laporan krismin

51
29 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Telah genap 4 acara dilewati oleh para praktikan kristalografi dan mineralogy, mulai dari acara praktikum kristalografi sampai pada acara terakhir, asosiasi mineral dalam batuan, namun, tidaklah terasa lengkap apabila tidak ada aplikasi secara langsung dari pembelajaraan di praktikum-praktikum tersebut, oleh karena itu, diadakanlah field trip kristalografi dan mineralogy, guna mengamati kondisi sesunguhnya di lapangan apa yang kita telah pelajari selama ini. I.2 Maksud dan Tujuan Mempelajari materi tanpa mengetahui kondisi sesunguhnya adalah suatu hal yang salah, maksud dari fieldtrip kali ini ialah memperkenalkan kondisi fisik dari suatu mineral di alam, sembari mempelajari kondisi geologi lingkungannya, dan lingkungan pembentukan mineral itu sendiri, selain itu, sebagai suatu ajang pengaplikasian materi yang telah diberikan, tentu dengan tujuan agar dapat menunjang dan melengkapi ilmu yang telah di dapat pada praktikum-praktikum sebelumnya.

Upload: raja-susatio

Post on 30-Dec-2015

332 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

basic desciptrion of common mineral

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KRISMIN

29

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Telah genap 4 acara dilewati oleh para praktikan kristalografi dan

mineralogy, mulai dari acara praktikum kristalografi sampai pada acara terakhir,

asosiasi mineral dalam batuan, namun, tidaklah terasa lengkap apabila tidak ada

aplikasi secara langsung dari pembelajaraan di praktikum-praktikum tersebut,

oleh karena itu, diadakanlah field trip kristalografi dan mineralogy, guna

mengamati kondisi sesunguhnya di lapangan apa yang kita telah pelajari selama

ini.

I.2 Maksud dan Tujuan

Mempelajari materi tanpa mengetahui kondisi sesunguhnya adalah suatu hal

yang salah, maksud dari fieldtrip kali ini ialah memperkenalkan kondisi fisik

dari suatu mineral di alam, sembari mempelajari kondisi geologi lingkungannya,

dan lingkungan pembentukan mineral itu sendiri, selain itu, sebagai suatu ajang

pengaplikasian materi yang telah diberikan, tentu dengan tujuan agar dapat

menunjang dan melengkapi ilmu yang telah di dapat pada praktikum-praktikum

sebelumnya.

I.3 Lokasi dan Waktu Pengamatan

Fieldtrip Kristalografi dan Mineralogi dilaksanakan di daerah Kulon Progo,

dan sekitarnya, yang berjarak ± 30 km dari kota Yogyakarta, dengan tata urutan

perjalanan Yogyakarta (kampus teknik) - Kenteng – Dengok – Congot – Pantai

Glagah – Yogyakarta, dengan menggunakan bus, sedangkan untuk mencapai

lokasi – lokasi pengamatan dilakukan dengan berjalan kaki.

Perjalanan dimulai pada sabtu pagi, tanggal 6 Desember 2008, dan diakhiri

pada hari yang sama pukul 18.00 WIB, adapun letak dari stasiun dan lokasi

pengamatan yaitu,

Page 2: LAPORAN KRISMIN

29

1. Stasiun pengamatan 1, terletak pada tepi jalan di wilayah Kenteng,

dengan lokasi pengamatan yang berdekatan diantara jalan raya di daerah

tersebut.

2. Stasiun pengamatan 2, terletak pada daerah Dengok, dengan 2 lokasi

pengamatan yang berdekatan.

3. Stasiun pengamatan 3, terletak pada daerah Congot, dengan sebuah

lokasi pengamatan.

4. Stasiun pengamatan 4, terletak pada pantai Glagah.

I.4 Alat – alat yang digunakan dan Metode Pendekatan

Peralatan yang dibawa mempunyai fungsi tersendirim sehingga menjadi

prasyarat untuk mengikuti field trip ini. Adapun perlengkapan yang dibawa

terbagi 2 yaitu peralatan pribadi dan peralatan kelompok.

I. Perlengkapan kelompok, yaitu:

1. Lup

Fungsi: Untuk melihat kenampakan mineral dalam batuan pada

singkapan dengan jelas

2. Kompas Geologi

Fungsi: Untuk mengukur strike, kelerengan, dip dan untuk

menentukan posisi obyek dan pengamat dalam peta

3. HCL 0,1 M

Fungsi: Untuk mengeuji apakah suatu batuan mengandung

karbonatan

4. Palu Geologi

Fungsi: Untuk membuka singkapan, mengambil sampel batuan,

mengetahui kekompakan batuan, dan sebagai pembanding dalam

mengambil foto singkapan batuan

5. Kamera

Fungsi: Untuk mengambil kenampakan yang ada selama

dilapangan

6. Spidol Anti Air

Page 3: LAPORAN KRISMIN

29

Fungsi: Untuk memberi keterangan dan nomor pada plastik

sample

7. Plastik Sampel

Fungsi: Untuk menempatkan sample batuan dari lapangan

II. Perlengkapan perorangan, yaitu:

1. Alat tulis / gambar

Pensil

Pensil warna

Sepasang mistar segitiga

Busur derajat

Karet penghapus

Ball point

Buku catatan lapangan (field note)

Clip Board

2. Peta topografi

3. Topi

4. Tas lapangan

5. Minuman dan makanan

6. Obat – obatan bagi yang memerlukan

7. Payung atau jas hujan

Dalam melakukan penyusunan laporan fieldtrip Kristalografi dan

Mineralogi praktikan menggunakan metode penyusunan laporan dengan tahap

– tahap sebagai berikut:

1. Studi Pustaka daerah pengamatan.

2. Melakukan pengamatan lansung pada lapangan, mengambil sampel dan

membuat sketsa daerah pengamatan.

3. Mengkaji data yang diperoleh dari pengamatan di lapangan

4. Studi Pustaka dan korelasi data.

5. Menyusun laporan fieldtrip.

Page 4: LAPORAN KRISMIN

29

BAB IITINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

II.1 Geomorfologi Regional

Van Bemmelen (1948), berdasarkan penelitiannya secara fisiografis

dapat membagi Jawa Tengah menjadi 3 zona, yaitu:

1. Zone Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zone Lipatan

2. Zone Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zone Depresi

3. Zone Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zone Plato.

Menurut letaknya, daerah Kulon Progo merupakan bagian dari zona

Jawa Tengah bagian selatan sehingga daerah ini merupakan suatu plato. Plato ini

sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemmelen,

1948). Bagian utara dan timur Kulon Progo ini dibatasi oleh dataran pantai

Samudera Indonesia dan bagian barat laut berhubungan dengan Pegunungan

Serayu Selatan.

Daerah Kulon Progo ini merupakan daerah uplift yang membentuk

dome yang luas. Dome tersebut terbentuk relatif persegi panjang dengan diameter

berarah utara – selatan dengan panjang mencapai 32 km dan pada arah barat –

timur diperkirakan mencapai 15 – 20 km. Dengan demikian puncak dari dome

tersebut berupa dataran yang sangat luas yang disebut dengan Plato Jonggrangan.

Sehingga dengan demikian Van Bemmelen memberikan nama pada dome yang

terdapat pada pegunungan Kulon Progo ini dengan nama Oblong Dome.

Berdasarkan relief dan genesanya, daerah kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi

beberapa satuan geomorfologi , diantaranya adalah :

A. Satuan Pegunungan Kulon Progo

Pegunungan Kulon Progo ini memiliki ketinggian berkisar antara

100 – 1200 meter di atas permukaan laut dan besar kelerengannya berkisar

antara 15 – 600. Penyebaran dari satuan pegunungan Kulon Progo ini

memanjang dari selatan ke utara dan menempati bagian barat DI

Yokyakarta yang meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh.

Page 5: LAPORAN KRISMIN

29

Daerah yang berada pada kawasan Pegunungan Kulon Progo ini umumnya

digunakan sebagai kebun campuran, sawah, tegalan dan pemukiman.

B. Satuan Perbukitan Sentolo

Perbukitan Sentolo ini memiliki ketinggian yang berkisar antara 50

– 150 m di atas permukaan laut dengan besar rerata kelerengan 15%.

Satuan perbukitan Sentolo ini meliputi daerah kecamatan pengasih dan

Sentolo. Satuan perbukitan ini memiliki penyebaran yang sempit dan

terpotong oleh sungai yang memisahkan wilayah kabupaten Kulon Progo

dengan Kabupaten Bantul.

C. Satuan Teras Progo

Satuan teras Progo ini terletak di sebelah utara satuan perbukitan

Sentolo dan di sebelah timur pegunungan Kulon Progo. Satuan teras Progo

ini meliputi daerah kecamatan Nanggulan dan Kali Bawang, terutama di

daerah tepi Kulon Progo.

D. Satuan Dataran Aluvial

Penyebaran satuan dataran aluvial ini memanjang dari barat ke

timur yang meliputi kecamatan Panjatan, Temon, Wates, Galuh, Panjatan

dan sebagian daerah Lendah. Daerah dataran aluvial ini relatif landai

sehingga sebagian besar digunakan sebagai lahan persawahan dan

pemukiman penduduk.

E. Satuan Dataran Pantai

1. Subsatuan Gumuk Pasir

Subsatuan Gumuk Pasir ini memiliki penyebaran di sepanjang

pantai selatan Yokyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai

yang bermuara di pantai selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo

yang membawa material – material berukuran pasir dari hulu ke

muara. Oleh sebab itu aktivitas angin material tersebut terendapkan di

sepanjang pantai dan kemudian membentuk gumuk – gumuk pasir.

2. Subsatuan Dataran Aluvial Pantai

Subsatuan dataran pantai terletak di sebelah utara subsatuan gumuk

pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir halus yang berasal

Page 6: LAPORAN KRISMIN

29

dari subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan

dataran aluvial pantai ini tidak dijumpai gumuk – gumuk pasir namun

sebagian dari daerah ini digunakan sebagai daerah persawahan dan

pemukiman penduduk.

II.2 Stratigrafi Regional

Di bagian timur mandala Serayu adalah cekungan Kulon Progo yang secara

stratigrafis mempunyai susunan litologi yang berbeda dari daerah di sekitarnya.

Susunan stratigrafi Kulon Progo dari tua ke muda adalah:

1. Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan menempati daerah dengan morfologi perbukitan

bergelombang rendah hingga menengah dan tersebar merata di daerah nanggulan

(bagian timur Pegungungan Kulon Proga). Secara setempat formasi ini juga

dijumpai di daerah Sermo, Gandul dan Kokap yang berupa lensa – lensa atau blok

xenolith dalam batuan beku andesit. Formasi nanggulan mempunyai tipe lokasi di

daerah Kalisongo, Nanggulan. Formasi ini tersingkap di bagian timur Kulon

Progo, di daerah Sungai Progo dan Sungai Puru. Terbagi menjadi 3, yaitu:

a. Axinea Beds yaitu formasi yang terletak paling bawah dengan ketebalan

40 meter, merupakan tipe endapan laut dangkal yang terdiri dari batupasir,

batuserpih dengan perselingan napal dan lignit yang semuanya berfasies

litoral. Axinea Beds ini banyak mengandung fosil Pelecypoda.

b. Yogyakarta Beds yaitu formasi yang terendapkan secara selaras di atas

Axinea Beds dengan ketebalan 60 meter. Terdiri dari napal pasiran

berselang – seling dengan batupasir dan batulempung yang mengandung

Nummulities djogjakartae.

c. Discocyclina Beds yaitu formasi yang diendapkan secara selaras di atas

Yogyakarta Beds dengan ketebalan 200 meter. Terdiri dari napal dan

batugamping berselingan dengan batupasir dan serpih. Semakin ke atas

bagian ini berkembang kandungan foraminifera planktonik yang

melimpah.

Page 7: LAPORAN KRISMIN

29

Secara keseluruhan ketebalan formasi ini diperkirakan mencapai 300 m

dengan umur Eosen Tengah – Oligosen Akhir (P14 – P16) (Suyanto dan

Roskamil, 1975).

2. Formasi Andesit Tua

Secara tidak selaras di atas formasi Nanggulan diendapkan Formasi

Andesit Tua. Formasi ini tersusun atas breksi andesit, tuf, lapili, aglomerat dan

sisipan aliran lava andesit. formasi ini tersingkap baik di bagian tengah, utara dan

barat daya daerah Kulonprogo yang membentuk morfologi pegunungan

bergelombang sedang hingga terjal. Ketebalan formasi ini diperkirakan hingga

mencapai 600 meter. Berdasarkan fosil foraminifera planktonik yang dijumpai

dalam napal ditentukan umur Formasi Andesit Tua yaitu Oligosen Atas.

3. Formasi Jonggrangan

Di atas formasi andesit tua diendapkan Formasi Jonggrangan secara tidak

selaras. Formasi ini secara umum, bagian bawah terdiri dari konglomerat, napal

tufan, dan batupasir gampingan dengan kandungan Moluska serta batulempung

dan sisipan lignit. Di bagian atas komposisi Formasi ini berupa batu gamping

berlapis dan batugamping koral. Morfologi yang terbentuk dari batuan penyusun

formasi ini berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan tersebar di bagian

utara pegunungan Kulonprogo. Ketebalan batuan penyusun formasi ini 250 - 400

meter dan berumur Miosen Bawah – Miosen Tengah.

4. Formasi Sentolo

Di atas Formasi Andesit Tua, selain Formasi Jonggrangan, diendapkan

juga secara tidak selaras Formasi Sentolo. Hubungan Formasi Sentolo dengan

Formasi Jonggrangan adalah saling menjari. Formasi sentolo mempunyai tipe di

daerah sentolo. Bagian bawah berupa batu gamping, batu pasir napalan, napal

pasiran dan napal tufan. Sementara semakin ke atas berkembang menjadi

batugamping berlapis dengan kandungan fosil foraminifera dan fragmen koral.

Umur formasi ini berkisar N8 – N15 (Miosen Awal – Pliosen). Penyebaran

Formasi Sentolo meliputi daerah bagian tenggara dari pegunungan Kulonprogo

Page 8: LAPORAN KRISMIN

29

dengan kenampakan morfologi berupa perbukitan bergelombang rendah hingga

perbukitan bergelombang tinggi.

5. Formasi Wates dan Formasi Yogyakarta

Di atas batuan – batuan yang lebih tua diendakan Formasi Wates dan

Formasi Yogyakarta sebagai formasi termuda yang berumur resen (holosen).

Formasi Wates terdiri dari material lepas hasil transportasi permukaan dan

sedimentasi sungai saat ini seperti Sungai Progo dan Sungai Bogowonto. Formasi

Wates tersebar di bagian selatan dan baratdaya Pegunungan Kulonprogo hingga

berbatasan dengan Samudra Indonesia. Formasi Yogyakarta mempunyai

penyebaran di bagian timur pegunungan Kulonprogo dengan kenampakan

morfologi berupa daratan. Komonen penyusun formasi ini berupa material lepas

produk Gunung Merapi Tua dan Merapi Muda.

II.3 Struktur Geologi Regional

Secara struktur, Pegunungan Kulonprogo merupakan tinggian yang dicirikan

oleh adanya kompleks gunungapi purba yang berada di atas batuan berumur

Paleogen dan ditutup oleh batuan karbonat yang berumur Neogen. Van Bemmelen

(1949) menyatakan bahwa pegunungan Kulonprogo telah mengalami beberapakali

tektonik. Tektonik pertama terjadi setelah pembentukan Formasi Nanggulan yaitu

opada kala Oligo – Miosen. Saat itu terbentuk Gunungapi Ijo, Gadjah dan

Menoreh yang merupakan inti kubah Pegunungan Kulonprogo. Setelah itu

terbentuk Formasi Andesit Tua. Pada awal Miosen Atas terjadi penurunan yang

mengakibatkan terjadi penggenangan. Pada saat itu terendapkan Formasi

Jonggrangan dan Formasi Sentolo yang saling menjari. Pada awal Pleistosen,

semua daerah Kulonprogo mengalami pengangkatan sehingga terbentuk

morfologi tinggian dan terbentuk beberapa lipatan. Menurut suroso (1986) di

kulonprogo dijumpai sesar – sesar normal yang menunjukan pola radier disekitar

tubuh kubah terobosan yang masih cukup ideal.

Secara garis besar struktur geologi daerah Kabupaten Kulon Progo dapat

dibagi menjadi dua yaitu Struktur Dome dan Struktur Unconfirmity.

Page 9: LAPORAN KRISMIN

29

1. Struktur Dome

Kabupaten Kulon Progo termasuk ke dalam daerah dome yang puncaknya

berupa daratan yang luas, biasa disebut Plato Jonggrangan. Proses geologi

yang banyak terjadi yakni orogenesis. Struktur dome ini membuat batuan

yang tersingkap mempunyai kemiringan yang relatif landai karena adanya

pengangkatan setelah pengendapan batuan di bawahnya. Dome ini berasal

dari kala Meiosen. Karena tidak ditemukannya perlapisan pada kala

Pleiosen sampai kala Pleistosen van Bemmelen menyebut dome ini sebagai

Oblong Dome.

2. Struktur Unconfirmity

Pada perbatasan antara Eosen atas dari Formasi Nanggulan dengan

Formasi Andesit Tua yang berumur Oligosen terdapat ketidakselarasan

berupa disconfirmity, karena lapisan lebih muda dengan lapisan lebih tua

terpaut umur yang sangat jauh walaupun lapisannya sejajar.

Page 10: LAPORAN KRISMIN

29

BAB III

PEMBAHASAN

KONDISI GEOLOGI DAERAH PENGAMATAN

III.1 Stasiun Pengamatan 1

Stasiun pengamatan in terletak pada jalan raya di Kenteng, antara Kenteng

dan Watumurah, disekitar kali bawang, pada stasiun pengamatan ini terdapat dua

buah Lokasi Pengamatan (LP), di tiap lokasi pengamatan pengunaan kompas

geologi mulai diaplikasikan untuk mengukur posisi dua buah LP di sepanjang

jalan, dengan cara menembak Gunung Mudjil dan Gunung Prau.

Satuan geomorfologi yang dapat teramati dari stasiun pengamatan ini ialah

adanya topografi perbukitan, topografi bergelombang serta topografi dataran,

dengan morfogenesis ialah bentang alam fluvial. Pada daerah ini terdapat dataran

ialah sebelah timur dari stasiun pengamatan dan sebelah barat dari stasiun

pengamatan adalah topografi perbukitan, dengan morfogenesis bentang alam

struktural. Deskripsi lebih lanjut ada pada pembahasan tiap Lokasi Pengamatan.

III.1a Lokasi Pengamatan 1

Letak lokasi pengamatan ini ialah N 250 E dari Gunung Prau, dan N 342 E

dari gunung Mudjil, yang berada pada pinggir jalan raya daerah Kenteng di

sebelah irigasi buatan manusia yang tidak terdapat pada peta. Daerah ini

mempunyai geomorfologi berupa dataran bergelombang, namun kearah barat

merupakan perbukitan. Bentuk divide dari LP 1 ini ialah cembung.

Daerah dataran bergelombang mempunyai materi penyusun (litologi) berupa

batu lempung pasiran, yang merupakan endapan alluvial di zaman kuarter ini

(menurut peta geologi regional tahun 1995 ialah endapan kolovium, namun

ternyata berbeda pada keadaan sesunguhnya), sedangkan Gunung Mudjil dan Prau

memiliki litologi berupa batu Breksi andesit, gunung Mudjil dan Gunung Prau

merupakan isolated hill in layer, karena perbukitan yang mempunyai litologi yang

lebih tua dikelilingi oleh yang lebih muda, serta daerah perbukiatan disini

Page 11: LAPORAN KRISMIN

29

dikelilingi oleh dataran disekelilingnya yang umumnya merupakan daerah

persawahan.

Litologi di daerah persawahan berupa batu lempung pasiran dengan

deskripsi sebagai berikut:

Nama batuan : Batulempung pasiran

Warna : Coklat tua

Tekstur batuan : Klastik

Struktur : Laminasi

Komposisi Mineral : Mineral – mineral berukuran lempung dan

pasir

Deskripsi fisik mineral – mineral berukuran lempung:

Berwarna coklat, kilap tanah, cerat coklat, kekerasan tidak dapat diuji,

belahan tidak ada, pecahan tidak rata, bentuk amorf, sifat dalam fleksibel,

kemagnetan diamagnetik, sifat lain opak.

Pada lokasi pengamatan ini didapati beberapa jenis mineral yaitu : Limonit,

Kuarts, Gipsum, dan Hematit, mineral – mineral ini di dapat pada daerah sebelah

selatan dari lokasi pengamatan, dimana tempat penemuannya ialah pada sebuah

kali kecil (Kuarts) dan berasosiasi dengan mineral lempung (Gipsum, Limonit,

Hematit).

(a) (b)

Page 12: LAPORAN KRISMIN

29

Gambar 1, Mineral Limonit (a) dan Mineral Gipsum (b)

(lensa kamera menghadap utara)

Kuarts yang ditemukan bukanlah terbentuk pada tenpat dia ditemukan,

kuarsa terbentuk pada proses magmatism. kuarsa yang terdapat disini telah dibawa

oleh aliran air, bentuk dari kuarsa sendiri mengindikasikan hal tersebut.

(a) (b)

Gambar 2, Lokasi penemuan Kuarts

(kepala palu menunjuk arah barat (a) lensa kamera menghadap selatan (b))

Berikut ini ialah deskripsi fisik dari mineral yang di dapat :

1. GYPSUM (CaSO4.2H2O)

Warna : tidak berwarna

Kilap : kaca

Kekerasan : 2

Cerat : Putih

Belahan : Sempurna

Pecahan : berserat

Bentuk : amorf

Struktur : Menyerat

Berat jenis : 2.32

Sifat dalam : Sectile

Gambar 3, GYPSUM

Page 13: LAPORAN KRISMIN

29

Kemagnetan : diamagnetik

Sifat lain : Opaque

Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan sulfat karena

mengandung gugus anion SO42-

Sistem kristal : Monoklin

Kegunaan : Digunakan dalam bidang kedokteran, dekorasi interior,

penggosok papan dan karet untuk konstruksi

Genesa : Alterasi dari anhydrite atau endapan dari larutan

( Krauss, 1951 : 334 )

2. QUARTZ(SiO2):

Warna : Putih

Kilap : Kaca

Kekerasan : 7

Cerat : Putih

Belahan : Tidak menentu

Pecahan : Konkoidal

Bentuk : Amorf

Struktur : Nodular

Berat jenis : 2.65

Sifat dalam : rapuh

Kemagnetan : diamagnetik

Sifat lain : translucent

Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan silikat karena

mengandung unsur Si yang berikatan dengan

unsur O.

Sistem kristal : Hexagonal

Kegunaan : Sebagai perhiasan, bahan baku pembuatan kaca

Genesa : proses Magmatis

( Klein, 2002 : 545 )

Gambar 4, QUARTZ

Page 14: LAPORAN KRISMIN

29

3. HEMATITE (Fe2O3):

Warna : Merah

Kilap : tanah

Kekerasan : 5.5 – 6.5

Cerat : merah

Belahan : Tidak menentu

Pecahan : uneven

Bentuk : Amorf

Struktur : nodular

Berat jenis : 2.65

Sifat dalam : rapuh

Kemagnetan : diamagnetik

Sifat lain : Opaque

Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan oksida karena

mempunyai anion O-

Sistem kristal : rombhohedral

Kegunaan : bijih besi

Genesa : Oksidasi dari batuan yang banyak mengandung

besi

LIMONITE (FeOOH.nH2O):

Warna : Coklat Kekuningan

Kilap : tanah

Kekerasan : 5.5

Cerat : kuning kecoklatan

Belahan : Tidak menentu

Pecahan : Konkoidal

Bentuk : Amorf

Struktur : Nodular

Berat jenis : 4

Sifat dalam : rapuh

Gambar 5, HEMATITE

Gambar 6, LIMONITE

Page 15: LAPORAN KRISMIN

29

Kemagnetan : diamagnetik

Sifat lain : Opaque

Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan oksida karena

mempunyai anion O-

Sistem kristal : Orthorombic

Kegunaan : Sebagai perhiasan, bahan baku pembuatan kaca

Genesa : Dekomposisi dari pyrite, atau hidrasi batuan yang

mengandung besi

Litologi batuan lempung pasiran bukanlah material baik sebagai penopang

jalan, sehingga didapati jalan yang rusak diatas batuan lempung pasiran tersebut,

kerusakan ini berupa amblesnya jalan aspal tersebut dan juga terjadi retakan –

retakan.

(a) (b)

Gambar 7, Kerusakan jalan yang terjadi

Tampak adanya retakan – retakan dan amblesan dari jalan,

sebagai akibat dari batuan penopang jalan yang kurang baik

(lensa kamera menghadap utara)

III.1b Lokasi Pengamatan 2

Page 16: LAPORAN KRISMIN

29

Letak lokasi pengamatan ini ialah N 317 E dari gunung Mudjil, yang berada

pada pinggir jalan raya daerah Kenteng, dan sebelah timur dari LP 1. Daerah ini

mempunyai geomorfologi berupa dataran, namun kearah barat merupakan

perbukitan. Bentuk divide dari LP 2 ini ialah cekung.

Daerah ini ialah daerah endapan Quartenary Alluvium, Dikatakan bentang

alam aluvial karena pada daerah ini terdapat endapan aluvial yaitu endapan yang

dihasilkan oleh erosi sungai dan proses – proses fluvial masih terjadi pada daerah

ini. Endapan Fluvial yang terbentuk berasal dari anak Sungai Progo, dilihat dari

stratigrafinya merupakan endapan alluvium karena terbentuk pada kala holosen.

Di sebelah barat banyak terdapat perbukitan dan pegunungan sehingga disebut

bentang alam structural. Pada LP 2 ini, padi menjadi vegetasi yang dominan,

karena pengunnaan lahan secara garis besar untuk persawahan.

Daerah dataran yang ber-divide cekung ini merupakan daerah yang

berpotensi tinggi terkena banjir akibat luapan dari kali-kali disekitarnya.

Gambar 8, Lokasi Pengamatan 2 (tampak gunung Mudjil)

III.2 Stasiun Pengamatan 2

Page 17: LAPORAN KRISMIN

29

Stasiun ini terletak pada daerah Dengok, dengan 2 Lokasi pengamatan,

lokasi pertama menunjukan Formasi Andesit Tua, sedangkan pada Lokasi

Pengamatan kedua dijumpai formasi sentolo serta kontak antar 2 formasi tersebut.

Pada stasiun ini, kompas geologi digunakan untuk menghitung kemiringan lereng,

dengan perbandingan antara 2 orang yang memiliki tinggi sama, serta dilakukan

pengukuran dip dan strike dari perlapisan batuan. Palu geologi pun akhirnya

terpakai untuk memecah batuan sebagai sampel.

III.2a Lokasi Pengamatan 1

Lokasi pengamatan ini terletak agak kedalam dari arah jalan, posisinya ialah

sebelah utara dari jalan, dan satuan geomorfologi daerah ini ialah perbukitan,

dengan morfogenesis structural dan fluvial.

Daerah ini merupakan daerah cakupan dari Formasi Andesit Tua, dimana

batuan yang ada pada LP 1 ini ialah batuan breksi andesit yang merupakan

endapan epiklastik dengan fragmen berupa batu andesit berukuran bongkah

sampai kerakal dan matrik pengikat berupa mineral berukuran pasir sampai

lempung, dengan kemas dan sortasi yang buruk. Van Bemmelen, 1948,

mengatakan bahwa daerah ini (formasi andesit tua khususnya) tersusun atas breksi

andesit, tuf lapili, aglomerat dan sisipan aliran lava andesit, namun batuan yang

teramati ialah breksi andesit.

Gambar 9, Sampel Sampel, berupa batuan sedimen berlapis Batu andesit yang

telah mengalami pelapukan

Page 18: LAPORAN KRISMIN

29

Berikut ialah deskripsi mineralogy dari fragmen batu andesit tersebut :

Nama batuan : Andesit

Warna batuan : Hijau muda

Tekstur batuan : porfiro aphanitic

Struktur batuan : masif

Mineral :

1. Nama mineral : QUARTZ (SiO2)

Kelompok mineral : Silikat

Sub kelompok : Tectosilicates

Deskripsi fisik :

Mineral kuarsa berwarna putih (colorless) memiliki cerat putih dan kilap kaca

dengan kekerasan 7, belahan tidak ada, pecahan tidak rata, bentuk kristalin

granular, struktur kriptokristalin, sifat dalam rapuh (brittle), sifat lain translucent,

kemagnetan diamagnetik, berat jenis 2,6.

Genesa mineral : Mineral kuarsa terbentuk dari kristalisasi magma pada

suhu yang rendah, merupakan mineral yang terbentuk

paling akhir dari Bowen’s Reaction Series.

Asosiasi mineral : Orthoklas, plagioklas, muskovit, hornblende

Keterdapatan : Batuan beku, sedimen, dan metamorf

2. Nama mineral : PLAGIOKLAS (CaAl2Si2O8)

Kelompok mineral : Silikat

Sub kelompok : Tectosilicates

Deskripsi fisik :

Mineral plagioklas berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, kekerasan 6 (skala

Mohs), bentuk kristalin prismatik, struktur tabular, belahan baik 2 arah, pecahan

uneven, sifat dalam rapuh, sifat lain translucent, kemagnetan diamagnetik, berat

jenis 2,7 – 2,8.

Genesa mineral : Mineral plagioklas terbentuk dari kristalisasi magma.

Asosiasi mineral : Orthoklas, kuarsa, hornblende, muskovit

Keterdapatan : Batuan beku, sedimen, dan metamorf

Page 19: LAPORAN KRISMIN

29

3. Nama mineral : HORNBLENDE (Ca2Mg5Si6Al2O22(OH)2)

Kelompok mineral : Silikat

Sub kelompok : Inosilicates

Deskripsi fisik :

Mineral hornblende berwarna coklat - hitam memiliki cerat hitam kecoklatan dan

kilap kaca dengan kekerasan 5 - 6, belahan sempurna 2 arah, pecahan tidak rata

(uneven), bentuk kristalin prismatik, struktur fanerokristalin, sifat dalam rapuh

(brittle), sifat lain opaque, kemagnetan diamagnetik, berat jenis 3 – 3,4

Genesa mineral : Mineral hornblende terbentuk dari kristalisasi magma

pada suhu yang sedang, merupakan mineral yang

terbentuk dari kristalisasi magma pada Bowen’s Reaction

Series.

Asosiasi mineral : Kuarsa, plagioklas, augite, magnetite, mika

4. Nama mineral : PYROXENE ( RSiO6)

Kelompok Mineral : Silikat

Deskripsi fisik :

Berwarna hijau - hitam, kilap kaca, cerat putih, kekerasan 5 – 6 (skala Mohs),

bentuk kristalin euhedra, belahan baik 2 arah, pecahan uneven, sifat dalam rapuh,

kemagnetan diamagnetik, sifat lain opaque, berat jenis 3,2 – 4,4.

Genesa mineral : Mineral piroksin terbentuk dari kristalisasi magma

Asosiasi mineral : Olivin, garnet, nepelin

Keterdapatan : Batuan beku

5. Mineral Berwarna Hijau

Genesa mineral : Hasil pelapukan mineral lain

6. Mineral karbonat

Genesa mineral : Hasil alterasi dari plagioklas.

Page 20: LAPORAN KRISMIN

29

Pelapukan terjadi pada fragmen dari batuan sedimen yang ada di LP ini,

dengan tingkat pelapukan antara agak lapuk – lapuk, hal ini dibuktikan dengan

adanya alterasi dari mineral plagioklas menjadi kalsit (mineral karbonat) pada

fragmen yang berupa batu andesit, dan juga adanya mineral klorit yang

merupakan hasil pelapukan dari Hornblende, sedangkan pada fragmen berupa

batu andesit berukuran bongkah (fragmen), sisi dalam dari batuan tersebut

merupakan bagian yang masih segar karena belum mengalami pelapukan.

Gambar 10, Sampel Batu Andesit pada fragmen berukuran bongkah

Berikut ialah deskripsi mineralogy dari fragmen berupa batu andesit yang

berukuran bongkah :

Nama batuan : Andesit

Warna batuan : Abu – abu kecoklatan

Tekstur batuan : porfiro aphanitic

Struktur batuan : masif

Mineral :

1. Nama mineral : QUARTZ (SiO2)

Kelompok mineral : Silikat

Sub kelompok : Tectosilicates

Deskripsi fisik :

Page 21: LAPORAN KRISMIN

29

Mineral kuarsa berwarna putih dan tidak berwarna memiliki cerat putih dan kilap

kaca dengan kekerasan 7, belahan tidak ada, pecahan tidak rata, bentuk kristalin

granular, struktur kriptokristalin, sifat dalam rapuh (brittle), sifat lain translucent,

kemagnetan diamagnetik, berat jenis 2,6.

Genesa mineral : Mineral kuarsa terbentuk dari kristalisasi magma pada

suhu yang rendah, merupakan mineral yang terbentuk

paling akhir dari Bowen’s Reaction Series.

Asosiasi mineral : Orthoklas, plagioklas, muskovit, hornblende

Keterdapatan : Batuan beku, sedimen, dan metamorf

2. Nama mineral : PLAGIOKLAS (CaAl2Si2O8)

Kelompok mineral : Silikat

Sub kelompok : Tectosilicates

Deskripsi fisik :

Mineral plagioklas berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, kekerasan 6 (skala

Mohs), bentuk kristalin prismatik, struktur tabular, belahan baik 2 arah, pecahan

uneven, sifat dalam rapuh, sifat lain translucent, kemagnetan diamagnetik, berat

jenis 2,7 – 2,8.

Genesa mineral : Mineral plagioklas terbentuk dari kristalisamagma.

Asosiasi mineral : Orthoklas, kuarsa, hornblende, muskovit

Keterdapatan : Batuan beku, sedimen, dan metamorf

3. Nama mineral : HORNBLENDE (Ca2Mg5Si6Al2O22(OH)2)

Kelompok mineral : Silikat

Sub kelompok : Inosilicates

Deskripsi fisik :

Mineral hornblende berwarna coklat - hitam memiliki cerat hitam kecoklatan dan

kilap kaca dengan kekerasan 5 - 6, belahan sempurna 2 arah, pecahan tidak rata

(uneven), bentuk kristalin prismatik, struktur fanerokristalin, sifat dalam rapuh

(brittle), sifat lain opaque, kemagnetan diamagnetik, berat jenis 3 – 3,4

Page 22: LAPORAN KRISMIN

29

Genesa mineral : Mineral hornblende terbentuk dari kristalisasi magma

pada suhu yang sedang, merupakan mineral yang

terbentuk dari kristalisasi magma pada Bowen’s Reaction

Series.

Asosiasi mineral : Kuarsa, plagioklas, augite, magnetite, mika

4. Nama mineral : PYROXENE ( RSiO6)

Kelompok Mineral : Silikat

Deskripsi fisik :

Berwarna hijau - hitam, kilap kaca, cerat putih, kekerasan 5 – 6 (skala Mohs),

bentuk kristalin euhedra, belahan baik 2 arah, pecahan uneven, sifat dalam rapuh,

kemagnetan diamagnetik, sifat lain opaque, berat jenis 3,2 – 4,4.

Genesa mineral : Mineral piroksin terbentuk dari kristalisasi magma

Asosiasi mineral : Olivin, garnet, nepelin

Keterdapatan : Batuan beku

Pada kedua deskripsi tersebut di dapat perbedaan, hal ini terjadi karena

tingkat pelapukan yang berbeda, sehingga komposisi mineralnya pun berbeda.

III.2b Lokasi Pengamatan 2

Lokasi LP 2 masih berada di wilayah dengok, tidak jauh dari LP 1,

posisinya ada di sebelah barat daya dari LP 1, pada daerah ini, dijumpai kontak

antara Formasi Andesit Tua dan Formasi Sentolo, dimana formasi Sentolo terletak

di atas formasi Andesit Tua, dan terendapkan secara tidak selaras (Van Bemmelen,

1948), jenis ketidak selarasan tidak teramati secara langsung karena minimnya

waktu untuk pengamatan, namun dilihat dari tipe batuan, maka ketidakselarasan

ini dapat dibilang sebagai disconformity (sedimen dengan sedimen), atau dapat

juga sebagai paraconformity jika ternyata bidang erosiny tidak jelas terlihat, dan

hanya dapat diidentifikasi dengan fosil antar lapisan, dilihat dari posisi antara

formasi Sentolo dan formasi Andesit Tua,dan menurut hokum superposisi,

formasi Andesit Tua terbentuk lebih dahulu.

Page 23: LAPORAN KRISMIN

29

Gambar 11, Singkapan batuan sedimen pada Formasi Sentolo

(kepala palu menghadap utara)

Pada lokasi ini, praktikan mengukur Dip dan Strike dari perlapisan batuan

sedimen, yang mendapatkan hasil yaitu Strike N 138 E dan Dip sebesar 35.

(a) (b)

Gambar 12, Material berukuran kerikil (a) dan material berukuran pasir (b)

(kepala palu menghadap utara)

Endapan sedimen yang dijumpai mempunyai ketebalan sekitar 2 – 2,5 meter

(relative dari permukaan tanah disekitarnya), ialah endapan sedimen klastik yang

Page 24: LAPORAN KRISMIN

29

memiliki 10 perlapisan, kelompok kami mengambil beberapa contoh perlapisan

dengan besar butir yang berbeda-beda, dari sampel yang diteliti, seluruhnya

mengandung kalsium karbonat. Pada formasi ini terdapat batu lempung

karbonatan (napal) berwarna coklat, tekstur klastik, struktur laminasi, terdiri dari

mineral – mineral karbonatan berukuran lempung. Berikut ini merupakan urutan

perlapisannya :

1. Pasir karbonatan (paling bawah)

2. Lempung dengan fragmen andesit

3. Pasir karbonatan

4. Lempung dengan fragmen andesit

5. Pasir karbonatan

6. Lempung karbonatan

7. Lempung dengan fragmen andesit

8. Pasir karbonatan

9. Lempung

10. Tanah (paling atas)

Gambar 13, Sampel, berupa batuan sedimen berlapis

Page 25: LAPORAN KRISMIN

29

Berikut ialah deskripsi batu pasir tersebut :

Nama batuan : Batupasir

Warna : Coklat

Tekstur batuan : Klastik

Struktur : Berlapis

Komposisi Mineral : Kuarst, Hornblen, Feldspar, mineral

karbonat.

Deskripsi fisik mineral :

1. Nama mineral : QUARTZ (SiO2)

Kelompok mineral : Silikat

Deskripsi fisik :

Mineral kuarsa berwarna putih dan colorless memiliki cerat putih dan kilap kaca

dengan kekerasan 7, belahan tidak ada, pecahan tidak rata, bentuk kristalin

granular, struktur kriptokristalin, sifat dalam rapuh (brittle), sifat lain translucent,

kemagnetan diamagnetik, berat jenis 2,6.

Genesa mineral : Mineral kuarsa terbentuk dari kristalisasi magma pada

suhu yang rendah, merupakan mineral yang terbentuk

paling akhir dari Bowen’s Reaction Series.

Asosiasi mineral : Orthoklas, plagioklas, muskovit, hornblende

Keterdapatan : Batuan beku, sedimen, dan metamorf

2. Nama mineral : HORNBLENDE (Ca2Mg5Si6Al2O22(OH)2)

Kelompok mineral : Silikat

Sub kelompok : Inosilicates

Deskripsi fisik :

Mineral hornblende berwarna coklat - hitam memiliki cerat hitam kecoklatan dan

kilap kaca dengan kekerasan 5 - 6, belahan sempurna 2 arah, pecahan tidak rata

(uneven), bentuk kristalin prismatik, struktur fanerokristalin, sifat dalam rapuh

(brittle), sifat lain opaque, kemagnetan diamagnetik, berat jenis 3 – 3,4

Page 26: LAPORAN KRISMIN

29

Genesa mineral : Mineral hornblende terbentuk dari kristalisasi magma pada

suhu yang sedang, merupakan mineral yang terbentuk dari

kristalisasi magma pada Bowen’s Reaction Series.

Asosiasi mineral : Kuarsa, plagioklas, augite, magnetite, mika

Di Daerah ini pada umumnya digunakan oleh penduduk setempat sebagai

areal perladangan dibuktikan dengan adanya ladang ketela di LP 2. Hal ini

didukung oleh tersedianya tanah yang subur karena proses pelapukan yang aktif.

Vegetasi terdiri dari rumput, semak, pohon yang tumbuh alami dan tumbuhan

ketela hasil budidaya. Ditinjau dari bencana geologi maka bencana yang mungkin

dapat terjadi adalah gerakan massa. Karena kemiringan lereng yang cukup

curam. Gerakan massa berjalan lambat dan dibuktikan dengan adanya tiang –

tiang listrik yang miring.

III.3 Stasiun Pengamatan 3

Stasiun pengamatan 3 terletak pada daerah Congot, satuan geomorfologi

yang teramati pada daerah ini ialah topografi perbukitan, dengan morfogenesisnya

ialah bentang alam struktural, karena dijumpai sesar, kekar dan lipatan yang

terbentuk karena proses endogenik, pada stasiun 3 yang juga merangkap sebagai

lokasi pengamatan ini, kami mengamati sebuah bukit breksi andesit, mengukur

Dip dan Strike dari perlapisan batuan, menemukan sebuah sesar geser kanan, dan

mengamati sebuah kekar pada batuan breksi andesit tersebut.

Daerah ini tersusun atas batuan sedimen yang tersusun oleh breksi andesit

(epiklastik), ada dua perlapisan breksi andesit yang berbeda, perlapisan atas

merupakan breksi andesit dengan komposisi cenderung kasar, sedangkan

perlapisam kedua (di bawah perlapisan pertama) merupakan breksi andesit dengan

komposisi material yang cenderung halus.

Page 27: LAPORAN KRISMIN

29

Gambar 14, Batas bidang perlapisan

Sampel diambil dari kedua perlapisan tersebut, berupa batuan beku andesit,

namun tidak ada perbedaan komposisi dari kedua sampel tersebut, Horblende

tampak dominan sebagai fenokris dalam batu andesit tersebut, perbedaan

komposisi secara makroskopis terlihat pada matriks pengikatnya.

a b

Gambar 15, Andesit, perhatikan komposisi hornblende yang melimpah

( fragmen lapisan atas (a), fragmen lapisan bawah (b))

Berikut ialah deskripsi mineralogy dari fragmen batuan tersebut:

Nama batuan : Andesit

Warna batuan : Abu – abu kecoklatan

Page 28: LAPORAN KRISMIN

29

Tekstur batuan : porfiro aphanitic

Struktur batuan : masif

Komposisi mineral : Hornblende, Kuarts, Feldspar, Mineral Mafic

Mineral :

1. Nama mineral : HORNBLENDE (Ca2Mg5Si6Al2O22(OH)2)

Kelompok mineral : Silikat

Deskripsi fisik :

Mineral hornblende berwarna coklat - hitam memiliki cerat hitam kecoklatan dan

kilap kaca dengan kekerasan 5 - 6, belahan sempurna 2 arah, pecahan tidak rata

(uneven), bentuk kristalin prismatik, struktur fanerokristalin, sifat dalam rapuh

(brittle), sifat lain opaque, kemagnetan diamagnetik, berat jenis 3 – 3,4,

kelimpahan amat melimpah.

Genesa mineral : Mineral hornblende terbentuk dari kristalisasi magma

pada suhu yang sedang, merupakan mineral yang terbentuk

dari kristalisasi magma pada Bowen’s Reaction Series.

Asosiasi mineral : Kuarsa, plagioklas, augite, magnetite, mika

2. Nama mineral : QUARTZ (SiO2)

Kelompok mineral : Silikat

Deskripsi fisik :

Mineral kuarsa berwarna putih memiliki cerat putih dan kilap kaca dengan

kekerasan 7, belahan tidak ada, pecahan tidak rata, bentuk kristalin granular,

struktur kriptokristalin, sifat dalam rapuh (brittle), sifat lain translucent,

kemagnetan diamagnetik, berat jenis 2,6. Kelimpahan sedikit melimpah.

Genesa mineral : Mineral kuarsa terbentuk dari kristalisasi magma pada

suhu yang rendah, merupakan mineral yang terbentuk

paling akhir dari Bowen’s Reaction Series.

Asosiasi mineral : Orthoklas, plagioklas, muskovit, hornblende

Keterdapatan : Batuan beku, sedimen, dan metamorf

Page 29: LAPORAN KRISMIN

29

III.4 Stasiun Pengamatan 4

Stasiun ini terletak pada tepi Pantai Glagah, merupakan bentang alam marin.

Pada tepi pantai ini terdapat endapan pasir besi, yang merupakan hasil rombakan

dari batuan beku yang kemudian dibawa oleh sungai , lalu diendapkan pada pantai

selatan pulau jawa, persebarannya sampai pada Pantai Cilacap. Pasir pantai

Glagah tersebut mengandung komposisi mineral (yang teramati) Kuarts, Hematit,

Magnetit, Hornblende dan Plagioklas.

Berikut ialah deskripsi mineral-mineral tersebut :

1. QUARTZ (SiO2):

Warna : Putih

Kilap : Kaca

Kekerasan : 7

Cerat : Putih

Belahan : Tidak menentu

Pecahan : Konkoidal

Bentuk : Amorf

Struktur : Nodular

Berat jenis : 2.65

Sifat dalam : rapuh

Kemagnetan : diamagnetik

Sifat lain : translucent

Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan silikat karena

mengandung unsur Si yang berikatan dengan

unsur O.

Sistem kristal : Hexagonal

Kegunaan : Sebagai perhiasan, bahan baku pembuatan kaca

Genesa : proses Magmatis

( Klein, 2002 : 545 )

2. HEMATITE (Fe2O3):

Page 30: LAPORAN KRISMIN

29

Warna : Merah

Kilap : Tanah

Kekerasan : 5.5 – 6.5

Cerat : Merah

Belahan : Tidak menentu

Pecahan : uneven

Bentuk : Amorf

Struktur : Nodular

Berat jenis : 5.26

Sifat dalam : rapuh

Kemagnetan : paramagnetik

Sifat lain : translucent

Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan oksida karena

memiliki anion O-.

Sistem kristal : Hexagonal

Kegunaan : Sebagai Bijih besi, untuk pembuatan berbagai

produk logam

Genesa : hasil dari pelapukan dan oksidasi dari batuan

yang mengandung unsur besi

( Klein, 2002 : 381 )

3. PLAGIOCLASE (CaAl2Si2O8) :

Warna : abu-abu

Kilap : Kaca

Kekerasan : 6

Cerat : Putih

Belahan : baik

Pecahan : Konkoidal

Bentuk : Amorf

Struktur : Nodular

Berat jenis : 2.7 – 2.8

Page 31: LAPORAN KRISMIN

29

Sifat dalam : rapuh

Kemagnetan : diamagnetik

Sifat lain : translucent

Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan silikat karena

mengandung unsur Si yang berikatan dengan

unsur O.

Sistem kristal : Tricline

Kegunaan : Batuan ornamental

Genesa : proses Magmatis

( Klein, 2002 : 554 )

4. HORNBLENDE (Ca2Mg5Si6Al2O22(OH)2) :

Warna : Hitam

Kilap : Kaca

Kekerasan : 5 - 6

Cerat : Hitam

Belahan : baik

Pecahan : even

Bentuk : Amorf

Struktur : Nodular

Berat jenis : 3.0-3.4

Sifat dalam : rapuh

Kemagnetan : diamagnetik

Sifat lain : Opaque

Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan silikat karena

mengandung unsur Si yang berikatan dengan

unsur O.

Sistem kristal : Monocline

Kegunaan : ornamental dan Gemstone

Genesa : proses Magmatis

( Klein, 2002 : 526 )

Page 32: LAPORAN KRISMIN

29

5. MAGNETITE (Fe3O4):

Warna : Putih

Kilap : Logam

Kekerasan : 6

Cerat : Hitam

Belahan : baik

Pecahan : Konkoidal

Bentuk : Amorf

Struktur : Nodular

Berat Jenis : 5.18

Kemagnetan : Feromagnetik

Sifat Lain : Opaque

Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan oksida karena

memiliki anion O-.

Sistem kristal : Isometric

Kegunaan : Sebagai Bijih besi, untuk pembuatan berbagai

produk logam

Genesa : aksesori mineral pada batuan beku

( Klein, 2002 : 389 )

\

b e

Page 33: LAPORAN KRISMIN

29

Gambar 16, Butiran pasir besi pantai Glagah, Kuarst (a),

Magnetit (b), Hematit (c), Hornblende (d), dan Plagioklas (e).

Selama perjalanan juga teramati adanya lagun – lagun pada sebelah timur

kali kamal, lagun ini kaya akan endapan Halit, dan mungkin Gipsum (pada

teorinya) yang terbentuk karena proses evaporasi air laut dengan vegetasi

dominan berupa pohon kelapa, terdapat pula perkebunan buah naga pada wilayah

pesisir.

Pasir besi menutup wilayah pantai dan pesisir, yang merupakan litologi

dominan pada daerah pantai Glagah, pada muara Kali Serang teramati adanya

anomali, dimana ujungnya dibelokan oleh pematang pasir, kali serang

mempertahankan alirannya, sehingga tampak seperti sekarang.

ac

d

Page 34: LAPORAN KRISMIN

29

Gambar 17, Pasir besi di pantai Glagah.

Pasir besi pada pantai Glagah mengandung kadar besi yang tinggi, sehingga

layak untuk di ekploitasi dari segi geologi, namun sampai saat ini hal tersebut

belumlah dilakukan, karena dari aspek lain tidaklah memenuhi, kedepannya

diharapkan ekploitasi ramah lingkungan diikuti oleh pembangunan aspek sosial

dapat dilakukan di daerah ini. Aspek geologi lingkungan yang negatif ialah terkait

dengan posisi pantai Glagah yang terletak di pantai selatan pulau jawa, sehingga

rawan terhadap ancaman tsunami yang ditimbulkan gempa di laut lepas (Samudra

Hindia).

Gambar 18, Pantai Glagah dan Samudra Hindia,

terbayangkah akan tsunami dengan kondisi pantai seindah ini?

(kamera menghadap selatan)

Page 35: LAPORAN KRISMIN

29

BAB IV

KESIMPULAN

Formasi Nanggulan, Formasi Sentolo, Formasi Andesit Tua. Formasi

Jonggrangan, dan Endapan Aluvial dan gumuk – gumuk Pasir merupakan formasi

yang menyusun kabupaten Kulon Progo dan sekitarnya ( Van Bumellen, 1949 ),

pada field trip kali ini didapati 3 formasi batuan pada daerah tersebut, yaitu

Endapan Aluvial, Formasi Sentolo, dan Formasi Andesit Tua. Dimana ketiga

formasi batuan tersebut ialah batuan sedimen dan Formasi Andesit Tua ialah

batuan sedimen epiklastik dengan fragmen batuan beku andesit.

Dari beberapa bukti dapat dinyatakan bahwa kulon progo pernah menjadi

dasar laut, salah satu bukti diantaranya ialah adanya lapisan batu napal pada

daerah dengok.

Litologi yang umum dijumpai pada field trip ini adalah batuan beku yaitu

andesit, dan batulempung pasiran, selain itu ditemukan batuan sedimen,

diantaranya, batuan breksi, batulempung. Mineral – mineral yang dijumpai pada

stasiun – stasiun pengamatan adalah kuarsa, hornblende, plagioklas, orthoklas,

gipsum, limonit, kalsit, magnetit, klorit, mineral lempung.

Gypsum, terbentuk dari proses presipitasi, kuarsa berasal dari proses

magmatism, limonit merupakan hasil hidrasi dari batuan beku yang mengandung

unsur besi, hematite merupakan hasil oksidasi, dari batuan beku yang

mengandung unsur besi.

Page 36: LAPORAN KRISMIN

29

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, Van. 1948. The Geologi of Indonesia. Batavia.

Hulburt, C. S. JR. 1959. Dana’s Manual of Mineralogy. John Wiley & Sons,Inc :

London.

Hulburt, C. S. JR. and Klein, C. 1977. Manual of Mineralogy. John Wiley &

Sons,Inc : New York.

Kraus, Hunt, & Ramsdell. 1951. Mineralogy. McGraw-Hill Book Company, Inc :

New York.

Soetoto. Ir. 2003. Geologi. Yogyakarta : Tidak dipublikasikan.

Staff Asisten Geologi Fisik dan Dinamik. 1994. Panduan Praktikum Geologi

Dasar. Yogyakarta : Tidak dipublikasikan.