laporan-lengkap-nitritometri
TRANSCRIPT
LAPORAN
KIMIA ANALITIK II
“Penetapan Kadar Suatu Senyawa
Dengan Metode Nitrimetri”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pengganti Praktikum
Mata Kuliah Kimia Analitik II
Disusun Oleh :
Chitra Septinia Putri
31110009
Farmasi IIA
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
STIKes BHAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Nitritometri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan
menggunakan larutan baku natrium nitrit..Nitritometri disebut juga dengan
metode titrasi diazotasi. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan
kadarnya dengan metode nitritometri diantaranya adalah penisilin dan
sulfamerazin. Penetapan kadar senyawa ini dilakukan untuk mengetahui
kemurnian zat tersebut dalam satu sample.
Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan
gugusan amino aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk
penetapan sulfanilamida dan semua senyawa-senyawa yang
mengandung gugus amino aromatis.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode
nitritometri antara lain sulfamerazin, sulfadiazine, sulfanilamide. Senyawa-
senyawa ini dalam farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamide
sebagai antimikroba. Melihat kegunaannya tersebut, maka percobaan ini
perlu dilakukan.
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1. Maksud percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa
dengan cara nitritometri.
I.2.2. Tujuan percobaan
Menentukan kadar sulfadiazine, paracetamol, kloramfenikol, dan
isoniazid(INH) dengan metode nitritometri.
I.3. Prinsip Percobaan
Penetapan kadar sulfadiazine berdasarkan pada pembentukan
garam diazonium dari gugus amin primer aromatis bebas yang
direaksikan dengan NaNO2 yang diperoleh dari hasil reaksi antara
natrium nitrit dan asam klorida dengan penentuan titik akhir
menggunakan indicator kertas kanji dengan perubahan menjadi
warna biru segera ketika dioles
Penetapan kadar kloramfenikol berdasarkan pada pembentukan
garam diazonium dari gugus amin primer aromatis bebas yang
direaksikan dengan NaNO2 yang diperoleh dari hasil reaksi antara
natrium nitrit dan asam klorida dengan penentuan titik akhir
menggunakan indicator kertas kanji dengan perubahan menjadi
warna biru segera ketika dioles
Penetapan kadar paracetamol berdasarkan pada pembentukan
garam diazonium dari gugus amin primer aromatis bebas yang
direaksikan dengan NaNO2 yang diperoleh dari hasil reaksi antara
natrium nitrit dan asam klorida dengan penentuan titik akhir
menggunakan indicator kertas kanji dengan perubahan menjadi
warna biru segera ketika dioles
Penetapan kadar INH berdasarkan pada pembentukan garam
diazonium dari gugus amin primer aromatis bebas yang direaksikan
dengan NaNO2 yang diperoleh dari hasil reaksi antara natrium nitrit
dan asam klorida dengan penentuan titik akhir menggunakan
indicator kertas kanji dengan perubahan menjadi warna biru segera
ketika dioles.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena
berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini.
Namun demikian agar tirasi redoks ini berhasil dengan baik, maka
persyaratan berikut harus dipenuhi (1) :
1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga
terjadi pertukaran elektron secara stokhiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara
terukur (kesempurnaan 99%).
3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah
diazotasi (nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan
garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan
dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara
mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam (2:114).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi (2 : 115):
1. Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil
dari 15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit
dengan asam tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium
yang terbentuk pada hasil titrasi juga tidak stabil.
2. Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak
lambat, titrasi sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan
reaksi diazotasi dapat dikatalisa dengan penambahan natrium dan
kalium bromida sebagai katalisator.
Sudah kita lihat bahwa dalam titrasi redoks ada dua jenis indikator,
indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang
bereaksi, dan indikator oksidasi reduksi yang sebenarnya tidak tergantung
dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan selama titrasi.
Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran
dan titrat, dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut.
Bila potensial peralihan indikator tergantung dari pH, maka juga harus
diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung (3).
Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu
indikator dalam dan indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan
campuran indikator tropeolin oo dan metilen biru, yang mengalami
perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan. Sedangkan untuk
indikator luarnya digunakan kertas kanji iodida (2 : 117).
II.2 Uraian Bahan
1. Kloramfenikol (3 : 143)
Nama resmi : Chloramphenicolum
Sinonim : Kloramfenikol, D(-) treo-2-diklorasetamida-1-p
nitrofenil propana-1,3-diol.
RM/BM : C11H12Cl2N2O5/323,12
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang, putih, tidak berbau, rasa sangat
pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air,
dalam 2,5 bagian etanol 95% P, sukar larut
dalam kloroform P dan eter P.
Khasiat : Antibiotikum
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan Kadar: Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
tidak lebih dari 103,0%.
2. Sulfadiazinum (3 ; 579)
Nama resmi : Sulfadiazinum
Sinonim : N-2-pirimidinisulfanilamida
RM/BM : C10H10N4O5S/250,27
Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk putih sampai agak kuning, tidak
berbau
OH H
O2N-- --C----C—CH2OH
H NH---CO--CHCl2
NH2N-- --SO2NH—
N
atau hampir tidak berbau, stabil di udara tapi
pemaparan terhadap cahaya perlahan-lahan
menjadi hitam.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut
dalam asam mineral encer, dalam larutan
KOH, dalam larutan NaOH dan dalam NH4OH,
agak sukar larut dalam etanol dan dalam
aseton.
Khasiat : Antibakteri
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan
tidak lebih dari 102,0 % C10H10N4O2S dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
3. Natrium Nitrit (3 : 714)
Nama resmi : Natrii nitrit
Sinonim : Natrium nitrit
RM/BM : NaNO2/69,00
Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna atau putihj
kekuningan rapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut
dalam etanol 95 % P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
4. Asam klorida (3 : 649)
Nama resmi : Acidum hydrochloridum
Sinonim : Asam klorida
RM/BM : HCl/36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian air, uap dan bau hilang.
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pemberi asam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
5. Kalium bromida (3 : 328)
Nama resmi : Kalii bromidum
Sinonim : Kalium bromida
RM/BM : KBr/119,01
Pemerian : Hablur tidak berwarna, buram atau
transparan, tidak berbau, rasa asin, agak pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air, juga
dalam lebih kurang 200 bagian etanol (95%)
P.
Kegunaan : Sebagai katalisator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
6. Natrium nitrat( 3 : 714)
Nama resmi : Natrii nitras
Nama lain : Natrium nitrat
RM/BM : NaNO3/ 69,00
Pemerian : Hablur atau garanul, tidak berwarna atau
putihkekuningan atau merapuh.
Kelarutan : larut dalam 1.5 bagian air, agak sukar larut
dalam etanol 95 % p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai larutan baku.
7. Paracetamol ( 3 : 37 )
Nama resmi : Acetaminophenum
Nama lain : Paaracetamol
RM / BM : C8H9NO2 / 151,56
RB : OH
NHCOCH3
Pemerian : Hablur atau hablur serbuk putih, tidak berbau,
rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dlam 7 bagian
etanol 95 % p, dalam 17 bagian aseton p,
dalam 40 Bagian gliserol.
Khasiat : Analgetikum antipiretikum.
Kegunaan : Sebagai sampel.
Persyaratan kadar : Mengandung tidk kurang dari 98 % dan tidak
lebih dari 101,0 % C8H9NO2 dihitung terhadap
zat yang telah dikeringhkan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
8. Isoniazida ( 3 : 920 )
Nama resmi : Isoniazidum
Nama lain : Isoniazida
RM / BM : C6H7N3O / 137,14
RB : N
O=C-NHNH3
Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 98,0 %, dan tidak lebih dari
101,0 % C6H7N3O
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, rasa agak pahit, terurai perlahan-lahan
dengan udara dan cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol 95 % p, sukar larut dalam kloroform p
dan dalam eter P.
Khasiat : Antitiberculosa.
Penggunaan : Sebagai sampel.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari
cahaya.
9. Serbuk seng (3 : 727)
Nama resmi : Serbuk Zn
Sinonim : Serbuk seng
RM/BM : -
Pemerian : Serbuk, kelabu kebiruan.
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 90,0 % Zn.
Kelarutan : hampir larut sempurna dalam asam klorida
encer P, disertai pembentukan gas hidrogen.
10. Air suling (3: 96)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18, 02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
BAB III
METODE KERJA
III. 1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah dalam percobaan adalah batang
pengaduk, botol semprot, buret 25 ml, Erlenmeyer 300 ml, gelas piala 400
ml, gelas ukur 25 ml, magnetic stirrer, pipet tetes, sendok tanduk, statif,
klem, baskom, timbangan analitik,kompor listrik,lap kasar,lap halus,kertas
laminating putih,buret 25 ml,statif klem,dan corong.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah
parasetamol,H2SO4 10%,air suling,kertas kanji iodida,HCl encer,Isonoazid,
alumunium foil, es batu, kapsul kloram fenikol, kertas timbang,kertas
saring, Kristal sulfadiazine, larutan HCl pekat, Larutan baku NaNO2 0,1N,
serbuk KBr, serbuk Zn, Tissue gulung.
III. 2. Cara kerja
1. Paracetamol
- Ditimbang sampel paracetamol 62 mg.
- Ditambahkan 10 ml H2SO4 10%.
- Dipanaskan (refluks) di atas kompor listrik selama 10 menit.
- Ditambahkan 5 ml HCl encer.
- Ditambahkan 2 gr KBr.
- Ditambahkan 10 ml aquadest
- Didinginkan dalam baskom berisi air es, dijaga agar suhu tidak
lebih dari 150C.
- Dititrasi dengan NaNO2 hingga menunjukkan warna biru segera
pada saat digoreskan tetesan larutannya pada kertas kanji iodida.
- Dicatat volume titrasinya.
2. Sulfadiazin
- Ditimbang sampel sulfadiazine sebanyak 105 mg.
- Ditambahkan 10 ml HCl encer.
- Didinginkan dalam baskom berisi air es, dijaga agar suhu tidak
lebih dari 150C.
- Dititrasi dengan NaNO2 hingga menunjukkan warna biru segera
pada saat digoreskan tetesan larutannya pada kertas kanji iodida.
- Dicatat volume titrasinya.
3. Isoniazid
- Ditimbang sampel isoniazid sebanyak 54 mg.
- Ditambahkan dengan KBr.
- Ditambahkan 10 ml HCl encer.
- Didinginkan dalam baskom berisi air es, dijaga agar suhu tidak
lebih dari 150C.
- Dititrasi dengan NaNO2 hingga menunjukkan warna biru segera
pada saat digoreskan tetesan larutannya pada kertas kanji iodida.
- Dicatat volume titrasinya.
4. Kloramfenikol
- Ditimbang sampel kloramfenikol sebanyak 164 mg.
- Ditambahkan 5 ml HCl pekat.
- Ditambahkan 1,6 gr serbuk Zn sedikit demi sedikit
- Ditambahkan 3 ml HCl pekat.
- Didiamkan selam 10 menit, lalu disaring dengan kertas saring.
- Didinginkan dalam baskom berisi air es, dijaga agar suhu tidak
lebih dari 150C.
- Dititrasi dengan NaNO2 hingga menunjukkan warna biru segera
pada saat digoreskan tetesan larutannya pada kertas kanji iodida.
- Dicatat volume titrasinya.
5. Kertas kanji iodide
6. Pembuatan dan pembakuan larutan NaNO2
- Pembuatan larutan baku Natrium nitrit 0,1 M
Timbang 7,3 gram natriumnitrit,larutkan dengan air secukupnya,sampai
diperoleh volume 1 liter.
-Pemabakuan natrium nitrit
Dengan asam sulfanilat
Timbang seksama 173 mg asam sulfanilat yang telah
dikeringkan lebih dahulu, masukkan ke dalam labu 300 ml,tambahkan 30
ml air dan 20 tetes ammonia 25 % sampel semua asam sulfanilat larut,
tambahkan 15 ml asam hidroklorida 1 N dan 1 gram kalium
bromide,kemudian tetesi 5 tetes larutan indicator toepeolin oo 0,1 % dan 3
tetes larutan biru metilen 0,1 %> Titrasi hati-hati dengan larutan natrium
nitrit 0,1 M sambil diduk-aduk sampai terjadi perubahan warna dari ungu
ke biru hijau.
Timbang seksam 500 mg sulfanilimda yang telah dikeringkan
lebih dahulu pada suhu 105 C selama 2 jam, masukkan dalam gelas piala,
tambahkan 5 ml asam hidroklorida dan 50 ml air, aduklah samapai semua
zat larut, dinginkan dengan es sampai suhu 15 C,tanbahkan 25 gram es
dan titrasi pelan-pelan dengan natrium nitrit sambil diaduk-aduk samapi
terjadi warna biru pada pasta kanji iodide yang disebabkan oleh
penggoresan satu tetes larutan titrasi indicator pasat kanji iodide
BAB IV
PEMBAHASAN
Reaksi diazotasi biasanya dilakukan pada senyawa yang memiliki
gugus aromatis-bebas. Reaksi diazotasi didasarkan pada pebentukan
garam-garam diazonium yang terbentuk dari reaksi asam nitrit dengan
amin aromatik bebas.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar isoniazid,
sulfadiazin, kloramfenikol, dan parasetamol dengan menggunakan metode
nitritometri. Titran yang digunakan adalah NaNO2 0,093 N yang kemudian
direaksikan dengan HCl sehingga membentuk asam nitrit (HNO2). Titrasi
dilakukan di bawah suh 15C. Hal ini karena garam diazonium tidak stabil
dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Pada
pecobaan ini, digunakan indikator luar yakni kertas kanji iodida. Pada
kertas kanji iodida akan terjadi perubahan warna mendi biru karena iodida
diubah menjadi iodium ketika bertemu dan kanji. HNO2 akan bereaksi
dengan sampel dan akan membentuk garam diazonium, namun tidak
semua HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel. Ketika larutan digoreskan
pada kertas, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodida
mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru
segera. Berikut reaksinya :
2HI + 2HONO → I2 + 2NO + 2H2O
I2 + kanji → kani iod (biru)
Pada percobaan ini, digunakan sampel parasetamol dan
sulfadiazin. Untuk sampel paracetamol, paracetamol 62 mg ditambahkan
dengan H2SO4 10% sebagai bahan untuk menghidrolisa gugus amin
sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian dipanaskan dan
ditambahkan HCl encer. Untuk mempercepat reaksi, ditambahkan KBr lalu
ditambahkan air. Setelah itu, dinginkan ingát suhu di bawah 15C.
selanjutnya dtirasi dengan NaNO2 0,093 N. titrasi dihentikan ketika
terbentuk warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji
iodida. Kadar yang didapatkan adalah 89,823 %. Kadar ini tidak sesuai
dengan pustaka (FI III) yakni tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari
101,0%.
Untuk sampel kloramfenikol, kloramfenikol 164 mg ditambahkan
dengan HCl pekat yang berfungsi sebagai pelarut. Kemudian ditambahkan
serbuk Zn sedikit demi sedikit. Serbuk Zn berfungsi untuk mereduksi
kloramfenikol yang memiliki gugus amin sekunder menjadi gugus amin
primer. Kemudian ditambahkan lagi HCl pekat 3 ml. Larutan dibiarkan
selama 3 menit untuk memastikan ada atau tidaknya endapan. Jika terjadi
endapan, cairan dan endapan dipisahkan dengan menggunakan kertas
saring. Nsmun pada percobaan ini tidak terjadi endapan. Kemudian
larutan didinginkan hingga suhu di bawah 15C.Selanjutnya larutan dititrasi
dengan NaNO2 0,093 N. titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru
segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang
didapatkan adalah 86,56265 %. Kadar ini tidak sesuai dengan pustaka (FI
III) yakni tidak kurang dari 97%.
Untuk sampel sulfaniazid, sulfaniazid 105 mg ditambahkan dengan
HCl encer lalu ditambahkan dengan air. Kemudian larutan didinginkan
hingga suhu di bawah 15C.Selanjutnya larutan dititrasi dengan NaNO2
0,093 N. titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika
larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan adalah
96,4254 %. Kadar ini tidak sesuai dengan pustaka (FI III) yakni tidak
kurang dari 98% dan tidak lebih dari 102,0%.
Untuk sampel isoniazid, isoniazid 54 mg ditambahkan dengan KBr dan
HCl encer. KBr berfungsi untuk mempercepat reaksi (katalisator).
Isoniazid tidak perlu direduksi dan dihidrolisis karena sudah berupa amin
prmer. Kemudian larutan didinginkan hingga suhu di bawah
15C.Selanjutnya larutan dititrasi dengan NaNO2 0,093 N. titrasi dihentikan
ketika terbentuk warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas
kanji iodida. Kadar yang didapatkan adalah 92,9319 %. Kadar ini tidak
sesuai dengan pustaka (FI III) yakni tidak kurang dari 98%.
Pembuatan kertas kanji iodida :
Dilarutkan 0,75 gram kalium iodida dalam 5 ml air dan 2 gram zink klorida
dalam 10 ml air, dicampurkan larutan tersebut dan ditambahkan 10 ml air,
panaskan sampai mendidih dan tambahkan sambil diaduk terus suspensi
5 gram pati dalam 35 ml air, dididihkan selama 2 menit dan didinginkan.
Dicelupkan kertas saring pada larutan.
Katalis-katalis yang biasa digunakan :
Adapun faktor kesalahan yang diduga terjadi antara lain:
- Kesalahan dalam pengamatan (kesalahan paradoksal)
- Suhu yang tidak tepat dan tidak terjaga
BAB V
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Persentase kadar ratar-rata dari sulfaniazid adlah 96,4254% .
Hasil tidak memenuhi persyratan kadar menurut FI III ,yaitu
mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 102%
C10H10N4O2S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Persentase kadar rata-rata dari paracet amol adalah 89,823% .
Hasil tidak memenuhi persyaratan kadar menurut FI III ,yaitu
mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101%
C8H9No2 dihitung terhadap zat anhidrat.
Persentase kadar rata-rata dari isoniazid adalah 92,9319%. Hasil
tidak memenuhi persyaratan kadar memenuhi persyaratan kadar
menurut FI IV ,yaitu mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak
lebih dari 101% C6H7N3O,dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
Persentase kadar rata-rata dari kloramfenikol adalh 86,5894%.
Hasil tidak memenuhi persyaratan kadar menurut FI IV, yaitu
mengandung tidak kurang dari 97 % dan tidak lebih dari 103 %
C11H12Cl2N2O3.
DAFTAR PUSTAKA
Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia
Press :Jakarta.
Wunas, J. Said,S. (1986). Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif.
UNHAS :Makassar.
Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta.Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia edisi
IV. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.