laporan mikromeritik

29
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangan Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan farmakologik dari bahan obat tersebut Dalam pembuatan sediaan-sediaan seperti kapsul, tablet, granul, sirup kering tentu mempertimbangkan ukuran partikel.Begitupula akan mempengaruhi kecepatan disolusi atau kelarutan dari suatu sediaan obat sehingga efek yang akan ditimbulkan dapat dengan cepat bereaksi. Hal-hal semacam ini terutama sangat berpengaruh pada sediaan-sediaan obat yang mempunyai bentuk sediaan seperti tablet , kapsul dan lain- lainnya yang bersifat padat atau yang lainnya. Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran partikel ini cukup kecil. Masalah seperti ukuran partikel ini dalam bidang farmasi sangat diperhitungkan sekali atau dapat dikatakan sangat penting.

Upload: gledys-tham-puti

Post on 07-Aug-2015

1.317 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN MIKROMERITIK

1

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakanganDalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat

kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum.

Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang

farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan

farmakologik dari bahan obat tersebut Dalam pembuatan sediaan-sediaan

seperti kapsul, tablet, granul, sirup kering tentu mempertimbangkan ukuran

partikel.Begitupula akan mempengaruhi kecepatan disolusi atau kelarutan dari

suatu sediaan obat sehingga efek yang akan ditimbulkan dapat dengan cepat

bereaksi. Hal-hal semacam ini terutama sangat berpengaruh pada sediaan-

sediaan obat yang mempunyai bentuk sediaan seperti tablet , kapsul dan lain-

lainnya yang bersifat padat atau yang lainnya.

Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari

khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran partikel ini cukup

kecil.  Masalah  seperti ukuran partikel ini dalam bidang farmasi sangat

diperhitungkan sekali atau dapat dikatakan sangat penting.

Mengingat pentingnya mikromeritik dalam bidang farmasi, maka sudah

sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai mikromeritik ini,

termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat.

Pada percobaan ini, akan ditentukan diameter partikel dari, talkum dan

NaCldengan menggunakan metode ayakan, metode ini merupakan metode

yang paling sederhana.

Page 2: LAPORAN MIKROMERITIK

2

II.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

II.2.1Maksud Percobaan

Mengukur besaran partikel senyawa dengan metode ayakan dan metode

mikroskop.

II.2.2Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui

bagaimana cara mengukur besaran partikel senyawa dengan metode ayakan

dan metode mikroskop.

Page 3: LAPORAN MIKROMERITIK

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel-partikel kecil oleh Dalla

Valle dinamakan ”Mikromeritik”. Dispersi koloid mempunyai sifat

karakteristik yaitu partikel-partikelnya tidak dapat dilihat di bawah

mikroskop biasa, sedangkan partikel-partikelnya dari emulsi dan suspensi

farmasi serta serbuk halus ukurannya berada dalam jarak penglihatan

mikroskop. Partikel-partikel yang ukurannya  sebesar serbuk kasar, granulat

tablet atau granulat garam, ukurannya berada dalam jarak pengayakan

(Martin, 1994).

Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat

penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga luas permukaan, dari

suatu partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat fisika, kimia dan

farmakologi dari suatu obat. Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat

mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan

secara oral, parenteral, rektal dan topikal. Formulasi yang berhasil dari

suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik dan respon

farmakologis, juga bergantung pada  ukuran partikel yang dicapai dalam

produk tersebut. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian

ukuran partikel penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan

dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Hal ini membuat

seorang farmasis kini harus mengetahuhi pengetahuan mengenai

mikromimetik yang baik (Ansel,1989).

Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang

partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara.

Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-

rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-

rata.

Page 4: LAPORAN MIKROMERITIK

4

Mikromeritik adalah ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel-

partikel kecil. Dalam bidang kefarmasian, informasi yang perlu diperoleh

dari (obat0 ada 2 macam yaitu informasi tentang ukuran partikel dan

informasi tentang bentuk pertikel. Data tentang ukuran pertikel diungkapan

dalam diameter (ukuran) partikel. Sementara itu, informasi bentuk spesifik

partikel yang bersangkutan dan konduktornya (keadaan kasar atau halus

peermukaan partikel). Semua data tersebut ada kaitannya dengan efek obat

(Sudjaswadi,2002).

Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla

Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat

dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta

serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang

mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular

berada dalam kisaran ayakan.

Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya

perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi

juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam

sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan

banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa

menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut.

Ukuran partikel dapat dinyakan dengan berbagai cara. Ukurandiameter

rata-rata dan beberapa cara pengukuranpartikelyaitu :

1. MetodeMiroskopik

Bila partikelnya lebih kecil yaitu partikel dengan ukuran

Angstrom. Dari 10 – 1000 Angstrom (1 Angstrom = 0,001 mikrometer),

mikroskop ini mempunyai jelajah ukur dari 12 mikrometer sampai

kurang lebih 100 mikrometer (Effendy, 2003)

Disebabkan kemudahannya, cara mikroskopik mempunyai suatu

pengalaman perluasan lebih lanjut, disamping ukuran dari setiap partikel

juga bentuknya dan bila perlu dipertimbngkan pembuatan anglomerat,

dengan bantuan sebuah mikrometer okuler yang tertera berlangsung

Page 5: LAPORAN MIKROMERITIK

5

setiap analisa ukuran partikel dari 500 – 1000 partikel. Perbesaran

maksimal yang tercapai artinya perbesaran yang sesuai dengan daya

resolusi mata manusia (kira-kira 0,1 mm), adalah 550 kali (Voight, 1994)

2. Metode Pengayakan

Cara iniuntukmengukurukuranpartikel secara kasar. Bahan yang

akandiukurpartikelnyaditaruh di atas ayakandengannomormeshrendah.

Kemudiandibawahnyaditaruh/ditempatkanayakandenganayakan 

dengannomormesh yang lebihtinggi. Perla

diingatbahwaayakandengannomormeshrendah  mempunyai usuran

lubangrelatif besar dibandingkandenganayakandengannomormeshtinggi.

Ataudengan kata lainpartikelmelaluiayakannomormesh 100

ukuranpartikellebihkecildibandingdenganpartikel yang

melaluiayakannomormesh 30 (Effendy, 2003).

Metode ini ádalah metode yang paling sederhana dilakukan.

Ayakan dibuat dari kawat dengan lubang diketahui ukurannya. Istilah

”mesh” adalah nomor yang menyatakan jumlah luabang tiap inci.

Ayakan standar adalah ayakan yang telaha dikalibrasi dan yang paling

umum adalah ayakan menurut standar Amerika (Parrot,1971).

3. Metode Sedimentasi

Ukuran partikel dari ukuran saringan seperti salah satunya

seringkali disangkutkan dalam bidang farmasi. Metode sedimentasi di

dasarklan pada hukum Stoke, serbuk yang akan diukur disuspensikan

dalam cairan, dimana serbuk tidak dapat larut. Suspensi ini ditempatkan

pada sebuah pipet yang bervariasi. Sampel ini diuapkan untuk

dikeringkan dan residunya ditimbang. Setiap sampel ditarik  yang

mempunyai ukuran partikel; yang lebih kecil dari yang dihubungkan

dengan kecepatan. Pengendapan karena semua partikel dengan ukuran

yang lebih panjang akan jatuh ke level bawah dari ujung pipet

(Parrot,1971).

Page 6: LAPORAN MIKROMERITIK

6

II.2 Uraian Bahan

1. Aqua destillata (Dirjen POM,1979)

Nama resmi : Aqua destilata

Nama lain : Air suling

Berat moleku : 18,02

Rumus molekul : H2O

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai Rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. Glukosa (Dirjen POM,1979)

Nama resmi : Glucosum

Nama lain : Glukosa

Berat molekul : 198,17

Rumus molekul : C6H12O6 . H2O

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran

putih; tidak Berbau: rasa manis

Kelarutan : mudah larut dallam air; sangat mudah larut dalam

airMendidih; agak suka larut dalam etanol (95%)P

mendidih; sukar larut dalam etanol (95%)P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : kalorigenikum

3. Minyak kelapa (Dirjen POM,1979)

Nama resmi : Oleum cocos

Nama lain : Minyak kelapa

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat;

bau khas; Tidak tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%)P pada suhu

600; sangat Mudah larut dalam suhu lebur 230

sampai 260

Page 7: LAPORAN MIKROMERITIK

7

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya, di tempat Sejuk.

Khasiat : Zat tambahan.

4. Natrii Chloridum(Dirjen POM,1979)

Nama resmi : Natrium chloridum

Nama lain : Natrium klorida

Berat molekul : 58,44

Rumus molekul : NaCL

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk

hablur putih; Rasa asin.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih larut dalam air

mendidih; Larut dalam gliserin; sukar larut dalam

etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

5. Talk (Dirjen POM,1979)

Nama resmi : Talcum

Nama lain : Talk

Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat

pada kulit, Bebas dari butiran; warna putih atau

putih kelabu.

Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : zat tambahan.

Page 8: LAPORAN MIKROMERITIK

8

BAB 3METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Batang pengaduk

2. Cawan porselin

3. Kacaarloji

4. Kertas perkamen

5. Mikromiretik ayakan

6. Mistar 30 cm

7. Neraca analitik

8. No ayakan 8 set

9. Sendok tanduk

3.1.2 Bahan

1. Aquadest

2. Garam (Nacl)

3. Gula pasir

4. Minyak kelapa

5. Talkum

6. Tisu

3.2 Cara kerja

1. Metode pengukuran partikel dengan mikroskop :

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Dibersihkan mikroskop dengan tisu.

c. Dinyalakan mikroskop.

d. Ditimbang talkum dan gula masing-masing sebanyak 0,01 gram

dengan neraca analitik.

e. Diukur pelarut aquadest dan minyak sebanyak 1 ml dalam gelas

ukur.

Page 9: LAPORAN MIKROMERITIK

9

f. Dibuat suspensi talcum dengan cara melarutkannya kedalam pelarut

air dan dibuat suspensi guladengan cara melarutkannya kedalam

pelarut minyak.

g. Dioleskan suspensi tipis-tipis pada objek gelas.

h. Diletakkan objek gelas pada lensa okuler rmikroskop.

i. Diamati dan gambar hasil pengamatan.

j. Dihitung diameternya.

2. Metode pengukuran partikel dengan ayakan :

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Dibersihkan mesin pengayak dan nomor ayakan yang dipakai untuk

mengayak gula dengan kuas kering dan tisu.

c. Disusun nomor ayakan dari nomor mesh rendah ke nomor mesh

tinggi.

d. Ditimbang sampel sebanyak 50 gram di neraca analitik.

e. Dimasukkan sampel kedalam pengayak di nomor ayakan yang paling

atas.

f. Ditutup dan goyang mesin pengayak dengan kecepatan yang

seimbang (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat).

g. Dibuka ayakan dan timbang sampel yang tertinggal dimasing-masing

nomor ayakan di neraca analitik.

h. Dihitung diameternya

Page 10: LAPORAN MIKROMERITIK

10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilPengamatan

a. Data hasilpengamatan

Table 1. Data hasilpengukuranpartikeldenganmikroskopikoptik

SampelMassa sampel

(g)Pelarut

V.Pelarut(ml)

PembesaranDiameter (cm)

1 2 3 4 5

Talkum 0,01 Aquades 110/0,2540/0,65

0,40,4

0,80,5

10,6

1,10,7

1,91,1

Garam 0,01 Minyak 110/0,2540/0,65

0,50,4

0,60,7

0,81,1

1,11,7

1,42,1

Tabel 2. Data hasilpengukurantalkummenggunakanpengayak

SampelNomorAyaka

n

Diameter(mm)

d

Bobottertinggal

(a)

% Bobottertinggal

(b)d x a d x b

Talkum

20406080100

0,8500,4250,2500,1800,150

0,081,126,339,7231,6

0,0260,372,113,2410,53

0,0680,4761,5821,7494,74

0,02210,1570,5270,5831,579

Jumlah 300 1,855 48,85 16,27 8,615 2,8681

b. Perhitungan

1. Perhitungantalkum

Jumlah diameter

Σd = 1,855 mm

Jumlahbobottertinggal

Nomorayakan 20 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

=0,08g300

x 100%

= 0,026%

Page 11: LAPORAN MIKROMERITIK

11

Nomor ayakan 40 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

=1,12g300

x 100%

= 0,37%

Nomor ayakan 60 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

=6,33 g300

x 100%

= 2,11%

Nomor ayakan 80 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

=9,72g300

x 100%

= 3,24%

Nomor ayakan 100 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

=31,6 g300

x 100%

= 10,53%

Jumlah % bobot tertinggal

Σb = 16,27%

Nilai d x a

1. Nomor ayakan 20

d x a = 0,850 x 0,08

= 0,068

2. Nomor ayakan 40

d x a = 0,425 x 1,12

= 0,476

3. Nomor ayakan 60

d x a = 0,250 x 6,33

= 1,582

4. Nomor ayakan 80

Page 12: LAPORAN MIKROMERITIK

12

d x a = 0,180 x 9,72

= 1,749

5. Nomor ayakan 100

d x a = 0,150 x 31,6

= 4,74

Nilai d x b

1. Nomor ayakan 20

d x b = 0,850 x 0,026

= 0,0221

2. Nomor ayakan 40

d x b = 0,425 x 0,37

= 0,157

3. Nomor ayakan 60

d x b = 0,250 x 2,11

= 0,527

4. Nomor ayakan 80

d x b = 0,180 x 3,24

= 0,583

5. Nomor ayakan 100

d x b = 0,150 x 10,53

= 1,579

Nilai d talkum

d =Σd x a

Σa atau d= Σd xb

Σb

=8,61548,85

atau 2,868116,27

= 0,1763 atau 0,1762

Page 13: LAPORAN MIKROMERITIK

13

Tabel 3. Data hasil pengukuran garam menggunakan pengayak

SampelNomor Ayakan

Diameter(mm)

d

Bobot tertinggal

(a)

% Bobottertinggal

(b)d x a d x b

Garam

20406080100

0,8500,4250,2500,1800,150

1,037,3214,823,013,6

0,0342,444,937,671,2

0,8753,1113,7

4,1410,37

0,02891,0371,2321,3800,18

Jumlah 300 1,855 47,76 16,27 12,197 3,8579

2. Perhitungan garam

Jumlah diameter

Σd = 1,855 mm

Jumlah bobot tertinggal

Nomor ayakan 20 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

=1,03300

x 100%

= 0,034%

Nomor ayakan 40 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

=7,32300

x 100%

= 2,44%

Nomor ayakan 60 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

=14,8300

x 100%

= 4,93%

Nomor ayakan 80 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

Page 14: LAPORAN MIKROMERITIK

14

=23,01300

x 100%

= 7,67%

Nomor ayakan 100 =bobot yang tertinggal

jumlahnomor meshx 100%

=3,6300

x 100%

= 1,2%

Jumlah % bobot tertinggal

Σb = 16,27%

Nilai d x a

1. Nomor ayakan 20

d x a = 0,850 x 1,03

= 0,875

2. Nomor ayakan 40

d x a = 0,425 x 7,32

= 3,111

3. Nomor ayakan 60

d x a = 0,250 x 14,8

= 3,7

4. Nomor ayakan 80

d x a = 0,180 x 23,01

= 4,141

5. Nomor ayakan 100

d x a = 0,104 x 3,6

= 0,37

Nilai d x b

1. Nomor ayakan 20

d x b = 0,850 x 0,034

= 0,0289

2. Nomor ayakan 40

d x b = 0,425 x 2,44

Page 15: LAPORAN MIKROMERITIK

15

= 1,037

3. Nomor ayakan 60

d x b = 0,250 x 4,93

= 1,232

4. Nomor ayakan 80

d x a = 0,180 x 7,67

= 1,380

5. Nomor ayakan 100

d x a = 0,150 x 1,2

= 0,18

Nilai d garam

1. Nomor ayakan 20

d =Σd x a

Σaatau d =

Σd x bΣb

=12,19747,76 atau

3,857916,27

= 0,2553 atau 0,2371

4.2 Pembahasan.

Pada praktikum kali ini yaitu tentang percobaan mikromeritik yang

bertujuan untuk mengukur partikel senyawa dengan menggunakan metode

ayakan dan metode mikroskop. Mikromeritik itu sendiri merupakan ilmu

dan teknologi tentang  partikel kecil, diperkenalkan oleh Dalla Valle.

Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat

dengan mikroskop biasa, sedangkan partikel emulsi dan suspensi farmasi

serta serbuk halus berada dalam jangkauan miroskop optik. Partikel yang

mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular

berada dalam kisaran ayakan. Kisaran ukuran kira-kira dari partikel dalam

dispersi farmasi terdapat dalam tabel 5-1a. Ukuran dari bahan-bahan lain,

Page 16: LAPORAN MIKROMERITIK

16

termasuk mikroorganisme terdapat dalam table 5-1b dan 5-1c (Martin, A.,

dkk, 1990).

Metode pertama yang dilakukan dalam percobaan mikromeritik yaitu

metode pengukuran partikel dengan mikroskop. Adapun langkah - langkah

kerjanya, yang pertama menyiapkan alat seperti batang pengaduk, cawan

porselin, kaca arloji, kertas perkamen, mikroskop, mistar 30 cm, neraca

analitik, sendok tanduk, serta bahan seperti aquades 1 mL, gula pasir 0,01

gram, minyak kelapa 1 mL, dan talkum 0,01 gram. Setelah itu

membersihkan mikroskop dengan tisu agar kotoran-kotoran yang tertinggal

di mikroskop tersebut saat pengamatan sebelumnya hilang dari mikroskop.

Kemudian menyalakan mikroskop. Sebelum melanjutkan pengamatan, hal

selanjutnya yang dilakukan adalah menimbang sampel seperti talkum dan

gula masing-masing sebanyak 0,01 gram dengan menggunakan nerca

analitik. Lalu, mengukur pelarut aquades dan minyak sebanyak 1 mL

didalam gelas ukur. Selanjutnya membuat suspensi talkum dengan cara

melarutkannya kedalam pelarut aquades, hal ini dikarenakan menurut

Farmakope edisi III talkum tidak larut dalam hampir semua pelarut.

Kemudian membuat suspensi gula dengan cara melarutkannya kedalam

pelarut minyak, sesusai dengan yang tercantum dalam Farmakope edisi III

glukosa dapat larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak

sukar larut dalam etanol (95%) mendidih dan agak sukar larut dalam etanol

(95%). Sedangkan jika gula tersebut larut dalam air maka ukuran partikel

tersebut tidak akan bisa dilihat pada saat pengamatan. Setelah itu,

mengoleskan suspensi tipis-tipis pada objek gelas, kemudian meletakkan

objek gelas pada lensa okuler mikroskop, lalu mengamati dan menghitung

diameter partikel dari sampel tersebut.

Setelah itu dilakukan pengukuran partikel menggunakan metode

ayakan. Langkah-langkahnya adalah yang pertama menyiapkan alat dan

bahan, kemudian membersihkan mesin pengayak dan nomor ayakan yamg

dipakai untuk mengayak gula dengan kuas kering dan tisu. Harus kering

agar sampel tidak menempel pada ayakan sehingga memudahkan dalam

Page 17: LAPORAN MIKROMERITIK

17

proses pengayakan. Kemudian menyusun nomor ayakan dari nomor mesh

rendah kenomor mesh tinggi agar persen bobot yang tertinggal pada

masing-masing nomor pengayakan dapat diketahui. Setelah itu, menimbang

sampel sebanyak 50 gram di neraca analitik. Lalu, dimasukkan sampel

kedalam pengayak dengan nomor ayakan yang paling atas. kemudian

Menutup dan menggoyang mesin pengayak dengan kecepatan yang

seimbang (terlalu cepat dan tidak terlalu lambat). Kemudian membuka

ayakan dan menimbang sampel yang tertinggal dimasing-masing nomor

ayakan di neraca analitik selanjutnya menghitung diameter.

Dari hasil percobaan diperoleh ukuran partikel dari gula dan talkum

dengan menggunakan metode mikroskop dengan pembesaran 10x diperoleh

diameter partikel talcum berturut-turut adalah 0.4, 0.8, 1, 1.1, 1.9.

sedangkan untuk pembesaran 40x diperoleh diameter partikel talcum

berturut-turut adalah 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 1.1. Untuk partikel gula dengan

menggunakan pembesaran 10x diperoleh diameter partikel berturut-turut

adalah 0.5, 0.6, 0.8, 1.1, 1.4, sedangkan untuk pembesaran 40x diperoleh

diameter berturut-turut adalah 0.4, 0.7, 1.1, 1.7, 2.1.

Untuk pengukuran partikel dalam hal ini talkum dengan menggunakan

metode ayakan dengan menggunakan nomor ayakan 20 diperoleh diameter

partikel 0,003 atau 0,002. Sedangkan untuk nomor ayakan 40 adalah 0,0425

atau 0,0421, untuk nomor ayakan 60 adalah 0,2403 atau 0,2405, untuk

nomor ayakan 80 adalah 0,3691 atau 0,444 dan untuk nomor ayakan 100

diperoleh diameter talcum 1,1999atau1,2005.

Sedangkan untuk pengukuran partikel dalam hal ini garam dengan

menggunakan metode ayakan dengan menggunakan nomor ayakan 20

diperoleh diameter partikel 0,0400 atau 0,0038 sedangkan untuk nomor

ayakan 40 adalah 0,2843 atau 0,2781, untuk nomor ayakan 60 adalah

0,5748 atau 0,5620 , untuk nomor ayakan 80 adalah 0,8937 atau0,8744 dan

untuk nomor ayakan 100 diperoleh diameter garam 0,1398atau 0,1368.

Page 18: LAPORAN MIKROMERITIK

18

BAB 5PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Untuk pengukuran partikel dengan menggunakan metode mikroskopik

optik didapatkan ukuran diameter partikel dari talkum dengan

menggunakan pembesaran 10x berturut-turut adalah 0.4, 0.8, 1, 1.1, 1.9.

sedangkan untuk pembesaran 40x diperoleh diameter partikel talkum

berturut-turut adalah 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 1.1. Untuk partikel garam

dengan menggunakan pembesaran 10x diperoleh diameter partikel

berturut-turut adalah 0.5, 0.6, 0.8, 1.1, 1.4, sedangkan untuk

pembesaran 40x diperoleh diameter berturut-turut adalah 0.4, 0.7, 1.1,

1.7, 2.1.

2. Untuk pengukuran partikeltalkum dengan

menggunakanmetodeayakandidapatkanhasil :

Nomorayakan 20 diperoleh diameter partikel0,003 atau 0,002.

Nomorayakan 40diperoleh diameter partikeladalah0,0425atau

0,0421.

Nomorayakan 60 adalah0,2403atau 0,2405.

Nomorayakan 80 adalah0,3691 atau 0,444dan

Nomorayakan 100 diperoleh diameter talkum1,1999atau 1,2005.

Sedangkanuntukpengukuranpartikelgaramdenganmenggunakanmet

odeayakandidapatkan pula hasilsebagaiberikut :

Nomorayakan 20 diperoleh diameter partikel0,0400atau 0,0038.

Nomorayakan 40 adalah 0,2843atau 0,2781.

Nomorayakan 60 adalah0,5748atau 0,5620.

Nomorayakan 80 adalah0,8937 atau 0,8744dan

Nomorayakan 100 diperoleh diameter garam 0,1398atau 0,1368.

Page 19: LAPORAN MIKROMERITIK

19

5.2 Saran

1. Untuk laboratorium agar dapat menyediakan atau menambah alat-alat

laboratorium.

2. Untuk asisten agar tetap bersemangat dalam mendampingi praktikan

dan terus memberikan ilmu yang bermanfaat.

3. Untuk praktikan agar berhati-hati dalam menggunakan alat-alat yang

berada didalam laboratorium.

Page 20: LAPORAN MIKROMERITIK

20

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta:

Universitas IndonesiaPress.

Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI . 1979. Farmakope

Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

M. Idris Effendi. (2003). Materi Kuliah  Farmasi Fisika . Jurusan farmasi

UniversitasHasanuddin. Makassar.

Martin, A. 1994. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta: UniversitasIndonesia Press,

Mineneapolis, 335.

Parrot, L.E., (1970), Pharmaceutical technology. Burgess Publishing Company.

Voigt, R., (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. UGM-Press,

Yogyakarta, 65