laporan kestan

22

Click here to load reader

Upload: yosep-pangaribuan

Post on 24-Jul-2015

81 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan kestan

EFEKTIVITAS PEMUPUKAN MENGGUNAKAN METODE

LARIKAN DENGAN PERLAKUAN PUPUK TUNGGAL NPK

LENGKAP DITAMBAH PENGAPURAN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea

Mays)

(Laporan Akhir Praktikum Kesuburan Tanah Dan Pemupukan)

OlehKelompok 6

Yoseph Albert L.D.J.Pangaribuan (1014121057)Andi Marino Lazuardi (1014121070)

Ayu Dwi Lestari (1014121011)Indah Puspita Dewi (1014121029)

Sopiyani (0914013161)Eka Yulianita (0814013125)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDARLAMPUNG

2011

Page 2: laporan kestan

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang dan Masalah

Tanah merupakan salah satu indikator keberhasilan di dalam praktek-praktek

pertanian. Umumnya, tanah yang subur akan menghasilkan tanaman yang sehat

yang berproduksi dan berproduktivitas tinggi. Di dalam tanah setidaknya

terkandung 16 unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Unsur-unsur makro

(diperlukan dalam jumlah besar) yang dibutuhkan antara lain : Nitrogen, Fosfor,

Kalium, Kalsium, Magnesium, dan Sulfur.

Tanah-tanah di Indonesia umumnya adalah tanah-tanah tua yang telah mengalami

pelapukan lebih lanjut. Tanah jenis ini disebut tanah masam, PMK (Podsolik

Merah Kuning), Ultisol (dalam sistem klasifikasi). Yang menjadi ciri umum dari

tanah jenis ini yaitu pH tanahnya antara 4-4,5, unsur P yang kurang tersedia, dan

meningkatnya kandungan unsur mikro logam seperti Al, Fe, Mn, dll sehingga

menjadi faktor pembatas bagi tanaman yang dibudidayakan. Untuk itu, perlu

dilakukan pengapuran untuk dapat meningkatkan pH tanah 6-7, meningkatkan

ketersediaan P dalam tanah, dan mereduksi keberadaan unsur mikro logam.

Pupuk kimia seperti Urea, SP-36, dan KCl umumnya lebih banyak digunakan

pada tanah-tanah masam seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan sifat pupuk kimia

yang cepat menyediakan unsur hara bagi tanaman pada tanah-tanah yang memang

kandungan NPK nya rendah. Dewasa ini, dikenala 2 macam metode pemberian

pupuk kimia, yaitu dengan metode sebar dan metode larikan. Umumnya metode

larikan lebih baik, karena serapan hara oleh tanaman lebih efektif dibandingkan

metode sebar.

Page 3: laporan kestan

Dalam praktikum Minus One Test ini, perlakuan yang digunakan adalah NPK

lengkap di larikan + pengapuran dolomit. Komoditas yang dipakai adalah jagung

hibrida BISI 2. Alasan digunakan jagung, karena umumnya tanaman ini adalah

indikator dari kesuburan tanah. Umumnya jagung akan memberikan respon

kekahatan ataupun keracunan unsur hara yang berbeda tiap unsurnya. Dengan

perlakuan NPK lengkap di larikan + pengapuran dolomit tersebut, diharapkan

dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan indikatornya tanaman jagung.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam praktikum ini, antara lain :

1. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung

antara pemberian pupuk secara sebar dan larikan.

2. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung

antara yang diberi perlakuan lengkap dengan tanapa perlakuan (kontrol).

3. Untuk mengetahui perlakuan yang optimal bagi perumbuhan dan produksi

tanaman jagung.

Page 4: laporan kestan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan

Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16

orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda

menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn (Warisno 1998).

Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan

serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas

unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung

bersari bebas.Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu,

Arjuna, Bromo,Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru,

Hibrida C 1 (HibridaCargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin,

Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.

(Sutoro; Yogo Sulaeman; Iskandar. 1988)

Pemupukan berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada

lingkungan setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi

mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan

pemulihan hara yang sebelumnya dimanfaatkan (Dobermann and Fairhurst, 2000;

Witt and Dobermann 2002).

Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N harus dilakukan secara

bertahap. Hasil penelitian Tirtoutomo et al. (1991) menunjukkan bahwa

pemberian N 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3 bagian pada 30 HST atau 1/3

bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada 30 HST, dan 1/3 bagian pada 45 HST

Page 5: laporan kestan

relatif lebih baik dari segi hasil maupun efisiensi serapan N, dibanding dengan

pemberian seluruhnya pada saat tanam atau 2/3 takaran pada waktu tanam dan 1/3

takaran pada 30 HST (Tabel 8). Hal yang sama juga dilaporkan oleh Gunarto

(1986), di mana pemberian N 1/2 bagian awal tanam dan 1/2 bagian pada saat 30

HST memberikan hasil dan serapan hara yang lebih tinggi dibanding jika pupuk N

diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pemberian N secara tugal atau larik lebih

hemat 55-66% dibanding cara sebar atau siram (urea dilarutkan). Pemberian 45 kg

N/ha secara tugal atau larik memberikan hasil yang setara dengan pemberian 90

kg N/ha secara sebar atau disiram (Fadhly et al. 1993).

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat

diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan

aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini

berlaku umum untuk setiap unsur hara (Olson and Sander 1988)

Gejala kekurangan atau kelebihan N pada tanaman jagung dapat diidentifikasi

melalui warna daun. Kekurangan N mengakibatkan klorosis pada daun (berwarna

kuning pada daun). Sebaliknya, kelebihan N membuat daun berwarna hijau gelap.

Pengukuran klorofil daun menggunakan klorofilmeter dan pengukuran warna

daun menggunakan BWD berkorelasi positif dengan kadar N daun (Syafruddin et

al., 2007).

Page 6: laporan kestan

III. BAHAN DAN METODE

III.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan dilaksanakan selama 3 bulan, setiap

hari Selasa pukul 13.00-14.40. selain itu, praktikan diharapkan melakukan

kegiatan prakteknya di luar jadwal praktikum karena waktu yang disediakan

terbatas. Praktikum bertempat di samping Laboratorium Tanah.

III.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain : Benih jagung hibrida

BISI 2 (Zea mays), pupuk kimia tunggal urea, SP-36, dan KCl, insektisida

Hamasid, patok, dan tali rafia.

Sedangkan alat yang digunakan, antara lain : timbangan, mistar, meteran gulung,

cangkul, arit, koret, gembor, dan sprayer punggung “Solo”.

III.3 Pelaksanaan Praktikum

Adapun kegiatan-kegiatan praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan, dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat dan bahan seperti : cangkul, meteran gulung, tali rafia,

patok kayu, dan benih jagung.

2. Mengukur luas petakan lahan yaitu 2,5x5 m menggunakan meteran gulung.

3. Menandai petakan yang akan diolah dengan tali rafia dan patok kayu.

4. Mengolah tanah dengan mencangkuli petakan lahan dengan kedalaman 15-20

cm sampai gembur.

5. Melakukan pengapuran dengan dosis yang telah ditentukan yaitu 1200 g/12,5

m2.

Page 7: laporan kestan

6. Menentukan jarak tanam kacang jagung pada petakan lahan, yaitu 40x80 cm.

Didapat 36 lubang tanam dengan populasi harapan 36 tanaman.

7. Membuat lubang tanam sedalam 3 cm sebagai tempat menanam benih.

8. Menanam benih jagung, dengan perlakuan 2 tanaman/lubang

9. Memberikan pupuk dasar dengan dosis untuk urea 125 g/12,5 m2, SP-36 375

g/12,5 m2, dan KCl 125 g/12,5 m2 pada petakan lahan dengan cara membuat

larikan disekitar benih (5 cm dari benih).

10. Melakukan penyulaman pada benih yang tidak tumnuh setelah 1 minggu

penanaman benih.

11. Melakukan pengendalian hama dan penyakit dengan menyemprotkan

insektisida Hamasid pada saat serangan hama merugikan.

12. Melakukan pembumbunan pada tanaman yang tumbuh dewasa, dengan

ketinggian 10 cm untuk mencegah rebahnya tanaman akibat terpaan angin

dan pukulan air hujan.

13. Memberikan pupuk II dengan dosis untuk Urea 125 g/12,5 m2 petakan lahan

dengan cara membuat larikan disekitar benih (5 cm dari benih) setelah

tanaman berumur 1 bulan.

14. Menyiram tanaman 1-3 kali/minggu dengan memperhatikan kondisi

kelembaban tanah.

15. Memberikan pupuk III dengan dosis untuk Urea 125 g/12,5 m2 dan KCl 125

g/12,5 m2 pada petakan lahan dengan cara membuat larikan disekitar benih (5

cm dari benih) setelah tanaman masuk fase generatif.

16. Melakukan pemanenan ketika tanaman jagung masuk fase masak susu,

dimana ketika biji ditekan maka akan keluar cairan putih seperti susu.

III.4 Pengamatan

Adapun pengamatan yang dilakukan selama praktikum berlangsung, diantaranya :

1. Menghitung persentase benih yang berkecambah pada umur 7 HST (hari

setelah tanam).

2. Mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai titik tumbuh yang

dilakukan pada umur 2,3,4 MST sampai tanaman berbunga penuh.

Page 8: laporan kestan

3. Menghitung jumlah tongkol per sampel dan populasi di luar sampel.

4. Mengukur bobot tongkol + kelobot dan tongkol sampel dan populasi diluar

sampel pada kondisi masak susu.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan

Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan dilaksanakan selama 3 bulan, dari

tanggal 3 Maret 2012 sampai 22 Mei 2012 bertempat di samping Laboratorium

Tanah. Ada 7 kelompok dengan perlakuan NPK lengkap sebar + pengapuran, PK

lengkap (minus N) sebar + pengapuran, NK lengkap (minus P) sebar +

pengapuran, NP (minus K) sebar + pengapuran, NPK lengkap, NPK lengkap

larikan + pengapuran, dan kontrol. Karena laporan praktikum ini mendapat

perlakuan NPK lengkap larikan + pengapuran, maka pembanding yang digunakan

adalah NPK lengkap sebar + pengapuran dan kontrol. Sebelum membahas

perbandingan diantara ketiga perlakuan, akan dibahas terlebih dahulu kegiatan-

kegiatan praktikum selama 10 minggu pengamatan.

Praktikum dimulai pada tanggal 6 Maret 2012, kegiatan yang dilakukan

pengolahan tanah, penanaman benih, dan pemberian pupuk dasar + pengapuran.

Sebagai pupuk dasar, dosis perbandingan yang dipakai yaitu 1/3 : 1 : 1/2.

Sedangkan kapur yang digunakan adalah dolomit/Kaptan (Kapur Pertanian) yang

memiliki rumus kimia CaMg(CO3)2.

Pada tanggal 13 Maret 2012 dilakukan penghitungan persentase perkecambahan

jagung 7 HST (terlampir). Dari hasil perhitungan didapat bahwa persentase

berkecambahnya 93,05 %. Pada tanggal 20 Maret 2012 dilakukan pengukuran

tinggi tanaman jagung. Caranya dengan memilih 5 sampel tanaman dengan syarat

bahwa tanaman yang dijadkan sampel tidak boleh berada di pinggir lahan, namun

Page 9: laporan kestan

berada di tengah-tengah lahan. Lalu diukur tinggi tanaman sampel. Dalam satu

lubang yang tumbuh dua tanaman, dilakukan pengukuran tinggi keduanya lalu

dicari rataan tingginya.

Praktikum selanjutnya, dilaksanakan 27 Maret 2012, dengan kegiatan pemupukan

ke II dan penyemprotan insektisida. Kegiatan diawali dengan pembumbunan

lahan untuk mencegah tanaman rebah, menyiangi gulma, mengukur tinggi

tanaman jagung, lalu penyemprotan insektisida pada petakan tanaman jagung

dengan insektisida HAMASID 25 EC (dosis 0,5 ml/liter), bahan aktif

lamdasihalotrin 25 g/l. Insektisida ini termasuk racun kontak dengan bentuk

pekatan, berwarna kuning muda jernih, serta pemberian pupuk tahap II, dengan

dosis NPK 1/3 : 0 : 0.

Pada tanggal 03 April 2012 dilakukan penjarangan tanaman. Melakukan

penjarangan pada lubang tanam yang berisi dua tanaman jagung dengan

meninggalkan satu saja tanaman tiap lubang tanam. Daun berlubang dan patah

pada bagian tulang daun akibat serangan hama.Terdapat sedikitnya 8 tanaman

jagung yang tumbuh kerdil akibat mengalami kahat (belum diketahui kahat apa)

tetapi bukan tanaman sampel.

Pada tanggal 10 April-24 April 2012 dilakukan pengamatan dan pemeliharaan

tanaman jagung. Kegiatan tersebut meliputi : mengukur tinggi tanaman jagung

setiap sampel, menyiangi rumput (gulma) secara mekanis, pembumbunan lahan

untuk mecegah tanaman rebah akibat terpaan angin dan pukulan air hujan,

penyiraman tanaman jagung akibat tidak turun hujan selama beberapa minggu

untuk menjaga ketersediaan air bagi tanaman jagung, dan mengamati gejala

serangan hama pada jagung, pada daun muda tanaman jagung terdapat bekas

korokan berwarna putih transparan (hanya tertinggal kerangka daun). Hal ini

mengakibatkan proses fotosintesis terganggu dalam menghasilkan fotosintat.

Pada pengamatan tanggal 03 Mei 2012 dilakukan pemupukan ke 3 pada awal

stadium generatif, pembumbunan dan penyiangan lahan, serta menghitung jumlah

tongkol pada tanaman jagung. Pengamatan pengukuran tinggi tanaman tidak lagi

dilaksanakan, karena jagung telah memasuki stadium generatif yang menandai

Page 10: laporan kestan

berakhirnya stadium vegetatif ( tinggi tanaman relatif stagnan). Melakukan

pemupukan ke 3, dengan dosis perbandingan NPK 1/3 : 0 : ½.

Munculnya bunga dalam petakan tidak seragam. Terutama yang terletak dibagian

pinggir petakan. Hal ini mungkin dikarenakan pemberian pupuk yang kurang

merata pada bagian pinggir petakan lahan, juga dikarenakan keterlambatan dalam

hal penyulaman. persentase tanaman berbunga dalam petakan lahan = 22,2 %.

Petakan lahan tanaman jagung belum masuk pada fase generatif, namun baru

masuk pada masa primordia bunga. Karena syarat suatu lahan dikatakan telah

masuk fase generatif apabila 50% populasi telah muncul bunga.

Tanggal 15 Mei 2012 dilakukan pengamatan jumlah tongkol per petak lahan dan

pengamatan kahat unsur S lanjutan. Jumlah tongkol produktif sebanyak 50 buah

dan tongkol belum produktif sebanyak 19 buah, dari hasil pengamatarn seluruh

tanaman produktif menghasilkan tongkol. Menurut Said dkk (2008) gejala kahat S

mirip gejala kahat N, tetapi kahat S diikuti klorosis pada daun muda. Pangkal

daun berwarna kuning. Gejala akan nampak pada daun yang terletak dekat pucuk.

Kahat S aan menghambat pertumbuhan dan klobot mengecil.

Tanggal 22 Mei 2012 dilakukan pemanenan dan pengukuran bobot tongkol

jagung sampel maupun populasi di luar sampel.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum Kesuburan Tanah dan

Pemupukan, antara lain :

1.

Page 11: laporan kestan

DAFTAR PUSTAKA

Dobermann, A. and K.G. Cassman. 2002 Plant nutrient management for enhanced

productivity in intensive grain production system of the United State and

Asia. Plant and Soil. 247:153-172.

Fadhly, A.F. A.S. Wahid, M. Rauf, dan Djamaluddin. 1993. Pengaruh sumber

dan takaran nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Titian

Agronomi. 5:69-75

Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn production. In Monograph Agronomy

Corn and Corn Improvement. Wisconsin. p.639-686.

Said, dkk.2008.Petunjuk Lapang Hama, Penyakit, Hara Pada Jagung.Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangamn : Bogor.

Sutoro; Yogo Sulaeman; Iskandar. (1988). Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertani

Syafruddin, S. Saenong, dan Subandi. 2007. Pemantauan kecukupan hara N

berdasarkan klorofil daun. pada tanaman jagung. Prosiding Seminar

Nasional Jagung. p. 296-302.

Warisno 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta. Kanisius

Page 12: laporan kestan

LAMPIRAN

Page 13: laporan kestan

Perhitungan pupuk :

Dosis keseluruhan pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis untuk Urea 375

g/12,5 m2, SP-36 375 g/12,5 m2, dan KCl 125 g/12,5 m2.

1. Pemupukan dasar, perbandingan yang dipakai yaitu 1/3 : 1 : 1/2.

Pemberian tanggal 6 Maret 2012.

Perhitungannya sebagai berikut :

Urea = 375 : 3 = 125 g/12,5 m2

KCl = 125 : 2 = 62,5 g/12,5 m2

SP-36 = 375 : 2 = 187,5 g/12,5 m2

2. Pemupukan tahap II, perbandingan NPK 1/3 : 0 : 0.

Pemberian tanggal 20 Maret 2012

Perhitungan sebagai berikut :

Urea 125 g/12,5 m2

Page 14: laporan kestan

3. Pemupukan tahap 3, perbandingan NPK 1/3 : 0 : ½. Pemberian tanggal 3 Mei

2012.

Kebutuhan pupuk tiap larikan = dosis pupuk per luasan areal

∑ baris tanaman

- Untuk Urea = 125 g

6

= 20,83 g/larikan

- Untuk KCl = 67,5 g

6

= 11,25 g/larikan

Kebutuhan pupuk tiap tanaman = dosis pupuk per larikan

∑ tanaman /baris

- Untuk Urea = 20,83g

6

= 3,47 g/larikan

- Untuk KCl = 11,25 g

6

= 1,87 g/larikan

Denah Petakan Lahan

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

Page 15: laporan kestan

Keterangam :

X = populasi diluar sampel

X = sampel

0 1 2 3 4 5 6 7 8 90

50

100

150

200

250

Tinggi Tanaman dari Minggu 0-9

NPK larik + kapurNPK sebar + kapurKontrol

Axis

Title

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

Page 16: laporan kestan

NPK lengkap sebar +

pengapuran

NPK lengkap larik +

pengapuran

Kontrol0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Bobot tongkol sampel kotorBobot tongkol sampel bersihBobot tongkol populasi kotorSeries 4