laporan magang rsud sultan imanuddinn

94
LAPORAN MAGANG DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN PERIODE 4 Desember 2013– 4 Januari 2014 Disusun oleh : MAYKE PRASASTIA, S.FARM. PRAKTEK MAGANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN

Upload: mayke-prasastia

Post on 22-Nov-2015

134 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

LAPORAN MAGANGDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUNPERIODE 4 Desember 2013 4 Januari 2014

Disusun oleh :MAYKE PRASASTIA, S.FARM.

PRAKTEK MAGANGRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDINPANGKALAN BUN2014

1

x

LAPORAN MAGANGDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUNPERIODE 4 Desember 2013 4 Januari 2014

Disusun oleh :MAYKE PRASASTIA, S.FARM.

PRAKTEK MAGANGRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDINPANGKALAN BUN2014

HALAMAN PENGESAHANLAPORAN MAGANGRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDINJalan Sutan Syahrir No.17 Pangkalan BunPeriode 4 Desember 2013 4 Januari 2014

Disusun Oleh :Mayke Prasastia, S.Farm.

Disetujui Oleh :

Kepala Instalasi FarmasiRSUD SULTAN IMANUDDIN

(Soufia Ardiani, S.Si., Apt.)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan praktek magang di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang dilaksanakan selama bulan Desember 2013. Laporan praktek magang ini dibuat sebagai dokumentasi dari praktek magang yang penulis lakukan di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.Selama melaksanakan magang di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, penulis telah banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan mengenai fungsi dan tugas Apoteker di rumah sakit dalam mendukung pelayanan medik. Penulis juga memperoleh berbagai motivasi, dukungan, pengalaman suka dan duka terutama dalam hal meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker yang profesional di rumah sakit. Dalam pelaksanaan magang dan penulisan laporan ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :1. Ibu Soufia Ardiani, S.Si., Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. 2. Segenap Apoteker dan Asisten Apoteker RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengetahuan, pengalaman, masukan, dan bimbingan penulis selama magang.3. Seluruh karyawan dan karyawati RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, atas kerjasama, bantuan, dan dukungan selama pelaksanaan magang berlangsung.4. Semua pihak yang tidak dapat saya ungkapkan satu persatu, atas bantuan dan dukungan yang diberikan sehingga pelaksanaan magang dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, almamater, serta mahasiswa praktek kerja profesi apoteker maupun praktek magang dan semoga kerja sama yang telah terbentuk saling menumbuh kembangkan satu sama lain.

Pangkalan Bun, 3 Januari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..iHALAMAN PENGESAHANiiPRAKATAiiiDAFTAR ISIvDAFTAR TABELviiiDAFTAR GAMBARixBAB I PENDAHULUAN1A.LATAR BELAKANG1B.RUMUSAN PERMASALAHAN4C.TUJUAN PRAKTEK MAGANG4D.MANFAAT PRAKTEK MAGANG4BAB II TINJAUAN PUSTAKA6A. INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (IFRS)6Definisi IFRS6Visi, Misi, dan Tujuan IFRS6Tugas dan Fungsi IFRS7Struktur Organisasi IFRS8B. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI81. Seleksi92. Perencanaan93. Pengadaan114. Penerimaan125. Penyimpanan126. Pendistribusian147. Penggunaan15C. PELAYANAN16Pelayanan Farmasi Rawat Inap17Pelayanan Farmasi Rawat Jalan18Pelayanan Farmasi Satelit Khusus18Pelayanan Operasional, Karyawan, dan Pelayanan Asuransi Kesehatan (ASKES)20Pelayanan Distribusi Obat Keluar IFRS21BAB III PEMBAHASAN26A. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN261.Sejarah RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun26Visi dan Misi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun 27Tugas Pokok RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun27Fungsi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun 28B. INSTALASI FARMASI RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun28Struktur Organisasi IFRS RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun 28C. KOMITE FARMASI DAN TERAPI (KFT) RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun 31Organisasi KFT di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun 32Formularium RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun 32Perbandingan DTC (WHO) dengan KFT RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun33D. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun 361. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Pengelolaan Perbekalan Farmasi362. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi36Seleksi37Perencanaan37Pengadaan37Penerimaan40Penataan dan Penyimpanan/Gudang40Distribusi42E. INSTALASI FARMASI DEPO RAWAT INAP RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun431. Deskripsi432. Evaluasi46F. INSTALASI FARMASI DEPO POLIKLINIK RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun..46 1.Deskripsi462.Evaluasi48BAB III KESIMPULAN DAN SARAN50A.KESIMPULAN50B.SARAN501.Saran untuk Perkembangan IFRS RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun502.Saran Untuk Perkembangan Apoteker51DAFTAR PUSTAKA52

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Distribusi Sentralisasi dan Desentralisasi .15Tabel 2. Perbandingan Struktur Organisasi KFT RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dengan panduan WHO .33Tabel 3. Proses Manajemen formularium KFT RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dengan panduan WHO .35

DAFTAR GAMBARGambar 1. Siklus Manajemen Obat (Quick et al., 1997)9Gambar 2. Alur Pasien Ketika Akan Masuk ke Ruang IGD (Guideline to Emergency Department Design, 2007).19Gambar 3. Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun 30

iv

BAB IPENDAHULUANLATAR BELAKANGKesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka perlu dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang dapat mendorong partisipasi masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Menurut Kepmenkes RI No.983/MENKES/SK/1992 mengenai Pedoman Rumah Sakit Umum dinyatakan bahwa: Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan. Menurut Kemenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008, Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang perlu diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar, membuat semakin kompleksnya permasalahan di rumah sakit. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.Standar pelayanan minimal ini dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi daerah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan standar pelayanan minimal rumah sakit. Standar pelayanan minimal ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman tentang definisi operasional, indikator kinerja, ukuran, atau satuan rujukan, target nasional untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2012, cara perhitungan / rumus / pembilangan penyebut / standar / satuan pencapaian kinerja dan sumber data.Menurut Kemenkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008, Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi jenis-jenis pelayanan indikator dan standar pencapaiain kinerja pelayanan rumah sakit. Jenis jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit meliputi : Pelayanan gawat darurat; Pelayanan rawat jalan; Pelayanan rawat inap; Pelayanan bedah; Pelayanan persalinan dan perinatologi; Pelayanan intensif; Pelayanan radiologi; Pelayanan laboratorium patologi klinik; Pelayanan rehabilitasi medik; Pelayanan farmasi; Pelayanan gizi; Pelayanan transfusi darah; Pelayanan keluarga miskin; Pelayanan rekam medis; Pengelolaan limbah; Pelayanan administrasi manajemen; Pelayanan ambulans/kereta jenazah; Pelayanan pemulasaraan jenazah; Pelayanan laundry; Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit; Pencegah Pengendalian Infeksi.Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Undang-undang 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa persyaratan kefarmasian di rumah sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau. Bagian yang melaksanakan pelayanan farmasi rumah sakit adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian atau unit atau divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 pasal 1 disebutkan bahwa Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian, selain itu juga disebutkan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan janji apoteker.Undang Undang Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 juga mengatur mengenai pekerjaan kefarmasian yang meliputi pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas dasar resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Bertolak dari dasar tersebut, maka apoteker dituntut untuk antara lain meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian langsung ke pasien. Untuk mendukung terlaksananya pelayanan kefarmasian tersebut, maka seorang Apoteker harus dapat melaksanakan pemberian informasi obat, monitoring penggunaan obat, dan mengetahui tujuan pengobatan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar yang ada agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan.Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut. Perubahan paradigma lama yaitu drug oriented menjadi paradigma baru yaitu patient oriented. Paradigma baru ini memberikan tantangan dan kesempatan bagi farmasis untuk dapat menunjukkan keberadaannya dalam dunia kesehatan yaitu sebagai tenaga kesehatan yang besar perannya dalam keberhasilan terapi pasien dan mampu duduk satu meja sebagai rekan kerja dengan dokter dan tenaga medis lainnya di rumah sakit. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap seorang Apoteker dapat dibangun dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini dapat dilakukan di sarana kesehatan. Salah satu contoh dari sarana kesehatan adalah rumah sakit. Oleh karena itu, dengan dilakukannya praktek magang, maka calon apoteker diharapkan mampu menerapkan ilmu secara teoritis dengan mengamati, melatih diri, dan melakukan aktivitas yang dilakukan di rumah sakit melalui praktek pelayanan di rawat jalan, rawat inap, instalasi gawat darurat, dan pengelolaan logistik sediaan farmasi. Dengan melaksanakan praktek magang mahasiswa calon Apoteker akan dihadapkan pada peran dan tanggung jawabnya tidak hanya di bidang klinis tetapi juga di bidang manajerial dan fungsional. Adanya praktek magang ini diharapkan mampu membentuk Apoteker yang berkompeten di masa yang akan datang.

RUMUSAN PERMASALAHANPermasalahan timbul terkait dengan peran dan fungsi Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit, maka ditemukan rumusan permasalahan sebagai berikut:1. Bagaimana peran, fungsi dan tanggung jawab seorang apoteker dalam pelayanan di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun ?2. Bagaimana pengelolaan perbekalan farmasi yang diterapkan di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun ?

TUJUAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERSetelah menjalankan praktek magang ini, calon Apoteker diharapkan :1. Mengetahui peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dalam pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat serta perbekalan kesehatan.2. Mengetahui dan memahami pengelolaan perbekalan farmasi yang diterapkan di RSUD Sultan Imanuddin.

D. MANFAAT PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERManfaat pelaksanaan kegiatan Praktek Magang di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yaitu agar calon Apoteker dapat:1. Mengetahui dan memahami peran, fungsi serta tanggung jawab apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.2. Mendukung atau memperkuat pemahaman, menambah percaya diri dan motivasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang apoteker yang profesional.3. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.

35

1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (IFRS)Definisi IFRSInstalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara professional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayana kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004).Visi, Misi, dan Tujuan IFRSVisi merupakan suatu pernyataan tentang keadaan atau status suatu IFRS yang diinginkan oleh pimpinan IFRS pada suatu titik waktu tertentu yang akan datang. Visi rumah sakit dan IFRS adalah dasar bagi semua aspek dari rencana strategis IFRS. Maksud suatu pernyataan misi adalah mengartikulasikan cara visi itu akan dicapai. Pernyataan misi itu harus secara jelas menunjukkan lingkup dan arah kegiatan IFRS dan sejauh mungkin harus menyediakan suatu model untuk pembuatan keputusan oleh personel pada semua tingkat dalam IFRS itu (Siregar dan Amalia, 2004).IFRS harus mempunyai sasaran jangka panjang yang menjadi arah dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan. Oleh karena itu, tujuan kegiatan harian IFRS antara lain: a. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi kesehatan, dan kepada profesi farmasi oleh Apoteker rumah sakit yang berkompeten dan memenuhi syarat.b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker rumah sakit yang memenuhi syarat.c. Menjamin praktek profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan dan pemeliharaan standar etika profesional, pendidikan dan pencapaian, dan melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi.d. Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit dan ilmu farmasetik pada umumnya.e. Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutu untuk IFRS.f. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit.g. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian (Siregar dan Amalia, 2004).Tugas dan Fungsi IFRSTugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung pada penderita sampai dengan pengendalian semua sediaan farmasi dan alat kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit. IFRS bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosis dan terapi, untuk pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik (Siregar dan Amalia, 2004).Menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas IFRS lainnya antara lain:a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi.e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dalam formularium rumah sakit. Fungsi IFRS antara lain pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.

Struktur Organisasi IFRSMenurut Kepmenkes RI No.l197/MENKES/SK/X/2004 bagan organisasi merupakan gambaran pembagian tugas, koordinasi, dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan dengan tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Organisasi IFRS harus didesain dan dikembangkan sedemikian rupa agar faktor-faktor teknis, administratif, dan manusia yang mempengaruhi mutu produk dan pelayanannya di bawah kendali.

PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASIPengelolaan perbekalan farmasi di suatu rumah sakit sangat diperlukan karena merupakan sektor penting yang langsung berhubungan dengan pasien serta mempengaruhi neraca keuangan rumah sakit. Perbekalan farmasi menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medik. Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuan dari pengelolaan perbekalan farmasi adalah:1. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien.2. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.3. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.4. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) berdaya guna dan tepat guna.5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan(Kepmenkes,2004).Proses pengelolaan adalah suatu siklus yang berkesinambungan mulai dari seleksi, pengadaan, distribusi, dan penggunaan, sehingga melalui manajemen perbekalan farmasi di rumah sakit diharapkan selalu tersedia perbekalan farmasi dalam jumlah yang sesuai serta berkualitas, yang akan memperkuat neraca keuangan di suatu rumah sakit. Berikut adalah siklus manajemen pengelolaan perbekalan farmasi(Quick et al., 1997).

Gambar 1. Siklus Manajemen Obat (Quick et al., 1997)1. SeleksiSeleksi menurut Kepmenkes RI No.1197/SK/MENKES/X/2004 merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis obat, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat(Kepmenkes,2004).Berdasarkan Drug and Therapeutics Committees (Green, et al., 2003), manfaat dari seleksi obat, yaitu:a. menghemat biaya dan meningkatnya pemerataan akses terhadap obat-obat esensialb. meningkatnya kualitas pelayanan

2. PerencanaanPerencanaan menurut Kepmenkes RI No.1197/SK/MENKES/X/2004 merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan, antara lain konsumsi, epidemiologi, serta kombinasi konsumsi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Tujuan dari perencanaan adalah mendapatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang berkualitas dalam jumlah dan waktu yang tepat serta dengan harga yang bersaing(Kepmenkes,2004).Ada beberapa macam metode perencanaan, yaitu:a. Metode morbiditas/epidemiologiMetode ini berdasarkan pada penyakit yang ada (epidemiologi). Dasar dari metode ini adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban penyakit (morbidity load), yaitu didasarkan pada penyakit yang ada di rumah sakit atau yang sering muncul di masyarakat. Kelemahan metode ini seringkali standar pengobatan belum tersedia atau disepakati serta data morbiditas yang ada kurang akurat(Kepmenkes,2004).b. Metode konsumsiMetode ini diterapkan berdasarkan data riil konsumsi obat periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Metode ini banyak digunakan di Apotek. Kelemahan metode ini adalah kebiasaan pengobatan yang tidak baik atau tidak rasional seolah-olah ditolerir(Kepmenkes,2004).c. Metode gabunganMetode ini ditujukan untuk menutupi kelemahan dari metode morbiditas dan metode epidemiologi(Kepmenkes,2004).Analisis yang digunakan dalam perencanaan untuk memastikan metode perencanaan sesuai dengan tujuan adalah:a. Sistem ABC (Pareto)Golongan A dalam analisis ABC menghabiskan 80% anggaran dari total biaya, golongan B menghabiskan 15% biaya, dan golongan C hanya 5% biaya (Quick, et. al, 1997)b. Metode VEN (Vital, Esensialdan Non Esensial)Metode VEN merupakan metode pangadaan yang digunakan pada anggaran terbatas karena dapat membantu memperkecil penyimpangan pada proses pengadaan perbekalan farmasi dengan menetapkan prioritas di awal proses. Kategori obat-obat sistem VEN, yaitu:1) V (vital) adalah obat-obatyang termasuk dalam life saving drugs.2) E (esensial) merupakan obat-obat yang efektif untuk mengurangi penyakit, namun tidak vital. 3) N (non esensial) merupakan obat-obat yang digunakan untuk penyakit minor atau penyakit tertentu yang efikasinya masih diragukan, termasuk terhitung mempunyai biaya tinggi untuk memperoleh keuntungan terapetik (Quick, et. al., 1997).

3. PengadaanPengadaan menurut Kepmenkes No.1197/MENKES/SK/X/2004 merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi/pembuatan sediaan farmasi dan sumbangan/droping/hibah.Terdapat empat metode dalam pembelian perbekalan farmasi, antara lain:a. Open Tender (tender terbuka)Open tender adalah suatu prosedur formal pengadaan obat yang dilakukan dengan cara mengundang berbagai pabrik, baik nasional maupun internasional. Metode ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 23 kali setahun. Hal ini disebabkan karena proses tender memerlukan waktu yang lama dan harganya lebih mahal (Quick, et al., 1997).b. Restricted Tender (tender tertutup)Metode ini dilakukan pada lingkungan PBF yang terbatas, tidak diumumkan di koran, biasanya berdasarkan kenalan, nominalnya tidak banyak, serta sering ada yang melakukan pengaturan tender(Quick, et al., 1997).c. Competitive Negotiation (kontrak)Pembeli membuat persetujuan dengan pihak pemasok untuk mendapatkan harga khusus atau persetujuan pelayanan dan pembelisehingga dapat membayar dengan harga termurah(Quick, et al., 1997).d. Direct procurement (langsung)Metode ini merupakan cara yang paling mudah dan sederhana, namun cenderung lebih mahal karena diskon relatif lebih kecil. Ciri dari metode langsung adalah pihak rumah sakit secara langsung melakukan pengadaan perbekalan farmasi (setelah barang habis) kepada PBF (Quick, et al., 1997). Selain keempat metode tersebut, pengadaan perbekalan farmasi dapat dilakukan dengan metode di bawah ini :1) HibahSumbangan obat yang diperoleh dari pihak luar karena bencana alam atau program obat tertentu (Anonim,2004).2) KonsinyasiSistem pengadaan obat atau alat kesehatan yang tidak dibayarkan secara langsung. Penitipan produk farmasi berupa obat dan alat kesehatan oleh distributor dan akan dibayarkan apabila obat atau alat kesehatan telah digunakan oleh pasien (Anonim,2004).

4. PenerimaanPenerimaan menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/2004 merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi, atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dari pabrik, yaitu harus mempunyai sertifikat analisis, barang harus bersumber dari distributor utama, harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai Certificate of Origin dan Expired Date minimal dua tahun.

5. PenyimpananPenyimpanan menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/ SK/2004 merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenis, suhu dan kestabilan, mudah tidaknya meledak/terbakar serta tahan atau tidaknya terhadap cahaya.Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sediaan farmasi dan alat kesehatan sebelum didistribusikan. Fungsi gudang adalah mempertahankan kondisi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang disimpan agar tetap stabil dan terjamin kualitasnya sampai ke tangan pasien. Penumpukan stok barang yang kadaluarsa dan rusak dihindari dengan pengaturan sistem penyimpanan seperti First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO), sedangkan untuk memudahkan pengambilan barang di gudang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu berdasarkan kelompok farmakologi/terapetik, kelompok alfabetis, tingkat penggunaan, bentuk sediaan, random bin, atau kode barang. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam desain gudang menurut Quick (1997) yaitu total kuantitas barang yang harus disimpan, kapasitas gudang, serta kebutuhan area/volume barang dan pemeliharaan keamanan.Menurut Permenkes No.28/MENKES/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika disebutkan bahwa rumah sakit harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan tempat tersebut harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat. Tempat penyimpanan narkotika tersebut harus mempunyai kunci yang kuat dan tempat penyimpanan yang terbagi menjadi dua bagian, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya, sedangkan bagian kedua untuk penyimpanan persediaan narkotika lain yang dipakai sehari-hari.Gudang selain penyimpanan stock obat juga dibedakan menjadi penyimpanan limbah dan bahan mudah terbakar. Adapun Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 dan mudah terbakar menurut aturan Keputusan Kepala Bapedal no 1 tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun yaitu :a. Bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar sekurang-kurangnya berjarak 20 meter dari bangunan penyimpanan limbah karakteristik lain atau dari bangunan-bangunan lain dalam fasilitas pengumpulan;b. Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan api yang dapat berupa:1. tembok beton bertulang dengan tebal minimum 15 cm, atau2. tembok bata merah dengan tebal minimum 25 cm, atau3. blok-blok (padat) tak bertulang dengan tebal minimum 30cm;c. Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudahterbakar. Atap tanpa plafon, terbuat dari bahan yang ringan danmudah hancur jika terbakar, sehingga jika terjadi kebakaran dalamtempat pengumpulan, asap dan panas menjadi mudah untuk keluar;d. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinyaakumulasi gas di dalam ruang pengumpulan, serta memasangkasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung ataubinatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan.e. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yangmemadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin.Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harusdipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stopcontact) harus terpasang di sisi luar bangunan;f. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidakbergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuatmelandai turun ke arah bak penampungan dengan kemiringanmaksimum 1%. Pada bagian luar bangunan kemiringan lantaidiatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan penyimpanan;g. Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 dan mudah terbakar, sesuai dengan peraturan penandaan yangberlaku.

6. PendistribusianPendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:a. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada,b. metode sentralisasi dan desentralisasi, danc. sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.Karakteristik dari distribusi yang efektif yaitu suplay yang konstan, kualitas yang terjaga, susut yang minimal, informasi mengenai transaksi dan persediaan yang akurat dan sesuai waktunya, serta penyimpanan yang baik (Siregar, 2004).Metode penyiapan perbekalan farmasi (internal IFRS) terbagi menjadi dua, yaitu metode sentralisasi dan desentralisasi. Metode sentralisasi merupakan semua resep disiapkan dan didistribusikan oleh FarmasiPusat. Sedangkan metode desentralisasi merupakan IFRS memiliki cabang-cabang, yang berlokasi di daerah perawatan penderita (Samosir, 2009).Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Distribusi Sentralisasi dan DesentralisasiSentralisasiDesentralisasi

Kelebihan Semua resep dapat dikaji oleh farmasis Informasi dapat dilakukan langsung ke perawat atau pasien Pengendalian persediaan lebih mudah digunakan Pengaturan administrasi obat lebih mudah Pelayanan pasien dapat segera terlayani Lebih menjamin ketelitian pelayanan farmasi

Kekurangan Faktor keterlambatan waktu pelayanan obat pasien lebih besar Hanya untuk rumah sakit kecil Sumber daya manusia yang dibutuhkan lebih banyak Persediaan produk tidak efisien Sarana ruang yang luas dan banyak

7. PenggunaanSyarat penggunaan obat yang rasional adalah pasien menerima obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu pasien sendiri, untuk suatu periode waktu yang memadai, dan pada harga terendah untuk pasien dan masyarakat. Penggunaan obat yang rasional dalam konteks biomedis mencakup kriteria obat yang benar, indikasi yang tepat, obat yang tepat, dosis pemberian dan durasi pengobatan yang tepat, pasien yang tepat, dispensing yang benar dan kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar, 2004).

PELAYANANStandar pelayanan yang diterapkan di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun sesuai dengan standar akreditasi versi 2007. Akreditasi adalah proses di mana suatu lembaga, yang terpisah dan berbeda dari organisasi pelayanan kesehatan, biasanya nonpemerintah, melakukan asesmen terhadap organisasi pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk menentukan apakah organisasi tersebut telah memenuhi seperangkat persyaratan (standar) yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan. Akreditasi biasanya bersifat sukarela. Akreditasi standar biasanya diyakini sebagai sesuatu yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah organisasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien, memastikan bahwa suatu lingkungan perawatan itu aman, dan terus bekerja untuk mengurangi risiko bagi para pasien dan petugas kesehatan. Seluruh dunia telah memandang perlunya akreditasi sebagai cara efektif untuk mengevaluasimutu suatu organisasi pelayanan kesehatan, yang sekaligus juga berperan sebagai sarana manajemen.Proses akreditasi dirancang untuk menciptakan budaya keselamatan dan budaya kualitas dalam suatu organisasipelayanan kesehatan, sehingga organisasi itu akan senantiasa berusaha meningkatkan mutu proses perawatannya. Dengan demikian, organisasi tersebut dapat: meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa organisasi itu menitikberatkan sasarannya pada keselamatan pasien dan kualitas perawatan yang diberikan; menyediakan lingkungan kerja yang aman dan pasien sehingga karyawannya merasa puas; bernegosiasi dengan sumber daya pendanaan yang akan menanggung biaya perawatan berdasarkan data kualitas perawatan yang disediakannya; mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses perawatan; menciptakan budaya mau belajar dari laporan-laporan kasus efek samping yang dicatat berdasarkan waktu kejadian dan hal-hal lain terkait keselamatan. membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama. Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya kepemimpinan berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan pasiendi segala tingkatan.Berdasarkan standar akreditasi versi 2007, terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan akreditasi yaitu akreditasi tingkat dasar, akreditasi tingkat lanjut serta akreditasi tingkat lengkap. Akreditasi tingkat dasar menilai lima kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu: Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Gawat Darurat dan Rekam Medik. Akreditasi tingkat lanjut menilai 12 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu: pelayanan yang diakreditasi tingkat dasar ditambah Farmasi, Radiologi, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi, Pelayanan Resiko Tinggi, Laboratorium serta Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3). Akreditasi tingkat lengkap menilai 16 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu: pelayanan yang diakreditasi tingkat lanjut ditambah Pelayanan Intensif, Pelayanan Tranfusi Darah, Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Pelayanan Gizi. Rumah sakit boleh memilih akan melaksanakan akreditasi tingkat dasar (5 pelayanan), tingkat lanjut (12 pelayanan) atau tingkat lengkap (16 pelayanan) tergantung kemampuan, kesiapan dan kebutuhan rumah sakit baik pada saat penilaian pertama kali atau penilaian ulang setelah terakreditasi. Berdasarkan standar akreditasi versi 2007 ini, sertifikasi yang diberikan kepada rumah sakit berupa: tidak terakreditasi, akreditasi bersyarat, akreditasi penuh dan akreditasi istimewa. Tidak terakreditasi artinya hasil penilaian mencapai 65% atau salah satu kegiatan pelayanan hanya mencapai 60%. Akreditasi bersyarat artinya penilaian mencapai 65% - 75% dan berlaku satu tahun. Akreditasi penuh artinya hasil penilaian mencapai 75% dan berlaku selama 3 tahun. Akreditasi istimewa diberikan apabila dalam tiga tahun berturut-turut rumah sakit mencapai nilai terakreditasi penuh dan status ini berlaku selama 5 tahun. Rumah sakit wajib melaksanakan akreditasi minimal 6 bulan setelah SK perpanjangan izin keluar dan 1 tahun setelah SK izin operasional. Pelayanan Farmasi Rawat InapMenurut Kepmenkes No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan/atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh satelit farmasi. Satelit farmasi yang dimaksud adalah Satelit Farmasi Rawat Inap.Pelayanan Farmasi Rawat JalanMenurut PP No. 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan kefarmasian bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran, pengelolaan serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pendistribusian perbekalan farmasi di rawat jalan merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit yang diselenggrakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan resep perorangan oleh apotek rumah sakit (Kepmenkes No. 1197/SK/X/2004).Pelayanan yang prima, cepat, dan efisien merupakan hal penting bagi instalasi farmasi rawat jalan, akan tetapi menurut Joint Commission International 2013 mengenai Faktor Penting Farmasi Rawat Jalan terdapat 5 (lima) faktor penting lainnya yang akan berperan penting bagi pelayanan farmasi rawat jalan, diantanya : Sumber daya manusia Kepemimpinan Medication Management (MM) Provision care, treatment, and services National patient safety goalsPelayanan Farmasi Satelit KhususBerdasarkan Kepmenkes RI No.129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit disebutkan bahwa jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit, meliputi: pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan bedah, pelayanan persalinan dan perinatologi, pelayanan intensif, pelayanan radiologi, pelayanan laboratorium patologi klinik, pelayanan rehabilitasi medik, pelayanan farmasi, pelayanan gizi, pelayanan transfusi darah, pelayanan keluarga miskin, pelayanan rekam medis, pengelolaan limbah, pelayanan administrasi manajemen, pelayanan ambulans/kereta jenazah, pelayanan pemulasaraan jenazah, pelayanan laundry, pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit, dan pencegahan pengendalian infeksi. Berdasarkan Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit menyatakan pelayanan rumah sakit meliputi pelayanan IGD, pelayanan rawat inap intensif, pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan, penyimpanan dan pendistribusian, dan produksi obat.Menurut Guideline to Emergency Department Design 2007 Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit atau department yang berfungsi melakukan triase terhadap pasien dalam keadaan darurat. Area yang harus terdapat pada IGD adalah pintu masuk khusus ambulance, ruang triase, ruang tunggu, ruang adminstrasi, ruang resusitasi, ruang staff, farmasi, ruang isolasi, toilet, ruang sirkulasi. Ukuran ruang IGD 50m2atau 145m2. Dibawah ini adalah alur pasien ketika dibawa ke ruang IGD :

Gambar2. Alur Pasien Ketika Akan Masuk ke Ruang IGD (Guideline to Emergency Department Design, 2007).Instalasi Bedah Sentral memberikan pelayanan bedah terpadu untuk tindakan operatif terencana maupun darurat dan diagnosis, dilengkapi dengan peralatan kedokteran yang canggih dengan fasilitas bangunan yang terdiri dari dua kamar operasi, ruang persiapan, dan ruang pemulihan kesadaran. Pelayanan dilakukan oleh staf medis yang berpengalaman, terdiri dari dokter spesialis, perawatan bedah, perawatan anestesi, dan tenaga non medis bersertifikat keahlian khusus. Menurut Joint Commission International 2011 tentang akreditasi rumah sakit penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering dijumpai di rumah sakit. Penggunaan tersebut membutuhkan assessment lengkap dan menyeluruh terhadap pasien, perencanaan perawatan yang terintegrasi, pemantauan pasien secara terus-menerus dan transfer berdasarkan kriteria tertentu untuk perawatan lanjutan, rehabilitasi, serat transfer dan pemulangan.Intensive Care Unit (ICU) merupakan tempat untuk memberi perawatan khusus/intensive kepada pasien yang mengalami kondisi kegagalan fungsi organ vital. Ruang ICU harus memiliki tenaga kesehatan yang sudah terlatih seperti dokter, perawat dan apoteker (Gunning dan Gilbe, 2006).Pelayanan Operasional, Karyawan, dan Pelayanan Asuransi Kesehatan (ASKES)Askes (Asuransi Kesehatan) adalah salah satu jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu: rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment). Asuransi adalah sebuah sistem untuk merendahkan kehilangan finansial dengan menyalurkan resiko kehilangan dari seseorang ke badan lainnya. Seseorang yang menyalurkan resiko disebut tertanggung, sedangkan badan yang menerima resiko disebut penanggung. Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan, ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar tertanggung kepada penanggung untuk resiko yang ditanggung disebut premi, yang biasanya ditentukan oleh penanggung. PT. Askes Indonesia (Persero) adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya (Menkes RI 2012).Tujuan pemerintah menyelenggarakan semua pertanggungan sosial pada dasarnya adalah sama yaitu untuk memberikan jaminan sosial bagi masyarakat. Demikian juga hal asuransi kesehatan, tujuannya adalah membayar biaya rumah sakit, biaya pengobatan dan mengganti kerugian tertanggung atas hilangnya pendapatan karena cedera akibat kecelakaan atau penyakit. Sedangkan tujuan asuransi kesehatan adalah meningkatkan pelayanan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan anggota keluarganya. Askes juga bertujuan memberikan bantuan kepada peserta dalam membiayai pemeliharaan kesehatannya. PT. Askes (Persero) Indonesia sebagai badan pengelola Asuransi Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, beserta anggota keluarganya, dalam rangka upaya menciptakan aparatur negara yang sehat, kuat dan dinamis serta memiliki jiwa pengabdian terhadap nusa dan bangsa.Anggota Keluarga adalah :Istri/Suami yang sah dari peserta yang mendapatkan tunjangan istri/suami, Anak (anak kandung/anak tiri/anak angkat) yang sah dari peserta yang mendapat tunjangan anak, belum berumur 21 tahun atau telah berumur 21 tahun sampai 25 tahun bagi anak yang masih melanjutkan pendidikan formal dan tidak atau belum pernah kawin (kementerian BUMN, 2012).Pelayanan Distribusi Obat Keluar IFRSKarakteristik dari distribusi yang efektif yaitu persediaan yang konstan, kualitas yang terjaga, susut yang minimal, informasi mengenai transaksi dan persediaan yang akurat dan sesuai waktunya, serta penyimpanan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004). Ada empat jenis sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yaitu:a. Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi dan/atau desentralisasiResep individual adalah order/ resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi adalah tatanan kegiatan penghantaran sediaan obat oleh IFRS sentral sesuai dengan yang ditulis pada order/ resep atas nama pasien tertentu melalui perawat ke ruang pasien tersebut. Dalam system ini, semua obat yang diperlukan untuk pengobatan di dispensing dari IFRS. Resep asli dikirim oleh perawat ke IFRS, kemudian resep diproses dalam kaidah cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada penderita tertentu. (Siregar dan Amalia, 2004).Keuntungan:1) Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga memberikan informasi pada perawat berkaitan dengan obat pasien2) Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat dan pasien3) Mempermudah penagihan biaya obat pasien4) Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas perbekalan (Siregar dan Amalia, 2004).Kerugian:1) Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke pasien.2) Jumlah kebutuhan personil di IFRS meningkat.3) Memerlukan jumlah perawat dan waktu lebih banyak untuk penyiapan obat di ruang pada waktu konsumsi obat.4) Memungkinkan terjadi kesalahan obat karena kurang pemeriksaan (akibat beban kerja IFRS yang tinggi) pada waktu penyiapan konsumsi (Siregar dan Amalia, 2004).

b. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang (floor stock)Sistem distribusi obat yang persediaannya lengkap di ruangan (floor stock) adalah tatanan kegiatan penghantaran sediaan obat sesuai dengan yang ditulis dokter pada order obat, yang disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat dan dengan mengambil dosis/unit dari wadah persediaan yang diberikan kepada pasien di ruangan itu (Siregar dan Amalia, 2004).Keuntungan:1) Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien2) Peniadaan / pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS3) Pengurangan penyalinan kembali suatu obat4) Pengurangan jumlah personil IFRS yang diperlukan (Siregar dan Amalia, 2004).

Kerugian:1) Kesalahan obat sangat meningkat karena obat tidak dikaji oleh apoteker2) Persediaan obat di unit perawat meningkat dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas3) Pencurian obat meningkat4) Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat5) Penambahan modal investasi untuk menyediakan fasilitas penyimpanan6) Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat7) Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat (Siregar dan Amalia, 2004).c. Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan di ruang (floor stock)Rumah sakit yang menerapkan sistem ini selain menerapkan sistem distribusi resep individual sentralisasi juga menerapkan distribusi persediaan di ruangan yang terbatas. Jenis dan jumlah obat yang tersedia di ruangan ditetapkan oleh PFT dengan masukan dari IFRS dan dari pelayanan keperawatan. Sistem kombinasi biasanya diadakan untuk mengurangi beban kerja IFRS. Obat yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh pasien, setiap hari diperlukan dan biasanya adalah obat yang harganya relatif murah, mencakup obat resep atau obat bebas (Siregar dan Amalia, 2004).Keuntungan:1) Semua resep individual dikaji langsung oleh apoteker2) Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien3) Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien (obat persediaan di ruang)4) Beban IFRS dapat berkurang (Siregar dan Amalia, 2004).Kerugian:1) Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke pasien (obat resep individual)2) Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persediaan di ruang) (Siregar dan Amalia, 2004).

d. Sistem distribusi obat unit dosisSistem distribusi obat unit dosis adalah metode dispensing dan pengendalian obat yang dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem distribusi obat unit dosis dapat berbeda dalam bentuk, tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit. Unsur dasar dari sistem distribusi obat unit dosis adalah obatnya menggunakan wadah dalam bentuk kemasan dosis tunggal yang siap pakai dalam jumlah persediaan yang cukup untuk satu waktu tertentu. Sistem ini menitikberatkan pada patient oriented (Siregar dan Amalia, 2004).Sistem distribusi obat dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu dari tiga metode di bawah ini:1) Sistem distribusi obat dosis unit dapat diselenggarakan secara sentralisasi. Sentralisasi dilakukan oleh IFRS sentral ke semua daerah perawatan pasien rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan.2) Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa cabang IFRS di rumah sakit.3) Dalam sistem distribusi obat unit kombinasi sentralisasi dan desentralisasi, biasanya hanya dosis mula dan dosis keadaan darurat yang dilayani cabang IFRS. Dosis selainnya dilayani oleh IFRS sentral (Siregar dan Amalia, 2004).Keuntungan sistem distribusi obat dosis unit:1) Bagi pasien:a) Pasien menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan pasien hanya membayar obat yang dikonsumsi sajab) Adanya sistem pemeriksaan ganda sehingga mengurangi kesalahan penggunaan obat2) Bagi perawat:a) Semua dosis yang diperlukan pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS, jadi perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk merawat pasien3) Bagi apoteker:a) Penyediaan sediaan intravena dan rekonstitusi obat oleh IFRS sehingga kompetensi apoteker semakin terasahb) Peningkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat secara menyeluruh4) Bagi IFRS:a) Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihb) Pengurangan kerugian biaya yang tidak terbayar oleh pasienc) Menghemat ruangan di unit perawat dengan meniadakan persediaan obat-obatand) Meniadakan pencurian dan pemborosan obat (Siregar dan Amalia, 2004).Kekurangan:1) Perlu sumber daya manusia terutama tenaga farmasi yang lebih banyak.2) Membutuhkan modal awal yang besar terutama untuk pengemasan kembali dan rak medikasi pada laci masing-masing pasien (Siregar dan Amalia, 2004).

52

BAB IIIPEMBAHASAN1. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN1. Sejarah RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan BunRumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun sebelumnya disebut RSU Pangkalan Bun didirikan sejak jaman penjajahan Belanda dan berlokasi di Kelurahan Raja yang sekarang dikenal sebagai Puskesmas Arut Selatan Jalan Pangeran Antasari No. 176. Pada tahun 1979, rumah sakit ini diperluas dan dipindahkan ke lokasi yang sekarang yakni di Jalan Sutan Syahrir No.17. Tanggal 18 Maret 1992 Rumah Sakit diresmikan dengan nama RSUD Sultan Imanuddin oleh pejabat Menteri Kesehatan Republik Indonesia saat itu, Bapak Dr. Adyatma, MPH. Sementara nama Sultan Imanuddin itu sendiri diambil dari nama salah seorang Sultan yang memerintah di Kesultanan Kutaringin Kabupaten Pangkalan Bun yang telah berperan dalam memindahkan Pusat Kerajaan dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun. Organisasi RSUD Sultan Imanuddin berkedudukan sebagai Rumah Sakit Kelas C berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor : 187/Menkes/SK/II/1993 dan Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor : SJ061/1998 tanggal 18 Mei 1998 dan Pedoman Tata Kerja Rumah Sakit Kelas C dengan Peraturan Daerah (Perda) No.18 tahun 1998.Berdasarkan Perda Nomor 18 tahun 2002, RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkalan Bun sebagai Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan yang dipimpin oleh Direktur yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.Pada tahun 2005 terjadi perubahan Struktur Organisasi Rumah Sakit berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pangkalan Bun Nomor 8 Tahun 2005, dan pada tahun 2008 kembali terjadi perubahan Struktur Organisasi Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pangkalan Bun No. 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.Visi dan Misi RSUD Sultan ImanuddinSebuah visi adalah hal yang dapat dicapai dan rasional. Visi RSUD Sultan Imanuddin adalah Rumah Sakit Mandiri dengan Pelayanan Prima Tahun 2015.Misi RSUD Sultan Imanuddin saat ini adalah Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran modern melalui organisasi pembelajar, sumber daya manusia yang profesional, produktif dan berkomitmen serta manajemen yang mandiri, efektif dan efisienTugas Pokok RSUD Sultan ImanuddinTugas pokok RSUD Sultan Imanuddin dalam pelayanan kesehatan yaitu Melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan di bidang pelayanan kesehatan yang paripurna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Fungsi RSUD Sultan ImanuddinFungsi RSUD Sultan Imanuddin antara lain :a. Penyelenggaraan pelayanan medikb. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medikc. Penyelenggaraan pelayanan penunjang non medikd. Penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatane. Penyelenggaraan pelayanan rujukanf. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangang. Penyelenggaraan pembinaan SDMh. Pengelolaan satuan pengawas interni. Pengelolaan komite medik, komite keperawatan, kelompok staf medik dan komite lain sesuai kebutuhan & perkembangan rumah sakitj. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.INSTALASI FARMASI RSUD SULTAN IMANUDDINStruktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Sesuai dengan struktur organisasi RSUD Sultan Imanuddin, IFRS merupakan bagian dari Penunjang Pelayanan Medik. Struktur ini sudah sesuai karena pelayanan yang semula drug oriented menjadi patient oriented. Konsep dari patient oriented adalah pelayanan seutuhnya kepada pasien. Dalam struktur organisasi IFRS yang baru Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker dan berada di bawah tanggung jawab Kasi Penunjang Pelayanan Medik. Kepala Instalasi Farmasi dibantu oleh satu orang Apoteker sebagai Wakil Kepala Pelayanan Farmasi dan dua orang Asisten Apoteker sebagai Wakil Kepala Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Wakil Kepala Diklat & Manajemen Mutu. Dalam menjalankan tugas sehari-harinya Wakil Kepala Pengelolaan Perbekalan Farmasi akan mengepalai penanggungjawab obat & AKHP dan penanggungjawab gas medis. Wakil Kepala Pelayanan Farmasi akan mengepalai penanggungjawab apotek farmaasi, penanggungjawab depo farmasi poliklinik, penanggungjawab depo farmasi ulin, dan penanggungjawab depo farmasi akasia. Wakil Kepala Diklat & Manajemen Mutu akan mengepalai penanggungjawab diklat dan penanggungjawab pengendalian mutu. Koordinator administrasi IFRS bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi dan dijabat oleh Asisten Apoteker.Dari struktur organisasi yang ada dapat dilihat bahwa Wakil Kepala Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Wakil Kepala Diklat & Manajemen Mutu masih dijabat oleh Asisten Apoteker dimana seharusnya dijabat oleh seorang Apoteker karena terkait dengan tugas dan fungsi Apoteker sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 yang mengatur mengenai pekerjaan kefarmasian yang meliputi pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas dasar resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

Gambar 5. Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin

Sebagai tambahan sebaiknya dilakukan diadakan pelayanan farmasi klinik, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, Drug Use Evaluation (DUE) dan monitoring efek samping obat (MESO). Hal ini dapat meningkatkan mutu pelayanan farmasi di RSUD Sultan Imanuddin. Selain itu, adanya kegiatan farmasi klinik maupun pelayanan (rawat inap dan gas medis, rawat jalan, operasional, dan satelit khusus) yang bermutu dapat digunakan sebagai acuan pengetahuan kefarmasian bagi profesi apoteker yang magang maupun yang sedang dalam proses praktek kerja lapangan.

KOMITE FARMASI DAN TERAPI (KFT) RSUD SULTAN IMANUDDINSesuai dengan Permenkes RI Nomor 085/MENKES/PER/I/1989 Bab II Pasal 2 ayat 4 menyebutkan bahwa Rumah Sakit diwajibkan memiliki Pedoman Terapi dan Komite Farmasi dan Terapi, RSUD Sultan Imanuddin telah memiliki KFT.a. Nama jabatan: Komite Farmasi dan Terapi RSUD Sultan Imanuddinb. Kedudukan dalam struktur organisasi: berada di bawah pengarahan ketua komite medik, Kepala Bidang Penunjang, Kepala Bidang Pelayanan Medis dan bertanggung jawab kepada Direktur RSUD Sultan Imanuddin.c. Tugas pokok: mengusulkan kebijaksanaan penggunaan obat-obatan kepada para staf medis dan administrasi rumah sakit tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan obat sebagai sarana pengobatan.

Organisasi KFT di RSUD Sultan ImanuddinKFT dulunya bertanggung jawab ke komite medik, namun dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755 tahun 2011, KFT dibentuk dan bertanggung jawab kepada Kepala/Direktur Rumah Sakit. Anggota Tim KFT RSUD Sultan Imanuddin terdiri segenap Ketua Kelompok Staf Medis Fungsional (SMF), Kepala Instalasi Farmasi, segenap Farmasis, Komite Keperawatan, dan Pimpinan Unit Kerja. KFT RSUD Sultan Imanuddin dikepalai oleh seorang dokter spesialis penyakit syaraf yang aktif dalam bidang farmakologi. Menurut Permenkes nomor 1197 tahun 2004, KFT seharusnya diketuai oleh seorang dokter ahli farmakologi, akan tetapi di RSUD Sultan Imanuddin belum ada dokter spesialis farmakologi. Sekretaris KFT RSUD Sultan Imanuddin da dijabat oleh seorang dokter dan memiliki seorang apoteker. Menurut PerMenKes nomor 1197 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa sekretaris KFT seharusnya adalah seorang apoteker. Pertemuan rutin Komite Farmasi dan Terapi setiap 3 bulan sekali untuk mngevaluasi obat yang terdaftar dalam formularium. Menurut standar WHO disebutkan bahwa pertemuan rutin anggota KFT dilakukan minimal 1 kali dalam 1 bulan.Formularium RSUD Sultan ImanuddinFormularium di RSUD Sultan Imanuddin berupa buku saku yang mencantumkan kelas terapi, nama obat, bentuk sediaan dan kekuatan serta nama dagang dari masing-masing obat yang masuk ke dalam formularium. Sistem penggolongan obat pada formularium dilakukan secara farmakologis.Penetapan obat standar/formularium di RSUD Sultan Imanuddin adalah:a. Komite Farmasi dan Terapi mengumpulkan data usulan obat dari SMF. Masing-masing SMF mengususlkan dari satu nama generik dengan 2 nama dagang.b. Obat estndar generik tersedia dalam formularium.c. Obat yang tidak ada generiknya, jika diperlukan dapat dimasukkan dalam formularium.d. Dilakukan pemilihan obat-obatan yang masuk formularium, yaitu dengan memilih 2 macam obat dengan nama dagang dari 1 obat generik, dari setiap usulan masing-masing SMF.e. Formularium dicetak dan dijadikan buku panduan penggunaan obat di RSUD Sultan Imanuddin, dengan susulan hasil akhir :Antibiotik yang sering dipakai : 1 nama generik dipilih 5 nama dagang dengan harga bervariasiAntibiotik yang jarang dipakai : 1 nama generik dipilih 1 nama dagangNon antibiotik : 1 nama generik dipilih 2 nama dagang Evaluasi formularium dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Apabila ada obat yang dalam masa evaluasi 6 bulan tidak digunakan dapat dieliminasi pada waktu evaluasi formularium sisipan, dengan kewajiban untuk menghabiskan persediaan obat tersebut pada SMF yang mengusulkannya.Perbandingan DTC (WHO) dengan KFT RSUD Sultan Imanuddina. Struktur organisasi KFT dan anggotanyaTabel 2. Perbandingan struktur organisasi KFT RSUD Sultan Imanuddin dengan panduan WHOStandar DTCRSUD Sultan ImanuddinKeterangan

SudahBelum

Apakah KFT masuk ke dalam struktur organisasi rumah sakit ?KFT RSUD Sultan Imanuddin berada di bawah Direktur RS dan sejajar dengan SPI dan SMF

Apakah ada alokasi dana yang memadai untuk mendukung kegiatan KFT ?Sesuai anggaran pertahun

Apakah KFT sudah menetapkan kriteria dan otoritas tentang pemilihan obat ?KFT RSUD Sultan Imanuddin dalam menentukan obat yang masuk ke dalam formularium hanya berdasarkan usulan dari masing-masing SMF

Sudahkah KFT mengimplementasikan STGs (Standard Treatment Guideline )?Proses berjalan sesuai proses yang sudah berjalan.

Sudahkah KFT memiliki kegiatan edukasi mengenai obat-obatan yang teroganisir ?Hasil dari rapat KFT yang diselenggarakan hasilnya segera diaplikasikan kepada karyawan khususnya formularium dimana dokter harus meresepkan obat sesuai yang ada di formularium, jika ada yang melanggar maka tugas dari ketua KFT yang mengingatkan ataupun menegurnya

Apakah ada intervensi berupa penelitian untuk meningkatkan pengobatan menggunakan telah dilakukan?

Apakah KFT terlibat dalam alokasi anggaran obat ?

Apakah setelah mengeluarkan kebijakan KFT melakukan kontrol mengenai obat dan literatur promosi pada karyawan rumah sakit ?Obat yang tercantum dalam formularium kebijakannya adalah minimal terdiri dari 1 generik; dan 2 nama dagang.

b. Proses management formulariumTabel 3. Perbandingan struktur organisasi KFT RSUD Sultan Imanuddin dengan panduan WHOStandar DTCRSUD Sultan ImanuddinKeterangan

SudahBelum

Menyusun formulariumRSUD Sultan Imanuddin sudah memiliki formularium

Menggunakan formulariumObat obat yang telah disepakati dibuat dalam rapat KFT segera dijadikan buku panduan/ formularium

Memperbarui formulariumDilaksanakan evaluasi setiap 6 bulan sekali

Peninjauan formularium (2-3 th)Formularium ditinjau dan diperbaharui setiap 6 bulan sekali

Meningkatkan kepatuhan terhadap penggunaan formulariumDokter di RSUD Sultan Imanuddin sudah meresepkan obat berdasarkan formularium

PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI RSUD SULTAN IMANUDDIN1. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Pengelolaan Perbekalan FarmasiSumber daya manusia yang bekerja di bagian gudang Instalasi Farnasi RSUD Sultan Imanuddin terdapat 7 orang, dengan pembagian tugas yang berbeda-beda. Bagian gudang IFRS RSUD Sultan Imanuddin dikepalai oleh seorang asisten apoteker. Setiap proses dalam perbekalan farmasi terdapat sumber daya manusia yang menangani dan bertanggung jawab akan proses tersebut.Evaluasi dan saranBagian gudang masih dikepalai oleh seorang Asisten Apoteker, yang seharusnya dikepalai oleh seorang Apoteker, karena menurut PP 51 tentang pekerjaan kefarmasian salah satu tugas dan tanggungjawab apoteker yaitu melakukan pengelolaan perbekalan farmasi.Terdapat penumpukan pegawai dipagi hari dan jam buka gudang terlalu singkat hanya dari pukul 07.00-14.00. Ada pembagian shift kerja yang berbeda sehingga jam buka gudang semakin panjang dan pekerjaan pegawai semakin efektif dan efisien. Sebagai contoh jam masuk dapat dibedakan menjadi 2-3 shift : 2 pegawai pada pukul 07.00-14.00, 1 pegawai pada pukul 08.00-15.00, dan 1 pegawai pada pukul 09.00-16.00.

2. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi Perbekalan farmasi di RSUD Sultan Imanuddin dikelola oleh bagian gudang RSUD Sultan Imanuddin. Dalam melakukan pengelolaan perbekalan farmasi, RSUD Sultan Imanuddin belum menerapkan sistem satu pintu sesuai dengan UU no.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 15 ayat 3. Hal ini ditunjukan bahwa ada beberapa perbekalan farmasi yang masih dikelola oleh pihak lain. Kebijakan satu pintu yang seharusnya diterapkan bertujuan agar tersedianya perbekalan farmasi yang berkualitas dan mutu terjamin dalam jumlah yang cukup pada waktu yang tepat. Secara teknis, bagian gudang melayani permintaan perbekalan farmasi dari semua bagian pelayanan yang terdapat di rumah sakit. Dalam mengelola perbekalan farmasi, tahapan yang dilakukan oleh bagian gudang Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin meliputi tahap perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan distribusi perbekalan farmasi. Sedangkan, untuk tahap seleksi dilakukan oleh KFT RSUD Sultan Imanuddin dengan menetapkan formularium.SeleksiSesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, proses seleksi obat dan sediaan farmasi di RSUD Sultan Imanuddin dilakukan oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT). Komite ini bertanggung jawab untuk memperbaharui formularium yang ada secara berkala dan rutin. Dimana formularium ini yang dijadikan landasan obat apa saja yang dapat diadakan di RSUD Sultan Imanuddin. Di dalam KFT peran Apoteker sangat dibutuhkan, karena Apoteker dapat menjadi penentu dari efektifitas dan keamanan suatu obat yang diusulkan oleh dokter untuk dimasukkan ke dalam formularium.PerencanaanPerencanaan di IFRS menggunakan metode konsumsi. Dalam tahap perencanaan Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin perlu melakukan evaluasi. Evaluasi ini perlu dilakukan karena kurang baiknya sistem perencaan yang berlangsung karena masih seringnya ditemukan obat-obat kosong. Bagian perencanaan perlu melakukan analisis ABC dan VEN terhadap obat-obatan yang masuk ke dalam formularium, sehingga diketahui obat-obat apa saja yang menjadi prioritas utama untuk diadakan karena sangat penting untuk keselamatan pasien. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu lead time karena sejak barang dipesan sampai barang datang memerlukan waktu tunggu yang cukup lama.PengadaanPengadaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin dilakukan dengan pembelian langsung dan hibah (droping).a. Pembelian langsungPembelian perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUD Sultan Imanuddin adalah pembelian dalam waktu tertentu. Pembelian dilakukan dengan mempertimbangkan perputaran suatu barang itu sendiri. RSUD Sultan Imanuddin melakukan pembelian langsung melalui distributor utama, subdistributor, dan apotek rekanan. Pembelian lebih diprioritaskan melalui distributor utama untuk menjamin legalitas dan kualitas barang. Jika ada kekosongan pada distributor utama, maka dilakukan pembelian pada subdistributor. Sedangkan pembelian di apotek rekanan dilakukan untuk obat di luar formularium, pembelian cito, dan beberapa perbekalan farmasi yang tidak diadakan di RSUD Sultan Imanuddin. Pembelian perbekalan farmasi dilakukan menggunakan Surat Pesanan (SP). Obat psikotropika menggunakan satu lembar Surat Pesanan barang untuk lima jenis obat. Khusus untuk narkotika, satu lembar Surat Pesanan hanya berlaku untuk satu jenis obat, satu kekuatan dan satu bentuk sediaan yang harus ditandatangani kepala instalasi farmasi. Pembelian narkotika dilakukan pada distributor tunggal (Kimia Farma), sedangkan golongan psikotropika dilakukan pada distributor yang telah ditunjuk. b. HibahInstalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin juga memperoleh hibah atau dropping. Hibah ini diperoleh oleh Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin dari Dinas kesehatan : obat TB, vaksin standar dan WHO, dan obat HIV AIDS. Hal yang harus diperhatikan pada saat penerimaan obat hibah adalah waktu ED, harus dipastikan ED dari obat cukup panjang.Evaluasi dan saranDalam melakukan melakukan pelayanan, masih sering ditemui adanya kekosongan barang sedangkan barang tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien. Adanya hal seperti ini dikarenakan di sistem informasi yang digunakan oleh IFRS belum dapat secara otomatis menunjukan bahwa jumlah persediaan suatu barang menipis. Selama ini petugas pengadaan melakukan pengecekan secara manual dengan melihat jumlah suatu barang di dalam sistem dan ini dirasa kurang efektif karena bisa saja ada barang yang sebenarnya sudah hampir habis namun terlewat oleh petugas. Saran yang dapat diberikan untuk mengatasi hal ini adalah dengan cara memperbaharui sistem informasi yang ada, yaitu dengan cara memasang suatu tanda peringatan pada daftar barang yang ada di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin dan ketika barang tersebut sudah mendekati jumlah minimal maka peringatan tersebut dapat segera mengetahuinya. Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah untuk obat-obatan yang bersifat vital atau life saving dalam melakukan pengadaan perlu dipertimbangkan lead time sehingga saat barang diperlukan barang tersebut selalu tersedia.Selain itu di bagian pengadaan juga terdapat permasalahan, yaitu petugas baru dapat melakukan pesanan kepada distributor saat sales sudah ada di bagian pengadaan. Saran yang dapat diberikan untuk mengatasi hal ini adalah dengan cara mengadakan kerjasama dengan distributor untuk mengadakan pemesanan online, sehingga sales datang ke bagian pengadaan hanya untuk mengambil SP dan melakukan verifikasi.Permasalahan lain yang muncul yaitu dalam penyediaan perbekalan farmasi yang bersifat cito, Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin belum menetapkan sasaran mutu untuk penyediaan perbekalan farmasi yang bersifat cito. Saran yang dapat diberikan yaitu Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin perlu menetapkan sasaran mutu dalam penyediaan perbekalan farmasi yang bersifat cito misalnya untuk penyediaan perbekalan farmasi yang bersifat cito di dalam kota maksimal 2 jam hingga obat sampai di tangan pasien sedangkan untuk pembelian biasa maksimal 4 jam, hal ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan.Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin juga perlu melakukan evaluasi terhadap distributor setiap 1 tahun sekali. Dalam mengevaluasi distributor dilihat komitmen tiap distributor dalam memenuhi permintaan RSUD Sultan Imanuddin. Hasil evaluasi ini dapat digunakan sebagai parameter untuk penentuan distributor yang akan sebagai suplai bagi rumah sakit.Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin belum mempunyai bagian produksi yang bertanggung jawab dalam menyediakan obat-obat racikan untuk rawat inap, rawat jalan, dan depo-depo lain, sehingga waktu tunggu pasien dalam mendapatkan obat racikan sangat lama. Saran yang dapat diberikan yaitu Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin perlu memiliki bagian produksi, dimana obat-obatan yang diproduksi adalah obat-obat racikan yang sering diresepkan oleh dokter tertentu seperti dokter anak, sehingga waktu tunggu pasien dapat berkurang serta dapat meningkatkan pelayanan. Hal lain yang lebih menguntungkan dengan adanya bagian produksi yaitu untuk pembelian povidone iodin dan alkohol dapat dilakukan dalam volume yang besar dan dalam 1 jenis konsentrasi seperti dalam bentuk galon atau jirigen yang harganya lebih murah. Bagian produksi inilah yang kemudian melakukan pengenceran dan repacking sehingga dapat meningkatkan pemasukan Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin. Dalam melakukan penentuan obat apa saja yang dapat diracik oleh bagian produksi Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin dapat melakukan evaluasi racikan obat apa saja yang sering diresepkan oleh dokter. Apabila terdapat racikan yang sering muncul dari salah satu dokter, maka Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin bisa menawarkan apakah racikan tersebut dibuat formula baru yang akan masuk ke dalam daftar produksi.PenerimaanPenerimaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda bisa dilakukan dibagian farmasi rawat inap dan dibagian gudang, karena barang datang tidak menentu sedangkan jam kerja karyawan gudang hanya sampai pukul 14.00. Kegiatan yang dilakukan adalah mencocokkan kesesuaian antara Surat Pesanan (SP) atau Purchase Order (PO) yang telah dibuat oleh bagian pengadaan dengan faktur dan barang yang diterima dari distributor, yang perlu diperhatikan dari barang datang adalah kondisi fisik barang (kemasan, segel, adanya kerusakan atau tidak), nama, kekuatan, jumlah, bentuk sediaan, nomor batch, tanggal kadaluarsa (dipastikan waktu ED lebih dari 2 tahun, jika kurang dari 2 tahun dikonsultasikan pada Apoteker terkebih dahulu), serta kesesuaian suhu pendistribusian untuk beberapa obat yang memerlukan suhu khusus (2-8oC dan 8-15oC) didistribusikan dengan menggunakan cooler box. Setelah proses pencocokkan antara SP, faktur, dan barang, selanjutnya dilakukan entry data barang yang diterima ke dalam sistem informasi.Penataan dan Penyimpanan/GudangProses penataan dan penyimpanan dilakukan setelah barang dicek kondisinya dan kesesuaian antara fisik dan faktur. Barang disimpan dalam rak-rak penyimpanan sesuai dengan tempatnya.Sebagai pusat penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi, gudang harus dapat menjamin ketersediaan dan kualitas obat dan alat kesehatan sebelum didistribusikan. Penyimpanan di gudang bertujuan untuk menjamin mutu dan keamanan obat yang disimpan dengan memperhatikan suhu, kelembaban, penataan barang, kerapian, dan pencahayaan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kualitas barang obat dari waktu obat diterima dari distributor sampai pada saat obat diserahkan kepada pasien tetap baik, sehingga pasien mendapatkan efek terapi yang optimal dari obat. Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di gudang dilakukan berdasarkan sistem kombinasi First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO), di mana barang-barang yang datang terlebih dahulu dan yang tanggal kadaluarsa lebih pendek diletakkan di bagian depan sehingga barang tersebut yang akan dikeluarkan terlebih dahulu. Barang yang sudah hampir expired harus segera dikeluarkan terlebih dahulu dan letaknya dipisahkan dengan barang lain sehingga dapat ditentukan waktu pengembalian kepada distributor sesuai kesepakatan. Pengendalian perbekalan farmasi di gudang dilakukan dengan pengecekan expired date secara rutin melalui stok opname yang dilaksanakan setiap akhir bulan.Evaluasi dan saranPengambilan dan penyimpanan secara FEFO dan FIFO terkadang diabaikan oleh petugas untuk mempercepat penyimpanan dan pengambilan, agar pengambilan tetap mudah dan sistem FEFO-FIFO tetap terjaga sebaiknya posisi rak penyimpanan sedikit dimiringkan agar barang secara otomatis akan turun dan petugas tidak perlu kesulitan menata saat barang datang.Perlu adanya kartu stok untuk setiap barang (jumlah barang, nomor batch, dan waktu kadaluarsa) sehingga pada saat stok opname menjadi lebih mudah dan pengendaliaan jumlah serta ED barang menjadi lebih terkontrol.Perlu dilakukan pemisahan antara gudang pusat perbekalan farmasi tidak mudah terbakar dengan gudang bahan mudah terbakar. Gudang pusat untuk menyimpan obat-obatan baik bahan baku maupun bahan jadi, infus dan alat kesehatan, sedangkan gudang bahan mudah terbakar merupakan gudang khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar seperti alkohol. Tujuan pemisahan gudang ini adalah untuk memisahkan bahan yang mudah terbakar sehingga dapat meminimalkan resiko kebakaran dan letaknya harus terpisah dengan gedung utama.Gudang perbekalan farmasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin belum memenuhi standar penyimpanan obat dan alat kesehatan karena obat-obatan yang memerlukan kondisi dengan suhu tertentu yaitu 2-8C, 8-15C, dan kurang dari 25C serta kelembaban rata-rata 60-70% tidak dipenuhi. Untuk memantaunya diperlukan juga termometer dan higrometer untuk memantau kondisi tersebut. Tidak adanya Kontrol terhadap suhu dan kelembaban yang seharusnya dilakukan setiap pagi sebelum aktivitas gudang dimulai dengan mencatat angka suhu dan kelembaban yang tertera pada alat termohigrometer. Selain itu, di gudang juga tidak dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran.Penataan barang (perbekalan farmasi) di gudang farmasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin sudah dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, meliputi sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet, suppositoria, serbuk, injeksi), sediaan semisolid (salap, krim, pasta, gel), dan sediaan cair (sirup, suspensi, emulsi, obat tetes/drop, injeksi, infus, aquades) yang masing-masing disusun secara alfabetis. Akan tetapi belum disusun berdasarkan golongan obat. Seharusnya Golongan obat narkotika dipisahkan dari obat lain dan disimpan pada lemari khusus yang terbuat dari kayu dengan pintu rangkap 2 (dua) yang terkunci dan obat golongan psikotropika disimpan di rak khusus secara alfabetis. Obat sitostatika juga perlu disimpan di rak khusus secara tersendiri karena untuk petugas yang sehat (tidak menderita kanker) obat-obat ini bersifat karsinogenik.DistribusiPendistribusian adalah kegiatan menyalurkan atau menyerahkan sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan. Pendistribusian barang di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin berupa distribusi barang yang masuk dan distribusi barang yang keluar. Barang masuk dapat berasal dari penerimaan barang yang dipesan dari distributor atau apotek rekanan ke bagian gudang. Sedangkan pengeluaran barang dari gudang dilakukan berdasarkan adanya amprahan yaitu permintaan yang dilakukan oleh depo-depo farmasi, bangsal dan instalasi lainnya yang memerlukan perbekalan farmasi, kemudian gudang akan mengirimkan perbekalan farmasi yang diminta. Sistem distribusi perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin bersifat desentralisasi yaitu dalam penyediaan perbekalan farmasi tidak hanya ada di satu penyedia barang tetapi ada pada beberapa tempat atau depo. Depo-depo farmasi yang berada di RSUD Sultan Imanuddin antara lain Depo Farmasi Rawat Jalan, Depo Farmasi poliklinik, Depo Bangsal Ulin, Depo Bangsal Akasia.

INSTALASI FARMASI DEPO RAWAT INAP RSUD SULTAN IMANUDDIN1. DeskripsiFungsi Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Sultan Imanuddin ialah untuk melayani permintaan dan pendistribusian perbekalan farmasi bagi pasien rawat inap secara rasional sesuai kebutuhan pasien dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi : Pelayanan obat bagi pasien rawat inap umum/reguler Pelayanan obat bagi pasien rawat inap ASKES, Inhealth, jamkesmas, jamkesda, dan jaminan dinas kota Pelayanan obat bagi karyawan dan jaminan perusahaan a. Sumber Daya Manusia (Man)Depo farmasi rawat inap RSUD Sultan Imanuddin dipimpin oleh seorang penanggungjawab yang adalah seorang apoteker. Karyawan di depo farmasi rawat inap terdiri dari seorang Apoteker, 14 orang Asisten Apoteker, dan 1 orang administrasi. Empat belas orang tersebut terbagi dalam 3 shift kerja yaitu pukul 07.30 13.30, 13.30 20.00, 20.00 - 07.30. Dengan hanya adanya 3 shift kerja, terkadang terjadi penumpukan karyawan pada pagi hari. Saran yang dapat diberikan yaitu pembagian shift kerja dibagi menjadi 5 shift yaitu pukul 07.00-14.00, 08.00-15.00, 09.00-16.00, 14.00-21.00 dan 21.00-07.00, hal ini dimaksudkan untuk menanggulangi beban kerja pada peakhours di pagi hari sehingga pelayanan bisa cepat dan minimal kesalahan.Selain itu depo farmasi rawat inap tidak hanya melayani pasien rawat inap tetapi juga pasien dari depo poliklinik dengan resep racikan, pasien IGD, dan pasien IBS sehingga pada saat siang hari sering terjadi penumpukan pasien dari depo poliklinik, pasien IGD, dan pasien rawat inap yang kemudian pelayanan depo farmasi rawat inap menjadi kurang maksimal. Saran yang dapat diberikan yaitu adanya pemisahan antara depo IGD, depo IBS, dengan depo farmasi rawat inap sehingga pelayanan yang diberikan menjadi maksimal dan optimal serta mengoptimalkan lagi depo farmasi poliklinik sehingga untuk pasien-pasien dari poli klinik dengan resep racikan tidak perlu mengambil obat racikan di depo farmasi rawat inap.Tugas di Depo Farmasi Rawat Inap diantaranya yaitu melakukan entry resep masuk, filling obat sesuai resep, menyerahkan obat kepada pasien, dan melakukan retur perbekalan farmasi. Resep yang masuk biasanya diberikan oleh perawat untuk pasien rawat inap, dan diberikan oleh pasien atau kerabat pasien sendiri.b. Sarana dan Prasarana (Machine)Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Sultan Imanuddin memiliki layout perbekalan farmasi yang diletakkan di dalam rak bersusun. Penataan alat dan obat tidak digabung dalam sebuah tempat, namun terbagi menjadi 2 bagian. Obat-obatan diatur berdasarkan generik paten dan alfabetis, bentuk sediaan, undang-undang serta suhu penyimpanan. Obat-obat yang termasuk dalam golongan narkotika disimpan dalam lemari tersendiri.Dalam penyimpanan obat-obatan di depo farmasi rawat inap ada beberapa yang tidak sesuai peraturan diantaranya yaitu obat-obat narkotika dalam penyimpanan tidak disimpan dalam lemari khusus dari kayu yang memiliki 2 pintu dan terkunci, dimana kunci tersebut dibawa oleh dua orang berbeda yang memiliki wewenang untuk memegang kunci tersebut dan mengambil obat-obatan dengan golongan narkotika, serta terdapat tanda atau simbol narkotika. Untuk beberapa obat-obatan yang tergolong psikotropika juga belum disimpan dalam lemari khusus. Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin juga belum memberi perhatian khusus pada obat-obatan LASA (look alike sound alike) yang mana obat-obatan tersebut sangat berisiko terjadinya medication error. Untuk penyimpanan obat berdasarkan suhu penyimpanan juga belum optimal dimana suhu ruangan penyimpanan obat-obatan tidak terpantau dengan baik seharusnya ada termometer pada ruangan dan lemari pendingin untuk memantau penyimpanan obat-obatan sudaeh sesuai dengan yang seharusnya atau tidak. Depo farmasi rawat inap RSUD Sultan Imanuddin hanya memiliki 1 lemari pendingin padahal seharusnya ada 2 lemari pendingin karena ada obat-obatan yang stabil pada suhu 20C-80C dan suhu 8C-15C. Embalage (pengemas) yang digunakan dalam pelayanan hanya ada 1 macam kantong klip plastik, yaitu putih transparan hanya ukurannya saja yang berbeda.c. Alur Pelayanan (Material and Methode)Alur pelayanan di Depo Farmasi Rawat Inap secara umum yaitu :1) Resep datang ke depo Farmasi Rawat Inap. Resep dari IGD/CITO harus didahulukan. Untuk pelayanan CITO ditujukan untuk keadaan yang membutuhkan kecepatan pelayanan yang singkat sedangkan untuk regular tidak dibutuhkan pelayanan yang mendesak. Pelayanan CITO ditujukan untuk pasien yang sangat membutuhkan obat dalam waktu singkat (segera) dan untuk pasien pulang.2) Setelah kartu obat, resep, atau memo diterima, dilakukan proses validasi.3) Setelah selesai proses validasi, kemudian dilakukan filling.4) Setelah perbekalan farmasi yang diminta selesai disiapkan, petugas farmasi memanggil pasien atau jika pasien rawat inap petugas farmasi menelpon ruangan yang bersangkutan untuk memberitahukan bahwa perbekalan farmasi yang diminta sudah selesai disiapkan, petugas farmasi menyerahkan kwitansi total pembelian kepada pasien atau kerabat pasien.5) Pasien atau kerabat pasien membayar dikasir sesuai dengan yang tertera pada kwitansi pembelian.6) Pasien menyerahkan bukti pembayaran, kemudian perbekalan farmasi yang telah disiapkan diserahkan oleh petugas farmasi. Prosedur pasien rawat inap yang akan pulang adalah sebagai berikut :1) Pasien atau kerabat pasien atau perawat membawa resep terakhir pasien disertai formulir persetujuan pulang dan sisa obat (bila ada) ke farmasi.2) Petugas farmasi menerima resep dan melayani obat yang tertulis pada kartu obat atau resep.3) Bila ada obat yang diretur, petugas farmasi akan meretur obat.4) Petugas farmasi kemudian melakukan entry data terakhir obat dan alat kesehatan yang dibawa pulang ataupun obat yang diretur.Prosedur retur obat adalah sebagai berikut :1) Kerabat pasien dari bangsal membawa dan menyerahkan obat yang diretur beserta dengan nota retur obat dan kwitansi pembelian obat.2) Petugas farmasi akan memeriksa jumlah, jenis dan kondisi obat yang diretur dan melakukan entry data ke komputer 3) Petugas farmasi menyerahkan kwitansi obat retur kepada pasien.2. Evaluasia. Sumber Daya Manusia (Man)1) Belum ada petugas farmasi yang melakukan tahap koreksi setelah dilakukan filling atau penyiapan sediaan farmasi dan sebelum penyerahan obat kepada pasien. Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalkan kesalahan yang terjadi atau medication error yang dapat membahayakan pasien. 2) Berdasarkan PP No.51 tahun 2009 Pasal 21 penyerahan dan pelayanan obat berdasar resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker, namun penyerahan obat di Satelit Farmasi Rawat Inap terkadang masih dilakukan oleh asisten apoteker. Dalam penyerahan obat, Apoteker perlu menyampaikan informasi mengenai indikasi obat, cara dan waktu pemakaian (terutama untuk antibiotik, obat dengan indeks terapi sempit, obat high alert) serta cara penyimpanan obat.b. Bahan-bahan dan alur pelayanan (Material and Methode)1) Belum adanya sasaran mutu terkait waktu tunggu pelayanan resep.2) Kontrol barang perlu diperketat dengan benar-benar menjalankan stok minimal dan maksimal sehingga tidak terjadi penumpukan stok. Selain itu Pengelolaan inventory pada depo farmasi rawat inap perlu dilakukan dengan melakukan stock opname/stock take yang diadakan 3 bulan sekali dan pemeriksaan stok kadaluarsa yang dilakukan 1 bulan sekali.INSTALASI FARMASI DEPO POLIKLINIK RSUD SULTAN IMANUDDIN1. DeskripsiDepo farmasi poliklinik RSUD Sultan Imanuddin terletak di bangunan poliklinik yang melakukan pelayanan resep mulai pukul 07.30 sampai pukul 14.00. Pelayanan di depo farmasi poliklinik berada di bawah penanggungjawab depo farmasi poliklinik yang adalah seorang asisten apoteker. Pelayanan yang dilakukan di depo farmasi poliklinik adalah pelayanan pembayaran langsung (cash), pelayanan tagihan, dan pelayanan Asuransi Kesehatan (ASKES).a. Sumber Daya Manusia (Man)Depo farmasi poliklinik RSUD Sultan Imanuddin dipimpin oleh seorang penanggungjawab yang adalah seorang asisten apoteker. Karyawan di depo farmasi poliklinik terdiri dari 2 Asisten apoteker dan 1 orang administrasi yang bekerja dari pukul 07.30 13.30.Peran apoteker di satelit farmasi rawat jalan sesuai KEPMENKES no.1197 tahun 2004:1) Pengkajian resep (seleksi persyaratan farmasi dan persyaratan klinis)2) dispensing (interpretasi, menyiapkan atau meracik obat, penyerahan obat disertai informasi)3) pemantauan dan pelaporan efek samping obat : Efek samping obat dapat diketahui dari konseling kepada pasien atau ketika melakukan penyerahan obat kepada pasien melalui identifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat.4) Konseling5) Pelayanan informasi obat : Pelayanan Informasi Obat di Satelit Farmasi Rawat Jalan adalah dengan cara memberikan informasi dan menjawab pertanyaan secara akurat, tidak bisa dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien melalui tatap muka maupun via telepon.Tugas di Depo Farmasi poliklinik diantaranya yaitu melakukan entry resep masuk, filling obat sesuai resep, dan menyerahkan obat kepada pasien.b. Sarana dan Prasarana (Machine)Depo Farmasi poliklinik RSUD Sultan Imanuddin memiliki layout perbekalan farmasi yang diletakkan di dalam rak bersusun. Penataan alat dan obat tidak digabung dalam sebuah tempat, namun terbagi menjadi 2 bagian. Obat-obatan diatur berdasarkan generik paten dan alfabetis, bentuk sediaan, undang-undang serta suhu penyimpanan. Dalam penyimpanan obat-obatan di depo poliklinik ada beberapa yang tidak sesuai peraturan diantaranya yaitu obat-obat narkotika dalam penyimpanan tidak disimpan dalam lemari khusus dari kayu yang memiliki 2 pintu dan terkunci, dimana kunci tersebut dibawa oleh dua orang berbeda yang memiliki wewenang untuk memegang kunci tersebut dan mengambil obat-obatan dengan golongan narkotika, serta terdapat tanda atau simbol narkotika. Untuk beberapa obat-obatan yang tergolong psikotropika juga belum disimpan dalam lemari khusus. Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin juga belum memberi perhatian khusus pada obat-obatan LASA (look alike sound alike) yang mana obat-obatan tersebut sangat berisiko terjadinya medication error. Untuk penyimpanan obat berdasarkan suhu penyimpanan juga belum optimal dimana suhu ruangan penyimpanan obat-obatan tidak terpantau dengan baik seharusnya ada termometer pada ruangan dan lemari pendingin untuk memantau penyimpanan obat-obatan sudaeh sesuai dengan yang seharusnya atau tidak. Depo farmasi poliklinik RSUD Sultan Imanuddin hanya memiliki 1 lemari pendingin padahal seharusnya ada 2 lemari pendingin karena ada obat-obatan yang stabil pada suhu 20C-80C dan suhu 8C-15C. Embalage (pengemas) yang digunakan dalam pelayanan hanya ada 1 macam kantong klip plastik, yaitu putih transparan hanya ukurannya saja yang berbeda.c. Alur Pelayanan (Material and Methode)Alur pelayanan di depo farmasi poliklinik secara umum yaitu :1) Resep datang ke depo farmasi poliklinik, kemudian dilakukan proses validasi terkait system pembayaran, apakah bayar sendiri atau menggunakan jaminan tertentu.2) Setelah selesai proses validasi, kemudian dilakukan pembuatan kwitansi filling (penyiapan perbekalan farmasi).3) Setelah perbekalan farmasi yang diminta selesai disiapkan, petugas farmasi memanggil pasien, petugas farmasi menyerahkan kwitansi total pembelian kepada pasien atau kerabat pasien.4) Pasien atau kerabat pasien membayar perbekalan farmasi yang diminta sesuai dengan yang tertera pada kwitansi pembelian.5) Perbekalan farmasi yang telah disiapkan diserahkan oleh petugas farmasi. 2. Evaluasia. Sumber Daya Manusia (Man)1) Skrinning dan validasi awal resep dilakukan oleh AA. Dalam KEPMENKES RI No 1197 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan di Rumah Sakit seharusnya seluruh pekerjaan dispensing obat (termasuk tahap skrinning) menjadi tanggungjawab Apoteker. Selain itu, bila pada tahap ini dilakukan oleh Apoteker maka dapat memperkecil kemungkinan terjadinya medication error.2) Belum ada petugas farmasi yang melakukan tahap koreksi setelah dilakukan filling atau penyiapan sediaan farmasi dan sebelum penyerahan obat kepada pasien. Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalkan kesalahan yang terjadi atau medication error yang dapat membahayakan pasien.b. Bahan-bahan dan alur pelayanan (Material and Methode)1) Belum adanya sasaran mutu terkait waktu tunggu pelayanan resep.2) Kontrol barang perlu diperketat dengan benar-benar menjalankan stok minimal dan maksimal sehingga tidak terjadi penumpukan stok. Selain itu, pengelolaan inventory pada depo farmasi poliklinik perlu dilakukan dengan melakukan stock opname/stock take yang diadakan 3 bulan sekali dan pemeriksaan stok kadaluarsa yang dilakukan 1 bulan sekali.3) Perlu dicanangkan untuk monitoring obat kortikosteroid seperti pemberian kartu penggunaan kortikosteroid karena banyak resep yang berisi penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN1. Fungsi dan peran Apoteker dalam pelayanan farmasi di RSUD Sultan Imanuddin yaitu menentukan terapi yang rasional bagi pasien baik rawat jalan maupun rawat inap, mengelola perbekalan farmasi, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengoptimalkan outcome therapy.2. Peran Apoteker dalam Komite Farmasi dan Terapi (KFT) adalah sebagai wakil sekretaris KFT yang turut serta dalam menentukan obat yang masuk dalam formularium.3. Pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD Sultan Imanuddin belum dilakukan dengan menerapkan kebijakan satu pintu yang pengadaannya dilakukan melalui pembelian langsung dan hibah.4. Sistem distribusi internal perbekalan farmasi di RSUD Sultan Imanuddin dilakukan dengan menerapkan metode desentralisasi. Sistem distribusi eksternal dilakukan dengan menerapkan sistem individual prescribing, unit dose dispensing dan floor stock.

SARAN1. Saran untuk Perkembangan Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddina. Penambahan jumlah apoteker di setiap depo farmasi dan adanya apoteker di bangsal karena sebagian besar pekerjaan kefarmasian masih dilakukan oleh asisten apoteker maupun tenaga kesehatan lain terutama dalam hal penyerahan obat yang merupakan kewajiban Apotekerb. Perbaikan dan pemenuhan sarana dan pra sarana terkait menjamin tersedianya perbekalan farmasi yang terjamin mutu dan keamananny