laporan kunjungan kerja spesifik komisi vi …...kunjungan kerja spesifik komisi vi dpr ri ke...
TRANSCRIPT
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI
KE KAWASAN INDUSTRI SENTUL, BOGOR
DI PROVINSI JAWA BARAT
PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
TANGGAL 28 – 30 NOVEMBER 2019
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2019
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI
KE KAWASAN INDUSTRI SENTUL, BOGOR
DI PROVINSI JAWA BARAT
PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
28 – 30 NOVEMBER 2019
I. Pendahuluan
A. Dasar Kunjungan Kerja
• Berdasarkan pasal 98 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3), yang
terakhir direvisi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018, diatur
bahwa Komisi dalam melaksanakan tugas di bidang legislasi, anggaran,
dan pengawasan dapat mengadakan kunjungan kerja. Dalam
melaksanakan tugas sesuai bidangnya, Komisi dapat mengadakan
kunjungan kerja di dalam negeri maupun ke luar negeri.
• Keputusan Pimpinan DPR RI tentang Penugasan Anggota Komisi I sampai
dengan XI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja dalam Masa
Persidangan I Tahun Sidang 2019 – 2020.
• Keputusan Rapat Intern Komisi VI DPR RI mengenai Sasaran dan Objek
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI dalam Masa Persidangan I Tahun
Sidang 2019–2020.
B. Ruang Lingkup
Laporan ini bertujuan untuk menyampaikan pokok-pokok permasalahan
dan tantangan yang dihadapi sebagai hasil temuan Komisi VI DPR RI yang
menyangkut bidang tugasnya selama Kunjungan Kerja ke Kawasan Industri
Sentul. Kunjungan Kerja ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
fungsi Dewan untuk melakukan pengawasan sebagaimana diatur dalam
Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib dengan tujuan sebagai bahan masukan
bagi Pemerintah untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. Sasaran
Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ini dititikberatkan pada pengawasan
terhadap kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan serta
rencana/program pembangunan yang akan dilakukan, terutama terkait
dengan bidang Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), BUMN, investasi, perlindungan konsumen, dan persaingan
usaha. Kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI ini dimaksudkan untuk
melaksanakan fungsi Dewan dalam melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dan kebijakan maupun program pemerintah, khususnya
yang terkait dengan bidang tugas Komisi VI DPR RI yakni perdagangan,
perindustrian, investasi, koperasi dan usaha mikro kecil menengah, dan
persaingan usaha.
Adapun objek yang dikunjungi dan dibahas adalah Kawasan Industri
Sentul, Bogor Provinsi Jawa Barat. Seiring dengan perkembangan investasi
yang terus meningkat, kemudian pihak swasta dilibatkan dalam usaha
kawasan industri melalui Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989 dimana
diatur bahwa usaha kawasan industri dapat dilaksanakan oleh pihak swasta
domestik maupun asing dengan atau tanpa partisipasi BUMN. Sejak pihak
swasta diperbolehkan mengembangkan kawasan industri, maka
pertumbuhan kawasan industri bertumbuh dengan pesat sekali.
Diharapkan dengan semakin banyak kawasan industri yang beroperasi
akan menyerap banyak tenaga kerja lokal sehingga mendorong multiplier
effect pertumbuhan ekonomi di sekitar berdirinya kawasan industri, merujuk
pada Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 40 Tahun 2016 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri yang menyatakan, satu
hektar (ha) kawasan industri dapat menyerap 100 tenaga kerja langsung. Saat
ini, Pulau Jawa masih menjadi basis industri di Indonesia dengan porsi 57,99
persen terhadap total produksi manufaktur Indonesia pada 2017 silam.
Jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kemenperin perlu
bekerja keras melihat realisasi pengolahan yang secara tahunan (year on
year/YoY) baru menembus angka 4,35% di kuartal II-2019, jauh di bawah
target 5,4% yang telah ditetapkan. Sejumlah Pekerjaan Rumah masih
dihadapi Kemenperin mulai dari pengelolaan kawasan industri yang baik,
regulasi yang menunjang, sistem perizinan, energi (listrik dan air),
ketersediaan infrastruktur maupun konektivitas yang merupakan
pertimbangan investor untuk berinvestasi.
Dengan demikian Komisi VI DPR RI dapat mengetahui dan mampu
memetakan persoalan sehingga segenap program dan kebijakan yang telah
ditetapkan mitra Komisi VI DPR RI akan dapat lebih mencapai sasaran.
C. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI
NO. NO NAMA KETERANGAN
1 A-33 FAISOL RIZA, S.S. Pimpinan/F.PKB
2 A-103 MOHAMAD HEKAL, MBA Pimpinan/F.GERINDRA
3 A-161 DARMADI DURIANTO F.PDIP
4 A-232 I NYOMAN PARTA, S.H. F.PDIP
5 A-179 GILANG DHIELAFARAREZ, S.H. LL.M. F.PDIP
6 A-158 SONDANG TIAR DEBORA TAMPUBOLON F.PDIP
7 A-305 H. SINGGIH JANURATMOKO, SKH., MM. F.PG
8 A-348 TRIFENA M. TINAL, B.SC. F.PG
9 A-115 KHILMI F.GERINDRA
10 A-94 MUHAMMAD HUSEIN FADHILULLAH, B.Bus.MM F.GERINDRA
11 A-374 H. SUBARI, S.H., M.H. F.NASDEM
12 A-36 IR. H.M. NASIM KHAN F.PKB
13 A-11 TOMMY KURNIAWAN F.PKB
14 A-544 DR. Ir. H.E. HERMAN KHAERON F.PD
15 A-542 H. ANTON SUKARTONO SURATTO, M.Si. F.PD
16 A-554 EDHIE BASKORO YUDHOYONO, M.SI. F.PD
17 A-416 Hj. NEVI ZUARIANA F.PKS
18 A-481 NASRIL BAHAR, S.E. F.PAN
19 A-498 PRIMUS YUSTISIO, S.E. F.PAN
20 A-463 ELLY RACHMAT YASIN F.PPP
II. Informasi dan Temuan Kunjungan Kerja
A. Latar Belakang Kawasan Industri di Indonesia
Kawasan industri adalah hamparan tanah yang diperuntukkan bagi
kegiatan industri yang dilengkapi dengan infrastruktur penunjang dan dikelola
oleh Pengelola Kawasan Industri yang memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.
Tujuan dilaksanakannya pengembangan kawasan industri adalah untuk
mempercepat penyebaran industri, meningkatkan pengembangan industri
yang ramah lingkungan, meningkatkan daya saing investasi, dan memberikan
lokasi yang tepat untuk investasi sesuai dengan RTRW. Berikut merupakan
kronologis pengembangan kawasan industri di Indonesia.
Kawasan industri dapat dikelola oleh BUMN/BUMD, swasta atau
koperasi. Dimana pra-syarat untuk pembangunan Kawasan industri adalah
harus sesuai dengan RTRW, keberadaan atau kompetisi dengan kawasan
industri lain di daerah yang sama, serta latar belakang pengelola baik dilihat
dari sisi kemampuan finansial dan pengalamannya. Untuk skema investasi
pada kawasan industri terdiri dari financing, developer, operator dan
tenantship. Adapun model bisnis kawasan industri di Indonesia terdiri dari:
1) Bisnis utama, yaitu berupa jual atau sewa lahan dan jual atau sewa
bangunan/SFB (Spesific Factory Building)
2) Bisnis penunjang jasa, yaitu berupa penyediaan jasa infrastruktur industri
(listrik, air baku, jalan khusus, keamanan dan IT), pelayanan perizinan
tenant dan penyediaan SDM industri.
3) Bisnis pendukung, yaitu berupa penyediaan sarana komersial (hotel,
perkantoran, pertokoan, dan lain-lain), penyediaan perumahan terintegrasi
industry, penyediaan fasilitas sosial (seperti rumah sakit dan sekolah), dan
penyediaan pelabuhan, dry port dan bandara.
Perkembangan pembangunan kawasan industri di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Terjadi peningkatan kawasan industri baik
dari sisi jumlah maupun luasannya. Dari sisi jumlah, terjadi peningkatan
sebesar 28,15 persen. Dimana pada tahun 2014 jumlah kawasan industri di
Indonesia adalah 74 kawasan industri. Dalam kurun waktu 5 tahun, jumlah
Kawasan industri mengalami pertumbuhan menjadi sebanyak 103 kawasan
industri yang sudah beroperasi. Dari sisi luas mengalami peningkatan 18.886
Ha atau sebesar 34.22 persen. Total luas kawasan di tahun 2014 adalah
36.295,5 Ha meningkat menjadi 55.181,42 Ha di tahun 2019.
Jumlah Kawasan Industri Operasional Tahun 2019
Sumber : Kemenperin
Meskipun dari sisi jumlah peningkatan masih banyak terjadi di Jawa,
tetapi karena di luar Jawa ketersediaan lahan masih relatif luas maka
peningkatan persentase luas kawasan di luar Jawa lebih tinggi dibandingkan
dengan di Jawa. Pada tahun 2019, terdapat total 38 kawasan industri yang
sedang dalam tahap konstruksi dimana kondisi ketersediaan lahan sudah
clear and clean.
Jumlah Kawasan Industri dalam Tahap Konstruksi Tahun 2019
Sumber : Kemenperin
Kebijakan pengembangan kawasan industri di luar Jawa dan di Jawa
berbeda. Dimana untuk kawasan industri di luar Jawa diarahkan berbasis
industri pengolahan SDA (hilirisasi SDA), meningkatkan efisiensi sistem
logistik dan sebagai pendorong pengembangan pusat ekonomi baru.
Sementara di Jawa, kawasan industri diarahkan berbasis teknologi tinggi,
industri padat karya dan kawasan industri berbasis industri yang hemat air.
Sebanyak 56% kawasan industri operasional masih berada di Jawa,
sehingga dalam rangka mendukung pemerataan pembangunan ke seluruh
Indonesia, Pemerintah memiliki rencana untuk mendorong pembangunan
kawasan industri di luar Jawa. Pada Rancangan Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Pemerintah Indonesia memiliki 19
kawasan industri prioritas di luar Jawa.
Tahapan Pembangunan Kawasan Industri
Permasalahan kawasan industri nasional yang sering dikeluhkan oleh
calon pengelola ataupun pengelola di kawasan industri di Indonesia pada
tahap Persiapan berupa permasalahan persiapan pembangunan kawasan
meliputi penyusunan konsep, dokumen perencanaan, inisiasi kerja sama, dan
perizinan terkait pembebasan lahan. Pada tahap pembangunan terdapat
permasalahan berupa pembebasan/pengadaan lahan, konstruksi
(pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur dasar dalam Kawasan),
sertifikasi lahan. Untuk tahap operasional yaitu terkait lahan kawasan yang
siap untuk digunakan oleh tenant, pengelola telah melakukan kegiatan
operasional manajemen Kawasan.
Rekapitulasi Permasalah Kawasan Industri Nasional
Sumber : Kemenperin
Upaya Penyelesaian Permasalahan Kawasan Industri Nasional
Permasalahan Upaya Penyelesaian Pihak Terkait
Penyiapan Dokumen Perencanaan
1. Menyusun pedoman penyusunan dokumen Perencanaan Kawasan industri (Masterplan, FS, DED)
2. Melakukan pendampingan pada pemerintah daerah atau calon pengelola yang berniat menyusun dokumen Perencanaan Kawasan industri
Kemenperin. Pemda, calon pengelola
Lahan dan Tata Ruang
1. Menyusun pedoman Kawasan Peruntukan Industri 2. Mendorong Pemda untuk menyusun RTRW yang
mengakomodasi kepentingan Kawasan industri 3. Pendampingan dan supervisi penyelesaian permasalahan
lahan dan tata ruang dengan pihak-pihak terkait 4. Penerapan skema KPBU pada Kawasan industri yang
dikelola BUMN/BUMD 5. Mendorong Pemda membentuk tim terpadu pengawasan
lahan Kawasan Industri 6. Mendorong BUMN dan Pemda untuk memanfaatkan
lahan-lahan yang tidak produktif untuk dibangun kawasan industri
Kemenperin, Kemen ATR/BPN, Kemendagri, LMAN/Kemenkeu, Pemda, calon pengelola
Perizinan 1. Penyelesaian NSPK Kawasan Industri (Permen IUKI/IUPKI, RKL/RPL Renci, dsb)
2. Pendampingan dan supervisi penyelesaian permasalahan perizinan kawasan industri
Kemenperin, BKPM,
Infrastruktur Luar Kawasan Industri
1. Melakukan pendataan kebutuhan infrastruktur luar Kawasan industri
2. Melakukan koordinasi untuk penyediaan infrastruktur di luar kawasan industri dengan kementerian terkait
Kemenperin, Kemen PUPR, Kemenhub, Kemen. ESDM, pemda, pengelola KI
Infrastruktur Dalam Kawasan Industri
1. Penerapan skema KPBU pada Kawasan industri yang dikelola BUMN/BUMD
2. Mendorong Kawasan Industri yang dikelola BUMD untuk mencari mitra strategis untuk membangun Kawasan industri
Kemenperin,BKPM, LMAN/Kemenkeu, Pemda, pengelola KI
Pengelola & Tenant
1. Melakukan promosi investasi Kawasan Industri 2. Penerapan standar Kawasan industri
Kemenperin, BKPM, Pemda, pengelola KI
Kenyamanan Berusaha (Keamanan, Perburuhan, Dukungan Pemda)
1. Penerapan OVNI 2. Pendampingan dan supervisi investasi dalam Kawasan
industri ke daerah-daerah
Kemenperin, Polri, Pemda
B. Kawasan Industri Sentul
Jumlah kawasan industri di Provinsi Jawa Barat saat ini berjumlah 24
kawasan industri dan terdapat 7 kawasan industri baru (tahap konstruksi dan
9 kawasan industri sedang di tahap perizinan). Saat ini jumlah perusahaan
industri paling besar di Provinsi Jawa Barat adalah Industri Tekstil (15,83%),
Industri Makanan (15,35%), Industri Pakaian Jadi (11,52%), Industri Barang
Galian Bukan Logam (10,85%). Industri manufaktur di Jawa Barat
menyumbangkan 43,5% PDRB Jawa Barat. Berikut merupakan gambaran
mengenai informasi kawasan industri di Jawa Barat.
Kawasan Industri di Jawa Barat
Sumber : Kemenperin
Kawasan Industri Sentul (KIS) berlokasi di Sentul, Bogor, Provinsi Jawa
Barat dengan luas wilayah 104 Ha. Lokasi KIS sangat strategis karena sangat
dekat dengan akses jalan tol dan jalan Kawasan dapat digunakan untuk
container 40ft dan ROW hingga 30m. KIS dikelola oleh PT Bogorindo
Cemerlang dan saat ini jumlah tenant yang ada di KIS adalah sebanyak 124
tenant dan berhasil menyerap tenaga kerja hingga 30.000 orang. KIS terdapat
70 unit smart warehouse (berupa gudang pintar, kantor dan hunian dalam satu
unit) dan sudah sold out serta pembangunan office tower baru. Selain itu
terdapat Hotel Olympic Renotel di Kawasan ini berjumlah kamar 147 kamar
dan 7 ruang rapat. Saat ini sisa areal di KIS yang belum dikembangkan tinggal
1,5 Ha yang akan dibangun fasilitas komersil di sekitar kawasan.
KIS memiliki akses jalan tol yang berjarak 100 m ke dan dari jalan tol
Jagorawi. Untuk pelayanan di lingkungan Kawasan Industri Sentul ini adalah
terdapat gas oleh PGN, listrik oleh PLN, dan telepon oleh Telkomsel. Selain
itu, Kawasan ini didukung oleh akses full internet dengan fiber optic hingga
100 MB. Lokasi Kawasan Industri Sentul juga sangat strategis dimana daerah
ini dekat dengan Sentul City, Sirkuit Sentul, The Jungle, dan dekat dengan 6
lapangan golf. Selain itu, terdapat fasilitas keamanan 24 jam yang dilengkapi
dengan real time CCTV dan terdapat remote access control yang
memungkinkan menyalakan dan mematikan lampu dan peralatan listrik
melalui telepon genggam.
Di wilayah Bogor masih memiliki potensi pengembangan kawasan
industri didukung dengan adanya pembangunan infrastruktur rencana jaringan
jalan Bogor Outer, Ring Road (BORR), Bogor Inner Ring Road (BIRR), tol
Bogor – Ciawi – Sukabumi, dan LRT Bogor – Cawang.
Mengingat bahwa sisa lahan yang belum dikembangkan oleh PT
Bogorindo Cemerlang hanya bersisa 1,5 Ha, saat ini PT Bogorindo Cemerlang
(Olympic Group) memiliki rencana untuk mengembangkan kawasan industri
menjadi kawasan Center Business Development (CBD) dengan luas 25 Ha di
Kota Bogor (kawasan industri Olympic lama), yang berlokasi tidak jauh dari
KIS. Pengembangan ini dilakukan dikarenakan adanya urban pressure yang
tinggi di Bogor dan terkait permasalahan pengelolaan limbah pabrik. Pabrik
Olympic lama yang akan dikembangkan menjadi Kawasan CBD tersebut
direlokasi ke Sukabumi.
Rencana proyek pengembangan kawasan industri baru oleh PT
Bogorindo (Olympic Group) berada pada lahan seluas 660 Ha di Kabupaten
Sukabumi, yang terdiri dari Ecocentro Cibadak Housing Estate seluas 440 Ha
dan Olympic Industrial Park seluas 220 Ha di Cikembar. Kawasan tersebut
akan dibangun zona komersial, zona industri, zona CBD dan zona housing.
Saat ini di Sukabumi sudah terdapat Olympic Factory yang sudah mulai
beroperasi pada bulan September 2019 dan menyerap tenaga kerja sebanyak
300 orang dan masih memiliki potensi menciptakan tenaga kerja hingga
100.000 orang jika seluruh pengembangan kawasan bisa terselesaikan.
PT Bogorindo Cemerlang (Olympic Group) mengharapkan dukungan
Pemerintah melalui percepatan pembangunan infrastruktur yaitu tol Bocimi,
jalur kereta double track, percepatan pembangunan jalan Cibinong ke Puncak
2 karena jika pembangunan infrastruktur tersebut terealisasi maka akan
mengurangi traffic terutama pada rush hour, dimana hal tersebut sering
dikeluhkan oleh pelaku industri. Selain itu PT Bogorindo Cemerlang juga
mengharapkan terkait kepastian pembangunan Bandara Sukabumi di
Cikembar. PT Bogorindo Cemerlang (Olympic Group) juga menyebutkan
bahwa sebenarnya banyak investor luar yang tertarik namun terkendala oleh
regulasi yang berbelit dan akses infrastruktur (di Sukabumi) yang masih belum
memadai.
III. Catatan dan Rekomendasi
Dari berbagai data dan informasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan
kunjungan, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Komisi VI DPR RI,
antara lain:
1) Terkait langkah yang dilakukan dalam hal pengaturan, pembinaan dan
pengembangan Kawasan Industri, secara khusus di Kawasan Industri Sentul
Bogor dan di Provinsi Jawa Barat secara umum yaitu melalui pengaturan,
pembinaan dan pengembangan Kawasan Industri dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional
khususnya di Direktorat Perwilayahan Industri, Kementerian Perindustrian.
Sesuai dengan semangat Nawa Cita dan amanat Perpres Nomor 2 Tahun
2015, pengembangan Kawasan Industri lebih difokuskan pada persebaran
pembangunan kawasan di luar Pulau Jawa namun tetap memperhatikan dan
membina kawasan industri yang telah ada (existing) khususnya kawasan
industri di Jawa Barat. Terkait kebijakan pengaturan, pembinaan dan
pengembangan Kementerian Perindustrian telah menetapkan beberapa
langkah strategis antara lain penyesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota dan Provinsi dan harus berada di dalam Kawasan
Peruntukan Industri, penetapan standar kawasan industri, rencana penerapan
kawasan industri 4.0, fasilitasi promosi investasi di kawasan industri,
penerapan OVNI dan/atau pendampingan penyelesaian permasalahan
pengembangan dan pembangunan kawasan.
2) Terkait pengawasan yang dilakukan Kementerian terkait pengelolaan limbah
industri, baik di Kawasan Industri Sentul maupun kawasan industri di Provinsi
Jawa Barat yaitu Kementerian Perindustrian mewajibkan semua Perusahaan
Pengelola Kawasan untuk membangun instalasi pengolahan air limbah untuk
masing-masing kawasan. Hal ini tercermin dalam PP 142 Tahun 2015 pasal
11 yang menyatakan bahwa “Perusahaan Kawasan Industri wajib
menyediakan infrastruktur dasar di dalam Kawasan Industri, paling sedikit
meliputi: a. instalasi pengolahan air baku; b. instalasi pengolahan air limbah;
c. saluran drainase; d. instalasi penerangan jalan; dan e. jaringan jalan”. Selain
itu, Kementerian Perindustrian melakukan koordinasi dan pendampingan bagi
perusahaan pengelola kawasan industri yang mengalami permasalahan
dalam perencanaan dan penerapan proses pengelolaan limbah industri.
Dalam hal ini, PT Bogorindo telah menerapkan prinsip daur ulang di
perusahaan. Dimana produk limbah plastik menjadi produk industri yang
bernilai lebih.
3) Terkait koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah Daerah
(Gubernur/Walikota/Bupati) dalam rangka penyediaan infrastruktur industri,
infrastruktur penunjang, perizinan, regulasi dan pelayanan terpadu satu pintu,
Kementerian Perindustrian telah memfasilitasi penyediaan infrastruktur
industri berupa penyiapan dan perencanaan jalan tol dan melakukan
koordinasi terkait perizinan IUKI via OSS dan pengisian SIINAS.
4) Terkait langkah yang dilakukan dalam mengoptimalkan jaringan rantai suplai
global sebagai sumber peningkatan produktivitas industri nasional sekaligus
penciptaan peluang kolaborasi industri kecil dan menengah pada Kawasan
Industri, secara khusus di Kawasan Industri Sentul Bogor dan di Provinsi Jawa
Barat secara umum yaitu perlu dilakukan peningkatan sistem logistik melalui
pembangunan pusat logistik berikat dalam Kawasan Industri. Selain itu, dapat
dibangun link and match antara industri dalam Kawasan dengan IKM.
5) Dalam rangka meningkatkan kinerja tenaga kerja Kementerian Perindustrian
mendorong peningkatan kompetensi pekerja melalui pelatihan, pendidikan
vokasi dan link and match antara sekolah dan Industri. Kementerian
Perindustrian sendiri melalui Badan Pengembangan Sumber daya Industri
(BPSDMI) telah membangun Politeknik dan SMK yang terintegrasi dengan
Kawasan Industri. Guna mendorong peran industri dalam mendukung
peningkatan sumber daya manusia industri, Pemerintah telah menetapkan
peraturan tentang super deduction tax. Adapun terkait pengupahan,
Kemenperin mendorong segera diterbitkan peraturan tentang upah minimum
sektoral.
6) Terkait kendala dan hambatan yang dihadapi oleh Kemenperin dalam
pengembangan kawasan industri baik di Provinsi Jawa Barat secara umum
maupun secara khusus di Kawasan Industri Sentul, adalah terkait
ketersediaan lahan. Pengembangan Kawasan Industri mengharuskan
ketersediaan lahan yang clean and clear dan siap dibangun. Sedangkan
kondisi riil di lapangan memperlihatkan bahwa kebanyakan lahan Kawasan
Industri khususnya Kawasan Industri Sentul sudah hampir habis. Perluasan
lahan sering kali mengalami kendala di masyarakat. Selain itu, Upah Minimum
Regional (UMR) di Jawa Barat merupakan UMR tertinggi di Indonesia
sehingga menyebabkan banyak industri terutama industri padat karya
terbebani dengan kenaikan UMR setiap tahun. Sehingga banyak industri yang
hengkang dan pindah ke daerah dengan UMR yang lebih rendah.
7) Terkait strategi (roadmap) Kemenperin dalam memperkuat industri consumer
goods berbasis kertas, plastik, kulit dan karet, furnitur, serta makanan dan
minuman, tertuang dalam di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2015 Tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN).
Untuk kebijakan Industri Nasional Tahun 2020-2024 difokuskan pada upaya
mencapai 3 aspirasi dalam Making Indonesia 4.0 serta implementasi tahap
kedua dalam RIPIN 2015-2035 yaitu mencapai “Keunggulan Kompetitif dan
Berwawasan Lingkungan”. Fokus pengembangan tersebut diimplementasikan
dalam bentuk:
8) Terkait langkah strategis pemerintah dalam mendorong produktivitas
perusahaan industri consumer goods berbasis kertas, plastik, kulit dan karet,
furnitur, serta makanan dan minuman yang berada di Kawasan Industri Sentul,
adalah dengan menggalakkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)
dalam masing-masing produk consumer goods. Hal ini untuk meningkatkan
daya saing industri dengan meningkatnya pasar produk dengan TKDN tinggi.
9) Terkait proyek kawasan industri baru yang akan dikembangkan di Sukabumi,
Komisi VI DPR RI menekankan agar pengembangan kawasan tersebut
diharapkan dapat memberikan manfaat atau dampak langsung bagi
masyarakat sekitar baik bagi penyerapan tenaga kerja, peningkatan kapasitas
SDM masyarakat, peningkatan ekonomi masyarakat, dan mengurangi
kemiskinan.
10) Komisi VI DPR RI menghimbau kepada Kemenperin untuk melakukan upaya
nyata dalam rangka peningkatan ekspor dan investasi di daerah. Selain itu
perlu dilakukan pemetaan potensi di daerah dan menampung UMKM yang
memiliki produk yang berkualitas sehingga mampu bersaing di tingkat global.
IV. Penutup
Demikian laporan kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI ke Kawasan
Industri Sentul di Provinsi Jawa Barat pada masa Persidangan I Tahun Sidang
2019-2020. Kami mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh
dalam laporan ini dapat menjadi bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam
rapat-rapat Komisi VI DPR RI.
Jakarta, November 2019
Ketua Tim Kunker Spesifik Komisi VI DPR RI
Ke Kawasan Industri Sentul
di Provinsi Jawa Barat
DR. Ir. H.E. Herman Khaeron, M.Si.
A – 544