laporan lengkap bthl

17
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN HUTAN LOKAL IV.Penentuan Ukuran Media Tepat Untuk Bibit Tanaman Akasia (Acacia Mangium) oleh : CICI AMALIA D1B5 11 002 UNIT LABORATORIUM KEHUTANAN JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2014

Upload: godspeed-leo

Post on 27-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

East Timor Coffee Institute ( ETCI)

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Lengkap BTHL

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN HUTAN LOKAL

IV. Penentuan Ukuran Media Tepat Untuk Bibit TanamanAkasia (Acacia Mangium)

oleh :

CICI AMALIAD1B5 11 002

UNIT LABORATORIUM KEHUTANANJURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGANUNIVERSITAS HALU OLEO

2014

Page 2: Laporan Lengkap BTHL

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Acacia mangium merupakan jenis Legum yang tumbuh cepat, tidak

memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh

jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik

untuk finir serta perabot rumah yang menarik.

Dalam pengembangan hutan tanaman, benih memainkan peranan yang

sangat penting, karena benih yang digunakan untuk pertanaman akan menentukan

mutu tegakan yang dihasilkan dimasa mendatang. Benih merupakan awal

kehidupan untuk masa depan, peranannya dalam budidaya tidak dapat digantikan

oleh karena itu mutlak harus ada dan merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan budidaya tanaman karena benih sebagai bahan tanaman dan sebagai

pembawa potensi ganetik terutama untuk varietas-varietas unggul.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembudidayaan tanaman

yaitu media tumbuh. Media tumbuh merupakan unsur yang harus terpenuhi jika

suatu tumbuhan akan dibudidayakan. Media tumbuh yang akan digunakan harus

disesuaikan dengan jenis tumbuhan yang ingin dibudidayakan. Menentukan media

tumbuh yang tepat untuk setiap jenis tumbuhan yang memiliki habitat berbeda-

beda merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki faktor-

faktor penyusun media tumbuh yang berbeda pula, misalnya suhu, kelembaban

dan intensitas penyinaran.

Secara umum, media tumbuh harus dapat mendukung pertumbuhan tanaman

yang dibudidayakan seperti menjaga kelembaban daerah sekitar akar,

Page 3: Laporan Lengkap BTHL

menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.

Penggunaan bahan organik sebagai media tumbuh jauh lebih unggul dibandingkan

dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu

menyediakan unsur-unsur hara bagi tumbuhan. Selain itu, bahan organik juga

memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi

udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.

Wadah media yang umum digunakan dalam budidaya kehutanan umumnya

adalah polybag. Penentuan ukuran polybag disesuaikan dengan jenis tumbuhan

yang ditanam. salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan ukuran

polybeg yaitu perkembangan akar, hal ini bertujuan agar nutrisi yang diberikan

dapat diserap oleh akar dengan optimal. Selain itu penentuan ukuran polybag

disesuaikan dengan jenis dan umur tumbuhan. Penentuan ukuran polybag yang

cocok untuk pertumbuhan diharapkan dapat meningkatkan produktifitas

tumbuhan dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutrisi.

Untuk mengetahui ukuran media tepat terhadap pertumbuhan tanaman

akasia maka penting dilakukannya praktikum ini.

B. Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah praktikan

dapat membedakan pengaruh ukuran media tanam terhadap

pertumbuhan bibit kayu akasia (Acacia mangium).

Keguanaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar

praktikan dapat mengetahui pengaruh ukuran media tanam

terhadap pertumbuhan bibit kayu akasia (Acacia mangium).

Page 4: Laporan Lengkap BTHL

II.TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Tanaman

1. Taksonomi

Menurut Dinas Pertanian (2008), klasifikasi tanaman Akasia yaitu sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Super divisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub-kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Acacia

Spesies: Acacia mangium Willd.

2. Morfologi

Akasia tergolong pohon kecil (treeless) dengan tinggi 2,5-20 m, namun

ada yang mencapai 25 m. Memiliki satu batang utama (monopodial), percabangan

dapat terjadi dekat permukaan tanah dan membentuk bagian puncak pohon yang

bulat atau mendatar. Kulit kayu dari batang dan cabang utama berwarna kelabu

hingga hitam atau kecoklatan dengan permukaan yang kasar oleh adanya

celahcelah atau retakan-retakan longitudinal. Percabangan ke arah atas. Duri

berpasangan berukuran 1-13 cm, lurus hingga membentuk sudut 1100- 1200,

Page 5: Laporan Lengkap BTHL

ujung duri runcing, berwarna putih hingga keperakan. Daun berwarna hijau

terang, kadang sedikit kusam. Ibu tangkai daun memiliki 1-2 kelenjar. Anak daun

berpasangan berjumlah 7-36 pasang, panjang anak daun 1-7 x 0,5-1,5 mm. Bunga

majemuk berwarna kuning dengan bau menyengat, memiliki rambut-rambut

halus. Bunga ditopang oleh ibu tangkai bunga yang panjangnya 1,5-4,5 cm.

Diameter mahkota setiap anak bunga 6-15 mm. Bunga biseksual atau jantan saja.

Buah tunggal atau sepasang pada ujung tangkai yang kuat, coklat gelap hingga

abu-abu, lurus hingga berlekuk-lekuk. Kulit buah seperti beludru, panjang 5-20

cm x 1,2-2,2 cm. Jumlah polong yang dihasilkan adalah 2-3 polong per 1000 anak

bunga sehingga setiap pohon mampu menghasilkan 14- 3150 polong atau rata-rata

832 polong per pohon, Anonim, (1999 dalam Rahmani, 2012).

3. Ekologi

Acacia mangium tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat

tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur. A. mangium dapat tumbuh baik pada

lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah Alluvial serta tanah yang memiliki

pH rendah (4,2). Tumbuh pada ketinggian antara 30 - 130 m dpl, dengan curah

hujan bervariasi antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis pionir

yang cepat tumbuh dan berdaun lebar, jenis A. mangium sangat membutuhkan

sinar matahari, apabila mendapatkan naungan akan tumbuh kurang sempurna

dengan bentuk tinggi dan kurus (Irwanto, 2007).

4. Penyebaran

Jenis mangium tumbuh secara alami di hutan tropis lembap di Australia

bagian timur laut, Papua Nugini dan Kepulauan Maluku kawasan timur Indonesia.

Page 6: Laporan Lengkap BTHL

Setelah berhasil diintroduksikan ke Sabah, Malaysia, pada pertengahan tahun

1960-an, mangium banyak diintroduksikan ke berbagai negara, termasuk

Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Bangladesh, Cina, India, Filipina, Sri Lanka,

Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, jenis ini pertama kali diintroduksikan ke

daerah lain selain Kepulauan Maluku pada akhir tahun 1970-an sebagai jenis

pohon untuk program reboisasi, Pinyopusarerk, (1993 dalam Krisnawati, 2011).

B.Pengaruh Ukuran Media Tepat Terhadap Tanaman

Ukuran polybag 12cm x 20cm, dengan ketebalan 0,03 mm.

Polybag dilubang dengan diameter 0,5 cm sejumlah 12 lubang.

Diisi dengan campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan

perbandingan 2:1:1 Media campuran tidak menggumpal. Polybag

yang sudah terisi media ditata dalam sebuah larikan dengan

jarak tanam 15 x 20 cm (jarak antara polybag), dalam 1m² = ±

35 polybag (Putri, 2009).

Ukuran polybag yang banyak digunakan di pembibitan

biasanya berukuran 15X20 cm (diameter x tinggi) sampai batang

bawah dapat disambung atau diokulasi (sekitar 3-4 bulan setelah

tanam biji). Tiga sampai empat bulan setelah itu, bibit dapat

dipindahkan ke polybag berukuran 20x30 cm.Tiga sampai empat

bulat berikutnya bibit dipindah ke polybag ukuran 30x40 cm. Hal

ini diperlukan karena polybagnya sudah tidak memadai lagi

untuk perkembangan akarnya, sedangkan bibit masih belum siap

Page 7: Laporan Lengkap BTHL

ditanam. Akibat makin menyempitnya ruang tumbuh akar,

kondisi kesuburan bibitnya jadi menurun, bahkan setelah

beberapa lama pertumbuhannya seolah-olah berhenti (Prastowo

dkk,2006).

Keuntungan menggunakan polybag diantaranya yaitu

biaya lebih murah untuk pembelian polybag dibandingkan pot,

mudah dalam perawatan, pengontrolan/pengawasan per individu

tanaman lebih jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti

serangan hama/penyakit, kekurangan unsur hara, tanaman

terhindar dari banjir, tertular hama/penyakit, polybag mampu

ditambahkan bahan organik/pupuk kandang sesuai takaran,

menghemat ruang dan tempat penanaman, komposisi media

tanam dapat diatur, serta nutrisi yang diberikan dapat langsung

diserap oleh akar tanaman (Rusandi, 2012).

Adapun kerugiannya adalah benda bermaterial plastik

menyisakan masalah bagi lingkungan. Selain itu, kelemahan

menggunakan polybag adalah polybag mempunyai daya tahan

terbatas (maksimal 2-3 tahun) atau 2-3 kali pemakaian untuk

media tanam, kurang cocok untuk usaha skala besar,

produktivitas tidak maksimal dibandingkan pada lahan, media

tanam akan terkuras/berkurang unsur organik dan media

lainnya. Kebanyakan polybag terbuat dari polyethylene yang

merupakan produk dari industri minyak bumi. Tidak hanya ada

Page 8: Laporan Lengkap BTHL

masalah dengan daya urai kantong plastik ini, tetapi juga

masalah bahan kimia yang dilepaskan sebagai bagian dari

proses pembusukan, organo-chlorine (sangat beracun), methane

(gas rumah kaca yang memberikan kontribusi untuk pemanasan

global) dan nitrous oxide (Rusandi, 2012).

Wadah media yang umum digunakan dalam budidaya

sistem hidroponik adalah polybag. Penentuan ukuran polybag

disesuaikan dengan jenis tanaman untuk perkembangan akar,

agar nutrisi yang diberikan dapat diserap oleh akar dengan

optimal. Ukuran polybag bermacam-macam dari dan

pengguunaannya harus disesuaikan dengan jenis dan umur

tanaman. Penentuan ukuran polybag yang cocok untuk

pertumbuhan diharapkan dapat meningkatkan produktifitas

tanaman dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutrisi.

Wadah media yang umum digunakan dalam budidaya sistem

hidroponik adalah polybag yang berwarna hitam, agar tidak

ditumbuhi lumut. Ukuran polybag bermacam-macam disesuaikan

dengan jenis dan umur tanaman. Keuntungn penggunakan

polybag antara lain komposisi media dapat diatur, efisien dalam

penyiraman dan pemupukan, tanaman dapt dipindah-pindah,

pertumbuhan gulma dapat dikendalikan dan tidak memerlukan

lahan yang luas, serta nutrisi yang diberikan dapat diserap oleh

akar secara optimal (Wasonowati, 2011).

Page 9: Laporan Lengkap BTHL

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini di laksanakan di rumah kaca halaman Laboratorium Jurusan

Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Universitas Halu Oleo

Kendari, pada hari Kamis, 21 Mei 2014 pukul 15.30 WITA sampai selesai.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih kayu akasia

(Acacia mangium), tanah, pasir, pupuk kotoran sapi.

Page 10: Laporan Lengkap BTHL

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polybag ukuran 10 x 15

cm, 15 x 20 cm dan 20 x 25 cm, bak kecambah, pacul, skupang, kamera, sprayer

dan alat tulis menulis.

C. Prosedur Pelaksaan

Metode pelaksanaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

a. Pengecamabahan benih

- Mengumpulkan benih Johar sebanyak 150 dengan cara mengambil

langsung dari pohonnya.

- Memilih benih yang berkualitas baik.

- Melakukan pemecahan dormansi dengan cara mengelompokkan benih yang

telah dipilih.

Kelompok I : tidak diberikan perlakuan atau sebagai control

Kelompok II : direndam dengan air panas selama 12 jam

Kelompok III : direndam dengan air panas selama 24 jam

- Menyemaikan benih pada bak kecambah yang telah diisi media pasir.

- Memelihara semai dengan cara memberikan air yang cukup untuk

perkecambahan.

b. Mengisi media poybag

- Menyampur tanah + pasir + pupuk kotoran sapi dengan perbandingan 2:1:1

- memasukkan media kedalam polybag sesuai ukuran yang telah ditentukan.

- Polybag berjumlah 15 buah dengan ukuran 10 x 15 cm, 15 x 20 cm dan 20 x

25 cm.

Page 11: Laporan Lengkap BTHL

- Memindahkan 1 bibit /polybag masing-masing dengan 5 bibit dengan

ukuran polybag 10 x 15 cm, 5 bibit ukuran 15 x 20 cm dan 5 polybag

dengan ukuran 20 x 25 cm dengan cara mencungkil benih tanaman akasia

yang telah dikecambahkan dengan menggunakan jari.

- Pada saat pencungkilan diusahakan tanah disekitar perakaran diikut sertakan

agar benih tanaman tersebut dapat mudah beradaptasi dengan media tanam

yang baru.

- Menyiram media tanam sampai jenuh air.

- Membuat lubang tanam pada media yang telah jenuh air.

- Menanam benih pada media yang telah dilubangi.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian, 2008. Acacia Mangium Wild. Dinas Pertanian Kota Palembang.

Rahmani, R. 2012. Pengaruh Allelopathy Akasia (Acacia Mangium Wild) Terhadap Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays). Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Irwanto, 2007. Budidaya Tanaman Kehutanan. Yogyakarta.

Krisnawati, dkk. 2011. Acacia Mangium Wild. CIFOR. Bogor.

Prastowo N, J.M. Roshetko. 2006.Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah.World Agroforestry

Page 12: Laporan Lengkap BTHL

Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor, Indonesia. p.100

Putri. D.I.P., 2009. Analisis Budidaya Dan Produksi Kayu Sengon Sebagai Bahan Baku Plywood Untuk Ekspor Pada PT. Perkebunan Nusantara xii (persero) Surabaya. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Wasonowati.C., 2011. Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman

Tomat (Lycopersicon esculentum) Dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Universitas Turnojoyo Madura. Madura.

Rusandi, 2012. Laporan Akhir Praktikum Mata Kuliah Silvikultur. Jurusan Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Universitas Riau.

.