laporan koleksi spesimen kel 4 takse
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 Laporan Koleksi Spesimen Kel 4 Takse
1/9
-
8/12/2019 Laporan Koleksi Spesimen Kel 4 Takse
2/9
I. PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKoleksi spesimen merupakan aset ilmiah yang penting sebagai bahan
penelitian keanekeragaman fauna baik taraf nasional ataupun taraf internasional.
Kegiatan pengelolaan yang dapat dilakukan adalah proses engawetan, perawatan,
perekaman data, pengawasan dalam penggunaan specimen ilmiah (Suhardjono,
1999).
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Populasi yaitu keseluruhan elemen atau unsur yang akan ditelit.
Penelitian yang akan dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya,
agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan
sensus. Namun, karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen
tadi. Maka yang bisa dilakukannya adalah sebagian dari keseluruhan elemen atau
unsur tadi. Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak
mungkin karakteristik populasi. (Pratiwi, 2006)
Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen
secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-
spesimen yang sulit di temukan di alam. Spesimen adalah contoh
binatang/tumbuhan/mikroba utuh (misal serangga, ikan), bagian dari tubuh
binatang/tumbuhan (misal tengkorak mamalia, tulang burung, daun yang diserang
hama, bunga) atau organ (hati, pucuk akar serabut) atau darah (untuk material DNA)
yang dikumpulkan dan disimpan untuk jangka waktu tertentu (Suhardjono, 1999).
Manfaat dan dayaguna koleksi spesimen menurut Suhardjono (1999)
diantaranya yaitu :1. Membantu dalam identifikasi atau mengenali jenisnya2. Mendiagnosa / mendeskripsikan karakter pemiliknya3. Membantu mempelajari hubungan kekerabatan4. Mempelajari pola sebaran geografi5. Mempelajari pola musim keberadaanya6. Mengetahui habitat7. Mengetahui tumbuhan / hewan inang8. Mengetahui biologi : perilaku, daur hidup.
-
8/12/2019 Laporan Koleksi Spesimen Kel 4 Takse
3/9
B. TujuanTujuan praktikum koleksi spesimen kali ini yaitu :
1. Melakukan pengawetan terhadap hewan avertebrata dan vertebrata.2. Membuat koleksi spesimen yang dapat bertahan lama.
-
8/12/2019 Laporan Koleksi Spesimen Kel 4 Takse
4/9
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sotong (Sepiasp adalah hewan laut dari family Sepiidae, kelas Cephalopoda,
dan filum Mollusca. Sepia sp merupakan komoditas perikanan yang tersebar di
sepanjang perairan pantai Indonesia. Sotong memiliki ukuran yang pendek, sirip
daging melingkari seluruh badan, bagian belakang bundar dengan punggung yang
keras karena di dalam dagingnya terdapat kerangka dari kapur yang bentuknya
lonjong dan berwarna putih. Sekitar mulut terdapat 8 tangan yang pendek dan 2
tangan yang panjang. Tangan yang pendek dilingkari dengan alat pengisap sepanjang
tangan sedangkan tangan yang panjang hanya terdapat pada ujungnya. Warna
bervariasi tetapi umumnya coklat atau kuning kecoklatan tergantung dari warna
dasar perairan. Sotong tidak memiliki bentuk kaki yang lebar dan datar seperti halnya
moluska lain. Bagian anterior kaki Cephalopoda tumbuh menjadi serangkaian tangan
yang mengelilingi mulut, dan bagian posteriornya membentuk corong (funnel atau
sifon) berotot pada bukaan rongga mantel (Tehranifard dan Dastan, 2011).
Sotong memiliki warna yang bervariasi, tetapi biasanya sotong berwarna
hitam atau coklat dan memiliki bintik-bintik pada kulitnya. Perubahan warna pada
sotong mungkin saja terjadi karena pada kulit sotong terdapat tiga jenis pigmen, yaitu
kromatofor, leukofor, dan iridofor. Pigmen ini berfungsi sebagai alat komunikasi
sesama sotong dan sebagai kamuflase agar tidak dapat ditemukan oleh predator
dengan cara berubah warna atau merubah tekstur kulit mereka (Jereb dan Roper,
2005).
Metode penanganan sampel tahap awal spesimen yang telah didapat
selanjutnya dilakukan pengawetan dengan dua cara yaitu pengawetan basah dan
kering. Semua spesimen koleksi basah tersimpan dalam botol yang berisi larutan
pengawet alkohol 70%. Untuk pengawetan kering dilakukan dengan menyimpan
spesimen dalam keadaan kering di dalam kaca preparat dan tidak menggunakan
larutan pengawet. . Spesimen diawetkan dengan cara dimasukkan ke dalam larutan
alkohol 70%, kemudian spesimen dibilas dengan air sampai bersih. Apabila ada
bagian yang menggembung, dapat ditusuk dengan jarum supaya isinya keluar.
Spesimen didehidrasi bertingkat mulai dari alkohol 70%, 80%, 90% selama 10 menit
pada masing-masing tingkatan. Lalu spesimen dicuci dengan xylol sampai bersih.
Spesimen dibunuh denganalkohol 70%. Spesimen direndam dalam larutan laktofenol
-
8/12/2019 Laporan Koleksi Spesimen Kel 4 Takse
5/9
agar lapisan kitinnya menipis dan jaringan internal menjadi lembek. Selanjutnya,
spesimen dimasukkankaca preparat dengan media balsam kanada (Pratiwi, 2006).
Cumi-cumi, sotong dan gurita biasanya dilakukan pengambilan pada malam
hari. Cara pengambilan dengan menggunakan lampu senter atau petromaks yang kuat
cahayanya. Lampu (cahaya) tersebut disorotkan ke air, sehingga dengan mudah
sotong dan cumi-cumi akan naik ke permukaan air dan dapat ditangkap dengan
jaring. Biasanya sotong ditangkap dengan jaring pantai. Untuk melakukan pelemasan
atau relaksasi moluska laut ada beberapa cara. Cara yang biasa digunakan adalah
dengan MgCl26H2O, pembekuan cepat, dengan menthol, dengan klorat hidrat atau
merendamnya dalam air tawar. Pembekuan cepat dapat dilakukan dengan cara
meletakkan pecahan es batu dalam cawan petri dan masukkan moluska ke dalam
cawan. Fiksasi untuk moluska menggunakan 2-4 % formalin yang dinetralkan
dengan boraks atau larutan Bouin. Formalin diencerkan dengan air laut, masukkan
sampel moluska yang telah mati atau lemas dan diamkan hingga 1 atau 2 hari. Untuk
koleksi basah, spesimen harus dibungkus dengan kapas atau kain yang telah
direndam dengan formalin (2 %) atau alkohol (70 %). Setelah itu spesimen
ditempatkan dalam kantong plastic tebal dan kemudian disimpan dalam wadah atau
kotak plastik untuk dibawa ke laboratorium. Di laboratorium, dipindahkan ke botol
yang telah berisi larutan pengawet (alkohol 70 %). Khusus untuk moluska jenis besar
yaitu Chephalopoda, fikasasi dapat disuntikan ke dalam mantel sehingga bagian
dalam juga dapat terfiksasi. Koleksi disimpan dalam wadah atau botol yang
disesuaikan dengan ukuran spesimen. Spesimen yang sudah tersimpan dalam wadah
yang benar ditata dalam rak, kompaktus atau lemari penyimpan lainnya. Penataan
botol menurut suku yang disusun berdasarkan kerabat atau filogeni. Dalam setiap
suku spesimen disusun menurut nomor katalog berdasarkan nama jenis (Pratiwi,
2006).
Alur pelabelan dapat dimulai dari data lapangan yang berisikan semua data
identitas spesimen dari lapangan yang dicatat dalam buku lapangan dan merupakan
catatan kerja (nama jenis, tanggal pengambilan, kolektor, lokasi, suhu, arus,
kedalaman, kecerahan, posisi, salinitas, pH, parameter kualitas air lainnya, teknik
koleksi, nama lokal dan lainlainnya). Catatan tersebut sangat membantu dalam
melengkapi label. Teknik pelabelan tidak semua data dituliskan dalam label, hanya
berisikan informasi tertentu saja misalnya: nama jenis, nama suku, nomor katalog,
-
8/12/2019 Laporan Koleksi Spesimen Kel 4 Takse
6/9
koordinat, nama lokasi, nama kolektor, nama identifikator, tanggal identifikasi,
tanggal pengambilan dan alat yang digunakan (Pratiwi 2006).
-
8/12/2019 Laporan Koleksi Spesimen Kel 4 Takse
7/9
III. MATERI DAN METODE
A. MateriBahan-bahan yang digunakan dalam praktikum acara koleksi spesimen yaitu
Sotong (Sepiasp.), alkohol 70% 2 liter.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara koleksi spesimen yaitu
botol koleksi spesimen, baskom plastik, kertas label, bak preparat, pensil.
B. Metode
Sotong (Sepia sp) yang didapatkan dari laut dilakukan penanganan pertamadengan mencucinya dengan air bersih,dan membersihkan tinta yang berada dalam
tubuhnya. Selanjutnya untuk melakukan pelemasan atau relaksasi, sotong (Sepiasp.)
direndam dalam air tawar selama 2-3 jam. Sotong (Sepiasp) disimpan dalam botol
koleksi spesimen tutup berulir yang telah berisi 1 liter alkohol. Setelah 2-3 hari, jika
alkohol berubah warna menjadi pekat maka dilakukan penggantian alkohol 70%.
Selanjutnya diberi label yang berisi keterangan nama lokal, nama ilmiah, nama
family, lokasi ditemukan, habitat, jumlah koleksi spesimen, kolektor, dan
determinator. Penyimpanan dilakukan pada ruang koleksi maka perlu dilakukan
perawatan secara rutin, teratur dan insidental. Pengecekan alkohol secara
berkala,setiap 3 atau 6 bulan sekali, bila jumlah alkohol berkurang harus ditambah
kembali hingga penuh.
.
-
8/12/2019 Laporan Koleksi Spesimen Kel 4 Takse
8/9
-
8/12/2019 Laporan Koleksi Spesimen Kel 4 Takse
9/9
DAFTAR REFERENSI
Jereb, P dan Roper, C.F.E. 2005. Cephalopods of the world: an annotated and
illustrated catalogue of Cephalopod species known to date: 1. Chambered
Nautiluses and Sepioids (Nautilidae, Sepiidae, Sepiolidae, Sepiadariidae,Idiosepiidae and Spirulidae).FAO Species Catalogue for Fishery Purposes,
4(1). FAO: Rome. ISBN 92-5-105383-9. 262, plates I-IX pp.
Pratiwi, Rianta. 2011. Biota Laut : Bagaimana Mengoleksi Dan Merawat Biota Laut.
Oseana, Volume XXXI, Nomor 2, 2006 : 1 9.
Tehranifard. A , K. Dastan. 2011. General morphological characteristics of the Sepia
Pharaonis (cephalopoda) from Persian gulf, Bushehr region. IPCBEE vol.1.
IACSIT Press, Singapore.
Suhardjono. P, D Sapulete, S E Pratignyo & A Budiman 1985. Structural analysis of
mangrove vegetation in Elpaputih and Wailale, Ceram, Indonesia. In :Bardsley K N et al. (Ed.). Coastal and Tidal Wetlands of the Australian
Monsoon Region : 153-165.