1 laporan tim kunjungan kerja spesifik komisi xi dpr ri
TRANSCRIPT
1
LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI
KE PROVINSI SUMATERA UTARA
14 – 16 APRIL 2016
I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan Keputusan Rapat Intern Komisi XI DPR RI, dalam rangka pelaksanakan fungsi
pengawasan Komisi XI DPR RI melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke Provinsi Sumatera Utara pada
Tanggal 14 s.d 16 April 2016. Kunjungan Kerja ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi
pengawasan terhadap perencanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara.
Sebagaimana kita ketahui, pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat
kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan
masyarakat dari generasi ke generasi.
Komisi XI DPR RI telah menetapkan target-target pembangunan dalam kesimpulan Rapat Kerja
Pembahasan Asumsi Dasar Ekonomi Makro RAPBN Tahun Anggaran 2016. Target-target pembangunan
tersebut merupakan acuan bagi Pemerintah dalam mengelola APBN bagi sebesar-besar kemakmuran
rakyat Indonesia. Dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang APBN Tahun Anggaran
2016 disebutkan bahwa “Pemerintah dalam melaksanakan APBN Tahun Anggaran 2016 mengupayakan
pemenuhan sasaran pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yang tercermin dalam:
a. Penurunan kemiskinan menjadi sebesar 9,0% (sembilan koma nol persen) sampai dengan 10,0%
(sepuluh koma nol persen);
b. Penyerapan tenaga kerja sebesar 2.000.000 (dua juta) orang;
2
c. Tingkat pengangguran terbuka menjadi sebesar 5,2% (lima koma dua persen) sampai dengan
5,5% (lima koma lima persen);
d. Penurunan Gini Ratio menjadi sebesar 0,39 (nol koma tiga puluh sembilan); dan
e. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 70,1 (tujuh puluh koma satu).
Guna mendukung target-target pembangunan yang sudah disepakati antara Komisi XI DPR RI dengan
Pemerintah yang diwakilkan oleh Menteri Keuangan, maka percepatan pembangunan di daerah perlu
didukung dengan anggaran yang bersumber dari APBN sehingga dapat meningkatkan investasi,
kesempatan kerja dan usaha, konsumsi dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Sebab pada hakekatnya
tujuan dari pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mencapai target-target pembangunan tersebut diperlukan perencanaan pembangunan yang baik
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005–2025. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang
RPJP Nasional Tahun 2005-2025 adalah untuk:
a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional,
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu,
antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah,
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasaan,
d. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan, dan
e. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
Dalam Kunjungan Kerja Spesifik ini, Komisi XI DPR RI ingin mendapatkan gambaran jelas mengenai
sejauh mana rencana pembangunan serta capaian kinerja pembangunan di Provinsi Sumatera. Selain itu,
Komisi XI DPR RI juga ingin melihat efektivitas perencanaan tersebut untuk mencapai target-target
pembangunan yang telah ditetapkan serta untuk mendengar masukan dan input program kerja
pembangunan Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat diteruskan dalam Rapat-rapat kerja dengan
Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.
3
Susunan keanggotaan tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI ke Provinsi Sumatera Utara adalah
sebagai berikut:
No. No.
Angg Nama Anggota Fraksi Keterangan
1. 410 Ir. H. Marwan Cik Asan P. DEMOKRAT Ketua Tim
Wakil Ketua Komisi XI
2. 211 I. G. A. Rai Wirajaya, SE., MM PDIP Anggota
3. 164 Maruarar Sirait, S.IP PDIP Anggota
4. 295 H. Andi Achmad Dara, SE P. GOLKAR Anggota
5. 254 Drs. Agus Gumiwang Kartasasmita P. GOLKAR Anggota
6. 365 Dr. Ir. H. Kardaya Warnika, D. E.A P. GERINDRA Anggota
7. 346 Heri Gunawan, SE P. GERINDRA Anggota
8. 400 Rooslynda Marpaung P. DEMOKRAT Anggota
9. 401 H. Rudi Hartono Bangun, SE., MAP P. DEMOKRAT Anggota
10. 458 H. Muslim Ayub, SH., MM PAN Anggota
11. 100 H. Ecky Awal Mucharam PKS Anggota
12. 541 H.M. Amir Uskara, M. Kes PPP Anggota
13. 545 Nurdin Tampubolon P. HANURA Anggota
II. INFORMASI DAN TEMUAN
A. PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
1. Sinkronisasi Antara RPJMD Provinsi dan RPJM Nasional
a. Prinsip dan Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip perencanaan pembangunan daerah dilakukan sesuai dengan Pasal 3 Permendagri
54 Tahun 2010 yaitu:
- Satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional;
- Dilakukan bersama pemangku kepentingan sesuai peran dan kewenangan;
- Mengintegrasikan RTRW dengan rencana pembangunan;
- Dilaksanakan berdasarkan kondisi, potensi serta dinamika daerah, nasional dan global.
4
Sinkronisasi perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah dalam satu kesatuan
sistem perencanaan pembangunan nasional dapat digambarkan sebagai berikut:
b. Pendekatan perencanaan Pembangunan
c. RPJPD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 – 2025
Visi RPJPD Sumatera Utara 2005 – 2025 yaitu Masyarakat Sumatera Utara yang Beriman,
Maju, Mandiri, Mapan dan Berkeadilan didalam ke-Bhinekaan yang didukung oleh tata
5
Pemerintahan yang Baik. Uraian RPJMD Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dalam tabel
berikut:
RPJMD Tahun Uraian
2006 – 2009
Penciptaan lingkungan masyarakat yang aman, damai, adil dan
demokratis yang didukung good governance, pelayanan
kebutuhan dasar masyarakat, guna mendukung pembangunan
ekonomi dan infrastruktur.
2009 – 2013
Peningkatan kualitas SDM, kesejahteraan masyarakat
(pendidikan, kesehatan, daya beli), penyediaan energi, pangan,
yang didukung pembangunan infrastruktur lainnya.
2013 – 2018
Pemantapan pembangunan secara menyeluruh dengan
penekanan pada daya saing daerah, yang dilandaskan pada
SDM dan SDA, melalui pemanfaatan teknologi.
2019 – 2023
Tingkat kemandirian yang tinggi, makmur, berkeadilan dan
maju, melalui percepatan pembangunan semua bidang yang
didukung struktur ekonomi yang tangguh.
d. Keterkaitan RPJMN 2015 – 2019 ↔ RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 –
2018
6
2. Arah Pelaksanaan Kebijakan Perencanaan Pembangunan dalam RPJMD Provinsi
Sumatera Utara 2013 – 2018
a. Dimensi Pembangunan Manusia
PENDIDIKAN KESEHATAN PERUMAHAN
• Pencapaian Target Pendidikan
Universal 12 Tahun 2018
• 45.000 Ruang Kelas Baru (RKB)
• Pengembangan SMK untuk
memenuhi Ratio SMK:SMU = 60:40
• Beasiswa Prestasi dan Anak
Kurang Mampu
• Beasiswa Aparatur Perencana (S2)
Bappeda Provinsi/Kab/Kota
• Penigkatan Kualifikasi dan
Kompetensi Guru
• Peningkatan peran PKK dalam
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
melalui BUNDA PAUD
• Kegiatan Rencana Aksi
Daerah Pangan dan Gizi
• Universal Coverage melalui
peningkatan peserta BPJS
• Insentif kepada Bidan Desa
• Pembangunan RSUD di
Kabupaten/Kota
• Pembangunan Rumah Sakit
ber standard Internasional
• Rehabilitasi Rumah
Tidak Layak Huni
1500 Unit
• Bantuan uang muka
kepemilikan rumah
7
b. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan
BIDANG URAIAN
Kedaulatan Pangan
• Program Gerakan Mandiri Pangan
• Ranperda Lahan Pangan Berkelanjutan
• Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
• Manggadong (Diversifikasi Pangan Non Beras)
• One Day No Rice bagi PNS
Energi Kelistrikan • Lanjutan rencana pembangunan PLTA Asahan III
• Pembangunan PLTMH
Kemaritiman
• Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung
• Dukungan Pemprov. Sumut terhadap Kebijakan Pemerintah
Pusat terkait Illegal Fishing di Perairan Sumatera Utara,
• Asuransi Nelayan (Pertama dan satu-satunya di Indonesia)
Pariwisata
• PembanguNan jalan akses menuju Daerah Tujuan Wisata
Andalan
• Festival Danau Toba
• Persiapan Nias Sail dan Mansalar Sail (Tapteng)
• Pekan Raya Sumatera Utara
• Ikut dalam Penang Fair
• Geo Park Kaldera Toba
c. Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan
3. Capaian Kinerja Pembangunan Provinsi Sumatera Utara
a. Jumlah penduduk sampai tahun 2010 dan proyeksi sampai tahun 2023
8
Dalam kurun waktu 30 tahun (1980-2010) jumlah penduduk Sumatera Utara meningkat
4,6 juta dan diproyeksikan meningkat sebanyak 3,09 juta dalam kurun waktu 25 tahun
ke depan.
Peningkatan jumlah penduduk ini perlu menjadi perhatian dalam perencanaan daerah
termasuk dalam menjamin ketersediaan pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan
dan layanan sosial dasar lainnya.
b. Pertumbuhan ekonomi
c. PDRB per kapita Provinsi Sumatera Utara terhadap nasional
9
d. Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Sumatera Utara terhadap nasional
e. Persentase penduduk miskin
f. Indeks Gini
10
g. Dependency ratio
h. Perkembangan IPM Provinsi Sumatera Utara terhadap IPM Nasional
4. Prioritas Pembangunan dalam RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2013 – 2018
11
a. Prioritas Pembangunan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2018 adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan Kehidupan Beragama, Penegakan Hukum, Penguatan Tata Kelola
Pemerintahan yang Baik (Good Governance), Pelayanan Publik dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pembangunan;
2. Peningkatan Aksessibilitas dan Kualitas Pendidikan;
3. Peningkatan Aksessibilitas dan Pelayanan Kesehatan;
4. Peningkatan Penguasaan Ilmu Pengetahuan, Penerapan Teknologi, Inovasi dan
Kreatifitas Daerah;
5. Peningkatan Infrastruktur, Pengembangan Wilayah, Mitigasi Bencana dan Pelestarian
Lingkungan Hidup Mendukung Daya Saing Perekonomian;
6. Peningkatan Ekonomi Kerakyatan;
7. Perluasan Kesempatan Kerja dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Miskin;
8. Peningkatan Produksi, Produktifitas dan Daya Saing Produk Pertanian, Kelautan dan
Perikanan;
9. Mendukung dan Mendorong Kebijakan Nasional di daerah
b. Sasaran utama Pembangunan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2018
c. Target sasaran Misi Ke-I RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2018
12
d. Target sasaran Misi Ke-II RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2018
e. Target sasaran Misi Ke-III RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2018
13
5. Gambaran Umum Pelayanan BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara
a. Kedudukan BAPPEDA
BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur penunjang Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara di bidang perencanaan pembangunan. BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara
dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara.
b. Tugas Pokok BAPPEDA
Membantu Gubernur Sumatera Utara dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang
perencanaan pembangunan daerah yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang administrasi umum perencanaan pembangunan daerah; ekonomi dan
keuangan; sumber daya manusia dan sosial budaya; tata ruang dan pengelolaan
lingkungan; sarana dan prasarana; pengendalian, evaluasi, monitoring dan statistik; serta
tugas pembantuan.
c. Fungsi BAPPEDA
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah;
14
2. Pengkoordinasian penyusunan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Keuangan,
Sumber Daya Manusia, Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan, Sarana dan
Prasarana, Pengendalian, Evaluasi Monitoring dan Statistik;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dalam bidang Perencanaan Pembangunan Daerah;
4. Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang Perencanaan Pembangunan Daerah;
5. Pelaksanaan pelayanan administrasi internal dan eksternal;
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya;
6. Efektivitas Pelaksanaan Musrenbang dalam Penyusunan RPJMD Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan Pasal 65 Permendagri 54 Tahun 2010, Musrenbang RPJMD merupakan forum
musyawarah antara para pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati rancangan
RPJMD. Rancangan RPJMD yang dibahas yaitu untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan
kesepakatan mencakup:
a. Sasaran pembangunan jangka menengah daerah;
b. Strategi dan sinkronisasi arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah dengan
pendekatan atas bawah dan bawah atas sesuai dengan kewenangan penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
c. Kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah dengan visi, misi
dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah;
d. Indikasi rencana program prioritas pembangunan jangka menengah daerah yang
disesuaikan dengan kemampuan pendanaan;
e. Capaian indikator kinerja daerah pada kondisi saat ini dan pada akhir periode RPJMD;
f. Komitmen bersama antara pemangku kepentingan untuk mempedomani RPJMD dalam
melaksanakan pembangunan daerah;
g. Sinergi dengan RPJMN dan RPJMD daerah lainnya.
Implementasi hal tersebut dilakukan Provinsi Sumatera Utara dengan cara:
1) Penajaman program dalam penyusunan RPJMD sesuai dengan tujuan dan sasaran serta
indikator kinerja utama dalam RPJMD:
a. Prioritas program diutamakan pada program yang menjadi faktor pengungkit
pencapaian sasaran;
15
b. Alokasi anggaran diarahkan kepada kegiatan yang efektif terhadap pencapaian
sasaran pembangunan;
c. Meningkatnya belanja modal pada belanja langsung sebagai efek point a dan b;
d. Mendorong kegiatan pembangunan fisik dilaksanakan secara multiyears;
e. Nomenklatur program lebih tajam dan menohok, tidak ambigu contoh program fasilitasi
nomenklaturnya diarahkan menjadi nomenklatur yang langsung mencerminkan output
dan sasaran.
2) Keikutsertaan DPRD dalam proses perencanaan mulai dari konsultasi publik, pra
musrenbang Provinsi dan Musrenbang Provinsi serta pasca Musrenbang Provinsi untuk
penyusunan RPJMD.
7. Kendala dan Permasalahan yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi dalam perencanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara sebagai
berikut:
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sumatera Utara masih berada di atas TPT
Nasional.
Tingkat kemiskinan berada dibawah rata-rata tingkat kemiskinan nasional, namun perlu
upaya lebih untuk menurunkan tingkat kemiskinan sesuai dengan sasaran.
Memanfaatkan bonus demografi (meningkatnya proporsi penduduk usia produktif) yang
terjadi bagi pertumbuhan ekonomi.
Kesenjangan masih tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya rasio gini dan kesenjangan
pendapatan antarwilayah.
Pencapaian IPM Provinsi Sumatera Utara lebih rendah dari pencapaian IPM Nasional.
Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian mengalami penurunan.
Sebagian besar pinjaman masyarakat yang dilakukan di Sumatera Utara adalah bersifat
konsumtif, sehingga perlu didorong pada sektor yang produktif.
8. Faktor-faktor Pendorong Peningkatan Kinerja BAPPEDA dalam Mendukung Kinerja
Program Pembangunan Provinsi Sumatera Utara
Dalam rangka memperkuat fungsi koordinasi pelaksanaan tugas di bidang perencanan daerah
yang diemban oleh Bappeda Provinsi Sumatera Utara, perlu kiranya memperkuat peran
kelembagaan Bappeda Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat lebih efektif dalam merumuskan
16
perencanaan pembangunan daerah Provinsi Sumatera Utara sebagai bentuk memenuhi tuntutan
tantangan perencanaan di masa mendatang, melalui:
terus menerus meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya aparatur
perencana melalui diklat baik di dalam dan luar negeri;
memberikan kemudahan bagi aparatur pemerintah untuk meningkatkan profesionalismenya
melalui pendidikan kedinasan maupun diluar kedinasan;
mengupayakan penerapan "reward dan punishment' secara proporsional sesuai dengan
beban kerja pegawai;
9. Ketentuan Khusus bagi Keterlambatan Pelaksanaan Target Pembangunan
Sampai dengan saat ini pemerintah daerah provinsi sumatera utara belum menetapkan
ketentuan khusus/sanksi bagi keterlambatan pelaksanaan target pembangunan, baik
kepada skpd provinsi maupun kabupaten/kota
Pemikiran ke arah ini sudah mulai dibangun dan nantinya akan segera diterapkan melalui
penetapan surat keputusan gubernur sumatera utara tentang sanksi bagi skpd provinsi
sumatera utara yang terlambat melaksanakan target pembangunan sesuai dengan rpjmd
provinsi sumatera utara tahun 2013-2018.
B. BPK PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA
BPK RI sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2006 memiliki tugas untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara. BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan
Keputusan BPK RI Nomor 3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang organisasi dan tata kerja pelaksana BPK,
mempunyai tugas memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan daerah di Provinsi
Sumatera Utara, termasuk pemeriksaan yang ditugaskan oleh Anggota BPK.
Lingkup tugas BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara adalah 34 entitas Pemerintah Daerah
(Pemda) meliputi saru Pemerintah Provinsi, delapan Pemerintah Kota, dan 25 Pemerintah
Kabupaten, serta BUMD di Provinsi Sumatera Utara. Hasil Temuan Pemeriksaan (TP) dari BPK
Perwakilan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan Semester II Tahun 2015 adalah 6.428
temuan pemeriksaan dengan sebanyak 14.665 rekomendasi.
17
Progres tindak lanjut entitas Pemda dan BUMD terhadap rekomendasi hasil pemeriksaan BPK
Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dalam tiga tahun terakhir (2013-2015) dapat dilihat pada
tabel berikut:
No Periode
Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Selesai Ditindaklanjuti Nilai Penyerahan
aset atau
Penyetoran
Uang ke Kas
Negara/Daerah
%
Selesai
Ditindaklanjuti Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
(10) = (8)/(6)
1.
SM II
2013 5.330 6.505.747.161.514,00 12.406 1.999.478.631.136,00 6.703 490.462.832.588,13 444.804.039.967,34
63,78
2.
SM II
2014 5.820 6.664.214.610.830,23 13.396 2.841.687.736.471,01 7.164 843.414.912.659,88 515.565.179.060,82
67,96
3.
SM II
2015 6.428 8.309.732.423.779,30 14.665 2.540.170.361.599,42 7.794 645.729.677.797,83 597.702.864.270,66
70,91
Hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dalam tiga tahun
terakhir terhadap beberapa kegiatan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan
masih terdapat kelemahan sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan oleh entitas Pemda dan
BUMD, seperti di bidang pendidikan (kegiatan pengelolaan tenaga kependidikan), kesehatan
(kegiatan pengelolaan pelayanan rawat inap di RSUD), pendapatan asli daerah (kegiatan
pengelolaan pajak daerah), dan penyediaan air bersih (kegiatan penyediaan air bersih melalui
PDAM).
Sedangkan pengawasan terhadap pegawai BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang
melaksanakan pemeriksaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Pemantauan melalui laporan progres pemeriksaan secara berjenjang dari Anggota Tim
sampai dengan Kepala Perwakilan secara berkala;
2) Penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh Tim Pemeriksa;
3) Surat Pemberitahuan pemeriksaan menyatakan “Biaya Pemeriksaan sepenuhnya menjadi
beban anggaran BPK”;
4) Supervisi ke lapangan oleh pengendali Teknis dan Penanggung Jawab/Kepala Perwakilan;
5) Pemantauan Tortama KN V dan Anggota V BPK melalui laporan progres pemeriksaan yang
dibuat oleh Kepala Perwakilan secara berkala.
18
BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka memperbaiki kinerja laporan keuangan
Pemda di Provinsi Sumatera Utara melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Koordinasi dengan para kepala daerah untuk menyelesaikan penyusunan dan
menyampaikan laporan keuangan ke BPK secara tepat waktu;
2) Memberikan usulan koreksi penyajian angka dan catatan atas laporan keuangan serta
rekomendasi perbaikan melalui pelaksanaan pemeriksaan atas Laporan Kueangan Pemda
secara rutin setiap semester I;
3) Menghimbau kepada para kepala daerah dan pimpinan DPRD untuk segera menindaklanjuti
temuan pemeriksaan yang mempengaruhi opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemda;
4) Mendorong Pemda untuk memperbaiki permasalahan pengelolaan aset yang
mempengaruhi opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemda melalui pelaksanaan
pemeriksaan pengelolaan aset.
BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka memberdayakan (empowering) pegawai
Pemda di Provinsi Sumatera Utara supaya penyajian laporan keuangan Pemda menjadi lebih
baik melakukan upaya sebagai berikut:
1) Memberikan usulan koreksi penyajian angka dan catatan atas laporan keuangan;
2) Memberikan rekomendasi perbaikan, antara lain agar mengikuti pelatihan-pelatihan,
menempatkan pegawai di bagian keuangan dengan latar belakang pendidikan yang
mendukung;
3) Mendorong para kepala daerah untuk meminta pembinaan teknis dari BPKP Perwakilan
Provinsi Sumatera Utara.
BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka memperbaiki pelayanan kepada
stakeholder berupaya untuk meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan, sehubungan dengan hal
tersebut BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara mulai tahun 2017 meningkatkan output
pemeriksaan. Peningkatan output pemeriksaan tersebut akan meningkatkan anggaran
pemeriksaan dan pelayanan stakeholder. Terkait dengan hal tersebut BPK Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara memohon dukungan dari DPR RI terhadap anggaran BPK RI Tahun Anggaran
2017.
19
C. BPKP PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA
BPKP menyelenggarakan dua fungsi utama, yaitu fungsi pengarahan dan pengoordinasian
pengawasan intern dan fungsi pengawasan intern. Fungsi pengarahan dan pengoordinasian
pengawasan intern meliputi fungsi perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap
akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional, dan fungsi pengoordinasian dan
sinergi penyelenggaraan pengawasan intern bersama-sama dengan aparat pengawasan intern
pemerintah lainnya. Sedangkan fungsi pengawasan intern tersebut meliputi:
1. Pelaksanaan audit, riview, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan dan
pengeluaran keuangan negara/daerah sertapembangunan nasional yang seluruh atau sebagian
keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah.
2. Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset negara/daerah.
3. Pemberian konsultansi terkait dengan manajemen resiko, pengendalian intern, dan tata kelola
terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/kebijakan pemerintah yang
strategis.
4. Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang dapat
menghimbau kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan
negara/daerah, audit penghitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan
ahli dan upaya pencegahan korupsi.
5. Pelaksanaan riview atas laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah pusat; dan
pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi peyelenggaraan sistem pengendalian
intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan lainnya.
Pelaksanaan pengawasan BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara
Pelaksanaan pengawasan atas akuntabilitas keuangan dan pembangunan di Provinsi
Sumatera Utara meliputi 4 fokus pengawasan yaitu:
a. Pengawalan pembangunan nasional (infrastruktur, maritim, energi, pangan, kesehatan,
pendidikan, kemiskinan dan reformasi birokrasi);
b. Peningkatan ruang fiskal (OPAD, PNBP, audit penyesuaian harga, monitoring DAK);
c. Pengamanan aset negara (Audit PKKN, audit investigasi, pemberian keterangan ahli,
audit klaim, manajemen aset, korsupgah dengan KPK);
20
d. Perbaikan government system (pembinaan penyelenggaraan SPIP, peningkatan
kapabilitas APIP, SIMDA, SIMKEUDES, SIA BLUD, SIA PDAM, FRAUD CONTROL
PLAN).
Pelaksanaan audit, review, pemantauan dan pertanggungjawaban akuntabilitas
penerimaan daerah
Pelaksanaan audit, review dan pemantauan terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan daerah dan akuntabilitas pengeluaran daerah
serta pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi
Sumatera Utara meliputi:
1) Terkait akuntabilitas penerimaan daerah:
Sinergi pemeriksaan Optimalisasi Penerimaan Pajak Daerah dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten Deli Serdang menghasilkan tambahan potensi OPAD (air bawah tanah dan
bahan mineral bukan logam) sebesar Rp4.596.785.698,32.
2) Terkait akuntabilitas pengeluaran daerah:
a. Review DAK tambahan usulan daerah pada 13 kabupaten/kota;
b. Monitoring DAK dan tambahan DAK pada pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli
Tengah;
c. Pengawalan terhadap pengeluaran negara/daerah berupa audit operasional, audit
tujuan tertentu dan audit keuangan PHLN;
d. Penguatan tata kelola dalam pelaksanaan anggaran dalam bentuk penyediaan aplikasi
SIMDA keuangan (Sistem Informasi Manajemen Daerah-keuangan) , SIMDA BMD
(sistem Informasi Manajemen Daerah- barang milik daerah) dan Siskeudes (sistem
keuangan desa) melalui pelaksanaan bimbingan teknis dan pendampingan untuk
penerapannya.
Pendampingan penerapan SIMDA-Keuangan dan SIMDA-BMD telah dilaksanakan
pada 28 dari 34 daerah di Sumatera Utara.
Pendampingan penerapan Siskeudes telah dilaksanakan pada 5 kabupaten dari 34
kabupaten, dimana 2 kabupaten telah selesai dilaksanakan sedangkan 3 kabupaten
sedang dalam proses.
21
3) Terkait dengan pengawasan pembangunan:
a. Bidang pendidikan, antara lain:
a) Monitoring dan evaluasi bantuan sosial sarana dan prasarana pendidikan.
b) Verifikasi tunjangan profesi guru.
b. Bidang kesehatan:
Audit kinerja pemerintah daerah dalam bidang jaminan kesehatan nasional (JKN) yang
dibiayai dari APBD (KIS);
c. Bidang penanggulangan kemiskinan:
a) Monitoring percepatan relokasi pengungsi korban erupsi gunung sinabung;
b) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan prioritas nasional terkait
Kartu Indonesia Pintar (KIS), Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS).
d. Bidang infrastruktur:
a) Audit keuangan program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(Pamsimas)
b) Monitoring pembangunan ruas tol medan-binjai, ruas tol medan-kualanamu,
kualanamu-tebingtinggi.
e. Bidang kemaritiman:
a) Evaluasi kebijakan penghapusan ketentuan alih muatan (transhipment) di Tanjung
Balai Asahan;
b) Evaluasi dwelling time pelabuhan belawan.
f. Bidang kedaulatan energi:
Monitoring perkembangan program nasional pembangunan pembangkit listri kapasitas
35.000 MW.
g. Bidang kedaulatan pangan:
a) Monitoring dan evaluasi program akselerasi swasembada pangan di dinas pertanian
Provinsi Sumatera Utara;
b) Monitoring pembangunan bendung sel padang dan saluran penghubung (D.I
Bajayu, D.I Paya Lombang dan D.I Langau)
c) Pembangunan Bendung Sel Belutu dan Sel Sibarau.
22
h. Bidang perhubungan:
Monitoring pembangunan jalur ganda rel kereta api aras kabu-kualanamu, bandar tinggi-
kuala tanjung dan besitang-binjai.
i. Bidang industri:
a) Berdasarkan hasil evaluasi kinerja PDAM terhadap 18 PDAM di wilayah Provinsi
Sumatera Utara, terdapat 7 PDAM dengan kategori “sehat”, 6 PDAM “kurang sehat”
dan 5 PDAM “sakit”.
b) Monitoring perkembangan kemajuan pembangunan kawasan ekonomi khusus
(KEK) Sei mangkei.
c) Review pelelangan pekerjaan pembangunan terminal purpose dan fasilitas
pendukung pelabuhan kuala tanjung-pelindo I (Persero) serta rencana investasi PT.
Inalum (Persero).
d) Review atas aset yang akan diserahkan dari PDAM Tirta Nadi Cabang deli serdang.
e) Audit tujuan tertentu atas pembangunan depo container di PT. Kawasan Industri
Medan.
f) Audit tujuan tertentu atas pembangunan warehouse (gudang terpadu) di PT.
Kawasan Industri Medan (Persero).
Mekanisme pemberian konsultansi
Mekanisme pemberian konsultansi melalui sosialisasi, diklat, pendampingan, assesment
terhadap:
1. Tata kelola dan peningkatan kualitas akuntabilitas laporan keuangan;
2. Implementasi SPIP;
3. Peningkatan kapabilitas APIP;
4. Implementasi GCG BUMN/BMD/BUL
Kendala yang dihadapi
Internal: sumber daya terbatas (SDM, Dana, Sarana Prasarana)
Eksternal:
a. Kurangnya komitmen kepala daerah untuk menempatkan SDM yang telah dibina oleh
BPKP sesuai dengan kompetensinya.
23
b. Keterbatasan SDM pemerintah daerah yang memahami akuntansi terbatas.
Upaya yang sudah dan akan dilakukan:
1. Telah dilakukan simultansi penugasan;
2. Melakukan analisis beban kerja sebagai dasar usulan pemenuhan kekurangan SDM;
3. Memberikan atensi dan rekomendasi strategis kepada kepala daerah.
Temuan ketidakpatuhan
Selama tiga tahun terakhir Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara mendapat temuan
terhadap ketidakpatuhan dalam pengelolaan dan pelaksanaan anggaran baik di instansi
pemerintah daerah maupun instansi pemerintah pusat sebanyak 893 kejadian dengan nilai
sebesar Rp45.602.464.915,82. Terhadap temuan tersebut telah ditindaklanjuti sebanyak 222
kejadian dengan nilai sebesar Rp5.453.046.953,77, dan yang belum ditindaklanjuti sebanyak
671 dengan nilai sebesar Rp40.149.417.962,05.
Strategi pengawasan
Strategi:
1. Preemtif: melalui sosialisasi, workshop, coaching clinic, diklat.
2. Preventif: fraud control plan, koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi, probity audit,
pembinaan SPIP, pembinaan GCG.
3. Represif: audit investigasi, penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian
keterangan ahli.
Program pendampingan
1. Melakukan bimtek terhadap penyusunan laporan keuangan;
2. Melakukan pendampingan penyusunan laporan keuangan;
3. Melakukan pendampingan review laporan keuangan.
Saran dan masukan
1. Mendorong pemenuhan sumber daya (SDM, dana, sarpras);
2. Mendorong peningkatan remunerasi.
24
D. BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA
1. Pelaksanaan tujuan Bank Indonesia dalam memelihara kestabilan rupiah
a. Pelaksanaan tujuan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
dilakukan dalam bentuk:
1) Stabilitas inflasi sebagai cerminan kestabilan nilai rupiah terhadap harga barang dan
jasa,
2) Stabilitas nilai tukar rupiah sebagai cerminan kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang
negara lain.
b. Pelaksanaan tujuan BI tersebut di Provinsi Sumatera Utara difokuskan pada upaya menjaga
stabilitas inflasi. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga daya beli masyarakat untuk
mendukung kesinambungan dan target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan dalam
RPJMD Provinsi Sumatera Utara.
c. Upaya menjaga stabilitas inflasi dilakukan melalui sinergi yang sangat baik antara Bank
Indonesia, pemerintah daerah dan seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID
Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Koordinasi
dilakukan dalam upaya untuk menjaga ketersediaan pasokan dan distribusi barang.
Koordinasi tersebut terus diperkuar ditengah tekanan inflasi yang cukup tinggi di awal tahun
2016.
d. Realisasi inflasi Sumatera Utara pada bulan Maret 2016 mecapai 0,84% (mtm) atau 2,00%
(ytd). Tingginya capaian inflasi pada bulan ini disebabkan oleh tingginya tekanan inflasi pada
kelompok bahan pangan yang harganya bergejolak, terutama cabai merah dan bawang
merah.
e. Selain menjaga stabilitas nilai rupiah, BI juga melaksanakan tugas untuk menjaga
kelancaran sistem pembayaran dan stabilitas sistem keuangan. seluruh pelaksanaan tugas
tersebut dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkesinambungan yang selaras dengan RPJMN 2005 – 2025 di Sumatera Utara.
f. Kelancaran sistem pembayaran dilakukan dengan menjaga ketersediaan uang tunai dan
kelancaran transaksi non tunai. Stabilitas sistem pembayaran ini merupakan salah satu pilar
yang sangat penting dalam meningkatkan efisiensi perekonomian.
g. Sementara itu, stabilitas sistem keuangan dilakukan dengan memantau kesehatan sistem
keuangan secara keseluruhan untuk memitigasi risiko sistemik. Stabilitas sistem keuangan
25
merupakan aspek yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pengalaman krisis global menunjukanbahwa stabilitas harga (saja) tidak cukup (necessary
but not sufficient) menjamin pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan. Dalam hal ini,
pengaturan stabilitas sistem keuangan perlu dilakukan oleh otoritas untuk meningkatkan
keterbukaan dan ketersediaan informasi kepada investor serta monitoring kesehatan sistem
keuangan di daerah.
h. Dibanding tahun 2014, kinerja perbankan Sumatera Utara di penghujung 2015 membaik,
khususnya kredit. Pertumbuhan kredit mengalami peningkatan meski aset dan DPK yang
cenderung melambat. Dengan kondisi tersebut, loan to deposit ratio (LDR) meningkat
dengan Non Performing Loan (NPL) masih dibawah level indikatif 5% meski cenderung
meningkat sejak awal 2015.
i. Kinerja kredit ke sektor korporasi dan UMKM meningkat, sementara kredit rumah tangga
melambat. Pertumbuhan kredit yang cukup baik terjadi di ketiga sektor utama. Sementara
itu, akselerasi kredit UMKM ditopang performa kredit ke kategori perdagangan, di tengah
tertekannya kredit ke kategori pertanian. Di sisi lain, tekanan kinerja terjadi di semua jenis
kredit rumah tangga, baik KPR, KKB maupun kredit multiguna. Hal tersebut sejalan dengan
konsumsi masyarakat yang melambat dibanding tahun sebelumnya.
j. Terbatasnya kinerja perbankan khususnya dana pihak ketiga sejalan dengan pertumbuhan
transaksi tunai maupun non tunai. Hal tersebut terutama tercermin dari meningkatnya
transaksi kliring secara nominal namun menurun secara volume dan penurunan perputaran
uang (inflow-outflow) di masyarakat ditengah mulai membaiknya kinerja perekonomian
Sumatera Utara.
k. Tugas untuk menjaga stabilitas sistem keuangan yang tertuang dalam Undang-Undang
tentang OJK namun menjadi kewenangan BI, BI memerlukan dukungan dari DPR RI terkait
dengan RUU BI.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Triwulan IV
Perkembangan ekonomi makro
a. Pada triwulan IV 2015, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mencapai 5,32% yoy, lebih
tinggi dibandingkan nasional (5,01% yoy). Dengan demikian, secara keseluruhan tahun
ekonomi Sumatera Utara tumbuh 5,10%, melambat dibanding tahun sebelumnya (5,23%).
26
Namun, bila dilihat secara triwulanan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara menunjukan
perbaikan.
b. Dari sisi penggunaan, membaiknya perekonomian tidak terlepas dari menguatnya konsumsi
lembaga non profit serta membaiknya ekspor. Setelah 3 triwulan berturut-turut mencatat
pertumbuhan negatif, kinerja ekspor mulai membaik, dari -2,5% yoy menjadi 2,4 yoy. Hal ini
tidak terlepas dari puncak periode panen CPO yang memang terjadi pada triwulan IV, meski
harga dan permintaan masih belum menunjukan perbaikan yang signifikan. Adanya Pilkada
yang diikuti oleh 23 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada desember 2015
mendorong kinerja konsumsi lembaga non profit secara signifikan dari 4,9% yoy menjadi
5,3% yoy. Sementara itu, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah serta investasi
masih menunjukan perlambatan.
Pertumbuhan Ekonomi
(Permintaan)
2014 2015
I II III IV Total I II III IV Total
PDRB (%, yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1
Konsumsi 5,3 4,8 4,9 5,0 5,0 4,8 4,1 4,4 4,1 4,3
Konsumsi Swasta 5,3 5,2 5,3 5,3 5,3 4,8 4,5 4,6 4,5 4,6
Konsumsi Pemerintah 5,3 1,5 1,9 3,3 2,9 4,3 1,5 3,0 1,4 2,4
Pembentukan Modal Tetap
Bruto 3,0 3,3 3,0 3,0 3,1 3,3 3,1 4,9 4,5 4,0
Ekspor 10,4 4,9 15,5 1,5 7,9 -4,3 -1,8 -2,5 2,4 1,6
Impor -18,3 -6,8 64,0 -0,2 0,8 5,8 6,1 12,3 9,6 13,5
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
c. Dari sisi lapangan usaha, perbaikan perekonomian ditopang oleh kategori pertanian dan
kategori industri pengolahan. Panen raya sawit yang disertai dengan baiknya produksi
tanaman pangan menyebabkan pertumbuhan kinerja pertanian yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, memadainya
pasokan bahan baku CPO juga meningkatkan kinerja industri pengolahan. Meningkatnya
kinerja industri pengolahan ini terjadi ditengah belum pulihnya harga komoditas serta
permintaan yang masih stagnan. Namun perbaikan perekonomian pada periode laporan
27
tidak didukung oleh kinerja kategori konstruksi serta kategori perdagangan besar dan eceran
yang tumbuh melambat.
Pertumbuhan Ekonomi
(Penawaran)
2014 2015
I II III IV Total I II III IV Total
PDRB (%, yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1
Pertanian, kehutanan dan
perikanan 3,4 5,0 4,1 5,2 4,4 5,1 5,6 3,8 7,0 5,6
Industri Pengolahan 3,5 4,1 4,1 0,3 3,0 0,3 3,1 5,0 5,5 3,5
Konstruksi 5,9 4,9 7,7 8,5 6,8 8,3 6,6 5,6 2,0 5,5
Perdagangan besar dan eceran,
dan reparasi mobil dan sepeda
motor
7,7 6,3 8,3 5,5 6,9 4,5 5,4 4,2 3,3 4,4
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
Kemiskinan
d. Ditengah indikasi perbaikan ekonomi, seiring dengan kondisi nasional, jumlah penduduk
miskin di Sumatera Utara cenderung meningkat jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mencapai 1,5 juta jiwa atau 10,8%
dari total penduduk. Jumlah ini meningkat secara signifikan bila dibandingkan dengan tahun
2014 yang hanya mencapai 1,4 juta jiwa atau 9,9% dari total penduduk.
e. Dalam wakti 6 bulan, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengalami peningkatan
44.000 jiwa penduduk miskin. Peningkatan jumlah penduduk miskin ini terjadi terkait
menurunnya tingkat pendapatan meski daya beli relatif terjaga. Secara spasial, Sumatera
Utara masuk dalam 5 besar Provinsi dengan penambahan persentase penduduk miskin
terbesar di Indoonesia, bersama dengan Provinsi Riau, NTT, Sulawesi Tenggara dan
Maluku. Secara nasional, Sumatera Utara masih menduduki peringkat 17 nasional
berdasarkan urutan jumlah persentase penduduk miskin terbesar. Tingkat kemiskinan yang
semakin melebar ini tidak lepas dari karakteristik Sumatera Utara yang memang sangat
menggantungkan aktivitas ekonominya pada perkebunan. Tahun 2015 memberikan pukulan
28
yang cukup berat akibat perkembangan harga dan permintaan yang kurang
menggembirakan untuk komoditas CPO dan karet.
f. Peningkatan persentase dan jumlah penduduk miskin diiringi oleh peningkatan Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) dari 1,71nmenjadi 1,89 dan indeks Kaparahan Kemiskinan (P2)
yang meningkat dari 0,45 menjadi 0,52. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin tinggi.
g. Selama periode september 2014 s.d september 2015, persentase kemiskinan meningkat di
pedesaan. Penduduk miskin di daerah pedesaan di Sumatera Utara bertambah 87.280
orang menjadi 11,06% dari total penduduk desa. Sementara itu, penduduk miskin di daerah
perkotaan bertambah 60.290 orang menjadi 10,51% dari total penduduk kota. Secara
historis, persentase penduduk miskin di desa memang selalu lebih tinggi dibandingkan di
kota. Meskipun telah mengalami penurunan yang signifikan sejak beberapa tahun terakhir,
namun tingkat kemiskinandi desa kembali meningkat signifikan pada september 2015.
Ketenagakerjaan
h. Sementara itu, jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara pada tahun 2015 meningkat 1,4%
dibanding tahun lalu. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tercatat juga meningkat dari
67,07% menjadi 67,28%. Berdasarkan lapangan kerja utama, peningkatan tersebut
terutama berupa peningkatan kategori perdagangan, rumah makan dan akomodasi serta
kategori jasa kemasyarakatan, sosial dan perseorangan.
i. Namun, peningkatan jumlah tenaga kerja tersebut masih dibayangi dengan tingkat
pengangguran yang meningkat. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2015
mencapai 6,71% jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu yang sebesar 6,2%.
Indeks Pembangunan Manusia
j. Membaiknya perekonomian Sumatera Utara diiringi oleh meningkatnya IPM Provinsi
Sumatera Utara terus meningkat dalam 5 tahun terakhir (2014). Nilai IPM Sumatera Utara
pada tahun 2014 mencapai 75,55, lebih tinggi dari capaian nasional yang mencapai 73,81.
k. Namun disparitas IPM masih cukup lebar. Kota Medan memegang capaian IPM tertinggi di
Provinsi Sumatera Utara dengan nilai 78,26, sementara itu Kabupaten Nias Selatan
merupakan kabupaten dengan IPM terendah dengan nilai 57,78 pada tahun 2014. Hanya 13
29
kabupaten/kota yang capaian IPM-nya berada di atas nasional. Arahan untuk
mengembangkan produk berbasis komoditas unggulan di daerah masing-masing terus
digalakkan khususnya di daerah dengan IPM yang relatif rendah. Pada umumnya, produk
unggulan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara berbasis komoditas terutama kelapa
sawit, karet, padi sawah dan kopi.
Gini Ratio
l. Setelah sempat menurun pada tahun 2012, tingkat ketimpangan pendapatan di Provinsi
Sumatera Utara kembali meningkat daro 0,33 menjadi 0,35. Meskipun demikian, capaian ini
masih lebih rendah dari nasional yang mencapai 0,413. Jika dibandingkan dengan provinsi
lain, Sumatera Utara merupakan provinsi dengan nilai gini terendah ke-8 di Indonesia.
3. Perkembangan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
a. Potensi perbaikan ekonomi Sumatera Utara sangat besar. Rata-rata pertumbuhan Sumatera
Utara dalam 4 tahun terakhir adalah 5,46% (yoy) dengan tren yang relatif menurun. Tren
penurunan pertumbuhan ekonomi ini selaras dengan pola penurunan yang terjadi pada
provinsi yang mengandalkan produkekstraktif sebagai komoditas unggulannya.
Perekonomian Sumatera Utara, sebagaimana sebagian besar provinsi di Pulau Sumatera,
sangat bertumpu pada komoditas terutama CPO dan karet. Komoditas kelapa sawit, karet
dan kopi merupakan komoditas utama ekspor nonmigas di Provinsi Sumatera Utara dengan
pangsa terhadap ekspor masing-masing sebesar 41%, 12% dan 4%. Produksi kelapa sawit
di Provinsi Sumatera Utara merupakan yang terbesar kedua di Indonesia setelah Provinsi
Riau, yaitu mencapai 4,27 juta ton pada tahun 2013. Sementara produksi karet pada tahun
2013 mencapai 513,78 ribu ton. Oleh karena itu, dalam menganalisis perkembangan terkini
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara selalu tak lepas dari pembahasan terkait permintaan
dan harga komoditas yang berimplikasi ada kinerja tiga sektor utamanya yaitu pertanian,
industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran (PBE).
b. Prospek ekonomi Sumatera Utara kedepan diperkirakan membaik. Perbaikan diperkirakan
akan didorong oleh meningkatnya kegiatan investasi sejalan dengan pembangunan proyek
infrastruktur strategis ditengah konsumsi swasta yang masih cukup kuat. Perbaikan ekspor
khususnya memasuki semester II 2015 sejalan dengan membaiknya ekonomi global
diperkirakan juga akan menjadi pendorong ekonomi Sumatera Utara secara terbatas. Di
30
2016, Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Sumatera Utara dapat tumbuh 5,1 – 5,5%.
Potensi mulai membaiknya harga komoditas di pasar internasional, meski normalisasi harga
relatif lambat.
c. Konsumsi rumah tangga yang kuat masih menjadi penyumbang utama akselerasi
perekonomian pada periode mendatang. Tingginya intensi pemerintah pada kualitas
infrastruktur yang memadai juga memberikan sinyal kokohnya permintaan domestik dari sisi
investasi. Reformasi birokrasi yang terus diupayakan oleh pemerintah juga mampu
meningkatkan ikllim investasi yang lebih kondusif oleh pihak swasta. Pembiayaan yang
memadai juga menunjang realisasi investasi pada periode mendatang. Sementara itu,
optimisme akan adanya perbaikan kinerja net ekspor tidak lepas dari perkiraan akan mulai
membaiknya harga komoditas internasional, khususnya CPO terutama memasuki semester
kedua tahun 2016.
d. Disisi perkembangan harga, inflasi tahun 2016 diperkirakan meningkat dibandingkan dengan
tahun 2015. Meningkatnya tekanan inflasi ini terutama disebabkan oleh meningkatnya
tekanan inflasi bahan pangan (volatile foods) khususnya untuk komoditas bumbu-bumbuan.
Kenaikan harga tersebut antara lain terkait dengan mengalirnya produksi dari Sumatera
Utara ke luar daerah khususnya provinsi perbatasan dengan harga yang lebih menarik.
Sementara itu, tekanan inflasi dari kelompok Administered prices diperkirakan relatif minimal
sejalan dengan masih cukup rendahnya harga minyak mentah di pasar global. Kenaikan
resiko tekanan inflasi juga terkait kenaikan permintaan sejalan dengan adanya perbaikan
perekonomian.
e. Menyikapi hal tersebut, koordinasi TPID akan terus diperkuat sehingga diyakini bahwa inflasi
tahun 2016 masih akan terjangkar pada sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4 ± 1%.
Roadmap pengendalian inflasi dan peningkatan kerjasama antar daerah telah disusun sejak
tahun 2014, serta dalam waktu dekat akan dilaksanakan rakorwil TPID se-Sumatera Utara.
4. Dukungan kebijakan terhadap Pembangunan serta perencanaan pembangunan
a. Dalam mendukung pembangunan dan perencanaan pembangunan di Provinsi Sumatera
Utara Bank Indonesia terus melakukan upaya advisory dan koordinasi dengan emerintah
daerah dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas inflasi. Koordinasi
rutin dilakukan dengan adanya Tim Pemantauan Pertumbuhan Ekonomi yang terdiri atas
31
Bank Indonesia dan SKPD terkait. Selain itu, Bank Indonesia juga rutin memberikan
rekomendasi kepada pemerintah daerah melalui hasil riset maupun kajian yang dilakukan
Bank Indonesia.
b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara juga sering diturutsertakan
dalam Pra-Musrenbang maupun Musrenbang Provinsi/Kota di Sumatera Utara.
c. Bank Indonesia juga terus bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk
mengembangkan daerah melalui kluster dan UMKM. Pengembangan kapabilitas UMKM
masih menjadi concern mengingat inklusi keuangan melalui kegiatan usaha produktis
merupakan aspek yang sangat penting dalam langkah pengentasan kemiskinan. Lebih
lanjut, program UMKM Bank Indonesia juga diarahkan pada pemberdayaan wanita untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
d. Salah satu contoh binaan UMKM Bank Indonesia yang telah sukses adalah ulos sianipar
yang bahkan telah dieskalasi nilai tambahnya dengan adanya rumah tenun ulos.
e. Pengembangan UMKM ke depannya masih difokuskan pada UMKM kluster dan wirausaha.
5. Kendala dan Permasalahan
Secara umum Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Namun ada beberapa kendala yang perlu diatasi dalam rangka meningkatkan peran serta Bank
Indonesia dalam mendukung kegiatan pembangunan di daerah antara lain:
a. Saat ini, dukungan data dan informasi masih dirasakan terbatas. Data dan informasi
tersebut diperlukan untuk mendukung penyusunan kajian maupun penelitian yang lebih
komprehensif terkait perekonomian Sumatera Utara. Koordinasi dengan SKPD terkait baik di
level Pemerintag Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota perlu terus ditingkatkan
untuk memperkuat ketersediaan data indikator ekonomi dan keuangan daerah.
b. Keterbatasan instrumen yang dimiliki dalam mendukung pembangunan ekonomi dan
pengendalian inflasi di daerah
i. Dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi di daerah Bank Indonesia tidak lagi
memiliki instrumen pembiayaan. Keterlibatan Bank Indonesia hanya terbatas pada
pengembangan kluster dan penguatan UMKM serta melakukan moral suasion kepada
perbankan untuk membantu penguatan UMKM.
32
ii. Dalam upaya menjaga stabilitas inflasi, Bank Indonesia terbatas pada penguatan
koordinasi dengan Pemerintah Daerah mengingat inflasi di daerah banyak
dipengaruhi oleh sisi supply. Terkait dengan hal itu, Bank Indonesia memandang
pemerintah daerah perlu diberikan payung hukum berupa peraturan perundang-
undangan yang mengatur kewenangan untuk melakukan operasi pasar secara lebih
luas dan menyeluruh.
III. TINDAK LANJUT HASIL KUNJUNGAN KERJA
Berdasarkan informasi dan permasalahan yang diperoleh oleh Tim Kunjungan Kerja Spesifik pada saat
melaksanakan kunjungan ke Provinsi Sumatera Utara, Tim Kunjungan Kerja menyampaikan beberapa
rekomendasi untuk ditindak lanjuti sebagai berikut:
a. Komisi XI DPR RI akan melakukan pembahasan lebih lanjut dengan Setjen BPK RI dalam Rapat
Kerja Komisi XI DPR RI terkait adanya masukan dari BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara
mengenai aplikasi laporan keuangan pemerintah daerah yang masih tidak seragam yang
menyulitkan BPK melakukan audit.
b. Komisi XI DPR RI sangat mendukung Program Siskeudes yang telah diterapkan oleh BPKP dan
meminta BPKP untuk segera menyampaikan MoU terkait pelaksanaan Siskeudes tersebut kepada
Kementerian Desa untuk dapat diteruskan pembahasannya di tingkat Pusat.
c. Komisi XI DPR RI meminta Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menyampaikan paparan
tertulis mengenai potensi pariwisata dan langkah pengembangan sektor pariwisata di Provinsi
Sumatera Utara serta kebijakan yang dilakukan dalam mengendalikan tingkat infasi di Sumatera
Utara.
d. Terkait kendala dan permasalahan yang telah disampaikan dalam Kunjungan Kerja Spesifik di
Provinsi Sumatera Utara, Komisi XI DPR RI akan segera melakukan pembahasan lanjutan dalam
rapat-rapat Komisi XI DPR RI dengan kementerian terkait/pemerintah agar kendala dan
permasalahan yang terjadi dapat segera diselesaikan.
IV. PENUTUP
Demikian Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI ke Provinsi Sumatera Utara. Kami
mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh didalam laporan ini dapat menjadi bahan
pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam Rapat-rapat Komisi XI DPR RI.
33
Jakarta, April 2016 TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI XI DPR RI
Ketua,
Ir. H. MARWAN CIK ASAN
A- 410