikan dalam mencari

makan. Jelaskan dua hal dimaksud yang ditemukan pada ikan Remora

(Remilegia australis).

5. Sebutkan secara urut dari anterior ke posterior traktus digestivus

(saluran pencernaan) pada ikan tombro (Cyprinus carpio).

6. Jelaskan mengapa porus digestivus pada Pisces disebut dengan

kloaka?

7. Di mana letah hepatopankreas, dan mengapa disebut demikian?

8. Mengapa lidah ikan tidak homolog dengan lidah hewan Vertebrata pada

umumnya? Jelaskan.

----- o -----

BAB 2. SISTEM PENCERNAAN PADA AMPHIBIA

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Amphibia

Sebagian besar Amphibia terdiri atas katak dan kodok. Katak digunakan

sebagai terminologi untuk genus Rana (katak air), sedangkan kodok untuk

terminologi dari genus Bufo (katak darat). Terminologi “amphibia” diterapkan

pada anggota kelas ini karena sebagian besar hewan Amphibia menghabiskan

tahap awal siklus kehidupannya di dalam air, dari bentuk larva berupa

kecebong yang bernafas dengan insang luar kemudian larva mengalami

metamorfosis menjadi anak katak dan umumnya hidup di darat dengan alat

pernafasan berupa paru-paru. Kehidupan demikian ini tidak mutlak untuk

semua Amphibia, sebab ada beberapa yang tidak pernah meninggalkan air

selama hidupnya, dan ada yang tidak pernah masuk ke dalam air pada tahap

tertentu dari siklus kehidupannya. Ada juga Salamander yang tidak punya paru-

paru sampai dewasa dan bernafas dengan insang luar.

Katak air butuh sedikit kelenjar oral, karena makanan mereka berada di air

sehingga tidak memerlukan banyak kelenjar mukus di mulut. Kelenjar-kelenjar

ini banyak terdapat pada katak (frog) dan kodok (toad) darat, khususnya pada

lidahnya, yang digunakan untuk menangkap mangsa. Gigi ada pada

premaksila, maksila, palatine, vomer, parasfenoid, dan tulang dental. Ada

beberapa Amphibia yang sama sekali tidak memiliki gigi, atau gigi pada rahang

bawah mereduksi.

Amphibia darat juga memiliki kelenjar intermaksilaris pada dinding

mulutnya. Ada beberapa Amphibia yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi

sebagian besar mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar (protrusible

tongue), serta pada katak dan kodok lidah digulung ke belakang bila tidak

digunakan. Esofagus pendek dapat dibedakan dari lambung. Usus

menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil

dan tidak dibedakan antara usus halus dan usus besar, pada katak dan kodok

terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka ke kloaka.

10

11

Gambar 3. Mulut katak yang sedang terbuka dan bagian-bagian penyusunnya

B. Sistem Pencernaan pada Katak Sawah (Rana cancrifora)

Rongga mulut pada katak sawah apabila dikuakkan akan tampak bagian-

bagian sebagai berikut (Gambar 3). Lidah katak berlekuk atau bercabang di

ujungnya dan berpangkal di ujung rahang bawah. Lidah katak sawah dalam

kondisi biasa dan tidak sedang digunakan dilipat ke arah proksimal (Gambar 5).

Rahang atas bergigi, dan terdapat pula gigi kerucut (gigi vomer, yang akan

terasa bergerigi jika diraba dengan ujung jari), yang digunakan unruk

mencengkeram mangsa sedangkan rahang bawah tidak bergerigi.. Ujung

rongga mulut di arah posterior disebut farink, dan pada farink tersebut terdapat

lubang esophagus sebagai jalan untuk memasukkan makanan ke dalam

esophagus yang pendek menuju ke lambung.

12

Gambar 4. Topografi alat-alat visceral pada katak sawah, ditunjukkan posisi letak organ-organ penyusun sistem pencernaan makanan terhadap organ lain

13

Pembedahan untuk mengamati organ penyusun sistem pencernaan

makanan katak, dimulai dengan menggunting kulit di antara kedua lipat paha,

ke arah kranial menyusur garis tengah tubuh bagian ventral sampai di tengah

mandibula.

Gambar 5. Seekor katak yang sedang menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa

14

Jaringan ikat dan jaringan otot yang terdapat di antara kulit dan otot di

daerah sternum, lipat paha, dan bagian lateral tubuh digunting juga, hingga

rongga tubuh terbuka. Segera setelah terbuka akan dapat diamati organ

visceralnya (Gambar 4).

Gambar 6. Organ penyusun sistem pencernaan pada katak sawah

15

Lambung katak sawah berdinding tebal, berwarna putih, terletak di rongga

perut sebelah kiri. Pilorus merupakan daerah penyempitan di ujung kaudal

lambung. Pilorus ini dapat melebar ataupun menyempit sesuai dengan keadaan

asam-basa dari cairan yang terdapat dalam lambung, serta adanya perbedaan

tekanan antara lambung dan usus.

Usus halus katak sawah walaupun dapat dibedakan menjadi duodenum

(usus duabelas jari), yeyenum, dan ileum, akan tetapi batas pasti antara

ketiganya sulit dikenali. Rektum atau usus besar merupakan muara dari ileum,

dan berakhir sebagai kloaka (Gambar 6).

Hati yang menghasilkan cairan empedu, dan cairan ini dialirkan lewat

saluran hepatikus ditampung di kandung empedu. Cairan empedu keluar dari

kandung empedu lewat saluran sistikus dan saluran koledokus yang bermuara

pada duodenum. Letak pankreas meliputi (menutupi) saluran koledokus,

mempunyai saluran pelepasan yang disebut saluran pankreatikus, dan saluran

ini bermuara pada saluran koledokus. Enzim-enzim yang dihasilkan oleh

kelenjar pankreas adalah lipase, amilase, dan enterokinase. Limpa tidak

termasuk dalam sistem pencernaan, berbentuk bulat kecil, berwarna merah,

terletak di dekat rektum, dan terikat oleh mesenterium (jaringan penggantung

usus).

C. Soal untuk Latihan

1. Jelaskan mengapa kodok (Bufo vulgaris) dimasukkan dalam Kelas

Amphibia, walaupun lebih banyak waktu hidupnya di daratan?

2. Oleh karena katak, ikan, dan kadal adalah besifat ektotermik, maka

hewan-hewan ini secara proporsional makan lebih sedikit dan tidak setiap

saat harus makan jika dibandingkan dengan hewan pada Kelas Aves dan

Mammalia. Jelaskan hal tersebut jika dikaitkan dengan sifat ektotermik

dimaksud.

3. Lidah pada katak sawah bersifat protusible, apa maksudnya?

4. Sistem pencernaan pada katak sudah lebih kompleks jika dibandingkan

dengan pada ikan, sebab ditemukan ada pilorus. Di mana letaknya dan

apa fungsi pylorus pada katak?

16

5. Buatlah tabel tentang perbedaan antara sistem pencernaan makanan

pada katak sawah (Rana cancrivora) dan ikan tombro (Cyprinus carpio).

6. Sebutkan secara urut perjalanan getah empedu dari hati, dan enzim-enzim

pencernaan yang dihasilkan pankreas, sampai ke duodenum.

7. Limpa adalah satu di antara organ visceral pada katak, tetapi tidak

termasuk dalam sistem pencernaan makanan. Jelaskan mengapa

demikian?

8. Jelaskan mengapa kelenjar oral pada katak sawak relatif sedikit jika

dibandingkan dengan sebangsanya yang hidup di darat?

----- 0 -----

BAB 3. SISTEM PENCERNAAN PADA REPTILIA

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Reptilia

Anggota Reptilia hanya ditemukan pada bagian bumi yang hangat, karena

hewan ini tidak memiliki mekanisme pengaturan panas tubuh atau tidak memliki

termoregulator. Sebagai makhluk ektoterm, maka Reptila lebih banyak

tergantung pada lingkungan eksternal untuk menjaga panas tubuhnya, oleh

karena itu hewan ini tidak mampu hidup pada lingkungan yang temperaturnya

rendah. Selama beraktivitas, Reptilia mampu mengatur temperatur tubuhnya

dengan menggunakan radiasi sinar matahari dan radiasi panas dari tanah

dengan cara mengendalikan periode penempatan dirinya pada beberapa

sumber panas tersebut, sehingga temperatur tubuh dapat dijaga secara

konstan. Reptilia telah kehilangan spesialisasinya untuk hidup di perairan, di

antaranya insang, pasangan organ lateral dan kelenjar mukosa eksternal.

Perkembangan awal dari palatum sekunder, dari nares internal ke bagian

belakang rongga mulut melintas di sepanjang garis nasal ditemukan pada kura-

kura dan sebangsanya. Palatum sekunder berkembang baik pada buaya.

Rahang atas dan bawah pada ular dan kadal dapat bergerak dengan baik,

karena ada engsel yang dilengkapi dengan ligamentum. Ligamentum adalah

jaringan ikat yang berfungsi untuk menghubungkan tulang satu dengan tulang

lainnya. Ligamentum ini merupakan penyambung kedua rahang (rahang atas

dan bawah), sedangkan rahang bawah kanan dan rahang bawah kiri juga

dihubungkan oleh ligamentum elastis. Oleh karena itu rahang ular mampu

bergerak kuadratik dan memungkinkan menelan mangsa yang relatif lebih besar

dari ukuran kepalanya. Kemampuan ular untuk menelan mangsa lebih besar ini

juga dibantu oleh karena tidak adanya tulang dada (stermum). Gigi pada kura-

kura tidak ada tetapi digantikan oleh lembaran bertanduk. Gigi Reptilia terdapat

pada bagian premaksila dan maksila. Gigi tersusun atas bagian palatin, vomer

dan pterigoid. Sistem pencernaan pada Reptilia disesuaikan dengan kebiasaan

makan. Reptilia umumnya herbivora, hanya sedikit yang karnivora.

17

18

Reptilia karnivor kecil makanan pokoknya serangga dan avertebrata lain,

sedangkan karnivora yang lebih besar mangsa pokoknya adalah vertebrata lain

mulai dari ikan sampai Mammalia. Reptilia darat umumnya mempunyai kelenjar

pencernaan di mulut yang berkembang baik. Hal ini dihubungkan dengan

keperluan untuk pelumasan makanan yang kering agar mengurangi gesekan

saat ditelan. Kelenjar-kelenjar ini antara lain di daerah fasial, lingual dan

sublingual. Kelenjar racun pada Reptilia berasal dari beberapa kelenjar mulut

tersebut, dan kelenjar racun pada kadal beracun merupakan modifikasi dari

kelenjar sublingual.

Gambar 7. Sistem pencernaan makanan aligator dari sisi ventral

19

Lidah kadal dan ular berkembang baik. Lidah dapat dijulurkan untuk

menangkap mangsa, ujungnya dipertebal dan lengket sehingga mangsa dapat

menempel. Ujung lidah ular bercabang dan dapat dijulurkan, berfungsi sebagai

alat untuk menyalurkan rangsangan kimia dari lingkungan luar. Lidah kura-kura

dan buaya tidak dapat dijulurkan.

Esofagus mudah dibedakan dengan ventrikulus. Ventrikulus buaya serupa

dengan burung dan sebagian darinya membentuk bangunan seperti empedal

yang dilapisi otot yang kuat (Gambar 7). Usus halus umumnya bergelung-

gelung untuk memperbesar permukaan penyerapan. Sekum terletak pada titik

persimpangan antara usus halus dan usus besar, tetapi tidak semua reptil

memiliki.

Kajian terbaru telah menunjukkan bahwa sejumlah Reptilia mempunyai

kelenjar ekskresi garam di kepala, berfungsi untuk mengeliminasi garam lebih

cepat. Ekskresi garam disalurkan menuju rongga hidung. Kelenjar-kelenjar ini

sangat berkembang pada Iguana laut Galaphagos (Amblyrhyncus cristatus),

yang hidup bergantung pada alga laut. Setelah makan, hewan ini ke pantai

untuk istirahat di atas karang. Garam yang terbawa saat makan, secara berkala

dikeluarkan lewat hidung berbentuk uap selama hewan bernafas. Kadal padang

pasir (Dipsosaurus dorsalis) mengurangi kadar garam darah serupa dengan

Iguana laut akibat dari urin yang sangat pekat. Kehidupan di gurun berkaitan

dengan efisiensi pemanfaatan air, maka air pada urin diserap kembali.

Reabsorbsi air ini terjadi di kloaka.

Kuncup perasa pada kebanyakan Reptilia hanya sebatas di daerah

faringeal disebut organ Jacobson, terletak di antara lintasan nasal. Organ

Jacobson ini mencapai pengembangan sempurna pada ular dan kadal.

Gigi sama sekali tidak ada pada kura-kura dan penyu, tetapi diganti

dengan lapisan tanduk baik di rahang atas maupun bawah seperti layaknya

paruh burung. Reptilia kelompok lain umumnya mempunyai gigi dan

berkembang baik. Gigi segera diganti jika tanggal. Gigi-gigi Crocodilia agak

seragam, berbentuk kerucut, kelengkapan giginya mengarah pada gigi tipe

thecodont.

20

Sebagian besar kadal memiliki gigi seragam atau homodont (Gambar 8).

Ada (sedikit) Reptilia yang memiliki gigi seri, taring dan geraham, sehingga

pertumbuhan gigi ini mengarah ke tipe heterodont. Sebagian kecil kadal

memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit mulut, tetapi umunya melekat pada

rahang. Ada tipe gigi yang hanya melekat pada rahang sehingga tidak terletak

pada lubang rahang, disebut tipe acrodont. Tipe gigi pleurodont yaitu gigi

berada dan melekat pada sisi dalam rahang. Gigi bawah pada genus

Holoderma (kadal berbisa) adalah pleurodont. Racun yang disekresikan oleh

kelenjar labial pada rahang bawah Holoderma tidak melewati lubang taring

tetapi mengalir melalui luka akibat tusukan gigi.

Gambar 8. Mulut kadal yang terbuka dan bagian-bagian penyusunnya

Ular umumnya memiliki gigi tipe pleurodont, tersusun pada jajaran di

rahang atas dan bawah. Beberapa ular berbisa memiliki gigi berlekuk disebut

gigi opistoglifi. Ular berbisa kuat, umumnya memiliki sepasang taring berlubang

terletak pada bagian anterior rahang atas, bentuk taring seperti jarum

hipodermik dan dasar taring berhubungan dengan kantong kelenjar bisa.

Kontraksi otot di sekitar kelenjar bisa pada saat ular menyerang,

bertanggung jawab untuk menyuntikkan bisa melewati taring ke korban.

Taring, seperti juga gigi lain, diganti bila tanggal.

21

Taring ular berbisa opistoglifi adalah gigi bisa yang terletak pada rahang

atas bagian posterior, sedangkan gigi bisa yang terletak pada rahang atas

bagian anterior dan dapat dilipat (bisa digerakkan) karena ada engsel disebut

gigi solemoglifi. Gigi bisa pada ular kobra dan ular mamba taringnya terletak

pada rahang atas bagian anterior dan gigi bisa ini tidak dapat digerakkan

disebut tipe gigi taring proteroglifi.

B. Sistem Pencernaan pada Kadal (Mabouya multifasciata)

Pembedahan untuk melihat organ tubuh bagian dalam yang berada di

rongga tubuh kadal, dimulai dengan menggunting di daerah anterior kloaka

mengarah ke kiri-kanan tubuh bagian ventral kemudian dilanjutkan ke arah

kranial sampai di tengah rahang bawah. Setelah terbuka akan dapat dilihat

organ-oragan dalamnya (organ viseral) antara lain trakea, jantung, paru-paru

dan organ-organ dari sistem pencernaan (Gambar 9).

Sistem pencernaan pada kadal tersusun oleh saluran pencernaan dan

kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dibangun oleh rongga mulut dimulai

dari celah mulut, yang disokong oleh rahang atas dan rahang bawah dan pada

masing-masing rahang terdapat deretan gigi berbentuk kerucut (Gambar 8).

Tipe giginya pleurodont, artinya bahwa gigi-gigi tersebut menempel agak

ke sisi lateral gingiva (gusi) sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Palatum

bagian medialnya berbentuk lipatan longitudinal sehingga membentuk alur

longitudinal.

Lidah kadal berpangkal pada tulang hioideum terdapat di sebelah kaudal

rongga mulut, bersifat bifida (bercabang dua). Larink terletak di sebelah kaudal

lidah, lubang saluran eustakius terletak di pangkal kiri-kanan rahang atas.

Farink (tekak) merupakan celah masuknya makanan ke dalam saluran

pencernaan berikutnya yaitu esofagus. Letak esofagus di arah dorsal dan

sejajar dengan trakea, berbetuk kecil dan memanjang. Lambung yang

berbentuk silindris (bumbung panjang), berdinding muskular sebagai pelebaran

dari esofagus, terletak di sebelah kiri rongga perut.

22

Gambar 9. Topografi organ visceral pada kadal, menunjukkan posisi organ dari sistem pencernaan terhadap organ lain

23

Gambar 10. Sistem pencernaan makanan pada kadal dari sisi ventral

Bagian saluran pencernaan kadal yang lain adalah usus halus yang

pendek tidak terlalu berbelit-belit, dan usus besar yang berfungsi sebagai

rektum yang bermuara pada kloaka. Usus buntu pada kadal sangat pendek

terletak di antara batas usus halus dan usus besar(Gambar 10).

Kelenjar pencernaan terdiri atas hati dan pankreas. Hati kadal terdiri atas

dua belahan (gelambir = lobus) kanan dan kiri berwarna coklat kemerahan,

sedangkan pankreas terletak di antara lambung dan duodenum berbentuk pipih

kekuningan.

24

Kandung empedu merupakan tempat untuk menampung empedu yang

dihasilkan oleh hati, terletak di antara kedua belah hati. Saluran empedu

bermuara pada usus halus bagian anterior. Limpa terletak di dekat pankreas,

merupakan organ hemopoietik (organ pembuat sel darah) dan juga merombak

sel-sel darah yang sudah tua atau rusak, berbentuk oval atau bulat.

C. Soal untuk Latihan

1. Jelaskan mengapa anggota dari Kelas Reptilia tidak ditemukan di

daerah kutub yang bersuhu dingin.

2. Seperti halnya Amphibia dan Pisces, bahwa Reptilia juga

termasuk hewan poikiloterm. Bagaimana cara Reptilia dalam mengatur

temperatur tubuhnya.?

3. Ular mampu menelan mangsanya jauh lebih besar dari ukuran

kepalanya. Jelaskan struktur apa saja yang mendukung perilaku itu.

4. Bagian dari traktus digestivus apa yang membedakan pada kadal

dan buaya? Gambarkan bagian yang dimaksud tersebut.

5. Iguana Galaphagos (Amblyrhyncus cristatus) bergantung

hidupnya dengan cara memakan ganggang laut yang bergaram.

Bagaimana kadal ini dalam mengatasi permasalahan kadar garam

tubuhnya?

6. Jelaskan mengapa tipe gigi kadal (Mabouya multifasciata)

disebut pleurodont?

7. Bandingkan antara sistem pencernaan pada kadal dan katak

sawah.

8. Adakah kaitannya antara gigi bisa dengan sistem pencernaan

pada ular cobra? Jelaskan.

----- 0 -----

BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA AVES

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Aves

Aves diperkirakan ada 8700 spesies yang hidup tersebar di seluruh dunia,

dari Arktik (Kutub Utara) hingga Antartika (Kutub Selatan), baik di lautan

maupun di daratan. Bahkan di kepulauan yang paling terpencil sekalipun

banyak yang memiliki avifauna sendiri. Sebagai catatan khusus, bahwa burung

gagal beradaptasi untuk kehidupan di dalam air dan di bawah tanah, tidak

sebagaimana paus dan tikus mondok (mole) dari kelas Mammalia. Sebagai satu

kelas, burung-burung tersebut memang sangat serupa. Ciri burung yang paling

utama adalah bulu dan paruh, walaupun banyak ciri lain yang membedakan

burung dari bentuk-bentuk kehidupan binatang umumnya.

Pisces, Amphibia dan Reptilia yang dibahas pada bab sebelumnya,

tergantung lingkungan eksternal sebagai sumber panas tubuh. Burung, adalah

endotermis, artinya bahwa semua burung menghasilkan panas tubuhnya

sendiri. Burung disebut juga hewan homoiotermis, karena burung mampu

mengatur temperatur tubuhnya sendiri. Termostat tersebut terletak di

hipotalamus, sehingga burung mampu hidup pada ketinggian tertentu

sementara suhu tubuh konstan. Hewan endotermik baik kelompok Aves

maupun Mammalia, akan lebih banyak makan daripada hewan ektotermik

karena berkaitan dengan kebutuhan energi untuk produksi panas tubuhnya.

Rahang bagian bawah dan atas pada burung memanjang sebagai

penopang paruh. Gigi seluruhnya lenyap pada burung modern. Rahang bawah

terdiri atas 5 tulang dan bersambung dengan tulang tengkorak dengan alat

quadrat yang dapat bergerak. Struktur palatum burung merupakan salah satu

karakter yang digunakan dalam diagnosis kategori taksonomik.

Paruh burung merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang bawah.

Paruh memberi banyak manfaat di antaranya untuk mencari makan,

pertahanan, membuat sarang dan menjilati bulu. Hal ini tergantung dari spesies

dan kebiasaan hidupnya. Kerangka bertulang pada paruh atas dan bawah

adalah lapisan bertanduk disebut ramfoteca.

25

26

Secara embriologis lapisan setiap rahang berasal dari beberapa plat terpisah

kemudian bersambung (Gambar 11).

Gambar 11. Mulut burung merpati yang terbuka, dan bagian-bagian penyusunnya

Berbagai bagian paruh burung telah diberikan istilah. Bagian dorsal

rahang atas yang memanjang dari dasar ke ujung paruh disebut kulmen.

Rahang bawah disebut tomia mandibula sedangkan rahang atas disebut tomia

maksila. Tomia bisa halus seperti pada burung pipit, dan mungkin juga bertakik

seperti pada burung betet. Tomia pada itik, angsa, soang dan flamingo ada

sejumlah plat tipis dari lamela digunakan untuk penyaring makanan. Kadang

bagian basal dari rahang atas lembut dan berdaging seperti pada elang dan

nuri, disebut sere. Ada beberapa spesies burung yang lubang hidungnya

tertutup oleh daging atau lapisan tanduk yang dikenal sebagai poperkulum.

Sekat lubang hidung internal ada yang terpisah (perforate) dan ada yang tidak

terpisah (imperforate).

27

Daerah di tengah lubang hidung yang terbentuk oleh sambungan rahang

sebelum tersambung dengan rahang bawah disebut gony.

Bentuk paruh burung dapat digunakan sebagai penduga terhadap

kebiasaan spesies dalam memperoleh makanan di habitatnya (Gambar 13).

Paruh spesies pemakan biji, misal kutilang, biasanya berbentuk kerucut, kokoh

dan meruncing tajam, sehingga mempermudah untuk mengumpulkan dan

menguliti biji. Paruh burung kutilang, ujung-ujung rahang saling menyilang

sehingga memungkinkan burung untuk mengungkit biji dari contong. Paruh

burung pemakan daging, ujungnya berbentuk kait untuk menyobek

makanannya menjadi potongan-potongan kecil untuk ditelan. Burung bangau

dan kuntul yang menangkap ikan, paruhnya berbentuk tombak panjang. Burung

pelatuk, memiliki paruh kuat seperti pahat mampu memotong kayu dan

melubangi pohon untuk menangkap serangga. Paruh itik jelas bermanfaat

dalam menahan makanan dari air. Bagian dalam paruh burung kolibri memiliki

paruh berbentuk lonjong, mampu menampung madu. Burung berkicau yang

memunguti serangga dari dedaunan mempunyai paruh berbentuk ramping dan

meruncing seperti sepasang gunting tang. Kelompok burung lain, misalnya

burung layang-layang, memiliki paruh depres dorsoventral.

Sistem pencernaan pada burung menunjukkan banyak perubahan

menarik, antara lain tidak adanya gigi. Oleh karena bibir tidak ada, maka tidak

ada kelenjar bibir (glandula labialis) dalam mulut ataupun kelenjar

intermaksilaris, tetapi ada glandula labial sublingualis. Air liur unggas

mengandung enzim amilase dan ptialin, meskipun berperan sangat kecil dalam

merubah pati menjadi gula. Bagian akhir esofagus membesar pada burung

granivora, menjadi kantong disebut tembolok yang digunakan untuk menyimpan

makanan sementara (Gambar 12). Tembolok secara esensial tidak banyak

mengandung kelenjar pencernaan, meskipun pada burung pigeon dan

sejenisnya mempunyai dua buah bangunan serupa kelenjar yang mampu

menghasilkan materi makanan yang disebut susu merpati yang dimuntahkan

oleh induk pada waktu memberi makan anaknya.

28

Aksi kelenjar tersebut dirangsang oleh hormon prolaktin dari kelenjar pituitaria di

pangkal inferior otak (kelenjar ini berada pada kelenjar hipofisa), selama masa

reproduksi.

Gambar 12. Sistem pencernaan pada burung granivora

Lambung pada burung tersusun atas lambung kelenjar disebut

proventrikulus yang mensekresi getah lambung. Bagian posterior lambung

adalah bagian yang berdinding tebal dan berotot dikenal sebagai ventrikulus

(empedal = gizzard). Lapisan dalam ventrikulus memiliki lapisan tanduk dan

seringkali bergelombang. Di sinilah pasir halus dan kerikil kecil yang dipatuk

oleh burung pemakan biji memainkan peran dalam penggilingan makanan.

Usus kecil (usus halus) bergulung dan memutar. Banyak burung memiliki satu

atau dua usus buntu (caeca coli) pada perbatasan usus kecil dan usus besar.

Usus besar pendek dan lurus dan membuka ke ruang kloaka.

29

Studi tentang kelenjar supraorbital pada burung tertentu, terutama spesies

burung laut, seperti halnya pada beberapa reptil, menunjukkan bahwa kelenjar

tersebut digunakan untuk ekskresi garam dari darah secara cepat. Hal ini

merupakan kemampuan adaptasi spesies burung laut karena menelan air asin,

agar tidak menyebabkan gangguan khusus pada ginjal. Burung-burung pantai,

seperti burung camar laut, terlihat sering meneteskan cairan berupa larutan

garam pekat dari cuping hidungnya. Kelenjar fungsional semacam itu tidak

hanya ditemukan pada spesies burung laut tetapi juga ditemukan pada

beberapa spesies burung air di area Great Plains Amerika Utara, dimana

alkalinitas air di kolam-kolam dan danau-danau cukup tinggi. Burung padang

pasir seperti burung unta, kelenjar garam memberikan alat pengawet atau

cadangan air untuk tubuh, dengan cara membuang garam dari sistem ekskresi

sehingga penyerapan air di dalam kloaka menjadi lebih intensif. Sangat sedikit

burung yang mampu hidup survive tanpa air minum, berarti harus mampu

menekan terbuangnya air melalui mekanisme penyerapan kembali di dalam

kloaka. Hal ini dilakukan oleh beberapa spesies burung yang hidup di padang

pasir dan spesies burung rawa asin dengan cara menaikkan jumlah lekuk-lekuk

Henle dalam ginjal. Lekuk-lekuk Henle itu berfungsi untuk menyerap air kembali

dan dengan demikian urin menjadi lebih pekat. Lekuk Henle di lapisan medulla

ginjal tersebut dapat mencapai dua atau tiga kali lipat pada spesies yang

menyimpan air cadangan daripada burung yang meminum air secara teratur.

Sebagian besar burung mempunyai lubang eksternal atau lubang hidung

yang menuju ke proksimal. Posisi lubang hidung biasanya dua buah terletak di

lateral dan pasangannya saling berdekatan. Umumnya lubang hidung secara

internal terpisah satu sama lain oleh sekat hidung (septum). Lapisan epitelium

pada alat pencium sebagian besar burung relatif terbatas dan hanya pada

permukaan atas saja. Hal ini berkaitan dengan ukuran pusat pencium di otak

sehingga menyebabkan indera pencium relatif kurang peka, demikian juga

ujung perasa pada lidah burung berkurang. Hal ini disebabkan oleh karena

organ Jacobson belum berkembang secara sempurna.

30

Burung hantu gudang mampu mengenali tikus dalam kegelapan total. Hal

ini menunjukkan bahwa pendengarannya sangat kuat. Suara-suara akan

terdengar dengan frekuensi berbeda untuk masing-masing telinga, tetapi

kepekaan terbesar adalah sepanjang garis visi. Ketika burung menggerakkan

kepalanya bermaksud untuk mendengar suara terkeras dari mangsa yang

bergerak, maka burung akan menghadap langsung ke arah mangsa

potensialnya.

Meskipun warna burung adalah genetis, namun dapat berubah oleh

faktor-faktor internal dan eksternal. Menurut ahli aviculturist, banyak spesies

burung memiliki bulu warna merah tetapi warna merah ini cenderung berganti

kuning setelah beberapa tahun di dalam kurungan. Bahkan jarang ditemukan

kutilang rumahan (Carpodacus mexicanus) dengan bulu-bulu kekuningan atau

oranye di kepala selain merah. Burung yang dikurung, perubahan ini dianggap

berasal dari makanan. Hormon juga berperan sangat penting dalam kendali

warna bulu. Oksidasi dan abrasi/gesekan merupakan faktor eksternal yang

berpengaruh pada perubahann warna bulu burung. Terutama karotin,

merupakan subyek pokok pemudaran sinar matahari, dan bulu-bulu yang

dimiliki selama setahun mungkin berbeda-beda warnanya.

Anggota Pelecaniformes misalnya pelikan dan sebangsanya, memiliki

kantung atau kantung gular di bawah dagu. Kantung ini digunakan untuk

menyimpan ikan sementara dan membantu dalam memproses penelanan.

Kantung ini juga berperan dalam pemberian makan burung muda dengan cara

memuntahkan makanan dari tembolok ke dalam kantung. Anggota kelompok

burung lain, kantung gular nampak lebih signifikan untuk menunjukkan jenis

kelamin. Selama musim bercumbu, burung jantan membusungkan kantung ini

hingga nampak seperti sebuah balon.

Tarsometatarsus pada burung hantu berbulu, sedangkan pada burung

elang tidak berbulu. Mayoritas pangkal kaki pada burung tidak berbulu,

tarsometatarsus tertutup sisik bertanduk, sisik tersebut imbricate (saling

menutup satu sama lain secara teratur). Jenis tarsometatarsus ini disebut

scultellate, dijumpai pada burung pipit dan kutilang.

31

Burung kelompok lain, misalnya murai, sisik penutup bertanduknya halus dan

tampak tidak terpisah-pisah, disebut kaki penendang.

Gambar 13. Berbagai bentuk paruh burung sesuai dengan jenis makananya

Burung-burung pantai memiliki sisik penutup tarsometatarsus terpecah menjadi

banyak sisik kecil-kecil tak teratur berbentuk poligonal, disebut tarsometatarsus

reticulated.

Kaki burung juga menggambarkan kebiasaan spesies dalam mencari

makan (Gambar 14). Burung passerine dan perching biasanya ada 3 jari kaki di

depan dan hallux mengarah ke belakang. Jari kaki burung pelatuk ke-4 terbalik

ke depan sehingga ada dua jari kaki di depan dan dua ke belakang, kondisi

ini

32

disebut zigodaktilus, namun hallux burung pelatuk mereduksi, sehingga jarinya

hanya 3 buah mengarah ke depan.

Gambar 14. Bentuk kaki burung sesuai dengan fungsinya

Beberapa burung layang-layang memiliki kaki palmprodaktilus yaitu

keempat jari kaki ke arah depan, untuk membantu saat hinggap pada

permukaan vertikal. Kelompok burung lain, seperti kingfisher, sebagian dari jari

luar dan tengah bersatu, suatu kondisi yang disebut sindaktilus.

Burung yang menggunakan kaki untuk berenang biasanya jari-jarinya

bersatu, setidaknya berupa perluasan jaringan sehingga jari bercuping,

untuk

33

memperluas permukaan kaki. Burung pelikan, 4 jarinya disatukan oleh jaringan

selaput hingga ujung jari, disebut kaki palmate.

Kaki pada burung heron memiliki 3 jari kaki yang disatukan dan hanya

sebagian jaringan selaput ini memanjang ke ujung-ujung jari, disebut

semipalate. Jari kaki burung grebes memiliki cuping jari datar dan lebar

berfungsi seperti jaringan selaput ketika berenang, demikian juga pada itik

penyelam memiliki struktur yang sama. Anggota familia burung belibis sisi-sisi

jari kakinya memiliki lingkaran pinggir disebut kaki pectinated.

Kuku kaki burung juga menunjukkan variasi fungsi dalam mencari makan.

Umumnya kuku cenderung tertekan secara lateral, melengkung dan runcing.

Bentuk kuku melengkung pada burung layang-layang lebih kentara dan

mungkin untuk menempel pada permukaan vertikal. Kuku burung elang dan

burung hantu berukuran lebih panjang karena digunakan untuk menangkap dan

menahan mangsa. Ada juga bentuk kuku burung yang hampir lurus bahkan

datar mirip pada manusia. Ada pula kelompok burung yang pada sisi bagian

dalam kuku jari tengah bergerigi tajam. Pectinasi atau kuku sisir ini ditemukan

pada heron, elang malam dan burung hantu gudang.

B. Sistem Pencernaan pada Burung Merpati (Columba livia)

Sebelum melakukan pembedahan, bulu-bulu di daerah leher, dada, dan perut

dibasahi, agar pada saat dicabuti tidak beterbangan. Kulit pada bagian leher,

dada, dan perut dilepaskan. Lakukan hati-hati saat melepas kulit di daerah

pangkal leher, karena di tempat ini kulit lengket dengan tembolok (ingluvies)

sehingga saat kulit dilepas tidak merobek tembolok. Pembedahan mula-mula

dilakukan pada otot sternum sebelah luar sepanjang sisi kiri-kanan karina sterni.

Pembedahan selanjutnya dilakukan ke arah samping dari sternum bagian

anterior menyusur tulang klavikula (furkula=tulang selangka). Pembedahan

untuk melihat isi rongga dada dan rongga perut, maka dari pembedahan awal

tadi dilanjutkan dengan menggunting otot di depan kloaka ke sisi kiri-kanan

tubuh ke arah kranial dengan memotong kosta (tulang-tulang rusuk) sampai

di daerah

34

ketiak. Bagian dada yang sudah terpisah dikuak ke luar menjauhi tubuh,

selanjutnya bagian-bagian yang masih melekat dipotong hingga bagian dada

ini terlepas, dan akan segera tampak organ visceral termasuk sistem

pencernaan (Gambar 15).

Gambar 15. Topografi organ visceral pada merpati, menunjukkan posisi organ dari sistem pencernaan terhadap organ lain

35

Mulut pada merpati mempunyai paruh yang dibangun dari zat tanduk.

Esofagus bagian anterior berbentuk saluran memanjang, sedangkan di bagian

pangkal leher melebar membentuk kantong yang disebut tembolok (ingluvies).

Baik untuk merpati jantan maupun betina, dinding tembolok sebelah

dalam bersifat sebagai kelenjar, dan epitel pembangunnya dapat

berdegenerasi. Sel-sel epitel yang terlepas tersebut bersifat seperti zat lemak,

dan jika sudah tercampur dengan zat-zat makanan yang sudah tercerna akan

membentuk substansi yang disebut susu merpati (pigeon milk).

Induk merpati pada saat menyuapi makan pada anak-anaknya yang

masih muda itu, bahwa susu merpati itulah yang disuapkan bersamaan dengan

makanan yang lain dari dalam tembolok induk. Esofagus posterior merupakan

kelanjutan dari tembolok dan bermuara pada lambung.

Lambung pada merpati terdiri atas dua bagian yaitu lambung kelenjar

(proventrikulus) dan lambung otot (ventrikulus = gizzard = empedal). Lambung

kelenjar pada dinding sebelah dalam banyak mengandung kelenjar yang

menghasilkan enzim-enzim pencernaan.

Lambung otot berdinding tebal tersusun oleh jaringan otot yang kuat

berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanis. Pilorus merupakan daerah

penyempitan antara lambung otot dan duodenum (usus duabelas jari) yang

tampak membentuk huruf U, kemudian berlanjut ke yeyenum, dan ileum. Batas

antara yeyenum dan ileum tidak tampak terlalu jelas.

Akhir dari ileum, saluran pencernaan ini berbatasan langsung dengan

rektum, terdapat dua buah tonjolan bulat kecil yaitu usus buntu

(sekum=caecum) yang tidak baik pertumbuhannya. Rektum sebagai bagian

akhir dari usus yang bermuara pada bagian kloaka. Kelenjar pencernaan pada

merpati terdiri atas hati dan pankreas. Hati pada merpati ukurannya relatif

besar, padat, berwana merah tua, dan terdiri atas dua belahan yang tidak sama

besarnya.

Belahan hati sebelah kanan ukurannya lebih besar daripada yang kiri. Merpati

tidak memiliki kandung empedu, oleh karena itu empedu yang dihasilkan oleh

hati langsung dialirkan melalui dua buah saluran yang masing-masing bermuara

pada duodenum bagian anterior dan posterior.

36

Kelenjar yang lain adalah pankreas terletak pada lekukan duodenum, berwarna

kemerahan, menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang disalurkan melewati

tiga buah saluran pankreatikus ke duodenum bagian posterior.

Gambar 16. Organ penyusun sistem pencernaan pada merpati

37

C. Soal untuk Latihan

1. Jelaskan pernyataan berikut ini dari aspek organ tubuhnya: Bahwa Aves

gagal beradaptasi untuk kehidupan di air dan di bawah tanah.

2. Apa ciri utama Kelas Aves, dan ciri dimaksud adalah merupakan organ

dari penyusun sistem pencernaan, jika dibandingkan dengan kelas-kelas

lain dari Subfilum Vertebrata?

3. Organ dimaksud pada no. 2 di atas sangat beragam bentuknya

bergantung pada habitat, jenis makanan, dan cara mencari makan (di

perairan atau di daratan). Gambarkan dan beri keterangan selengkapnya

untuk burung granivora (burung pemakan biji) dan burung karnivora.

4. Apa perbedaan organ penyusun traktus digestivus pada burung granivora

dan burung karnivora tersebut?

5. Gambar dan beri keterangan selengkapnya bagian-bagian paruh burung

pada umumnya!

6. Induk merpati baik jantan maupun betina bisa menghasilkan susu merpati.

Di mana, dari apa, dan kapan susu merpati tersebut dibuat?

7. Lambung merpati dibedakan menjadi bagian proventrikulus, dan

ventrikulus. Jelaskan fungsi masing-masing.

8. Pakan untuk burung perkutut yang dipelihara di dalam sangkar sering

ditambah dengan batu bata merah yang ditumbuk. Apakah hal ini perlu?

Jelaskan.

----- 0 -----

BAB 5. SISTEM PENCERNAAN PADA MAMMALIA

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Mammalia

Hewan Mammalia telah menyebar di setiap relung ekologi di bumi dan

dapat ditemukan di laut, di sepanjang pantai, di danau, di sungai, di bawah

tanah, di atas tanah, di pohon, bahkan di udara. Daerah penyebaran Mammalia

mulai dari kutub sampai daerah tropis. Jumlah spesiesnya melebihi semua

Vertebrata terestrial lain hingga mencapai ± 4060, tetapi jumlah sebanyak itu

dapat saja menyusut apabila spesies tidak didasarkan pada variasi geografik.

Mammalia memiliki karakteristik struktural yang membedakan dari kehidupan

Vertebrata lain. Ciri utama kelas Mammalia adalah adanya kelenjar susu, yang

berfungsi sebagai sumber makanan untuk anaknya. Mammalia seperti halnya

burung adalah endotermis, dan homoioterm karena memiliki mekanisme internal

pengontrol suhu tubuh.

Ada sejumlah ciri unik yang merupakan karakteristik sistem pencernaan

hewan Mammalia. Umumnya Mammalia mempunyai gigi, bibir umumnya dapat

digerakkan kecuali pada Monotremata dan paus. Meskipun gigi ditemukan

pada ikan tombro, katak sawah, maupun pada kadal, ternyata gigi hewan

Mammalia sangat khusus. Struktur gigi telah hilang pada paus baleen, tetapi

gigi sebagian besar Mammalia berperan penting membantu memotong-motong

makanan dan ada yang digunakan untuk pertahanan diri. Gigi tersusun atas

lapisan luar yang sangat khusus dan tipis tetapi sangat keras disebut enamel

(email) dan yang tampak lebih tebal tetapi lapisannya lebih lembut disebut

dentine, serta lubang gigi yang berisi pasta padat di mana saraf dan pembuluh

darah kapiler berada.

Sebagian besar Mammalia adalah difiodont artinya mempunyai 2

kelompok gigi yaitu gigi susu dan gigi permanen, sedangkan gigi Vertebrata

tingkat rendah berganti selama proses hidupnya. Kelompok gigi pertama pada

gigi difiodont adalah sebagai deciduous atau lacteal dentition atau disebut gigi

susu. Kelompok gigi kedua adalah gigi permanen sebagai pengganti gigi susu

setelah tanggal, dan gigi ini tidak akan tumbuh lagi apabila tanggal.

38

39

Gambar 17. Bagian-bagian penyusun kepala marmut

Kadang-kadang gigi susu sangat spesifik misalnya pada kelelawar, gigi kecil ini

berkurva seperti membentuk kait yang digunakan untuk menempelkan diri pada

nipple induknya.

Gigi-gigi pada Mammalia dibagi dalam 4 kelompok mulai dari anterior ke

posterior rahang yaitu gigi seri (inisisivus = I), gigi taring (caninus = C), gigi

geraham depan (premolar = P)), dan gigi geraham belakang (molar = M).

Jumlah gigi-gigi tersebut berbeda-beda untuk setiap spesies, kecuali untuk gigi

taring tidak lebih dari 1 pada setiap sisi rahang. Untuk menunjukkan jumlah gigi

pada spesies tertentu, para ahli Mammalia sering menggunakan dentist formula

(rumus gigi) untuk identifikasi spesies. Misalnya rumus gigi untuk coyote (Canis

latrans) I3/3, C1/1, Pm4/4, M2/3 atau 21 gigi. Dengan cara menggandakan jumlah ini

dapat diketahui bahwa jumlah total gigi coyote tadi adalah 42 buah. Inisial-

inisial tersebut digunakan untuk mengindikasi tipe gigi yang ada.

40

Gigi seri terletak di bagian depan mulut, digunakan untuk memotong,

merenggut atau menggerogoti, dengan demikian gigi seri tersebut berkembang

baik pada binatang herbivora. Gigi seri pada sebagian besar herbivora rata

seperti mata pisau. Pada Cervidae dan Bovidae, gigi seri atas tidak ada,

fungsinya diambil alih oleh bibir dan lidah sehingga pemotongan vegetasi

dilakukan gigi seri bawah. Gigi seri atas ke2 pada gajah (Proboscidea)

berkembang menjadi gading yang besar. Hal semacam juga ditemukan pada

Mastodon dan Mammoth. Gigi seri umumnya 6 pasang, tetapi pada tikus

pengerat hanya 2 pasang dan mempunyai bentuk sangat khusus seperti pahat

dan tumbuh terus sepanjang hidup. Dengan demikian tikus pengerat

menggunakan gigi seri ini menjadi sangat penting untuk menjaga agar tidak

menjadi panjang. Lagomorpha berbeda dengan Rodentia karena pasangan

kedua gigi seri yang terletak di rahang atas sangat kecil.

Gigi taring tampak sangat berkembang pada Mammalia karnivora. Gigi ini

relatif lebar dan runcing. Gigi taring berguna untuk menangkap dan membunuh

mangsa serta menyobek daging. Gigi taring atas dari Walrus menjadi lebih lebar

membentuk taring (tusk) digunakan untuk menarik dirinya di atas es serta untuk

mengeluarkan kerang-kerangan dari dasar laut.

Gigi taring kelelawar insektivora menanjang sehingga cocok untuk

memangsa, tetapi gigi taring atas pada vampire mirip gigi seri seperti mata

pisau untuk menusuk-nusuk kulit korbannya. Gigi taring Artiodactyla ada yang

panjang seperti gading, misalnya pada babi hutan, tetapi tidak ada atau tidak

sempurna ditemukan pada rusa. Gigi taring tidak ditemukan pada Rodentia dan

Lagomorpha. Dua kelompok hewan ini di setiap sisi rahang terdapat diastema

yaitu jarak antara gigi seri dan gigi geraham.

Perbedaan bentuk gigi geraham depan dan geraham belakang pada

Mammalia tergantung pada tingkah laku atau kebiasaan makannya. Geraham

depan biasanya diawali oleh munculnya gigi yang rontok sedangkan geraham

belakang tidak. Geraham depan terkadang mirip bahkan sama bentuk dengan

geraham belakang, sehingga seringkali dianggap gigi geraham belakang.

41

Kemiripan bentuk gigi geraham yang demikian ini disebut molariform.

Adanya gigi seri, taring, geraham depan, dan geraham belakang (gigi

heterodont) adalah menjadi karakteristik gigi untuk hewan Mammalia, tetapi

seperti apa yang telah disampaikan sebelumnya ada Mammalia tertentu

kehilangan gigi tertentu.

Dolphin memiliki gigi homodont, sehingga gigi tampak seperti pasak pada

rahangnya. Fungsi gigi hilang pada paus baleen diganti tambalan panjang

dinamakan baleen. Masing-masing tambalan di pinggir sisi dalam itu, berfungsi

untuk penapis organisme planktonik dari air laut untuk makanan.

Kelenjar oral (mulut) khususnya berhubungan dengan sekresi atau

pengeluaran mukosa. Oleh karena umumnya Mammalia hidup terestrial maka

kelenjar oral ini berfungsi untuk menjaga kelembaban mulut, kelembaban tunas

rasa (indra pengecap) di lidah dan membantu menelan makanan.

Beberapa kelenjar yang ada di oral antara lain kelenjar parotis,

submaksilaris dan kelenjar sublingualis, dikhususkan sebagai kelenjar saliva (air

ludah). Kelenjar saliva pada beberapa spesies mampu memproduksi enzim

amilase yang kemudian diaktifkan oleh asam klorida untuk mengubah pati

menjadi gula saat makanan di dalam mulut.

Beberapa jenis Mammalial yang frekuensi nafasnya pendek atau bernafas

cepat biasanya dengan mulut terbuka untuk membantu mengatur temperatur

tubuh. Pengaturan temperatur tubuh ini sebagai hasil dari evaporasi saliva dan

juga evaporasi dari dalam paru-paru. Evaporasi saliva cenderung membantu

mendinginkan tubuh. Penggunaan dari kelenjar saliva secara ekstrim sebagai

pengatur panas dapat dijumpai pada tupai tanah. Spesies gurun seperti Citellus

tereticaudus secara teratur mengeluarkan air ludah atau liur dan menggosok-

gosokkan air ludah di tubuh mereka ketika kepanasan. Lidah pada sebagian

besar Mammalia, kecuali paus, berkembang sangat baik dan bisa bergerak

menjulur dan retraksi (ditarik kembali) karena adanya sejumlah otot intrinsik.

Bagian permukaan lidah terdapat beberapa tipe papilae yang terhubung dengan

tunas rasa.

42

Esofagus mudah dibedakan dari lambung kelenjar dan panjangnya tergantung

pada panjang leher suatu spesies Mammalia.

Lambung Mammalia menunjukkan berbagai macan bentuk dan ukuran

yang sangat variatif berhubungan dengan kebiasaan makan, yaitu dari yang

relatif sederhana hanya berupa struktur yang terdiri atas sekelompok ruangan

dan ada yang sangat kompleks. Vampire bat (Demodus rotundus) yang

makanannya darah segar dari korbannya, mempunyai ukuran lambung yang

luas untuk penyimpanan. Spesialisasi lambung ditemukan pada tikus

grasshoppe (Onychomys), yang merupakan hewan pengerat kecil. Hewan ini

hidupnya tergantung dari serangga dan dengan demikian harus mampu

memproses kitin dalam sistem pencernaannya. Kelenjar pencernaan pada tikus

Onychomys, terkonsentrasi di bagian fundus, sedangkan pada bagian kardia

dan pilorus dilindungi epitelium yang mampu bertahan dari efek abrasi kitin.

Lambung sangat kompleks ditemukan pada Ruminantia (pemamah biak),

dan Sirenian (paus, dugong-dugong, pesut/lumba-lumba). Lambung hewan

pemamah biak (Gambar 18a) ada 4 bagian, yaitu pertama ruangan

penyimpanan temporer dari makanan (rumput) yang telah ditelan dinamakan

rumen (perut depan). Di rumen ini terjadi pencernaan awal secara kimiawi oleh

enzim selulase yang dihasilkan oleh sejenis bakteri yang hidup bersimbiosis

dalam rumen. Mammalia padang pasir seperti Unta mememiliki diverticulum dari

rumen yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan (reservoar) air, dan

memperluas permukaan membran labung untuk memperbesar proses absorbsi.

Adanya diverticulum menyebabkaan hewan ini tahan berjalan jauh walaupun

tanpa berhenti untuk minum.

Makanan di dalam rumen setelah dibasahi cairan yang mengandung

enzim selulase tersebut diaduk sampai berkali-kali kemudian dari sini masuk

perut kedua yang disebut retikulum (perut jala). Disebut demikian karena

dinding permukaan dalam dari retikulum membentuk lipatan-lipatan seperti

anyaman jala (segi enam). Mmakanan yang ada di dalam ruen akan dibentuk

menjadi gumpalan-gumpalan bola yang akan dimuntahkan lagi ke rongga mulut

untuk dikunyah lagi.

Ganbar 18. Sistem pencernaan Mammalia. Kiri (a) bagian-bagian penyusun lambung ruminansia (rusa) Kanan (b) bagian-bagian penyusun saluran pencernanan pada kuda

44

Kunyahan kedua ini dilakukan ketika binatang itu sedang istirahat,

kemudian ditelan kedua kalinya dan masuk ke dalam lambung ketiga yaitu

omasum atau psalterium (perut kitab). Disebut perut kitab karena dinding

permukaan dalam dari omasum membentuk lipatan-lipatan yang sangat dalam

sehingga menyerupai lembaran-lembaran kitab. Di sini pengadukan dilanjutkan

sebagai akibat dari gerak peristaltik dinding lambung sehingga memperbesar

campurnya enzim pencernaan dengan makanan, untuk selanjutnya makanan

masuk ke ruangan keempat disebut abomasum (perut asam). Abomasum

adalah merupakan lambung yang sebenarnya, dinding bagian dalamnya

membentuk lipatan-lipatan longitudinal disebut rugae seperti halnya yang

ditemukan pada lambung mammalia lainnya, juga menghasilkan enzim untuk

pencernaan secara kimiawi lebih lanjut. Abomasum juga tersusun atas bagian

kardia, fundus, dan pilorus. Ada dugaan bahwa rumen, retikulum, dan omasum

merupakan modifikaksi dari esofagus yang analog dengan tembolok pada

hewan Aves granivora.

Makanan yang sudah tercampur dengan sekresi dari kelenjar

pencernanan pada dinding abomasum, kemudian masuk ke dalam duodenum

atau bagian anterior usus halus. Perhatikan dan bandingkan bentuk, ukuran

(diameter dan panjangnya) antara organ-organ penyusun sistem pencernaan

hewan Mammalia herbivora ruminan dan nonruminan (Gambar 18a dan 18b).

Usus halus Mammalia secara proporsional panjang dan bergulung-

gulung, panjangnya berhubungan dengan kebiasaan makan dari hewan yang

bersangkutan. Usus halus hewan herbivora cenderung lebih panjang daripada

insektivora ataupun karnivora.

Ada sekum (usus buntu) pada sambungan antara kolon dan usus halus.

Sekum umumnya kecil pada hewan karnivora, tetapi cukup panjang pada

hewan herbivora. Hewan Monotremata masih mempunyai kloaka, tetapi

bangunan ini tidak ditemukan lagi pada Mammalia yang lebih tinggi.

Puncak perkembangan kelenjar endokrin terjadi pada hewan Mammalia.

Sejumlah hormon dihasilkan oleh berbagai bagian dari kelenjar ini.

45

Salah satu kelenjar yang sangat penting bagi Mammalia dan

bertanggungjawab untuk keberlangsungan hidup keturunannya adalah kelenjar

susu. Untuk beberapa kasus, kelenjar susu terbentuk dari gabungan kelenjar

keringat dan kelenjar minyak yang keduanya berkembang dari derivat

epidermis. Secara embriologis kelenjar susu muncul dari penebalan epidermis

yang meluas pada sisi tubuh yang berbentuk garis. Pada titik tertentu sepanjang

garis susu ini akan muncul kelenjar susu. Kelenjar susu akan tampak

berkembang dan ini akan menjadi pertanda seks sekunder, tetapi secara normal

hanya pada hewan betina yang fungsional. Perkembangan kelenjar susu ini di

bawah kontrol hormonal.

Letak kelenjar susu bermacam-macam pada spesies yang berbeda, ada

yang pektoral, abdominal atau inguinal. Sebagian besar Mammalia bangun

kelenjar ini dinamakan nipple atau mammae (puting susu). Kelompok

Monotremata tidak ada nipple sehingga saluran terbuka pada permukaan kulit,

dan anak-anaknya pada waktu masih muda menjilati susu yang keluar pada

permukaan ventral tubuh induknya. Hewan Marsupialia dan Plasentalia, saluran

dari kelenjar susu tersebut terbuka pada nipple yang umumnya terletak lebih

kranial. Kelenjar susu pada kelompok Primata saluran ini membuka pada ujung

nipple, sedangkan pada Artiodactyla ada nipple palsu dan saluran tersebut

membuka pada pangkal saluran susu. Jumlah mammae pada Mammalia

bermacam-macam tergantung spesies, tetapi umumnya antara 1 – 13 pasang

dan jumlah ini tergantung jumlah anak yang dilahirkan. Mammalia yang

melahirkan 1 atau 2 anak mempunyai sepasang mammae, seperti pada paus,

primata dan kelelawar tertentu. Spesies yang lebih prolifik (subur) mempunyai

banyak mammae untuk menyusui anak-anaknya.

Telah dinyatakan sebelumnya bahwa air susu pada monotrema,

memancar dari kelenjar, tetapi air susu pada sebagian besar Mammalia tidak

memancar ke luar tetapi dihisap anaknya. Pengecualian pada paus, dimana

otot-otot khusus mampu mengeluarkan air susu dari nipple ke dalam mulut

anaknya. Adaptasi ini mencegah hilangnya meteri makanan (gizi) oleh karena

paus sepanjang hidupnya dihabiskan di air dan tidak mempunyai bibir untuk

menghisap karena telah mereduksi.

46

B. Sistem Pencernaan pada Marmut (Cavia cobaya)

Sebelum melakukan pembedahan pada tubuh marmut, rambut di daerah

ventral tubuhnya dibasahi terlebih dahulu untuk menghindari agar rambut tidak

beterbangan saat dilakukan pembedahan, serta tidak mengotori organ-organ

visceral yang akan diamati. Pengguntingan awal dilakukan di arah anterior penis

untuk hewan jantan dan anterior klitoris untuk hewan betina. Pengguntingan

dilanjutkan ke arah kranial sampai dekat bibir bawah. Kulit disisit dan lakukan

dengan hati-hati di bagian leher. Pembedahan selanjutnya dilakukan terhadap

jaringan otot di bawah kulit yang sudah terbuka tadi mulai dari daerah lipat paha

sampai ke jaringan otot di leher, dan sekaligus memotong rusuk-rusuknya.

Amati organ dalam apa saja yang terlihat selain organ penyususn sistem

pencernaan pada marmut tersebut (Gambar 19).

Sistem pencernaan pada marmut juga tersusun atas saluran pencernaan

dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut yang

sudah dilengkapi dengan langit-langit sekunder sebagai pemisah sempurna

antara nasofarink dan rongga mulut. Langit-langit sekunder bagian anterior

dinamakan langit-langit keras, dan bagian posterior dinamakan langit-langit

lunak.

Sepasang gigi seri masing-masing terdapat pada rahang atas dan rahang

bawah. Gigi seri ini tampak dari luar karena adanya celah pada bibir atas

(Gambar 17 dan 19), selalu tumbuh dan digunakan untuk mengerat. Perilaku

mengerat ini dilakukan setiap saat untuk menghambat laju pertumbuhan gigi

dimaksud oleh karena gigi ini tumbuh terus. Marmut tidak memiliki gigi taring,

sehingga antara gigi seri dan geraham pertama ada tempat yang kosong

disebut diastema. Gigi premolar sebanyak empat buah, korona nya memiliki

krista-krista dari bahan dasar email yang melintang dan tajam berguna untuk

mengunyah. Gigi molar pada marmut berjumlah 12 buah terletak di arah kaudal

dari premolar, korona nya berkrista juga berfungsi untuk mengunyah. Jadi

jumlah gigi pada marmut sebanyak 20 buah.

47

Gambar 19. Topografi organ visceral pada marmut, menunjukkan posisi organ dari sistem pencernaan terhadap organ lain

48

Berdasarkan macam dan jumlah giginya, maka rumus gigi dari marmut adalah:

M3 P1 C0 I1 : I1 C0 P1 M3

_____________________________

M3 P1 C0 I1 : I1 C0 P1 M3

Farink merupakan daerah persilangan antara saluran pernafasan dari

nasofarink ke trakea dengan saluran pencernaan dari rongga mulut ke

esophagus. Kelenjar ludah pada marmut tampak pada daerah leher.

Kelenjar ludah ini terdiri atas depasang kelenjar parotis letaknya di samping otot

meseter melekat pada kulit. Saluran pelepasannya disebut saluran Stenson dan

bermuara di dekat rahang bawah. Sepasang kelenjar submandibularis

(submaksilaris) terletak di samping kiri-kanan trakea warnanya merah muda,

saluran pelepasannya disebut saluran Wharton yang bermuara di dekat gigi seri

rahang atas. Sepasang kelenjar sublingualis terletak di samping sebelah distal

kelenjar submandibularis, saluran pelepasannya disebut saluran Ruvini yang

hanya menghasilkan mukosa dan lendir.

Saluran pencernaan pada marmut (Gambar 20) dari anterior ke posterior

dibangun berturut-turut oleh esofagus yang menerima bahan makanan dari

rongga mulut, terletak di sebelah posterior dari trakea. Esofagus setelah

menembus diafragma, akan bermuara pada lambung. Lambung terletak di

bagian kiri rongga perut berbentuk tabung yang melengkung. Bangunan

lengkungan lambung tersebut pada bagian sebelah dalam yang cekung disebut

kurvatura minor dan sebelah luar yang cembung disebut kurvatura mayor.

Lambung pada marmut merupakan pelebaran dari saluran pencernaan yang

berbentuk kantung, selain sebagai tempat penampungan makanan sementara

juga merupakan tempat proses pencernaan secara enzimatis. Sesuai dengan

fungsinya maka dinding dalam dari lambung ini menghasilkan enzim-enzim

yang diperlukan dalam proses pencernaan makanan secara kimiawi. Adanya

berbagai macam kelenjar pada dinding lambung bagian dalam ini, maka

dibedakan menjadi tiga bagian yaitu dari kranial ke kaudal adalah lambung

bagian kardia, bagian fundus, dan bagian pilorus.

49

Gambar 20. Organ-organ penyusun sistem pencernaan pada marmut

50

Setelah bahan makanan melewati pilorus masuk ke duodenum.

Duodenum merupakan bagian paling anterior dari usus halus, kemudian diikuti

oleh yeyenum dan ileum dimana penyerapan sari-sari makanan terjadi. Secara

morfologik batas antara ketiga bagian usus tersebut tidak begitu jelas. Sekum

(usus buntu) pada marmut mengalami perluasan dan pemanjangan yang luar

biasa, sehingga tampak mendominasi terhadap organ lain dari saluran

pencernaan. Perkembangan yang sangat baik ini sebagai tempat untuk

kelanjutan proses pencernaan bahan makanan yang dibantu oleh bakteri.

Keberadaan sekum tersebut juga diduga berfungsi untuk memperluas saluran

pencernaan, sebagai reservoar bahan makanan dan tempat fermentasi, serta

untuk pemekatan vitamin.

Bagian sekum pada marmut yang menggelembung ke arah distal

berbentuk kantung-kantung disebut haustra, dan pengerutan-pengerutan yang

mengarah proksimal di antara haustra disebut insisura. Jaringan ikat yang

tampak seperti pita memanjang dari ujung ke ujung sekum disebut taenia.

Usus besar yang terdiri atas kolon dan rektum merupakan kelanjutan dari

sekum berdekatan dengan muara ileum pada sekum. Rektum (usus akhir)

tampak merupakan tempat untaian dari feses yang berbentuk butiran-butiran

keras, dan saluran ini berakhir sebagai anus. Kenyataan ini menunjukkan

bahwa penyerapan air masih terjadi di lumen rektum.

Pankreas pada marmut adalah kelenjar yang enghasilkan enzim dan

hormon, berarti pankreas merupakan campuran antara kelenjar eksokrin yang

menghasilkan enzim, dengan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon.

Enzim yang dihasilkan oleh pankreas berperan dalam pencernaan makanan

secara enzimatis, disalurkan ke lumen duodenum.

Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar, dan fungsi utamanya

adalah menghasilkan getah empedu, tempat terjadinya sintesis protein, tempat

detoksifikasi, tempat deaminasi membentuk urea, dan sebagai tempat untuk

penyimpanan metabolit sekunder misalnya vitamin dan hormon. Kandung

empedu (vesica felea) merupakan tempat penyimpanan sementara getah

empedu yang dihasilkan oleh hati.

51

Getah empedu dialirkan dari hati ke dalam kandung empedu melewati saluran

hepatikus, selanjutnya dialirkan ke dudodenum lewat saluran sistikus dan

saluran koledokus.

C. Soal untuk Latihan

1. Kelas Mammalia memiliki karakteristik tertentu yang

membedakan dengan anggota Vertebrata lain. Apa ciri daimaksud?

2. Gigi pada Mammalia secara struktural tersususn atas bagian-

bagian apa saja, sebutkan dan berikan penjelasan seperlunya.

3. Sebutkan dan jelaskan seperlunya, apa tipe gigi pada hewan

Arthyodactyla.

4. Buatlah diagram yang menunjukkan rumus gigi pada marmut

(Cavia cobaya).

5. Seekor kambing yang sedang merumput di lapangan, setiap kali

menelan rumput yang dimakannya, walaupun belum lumat betul.

Sebutkan perjalanan rumput itu dalam traktus digestivus kambing tadi

mulai dari rongga mulut hingga duodenum, dan berikan penjelasan

seperlunya.

6. Secara struktural apa yang membedakan antara organ penyusun

traktus digestivus pada rusa dan zebra, walaupun keduanya adalah

herbivora.

7. Sekum adalah satu di antara organ penyusun traktus digestivus

pada marmut yang mengalami perkembangan sangat baik. Jelaskan

maksud dari pernyataan tersebut, gambarkan dan apa saja fungsi dari

sekum kaitannya dengan proses pencernaan makanan.

8. Walaupun makanan marmut adalah rumput, tetapi hewan ini

dimasukkan dalam satu kelompok yang sama dengan tikus, yaitu dalam

kelompok Rodentia. Apa yang menjadi dasar pengelompokannya?

Jelaskan.

----- 0 -----

DAFTAR PUSTAKA

CAMPBELL, N.A.; L.G. Mitchell, J.B. Reece. 2000. Biology: Concepts and Connections. Third Edition. Sanfrancisco: Addison Wesley Longman Inc.

HICMAN, C.P.; L.S. Roberts and A. Larson. 1998. Biology of Animals. Boston: The McGraw-Hill Companies, Inc.

HILDEBRAND, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure. Fourth Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

KARDONG, K.V. 1998. Vertebrates : Comparative Anatomy, Function, Evolution. Second Edition. Boston: The McGraw-Hill Companies Inc.

LAN, T.S. 1980. Tiga Ekosistem (Lingkungan Hidup Pohon Beringin, Lingkungan Hidup Sungai Kecil di Hutan, dan Lingkungan Hidup Pohon Bakau). Bogor: Yayasan Indonesia Hijau.

MacKINNON, K. 1992. Nature’s Treasurehouse: The Wildlife of Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

McFARLAND, W.N.; F.H. Pough; T.J. Cade and J.B. Heiser. 1985. Vertebrate Life. Second Edition. New York: Macmillan Pub. Co.

MILLER, S.A. and J.B. Harley. 1999. Zoology. Fourth Edition. Boston: The McGraw-Hill Companies, Inc.

ODUM, E.P. 1999. Dasar - dasar Ekologi. (Terjemahan: Tjahyono Samingan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

ORR, R.T. 1976. Vertebrate Biology. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

STORER, T.I.; R.L. Usinger; R.C. Stebbins and J.W. Nybakken. 1983. General Zoology. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

SUKIYA. 2005. Biiologi Vertebrata. Malang: UM Press.

----- 0 -----

52