laporan magang b2p2vrp (duver)

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vector dan reservoir penyakit (Menkes, 2010). Reservoir adalah organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit hidup normal dan berkembang biak. Reservoir dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan serta lingkungan lainnya. Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena merupakan komponen utama dari lingkaran penularan dan sekaligus sebagai sumber penularan (Sulis, 2010). Penyakit yang ditularkan melalui reservoir masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta 1

Upload: exalted-wahyoedie

Post on 23-Oct-2015

246 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

laporan magang bp2vrp salatiga

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan

angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya

semakin meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan

adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup

tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan

sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan

lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan

berkembang biaknya vector dan reservoir penyakit (Menkes, 2010).

Reservoir adalah organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit

hidup normal dan berkembang biak. Reservoir dapat berupa manusia,

binatang, tumbuhan serta lingkungan lainnya. Reservoir merupakan pusat

penyakit menular, karena merupakan komponen utama dari lingkaran

penularan dan sekaligus sebagai sumber penularan (Sulis, 2010).

Penyakit yang ditularkan melalui reservoir masih menjadi penyakit

endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat

menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan

upaya pengendalian atas penyebaran reservoir tersebut. Lingkaran penularan

penyakit yang sangat sederhana, reservoir manusia serta penularan dari

manusia ke manusia. Upaya penanggulangan masalah kesehatan tersebut

perlu dilakukan secara terpusat agar terjadi kesinambungan antara masing–

masing upaya. Departemen Kesehatan telah melakukan sejumlah program

intervensi di bidang kesehatan dan perbaikan organisasi serta manajemen.

Namun belum banyak ada kemajuan yang dicapai dibandingkan dengan

negara-negara lain di Asia Tenggara (Adnan A., 2011).

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir

Penyakit (B2P2VRP) merupakan salah satu unit pelaksana kesehatan di bawah

1

Balitbang Kementrian Kesehatan RI. B2P2VRP sebagai pusat penelitian dan

pengembangan tentu saja harus didukung dengan ketersediaan alat dan SDM

yang memadai agar kegiatan–kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai

dengan target yang telah ditetapkan. Dimana visi dari balai besar ini adalah

menjadi isntitusi unggulan penelitian dan pengembangan metode

pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, serta penyakit bersumber

binatang yang lain secara rasional, efisien, efektif, berkesinambungan dan

diterima masyarakat.

Salah satu unit penunjang untuk melaksanakan visi dari B2P2VRP

tersebut adalah Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit (DUVER). Tujuan dari

DUVER ini merupakan pusat informasi, dokumentasi, display/peragaan

ekologi dan biologi maupun pengendalian vektor dan reservoir penyakit.

Selain itu serta menjadi wahana sarana pembelajar ilmiah para pengunjungnya

guna memasyaratkan cara pencegahan penyakit bersumber vektor dan

reservoir. Dalam memudahkan pengetahuan pengunjung perlu didampingi

oleh pemandu serta dibutuhkan media informasi yang dapat mempermudah

proses belajar dari tiap anjungan yang ada di DUVER.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penyusunan laporan ini

berjudul “Pengadaan Media Informasi dalam bentuk Buku Panduan Sebagai

Sarana Edukasi dan Informasi Mengenai Anjungan Reservoir di DUVER

(Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit) B2P2VRP Salatiga Tahun 2012”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat

diambil adalah :

1. Bagaimanakah gambaran kondisi DUVER di B2P2VRP Salatiga ?

2. Bagaimanakah gambaran kondisi DUVER B2P2VRP Salatiga di bagian

anjungan reservoir ?

3. Masalah apa saja yang ada di DUVER B2P2VRP Salatiga pada bagian

anjungan reservoir ?

2

4. Apakah penyebab masalah yang terjadi di DUVER di B2P2VRP Salatiga

pada bagian anjungan reservoir ?

5. Alternatif apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan penyebab

masalah beserta intervensinya ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mendeskripsikan permasalahan yang

terjadi di DUVER di B2P2VRP Salatiga dan merencanakan program

untuk memecahkan permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan

pengetahuan dan menambah pengalaman tentang reservoir penyakit di

DUVER B2P2VRP Salatiga.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penyusunan laporan di DUVER di

B2P2VRP Salatiga ini, antara lain adalah :

1. Mengetahui gambaran kondisi DUVER di B2P2VRP

Salatiga

2. Mengetahui gambaran kondisi DUVER B2P2VRP

Salatiga pada bagian anjungan reservoir.

3. Mengidentifikasi masalah yang ada di DUVER

B2P2VRP Salatiga pada bagian anjungan reservoir.

4. Mengetahui penyebab masalah yang terjadi di DUVER

di B2P2VRP Salatiga pada bagian anjungan reservoir.

5. Mengetahui alternatif yang akan digunakan untuk

menyelesaikan penyebab masalah beserta intervensinya

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi penulis

1. Menambah wawasan pengetahuan tentang reservoir penyakit.

2. Menambah pengalaman serta menerapkan pengetahuan yang

diperoleh dalam kegiatan magang.

3

1.4.2 Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

1. Menjalin kerjasama dengan salah satu instansi kesehatan untuk

pengembangan jurusan IKM.

2. Laporan Magang dapat menjadi salah satu audit internal kualitas

pengajaran di jurusan IKM.

1.4.3 Bagi Instansi

Sebagai tambahan pengetahuan dan masukan mengenai

masalah yang berkaitan dengan reservoir penyakit yang terjadi di

DUVER B2P2VRP Salatiga.

4

BAB II

ANALISIS SITUASI

2.1 Analisis Situasi Umum

2.1.1 Sejarah B2P2VRP

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir

Penyakit atau lazim disingkat B2P2VRP, pada mulanya merupakan

suatu Unit Penelitian Biologi dan Pemberantasan Vektor (UPBPV)

yang berdiri di Semarang tahun 1976 atas kerjasama WHO dan Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Tujuan pendirian UPBPV

adalah untuk memecahkan masalah-masalah dalam pemberantasan

penyakit bersumber binatang (khususnya malaria, terutama timbulnya

resistensi vektor terhadap DDT). Dengan berakhirnya kerjasama

tersebut, tenaga dan semua sarana yang dimiliki UPBPV digunakan

sebagai sarana awal B2P2VRP yang merupakan sarana penelitian

vektor penyakit satu-satunya di Indonesia.

Pada tanggal 7 April 1984, unit penelitian ini dipersiapkan untuk

dikembangkan menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) badan Litbang

Kesehatan dan berkedudukan di Balai Latihan Kesehatan (BLK)

Suwakul Ungaran Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah. Tugas

dan fungsinya adalah sebagai pelaksana teknis untuk studi pengendalian

dan pemberantasan vektor penyakit.

Tahun 1987 diterbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 556/Menkes/SK/VII/1987 yang meresmikan

Unit Lapangan menjadi Stasiun Penelitian Vektor Penyakit (SPVP),

yang berlokasi di Salatiga Jawa Tengah. Tujuan SPVP adalah

melakukan studi pengendalian vektor yang lokal dan spesifik.

Selanjutnya pada tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan No.1351/MENKES/SK/XII/1999, SPVP

5

dikembangkan menjadi Balai Penelitian Vektor dan Reservoir penyakit

(BPVRP), yang ditugaskan mengkoordinir 6 stasiun lapangan Unit Pe-

laksana Fungsional Penelitian Vektor dan Reservoir penyakit

(UPFPVRP), masing-masing di Banjarnegara (Jateng), Pangandaran

(Jawa Barat), Baturaja (Sumsel), Kotabaru (Kalsel), Donggala (Sulsel)

dan Waikabubak (Sumba Barat NTT).

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Tahun 2005 No. 1353/MENKES/PER/IX/2005,

BPVRP ditingkatkan menjadi Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Vektor dan Resevoir Penyakit (B2P2VRP). Perubahan

nama ini dilakukan untuk mempertegas Core Bussiness B2P2VRP yaitu

penelitian dan pengembangan vektor dan resevoir penyakit serta

pengendaliannya, berikut IPTEK terapan yang mendukungnya. Dengan

berakhirnya kerjasama tersebut, tenaga dan semua sarana yang dimiliki

UPBVP digunakan sebagai sarana awal B2P2VRP yang merupakan

sarana penelitian vektor penyakit satu-satunya di Indonesia.

2.1.2 Gambaran Umum B2P2VRP

2.1.2.1 Lokasi

B2P2VRP terletak di Jalan Hasanudin No. 123 Kelurahan

Mangunsari , Kecamatan Sidomukti, Desa Ngawen, Kota Salatiga,

Jawa Tengah, dibangun di atas tanah seluas 2,75 Ha.

2.1.2.2 Tugas dan Fungsi

a. Penelitian vektor dan reservoir penyakit.

b. Pengembangan metode pengendalian vektor dan reservoir

penyakit.

c. Sebagai tempat magang/pelatihan cara pengendalian vektor lokal

dan spesifik.

d. Pelayanan masyarakat untuk uji efikasi insektisida rumah tangga

atau program.

e. Penatalaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga institusi.

6

2.1.2.3 Visi dan Misi

Visi :

Menjadi institusi unggulan penelitian dan pengembangan

metode pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, serta

penyakit bersumber binatang yang lain secara rasional, efisien,

efektif, berkesinambungan dan diterima masyarakat.

Misi :

1. Penelitian dan pengembangan metode penelitian dan reservoir

dengan memanfaatkan iptek dan mengkoordinasikan sumber daya

penelitian yang ada secara teratur dan berkesinambungan.

2. Pendampingan unit utama dalam pemberdayaan masyarakat

dalam penggunaan dan aplikasi metode pengendalian vektor dan

reservoir yang unggul.

3. Pengembangan lingkungan kerja kondusif bagi peneliti dan

masyarakat agar dapat berkarya secara profesional. Tata nilai:

Pusat unggulan IPTEK vektor dan reservoir penyakit serta

pengendaliannya.

2.2 Analisis Situasi Khusus Pada Unit Penelitian

2.2.1 Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit (DUVER)

2.2.1.1 Lokasi Anjungan Reservoir

Lokasi Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit berada pada

gedung utama.

2.2.1.2 Tujuan

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para

pemandu di DUVER mengenai reservoir penyakit, persebaran

penyakit serta pencegahan dan pengobatannya.

7

BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH

3.1. Identifikasi Masalah

3.1.1 Identifikasi Masalah di DUVER bagian reservoir

Identifikasi masalah merupakan penjabaran keseluruhan per-

masalahan yang terjadi di suatu tempat. Berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan di DUVER bagian reservoir B2P2VRP Salatiga dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

Tabel 2. Identifikasi Masalah

No. Masalah

1. 2.3.4. 5.

Informasi tentang penjelasan vektor yang kurang lengkapKurangnya petugas pemandu di DUVER Tidak semua pemandu paham tentang isi di DUVERKurang lengkapnya media buku panduanRusaknya spesimen karena kurangnya perawatan

3.2 Prioritas Masalah Dengan Menggunakan Metode Yang Sesuai

Dalam menentukan prioritas masalah menggunakan Metode Hanlon

Kuantitatif yang terdiri dari:

1) Kriteria A (Besar Masalah)

Yaitu penetapan besarnya masalah diukur dari besarnya penduduk

yang terkena efek secara langsung (insidensi/prevalensi).

Pemberian skor diberikan antara 1 sampai dengan 5 dari yang

terkecil sampai yang terbesar.

Kategori penilaianya adalah sebagai berikut :

5 = sangat kuat

4 = kuat

8

3 = cukup kuat

2 = kurang kuat

1 = sangat kurang kuat

2) Kriteria B (Kegawatan Masalah)

Yaitu perhitungan tingginya angka kesakitan dan kematian serta

kecenderungan dari waktu ke waktu.

Pemberian skor diberikan antara 1 sampai dengan 5 dari yang

terkecil sampai yang terbesar.

Kategori penilaianya adalah sebagai berikut :

5 = sangat gawat

4 = gawat

3 = cukup gawat

2 = kurang gawat

1 = sangat kurang gawat

3) Kriteria C (Efektifitas)

Yaitu penetapan kemudahan dalam penanggulangan dengan

memperhatikan perbandingan atau perkiraan hasil/manfaat dengan sumber

daya yang ada (5M : Man, Material, Methode, Money, Machine).

Pemberian skor diberikan antara 1 sampai dengan 5 dari yang

terkecil sampai yang terbesar.

Kategori penilaianya adalah sebagai berikut :

5 = sangat kuat

4 = kuat

3 = cukup kuat

2 = kurang kuat

1 = sangat kurang kuat

4) Kriteria D (Pearl Faktor)

Yaitu kriteria .dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat

atau tidaknya suatu program dapat dilaksanakan, yaitu terdiri dari faktor :

9

P : Propriateness ( Kesesuaian)

Kesesuaian masalah/alternatif dengan prioritas kebijakan program

pemerintah/kegiatan instansi terkait.

E: Econimic Feasibility (Secara ekonomi murah)

Kelayakan dari segi pembayaran, ada tidaknya biaya yang tersedia.

A: Acceptability ( Dapat diterima )

Situasi penerimaan masyarakat dalam instansi terkait, kesesuaian

dengan tata nilai yang ada di lingkungan.

R: Resources Availability ( Tersedianya sumber )

Ketersediaan sumber daya untuk mmemecahkan.

L: Legality ( Legalitas terjamin )

Dukungan aspek-aspek hukum dan perundangan yang berlaku dan

terkait.

Kriteria yang dapat dilaksanakan dari masing-masing factor diberi

skor 1 dan yang tidak dapat dilaksanakan diberi skor 0, dimana skor 0

menunjukkan adanya keterbatasan dari criteria tersebut sehingga program

tidak dapat dilaksanakan.

Setelah berbagai Kriteria diisi dan diberikan skoring maka langkah

berikutnya adalah menghitung nilai NPD dan NPT dengan rumus :

NPD : Nilai Prioritas Dasar = (A+B) x C

NPT : Nilai Prioritas Total (A=B) x C x PEARL

Prioritas utama adalah alternatif yang mempunyai nilai NPT tertinggi.

Dari identifikasi masalah di atas dapat di lihat hasil perhitungan

dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut :

10

Tabel 3. Hanlon Kuantitatif pada anjungan reservoir di DUVER

NoInventarisasi

Masalah

Skor Kriteria

Skor D ( PEARL )NPD NPT Prioritas

A B C P E A R L

1

Informasi tentang penjelasan reservoir yang kurang lengkap

2 2 3 1 1 1 1 1 12 12 2

2Kurangnya Petugas Pemandu di DUVER

2 1 2 1 1 1 1 1 6 6 5

3

Tidak semua pemandu paham tentang isi di DUVER

1 2 3 1 1 1 1 1 9 9 3

4Kurang lengkapnya media buku panduan

3 2 3 1 1 1 1 1 15 15 1

5Rusaknya spesimen karena kurangnya perawatan

2 2 2 1 1 1 1 1 8 8 4

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh bahwa prioritas

masalah utama di Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit B2P2VRP adalah

kurang lengkapnya buku panduan.

11

3.3 Pembahasan Prioritas Masalah yang Dikaitkan dengan Kondisi di

Lapangan, Teori, serta Kerugian Dampak yang Dapat Ditimbulkan

3.3.1 DUVER bagian reservoir

DUVER bagian reservoir mempunyai fungsi sebagai display

yang memuat tentang reservoir yang ada di Indonesia, seperti tikus,

kelelawar dan bajing. Pada display yang ada di DUVER memuat

tentang:

1. Contoh-contoh awetan spesimen tikus, kelelawar dan bajing dari

berbagai jenis dan berbagai wilayah di Indonesia

2. Display pengendalian reservoir

3.3.2 Media

Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Dalam ilmu

komunikasi, media bisa diartikan sebagai saluran, sarana penghubung,

dan alat-alat komunikasi. Kalimat media sebenarnya berasal dari

bahasa latin yang secara harafiah mempunyai arti perantara atau

pengantar. 

Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin (1980), me-

dia adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide,

sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Anonim,2011).

3.3.2.1 Media Visual

a.) Pengertian

Media visual merupakan media yang memberikan gam-

baran menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. Media

visual ini lebih bersifat realistis dan dapat dirasakan oleh sebagian

besar panca indera kita khususnya indera penglihatan. Manfaat

yang kita dapat dalam penggunaan media ini adalah pemakaiannya

yang efektif dan efisien, praktis, dan lebih cepat dipahami oleh

pembaca (Arsyad A., 2002)

12

Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak

menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang

lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh atau

disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya ter-

salur melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa

alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan peneri-

maan informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 124).

Dengan demikian media visual dapat diartikan sebagai alat

pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pema-

haman dan memperkuat ingatan akan isi materi pelajaran.

Pendidikan melalui media visual adalah metoda atau cara

untuk memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang da-

pat dilihat daripada sesuatu yang didengar atau dibacanya.

b.) Fungsi Media Visual

Fungsi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian bagi pembaca untuk berkonsentrasi kepada

isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan

atau menyertai teks materi pelajaran. Adapun fungsi tersebut dilihat

dari efektif, kognitif,dan kompensatoris:

         Fungsi efektif

Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembaca

ketika belajar (membaca) teks yang bergambar.

         Fungsi kognitif

Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar

memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan

mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam

gambar.

13

         Fungsi kompensatoris

Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media

visual yang memberikan konteks untuk memehami teks

membantu pembaca yang lemah dalam membaca untuk

mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya

kembali (Abdul, 2008).

Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disam-

paikan kepada pembaca dapat dikembangkan dalam berbagai ben-

tuk, seperti foto, gambar atau ilustrasi, sketsa/gambar garis, grafik,

bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Bahan-ba-

han grafis, gambar dan lain-lain yang ada disekitar kita, seperti ma-

jalah, iklan-iklan, papan informasi, mempunyai banyak gagasan un-

tuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen-el-

emen visual yang akan ditampilkan. Tataan dapat dimengerti,

dibaca, dan dapat menarik perhatian sehingga ia mampu menyam-

paikan pesan yang diinginkan oleh penggunaannya.

BAB IV

14

PENYELESAIAN MASALAH

4.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan metode analisa prioritas masalah didapat permasalahan

pada kurangnya media pembelajaran dan pelatihan di B2P2VRP Salatiga.

Untuk mengatasi hal tersebut alternatif pemecahan masalah yang dapat

dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut diantaranya adalah :

1. Pembuatan buku panduan untuk pemandu

2. Pembuatan leaflet

3. Pembuatan poster

4. Pengadaan visualisasi gambar dalam bentuk kalender / flipchart

4.2 Prioritas Penyelesaian Masalah

Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah yang akan

dilaksanakan dipilih dari salah satu alternatif pemecahan dengan

menggunakan Metode Hanlon Kuantitatif yaitu sebagai berikut :

Alternatif Pemecahan Masalah

A : Pengadaan buku panduan untuk pemandu

B : Pembuatan leaflet

C : Pembuatan poster

D : Pengadaan visualisasi gambar dalam bentuk kalender / flipchart

Tabel 4.1 Prioritas Pemecahan MasalahMetode Matriks

No Daftar Alternatif Pemecahan Masalah

Efektivitas Efisiensi JumlahMxIxVCM I V C

1 A 4 4 4 4 162 B 3 3 3 3 93 C 3 4 3 3 124 D 3 3 4 3 12

4.3 Efektivitas Jalan Keluar

15

a) Efektivitas M (Magnitude)

Yaitu besar masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan

keluar tersebut dilaksanakan, untuk setiap alternatif. Makin besar masalah

yang diatasi makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut.

Keterangan :

5 = Sangat besar

4 = Besar

3 = Cukup besar

2 = Sedang

1 = Kecil

b) Efektifitas I (Important)

Yaitu pentingnya jalan keluar (importancy) dalam mengatasi

masalah yang dihadapi untuk setiap alternatif. Pentingnya jalan keluar

yang dimaksud disini dikaitkan kelanggengan selesainya masalah. Makin

langgeng selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut.

Keterangan :

5 = Sangat langgeng

4 = Langgeng

3 = Cukup langgeng

2 = Sedang

1 = Tidak lenggeng

c) Efektivitas V (Venerability)

Yaitu sensitivitas jalan keluar dalam mengatasi masalah yang

dihadapi, untuk setiap alternatif, sensitivitas disini dikaitkan dengan

kecepatan jalan kelar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi,

makin sensitif jalan keluar tersebut.

Keterangan :

5 = Sangat cepat

4 = Cepat

3 = Cukup cepat

16

2 = Sedang

1 = Lambat

d) Efisiensi jalan keluar

Nilai efisiensi (eficiency) biasanya dikaitkan dengan biaya (cost)

yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang

diperlukan makin tidak efisien jalan keluar tersebut.

Keterangan :

5 = Paling efisien

4 = Efisien

3 = Cukup efisien

2 = Kurang efisien

1 = Tidak efisien

Nilai P (prioritas) untuk setiap alternatif jalan keluar, dengan

membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan nilai C. Jalan keluar

dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih. Hasil

perhitungan prioritas pemecahan masalah di atas didapatkan nilai P

penggunaan dot minum sebesar 16.

Penentuan prioritas pemecahan masalah harus mempertimbangkan

program tersebut sesuai dengan tabel diatas, dimana alternatif yang

nantinya akan dilaksanakan pada saat intervensi yaitu yang mempunyai

nilai tertinggi.

4.5 SWOT ( Strength, Weaknes, Oportunity, and Threat )

Sebelum prioritas pemecahan masalah dilaksanakan dalam intervensi,

maka perlu dilakukan analisis SWOT (Strength, Weaknes, Oportunity, and

Threat), yaitu suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu masalah

sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang kuat tentang berbagai

faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan, serta hambatan yang dimiliki dan

atau yang dihadapi oleh suatu kegiatan.

17

Berdasarkan teori analisis SWOT tersebut maka penulis mengambil

alternatif Pembuatan buku panduan untuk pemandu. Berdasarkan analisis

SWOT tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Kekuatan

a. Berisi informasi yang lengkap.

b. Praktis dan mudah

c. Biaya tidak terlalu besar

2. Kelemahan

a. Terlalu tebal

3. Kesempatan

a. Efektif apabila pemandu membaca dan memahami isi buku panduan

4. Hambatan

a. Pemandu enggan untuk membaca

b. Tidak setiap hari pemandu membaca

Intervensi

Adapun perencanaan program intervensi penambahan jumlah media

pembelajaran dan pelatihan di Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit

(DUVER) adalah:

Program : Pengadaan media informasi sebagai tambahan sumber

informasi untuk Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit (DUVER) bagian

anjungan reservoir dalam bentuk buku panduan

1. Tujuan Program

Untuk menambah media informasi yang terdapat di DUVER

khususnya yang berhubungan dengan reservoir penyakit. Dengan adanya

media tersebut maka dapat membantu dan memudahkan pemandu DUVER

dalam memandu pengunjung DUVER dan memudahkan dalam memberikan

penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan reservoir yang

ada pada display duver. Pengunjung juga akan dapat menerima penjelasan

dengan jelas dari petugas. Buku panduan akan berisi tentang reservoir

penyakit, penyakit yang dibawa, persebaran, dan pengobatannya.

18

2. Waktu Pelaksanaan Program

Pelaksanaan pada tanggal 15 Agustus 2012

3. Tempat Pelaksanaan Program

Dunia Vektor dan reservoir Penyakit (DUVER) B2P2VRP Salatiga

4. Sasaran Program

Sasaran program kegiatan ini adalah pemandu pengunjung di DUVER

yang berasal dari tenaga kerja di B2P2VRP Salatiga.

5. Strategi Program

Strategi pelaksanaan program pengadaan visualisasi gambar dan

keterangan-keterangan yang berisi keterangan tentang reservoir penyakit,

penyakit yang dibawa, persebaran, dan pengobatannya dalam bentuk buku

panduan dalam rangka memberikan sarana informasi dan edukasi bagi para

pemandu DUVER yang berisi tentang informasi di anjungan reservoir yang

ada pada display yaitu mengenai Tikus, Kelelawar dan Bajing. Setelah itu

mencari referensi mengenai materi-materi yang berhubungan dengan

reservoir penyakit, penyakit yang dibawa, persebaran, dan pengobatannya

khususnya mengenai Tikus, Kelelawar dan Bajing. Kemudian dilakukan

desain buku panduan yang berisi gambar dan keterangan-keterangan.

Kegiatan ini melibatkan petugas pemandu DUVER dan mahasiswa.

6. Pelaksanaan Intervensi

a. Pelaksanaan

Tabel 4.2 Rencana pelaksanaan Intervensi

Pelaksana Kegiatan

Mahasiswa Magangdan petugas pemandu DUVER

1.Mengumpulkan materi tentang reservoir penyakit, penyakit yang dibawa, pengobatan, dan persebarannya khususnya mengenai tikus, kelelawar dan bajing2. Desain Buku Panduan 3. Pencetakan Buku Panduan4. Penyediaan Buku Panduan di DUVER

19

b. Pemantauan dan Evaluasi

Dari intervensi yang dilakukan, diharapkan program tersebut da-

pat bermanfaat bagi pemandu dan pengunjung, khususnya petugas

DUVER, mahasiswa, teknisi, atau peneliti yang hendak menambah

pengetahuan di DUVER, khususnya mengenai reservoir.

20

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan magang yang telah dilaksanakan dan intervensi

yang telah diberikan, dapat disimpulkan bahwa :

1) Duver adalah suatu wahana ilmiah dunia vektor dan reservoir penyakit di

B2P2VRP.

2) Permasalahan yang ada di Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit (DUVER)

adalah adalah kurang lengkapnya buku panduan yang terdapat pada

anjungan reservoir.

3) Berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu dengan

menggunakan Metode Hanlon Kuantitatif, maka alternatif pemecahan

masalah yang diambil adalah melalui intervensi dengan melakukan Pen-

gadaan Buku Panduan sebagai sarana edukasi dan informasi tentang

reservoir penyakit, penyakit yang dibawa, persebaran, dan pengobatannya

khususnya mengenai Tikus, Kelelawar dan Bajing. Strategi dalam

pelaksanaan intervensi adalah mengumpulkan materi-materi dan data-data

yang berkaitan dengan reservoir penyakit.

5.2 Saran

Berdasarkan permasalahan yang ada di Dunia Vektor dan Reservoir

Penyakit (DUVER), maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Perlu perhatian khusus dari pihak B2P2VRP terhadap Dunia Vektor dan

Reservoir Penyakit (DUVER) pada bagian anjungan reservoar.

2. Perlu adanya perbaikan dan perawatan spesimen yang ada di setiap display

reservoar.

3. Perlu referensi sebagai penunjang dalam pembelajaran di anjungan

reservoar

21

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Hamid. 2008. Pembelajaran bahasa arab, pendekatan, metode, strategi,

materi dan media. Malang: UIN Malang press.

Agnesa, Adnan. 2011. Makalah Vektor Penyakit. http://kesmas-

unsoed.blogspot.com/2011/03/makalah-vektor-penyakit.html diakses

tanggal 16 Agustus 2012

Anonim. 2010. Profil B2P2VRP. http: //www.b2p2vrplitbangdepkes.co.id. diakses

tanggal 10 Agustus 2011

Anonim. 2011. Media. http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertian-media-

pemanfaatan-media.html diakses tanggal 16 Agustus 2012

Azhar, Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo.

B2P2VRP.2010. Leaflet Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Vektor dan

Reservoir Penyakit. Salatiga: B2P2VRP.

B2P2VRP.2010. Instruksi Kerja Pemeriksaan. Salatiga: B2P2VRP Salatiga.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

PT.Rineka Cipta

Sulis. 2011. Penyakit Menular. ://sulis.student.umm.ac.id/2010/07/01/sdjkahdkan/

diakses tanggal 16 Agustus 2012

22