laporan kinerja tahun 2016 -...

55
Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016 11 KATA PENGANTAR Draf [Course title] LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

Upload: ngokiet

Post on 10-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

11

KATA PENGANTAR

Draf [Course title]

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

12

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan

kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran yang dikelola. Penyusunan laporan

kinerja bertujuan untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja

yang telah dan seharusnya dicapai serta sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi

pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya. Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Penyusunan laporan disusun dengan mengacu

kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata

Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Secara umum materi yang termuat dalam laporan ini memberikan penjelasan mengenai pencapaian

kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA selama Tahun 2016. Capaian

Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 sebagai tolak ukur keberhasilan pencapaian kinerja Direktorat

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA. Analisis atas capaian kinerja terhadap target kinerja

ini akan digunakan sebagai umpan balik perbaikan dan peningkatan kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan NAPZA secara berkelanjutan.

Hasil capaian kinerja sasaran yang telah ditetapkan dapat memenuhi target dan sesuai rencana.

Meskipun demikian, berbagai pencapaian target indikator kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunan NAPZA memberikan gambaran bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan rehabilitasi

sosial terhadap Korban NAPZA secara keseluruhan sangat ditentukan oleh komitmen, keterlibatan dan

dukungan aktif segenap komponen aparatur negara, masyarakat, dunia usaha sebagai bagian integral

dari upaya penanggulangan kemiskinan untuk mencapai kesejahteraan umum,

Akhirnya laporan ini dapat menjadi sarana evaluasi yang konstruktif dan dapat memberi manfaat yang

optimal serta dimaknai secara positif oleh seluruh jajaran Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA bagi peningkatan manajemen kinerja yang lebih baik di masa mendatang.

Jakarta, Desember 2016

Direktur RSKP NAPZA

Waskito Budi Kusumo

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

13

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 merupakan

wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2015-2019 dan Rencana Kinerja Tahunan 2016 yang

telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun 2016. Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 ini pada hakekatnya merupakan

kewajiban dan upaya untuk memberikan penjelasan mengenai akuntabilitas kinerja yang telah dilakukan

selama tahun 2016. Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

Tahun 2016 disusun dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan

Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 53 Tahun 2014. Laporan ini memuat

pencapaian kinerja pelaksanaan program/kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA serta Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2015 - 2019. Pada Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA ini dijelaskan upaya pertanggungjawaban keberhasilan maupun

kegagalan dalam pelaksanaan program/kegiatan Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA pada tahun 2016.

Dalam upaya merealisasikan good governance, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA telah melaksanakan berbagai kegiatan, dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran, untuk

mewujudkan visi dan misi yang telah dituangkan dalam Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2015 -2019.

Dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

Tahun 2016 menetapkan 1 sasaran program/kegiatan dengan 6 indikator kinerja. Sasaran kegiatan yang

dimaksud adalah Meningkatnya penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan

NAPZA dengan 6 (enam) indikator kinerja, antara lain: (1) jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang

mendapatkan rehabilitasi dan perlindungan sosial sesuai standar pelayanan; (2) Jumlah Korban

Penyalahgunaan NAPZA yang berhasil dilayani, diberi bantuan dan mendapatkan rehabilitasi sosial di

dalam dan di luar panti sesuai standar pelayanan; (3) Jumlah korban penyalahgunaan napza yang

mendapatkan bantuan sosial; (4) Jumlah lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

yang mendapatkan bantuan social; (5) Jumlah SDM yang meningkat kapasitasnya dalam memberikan

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA (orang); (6) Jumlah Lembaga Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan NAPZA yang telah dikembangkan/dibantu.

Secara umum pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam tahun 2016 telah sesuai

dengan target yang telah ditetapkan. Pencapaian indikator kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

14

Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016. Pada tahun 2016, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA mendapatkan total alokasi anggaran sebesar Rp. ................., - yang

bersumber dari Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) dengan realisasi anggaran mencapai

Rp. ......................... (...%). Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA akan

senantiasa berupaya dan bekerja lebih keras lagi, serta menyempurnakan kebijakan yang ada untuk

lebih mengoptimalkan pencapaian sasaran kegiatan, sehingga diharapkan di masa yang akan datang

capaian semua sasaran kegiatan dapat lebih optimal. Melalui Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 ini diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan

kinerja kegiatan untuk tahun selanjutnya.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA ini merupakan

laporan kinerja yang dilaksanakan melalui kegiatan Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA, Dekonsentrasi dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) setingkat Esselon III.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA berisi laporan capaian

kinerja yang mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA yang di dalamnya menyajikan dan melaporkan kegiatan yang dilakukan berdasarkan tugas dan

fungsi Kementerian Sosial khususnya di bidang Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

selama tahun anggaran 2016.

Laporan Kinerja dimaksudkan sebagai laporan Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA sebagai bentuk pertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan visi dan misi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam Rencana

Kinerja Tahunan dan Perjanjian Kinerja. Pada Laporan Kinerja dilakukan Pengukuran Kinerja Tahun

2016 yang dijadikan umpan balik untuk memacu perbaikan kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA di tahun yang akan datang, dengan menganalisa capaian kinerja, terutama

sasaran yang bersifat strategis dengan indikator kinerja yang terukur dan akuntabel.

Capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA tahun 2016

tercapai dengan baik, meskipun kurang dapat menyerap anggaran seluruhnya. Dalam mewujudkan

tujuan dan sasaran strategis, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang terdiri

dari kantor Pusat, 2 UPT dan 34 Provinsi melalui dana dekonsentrasi, Target sasaran yang ditetapkan

dalam perjanjian kinerja yaitu : Meningkatnya kemampuan kelompok marginal yang terpenuhi hak

dasarnya, Meningkatnya sarana aksesibilitas bagi kelompok masyarakat marjinal oleh K/L, pemerintah,

kab/kota dan dunia usaha/masyarakat, meningkatnya lembaga dan sumber daya manusia dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial pada bidang rehabilitasi sosial. Pencapaian target pada tahun

2016 secara fisik Yang ditandai dengan adanya indikator kegiatan peningkatan kapasitas SDM dengan

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

15

pelaksanaan bimbingan teknis bidang rehabilitasi sosial baik yang dilaksanakan di Dit. RSKP NAPZA

dan Dinas Sosial sebanyak 6.705 petugas rehabilitasi sosial, lembaga rehabilitasi KPN baik yang

dibantu/dikembangkan sebanyak 213 lembaga baik yang di bentuk oleh Dit. RSKP NAPZA maupun

binaan Dinas Sosial, Buku pedoman bidang rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZ semula sebanyak

6 pedoman (Panduan PIE, Pembentukan PIE, Standar Nasional Rehabilitasi Sosial, Penyempurnaan

Buku Peksos, Penyempurnaan Buku Konselor Adiksi, Pedoman Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA bagi anak dan perempuan, penanganan rehabilitasi sosial bagi korban

penyalahgunaan NAPZA melebihi capaian sebanyak 23.114 orang

Permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap Korban

Penyalahgunaan NAPZA adalah berkaitan dengan masalah SDM pelaksanan rehabilitasi sosial yang

menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan rehabilitasi sosial khususnya pelaksanaan di daerah yang

memerlukan pendampingan, pemantauan dan pelaporan yang tepat. Tantangan lainnya berkaitan

dengan belum maksimalnya keterlibatan dunia usaha dan masyarakat dalam mewujudkan hak-hak

Korban Penyalahgunaan NAPZA.

Untuk mengatasi kendala tersebut, dilakukan beberapa pemecahan masalah sebagai berikut :

(1) diperlukan upaya pengembangan program dan strategi baru dalam penanganan masalah Korban

Penyalahgunaan NAPZA; (2) perlunya peningkatan kompetensi SDM pelaksana rehabilitasi sosial

Korban Penyalahgunaan NAPZA, sesuai dengan perkembangan issue; (3) Mendorong dan memotivasi

semua pihak agar turut berpartisipasi dan terlibat dalam penanganan masalah sebagai bagian dari

masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Keberhasilan DKorban Penyalahgunaan NAPZA dalam mengakses dunia kerja akan sangat

dipengaruhi oleh faktor pendukung lainnya. Selain dari dalam diri, diperlukan juga lingkungan yang

kondusif yang dapat memberikan kesempatan dan ruang bagi mereka untuk dapat mengaktualisasikan

diri. Di samping itu Kemensos perlu berkoordinasi dan bekerjasama dengan kementerian terkait. Dan

tentunya kesempatan yang diberikan oleh masyarakat seluas-luasnya kepada Korban Penyalahgunaan

NAPZA untuk berperan sesuai dengan kapasitas yang dimiiki.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ...................................................... ................................. ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

16

BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum .......................................................................... 1

B. Dasar Hukum ............................................... .................................. 6

C. Aspek Strategis ........................................................................ ...... 7

D. Sistematika Penyajian .................................. .................................. 8

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

A. Pembangunan Jangka Menengan Nasional 2015 – 2019 .............. 9

B. Rencana Strategis 2015 - 2019 .................................................... .11

C. Penetapan Kinerja 2015 .......................................................... ...... 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2015 ..................... .............. 18

B. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015 ................. ........................... 22

C. Akuntabilitas Keuangan ................................... .............................. 55

BAB IV PENUTUP .......................................................... ..............................

Tabel 1 Struktur dan Susunan Organisasi Dit. RSKP NAPZA ................................ 2

Tabel 2 UPT Bidang NAPZA Milik Kementerian Sosial RI ..................................... 5

Tabel 3 Sasaran Strategis tahun 2015 – 2019 Dit. RSKP NAPZA ........................ 12

Tabel 4 Indikator Kinerja Utama Dit. RSKP NAPZA 2015 – 2019 ......................... 13

Tabel 5 Penetapan Kinerja Tahun 2015 Dit. RSKP NAPZA .................................. 14

Tabel 6 Tingkat Capaian Kinerja Tahun 2015 Dit. RSKP NAPZA ......................... 18

Tabel 7 Pencapaian Target Kinerja Sasaran Strategis 1 ...................................... 22

Tabel 8 Penyebaran Penerima UEP/BPUEP Th 2015 Berdasarkan Provinsi .......... 23

Tabel 9 Penyebaran Penerima UEP/BPUEP Th 2015 Berdasarkan Jneis Usaha ....24

Tabel 10 Penyebaran Penerima Bimb.Keter. Kerja Th 2015 Provinsi ...................... 25

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

17

Tabel 11 Penyebaran Penerima Bimb.Keter. Kerja Th 2015 Jenis Usaha ............... 26

Tabel 12 Bantuan Biaya RSKP NAPZA .................................................................. 27

Tabel 13 Bantuan Dukungan Fasilitas RSKP NAPZA ............................................. 29

Tabel 14 Data Penjangkauan/Pendampingan ......................................................... 34

Tabel 15 Pencapaian target kinerja sasaran Strategis 2 ......................................... 35

Tabel 16 Pencapaian target kinerja sasaran Strategis 3 ......................................... 37

Tabel 17 IPWL Baru Penerima Bantuan Fasilitas Th 2015 ...................................... 44

Tabel 18 IPWL Baru Operasional LKS Non IPWL Th 2015 .................................... 48

Tabel 19 Realisasi Anggaran Per Program/Output Tahun Anggaran 2015.............. 55

Tabel 20 Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja s/d 31 Desember 2015.................. 55

BAB I

P E N D AH U L U A N

A. Gambaran Umum

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu unit

teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial - Kementerian Sosial dan berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI No. 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial, maka tugas pokok dan fungsi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut :

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

18

DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL KORBAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA

SUBBAGIAN TATA USAHA

Subdirektorat Reintegrasi dan

Pembinaan Lanjut Mental

Subdirektorat Kelembagaan dan

Sumber Daya Asistensi&

Subdirektorat

Pemulihan KPN

Subditrektorat Identifikasi dan

Rencana Intervensi

Seksi Analisis dan Identifikasi

Permasalahan

Seksi

Seksi Pemetaan dan

Analisis Kelembagaan

Potensi Sumber Daya

Seksi

Seksi Reintegrasi

Seksi

Seksi Pemulihan KPN Dalam Institusi

Seksi

1. Tugas

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.

2. Fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan,

reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya; dan

f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat

Struktur organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI No. 20/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

19

Tabel 1: Struktur Organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

a. Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi; b. Subdirektorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA; c. Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut; d. Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya; dan e. Subbagian Tata Usaha.

1. Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Identifikasi dan Rencana Intervensi.

Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang analisis dan identifikasi, serta rencana

intervensi; b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan identifikasi, serta rencana

intervensi; c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis dan

identifikasi, serta rencana intervensi; d. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang analisis dan

identifikasi, serta rencana intervensi; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan

identifikasi, serta rencana intervensi.

Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi terdiri atas : a. Seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan; dan

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis dan identifikasi permasalahan.

b. Seksi Rencana Intervensi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rencana intervensi.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

20

2. Sub Direktorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA

Mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA

Sub Direktorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA mernyelenggarakan fungsi : a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang Pemulihan korban penyalahgunaan

NAPZA dalam dan luar institusi; b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di hidang Pemulihan korban penyalahgunaan

NAPZA dalam dan luar institusi; c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Pemulihan

korban penyalahgunan NAPZA dalam dan luar institusi; d. penyiapanbahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang Pemulihan korban

penyalahgunaan NAPZA dalam dan luar institusi dan; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dibidang Pemulihan korban

penyalahgunaan NAPZA dalam dan luar institusi

Subdirektorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA terdiri atas: a. Seksi Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA Dalam Institusi;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, sytandar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemulihan penyalahgunaan NAPZA dalam institusi.

b. Seksi Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA Luar Institusi; Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, sytandar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknisdan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemulihan penyalahgunaan NAPZA luar institusi.

3. Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut Mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas

korban penyalahgunaan NAPZA; b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas

korban penyalahgunaan NAPZA; c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang reintegrasi

dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA; d. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang reintegrasi dan

pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang reintegrasi dan

pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut terdiri atas: a. Seksi Reintegrasi;

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

21

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang reintegrasi bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

b. Seksi Pembinaan Lanjut Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

4. Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya

Mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kelembagaan dan sumber daya

Subdirektorat Sumber Daya menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pemetaan dan analisis serta peningkatan

kapasitas kelembagaan dan sumber daya; b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang bidang pemetaan dan analisis serta

peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya; c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang bidang

pemetaan dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya; d. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang bidang pemetaan

dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya; e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang bidang pemetaan

dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya.

Sub Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya terdiri atas: a. Seksi Pemetaan dan Analisis Kelembagaan dan Potensi Sumber Daya;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemetaan dan analisis kelembagaan dan potensi sumber daya.

b. Seksi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Sumber Daya Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya

5. Subbagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, dan rumah tangga serta administrasi perencanaan program dan anggaran Direktorat.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah menjabarkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam suatu Renstra yang didalamnya tertuang Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran tahunan yang diukur dengan seperangkat indikator kinerja berupa output dan outcome beserta target tahunan yang jelas.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Dekonsentrasi

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

22

Permasalahan penyalahgunaan NAPZA terkait dengan berbagai dimensi kehidupan penyalahguna, yaitu medis, psikiatris, maupun psiko-sosial. Ditinjau dari model bio-psiko-sosial penyalahguna NAPZA dipandang sebagai penyakit yang sering kambuh (relapsing) yang berakibat pada proses pemulihan seumur hidup. Permasalahan tersebut mengakibatkan penyalahguna NAPZA yang telah mendapatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial sulit untuk kembali dalam kehidupan secara wajar karena masih adanya stigma di masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan wadah yang kondusif dan pendampingan secara terarah dan berkesinambungan, dapat membantu mereka dalam menumbuhkan kepercayaan dirinya, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial mereka secara wajar, baik yang dilaksanakan di dalam panti maupun luar panti yang melalui dana lewat Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Dekonsentrasi tahun 2016 untuk 34 propinsi. Panti Sosial Korban NAPZA merupakan perwakilan Kemensos sebagai instansi vertikal di daerah yang menangani masalah NAPZA baik layanan dalam panti juba memberikan layanan penjangkauan dengan sistim luar panti agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Panti yang memberikan pelayanan dan rehabilitasi dibawah pembinaan Direktorat adalah :

Tabel 2 : UPT Bidang NAPZA Milik Kementerian Sosial RI - Dekonsentrasi

NO Program Alamat Kapta

Anggaran

2016 1 PSPP Insyaf Medan Jl. Berdikari No. 37 Desa Lau Bakeri,

Kab. Deli Serdang – Medan – Sumut 300 org

2 PSPP Galih Pakuan Jl. H. Miing No. 71 Putat Nutug Ciseeng – Parung Bogor – Jawa Barat

280 org

3 Dekonsentrasi 34 Provinsi 3.790 org

Unit Pelaksana Teknis (UPT) tersebut melayani Korban Penyalahgunaan NAPZA merupakan unit Eselon III. Selain melalui UPT, pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA juga dilakukan dengan melibatkan Dinas Sosial. Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA (Dit. RSKP NAPZA) melaksanakan program Rehabilitasi Sosial yang dilakukan bersifat terkoordinasi dan terpadu, dalam rangka pemenuhan hak-hak. Adapun kegiiatan rehabilitasi sosial melalui progam rehabilitasi sosial yang mencakup asistensi sosial, advokasi sosial, bimbingan keterampilan, mental dan keagamaan, bimbingan sosial, dan latihan vokasional untuk meningkatkan kemampuan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat. Kegiatan Rehabilitasi sosial yang dilakukan melalui satker daerah, yaitu dengan mekanisme dekonsentrasi.

Tabel 2 : Dekonsentrasi

No Satker Pagu Anggaran 2016

1 DKI Jakarta 323.430.000

2 Jawa Barat 591.280.000

3 Jawa Tengah 275.245.000

4 DI Jogjakarta 346.740.000

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

23

5 Jawa Timur 501.705.000

6 Aceh 386.880.000

7 Sumatera Utara 364.180.000

8 Sumatera Barat 299.855.000

9 Riau 254.845.000

10 Jambi 359.805.000

11 Sumatera Selatan 454.980.000

12 Lampung 291.605.000

13 Kalimantan Barat 395.205.000

14 Kalimantan Tengah 321.280.000

15 Kalimantan Selatan 384.137.000

16 Kalimantan Timur 236.865.000

17 Sulawesi Utara 447.205.000

18 Sulawesi Tengah 382.251.000

19 Sulawesi Selatan 263.979.000

20 Sulawesi Tenggara 280.967.000

21 Maluku 274.480.000

22 Bali 281.280.000

23 Nusa Tenggara Barat 371.505.000

24 Nusa Tenggara Timur 316.080.000

25 Papua 169.070.000

26 Bengkulu 254.755.000

27 Maluku Utara 549.020.000

28 Banten 241.267.000

29 Bangka Belitung 461.719.000

30 Gorontalo 391.890.000

31 Kepulauan Riau 215.630.000

32 Papua Barat 180.670.000

33 Sulwesi Barat 163.930.000

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

24

34 Kalimantan Utara 85.020.000

B. Dasar Hukum

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu unit

teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial - Kementerian Sosial yang

melaksanakan tugasnya berdasarkan Peraturan Perundangan-undangan, antara lain :

1. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara. 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2005. 5. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah. 6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial 7. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 8. PP No. 20, 21, 24 dan 25 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, Penyusunan

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. 9. Peraturat Pemerintah No. 25/2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika. 10. Peraturat Pemerintah No. 29/2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 11. Inpres RI No. 12/2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika tahun 2011 – 2015 12. Peraturan Menteri Keuangan No. 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akuntansi Standar. 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.02/2011, Tanggal : 27 Juni 2011 tentang

Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL 14. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 190/PMK.05/2013, tanggal 29 November 2013 tentang

Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN. 15. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 84/PMK.02/2011 tanggal 23 Mei 2011 tentang Standar

Biaya Tahun Anggaran 2013. 16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birikrasi No. 35/2014

tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

17. Peraturan Menteri Sosial RI No. 03/HUK/2013 tentang Standar Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA.

18. Peraturan Menteri Sosial RI No. 26/HUK/2013 tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

19. Peraturan Menteri Sosial No. 08/2014 tentang Pedoman Rehabilitasi Sosial Penacndu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan NAPZA yang Berhadapan Dengaan Hukum di Lembaga Rehabilitasi Sosial

20. Peraturan Menteri Sosial RI No. 20/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

25

21. Surat Kepmensos RI No. 78/HUK/2010 tentang Penunjukan Panti/Lembaga Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA

22. Surat Edaran Mahkamah Agung RI No 04/2010 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial

23. Peraturan Dirjen Perbendahaan Nomor : Per-66/PB/2005, tanggal 28 Desember 2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN.

C. Aspek Strategis

Pelayanan dan rehabilitasi sosial lain yang berkembang berdasarkan kebutuhan yang harus disikapi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan Napza. Berdasarkan amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, rehabilitasi sosial korban penyalah- gunaan Napza menjadi kewenangan Kementerian Sosial yang kemudian ditindak- lanjuti dengan diterbitkan PP No. 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksana Wajib Lapor dan berlakunya Surat Edaran Bersama (SEB) No. 04/2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan, Korban dan Pecandu Narkotika ke- dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.

Populasi Korban Penyalahgunaan NAPZA yang terdata di Dit. RSKP NAPZA/Dinas Sosial Provinsi berjumlah 478.665 orang (tahun 2011) Pengguna terbesar adalah mereka yang masuk dalam kelompok usia potensial dan produktif antara 10 s/d 59 tahun, sedangkan jumlah yang sudah tertangani dari tahun 2010 – 2016 baru terehabilitasi 60.102 orang (12,55%) baik yang ditangani dalam panti maupun luar panti (UPT Kemensos, UPTD, IPWL, Dit. RSKP NAPZA dan Dekonsentrasi).

Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia sudah darurat narkoba, dimana terdapat 4,5 juta orang yang terkena narkoba, dan 1,2 juta orang sudah tidak bisa direhabilitasi (9;Des;2014). Data ini akan terus bertambah jika pencegahan penyebaran Napza tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku (produsen, pengedar, dan pemakai/korban) dan upaya penanganan korban penyalahgunaan Napza tidak dilakukan secara optimal serta lemahnya kesadaran penduduk akan resiko bahaya narkoba.

Kementerian Sosial juga mendapat tugas rujukan reintegrasi serta menyiapkan institusi bagi penyalahgunaan Napza, Selain melakukan rehabilitasi sosial. Berdasarkan Kepmensos No. 41/HUK/2014 tentang Penunjukkan Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya sebagai Istitusi Penerima Wajib Lapor Bagi Korban Penyalahgunaan Napza Tahun 2014, Kementerian Sosial menyiapkan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), sebagai upaya preventif dan rehabilitatif. Dalam perkembangannya hingga saat ini telah ditetapkan 160 IPWL yang terdiri dari 2 UPT (di PSPP Insyaf Medan dan PSPP Galih Pakuan Ciseeng-Bogor), 5 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan 153 milik masyarakat di 28 Provinsi, baik dalam bentuk panti sosial maupun lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan masyarakat (LKS).

IPWL yang ada masih sangat terbatas baik jumlah, sarana infrastruktur maupun sumber daya pelaksana layanan. Disamping penambahan penyediaan IPWL, Kementerian Sosial juga membutuhkan pekerja sosial (rehabilitasi korban Napza) dan konseling adiktif yang dapat memberikan solusi pencegahan dan rehabilitasi bagi keluarga dan korban yang ingin sembuh dari ketergantungan narkotika. Mengingat posisi Indonesia yang strategis dan menjadi arus masuk narkotika dari luar negeri, penyediaan IPWL dan pekerja sosial/konseling adiktif dimaksud menjadi suatu kebutuhan yang perlu disiapkan dan ditingkatkan fungsi, peran dan keterampilannya.

Di samping menyiapkan IPWL, Kementerian Sosial memberikan pelayanan psikososial dalam panti untuk menghilangkan ketergantungan dan meningkatkan keberfungsian sosial korban penyalahgunaan Napza. Selama periode 2010-2014 korban penyalahgunaan Napza yang mendapatkan pelayanan sebanyak

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

26

22.107 orang melalui pelayanan dalam panti dan luar panti. Penanganan korban penyalahgunaan Napza saat ini yang diperlukan adalah regulasi yang memberikan kewenangan penuh bagi Kementerian Sosial dalam pelayanan psikososial dan pelayanan rehabilitatif (adiktif).

D. Sistematika Penyajian

Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini adalah untuk

mengkomunikasikan pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA selama tahun 2016. Capaian kinerja (performance result) 2016 tersebut diperbandingkan

dengan Rencana Kinerja (performance plan) 2016 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan

organisasi. Dengan pola pikir tersebut, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA disusun dengan sistematika

penyajian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang aspek strategis dan struktur

organisasi.

Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja 2016, menjelaskan muatan rencana strategis

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA tahun 2015-2019 dan

Penetapan Kinerja 2016.

Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan analisis pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dikaitkan dengan pertanggung jawaban publik

terhadap pencapaian strategis untuk tahun 2016.

Bab IV Penutup, menjelaskan kesimpulan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dan menguraikan

rekomendasi yang diperlukan untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang.

Lampiran :

1. Rencana Kinerja Tahunan tahun 2016 Dit. RSKP NAPZA 2. Indikator Kinerja tahun 2016 Dit. RSKP NAPZA 3. Indikator Kinerja Utama tahun 2016 Dit. RSKP NAPZA 4. Penetapan Kinerja tahun 2016 Dit. RSKP NAPZA

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

27

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 20/2015, tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Sosial di Pasal 281 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis, dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang

rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien dan akuntabel, Direktorat

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA berpedoman pada dokumen perencanaan yang

terdapat pada :

a. RPJMN 2015 - 2019; b. Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA 2015 - 2019; c. Penetapan Kinerja Tahun 2015.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

28

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 - 2019 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang 'terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Upaya mencapai visi jangka panjang tersebut harus disusun secara sistematik dan berkesinambungan, terorganisir, dan dilaksanakan dengan penuh ketekunan, disiplin, dan kerja keras yang dinyatakan dalam rumusan misi dan sasaran . Misi pembangunan 2015 - 2019 adalah :

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang

kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan

kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang mandiri, maju, dan sejahtera

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan

kepentingan nasional

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan

Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan sosial. Dengan amanah diatas maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015

- 2019 ini juga diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja jangka menengah yang bersifat

menyeluruh. Persoalan yang bersifat lintas sektor harus ditangani secara holistik dan tidak

terfragmentasi sehingga dapat menyelesaikan persoalan yang sebenarnya. Pencapaian kinerja

pembangunan tersebut menjadi komitmen semua pihak khususnya instansi pemerintah untuk dapat

merealisasikannya secara sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia.

Sementara itu ada juga 9 program unggulan yang diberi nama nawacita, salah satunya tentang

komitmennya dalam pemberantasan korupsi. Komitmen inilah yang saat ini dinantikan seluruh rakyat

Indonesia agar Presiden Jokowi mengambil langkah tegas menyelamatkan KPK.

Berikut 9 program unggulan Presiden :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintah yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

29

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi

domestic 8. Melakukan revolusi karakter bangsa 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

B. Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA 2015 - 2019 merupakan perencanaan jangka menengah yang berisi tentang gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Rencana penanganan masalah penyalahgunaan NAPZA pada Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA melihat perlu adanya pengembangan program dan kegiatan, tentunya tidak terlepas dari konteks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Meningkatkan advokasi regulasi dan kebijakan di tingkat pusat dan daerah untuk pemenuhan hak dasar penduduk penyandang disabilitas, lansia, masyarakat adat, dan kelompok masyarakat marjinal lain. Termasuk dalam proses perencanaan, penganggaran dan implementasi yang berpihak pada kelompok tersebut, untuk itu disusun Rencana Aksi Nasional (RAN). Untuk itu, maka arah kebijakan pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial tahun 2015-2019 telah disusun dan telah disesuaikan dengan perkembangan sehingga ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial mengemban dan melaksanakan tugas sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif dan terakses semua pihak termasuk korban penyalahgunaan NAPZ sesuai yang terkandung dalam amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, PP No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor dan berlakunya Surat Edaran Bersama (SEMA) N0.4/2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan, Korban dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial. Setiap warga negara termasuk korban penyalahgunaan NAPZA mempunyai hak yang sama untuk memperoleh taraf kesejahteraan sosial dan kualitas hidup yang sama dalam hidup bermasyarakat. Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA sebagai penanggung jawab terselenggaranya Rehabilitasi Sosial dengan melaksanakan berbagai kegiatan dan program yang berhasil dilindungi, direhabilitasi baik di dalam maupun di luar panti guna mewujudkan pemenuhan hak-hak agar dapat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, dan mandiri. Pelaksanaan rehabilitasi sosial di iringi dengan peningkatan sumber daya manusia di bidang rehabilitasi sosial agar tercipta profesionalitas dalam memberikan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA dengan meningkatkan kompetensi atau kemampuan dalam bidang rehabiltasi.

C. Tujuan

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dalam melakukan rehabilitasi

sosial, tujuan yang ingin dicapai :

1. Mencegah masyarakat dari penyalahgunaan NAPZA

2. Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban NAPZA

3. Melaksanakan program resosialisasi dan pembinaan lanjut korban NAPZA

4. Meningkatkan mutu pelayanan administarsi dan perencanaan

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

30

Hal ini dilakukan dengan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial, penjangkauan, peningkatan kesadaran orang tua, keluarga, masyarakat terhadap hak dasar dan layanan dasar. Begitu juga dengan adanya pendampingan untuk dapat berpartisipasi aktif dalam dalam pengambilan keputusan, termasuk perencanaan, penganggaran.

1. Sasaran

Berdasarkan tujuan di atas, dalam menjabarkan sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai

pada tahun 2016. Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan sasaran

strategis selama tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 3 :

Sasaran Strategis tahun 2015 - 2019 Dit. RSKP NAPZA

Tujuan Strategis - Sasaran Program

Th. 2015 - 2019

Sasaran Strategis

Th. 2015 - 2019

Indikator Program (IKP) - - Sasaran Kegiatan

Meningkatnya

kemampuan kelompok

marginal yang terpenuhi

hak dasarnya

Prosentase (%) Korban Napza yang

tidak relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar

Meningkatnya sarana

aksesibilitas bagi

kelompok masyarakat

marjinal oleh K/L,

pemerintah

Provinsi/Kab/Kota dan

dunia usaha /Masyarakat

1. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

2. Jumlah K/L, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintah

Kab./Kota, Dunia Usaha

/Masyarakat yang sudah memiliki

sarana dan prasarana yang

dapat diakses oleh kelompok

marginal.

1. Tersedianya regulasi

terkait pengembangan

akses lingkungan

inklusif bagi kelompok

minoritas.

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

Meningkatnya Lembaga

dan Sumber Daya

Manusia (SDM) dalam

penyelenggaraan

kesejahteraan sosial pada

bidang rehabilitasi sosial

Persentase (%) Lembaga

Rehabilitasi Sosial yang telah

terakreditasi / Memberikan layanan

Meningkatnya Lembaga yang

terakreditasi dalam

penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bidang

rehabilitasi sosial.

Prosentase Tenaga Kesejahteraan

Sosial yang terlatih dalam

pelayanan rehabilitasi sosial

Meningkatnya Sumber Daya

Manusia (SDM) yang

tersertifikasi dalam

penyelenggaraan

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

31

kesejahteraan sosial bidang

rehabilitasi sosial

Rehabilitasi Sosial bertujuan memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang

mengalami kecanduan agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, karena korban

penyalahgunaan NAPZA pada umumnya belum tersentuh dengan rehabilitasi sosial maka perlu

disiasati dengan adanya perluasan pelayanan rehabilitasi sosial melalui penjangkauan. Oleh

karenanya peningkatan jangkauan dan akses terhadap rehabilitasi sosial merupakan salah satu

sasaran strategis yang harus dicapai dalam penyelenggaraan layanan. Di samping itu,

meluasnya jangkauan pelayanan rehabilitasi sosial harus dapat diimbangi dengan peningkatan

kompetensi, keterpaduan, dan kualitas rehabilitasi sosial.

2. Indikator Kinerja Utama (IKU) - Sasaran Kegiatan

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah menetapkan Indikator

Kinerja Utama (IKU) secara berjenjang, sebagai ukuran keberhasilan organisasi secara dalam

mencapai sasaran strategis organisasi. Indikator kinerja utama ditetapkan dengan memilih

indikator-indikator kinerja yang ada di dalam Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA tahun 2015 - 2019, sebagai berikut :

Tabel 4 :

Indikator Kinerja Utama Direktorat RSKP NAPZA tahun 2015 – 2019

NO Sasaran Strategis

Th. 2015 – 2019

IKU - Sasaran Kegiatan

1 Prosentase (%) Korban Napza yang tidak

relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar

2 1. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi,

dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

2. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi,

dan Pemerintah Kab./Kota, Dunia Usaha /

Masyarakat yang sudah memiliki sarana

dan prasarana yang dapat diakses oleh

kelompok marginal.

1. Tersedianya regulasi terkait

pengembangan akses lingkungan

inklusif bagi kelompok minoritas.

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

3 Persentase (%) Lembaga Rehabilitasi Sosial

yang terakreditasi

Meningkatnya Lembaga yang telah

terakreditasi / memberikan layanan

dalam penyelenggaraan kesejahteraan

sosial bidang rehabilitasi sosial.

4 Prosentase Tenaga Kesejahteraan Sosial yang

terlatih dalam pelayanan rehabilitasi sosial

Meningkatnya Sumber Daya Manusia

(SDM) yang tersertifikasi dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial

bidang rehabilitasi sosial

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

32

D. Penetapan Kinerja Tahun 2016

Rencana kinerja (Performance Plan) tahun 2009 merupakan penjabaran lebih lanjut dari

Renstra Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, di dalamnya memuat seluruh target kinerja yang

hendak dicapai pada tahun 2016. Rencana Kinerja Tahun 2016 merupakan tahun kedua dari

periode Renstra 2015 – 2019. Berdasarkan atas rencana kinerja tahunan tersebut, selanjutnya

menyusun Rencana Kerja Kegiatan dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKA/KL). Setelah

mendapatkan persetujuan anggaran, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA telah menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2016 secara berjenjang sesuai dengan

kedudukan, tugas, dan fungsi. Penetapan kinerja tersebut merupakan tolok ukur evaluasi

akuntabilitas kinerja unit organisasi yang bersangkutan pada akhir tahun 2016 dan akan dilaporkan

dalam LAKIP tahun 2016 sekaligus sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian

tujuan dan sasaran organsasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagi dasar evaluasi kinerja

aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah membuat penetapan kinerja tahun 2016 ditandatangi oleh Direktur RSKP NAPZA pada Januari 2016 dan adanya perubahan Penetapan Kinerja pada September 2016 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi yang ada. Penetapan kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA tahun 2016 disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kerja tahun 2016 yang telah ditetapkan. Ringkasan Rencana Kerja Tahun 2016 dan Penetapan Kinerja Tahunan 2016 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4 Rencana Kinerja Tahunan 2016

Tujuan Strategis - Sasaran Program

Th. 2015 – 2019

Sasaran Strategis

Th. 2015 - 2019

Target

Meningkatnya

kemampuan kelompok

marginal yang terpenuhi

hak dasarnya

Prosentase (%) Korban Napza yang

tidak relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar

Meningkatnya sarana

aksesibilitas bagi

kelompok masyarakat

marjinal oleh K/L,

pemerintah

Provinsi/Kab/Kota dan

dunia usaha / masyarakat

3. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

4. Jumlah K/L, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintah

Kab./Kota, Dunia Usaha /

masyarakat yang sudah memiliki

sarana dan prasarana yang

3. Tersedianya regulasi terkait

pengembangan akses

lingkungan inklusif bagi

kelompok minoritas.

4. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

33

dapat diakses oleh kelompok

marginal.

Meningkatnya Lembaga

dan Sumber Daya

Manusia (SDM) dalam

penyelenggaraan

kesejahteraan sosial pada

bidang rehabilitasi sosial

Persentase (%) Lembaga

Rehabilitasi Sosial yang telah

terakreditasi / memberikan layanan

Meningkatnya Lembaga yang

terakreditasi dalam

penyelenggaraan kesejahteraan

sosial bidang rehabilitasi sosial.

Prosentase Tenaga Kesejahteraan

Sosial yang terlatih dalam

pelayanan rehabilitasi sosial

Meningkatnya Sumber Daya

Manusia (SDM) yang tersertifikasi

dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bidang

rehabilitasi sosial

Tabel 5 : Penetapan Kinerja Tahun 2016 Direktorat RSKP NAPZA

SASARAN STRATEGIS

Th. 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA

(IKU) - - Sasaran Kegiatan

TARGET

Th. 2015

Prosentase (%) Korban Napza

yang tidak relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar

- 300 orang penerima Bintek

keterampilan kerja Bantuan

Pengembangan Usaha Ekonomi

Produktif (BPUEP),

- 50 orang penerima

pengembangan dan pembinaan

lanjut bagi KPN melalui

managemen kewirausahaan

- 50 orang penerima pendekatan 12

langkah bagi KPN pasca

rehabilitasi

- 100 orang penerima rehabsos

melalui capacity building metode

ESQ bagi KPN

- 1.000 orang penerima

pengembangan keterampilan kerja

- 15.000 orang penerima

Rehabilitasi Sosial melalui Institusi

Penerima Wajib Lapor (IPWL)

1. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan

1. Tersedianya regulasi terkait

pengembangan akses

lingkungan inklusif bagi

kelompok minoritas.

- Buku panduan pusat informasi dan

edukasi pencegahan

penyalahgunaan NAPZA

- Buku panduan pembentukan pusat

informasi dan edukasi pencegahan

penyalahgunaan NAPZA

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

34

prasarana yang dapat diakses oleh dan kelompok marginal.

2. Jumlah K/L,

Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintah

Kab./Kota, Dunia Usaha /

masyarakat yang sudah

memiliki sarana dan

prasarana yang dapat

diakses oleh kelompok

marginal.

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

- Buku pedoman penyelenggaraan

bantuan di lingkungan Dit. RSKP

NAPZA

- Buku standar nasional rehabilitasi

sosial NAPZA

- Penyempurnaan buku saku

pekerja sosial KPN

- Penyempurnaan buku saku

konselor adiksi KPN

- Buku pedoman RSKP NAPZA nak

dan perempuan

- Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah

- Laporan evaluasi program tahun

2016

- Kampanye Sosial

- Pembuatan lagu dan Video Clip

Narkoba

- Peningkatan kapasitas tokoh

agama dalam penanggulangan

penyalahgunaan NAPZA

- Koordinasi antar instansi

- Koordinasi antar instansi dalam

kota

- Pelaksanaan kegiatan Dit. RSKP

NAPZA melalui dana

dekonsentrasi

- Bintek ekonomi kreatif

- Verifikasi ekotif

- Monitoring dan evaluasi ekotif

- Penyusunan perencanaan

program dan anggaran

dekonsentrasi tahun 2017

- Penyusunan perencanaan

program dan anggran Dit. RSKP

NAPZA 2017

- Asistensi penyusunan dan

pelaksanaan UPT

- Pembekalan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah (SPIP)

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

35

- Perencanaan Prograam Dit RSKP

NAPZA melalui Aplikasi Arsitektur

Dan Informasi Kinerja (ADIK)

- Honor Petugas Dit. RSKP NAPZA

- Operasional perkantoran

- Kendaraan bermotor

- Pengadaan peralatan mesin

- Pengadaan sarpras PIE

- Pengadaan printer

- Pengadaan Sarpras IPWL

- Sarpras PIE

- Pengembangan gedung dan

bangunan IPWL

- Pengembangan gedung dan

bangunan PIE

Persentase (%) Lembaga

Rehabilitasi Sosial yang

terakreditasi

Meningkatnya Lembaga yang

telah terakreditasi / memberikan

layanan dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bidang

rehabilitasi sosial.

- Bantuan dukungan fasilitas

- Biaya operasional

- Peran lembaga keagamaa dalam

rehabsos KPN

- Penguatan IPWL bidang

Administrai kelembagaan

- Bintek penguatan lembaga non

IPWL dalam penanggulangan

Korban NAPZA

- Verifikasi

- Bantuan Ekotif

- Identifikasi dan Analisis IPWL

- Pembinaan IPWL

Prosentase Tenaga

Kesejahteraan Sosial yang

terlatih dalam pelayanan

rehabilitasi sosial

Meningkatnya Sumber Daya

Manusia (SDM) yang tersertifikasi

dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bidang

rehabilitasi sosial

- Bimbingan teknis pencegahan

penylahgunaan NAPZA di daerah

terluar/terdepan/terbelakang

- Bimbingan teknis family suport

group bagi keluarga KPN

- Bimbingan teknis bagi petugas

intervensi komunitas melalui RBM

- Honor Peksos/TKS/K.Adiksi bidang

NAPZA

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

36

- Honor tim pengelola SDM Peksos/

TKS/K.Adiksi bidang NAPZA

- Monitoring dan evaluasi peksos

/TKS/K.Adiksi bidang NAPZ di

IPWL

- Bimbingan teknis pelaksanaan

tugas bagi peksos/TKS/K.Adiksi di

IPWL

- Bimbingan teknis petugas

pendamping UEP dan BPUEP

melalui IPWL

- Bimbingan tekins petugas

pendampingan Dinas Sosial

- Semarak IPWL menuju Indonesia

bebas NAPZA di lokasi PIE dan

IPWL

- Rapat koordinasi pimpinan IPWL /

LKS bidang NAPZA

- Rapat koordinasi pimpinan IPWL /

LKS bidang NAPZA – II

- Bimbingan teknis pengembangan

ekonomi kreatif melalui IPWL

- Bimbingan tekinis bagi pengurus

TPPNBM

- Reflikasi – pemetaan

permasalahan NAPZA

- Reflikasi – identifikasi potensi dan

analisis permasalahan

- Reflikasi – pembekalan/penguatan

masyarakat lokal

- Reflikasi – monev penguatan dan

potensi masyarakat

- Bimbingan teknis rehsos bagi

petugas IPWL

- Supervisi dan bintek di IPWL

- Bintek bagi petugas PIE dalam

memberikan informasi pencegahan

penyalahgunaan NAPZA

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016

Capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah

memfokuskan semua aktivitasnya pada layanan prima (service excellence) dalam rangka

melaksanakan tugasnya baik di lingkungan Kementerian Sosial RI maupun eksternal Kementerian

Sosial RI. Perencanaan strategis bukanlah sesuatu yang statis, akan tetapi merupakan suatu proses

yang dinamis dan harus terus menerus dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan jaman.

Sebagai unit dibawah Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, dalam membentuk aparatur yang

akuntabel diharapkan mampu untuk mendorong akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah pusat.

SAKIP adalah suatu sistem manajemen kinerja sektor publik yang berorientasi pada hasil

(result oriented government). Penerapan sistem manajemen kinerja yang baik, mewajibkan menuntut

setiap instansi pemerintah untuk memiliki suatu tatanan, instrumen, dan metode

pertanggungjawaban yang meliputi tahapan perencanaan kinerja, pelaksanaan, pengukuran dan

pelaporan kinerja dalam bentuk siklus akuntabilitas kinerja yang terpadu. SAKIP, meliputi:

perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, serta pemanfaatan informasi dan

evaluasi kinerja.

Tahun anggaran 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah

menyelenggarakan penyusunan LAKIP tahun 2016 dengan mengacu kepada 5 (lima) sasaran.

Sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan berdasarkan pada analisis indikator kinerja utama,

pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran

yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja dengan realisasinya. Realisasi sampai akhir tahun

2016 menunjukkan bahwa sebanyak 5 sasaran tersebut telah dapat dicapai dengan hasil baik.

Tingkat capaian kinerja berdasarkan hasil pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai

berikut :

Tabel 6 :

Tingkat Capaian Kinerja Tahun 2016 Direktorat RSKP NAPZA

Sasaran Strategis

2015

Indikator Kinerja

Utama (IKU)

Target Realisasi Capaian

(%)

Prosentase (%)

Korban Napza

yang tidak relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar

- 300 orang penerima

Bintek keterampilan kerja

Bantuan Pengembangan

Usaha Ekonomi Produktif

(BPUEP),

- 50 orang penerima

pengembangan dan

pembinaan lanjut bagi

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XXXVIII

KPN melalui managemen

kewirausahaan

- 50 orang penerima

pendekatan 12 langkah

bagi KPN pasca

rehabilitasi

- 100 orang penerima

rehabsos melalui capacity

building metode ESQ bagi

KPN

- 1.000 orang penerima

pengembangan

keterampilan kerja

- 15.000 orang penerima

Rehabilitasi Sosial

melalui Institusi Penerima

Wajib Lapor (IPWL)

Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

Tersedianya

regulasi terkait

pengembangan

akses lingkungan

inklusif bagi

kelompok

minoritas.

- Buku panduan pusat

informasi dan edukasi

pencegahan

penyalahgunaan NAPZA

-

- Buku panduan

pembentukan pusat

informasi dan edukasi

pencegahan

penyalahgunaan NAPZA

-

- Buku pedoman

penyelenggaraan bantuan

di lingkungan Dit. RSKP

NAPZA

-

- Buku standar nasional

rehabilitasi sosial NAPZA

-

- Penyempurnaan buku

saku pekerja sosial KPN

-

- Penyempurnaan buku

saku konselor adiksi KPN

-

- Buku pedoman RSKP

NAPZA nak dan

perempuan

-

Jumlah K/L,

Pemerintahan

Daerah Provinsi,

dan Pemerintah

Kab./Kota,

Dunia Usaha

yang sudah

memiliki sarana

Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

- Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintah

-

- Laporan evaluasi program

tahun 2016

-

- Kampanye Sosial -

- Pembuatan lagu dan

Video Clip Narkoba

-

- Peningkatan kapasitas

tokoh agama dalam

-

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XXXIX

dan prasarana

yang dapat

diakses oleh

kelompok

marginal.

penanggulangan

penyalahgunaan NAPZA

- Koordinasi antar instansi -

- Koordinasi antar instansi

dalam kota

-

- Pelaksanaan kegiatan Dit.

RSKP NAPZA melalui

dana dekonsentrasi

-

- Bintek ekonomi kreatif -

- Verifikasi ekotif -

- Monitoring dan evaluasi

ekotif

-

- Penyusunan perencanaan

program dan anggaran

dekonsentrasi tahun 2017

-

- Penyusunan perencanaan

program dan anggran Dit.

RSKP NAPZA 2017

-

- Asistensi penyusunan dan

pelaksanaan UPT

-

- Pembekalan Sistem

Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP)

-

- Perencanaan Prograam

Dit RSKP NAPZA melalui

Aplikasi Arsitektur Dan

Informasi Kinerja (ADIK)

-

- Honor Petugas Dit. RSKP

NAPZA

-

- Operasional perkantoran -

- Kendaraan bermotor -

- Pengadaan peralatan

mesin

-

- Pengadaan sarpras PIE -

- Pengadaan printer -

- Pengadaan Sarpras IPWL -

- Sarpras PIE -

- Pengembangan gedung

dan bangunan IPWL

-

- Pengembangan gedung

dan bangunan PIE

-

- Bantuan dukungan

fasilitas

-

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XL

Persentase (%)

Lembaga

Rehabilitasi Sosial

yang terakreditasi

Meningkatnya

Lembaga yang

telah terakreditasi

/ memberikan

layanan dalam

penyelenggaraan

kesejahteraan

sosial bidang

rehabilitasi sosial.

- Biaya operasional -

- Peran lembaga keagamaa

dalam rehabsos KPN

-

- Penguatan IPWL bidang

Administrai kelembagaan

-

- Bintek penguatan

lembaga non IPWL dalam

penanggulangan Korban

NAPZA

-

- Verifikasi -

- Bantuan Ekotif -

- Identifikasi dan Analisis

IPWL

-

- Pembinaan IPWL -

Prosentase

Tenaga

Kesejahteraan

Sosial yang

terlatih dalam

pelayanan

rehabilitasi sosial

Meningkatnya

Sumber Daya

Manusia (SDM)

yang tersertifikasi

dalam

penyelenggaraan

kesejahteraan

sosial bidang

rehabilitasi sosial

- Bimbingan teknis

pencegahan

penylahgunaan NAPZA di

daerah

terluar/terdepan/terbelaka

ng

-

- Bimbingan teknis family

suport group bagi keluarga

KPN

-

- Bimbingan teknis bagi

petugas intervensi

komunitas melalui RBM

-

- Honor

Peksos/TKS/K.Adiksi

bidang NAPZA

-

- Honor tim pengelola SDM

Peksos/ TKS/K.Adiksi

bidang NAPZA

-

- Monitoring dan evaluasi

peksos /TKS/K.Adiksi

bidang NAPZ di IPWL

-

- Bimbingan teknis

pelaksanaan tugas bagi

peksos/TKS/K.Adiksi di

IPWL

-

- Bimbingan teknis petugas

pendamping UEP dan

BPUEP melalui IPWL

-

- Bimbingan tekins petugas

pendampingan Dinas

Sosial

-

- Semarak IPWL menuju

Indonesia bebas NAPZA

di lokasi PIE dan IPWL

-

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XLI

- Rapat koordinasi pimpinan

IPWL / LKS bidang

NAPZA

-

- Rapat koordinasi pimpinan

IPWL / LKS bidang

NAPZA – II

-

- Bimbingan teknis

pengembangan ekonomi

kreatif melalui IPWL

-

- Bimbingan tekinis bagi

pengurus TPPNBM

-

- Reflikasi – pemetaan

permasalahan NAPZA

-

- Reflikasi – identifikasi

potensi dan analisis

permasalahan

-

- Reflikasi –

pembekalan/penguatan

masyarakat lokal

-

- Reflikasi – monev

penguatan dan potensi

masyarakat

-

- Bimbingan teknis rehsos

bagi petugas IPWL

-

- Supervisi dan bintek di

IPWL

-

- Bintek bagi petugas PIE

dalam memberikan

informasi pencegahan

penyalahgunaan NAPZA

-

- -

Rata-rata capaian kinerja

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016

Pengukuran tingkat capaian Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran sebgai berikut :

SASARAN STRATEGIS 1

Prosentase (%) Korban Napza yang tidak relapse

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XLII

Tabel 7 :

Pencapaian target kinerja sasaran Strategis 1

Indikator Kinerja (IKU) Target Realisasi Capaian

(%)

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar

- 300 orang penerima Bintek

keterampilan kerja Bantuan

Pengembangan Usaha

Ekonomi Produktif (BPUEP),

- 50 orang penerima

pengembangan dan

pembinaan lanjut bagi KPN

melalui managemen

kewirausahaan

- 50 orang penerima

pendekatan 12 langkah bagi

KPN pasca rehabilitasi

- 100 orang penerima rehabsos

melalui capacity building

metode ESQ bagi KPN

- 1.000 orang penerima

pengembangan keterampilan

kerja

- 15.000 orang penerima

Rehabilitasi Sosial melalui

Institusi Penerima Wajib

Lapor (IPWL)

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah:

Korban Penyalahgunaan NAPZA sebanyak 15.400 orang yang mendapatkan

rehabilitasi sosial menuju tidak relapse untuk dapat kepulihan dan kemandirian.

1. Bimbingan teknis keterampilan kerja bagi eks klien IPWL penerima Usaha Ekonomi Produktif (UEP) bagi 300 orang klien

a. Bimbingan teknis keterampilan kerja bagi eks klien IPWL penerima Usaha Ekonomi Produktif

(UEP)/ Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (BPUEP) Target Sasaran penerima UEP/BPUEP sejumlah 300 orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 100 % (Rp. 245.600.000,-) dari total anggaran (Rp. 245.600.000,-) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 3,77 % (Rp. 6.200.000,-) dikarenakan adanya pengembalian sisa perjalanan dinas pada, bantuan yang diberikan melalui Dana Hibah Dalam Negeri.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XLIII

Tabel 8 : Penyebaran Penerima UEP/BPUEP Tahun 2016

Berdasarkan Wilayah Provinsi

No PROVINSI JUMLAH PENERIMA

1 Sumut Klien

2 Sumbar Klien

3 Jambi Klien

4 Sumsel Klien

5 Lampung Klien

6 DKI Jakarta Klien

7 Jabar Klien

8 Jateng Klien

9 Banten Klien

10 Jatim Klien

11 DIY Klien

12 Bali Klien

13 NTB Klien

14 Kalsel Klien

15 Sulsel Klien

16 Sultra Klien

Jumlah Klien

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XLIV

Tabel 9

Penyebaran Penerima UEP/BPUEP Tahun 2016

Berdasarkan Jenis Usaha

No Jenis Usaha Jumlah Penerima

1 Bengkel Las Orang

2 Depot Air Minum Orang

3 Perbengkelan Orang

4 Kerajinan/souvenir Orang

5 Jasa Orang

6 Warungan Orang

7 Peternakan air tawar Orang

8 Service Elektronik Orang

9 Menjahit Orang

10 Meubel Orang

Orang

b. h

b. Bantuan / Stimulan Target di ...... Provinsi, capaiannya 99,3 % (Rp. 1.490.000.005,-), dari anggaran Rp. 1.500.000.000,- selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0,67 % (Rp. 9.999.995,-) dikarenakan adanya pengembalian sisa perjalanan dinas dan Honor, Pelaksanaan ini bantuan ditransfer langsung melalui rekening bank atas nama lembaga,

c. Monitoring dan Evaluasi. Target sebanyak 40 lokasi, capaiannya 98,5 % (Rp. 446.939.000,-), dari anggaran Rp. 453.900.000,- selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 1,5 % (6.960.200,-) dikarenakan Pelaksanaan ini bantuan ditransfer langsung melalui rekening bank atas nama lembaga,

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XLV

2. Pengembangan dan Pembinaan Lanjut Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA Melalui Managemen Kewirausahaan Target peserta sebanyak 50 orang dengan 50 orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 100

% (Rp. 297.550.000,-) dari total anggaran (Rp. 297.550.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi

sebesar 0 % (Rp. 0,-),

3. Pendekatan 12 langkah bagi korban penyalahgunaan NAPZA pasca rehabitasi. Target peserta sebanyak 50 orang dan capaian 50 orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 100 % (Rp. 282.800.000,-) dari total anggaran (Rp. 282.800.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0 % (Rp. 0,-)

4. Rehabilitasi Sosial melalui Capacity Building Metode ESQ bagi Korban Penyalahgunaan

NAPZA Target pseserta sebanyak 100 orang dan capaian 100 orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 99,7 % (Rp. 347.000.000,-) dari total anggaran (Rp. 348.200.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0,34 % (Rp. 1.200.000,-) dikarenakan adanya sewa yang tidak terserap, dilaksanakan di Bandung (Jawa Barat)

5. Bimbingan Pengembnagan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA melalui

IPWL a. Verifikasi Pengembangan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA

Target Sasaran 27 provini 107 lokasi dengan realisasi keuangan terserap sebesar 97,8 % (Rp. 413.900.000,-) dari total anggaran (Rp. 423.400.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 2,2 % (Rp. 9.500.000,-) dilaksanakan di ......................................

b. Bantuan Pengembangan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA

Target Sasaran klien 1.000 orang dan capaian ...... orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 98,5 % (Rp. 4.595.025.000,-) dari total anggaran (Rp. 4.665.000.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 1,5 % (Rp. 69.975.000,-)

c. Monitoring Pengembangan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA Target Sasaran 27 provini 45 lokasi dan capaian ...... lokasi dengan realisasi keuangan terserap sebesar 95,3 % (Rp. 212.800.000,-) dari total anggaran (Rp. 223.380.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 4,7 % (Rp. 10.580.000,-)

d. Pembuatan Laporan Pengembangan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA Target Sasaran 1 paket dan capaian 0 (nol) paket lokasi dengan realisasi keuangan terserap sebesar 0 % (Rp. 0,-) dari total anggaran (Rp. 500.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0 % (Rp. 0,-)

e. Dukungan program keterampilan kerja Target Sasaran 1 paket dan capaian 1 paket dengan realisasi keuangan terserap sebesar 100 % (Rp. 200.000.000,-) dari total anggaran (Rp. 200.020.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0 % (Rp. 20.000,-)

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XLVI

Tabel 8 : Penyebaran Penerima Pengembangan keterampilan kerja bagi KPN

Berdasarkan Wilayah Provinsi

Tabel 9 Penyebaran Penerima Pengembangan keterampialn Kerja KPN

Berdasarkan Jenis Usaha

No Jenis Usaha Jumlah Penerima

1 Bengkel Las Orang

2 Depot Air Minum Orang

3 Perbengkelan Orang

4 Kerajinan/souvenir Orang

5 Jasa Orang

6 Warungan Orang

No PROVINSI JUMLAH PENERIMA

1 Sumut Klien

2 Sumbar Klien

3 Jambi Klien

4 Sumsel Klien

5 Lampung Klien

6 DKI Jakarta Klien

7 Jabar Klien

8 Jateng Klien

9 Banten Klien

10 Jatim Klien

11 DIY Klien

12 Bali Klien

13 NTB Klien

14 Kalsel Klien

15 Sulsel Klien

16 Sultra Klien

Jumlah Klien

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XLVII

7 Peternakan air tawar Orang

8 Service Elektronik Orang

9 Menjahit Orang

10 Meubel Orang

Orang

6. Bantuan dukungan Biaya Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA melalui IPWL a. Bantuan dukungan biaya rehabilitasi sosial

Target Sasaran klien 15.000 orang dan capaian 17.952 orang dengan realisasi keuangan terserap

sebesar 100 % (Rp. 86.998.500.001,-) dari total anggaran (Rp. 87.000.000.000) selisih anggaran

yang tidak terealisasi sebesar 0 % (Rp. 1.499.999,-).

b. Honor tim pengelola bantuan sosial RSKP NAPZA melalui IPWL Target petugas Sasaran 5 orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 100 % (Rp.

12.600.000,-) dari total anggaran (Rp. 12.600.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar

0 % (Rp. 0,-)

c. Monitoring dan Evaluasi RSKP NAPZA melalui IPWL Target Sasaran 27 provinsi dengan realisasi keuangan terserap sebesar 99,7 % (Rp.181.500.000,-

) dari total anggaran (Rp. 181.960.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0,3 % (Rp.

460.000,-) dikarenakan adanya sisa perjalanan dinas dalam kota,

d. Verifikasi dukungan biaya RSKP NAPZA melalui IPWL Target Sasaran 27 provinsi di 156 lokasi dengan capaian lokasi dengan realisasi keuangan

terserap sebesar 53,1 % (Rp. 262.751.200,-) dari total anggaran (Rp. 494.600.000) selisih

anggaran yang tidak terealisasi sebesar 46,9 % (Rp.231.848.800,-) dikarenakan adanya

penghematan, (Self Blocking) sebesar Rp. 85.600.000,-

e. Bimbingan Teknis melalui IPWL Target Sasaran 21 Provinsi di 53 lokasi dengan realisasi keuangan terserap sebesar 99,7 % (Rp.

231.874.200-) dari total anggaran (Rp. 232.600.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi

sebesar 0,3 % (Rp. 725.800,-)

SASARAN STRATEGIS 2

Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok

marginal.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XLVIII

Tabel 15 :

Pencapaian target kinerja sasaran Strategis 2

Indikator Kinerja (IKU) Target Realisasi Capaian

(%)

Tersedianya regulasi terkait pengembangan akses lingkungan inklusif bagi kelompok minoritas

- Buku panduan pusat informasi

dan edukasi pencegahan

penyalahgunaan NAPZA

- Buku panduan pusat informasi

dan edukasi pencegahan

penyalahgunaan NAPZA

- Buku panduan pembentukan

pusat informasi dan edukasi

pencegahan penyalahgunaan

NAPZA

- Buku panduan pembentukan

pusat informasi dan edukasi

pencegahan penyalahgunaan

NAPZA

- Buku pedoman

penyelenggaraan bantuan di

lingkungan Dit. RSKP NAPZA

- Buku pedoman

penyelenggaraan bantuan di

lingkungan Dit. RSKP NAPZA

- Buku standar nasional

rehabilitasi sosial NAPZA

- Buku standar nasional

rehabilitasi sosial NAPZA

- Penyempurnaan buku saku

pekerja sosial KPN

- Penyempurnaan buku saku

pekerja sosial KPN

- Penyempurnaan buku saku

konselor adiksi KPN

- Penyempurnaan buku saku

konselor adiksi KPN

- Buku pedoman RSKP NAPZA

nak dan perempuan

- Buku pedoman RSKP NAPZA

nak dan perempuan

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah:

Jumlah regulasi yang dapat diakses oleh kelompok marginal

1. Buku panduan pusat informasi dan edukasi pencegahan penyalahgunaan NAPZA Buku ini diharapkan menjadi acuan bagi petugas dalam memberikan informasi tentang bahaya, dampak dan pencegahan NAPZA melalui PIE, capaiannya 94,5 % (Rp. 69.150.000,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 73.150.000,- anggaran yang tidak terserap sebesar 5,5 % (Rp. 4.000.000,-)

2. Buku panduan pembentukan pusat informasi dan edukasi pencegahan penyalahgunaan NAPZA Buku ini diharapkan menjadi acuan bagi Dinas Sosial/Masyarakat yang berkeinginan untuk

medirikan Pusat Informasi dan Edukasi (PIE) di wilayahnya, capaiannya 100 % (Rp. 6.800.000,-

) dari anggaran yang tersedia Rp. 6.800.000,- anggaran yang tidak terserap sebesar 0 % (Rp. 0,-

)

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

XLIX

3. Buku pedoman penyelenggaraan bantuan di lingkungan Dit. RSKP NAPZA Buku ini diharapkan menjadi pegangan bagi petugas LKS/IPWL/Panti dalam pengelolaan anggaran dan mempertangungjawabkan keuangan, capaiannya 0 % (Rp. 11.010.000,-) dari anggaran yang tersedia Rp 0,- anggaran yang tidak terserap sebesar 0 % (Rp. 11.010.000,-) tidak dilaksanakan

4. Buku standar nasional rehabilitasi sosial NAPZA a. Draf standar nasional rehabilitasi sosial NAPZA

Buku ini diharapkan menjadi acuan bagi petugas dalam melaksanakan pemberian pelayanan rehabilitasi sosial di IPWL/Lembaga bidang NAPZA, capaiannya 62,6 % (Rp. 70.177.600,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 112.050.000,- anggaran yang tidak terserap sebesar 37,4 % (Rp. 41.872.400,-)

b. Finalisasi standar nasional rehabilitasi sosial NAPZA Buku ini diharapkan menjadi acuan bagi petugas dalam melaksanakan pemberian pelayanan rehabilitasi sosial di IPWL/Lembaga bidang NAPZA, capaiannya 57,9 % (Rp. 84.335.000,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 145.550,- anggaran yang tidak terserap sebesar 42,1 % (Rp. 61.215.000,-) Pengolahan dan Analisis Data Capaiannya 100 % (Rp. 81.615.000,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 81.615.000,- anggaran yang tidak terserap sebesar 0 % (Rp. 0,-)

c. Uji Publik standar nasional rehabilitasi sosial NAPZA – Jawa Barat Capaiannya 95,6 % (Rp. 71.450.000,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 74.750.000,- anggaran yang tidak terserap sebesar 4,4 % (Rp.3.300.000,-)

d. Uji Publik standar nasional rehabilitasi sosial NAPZA – Jawa Timur Capaiannya 100 % (Rp. 74.450.000,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 74.450.000,- anggaran yang tidak terserap sebesar 0 % (Rp. 0,-)

5. Penyempurnaan buku saku pekerja sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Buku ini diharapkan menjadi acuan bagi petugas pekerja sosial dalam melaksanakan pemberian pelayanan rehabilitasi sosial di IPWL/Lembaga bidang NAPZA, capaiannya 100 % (Rp. 0,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 25.830.000,- anggaran yang tidak terserap sebesar 0 % (Rp. 0,-)

6. Penyempurnaan buku saku konselor adiksi Korban Penyalahgunaan NAPZA Buku ini diharapkan menjadi acuan bagi petugas konselor adiksi dalam melaksanakan pemberian

pelayanan rehabilitasi sosial di IPWL/Lembaga bidang NAPZA, capaiannya 59,4 % (Rp.

13.190.000,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 22.190.000,- anggaran yang tidak terserap

sebesar 0,6 % (Rp. 9.000.000,-) dari sisa konsumsi yang tidak digunakan.

7. Buku Pedoman Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA anak dan perempuan

Buku ini diharapkan menjadi acuan bagi petugas dalam melaksanakan pemberian pelayanan rehabilitasi sosial bagi anak dan perempuan di IPWL/Lembaga bidang NAPZA, a. Draf Pedoman Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA anak dan perempuan

capaiannya 17,9 % (Rp. 4.630.000,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 25.830.000,- anggaran yang tidak terserap sebesar 82,1 % (Rp. 21.200.000,-)

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

L

b. Finalisasi Pedoman Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA anak dan perempuan capaiannya 7,2 % (Rp. 1.590.000,-) dari anggaran yang tersedia Rp. 21.190.000,- anggaran yang tidak terserap sebesar 92,8 % (Rp. 20.600.000,-)

Output Sasaran Strategis 2 :

1. Tersusunnya kebijakan dan pedoman tentang rehabilitasi sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dalam penanganan di bidang rehabilitasi sosial.

2. Terinformasikannya bahaya dan akibat dari dampak pengguna narkotika tentang pencegahan penyalahgunaan NAPZA

Outcome Sasaran Strategis 2 :

1. Terealisasinya laporan pelaksanaan pertanggungjawaban administrasi 2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat umum/petugas tentang narkotika

Tabel 16 :

Pencapaian Target Kinerja atas Sasaran Strategis 3

Indikator Kinerja (IKU) Target Realisasi Capaian

(%)

Tersedianya sarana dan

prasarana yang dapat

diakses oleh kelompok

marginal

- Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah

-

- Laporan evaluasi program

tahun 2016

-

- Kampanye Sosial -

- Pembuatan lagu dan Video

Clip Narkoba

-

- Peningkatan kapasitas tokoh

agama dalam

penanggulangan

penyalahgunaan NAPZA

-

- Koordinasi antar instansi - - Koordinasi antar instansi

dalam kota

-

- Pelaksanaan kegiatan Dit.

RSKP NAPZA melalui dana

dekonsentrasi

-

- Bintek ekonomi kreatif -

SASARAN STRATEGIS 3

Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota, Dunia Usaha/Masyarakat yang sudah memiliki sarana

dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LI

- Verifikasi ekotif -

- Monitoring dan evaluasi ekotif -

- Penyusunan perencanaan

program dan anggaran

dekonsentrasi tahun 2017

-

- Penyusunan perencanaan

program dan anggran Dit.

RSKP NAPZA 2017

-

- Asistensi penyusunan dan

pelaksanaan UPT

-

- Pembekalan Sistem

Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP)

-

- Perencanaan Prograam Dit

RSKP NAPZA melalui Aplikasi

Arsitektur Dan Informasi

Kinerja (ADIK)

-

- Honor Petugas Dit. RSKP

NAPZA

-

- Operasional perkantoran -

- Kendaraan bermotor - - Pengadaan peralatan mesin - - Pengadaan sarpras PIE -

- Pengadaan printer -

- Pengadaan Sarpras IPWL -

- Sarpras PIE -

- Pengembangan gedung dan

bangunan IPWL

-

- Pengembangan gedung dan

bangunan PIE

-

- -

- -

- -

- -

- -

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LII

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah:

Jumlah K/L, yang memiliki sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal

1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKAIP)

Kegiatan ini dengan capaian 71,5 %. atau Rp. 63.300.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 88.500.000 sisa anggaran sebesar Rp. 25.200.000,- (28,5 %)

2. Laporan Peningkatan Kinerja Petugas

Kegiatan ini dengan capaian 95,2 %. atau Rp. 229.760.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 241.327.000 sisa anggaran sebesar Rp. 11.567.000,- (4,8 %)

3. Pameran dan publikasi

a. Persiapan Kampanye sosial

Pelaksanaan kegiatan dengan capaian 0 %. atau Rp. 0,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 18.100.000 sisa anggaran sebesar Rp. 0,- (0 %) dikarenakan adanya

penghematan (Self Blocking) sebesar Rp. 18.100.000,-

b. Kampanye sosial dalam rangka hari Narkotika

Pelaksanaan Kampanye sosial dengan capaian 7,6 %. atau Rp. 65.000.000,- dari dana

RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 850.350.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 785.350.000,-

(92,4 %) dikarenakan adanya penghematan (Self Blocking) sebesar Rp. 803.450.000

c. Pembuatan Lagu dan Video Clip Narkoba

Pelaksanaan Kampanye sosial dengan capaian 98,5 %. atau Rp. 177.285.000,- dari dana

RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 180.000.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 2.715.000,- (1,5

%)

d. Peningkatan kapasitas tokoh agama dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA

Pelaksanaan kegiatan dengan capaian 91,8 %. atau Rp. 829.800.000,- dari dana

RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 904.124.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 74.324.000,-

(8,2 %)

4. Koordinasi Antar instansi

Kegiatan ini dengan capaian 99,9 %. atau Rp. 805.867.362,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 806.000.000 sisa anggaran sebesar Rp. 132.638,- (0,10 %)

5. Koordinasi Antar Instansi Dalam Kota

Kegiatan ini dengan capaian 99,7 %. atau Rp. 29.900.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 30.000.000 sisa anggaran sebesar Rp. 1000.000,- (0,30 %),

6. Pelaksanaan kegiatan Dit.RSKP NAPZA dana dekonsentrasi

Kegiatan ini dengan capaian 56,5 %. atau Rp. 6.303.700,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 11.155.000 sisa anggaran sebesar Rp. 4.815.300,- (43,5 %)

7. Laporan Monitoring dan Evaluasi

a. Bimbingan teknis ekonomi kreatif

Kegiatan ini dengan capaian 87,1 %. atau Rp. 130.260.000,- dari dana RKAKL/Lembar

Kerja sebesar Rp. 149.600.000 sisa anggaran sebesar Rp. 19.340.000,- (12,9 %)

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LIII

b. Verifikasi

Kegiatan ini dengan capaian 100 %. atau Rp. 87.000.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 87.000.000 sisa anggaran sebesar Rp. 0,- (0 %)

c. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan ini dengan capaian 99,7 %. atau Rp. 86.726.300,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 87.000.000 sisa anggaran sebesar Rp. 273.700 (0,3 %)

8. Penyusunan Perencanaan Program dan Anggaran Dekonsentrasi bidang NAPZA tahun

2017

Kegiatan ini dengan capaian 96,2 %. atau Rp. 449.930.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 467.520.000 sisa anggaran sebesar Rp. 17.590.000,- (3,8 %)

9. Penyusunan Perencanaan Program dan Anggaran Dit. RSKP NAPZA tahun 2017

Kegiatan ini dengan capaian 93 %. atau Rp. 89.500.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 96.250.000 sisa anggaran sebesar Rp.6.750.000,- (7 %)

10. Asistensi Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran UPT

Kegiatan ini dengan capaian 73,8 %. atau Rp. 92.416.700,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 125.240.000 sisa anggaran sebesar Rp. 32.823.300,- (26,2 %)

11. Pembekalan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Kegiatan ini dengan capaian 98,7 %. atau Rp. 204.000.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 206.700.000 sisa anggaran sebesar Rp. 2.700.000,- (1,3 %)

12. Perencanaan Program Dit. RSKP NAPZA melalui Aplikasi Arsitektur dan Informasi (ADIK)

Kegiatan ini dengan capaian 0 %. atau Rp.0,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp.

76.313.000 sisa anggaran sebesar Rp. 0,- (0 %) dikarenakan adanya program aplikasi massih

dalam penyempurnaan

13. Penyelenggaran Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran

Kegiatan ini dengan capaian 95,7 %. atau Rp. 438.068.414,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 457.650.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 29.581.586,- (4,31%) dikarenakan adanya

sisa pengembalian jamuan tamu

14. Pengadaan Sarana dan Prasarana Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

Provinsi Sulawesi Tengah untuk pengadaan kendaraan ditiadakan karena adanya penghematan (Self Blocking) sebesar Rp. 252.500.000, sehingga target realisasi 0 Pengadaan Peralatan dan Mesan a. Provinsi Sulawesi Tengah pengadaan peralatan dan mesin IPWL ditiadakan karena adanya

penghematan (Self Blocking) sebesar Rp. 1.200.000.000, sehingga target realisasi 0 b. Provinsi Jawa Timur pengadaan peralatan dan mesin PIE ditiadakan karena adanya

penghematan (Self Blocking) sebesar Rp. 400.000.000, sehingga target realisasi 0 c. Pengadaan printer ID Card IPWL, dengan capaian 99,7 %. atau Rp. 99.660.000,- dari dana

RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 100.000.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 340.000,- (60,30%) dikarenakan adanya sisa

15. Pembangunan Gedung IPWL/PIE Pengadaan sarana dan prasarana IPWL di provinsi Kalteng, Bali, Babel dan Sulteng ditiadakan karena adanya penghematan (Self Blocking) sebesar Rp. 13.658.410.000, sehingga target

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LIV

realisasi 0; dan Pengadaan sarana dan prasarana PIE di provinsi Jawa Timur ditiadakan karena adanya penghematan (Self Blocking) sebesar Rp. 100.000.000, sehingga target realisasi 0

16. Pengembangan Gedung dan Bangunan IPWL dilaksanakan di Provinsi : a. Kalimantan Selatan

Kegiatan ini dengan capaian 99,9 %. atau Rp. 6.466.596.400,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 6.466.646.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 49.600,- (0,1 %)

b. Kalimantan Barat Kegiatan ini dengan capaian 99,8 %. atau Rp. 3.058.711.800,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 3.036.712.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 5.000.200,- (0,2 %)

c. Jambi Kegiatan ini dengan capaian 99,9 %. atau Rp. 2.019.136.000- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 2.019.391.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 255.000,- (0,1%) dikarenakan adanya sisa selalang pengiriman kendaraan dan sisa pembangunan gedung

d. Maluku Utara Kegiatan ini dengan capaian 99,5 %. atau Rp. 2.518.896.300,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 2.531.525.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 12.628.700,- (0,5%) dikarenakan adanya sisa selalang pengiriman kendaraan dan sisa pembangunan gedung

e. Sulawesi Utara, Kegiatan ini dengan capaian 100 %. atau Rp. 5.780.212.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 5.780.212..000,- sisa anggaran sebesar Rp. 0,- (0%)

f. Sumatera Selatan Kegiatan ini dengan capaian 100 %. atau Rp. 662.750.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 662.750.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 0,- (0%)

g. Jawa Timur Kegiatan ini dengan capaian 99,9 %. atau Rp. 504.492.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 504.692.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 200.000,- (0,1%) dikarenakan adanya sisa selalang pengiriman kendaraan dan sisa pembangunan gedung

17. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pusat Informasi dan Edukasi

dilaksanakan di Provinsi : a. Kalimantan Tengah

Kegiatan ini dengan capaian 99,9 %. atau Rp. 1.356.183.560,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 1.356.185.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 1.440,- (0,1 %) dikarenakan adanya sisa lelang gedung dan bangunan serta pengadaan peralatan dan mesin

b. Jawa Timur Kegiatan ini dengan capaian 99,4 %. atau Rp. 288.428.252,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 290.200.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 1.771.748,- (0,6 %) dikarenakan adanya sisa lelang gedung dan bangunan serta pengadaan peralatan dan mesin

c. DI Jogjakarta Kegiatan ini dengan capaian 99,1 %. atau Rp. 188.480.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 190.200.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 1.720.000,- (0,9 %) dikarenakan adanya sisa lelang gedung dan bangunan serta pengadaan peralatan dan mesin

d. Nusa Tenggara Barat

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LV

Kegiatan ini dengan capaian 99,6 %. atau Rp. 189.350.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja sebesar Rp. 190.200.000,- sisa anggaran sebesar Rp. 850.000,- (0,4 %) dikarenakan adanya sisa lelang gedung dan bangunan serta pengadaan peralatan dan mesin

Output Sasaran Strategis 3:

Terselesaikannya dokumen dan laporan Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA tepat waktu

Output Sasaran Strategis 3:

Tersedianya data dokumen dan laporan pertanggungjawaban Direktorat Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan NAPZA

Indikator Kinerja (IKU) Target Realisasi Capaian

(%)

Meningkatnya Lembaga yang

terakreditasi dalam

penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bidang

rehabilitasi sosial.

- Biaya Dukungan fasilitas institusi

penerima wajib lapor (IPWL) baru

- 0

- Biaya operasional lembaga

kesejahteraan sosial (LKS) bidang

NAPZA Non IPWL

- Standarisasi LKS Bidang

NAPZA

100

Standarisasi LKS Bidang NAPZA - Standarisasi LKS Bidang

NAPZA

100

Lembaga rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA yang berkualitas

dalam mendukung kepulihan dan kemandirian

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah:

1. Bantuan yang diberikan kepada 44 (empat puluh empat) IPWL/Non IPWL/LKS milik masyarakat sebesar Rp. 795.000.000,- masing-masing @ Rp. 15.000.000,- dengan capaian 71,7 % (Rp. 570.000.000.000) Rp. . Dengan rincian :

SASARAN STRATEGIS 4

Persentase Lembaga yang telah terakreditasi / memberikan layanan

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LVI

Tabel : 17

Penerima Bantuan Biaya Dukungan Fasilitas tahun 2016

NO PROVINSI NAMA LEMBAGA ALAMAT

1 ACEH Yayasan Tabina

Tgk. Imeum Lueng Bata No. 7c, Kel.

Lamseupeng, Kec. Lueng Bata, Kota Banda

Aceh 23247, Prov. Aceh

2 SUMATERA

UTARA Yayasan Sungai Jordan

Jl. Sandang Pangan Ujung No. 2 Perdagangan,

Kab. Simalungun

3 Yaysan Kuasa Pemulihan Jl. Bunga Anggrek Kel. Simalingkar B, Kec.

Medan Tuntungan Kab. Simalungun

4 Bukit Doa Taman Getsemane Jl. Tuntungan Golf No. 120 Desa Jurin Jangak,

Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang

5 Getsemane Jl. Step No. 1 Ds. Bandar Baru, Kec. Bandar

Baru Kab. Deli Serdang

6 YR. Menara Doa Ministry Jl. Bah Kapul Kiri Gg. Muslim No. 2 Kel.

Sigulang-gulang Kec. Siantar Utara, P. Siantar

7 Amanat Agung Jl. Qubah Gg. Sosial No. 2 Ds. Kuala Bekala,

Kec. Medan Johor, Medan

8 Kolam Bethesda

Jl. Bunga Cempaka II No. 29 Pasari II P. Bulan,

Ds. P. Bulan Selayang II, Kec. Medan

Selayang, Medan

9 Persekutuan Doa Matius 5 Jl. Bapelkes Lingkungan III No. 18, Ds. Namo

Gajah, Kec. Medan Tuntungan, Medan

10 Kasih Anugrah Jl. Letjen Jamin Ginting No. 69 Bersama Ling

IV, Kab. Binjai

11 Rahmani Kasih Jl. Sidomulyo Pasar IX, Dusun V Desa Rotan

Kec. Pecut Sei Rotan Kab. Deli Serdang

12 Pondok Trenkely

Jl. Glugur Rimbun No. 135 Ds. Sei Glugur Kec.

Pancur Batu, Kab. Deli SerdangKec. Pancur

Batu, Kab. Deli Serdang

13 Yayasan Pemulihan Kasih Bangsa Huta Simpang IV Nagori Bosar Panombeian

Panei, Kab. SimalungunKab. Simalungun

14

Minyak Narwastu

Jl. Sibatu-batu Blok I, Bahsorma, Kec. Siantar

Sitalasari, Pematang Siantar, Prov. Sumatera

Utara Pematang Siantar

15 Yayasan Keris Sakti Jl. Asahan Gg. Air Bersih Nagori Perdagangan

II Kec. Bandar, Kab. Simalungun

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LVII

16 Yayasan Datuk Etam Jl. Negara Km. 18,5 Dusun II Tanjung Morawa,

Kab. Deli Serdang

17 Caritas PSE Jl. Sei Asahan No. 42 Padang Bulan Selayang

I, Medan

18 Yayasan Rumah Idaman Jl. Pendeta J. Wismar Saragih Gg. Rindung No.

2

19 RIAU Yayasan Satu Bumi Jl. Sei Geringging/ Jl. Serasi, Simpang Tiga,

Kec. Bukitraya, Kota Pekanbaru, Prov. Riau

20 Yayasan Mercusuar Riau Jl. Mustika Gg. Mustika No. 32 Pekanbaru

21 SUMATERA

BARAT New Padoe Jiwa

Jl. H. Abd. Manan No. , Rt. 01/01 Sarojo-

Mandiangin, Kel. Campago Guguk Bulek, Kec.

Mandiangin Koto Salayan, Bukittingi, Prov.

Sumatera Barat

22 RBM Cimpago

Jl. Ujung Pandan No. 55C, Koto Merapak, Kec.

Padang Barat, Kota Padang 25117, Prov.

Sumatera Barat

23 JAMBI Al Baroah

Jl. Perumahan Mawar Putih Rt. 34, Ds. Kasang

Pudak, Kec. Kumpeh Ulu, Kab. Muaro Jambi,

Prov. Jambi

24 Sahabat Jambi Jl. Sentot Ali Basa No. 49 Jambi

25 Yayasan Kalimosodo Jl. Rasan Indah Tambang Emas, Kec.

Pemenang Selatan, Kab. Merangin

26 Sumsel Mitra Mulia

Jl. Talang Buluh, Kel. Talang Buluh, Kec. Talang Kelapa, Banyuasin 30761

27 BENGKULU Yayasan Hidayatul Mubtadien

Jl. Rinjani I No. 20, Kel. Jembatan Kecil, Kec.

Singaranpati, Kota Bengkulu 38224, Prov.

Bengkulu

28 Yayasan KIPAS Jl. Semarak 11 Gang 13 No. 35 , Kel. Bentiring,

Kota Bengkulu, Prov. Bengkulu

29 KEP. RIAU Yayasan Lintas Nusa

Jl. Taman Dotamana Indah Blok F No. 02, Kel.

Belian, Kec. Batam Kota, Kota Batam 29464,

Provinsi Kepulauan Riau

30 LSM Sahabat Anak Indonesia Perumahan Balai Garden Blok D5 No. 29

Karimun

31 LAMPUNG Wisma Ataraxis Jl. RA. Basyid Gg. Kelapa III, Fajar Baru, Jati

Agung, Lampung Selatan

32 DKI JAKARTA Natura

Lebak Bulus I No. 9, Kel. Lebak Bulus, Kec.

Ciandak, Kota Jakarta Selatan, Prov. DKI

Jakarta

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LVIII

33 Al Jahu Jl. Raya Tanjung Barat No 3, Pasar Minggu,

Jakarta Selatan, Prov. DKI Jakarta

34 Yayasan Stigma Jl. Anggrek vi No. 5, Kel. Pesanggrahan, Kec.

Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan 12330,

35 Sembilan

Jl. DR. Muwardi III No.31 Rt.02/03, Grogol, Jakarta Barat

36 GMDM

Jl. Malaka Merah III Blok D No. 22 Komp. Ruko Malaka Country Estate Kel. Pondok Kopi, Jakarta Timur

37 Sahabat Rekan Sebaya

Jl. Raya Pasar Minggu, Komplek Simpang Tiga Kalibata No. 16-17 RT 005 RW 03 Kel. Duren Tiga Kec. Pancoran Jakarta Selatan

38 Banten Bani Syifa

Jl. Bendungan Baru Pamarayan Desa Panyabrangan Kec Cikeusal Kab. Serang 42175

39 Nururrohman

Jl. Sawahluhur Km. 10, Kel. Sawahluhur, Kec. Kasemen, Kota Serang 42191

40 YRM Dira Sumantriwintoha

Kel. Sindangsari Kampung Palima Kec. Pabuaran Kab. Serang

41 Jabar Ianatush Syibyan

Babakan RT 012/01 Sindangjaya, Mangunjaya, Kab. Ciamis

42 Inabah XV

Jl. Pagerageung Wetan Rt.01/10, Pagerageung, Kec. Pagerageung, Kab. Tasikmalaya 46158

43 Maha Kasih

Jl. Ir. H. Juanda No. 72, Kel. Awirarangan, Kec. Kuningan, Kab. Kuningan 4551

44 Breakthrough Missions

Jl. Bali Raya No. 31, Kel. Bojong Koneng, Kec Babakan Madang, Bogor 16810,

45 As Sabur (Bumi Kaheman)

Komp. Banda Asri Blok C3/6, Banda Sari, Kab. Bandung

46 Rumah Asa Anak Bangsa

Kampung Citugu, Desa Tugu Jaya, Kec. Cigombong Rt. 01/11 No. 52, Kab. Bogor 16740

47 Pelita Bangsa

Jl. Raya Babakan Madang, Ds. Kadungmangu, Kab. Bogor

48 Pelayanan Agape

Jl. Citeko No. 96 Rt.02/04, Desa Citeko, Kec. Cisarua, Kab. Bogor,16750

49 Jateng Pemulihan Pelita

Jl. Jangli 16A, Kel. Karanganyar G Cincing, Kec. Candisari, Kota Semarang,

50 Maunatul Mubarok Kel. Trimulyo, Kec. Genok, Semarang

51 Nurussalam

Jl. Ngepreh, Ds. Sayung, Rt 02/6, Kec. Sayung, Demak 59563

52 Sinai

Jl. Kutu Rt. 02/08, Telukan, Kec. Grogol, Sukoharjo 57552

53 An Nur

Jl. Raya Bungkanel, Ds. Bungkanel, Kec. Karanganyar, Purbalingga 53354,

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LIX

54 Mitra Alam

Jl. Sidomukti Utara No. 14 Rt. 4 Rw. V, Kel. Pajang, Kec. Laweyan, Surakarta,

55 Ponpes Al Ma'la

Jl. Purwodadi - Blora Km. 1 No. 50 RT 2 RW 2 Getasrejo Purwodadi, Grobogan

56 Jogya Al Islami

Jl. Padakan, Banjarharho, Kec. Kalibawang, Kulonprogo

57 Tetirah Dzikir

Jl. Wonosari KM 10, Kuton Rt. 02/15, Kel. Tegaltirjo, Kec. Berbah, Sleman 55573

58 Galilea Elkana

Jl. Panggang-Wonosari Km. 7, Giri Sekar, Kec. Panggang, Gunung Kidul,

59 Jatim Bambu Nusantara

Jl. Salak Tengah II/1, Kel. Taman, Kec. Taman, Kota Madiun 63131

60 Bali Yakeba

Jl. Ciung Wanara IV B No.2, Kel. Renon, Kec. Denpasar Selatan, Kota Denpasar 80226

61 NTB Aksi NTB

Jl. Jepara No. 16 Perum Tanah Aji Mataram, Kel. Punia, Kota Mataram 83216

62 NTT Warna Kasih

Jl. TPU RT 45 RW 01 Kel. Liliba Kec. Oebobo, Kupang

63 Kalsel Lingkar Harapan Banua Lingkar Harapan Banua

64 Kaltim Laras Jl. Suwandi No. 46 Rt. 24 Kota Samarinda

65 Kalbar RBM Khatulistiwa

Jl. Gusti Hamzah Gg. Nur 3 No. 2A, Kel. Sei Jani, Kec. Pontianak Kota, Kota Pontianak

66 LSM Merah Putih Jl. Gunung Merapi No.89, Singkawang

67 Sulbar Amada

Jl. Letjend Hertasning No. 141, Kel. Binanga, Kec. Mamuju, Kota Mamuju 91511,

68 Sulut Jameela Husein Ministry

Jl. Politeknik, Kel. Kairagi II, Kec. Mapanget, Kota Manado 95254,

69 Malut Lembaga Pengabdian Pemuda Bangsa

Belakang Kantor BIP/Karantina Ikan, RT 05 RW 03 Waiheru, Ambon

2. Bantuan biaya operasional IPWL/PIE sebesar Rp. 3.290.200.000,- dengan capaian 93% (Rp.

3.060.000.000) dengan sisa anggaran sebesar Rp. 230.200.000

3. Peran lembaga keagamaan dalam rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA

Kegiatan ini dengan capaian 95,3 %. atau Rp.512.360.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 537.350.000 sisa anggaran sebesar Rp. 24.990.000,- (4,7 %) dikarenakan adanya

pengembalian.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LX

4. Penguatan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) bidang Administrasi Kelembagaan

Kegiatan ini dengan capaian 89,6 %. atau Rp. 2.017.540.000,- dari dana RKAKL/Lembar

Kerja sebesar Rp. 2.250.650.000 sisa anggaran sebesar Rp. 233.110.000,- (10,4 %)

dikarenakan adanya pengembalian.

5. Bimbingan Teknis Penguatan Lembaga Non IPWL – Jabar

Kegiatan ini dengan capaian 75,4 %. atau Rp. 175.820.000,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 233.200.000 sisa anggaran sebesar Rp. 57.380.000,- (24,6 %) dikarenakan

adanya pengembalian.

6. Bimbingan Teknis Penguatan Lembaga Non IPWL – Sulsel

Kegiatan ini dengan capaian 49,6 %. atau Rp. 58.799.711,- dari dana RKAKL/Lembar Kerja

sebesar Rp. 118.600.000 sisa anggaran sebesar Rp. 59.800.289,- (50,4 %) dikarenakan

adanya pengembalian.

7. Verifikasi LKS Bidang NAPZA

a. Verifikasi LKS Bidang NAPZA

Kegiatan ini dengan capaian 99,1 %. atau Rp. 112.914.706,- dari dana RKAKL/Lembar

Kerja sebesar Rp. 113.935.000 sisa anggaran sebesar Rp. 1.020.294,- (0,9 %)

dikarenakan adanya pengembalian.

b. Bahan Ekonomi kreatif/produktif

Kegiatan ini dengan capaian 99,9 %. atau Rp. 4.200.000.000,- dari dana RKAKL/Lembar

Kerja sebesar Rp. 4.201.590.000 sisa anggaran sebesar Rp. 1.590.000,- (0,1 %)

dikarenakan adanya pengembalian.

c. Identifikasi dan Analisis Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

Kegiatan ini dengan capaian 100 %. atau Rp. 302.500.000,- dari dana RKAKL/Lembar

Kerja sebesar Rp. 302.500.000 sisa anggaran sebesar Rp. 0,- (0 %)

d. Pembinaan IPWL

Kegiatan ini dengan capaian 96,3 %. atau Rp. 337.456.400,- dari dana RKAKL/Lembar

Kerja sebesar Rp. 350.600.000 sisa anggaran sebesar Rp. 13.143.600,- (3,7 %)

dikarenakan adanya pengembalian.

Output Sasaran Strategis

1. Tersalurkannya bantuan kepada IPWL milik masyarakat 2. Terstandarisasinya LKS milik masyarakat

Outcome Sasaran Strategis

5. Meningkatnya kualitas pelayanan yang diberikan kepada IPWL terhadap korban penyalahgunaan NAPZA

6. Tersedianya LKS bidang NAPZA yang kualitas dalam memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA

7. Terukurnya LKS pada pelayanan sesau dengan tipe pelayanan rehabilitasi sosial

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LXI

KENDALA YANG DIHADAPI :

Kendala-kendala yang dihadapi dalam :

a. Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

1) Klien sering kali kambuh (relapse) dalam mengikuti rehabilitasi sosial 2) Latar belakang pendidikan, kebudayaan, dan penggunaan NAPZA. 3) Pendampingan belum optimal, karena seluruh pendamping belum mendapatkan informasi

yang cukup, bekal pengetahuan dan kemampuan sebagaimana yang diharapkan. 4) Para Pendamping di lapangan masih belum sepenuhnya melaksanakan tugasnya sesuai

dengan peran dan tugasnya.

b. Sumber Daya manusia (SDM)

1) Terbatasnya jumlah peksos, petugs sosial, dan tenaga sosial. 2) Terbatasnya pengetahuan dan kemampuan peksos, petugs sosial, dan tenaga sosial

dalam pelaksanaan program rehabilitasi sosial

c. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)

1) Masih ada LKS yang belum terdaftar di Dinas Sosial 2) LKS belum/minim dari Peksos, tenaga kesejahteraan sosial, konselor adiksi, managmen

panti 3) LKS masih ada yang belum terdata di Direktorat RSKP NAPZA

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH :

a. Menyamakan persepsi di tempat rehabilitasi b. Pembekalan pendamping yang maksimal dan mengetahui tugas juga fungsi sebagai

pendamping c. Memberikan kesempatan di dalam pelatihan/pembekalan/ pemantapan bagi petugas LKS yang

belum mengikuti d. Mensosialisasikan program NAPZA ke LKS

C. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Realisasi anggaran Dit. RSKP NAPZA Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1. Pagu Tahun 2016 adalah sebesar Rp. 199.390.272.000,- (Seratus sembilan puluh sembilan milyar tiga ratus sembilan puluh juta dua ratus tujuh puluh dua ribu rupiah), Alokasi penghematan (Self Blocking) sebesar Rp. 16.500.000.000,- sehingga Anggaran yang tersdia sebesar Rp. 182.890.272.000,- dengan rincian: APBN Rp. 182.890.272.000 - Belanja barang : Rp. 84.628.682.000,- - Belanja Modal : Rp. 100.000.000,- - Belanja Bantuan Sosial : Rp. 98.161.590.000,-

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LXII

2. Realisasi anggaran pada per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp. 180.667.960.320,- (Seratus delapan puluh milyar enam ratus enam puluh tujuh juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) atau 98,8 % dari pagu anggaran, dengan rincian : - Belanja Barang : Rp. 82.714.775.314,- (97,74 %) - Belanja Modal : Rp. 99.660.000,- (99,7) - Belanja Bantuan Sosial : Rp. 97.853.525.006,- (99,7 %)

Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja sampai dengan 31 Desember 2016

Anggaran % Anggaran %

1 Belanja Barang 84,628,682,000 82,714,775,314 97.7 1,913,906,686 2.3

2 Belanja Modal 100,000,000 99,660,000 99.7 340,000 0.3

3 Belanja Bansos 98,161,590,000 97,853,525,006 99.7 308,064,994 0.3

Jumlah 182,890,272,000 180,667,960,320 98.8 2,222,311,680 1.2

Tabel ....

Realisasi Sisa AnggaranNo Uraian Anggaran

NoJenis

Belanja/OutputPagu Realisasi % Sisa Anggaran %

1 SDM 46.224.030.000 45.680.497.909 98,8 543.532.091 1,2

2 Lembaga 12.193.625.000 11.347.390.817 93,1 846.234.183 6,9

3 Buku 675.415.000 503.217.600 74,5 172.197.400 25,5

4 Laporan 2.649.706.000 2.511.202.362 94,8 138.503.638 5,2

5 Dokumen 972.023.000 835.846.700 86,0 136.176.300 14,0

6 PMKS 96.562.110.000 96.218.840.206 99,6 343.269.794 0,4

7 Layanan Perkantoran 457.650.000 438.068.414 95,7 19.581.586 4,3

8 Kendaraan - - 0,0 0 0,0

9 Peralatan & Fasilitas 100.000.000 99.660.000 99,7 340.000 0,3

10 Gedung/bangunan 23.055.713.000 23.033.236.312 99,9 22.476.688 0,1

Jumlah 182.890.272.000 180.667.960.320 98,8 2.222.311.680 1,2

Tabel ....

Realisasi Anggaran Perprogram/Output Tahun Anggaran 2016

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LXIII

BAB IV

PENUTUP

Beberapa faktor yang menjadi permasalahan ataupun penghambat dan pendukung dalam

keberhasilan program kegiatan Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

diantaranya sebagai berikut :

A. Faktor penghambat

a. keterbatasan data yang belum akurat dari masing-masing provinsi. Dari Populasi yang

ada mencapai 478.665 jiwa (pusdatin ........ tahun 2011) belum diketahui secara pasti

pemetaan by name by address.

b. keterbatasan jangkauan pelayanan yang sangat terbatas karena sasaran pelayanan

tersebar sampai ke desa terpencil, yang belum tentu terdata. Target korban

penyalahgunaan NAPZA yang dilayani hanya sebagian kecil dibandingkan dengan total

populasi korban penyalahgunaan NAPZA

c. Belum optimalnya pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap korban penyalahgunaan

NAPZA berkaitan dengan SDM pelaksana dan pelayanan rehsos. Hal ini berpengaruh

kepada pelayanan rehabilitas sosial.

d. Belum optimalnya SDM di IPWL, pendampingan, pemantauan, dan pelaporan

reahabilitasi sosial, terutama untuk kegiatan yang berada di daerah karena keterbatasan

anggaran. Instansi sosial milik pemerintah daerah, yang diharapkan dapat membantu

dalam proses tersebut belum dapat memberikan dukungan yang optimal.

e. Belum memadainya standar pedoman pelayanan sosial baik yang dilakukan melalui

pelayanan dalam panti maupun luar panti, dan jenis pelayanan pengembangan lainnya

di masyarakat.

B. Faktor pendukung

1. komitmen dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dan

stakeholder (instansi terkait, Perguruan Tinggi, IPWL/LKS, Dunia usaha, masyarakat dan

keluarga dalam melindungi dan mewujudkan pemenuhan hak-haknya.

2. Adanya dukungan, kerjasama dan koordinasi yang baik diantara Direktorat Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dan stakeholder (instansi terkait, Perguruan Tinggi,

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LXIV

IPWL/LKS, Dunia usaha, masyarakat dan keluarga dalam melindungi dan mewujudkan

pemenuhan hak-haknya

3. memiliki perangkat hukum yang memadai dalam rangka melindungi hak-hak bagi korban

penyalahgunaan NAPZA seperti PP No. 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksana Wajib Lapor dan

berlakunya Surat Edaran Bersama (SEB) No. 04/2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan,

Korban Penyalahgunaan, Korban dan Pecandu Narkotika ke- dalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial, perangkat hukum ini untuk mendapatkan layanan rehabilitasi sosial,

melindungi, dan kesamaan hak, dan kegiatan mengacu dan berlandaskan pada regulasi

agar dapat terwujud pemenuhan hak-haknya.

C. Kesimpulan

1. Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA mempunyai tugas sesuai

dengan pasal 281 Permensos No. 20/2015 yaitu melaksanakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang rehabilitai sosial korban penyalagunaan NAPZA,

hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial RI No. 20/2015 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Sosial. Dalam melaksanakan tugasnya, berlandaskan pada tujuan,

sasaran dan program kerja yang ditetapkan baik dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, Rencana Kerja Pemerintah (RKP),

Kontrak Kinerja dengan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, maupun Rencana Strategis

(Renstra) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA 2015-2019.

2. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dit. RSKP NAPZA Tahun 2016

ini menyajikan berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis. Berbagai

capaian strategis tersebut tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU), maupun

analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran

3. Hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan secara umum dapat memenuhi target dan

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan walaupun dilakukan blokir mandiri. Meskipun

demikian, berbagai pencapaian target indikator kinerja memberikan gambaran bahwa

keberhasilan dalam rehabilitasi sosial secara keseluruhan sangat ditentukan oleh

komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif segenap komponen aparatur negara,

masyarakat, dan dunia usaha.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2016

LXV

D. Saran

1. Diperlukan komitmen dan dukungan semua pihak untuk penyelenggaraan rehabilitasi

sosial yang bertujuan melayani serta memberdayakan masyarakat.

2. Diperlukan terobosan baru agar pelaksanaan program kerja dan anggaran menjadi lebih

efektif berupa perubahan mekanisme penyusunan program kerja/anggaran dari pola “top

down” menjadi “bottom up” sehingga mencerminkan kebutuhan organisasi.

3. Penyusunan rencana pelaksanaan program dan kegiatan guna pencapaian target

indikator kinerja yang telah ditetapkan akan dilakukan secara lebih cermat dengan

memperhatikan kemampuan sumber daya yang tersedia serta kemampuan yang ada,

langkah percepatan pelaksanaan kegiatan pada awal tahun anggaran.

4. Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat dilaksanakan secara optimal sesuai

dengan target indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka optimalisasi mekanisme

manajemen internal organisasi di lingkungan Dit. RSKP NAPZA akan ditingkatkan untuk

secara pro aktif memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan berbagai kegiatan yang

dilaksanakan.

5. Upaya koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan berbagai instansi terkait baik di

pusat, panti pusat maupun daerah agar dilakukan dengan lebih intensif, mengingat

berbagai pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya dapat dilakukan dengan

melibatkan segenap instansi pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, dan dunia usaha.

6. Agar implementasi Sistem AKIP benar-benar efektif, perlu segera direalisasikan sinergitas

antara laporan kinerja dan laporan keuangan sebagai satu kesatuan, sehingga realisasi

anggaran yang digunakan untuk melakukan kegiatan berbanding lurus dengan out put

maupun out comes kegiatan yang bersangkutan. Dengan sinergitas tersebut, kinerja

organisasi dari setiap lembaga pemerintah yang dibiayai oleh APBN/APBD benar-benar

terukur, bermanfaat dan akuntabel.

7. Menjadikan SAKIP sebagai ukuran kinerja organisasi pemerintah secara nyata dan

akuntabel, dengan menerapkan fungsi reward and punishment yang tegas dan ketat.

Jakarta, Desember 2016

Dit. RSKP NAPZA