laporan kerja praktek unsika 2015
TRANSCRIPT
1
PERANCANGAN MODEL PROSES MODIFIKASI POLY SILO
DI PT . ASIA PACIFIC FIBER TBK , KARAWANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK II
BIDANG KONTRUKSI
Disusun oleh :
Abdullah
1141177005081
JURUSAN TEKNIK MESIN (S1)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG
2015
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
KP dengan judul :
PERANCANGAN MODEL PROSES MODIFIKASI POLY SILO
DI PT . ASIA PACIFIC FIBER TBK , KARAWANG
Dibuat untuk melengkapi Mata Kuliah Kerja Praktek II pada Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik,Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang.
Laporan KP ini dapat diterima dan disetujui sebagai sebuah hasil penelitian setelah melalui
proses ujian/seminar dan perbaikan yang diperlukan.
Karawang, 20 Mei 2015
Dosen Pembimbing Koordinator KP
Murtalim . , ST Nana Rahdiana, ST., MT.
NIS. ........................... NIS. 0417037903
Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Marno, Ir., MT.
NIS. 0403026501
iii
LEMBAR PENGESAHAN DARI PIHAK INDUSTRI
KP dengan judul :
PERANCANGAN MODEL PROSES MODIFIKASI POLY SILO
DI PT . ASIA PACIFIC FIBER TBK , KARAWANG
Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Akademik
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Strata Satu (S1)
Disusun oleh :
Abdullah
1141177005081
Disetujui oleh :
Pembimbing Lapangan
Bpk. Sumanto. ST., MT Bpk. Ujang Serpendi
Sr. Superintendance HR. Function
iv
ABSTRAK
Laporan Kerja Praktek dengan judul “PERANCANGAN MODEL PROSES
MODIFIKASI POLY SILO DI PT. ASIA PACIFIC FIBERS TBK, KARAWANG ”.
Tujuan penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui Analisa terjadinya
defleksi dan deformasi pada balok, pada perancangan model proses modifikasi poly silo di
PT. Asia Pasific Fibers. Tbk , Karawang.
Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan analisa penelitian
meliputi studi lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan meliputi wawancara kepada
pembimbing lapangan dan pengamatan dilapangan. Studi pustaka dilakukan dengan
penelitian kepustakaan yang relevan dengan masalah yang dihadapai penulis dan
berdiskusi dengan dosen pembimbing.
Dari analisa dan hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa analisa
berdasarkan perhitungan Deformasi dan Strees pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956
LG sebesar 0,009701664357 mm berbeda dengan analisa menggunakan sofwer Ansys
14.0 sebesar 0,017639 mm. Ultimate Stress pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG
sebesar 9,313597783 Mpa berbeda dengan analisa menggunakan sofwer Ansys 14.0
sebesar 12,443 Mpa. Kemudian hasil analisa Deformasi pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9
X 2615 LG secara perhitungan adalah 0,06192746 mm kemudian dilanjutkan
dengan analisa dengan menggunakan sofwer ansys 14.0 sebesar 0,09242 mm.
Ultimate Stress pada analisa perhitungan WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG adalah
5,6 MPa dan dengan menggunakan sofwer ansys sebesar 8,8166 Mpa.
Secara analisa perhitungan dan sofwer ansys bahwa balok WF 300 X 150 X
6.5 X 9 X 956 LG dan WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG dengan materials Bj
50 aman digunakan untuk merima beban sebesar 16070 N
Kata kunci : Ultimate StressDeformasi , Defleksi ,Wide Flange WF 300 X 150 X
6.5 X 9 X 956 LG , WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan-
Nya, sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan. Laporan Kerja Praktek dengan
judul “ PERANCANGAN MODEL PROSES MODIFIKASI POLY SILO ” ini
ditunjukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Mesin (S1) di Universitas Negeri Singperbangsa Karawang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak,
Laporan Kerja Praktek ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses pengerjaan Laporan Kerja Praktek ini, yaitu kepada:
1. Bapak Ir. Marno, MT . Selaku Ketua jurusan Teknik Mesin .
2. Bapak Murtalim. ST. Selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek yang telah
memberikan masukan kepada penulis.
3. Bapak Ir. Sumanto . MT. Selaku Sr. Superintendance Project Engineer
Departement. PT. ASIA PACIFIC FIBER . TBK yang berkenan memberi izin
dan masukan kepada penulis dalam menyusun Laporan Kerja Praktek ini.
4. Bapak Ujang . Selaku HRD PT. ASIA FACIFIC FIBER. TBK yang telah
memberikan izin dan oreantasi selama Kerja Praktek ini.
5. Ayah, Ibu, dan adik-adik yang telah memberikan dukungan moril, doá, semangat
selama melakukan Study.
6. Semua pihakyang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa mungkin masih terdapat banyak kekurangan
dalam Laporan Kerja Praktek ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan
sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya.
Karawang, 20 Mei 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ……………...................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………….………………… ii
LEMBAR KETERANGAN PERUSAHAAN ………………..……………… iii
ABSTRAK ……………………………………………………..…………….. iv
KATA PENGANTAR ……………………………………..……………….. v
DAFTAR ISI ……………………………………………….……………….. vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….……... ix
DAFTAR NOTASI ………………………………………………..………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………..……………… 1
1.2. Perumusan Masalah …………………………………..……………… 2
1.3. Pembatasan Masalah ………………………………………………… 2
1.4. Waktu dan Lokasi Penelitian ……………………………………….. 2
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………… 3
1.6. Metode Pengumpulan Data ………………….………..……………… 4
BAB II DATA UMUM PERUSAHAAN
2.1. Profil Perusahaan ………………………………….………………… 6
2.2. Sejarah Perusahaan ……………………………….…………………. 6
2.3. Visi dan Misi Perusahaan …………………………………………… 8
2.4. Lokasi pabrik ……………………..…........................………………. 8
2.5. Struktur Organisasi Perusahaan ………………….………………….. 10
2.6. Distribusi dan Pemasaran …………………………..................……… 12
2.7. Jam Kerja ………………………………………….………………… 14
BAB III DASAR TEORI
3.1. Tabung ….........................…………………………………………… 15
3.2. Pelat ……………................……………………………….…………. 16
3.3. Berat ……………….......……………………………………………. 17
3.4. Balok …….....................…………………………………..………… 17
3.4.1. Pengertian balok ........................................................................ 17
3.4.2. Jenis dan tumpuan balok ............................................................. 17
3.4.3. Gaya geser dan momen bending ................................................ 18
3.4.4. Momen inersia ........................................................................... 20
3.4.5. Diagram benda bebas dan persamaan kesetimbangan ............... 20
3.4.6. Metode perhitungan lendutan (Defleksi) .................................... 22
3.4.7. Tegangan normal pada balok ..................................................... 24
3.4.8. Tegangan Geser .......................................................................... 25
3.5. Sifat Bahan Baja …………………………….………………………. 25
3.6. Sambungan ………………………………………..……………… 28
vii
3.6.1. Permodelan sambungan …………………………………… 28
3.6.2. Jenis alat penyambung ……...………………………………. 32
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Diagram Alir Penelitian ……………………………………………… 37
4.2. Analisa Pengamatan Dilapangan ……………….…………………… 38
4.3. Data Perencanaan …………….........................……………………… 39
4.4. Menghitung Berat Tabung ……………..............………..…………… 40
4.4.1. Menghitung berat surface tabung A ….….....................…….. 40
4.4.2. Menghitung berat surface tabung B …….……......................... 43
4.4.3. Mencari berat total surface tabung ……..…........................… 44
4.4.4. Mencari berat isi tabung ……………...................................... 45
4.4.5. Mencari berat total keseluruhan tabung .................................. 46
4.5. Mencari Berat Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG …….....… 46
4.6. Mencari Berat Breaket Plate 200 X 150 X 10 THK …..............…….. 48
4.7. Mncari Gaya Total Pembebanan …….................…………………… 49
4.8. Analisa Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG ……............……. 49
4.8.1. Mencari meomen geser ......................................................... 51
4.8.2. Mencari momen inersia ......................................................... 54
4.8.3. Mencari defleksi maksimum .................................................. 54
4.8.4. Mencari tegangan lentur maksimum ........................................ 56
4.9. Analisa Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG ........................... 58
4.9.1. Mencari berat WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG .............. 59
4.9.2. Mencari berat plate 368 X 150 X 10 THK di Batang 2 ........... 60
4.9.3. Mencari berat 300 x 150 x 9 x 2615 LG ................................... 61
4.9.4. Mencari gaya pada beban W 1 dan W2 pada batang 2 .............. 63
4.9.5. Mencari momen geser dan gaya geser .................................... 63
4.9.6. Mencari momen inersia pada WF 300X150X6.5X 9X2615 LG 67
4.9.7. Mencari defleksi maksimum ..................................................... 67
4.9.8. Mencari tegangan lentur maksimum ........................................ 69
4.10. Perhitungan Baut ................................................................................. 71
4.10.1. Mencari beban masing – masing baut ...................................... 72
4.10.2. Mencari tegangan tarik pada baut ........................................... 73
BAB V Kesimpulan Dan Saran
5.1. Kesimpulan …………………………………………….……………. 74
5.2. Saran ………………………………………………………………… 75
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………….. 77
LAMPIRAN – LAMPIRAN ………………………………………………. 79
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Tabel 1. Bar chart kegiatran KP ………………..……………………….. 3
2. Tabel 2.1 Jam kerja PT. APF. Tbk ……………..……………………… 14
3. Tabel 3.1 Harga tegangan leleh ………………..………………………… 27
4. Tabel 4.1 Macam – macam jenis benda ......................................………. 42
5. Tabel 4.2 Modulus elastis benda padat SNI 03 - 1729 – 2002 ................... 50
6. Tabel 4.3 Sifat mekanis baja struktural ………………..................……… 51
7. Tabel 4.4 Sifat – sifat baja ......................................……………………. 72
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Gambar 2.1 Logo PT. APF. TBK …………….......................…………… 6
2. Gambar 2.2 Lokasi PT. ASIA FACIFIC FIBER. TBK ……………..……. 8
3. Gambar 2.3 Tata Letak PT. ASIA FACIFIC FIBERS. TBK ……….…… 9
4. Gambar 2.4 Struktur organisasi PED (Project Enginering Departement) .... 11
5. Gambar 3.1 Tabung …………………………………………......…..…… 15
6. Gambar 3.2 Pelat persegi panjang …………………………………….……. 16
7. Gambar 3.3 Profil Baja Wide Flange Shapes ……….....………………… 17
8. Gambar 3.4 Balok : Wide Flange ……....................................................… 18
9. Gambar 3.5 Gaya geser ……...................................................................... 19
10. Gambar 3.6 Definisi Momen Bending …………………………………… 19
11. Gambar 3.7 Tanda momen bending ……………………………………… 20
12. Gambar 3.8 Profil wide flange …………………………………............. 20
13. Gambar 3.9 Metode integrasi ganda ........................................................... 22
14. Gambar 3.10 Balok menerima beban ............................................................ 23
15. Gambar 3.11 Penyebaran tegangan normal pada sebuh balok elastis .......… 24
16. Gambar 3.12 Penentuan tegangan leleh ………..............………………… 27
17. Gambar 3.13 Deformasi rotasi sambungan ………………......................... 29
18. Gambar 3.14. Kurva M-θr sambungan ......................................................... 29
19. Gambar 3.15 Tipe sambungan (a) Single Web – Angle dan (b) Single plate 30
20. Gambar 3.16. Tipe sambungan bouble single web – angle ........................ 30
21. Gambar 3.17. Sambungan top and shet-angle with doble web angle ........... 31
22. Gambar 3.18. Tipe sambungan header plate .............................................. 31
23. Gambar 3.19. Tipe sambungan extend plate,(a) extended on tension side
only (b) extended on tendion and compression sides .................................. 31
24. Gambar 3.20. Tipe sambungan flush and plate .......................................... 32
25. Gambar 3.21 baut ..................................................................................... 33
26. Gambar 3.22 Tekanan permukaan yang terjadi pada ulir ........................... 34
27. Gambar 3.23 Tegangan geser yang terjadi pada ulir ................................. 35
28. Gambar 4.1 Flow chart Pembahasan ......................................................... 37
29. Gambar 4.2. Batch Poly Silo ........................................................................ 38
30. Gambar 4.3 Perbedaa Proto-Type Poly Silo Modification Proposed ......... 38
31. Gambar 4.4 Perencanaan Proto T-ype Poly Silo Modification Proposed .... 39
32. Gambar 4.5 2D Proto T-ype Poly Silo Modification Proposed ................ 39
33. Gambar 4.6 Assy tabung poly silo ............................................................... 40
34. Gambar 4.7 Tabung Poly Silo Point A ............................................. 40
35. Gambar 4.8 Tabung Poly Silo Point B .................................................... 43
36. Gambar 4.9 Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG ............................ 46
37. Gambar 4.10 Profil WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG ........................... 47
38. Gambar 4.11 Profil Plate 200 X 150 X 10 THK for Breaket ..................... 48
39. Gambar 4.12 Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG yang
direncanakan ................................................................................................ 49
40. Gambar 4.13 Gaya tekan yang terjadi pada balok .................................... 49
x
41. Gambar 4.14 DBB gaya yang terjadi pada balok ........................................ 51
42. Gambar 4.15 DBB Bidang Momen Geser 1 ............................................... 52
43. Gambar 4.16 DBB Bidang Momen Geser 2 ............................................... 52
44. Gambar 4.17 Diagram Gaya Geser ............................................................ 53
45. Gambar 4.18 Diagram Momen Geser .......................................................... 53
46. Gambar 4.19 Profil WF 300 X 150 X 9 X 956 LG .................................... 54
47. Gambar 4.20 Analisa Defleksi Batang 1 dengan Sofwer Ansys 14.0 ...... 55
48. Gambar 4.21 Analisa defleksi dengan sofwer Autodesk Inventor
propesional 2014 ......................................................................................... 56
49. Gambar 4.22 Analisa tegangan dengan sofwer Ansys14.0 ........................ 57
50. Gambar 4.23 Analisa tegangan dengan sofwer Autodesk Inventor
Profesional 2014 .......................................................................................... 57
51. Gambar 4.24 Analisa Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG ........... 58
52. Gambar 4.25 Gaya tekan yang terjadi pada balok WF 300 X 150 X 6.5 X
9 X 2615 LG ............................................................................................... 58
53. Gambar 4.26 Balok WF 300 X 150 X 9 X 1480 LG .................................... 59
54. Gambar 4.27 Profil WF 300 X 150 X 9 X 1480 LG ................................... 59
55. Gambar 4.28 Plate 368 X 150 X 10 THK ................................................... 60
56. Gambar 4.29 WF 300 x 150 x 9 x 2615 LG ............................................... 61
57. Gambar 4.30 Profil WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG .......................... 61
58. Gambar 4.31 DBB momen geser dan gaya geser ......................................... 63
59. Gambar 4.32 DBB Bidang Momen Geser 1 WF 300 X 150 X 6.5 X 9
X 2615 LG ................................................................................................... 64
60. Gambar 4.33 DBB Bidang Momen Geser 2 WF 300X150 X 6.5 X 9 X
2615 LG ........................................................................................................ 65
61. Gambar 4.34 DBB Bidang Momen Geser 3 WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X
2615 LG ....................................................................................................... 65
62. Gambar 4.35 Diagram Gaya Geser WF 300X150X6.5X 9X2615 LG ......... 66
63. Gambar 4.36 Diagram Momen Geser WF 300X150X6.5X 9X2615 LG .... 66
64. Gambar 4.37 Profil WF 300X150X6.5X 9X2615 LG ............................... 67
65. Gambar 4.38 Analisa defleksi dengan sofwer Autodesk Inventor
Propesional 2014 .......................................................................................... 68
66. Gambar 4.39 Analisa defleksi dengan sofwer Ansys 14.0 ....................... 69
67. Gambar 4.40 Analisa Tegangan maksimum dengan sofwer Ansys 14.0
pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG ................................................ 70
68. Gambar 4.41 Analisa Tegangan maksimum dengan sofwer Autodesk
Inventor Profesional 2014 pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG ....... 70
69. Gambar 4.42 Assy bolt dan nut ........................................................ 71
xi
DAFTAR NOTASI
Notasi
Nama Satuan
A Luas tahananan efektif las mm²
Ab Luas baut mm²
a Lebar luasan tertarik pada baut mm
b Lebar profil pengaku mm
be Lebar efektif mm
D Gaya Lintang mm
d Diameter baut mm
e Eksentrisitas
Fp Gaya putus las sudut N
I Momem kelembaman Nmm
J Momen inersia polar Nmm
L Panjang las Mm
M Momen Nmm
m Jumlah baris baut mm
n Jumlah baut
P Beban terpusat N
q Beban mati N
R Resultan N
s Jarak sumbu ke sumbu baut mm
T Gaya tarik N
t Tebal pelat penyambung mm
α Sudut antara gaya P terhadap bidang
retak las
δ Tebal propil yang dilas mm
a Tegangan dasar baja MPa
𝛿𝑖 Tegangan idiil MPa
τ Tegangan geser izin baja MPa
φ Koefisien kejut
A Luas penampang total mm²
a Jarak antara dua pengaku vertikal mm
𝐴𝑏 Luas penampang bruto mm²
𝐴𝑓 Luas efektif pelat sayap mm²
𝐴𝑔 Luas penampang kotor mm²
C Jarak garis netral ke serat luar mm
𝐶𝑤 Konstanta pilin 𝑚𝑚6
𝐶𝑏 Koefisien pengali momen
𝐶𝑥 Centre Of Grafity sumbu x mm
𝐶𝑦 Centre Of Grafity sumbu y mm
𝐶𝑚 Koefisien lentur kolom
𝑑𝑓 Jarak antara titik berat pelat sayap mm
E Moudulus elastis baja MPa
f Tegangan MPa
𝑓𝑐𝑟 Tegangan kritis penampang tertekan MPa
𝑓𝑟 Tegangan sisa MPa
𝑓𝑦 Tegangan luluh baja MPa
xii
G Modulus geser baja Mpa
𝐼𝑥 Momen inersia terhadap sumbu x 𝑚𝑚4
𝐼𝑦 Momen inersia terhadap sumbu y 𝑚𝑚4
𝐼𝑤 Kontanta puntir lengkung 𝑚𝑚6 J Kontanta puntir 𝑚𝑚4 K Faktor panjang efektif
L Panjang bentang antara 2 ‘pengekang
yang berdekatan
mm
𝐿𝑏 Panjang tanpa pertambahan mm
𝑀𝑛 Kuat lentur nominal Nmm
𝑀𝑢 Momen lentur perlu Nmm
𝑀𝑝 Momen lentur yang menyebabkan
seluruh penampang mengalami tegangan
lele
Nmm
𝑀𝑚𝑎𝑥 Momen maksimum pada bentang yang
ditinjau
Nmm
𝑀𝐴 Momen pada ¼ bentang Nmm
𝑀𝐵 Momen pada 1/2 bentang Nmm
𝑀𝐶 Momen pada 3/4 bentang Nmm
𝑀𝐶𝑟 Momen kritis terhadap tekuk torsional
lateral
Nmm
𝑀𝑓 Kuat lentur nominal dihitung dengan
pelat sayap saja
Nmm
𝑀1 Moimen ujung terkecil Nmm
𝑀2 Moimen ujung terbesar Nmm
𝑀𝑦 Momen luluh Nmm
𝑁𝑢 Beban aksial terfaktor N
𝑁𝑛 Kuat aksial nominal komponen struktur N
𝑁𝑐𝑟𝑏 Beban kritis elastis untuk komponen
struktur tak bergoyang
N
𝑟𝑦 Jari – jari girasi terhadap sumbu lemah Mm
λ Kelangsingan
λp Batas maksimum untuk penampang
kompak
λr Batas maksimum untuk penampang tak-
kompak
λc Parameter kelangsingan batang tekan
ω Faktor tekuk
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada suatu kontruksi perancangan dudukan tabung yang sangat besar ,tidak
terlepas dari elemen – elemen seperti balok, kolom pelat maupun kolom balok, baik itu
yang terbuat dari baja , pada tempat tempat tertentu harus disambung. Hal ini dikarenakan
keterbasan ketersedian material dipasaran dan juga berhubungan dengan kemudahan
pemasangan dilapangan. Khusus untuk kontruksi yang terbuat dari baja , sambungan
merupakan sesuatu hal yang perlu mendapat perhatian yang serius dan matang karena pada
kontruksi baja elemen – elemen struktur yang disambung tidak dapat bersifat monolit
seperti kontruksi beton.
Pada umumnya sambungan berfungsi untuk memindahkan gaya – gaya yang
bekerja pada elemen – elemen struktur yang disambung. Sambungan dibuat karena
keterbatasan bahan yang tersedia dipasaran juga untuk kemudahan pemasangan dilapangan
serta kemudahan dalam hal pengangkutan misalkan saja akan dibuat suatu struktur rangka
penyangga pipa gas yang terbuat dari baja profil siku – siku , maka tidak mungkin
melaksanakannya secara langsung dilapangan karena tidak ekonomis , tetapi akan lebih
hemat jika terlebih dahulu merakitnya di workshop, baru selanjutnya tinggal
menyambungkan pada kolom - kolom dilapangan
Alat – alat sambung yang biasa digunakan pada kontruksi baja adalah :
1. Sambungan dengan baut (Bolt)
2. Sambungan dengan las (Welding)
Jika dibandingkan dengan alat sambungan ini, maka las merupakan alat sambungan yang
menghasilkan kekakuan yang paling besar. Oleh karena itu pada laporan kerja praktek ini
akan memakai sambungan baut
Sifat dari sambungan ini sangat tergantung pada jenis dan kontruksi sambungan,
bervariasi mulai dari yang berkakuan sendi sampai dengan kaku sempuran. Untuk
menghilangkan salah pengertian , perlu terlebih dahulu dijelaskan tentang istilah kekakuan
pada struktur batang , kata stikness. Suatu struktur sambungan dapat bersifat sendi (ekstrim
bawah) dan kaku atau rigid pada ekstrim atas . Diantaranya terdapat sifat semi kaku “semi
2
rigid” . Tidak ada ukuran yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat kekakuan dan
sambungan dimaksud.
Dalam melaksanakan Kerja Praktek ini, penulis memilih PT. ASIA FACIFIC
FIBER .TBK, KARAWANG yang berlokasi di Jl. Kiara Payung Klari – Karawang. Dan
topik yang kami ambil pada KP ini yaitu “PERANCANGAN MODEL PROSES
MODIFIKASI POLY SILO DI PT. ASIA PASIFIC FIBERS. TBK”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah yang dapat disusun sebagai
berikut :
1. Bagaimana Defleksi dan Deformasi maksimal yang tejadi pada WF 300 X 150 X 6.5
X 9 X 956 LG aman atau tidak jika digunakan ?
2. Bagaimana Defleksi dan Deformasi maksimal yang terjadi pada WF 300 X 150 X
6.5 X 9 X 2615 LG aman atau tidak jika digunakan ?
3. Berapa Ultimate stress pada baut yang harus menerima beban dari WF 300 X 150 X
6.5 X 9 X 956 LG aman atau tidak jika digunakan ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini agar masalah ini tidak melebar dan
menjauh dari pokok permasalahan yang dirumuskan, maka laporan kerja praktek ini
dibatasi pada beberapa masalah sebagai berikut :
1. Profil Baja WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG dan WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615
LG
2. Analisa hanya dilakukan terhadap gaya dalam momen lentur M saja yang bekerja,
sedangkan gaya dalam lainnya seperti gaya lintang tidak diperhitungkan
3. Pembahasan sambungan yang di analisa meliputi sambungan baut pada WF 300 X
150 X 9 X 956 LG
1.4 Waktu dan Lokasi Penelitian
Adapun tempat dan waktu Kerja Praktek adalah pada DEVISI PED ( PROJECT
ENGINERING DEPARTEMENT ) PT. ASIA FACIFIC FIBER. TBK sebagai
perusahaan yang memproduksi PTA ( Purified Terephatalic Acid ), Polyester Chips, Stable
3
Fiber dan Benang Filament. Kerja praktek ini dimulai dari tanggal 20 April 2015 sampai
dengan 20 Mei 2015.
Berikut ini Bar chart aktifitas kegiatan yang dilakukan pada saat kerja praktek
dilingkungan perusahaan :
Tabel 1.1. Bar chart kegiatan kerja praktek
NO KEGIATAN
WAKTU
Minggu
1
Minggu
2
Minggu
3
Minggu
4
Minggu
6
1 Pelaksanaan Kerja Praktek
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Penyusunan Kesimpulan dan
Pengesahan
5 Seminar hasil Kerja Praktek
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Maksud dari kerja praktek ini adalah agar mahasiswa Teknik Mesin Universitas
Negeri Singaperbangsa Karawang pada khususnya dapat belajar mengaplikasikan ilmu
yang telah diperolehnya di bangku kuliah. Serta untuk menyiapkan mahasiswa –
mahasiswa yang berkualitas serta profesional sesuai dengan disiplin ilmu yang didapat
dengan adanya kerja praktek ini diharapkan terciptanya mahasiswa yang dapat dan mampu
memanfaatkan sarana dan prasarana yang efektif & efisien guna memperoleh hasil yang
maksimal. Dari kerja praktek ini mahasiswa Teknik Mesin diharapkan memperoleh
pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan teori serta praktek yang sebenarnya
dilapangan.
Tujuan kerja praktek ini adalah :
1. Mengetahui hasil Deformasi dan Defleksi dari masing – masing balok WF 300 X 150
X 6.5 X 9 X 956 LG dan WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
2. Mengetahui ultimate strees dari baut yang menumpu beban dari batang 1 yaitu WF
300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG
Manfaat kerja praktek ini adalah :
1. Dapat menjalin hubungan yang baik antar pihak Fakultas Teknik dengan dunia
Industri
2. Menambah experience mahasiswa terhadap kontruksi poly silo yang berada di PT
APF. TBK
4
1.6 Metodologi Penelitian
Dalam menyajikan gambaran yang jelas, dalam penyusunan laporan Kerja Praktek
ini penulis mengumpulkan data sebanyak – banyaknya sesuai yang dibutuhkan. Laporan
Kerja Praktek ini pada hakekatnya melaporkan hasil pengamatan atau peninjauan selama
pelaksanaan Kerja Praktek. Adapun metode-metode .yang penulis gunakan adalah sebagai
berikut :
1. Mengacu pada pedoman Kerja Praktek yang diberikan oleh koordinator Kerja Praktek
2. Mengikuti arahan yang diberikan oleh pembimbing baik pembimbing lapangan
maupun pembimbing dari Jurusan Teknik Mesin
3. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pembimbing lapangan seperti
mendesain perancangan permodelan proses modifikasi poly silo
4. Mencari data dan informasi yang dibutuhkan dengan cara studi pustaka, wawancara
dengan pihak – pihak yang terlibat langsung dilapangan, maupun memanfaatkan
literatur bahan kuliah yang telah didapatkan.
1.7 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan laporan Kerja Praktek disajikan dalam 5 Bab. Untuk lebih
jelasnya adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang Kerja prkatek , Perumusan Masalah, Batasan
Masalah, Waktu dan Lokasi Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metedologi
Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Membahas tentang Profil Perusahaan , Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Ruang
Lingkup Usaha dan Kebijakan Perusahaan tentang sefty dan Lingkungan.
BAB III TEORI DASAR
Membahas tentang Propil Baja WF, Macam – Macam Sambungan, Macam – Macam
Sambungan Baud, Deformasi, Simulasi Statis Autodesk Inventor Propesioanl 2014
dan simulasi dengan Ansys 14.0.
BAB IV PEMBAHASAN DATA
Membahas dari hasil penelitian yaitu konsep perancangan ,Perhitungan secara
manual dan Simulasikan oleh Sofwer Autodesk Inventor Propesional 2014.
5
BAB V KESIMPULAN & SARAN
Sebagai akhir dari Laporan Kerja Praktek penulis membahas tentang kesimpulan
secara meyeluruh dari hasil analisa dan pengamatan yang dilakukan selama kerja
praktek dan saran kepada mahasiswa Teknik Mesin yang akan melakukan kerja
praktek setelah ini.
6
BAB II
DATA UMUM PERUSAHAAN
2.1. Profil Perusahaan
Gambar.2.1 Logo PT. APF. TBK
PT. ASIA FACIFIC FIBER Tbk adalah perusahaan yang bergerak pada bidang
industri petrokimia yang merupakan satu – satunya penghasil polyester terkemuka di
Indonesia. PT. ASIA FACIFIC FIBER. Tbk yang terintegritas dalam menjalankan
rangkaian proses produksi polyster mulai dari bahan baku sampai dengan barang jadi
dengan mengutamakan mutu dan konsistensi.
Nama Perusahaan : PT. ASIA FACIFIC FIBER. TBK
Alamat Perusahaan : Desa Kiara Payung
Kecamatan Klari. Kabupaten Karawang
Telepon : (0267) 431 971 / 431 974
Fax : (0267) 431970
E-mail : [email protected], [email protected]
2.2. Sejarah Umum PT. ASIA PACIFIC FIBERS TBK
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk mulai berdiri pada tahun 1994 yang pada saat itu
bernama PT. Polysindo Eka Perkasa II, Tbk. Perusahaan yang bergerak dibidang industri
petrokimia ini diresmikan pada tanggal 25 April 1997 oleh mantan Presiden Republik
Indonesia, Bapak Soeharto. PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk telah berkomitmen untuk
7
berdiri sendiri ( terlepas dari Texmaco Group ) dan memutuskan untuk berganti nama
menjadi PT. Asia Pacific Fibers, Tbk efektif sejak November 2009. nama Perubahan ini
sesuai dengan persetujuan dari BKPM dan Menteri Hukum dan HAM - RI dengan tujuan
untuk mencerminkan posisi Perusahaan pada pasar global.
Produk yang dihasilkan PT. Asia Pacific Fibers, Tbk saat ini meliputi Purified
Terephthalic Acid (PTA), polyester chips, staple fiber, filament yarn dan performance
fabrics. Hasil produksi PT. Asia Pacific Fibers, Tbk dipasarkan baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. PT. Asia Pacific Fibers, Tbk terletak di Karawang dan Semarang
dengan konsentrasi pembuatan produk yang berbeda.
PT Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan satu-satunya produsen polyester yang
terintegrasi di Indonesia, dengan fasilitas pabrik PTA (Purified Terephthalic Acid),
Polymer dan Fiber yang terletak di Karawang, Jawa Barat. PT Asia Pacific Fibers, Tbk
merupakan anak perusahaan PT. Texmaco Jaya, Tbk yang bergerak dalam bidang
pertenunan dan penyempurnaan tekstil yang berada di Karawang Jawa Barat dan Pemalang
Jawa Tengah. Perseroan menjalankan rangkaian proses produksi polyesternya mulai dari
bahan baku sampai dengan barang jadi dengan mengutamakan mutu dan konsistensi.
Sebagai pelopor industri di Indonesia.
PT Asia Pasific Fibers, Tbk dalam menjalankan industrinya mempunyai PKB
(Perjanjian Kerja Bersama) yang dibuat berlandaskan Undang-undang ketenagakerjaan dan
peraturan perundangan yang terkait dengan tujuan dengan terciptanya hubungan kerja yang
kooperatif dan harmonis antara pengusaha dan pekerja. PKB dijadikan sebagai tolak ukur
untuk mengatur hak dan kewajiban antara pekerja dan pihak perusahaan, penyelesaian
masalah, serta perbedaan pendapat. Rangkuman dari isi PKB menyangkut:
1. Ketentuan umum
2. Hak dan kewajiban masing-masing pihak
3. Hubungan kerja dengan syarat kerja
4. Tata tertib kerja, pelanggaran dan sanksi
5. Pengupahan dan cuti
6. Jaminan sosial dan kesejahteraan pekerja
7. Keselamatan dan kesehatan kerja
8. Pakaian kerja dan alat kerja
9. Pengembangan organisasi, sumber daya manusia, dan hubungan industrial
10. Berakhirnya hubungan kerja
8
2.3. Visi dan Misi
Visi PT. ASIA PACIFIC FIBERS. TBK adalah salah satu perusahaan kelas
dunia dengan penciptaan produksi terbaik secara konsisten untuk menyediakan produk-
produk yang senatiasa memuaskan pelanggan
Misi PT. ASIA PACIFIC FIBERS. TBK adalah menciptakan keunggulan
bersaing berupa penciptaan produk yang berkualitas prima dengan biaya yang kompetitif
dan upaya pengiriman tepat waktu serta inovasi produk yang berkesinambungan dan juga
melakukan pengembangan sumber daya manusia serta alih teknologi secara profesional ,
merupakan kunci untuk memenangkan persaingan dengan bisnis yang sejenis.
Misi yang di emban perusahaan telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
terbukti dengan didapatnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang “Kebijakan Mutu” atau
company policy yang didapat oleh perusahaan. Sasaran utama dari perusahaan adalah
mempertahankan dan meningkatkan posisi dalam hal mutu dan biaya. Berkembangnya
perubahan struktur teknologi yang cepat yang terjadi di industri polyester, maka PT Asia
Pasific Fibers, Tbk menerapkan metode berorientasi pada pasar dan moderenisasi peralatan
serta teknik untuk meningkatkan daya saing mutu biaya produk.
2.4. Lokasi Pabrik
Gambar 2.2 Lokasi PT. ASIA FACIFIC FIBER. TBK
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk terdapat di dua daerah, yaitu Karawang dan Semarang.
Perusahaan yang ditinjau saat ini, yaitu perusahaan yang terletak di kawasan Industri
Karawang. Perusahaan ini didirikan di atas lahan seluas 50 hektar yang berlokasi di Jalan
Raya Klari Desa Kiara Payung Kecamatan Klari Karawang Timur Jawa Barat
41371.Sementara itu, kantor pusat dari PT. Asia Pacific Fibers, Tbk berlokasi di The East
35 ST Floor – Unit 5 – 7 Jalan Lingkar Kuningan Blok E3 Kav.1 Jakarta 12950
9
Penentuan lokasi perusahaan merupakan hal yang sangat penting dilihat dari segi
pembangunan, pemasaran hasil produksi dan operasi pabrik. Penelitian dan studi mengenai
pembangunan proyek ini semula dilakukan oleh perusahaan konsultan Eastman, Fleissner,
John Brown dan Zimmer. Selanjutnya dilakukan bersama dengan PT. Texmaco Group yang
sebelumnya telah berdiri terlebih dahulu, yaitu PT. Texmaco Perkasa Engineering dan PT.
Texmaco Jaya.Perusahaan ini mencapai Hak Guna Bangunan (HGB) dengan luas area
keseluruhan mencapai 50 hektar. Pemilihan lokasi PT. Asia Pacific Fibers, Tbk didasarkan
atas pertimbangan sebagai berikut :
1. Letaknya strategis dan mudah dijangkau oleh tranportasi
2. Dekat dengan pusat kota, khususnya Jakarta dan Bandung karena terletak di
perbatasan keduanya.
3. Tersedianya cukup tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
4. Adanya fasilitas dan lingkungan yang mendukung proses produksi.
Gambar 2.3 Tata Letak PT. ASIA FACIFIC FIBERS. Tbk
Keterangan :
A : Main Office
B : Security
C : EG Storage Tank
D : Penyimpanan PTA (PTA warehouse)
E : PTA Plant
F : Water Treatment
G : Polimer Plant
H : Chemical Laboratory
I : Spinning Plant
10
J : Fiber Plant
K : Gedung Begging Chips
L : Gudang Fiber / Spinning
M : HTM are
N : Utility Plant
O : Cooling Tower
P : Fire Station
Q : Tempat Parkir
2.5. Struktur Organisasi Perusahaan
Didalam suatu perusahaan, agar setiap kegiatan yang dilaksanakan hasilnya selalu
baik maka dibutuhkan kerjasama antar individu. Untuk pencapaian tujuan perusahaan maka
dalam setiap perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang jelas dan sistematis.
Selain itu juga berguna untuk meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas kerja sejalan
dengan perkembangan aktivitas usaha.
Dalam hal ini hanya menerangkan struktur organisasi di area PED (Project
Engineering Departement). Berikut ini struktur organisasi di PED:
11
12
2.6. Distribusi & Pemasaran
Kapasitas produksi PT. Asia Pasific Fibers Tbk, antara lain :
a. PTA Plant mempunyai kapasitas untuk menghasilkan PTA 340.000 ton per tahun
b. Polymer dan FiberPlant mempunyai kapasitas untuk menghasilkan polyester chips dan
fiber 280.000 ton per tahun
Berikut ini adalah kapasitas produksi dari PT. Asia Pasifik Fiber per 31 Desember 2013 :
1. Purified Terephthalic Acid (PTA) : 532.000 ton/tahun
2. Polyester Chips : 283.200 ton/tahun
3. Polyester Staple Fiber (PSF) : 158.100 ton/tahun
4. Polyester Filament Yarn (PFY) : 140.000 ton/tahun
Sumber utama bahan baku adalah dari pemasok-pemasok internasional yang
bereputasi seperti : SABIC, EXXON MOBIL, LG, CALTEX, SHELL dan lain-lain. Selain
itu bahan baku juga dapat diperoleh dari dalam negeri, yaitu dari Cilegon yang dikirim
melalui Pelabuhan Tanjung Priuk.
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk menjual produk utamanya ke pasar domestik, sekitar
70 persen. Sisanya, sekitar 30 persen, untuk diekspor. PT. Asia Pacific Fibers, Tbk,
merupakan perusahaan yang pertama membawa polyester dari Indonesia ke seluruh dunia.
Sehingga pasar ekspor PT. Asia Pacific Fibers, Tbk cukup luas, sampai ke Amerika
Selatan, Eropa, dan negara lainnya.
Pelanggan utama PT. Asia Pacific Fibers, Tbk adalah penghasil serat dan benang
di USA, Eropa, Asia dan pasar domestik. PT. Asia Pacific Fibers, Tbk masih terus berupaya
untuk tetap memelihara dan meningkatkan pangsa pasar dalam negeri untuk produk benang
polyester dan serat polyester. Walaupun penekanan diberikan pada perluasan pasar
domestik. PT. Asia Pacific Fibers, Tbk terus mengembangkan pasar ekspor untuk
meningkatkan mutu produk dan penjualan dengan penekanan pada pengembangan produk
khusus ke pasar yang terus berkembang. Spesialisasi produk membutuhkan peningkatan
yang signifikan dalam upaya mempertahankan kredibilitas sebagai perusahaan pengekspor
khususnya ke kawasan Eropa dan Amerika Utara.
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang memberikan produk – produk yang
memuaskan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dalam hal kuantitas, pengiriman dan harga
serta memberikan prioritas untuk kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dan menjaga
lingkungan yang bersih. Semua pekerjaan dijalankan dengan memberikan kepuasan kepada
pelanggan, dimana perusahaan telah menetapkan dan akan mempertahankan penerapan
13
yang efektif, termasuk peningkatan yang berkelanjutan dari sistem manajemen mutu sesuai
dengan persyaratan ISO 9001. ISO adalah lembaga standarisasi mutu internasional yang
bermarkas di Swiss. Lembaga yang berkedudukan di Swiss tersebut melakukan audit atau
peninjauan setiap 6 bulan sekali dengan daftar prosedur pengoperasian sebagai berikut :
1. SAP (Standard Administration Procedure)
2. SOP (Standard Operation Procedure)
3. Quality Manual
4. Quality Plant
Audit tidak hanya dilakukan oleh ISO saja, tetapi juga dilakukan oleh pihak PT.
Asia Pacific Fibers, Tbk sendiri dan disebut sebagai internal audit yang dilaksanakan setiap
1 bulan sekali. Dengan sertifikasi dari ISO ini dapat dinilai bahwa baik mutu dari produk
maupun distribusi dan pemasaran produk sudah berjalan dengan baik
Industri Polyester mencerminkan siklus penurunan ekonomi global pada tahun
2013 yang dipicu oleh kelebihan kapasitas PTA di Asia, terutama besarnya kapasitas yang
dimiliki oleh China. Marjin siklus polyester terus mengalami tekanan sepanjang tahun,
yang didorong jatuhnya marjin produk PTA. Penambahan kapasitas yang besar pada
produk PTA dan polyester menyebabkan rendahnya tingkat operasional di seluruh dunia.
Faktor-faktor tersebut disertai pula dengan melambatnya tingkat konsumsi yang pada
akhirnya menyebabkan ketatnya persaingan harga serta penurunan yang tajam dalam
pertumbuhan marjin. Secara keseluruhan, produk polyester telah berada pada fase yang
lebih lambat pada kisaran 4,6% tahun 2012 dan 5,5% pada tahun 2013.
Tahun 2014 akan menjadi tahun perubahan yang penting dalam pertumbuhan
produk polyester untuk serat, PET dan film. Kinerja PT. Asia Pacific Fibers Tbk
(Perseroan) sepanjang tahun 2013 sangat terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut yang
menyebabkan penurunan keuntungan yang signifikan. EBITDA tahun ini menurun menjadi
US$9.57 juta dari total penjualan US$565 juta. Namun demikian, Perseroan mampu untuk
mengoperasikan pabriknya baik yang di Karawang maupun di Kendal pada kapasitas
optimal sepanjang tahun terutama didukung oleh permintaan pasar domestik yang
berkesinambungan dengan basis pelanggannya yang kuat. Perseroan meningkatkan
pasokannya atas produk-produk PSF dan PFY miliknya ke pasar domestik yang melayani
lebih dari 200 perusahaan industri hilir dan terus menyediakan bahan baku utama bagi
sektor Tekstil dan Pakaian Jadi di Indonesia.
14
2.7. Jam Kerja
Adapun jam kerja yang diterapkan di PT. ASIA PACIFIC FIBERS. TBK dalam
setiap minggunya adalah lima hari kerja dari Senin – Jum‘at yang dibagi menjadi 3 shift,
yaitu :
Tabel 2.1 Jam Kerja PT. APF. Tbk
No
JAM KERJA PT. ASIA PACIFIC FIBERS. TBK
SHIFT
Ket 1 2 3
1 Masuk 08.00 - 17.00 WIB 17.00 - 01.00 WIB 01.00 - 08.00 WIB
2 Istirahat 12.00 - 13.00 WIB 06.00 - 07.00 WIB 04.00 - 05.00 WIB
3 Keluar 17. 00 WIB 01.00 WIB 08. 00 WIB
15
BAB III
TEORI DASAR
3.1. Tabung
Tabung adalah bangunan ruang yang diatasi oleh dua sisi yang konguruen dan
sejajar membentuk lingkaran serta sebuh sisi lengkung.
Ciri – ciri tabung adalah sebagai berikut :
Mempunyai 2 rusuk
Alas dan tutusnya berupa lingkaran
Mempunyai 3 bidang sisi ( bidang alas, bidang selimut dan bidang tertutup )
Gambar 3.1 Tabung
Rumus mencari Luas alas tabung adalah
L = π . r ² ............................................................................ (3.1)
Dimana :
L = Luas alas tabung , mm²
π = 3,14
r = Jari – jari tabung, mm
Rumus Volume Tabung adalah
V = π . r ² . t ........................................................................... (3.2)
Dimana :
V = Volume tabung, mm³
π = 3,14
r = Jari – jari tabung, mm
t = Tinggi tabung, mm
16
3.2. Pelat
Gambar 3.2 Pelat persegi panjang
Pelat adalah suatu benda yang menyerupai balok yang mempunyai panjang, lebar
dan tinggi , untuk mencari luas alas dan volume pelat menggunakan rumus berikut ini :
Luas alas = P . L .............................................................................. (3.3)
Dimana :
P = Panjang, mm
L = Lebar, mm
Dan untuk mencari volume adalah :
Volume = P . L . T ......................................................................... (3.4)
Dimana :
T = Tinggi, mm
Jika untuk mencari berat plat menggunakan rumus berikut ini :
W = V . m ....................................................................... (3.5)
Dimana :
W = Berat, Kg
V = Volume benda, mm³
m = Massa jenis benda, g/cm³
17
3.3. Berat
Berat adalah besarnya gaya tarik gravitasi bumi yang bekerja pada suatu benda,
untuk mencari berat sebuah benda menggunakan rumus berikut ini.
W = m . g ............................................................................................ (3.6)
Dimana :
W = Berat, N
m = Massa jenis benda, kg
g = Gaya gravitasi bumi, m/s²
3.4. Balok
3.4.1. Pengertian balok
Balok adalah komponen struktur yang mendukung beban transversal, beban
lentur atau momen. Balok disebut balok kolom jika terdapat beban aksila. Pada
kondisi tertentu beban aksial ada yang diabaikan sehingga tetap sebagai balok.
Gambar 3.3. Profil Baja Wide Flange Shapes
3.4.2. Jenis dan tumpuan balok
Balok (beams) sejauh ini merupakan bahan struktur yang sangat luas penerapannya
dibidang keteknikan . Balok merupakan elemen struktur yang panjang dan ramping
(slender), antara lain digunakan untuk elemen struktur (truss), frame pendukung body
pesawat terbang, mobil, bangunan dan lain – lain Gambar 3.2 menunjukan persamaan dari
contoh sebuah balok , yaitu L adalah panjang, b adalah lebar, dan h adalah tinggi.
18
Gambar 3.4 Balok : Wide Flange
Balok umumnya berorientasi mendatar atau hampir pada posisi mendatar ,
meskipun ada yang vertikal atau miring. Balok lurus yang dikenai beban yang
dapat mengakibatkan lentur (bending).
3.4.3. Gaya geser dan momen bending
Jika sebuah balok dikenai beban luar dan mengakibatkan reaksi maka akan
terjadi bending dan tegangan dalam . Tegangan ini disebut tegangan geser dan
tegangan bending.
Metode yang digunakan untuk menentukan gaya geser dan momen bending
dengan memperhatikan kondisi kesetimbangan . Reaksi yang timbul akibat gaya
eksternal pertama harus dihitung . Kita ingat jika sebuah balok dalam
kestimbangan , setiap bagian (segmen) balok haruslah dalam kesetimbangan juga.
Tegangan yang terjadi pada balok bervariasi sepanjang balok. Langkah awal dalam
menghitung tegangan yang terjadi adalah membuat diagram gaya geser dan momen
bending, v(x) and M(x), dan menggambarnya (plot) sepanjang L (m) balok.
Gaya geser merupakan jumlah dari komponen tegak dari beban luar yang bekerja
pada penampang sebuah benda. Definisi gaya geser ini bisa dinyatakan secara
matematis yaitu :
V(x) = ( ∑ 𝑌 ) ............................................................. (3.3)
Tahanan geser Vr yang ditimbulakn oleh segmen balok selalu sama tetapi arahnya
berlawanan dengan gaya geser V. Ketika menghitung V, gaya atau beban yang
19
bekerja keatas dianggap positif Hukum tanda ini menghasilkan pengaruh seperti
terlihat pada Gambar 3.5
Gambar 3.5 Gaya geser
Untuk kesetimbangan diagram benda bebas, jumlah momen juga harus
setimbang, karena R1 dan Vr sama, menghasilkan kopel M yang sama dengan R1
(x) dan disebut momen bending dan segmen penampang menimbulkan penampang
momen tahanan M (Lihat gambar 3.6)
Gambar 3.6 Definisi Momen Bending
Momen bending didefinisikan sebagai jumlah momen semua gaya yang bekerja
terhadap penampang balok dan dinyatakan secara matematis sebagai :
M(x) = ( ∑ 𝑌 ) ............................................................... (3.4)
Dengan mengacu Gambar 3.3, konvensi tanda momen bending adalah momen
bending posotif apabila momen menghasilkan lenturan balok sekung keatas .
Begitu pula sebalikna ,seperti gambar 3.4 . Kita memilih pemakaian konvensi
ekuivalen yang menyatakan bahwa gaya luar yang bekerja diatas menghasilkan
momen bending positif terhadap setiap segmen, sementara gaya kebawah
menghasilkan momen bending negatif
20
Gambar 3.7 Tanda momen bending
3.4.4. Momen inersia
Momen inersia tergantung pada bentuk benda , artinya pada ukuran – ukurannya,
dan juga massanya, berikut ini momen inersia untuk wide flange:
Gambar 3.8 Profil wide flange
I = 𝑏 . 𝑑3− ℎ3 ( 𝑏−𝑡 )
12 .............................................. (3.5)
Dimana :
b = Lebar profil, mm
d = Tinggi maksium profil, mm
h = Tinggi minimum profil, mm
t = Tebal profil, mm
I = Momen Inersia, 𝑚4
3.4.5. Diagram benda bebas dan persamaan kesetimbangan
Untuk mendapatkan identifikasi semua gaya dan momen pada suatu
sistem/peralatan, maka kita perlu menggambar diagram benda beban (DBB) setiap
21
elemen dari sistem tersebut. DBB haruslah menunjukkan bentuk umum komponen
serta semua gaya dan momen yang bekerja pada elemen tersebut. Perlu diingat juga
bahwa akan ada gaya dan momen luar yang bekerja, dan juga gaya atau momen
yang timbul pada sambungan satu elemen dengan yang lain Sebagai tambahan,
gaya-gaya dan momen pada DBB, baik yang diketahui maupun yang tidak
diketahui nilainya, dimensi dan sudut setiap element harus didefinisikan dalam
koordinat lokal. Sistem koordinat diletakkan pada pusat gravitasi elemen (CG).
Untuk beban dinamik, percepatan kinematik baik linear maupun angular pada CG,
perlu diketahui atau dihitung sebelum melakukan analisis beban Hukum Newton
dan persamaan Euler adalah dasar yang dapat digunakan untuk melakukan analisis
beban, baik untuk 3 dimensi maupun 2 dimensi
Hukum Newton I : a body at rest tends to remain at rest and abody in motion at
constant velocity will tend to maintain that velocity unless acted upon by an
external force”.
Hukum Newton II : “The time rate of change of momentum of a body is equal to
the magnitude of the applied force and acts in the direction of the force”
Untuk sebuah benda kaku yang tidak mengalami percepatan (statik), hukum
Newton I & II dapat dinyatakan dalam persamaan :
ΣF = 0 ΣM = 0 ................................................... (3.6)
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan kesetimbangan statik (3.6).
o Analisa Beban 3 dimensi
Untuk sistem tiga dimensi dari beberapa benda yang saling berhubungan,
persamaan vektor diatas dapat ditulis dalam tiga persamaan skalar sesuai
dengan komponen orthogonal koordinat lokal x, y, dan z. titik awal sistem
koordinat lokal sebaiknya pada pusat gravitasi. Persamaan tersebut untuk
kondisi statik adalah
ΣFx = 0 ΣFy = 0 ΣFz = 0 .......................... (3.7)
o Analisa beban 2 dimensi
Pada kenyataannya semua mesin berada dalam 3 dimensi. Akan tetapi untuk
beberapa kondisi khusus, kondisi 3 dimensi ini dapat diidealkan menjadi 2
dimensi gerakan dan gaya/momen yang terjadi hanya pada satu bidang atau
22
bidang-bidang yang paralel. Sebagai contoh, jika semua gerakan dan gaya-
gaya dan moment yang bekerja hanya terjadi pada bidang x-y maka persamaan
dari hukum Newton dan persamaan Euler dapat direduksi menjadi :
ΣFx = max ΣFy = may ........................... (3.8)
3.4.6. Metode - metode perhitungan lendutan (Defleksi)
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan defleksi pada balok.terdiri dari:
1. metode integrasi ganda (”doubel integrations”)
2. metode luas bidang momen (”Momen Area Method”)
3. metode energy
4. serta metode super posisi.
Metode integrasi ganda sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui defleksi
sepanjang bentang sekaligus. Sedangkan metode luas bidang momen sangat cocok
dipergunakan untuk mengetahui lendutan dalam satu tempat saja. Asumsi yang
dipergunakan untuk menyelesaiakan persoalan tersebut adalah hanyalah defleksi
yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu
balok,defleksi yang terjadi relative kecil dibandingkandengan panjang baloknya,
dan irisan yang berbentuk bidang datar akan tetap berupa bidang datar walaupun
berdeformasi Suatu struktur sedehana yang mengalami lentur dapat digambarkan
sebagaimana gambar 3.9 , dimana y adalah defleksi pada jarak x, dengan x adalah
jarak lendutan yang ditinjau, dx adalah jarak mn, dθ sudut mon, dan r adalah jari -
jari lengkung.
Gambar 3.9 Metode integrasi ganda
Sumber : http://ebookgratisan.net/bab-vi-defleksi-balok
23
Gambar diatas dapat disesuaikan dengan gambar dibawah ini dalam mencari
defleksi pada balok sesuai dengan kerja praktek yang berada dilapangan :
Gambar 3.10 balok menerima beban
Sumber : http://ebookgratisan.net/bab-vi-defleksi-balok
Dari gambar 3.10 diatas maka dapat ditentukan besarnya momen dan reaksi tiap
tumpuan :
Σ Fx = 0
Σ Fy = 0
RAY + RBY – W = 0
RAY + RBY = W
Σ MO = 0
-W ( r ) + RBY ( r) = 0
RBY = W ( r )
𝑙
RBY = .............. (3.9)
RAY + RBY = W
RAY = W – RBY
RAY = ............... (3.10)
Besar defleksi pada sebuah balok menggunakan rumus :
𝛥𝑚𝑎𝑥 = 𝑊 . 𝐿3
48 𝐸 𝐼 ....................................................................... (3.11)
Dimana :
𝛥𝑚𝑎𝑥 = Defleksi total, mm
𝑊 = Gaya total, N
L = Panjang balok, m
24
E = Modulus Elastisitas, Pa ( Di dapat dari Tabel 4.3 )
I = Momen Inersia, 𝑚4
3.4.7. Tegangan normal pada balok
Suatu tegangan 𝜎𝑥 bekerja dalam arah normal terhadap penampang sebuah
balok dari regangan normal 휀𝑥 . Tiap serat longitudinal dari sebuah balok hanya
dikenakan beban tarik dan tekan (yaitu, serat-serat dalam tegangan uniaksial).
Sehingga diagram tegangan-regangan bahan akan memberikan hubungan
sebanding antara (𝜎𝑥) dan (휀𝑥). Jika bahannya elastis dengan suatu diagram
tegangan-regangan linier, maka dapat digunakan Hukum Hooke untuk tegangan
uniaksial (σ = 𝐸𝑒). Dan diperoleh :
Jadi, tegangan normal yang bekerja pada penampang berubah secara linier
terhadap jarak y dari permukaan netral. Jenis distribusi tegangan ini digambarkan
pada gambar 3.11, yaitu tegangan relatif (tekan) di bawah permukaan netral apabila
kopel Mo bekerja dalam arah yang ditunjukkan. Kopel ini menghasilkan suatu
kelengkungan positif K dalam balok, meskipun menyatakan suatu momen lentur
negatif M.
Gambar 3.11 Penyebaran tegangan normal pada
Sebuah balok dari bahan elastis
Tegangan normal pada suatu balok digambarkan oleh persamaan berikut:
σ = 𝑀 . 𝑦
𝐼 .................................................................... (3.12)
Dimana :
25
σ = Tegangan normal, Pa
M = Momen lentur pada penampang, Nm
y = Jarak dari sumbu netral ke tegangan normal, mm
I = Momen inersi , 𝑚4
3.4.8. Tegangan geser
Apabila sebuah balok dikenakan pelenturan tak merata, maka momen lentur
M dan gaya lintang V kedua-duanya bekerja pada penampang. Tegangan normal
(σx ) yang berhubungan dengan momen-momen lentur diperoleh dari rumus lentur.
Kasus sederhana dari sebuah balok berpenampang empat persegi panjang yang
lebarnya b dan tingginya h (Gambar 2), dapat dimisalkan bahwa tegangan geser τ
bekerja sejajar dengan gaya lintang V (yaitu, sejajar dengan bidang-bidang vertikal
penampang). Dimisalkan juga bahwa distribusi tegangan geser sama rata sepanjang
arah lebar balok. Kedua penjelasan ini akan memungkinkan untuk menentukan
secara lengkap distribusi tegangan geser yang bekerja pada penampang.
3𝑉
2 𝑏.ℎ ................................................................. (3.13)
Dimana :
= Tegangan geser , Pa
𝑉 = Gaya geser , N
b = Tinggi balok, mm
h
3.5. Sifat Bahan Baja
Sifat bahan baja yang terpenting dalam penggunaanya sebagai bahan kontruksi
adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan dengan bahan lain seperti kayu, dan sifat
keliatannya, yitu kemampuan untuk berdeformasi secara nyata baik dalam tegangan baik
dalam regangan maupun dalam komperesi debelum kegagalan , serta sifat homogenitas
yaitu sifat keseragaman yang tinggi.
Baja merupakan bahan campuran besi (Fe), 1,7 % zat arah atau karbon (c), 1,65 %
mangan (Mn) 0,6 % silikon (Si), dan 0,6 % tembaga (Cu). Baja dihasilkan dengan
menghaluskan bijih besi dan logam besi tua bersama-sama dengan bahan tambahan
pencampur yang sesuai, dalam tungku tempratur tinggi untuk menghasilkan massa-massa
26
besi yang besar, selanjutnya dibersihkan untuk menghilangkan kelebihan zat arang
dan kotoran-kotoran lain.
Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Baja dengan persentase zat arang rendah (low carbon steel) yakni lebih kecil dari
0.15%
2. Baja dengan persentase zat arang ringan (mild carbon steel) yakni 0.15% - 0.29%
3. Baja dengan persentase zat arang sedang (medium carbon steel) yakni 0.30% - 0.59%
4. Baja dengan persentase zat arang tinggi (high carbon steel) yakni 0.60% - 1.7%
Baja untuk bahan struktur termasuk ke dalam baja yang persentase zat arang yang
ringan (mild carbon steel), semakin tinggi kadar zat arang yang terkandung di dalamnya,
maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat-sifat bahan struktur yang paling penting
dari baja adalah sebagai berikut:
1. Modulus elastisitas (E) berkisaran antara 193000 Mpa sampai 207000 Mpa. Nilai untuk
design lazimnya diambil 210000 Mpa .
2. Modulus geser (G) dihitung berdasarkan persamaan:
G = E / 2(1+μ)
Dimana: μ = angka perbandingan poisson
Dengan mengambil μ = 0.30 dan E = 210000 Mpa, akan memberikan G = 810000 Mpa.
3. Koefisien ekspansi (α), diperhitungkan sebesar :
α = 11.25 x 10-6 per º C
4. Berat jenis baja (γ), berat jenis baja diambil 7.85 t/m³
Bila beban yang bekerja bertambah, maka akan terjadi pertambahan regangan
tanpa adanya pertambahan tegangan. Sifat pada daerah AB inilah yang disebut sebagai
keadaan plastis. Lokasi titik B, yaitu titik batas plastis tidaklah pasti tetapi sebagai
perkiraan dapat ditentukan yakni terletak pada regangan 0.014. Daerah BC merupakan
daerah strain hardening, dimana pertambahan regangan akan diikuti dengan sedikit
pertambahan tegangan. Disamping itu, hubungan tegangan dengan regangannya tidak lagi
bersifat linier. Kemiringan garis setelah titik B ini didefinisikan sebagai Ez. Di titik M,
yaitu regangan berkisar antara 20% dari panjang batang, tegangannya mencapai nilai
maksimum yang disebut sebagai tegangan tarik batas (ultimate tensile strength). Akhirnya
bila beban semakin bertambah besar lagi maka titik C batang akan putus.
Tegangan leleh adalah tegangan yang terjadi pada saat baja mulai meleleh Dalam
kenyataannya, sulit untuk menentukan besarnya tegangan leleh, sebab perubahan dari
27
elastisitas menjadi plastis seringkali besarnya tidak tetap. Sebagai standar menentukan
besarnya tegangan leleh dihitung dengan menarik garis sejajar dengan sudut kemiringan
modulus elastisitasnya, dari regangan sebesar 0.2%
Gambar 3.12 Penentuan tegangan leleh
Dari titik regangannya 0.2% ditarik garis sejajar dengan garis OB sehingga
memotong grafik tegangan regangan sehingga memotong sumbu tegangan. Tegangan yang
diperoleh ini disebut tegangan leleh. Tegangan-tegangan leleh dari bermacam – macam
baja bangunan yang diperlihatkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Harga tegangan lelah
Baja memiliki beberapa kelebihan sebagai bahan konstruksi, diantaranya:
1. Nilai kesatuan yang tinggi per satuan berat
2. Keseragaman bahan dan komposit bahan yang tidak berubah terhadap waktu
3. Dengan sedikit perawatan akan didapat masa pakai yang tidak terbatas
4. Daktilitas yang tinggi
5. Mudah untuk diadakan pengembangan struktur
28
Disamping itujuga mempunyai kekurangan dalam hal :
1. Biaya perawatan yang besar
2. Biaya pengadaan anti api yang besar (fire proofing costs)
3. Dibandingkan dengan kekuatannya kemampuan baja melawan tekuk kecil
4. Nilai kekuatannya akan berkurang, jika dibebani secara berulang/periodik, hal
Ini biasa disebut dengan leleh atau fatique
3.6. Sambungan
Bahan baja sebagai bahan bangunan, diproduksi dipabrik-pabrik peleburan dalam
bentuk, ukuran dan panjang tertentu sesuai dengan standard yang ditentukan. Oleh karena
itu tidaklah mungkin membangun suatu konstruksi secara monolit (dipabrikasi dicetak),
akan tetapi terpaksa dibangun dari elemen-elemen yang disambung satu persatu
dilapangan. Sifat dari sambungan ini sangat tergantung pada jenis dan konstruksi
sambungan, bervariasi mulai dari yang berkelakuan sebagai sendi sampai dengan kaku
sempurna. Pada struktur batang istilah kekakuan digunakan untuk faktor EI dari batang
atau dalam bahasa inggris disebut stiffnes. Suatu struktur sambungan dapat bersifat sendi,
kaku (rigid), semi kaku (semi rigid). Tidak ada ukuran yang pasti dipakai untuk
menentukan tingkat dari sambungan yang dimaksud.
3.6.1. Permodelan Sambungan
Suatu sambungan merupakan sarana dimana beban-beban yang bekerja disalurkan.
Untuk sambungan balok ke kolom, beban-beban yang bekerja disalurkan. Untuk
sambungan balok ke kolom, beban-beban yang disalurkan meliputi gaya normal N, gaya
lintang D dan Momen M saja.
Selanjutnya dalam laporan Kerja Praktek ini deformasi sambungan akibat momen lentur M
saja yang diperhitungkan, yaitu deformasi θr, biasanya rotasi ditulis dalam fungsimomen.
Apabila momen lentur M bekerja pada sambungan maka akan timbul deformasi rotasi
sebesar θr seperti gambar ini
29
Gambar 3.13. Deformasi rotasi sambungan
Rotasi yang dimaksud adalah perubahan sudut yang terjadi antara balok dan kolom
dari kondisi aslinya yang merupakan sesuatu ukuran putaran relatif balok terhadap kolom.
Hubungan M – θr sambungan dapat dilihat pada gambar dibawah ini Dari gambar diatas
dapat diambil beberapa pengamatan antara lain:
Gambar 3.14. Kurva M-θr sambungan
Semua tipe sambungan menunjukkan perilaku hubungan M – θr yang berada
diantara rigid (sumbu vertikal) dan sendi (sumbu horizontal).
a. Untuk nilai momen yang sama, sambungan yang lebih fleksibel memiliki sudut
rotasi θr yang lebih besar. Sebaliknya untuk nilai θr tertentu, sambungan yang lebih
fleksibel menyalurkan momen yang lebih kecil.
b. Momen maksimum yang mampu disalurkan suatu sambungan (kapasitas momen
ultimate) menurun pada sambungan yang lebih fleeksibel.
c. Hubungan M - θr senantiasa non – linear untuk setiap jenis pembebanan
30
Ketidak linearan ini disebabkan oleh berbagai faktor, yang terpenting diantaranya
adalah:
a. Ketidak seragaman material
Sambungan tersebut terdiri atas berbagai macam dan susunan baut, siku dan pelat.
Hal ini memungkinkan terjadinya slip dan pergerakan relatif pada tingkat
pembebanan yang berbeda
b. Tercapainya kondisi leleh dari sebagian komponen sambungan
Karena tidak seragamnya tegangan yang ditanggung oleh komponen – komponen
sambungan, maka ada komponen yang lebih awal mengalami leleh Ini merupakan
faktor utama penyebab kenonlinearan perilaku suatu sambungan.
c. Konsentrasi tegangan dan regangan yang disebabkan oleh lobang (baut),
pengencangan dan bidang kontak elemen yang diterapkan pada sambungan.
d. Tekuk flens dan atau web kolom ataupun balok yang terjadi disekitar sambungan
e. Perubahan geometri akibat beban yang bekerja
Berikut ini dapat dilihat tipe-tipe sambungan tersebut
Gambar 3.15. Tipe sambungan (a) Single Web – Angle dan (b) Single plate
Gambar 3.16. Tipe sambungan bouble single web – angle
31
Gambar 3.17. Sambungan top and shet-angle with doble web angle
Gambar 3.18. Tipe sambungan header plate
Gambar 3.19. Tipe sambungan extend plate,(a) extended on tension side only (b)
extended on tendion and compression sides
32
Gambar 3.20. Tipe sambungan flush and plate
3.6.2. Jenis Alat Penyambung
Setiap struktur adalah gabungan dari bagian-bagian tersendiri atau batang-batang
yang harus disambung bersama (biasanya di ujung batang) dengan beberapa cara Adapun
cara yang sering digunakan menggunakan: baut (bolt), paku keling (rivet) dan pengelasan
(welding). Dalam tulisan ini yang akan dibahas hanya alat sambung baut
a. Baut (bolt)
Pada setiap struktur baja baut merupakan suatu elemen yang paling vital untuk
diperhitungkan, hal ini dikarenakan baut merupakan alat sambung yang paling sering
digunakan. Ada dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM
sebagai A325 dan A490. sifat bahan dari baut ini diringkas dalam tabel 3.2. baut ini
memiliki kepala segi enam yang tebal dan digunakan dengan mur segi enam yang setengah
halus (semi finished) dan tebal bagian berulirnya lebih pendek dari baut tidak struktural
dan dapat dipotong atau digiling (rolled). Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang
diberi perlakuan panas dengan kekuatan leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 sampai 634
Mpa) yang tergantung pada diameter. Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat
dari baja paduan (alloy) dengan kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793 sampai 896
Mpa) yang tergantung pada diameter. Baut A449 kadang-kadang digunakan bila diameter
yang diperlukan berkisar dari 1 ½ sampai 3 inchi dan juga untuk baut angkur serta batang
bulat berulir.
Diameter baut kekuatan tinggi berkisar antara ½ dan 1 ½ inchi ( 3 inchi untuk
A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ inchi dan
⅞ inchi, sedang ukuran yang paling umum dalam perencanaan jembatan adalah ⅞ inchi
dan 1 inchi.
33
Gambar 3.21 baut
Dalam perhitungan pembebanan aksial murni berlaku persamaan :
𝜎𝑙 = 𝑊
𝐴 ................................................................................. (3.14)
Dengan :
𝜎𝑙 = Tegangan tarik yang terjadi pada diameter inti baut, kg/mm²
W = Beban tarik aksial pada baut, kg
A = Luas penampang batang baut, mm²
Dengan :
A = 𝜋
4 . 𝑑1² .......................................................................... (3.15)
Dengan :
𝑑1 = Diameter inti baut, mm
Pada umumnya diameter inti 𝑑1 = 0,8 d, bila dihitung dengan tegangan yang diizinkan 𝜎𝑎,
maka diperoleh persamaan berikut ini :
𝜎𝑙 = 𝑊
( 𝜋/4) (0,8𝑑).² ≤ 𝜎𝑎 .................................................. (3.16)
Dimana :
𝜎𝑙 = Tegangan tarik yang terjadi pada diameter inti baut, Pa
W = Beban tarik aksial pada baut, kg
𝜎𝑎 = Tegangan yang diizinkan, Pa
Sehingga diperoleh harga diameter baut sebesar
d ≤ √2. 𝑊
𝜎𝑎 ......................................................................... (3.17)
Harga 𝜎𝑎 tergantung pada macam bahan dan perlakuan, misalnya Stainless Steel Carbon
Steel, dengan perlakuan tinggi heat treathment dengan media pendingin oli tertentu, maka
faktor keamanan dapat diambil sebesar 2 - 4 dan jika perlakuan biasa heat treathment
dengan media pendingin udara, besar faktor keamanan antara 4 - 6. % , tegangan yang
34
diijinkan σa sebesar 14 kg/mm2 untuk perlakuan tinggi dan jika perlakuan biasa sebesar
8,4 kg/mm2.
Pada ulir dalam (mur) tinggi ulir yang bekerja menahan gaya W adalah h, seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.22. Bila jumlah lilitan ulir dinyatakan z, diameter efektif ulir
luar (baut) d2, dan gaya tarik pada baut maka besarnya tekanan kontak pada permukaan
ulir sebesar q (kg/mm2) adalah
q = 𝑊
𝜋 . 𝑑2 ℎ . 𝑧 ≤ 𝑞𝑎 ............................................................. (3.18)
Dimana :
W = Beban tarik aksial pada baut, kg
𝜋 = 3,14
𝑑2 = Diameter efektif ulir luar baut, mm
h = Tinggi ulir, mm
z = Jumlah lilitan ulir
Gambar 3.22 Tekanan permukaan yang terjadi pada ulir
Tekanan kontak yang diijinkan besarnya tergantung pada kelas ketelitian dan kekerasan
permukaan ulir. Untuk jumlah ulir dan tinggi mur dapat dihitung dari persamaan berikut :
Z ≥ 𝑊
𝜋 . 𝑑2 ℎ .𝑞𝑎 ................................................................. (3.19)
Dimana :
W = Beban tarik aksial pada baut, kg
𝜋 = 3,14
𝑑2 = Diameter efektif ulir luar baut, mm
h = Tinggi ulir, mm
𝑞𝑎 = Tekanan kontak pada permukaan yang diizinkan, kg/mm²
35
Pada Gambar 3.23 ditunjukkan bahwa gaya W juga dapat menimbulkan tegangan geser
pada luas bidang silinder (πd1kpz), dengan kp adalah tebal akar ulir luar/baut dengan besar
tegangan geser 𝜏𝑏 (kg/mm2) sebagi berikut :
𝜏𝑏 = 𝑊
𝜋 . 𝑑1 𝑘𝑝 . 𝑧 ................................................................. (3.20)
Dimana :
kp = Tebal ulir luar baut, mm
𝑑1 = Diameter inti baut, mm
W = Beban tarik aksial pada baut, kg
𝜋 = 3,14
z = Jumlah lilitan ulir
Jika tebal akar ulir dalam/mur dinyatakan dengan jp, maka tegangan gesernya adalah :
𝜏𝑛 = 𝑊
𝜋 . 𝐷 𝑗𝑝 . 𝑧 ......................................................... (3.21)
Untuk ulir metris harga k dapat diambil 0,84 dan j = 0,75. Untuk pembebanan pada seluruh
ulir yang dianggap merata, 𝜏𝑏 dan 𝜏𝑛 harus lebih kecil dari pada harga tegangan yang
diijinkan 𝜏𝑎.
Gambar 3.23 Tegangan geser yang terjadi pada ulir
Dengan gaya geser murni W (kg), tegangan geser yang terjadi masih dapat diterima selama
tidak melebihi harga yang diijinkan 𝜏𝑏 ≤ 𝜏𝑎 , sehingga tergangan geser yang diizinkan
diambil sebesar
36
𝜏𝑎 = (0,5 – 0,7) 𝜎𝑡 ...................................................................... (3.22)
Dimana :
𝜏𝑎 = Tegangan geser yang diizinkan , Mpa
𝜎𝑡 = Kekuatan tarik , Mpa
37
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Diagram Alir Penelitian
MULAI
Tinjauan lapangan
Apakah data sudah cukup ?
Tinjauan pustaka
WawancaraPengambilan
data
Data ambil
Tidak
Ya
SELESAI
Analisa/ Pembahasana. Ultimate Strees, Derormasi pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 965 LGb. Ultimate Strees, Derormasi pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 965 LGc. Ultimate Strees bolt (baut)
Pengolahan Data1. Spesifikasi 2D BATCH POLY SILO 2. Tabel pfofil WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 965 LG3. Tabel pfofil WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG4. Spesifikasi bolt5. Spesifikasi Plate 350 X 150 X 10
Kesimpulan & Saran
Gambar 4.1 Flow chart Pembahasan
38
4.2. Analisa Pengamatan Dilapangan
Data pengamatan yang dilakukan selama kerja praktek yaitu mengenai kontruksi
modifikasi Batch Poly Silo yang berada pada PT. APF. Tbk . Batch Poly Silo adalah tempat
untuk menampung dan mengolah polymer grade terephatalic acid, selanjutnya diproses
menjadi Polyster Chips . dan terlihat dari gambar 4.2 bahwa berat chips yang berada di
karung putih tersebut tidak sesuai apa yang diinginkan dikarenakan tidak menggunakan
sistem mesin otomatis melainkan masih menggunakan mesin manual yang harus dijaga
oleh seorang operator tersebut, maka dari permasalahan yang ada dibuatlah Perancangan
Model Batch Poly Silo yang ditunjukan pada gambar 4.3 Proto Type Poly Silo Modification
Proposed
Gambar 4.2. Batch Poly Silo
Gambar 4.3 Perbedaa Proto-Type Poly Silo Modification Proposed
39
4.3. Data Perencanaan
Gambar 4.4 Perencanaan Proto T-ype Poly Silo Modification Proposed
Gambar 4.5 2D Proto T-ype Poly Silo Modification Proposed
40
4.4. Menghitung Berat Tabung
Gambar 4.6 Assy tabung poly silo
4.4.1. Menghitung Berat Surface Tabung A
Gambar 4.7 Tabung Poly Silo Point A
Mencari Volume 1 (𝑉1)
Diketahui :
ℎ1 : 4000 mm
ℎ2 : 1200 mm
ϕ Luar tabung : 2100 mm
r : 1050 mm
Ditanyakan
𝑉1 tabung : ?
41
Jawab:
𝑉1 = π . r² . 𝑡1
= 3,14. 1050 ² mm . 4000 mm
= 3,14 . 1102500 mm² . 4000 mm
= 1, 38474 x 1010 𝑚𝑚3
= 13,8 m³
Dikarenakan tabung tersebut mempunyai ketebalan tabung 8 mm. Maka,
Φ Dalam tabung = ϕ Luar tabung – tebal
= 2100 mm – 16 mm
= 2084 mm
Mencari Volume 2 (𝑉2)
Mencari 𝑉2
Diketahui :
Φ Dalam = 2084 mm
𝑟2 = 1042 mm
h = 4000 mm
Ditanyakan :
𝑉2 ?
Jawab :
𝑉2 = π . r² . 𝑡2
= 3,14 . (1042)² mm . 4000 mm
= 3,14 . 1085764 mm² . 4000 mm
= 1,363719584 x 1010 𝑚𝑚3
= 13,5 m³
Mencari Total Volume di Tabung Point A
Diketahui :
𝑉1 = 13,8 m³
𝑉2 = 13,5 m³
Ditanyakan :
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ?
Jawab :
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴 = 𝑉1 – 𝑉2
42
= 13,8 m³ - 13,5 m³
= 0,3 m³
Mencari Berat Tabung di Point A
Untuk mencari berat surface di tabung A menggunakan rumus
𝑊𝐴 = V . ρ
Dimana :
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴 = Volume tabung A 𝑚𝑚3
ρ = Massa jenis besi kg/m³ (Didapat dari tabel 4.1)
𝑊𝐴 = Berat benda dipoin A Kg
Diketahui :
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴 = 0,3 m³
ρ = 7,9 g/cm³ = 7900 kg/ m³
Ditanyakan :
𝑊𝐴 ?
Jawab :
𝑊𝐴 = 𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴 . ρ
= 0,3 m³ . 7900 kg/ m³
= 2370 kg
Tabel 4.1 Macam – macam massa jenis benda
43
4.4.2. Mencari Berat Surface Tabung B
Gambar 4.8 Tabung Poly Silo Point B
Mencari Volume 3 di Point B
Diketahui :
ϕluar = 2100 mm = 2,1 m
d = 152,4 mm = 0,152 m
h = 1200 mm = 1,2 m
Ditanyakan :
𝑉3 ?
Jawab :
𝑉3 = 0,2618 . h (D² + Dd + d² ) .
= 0,2618 . 1,2 m (2,1² m + 2,1 m + x 0,152 m + 0,152 m²)
= 0,3141 (4,41 m² + 0,3192 m² + 0,023 m²)
= 0,3141 m (4,75 m²)
= 1,49 m³
Mencari Volume V4 di Point B
Dikarenakan tebalsurface tabung cone adalah 8 mm maka ϕ dalam adalah ϕ dalam dikurang
dengan tebal surface
Diketahui :
Φdalam = 2084 mm = 2,08 m
d = 144,4 mm = 0,14 m
h = 1200 mm = 1,2 m
Jawab :
𝑉4 = 0,2618 . h (D² + Dd + d² )
= 0,2618 . 1,2 m (2,08 ²m + 2,08 m + x 0,14 m + 0,14² m)
= 0,31 m (4,32 m² + 0,29 m² + 0,01 m²)
= 0,31 m (4,62 m²)
= 1,43 m³
44
Mencari Volume keseluruhan ( 𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵)
Diketahui :
𝑉3 = 1,49 m³
𝑉4 = 1,43 m³
Ditanyakan :
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵 ?
Jawab :
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵 = 𝑉3 – 𝑉4
= 1,49 m³ - 1,43 m³
= 0,06 m³
Mencari Berat Surface Tabung B (𝑊𝐵)
Untuk mencari berat surface di tabung B menggunakan rumus
𝑊𝐵 = 𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵 . ρ
Dimana :
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵 = Volume tabung B , 𝑚𝑚3
ρ = Massa jenis besi, kg/m³
𝑊𝐵 = Berat benda dipoin B, Kg
Diketahui :
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵 = 0,06 m³
ρ = 7900 kg/m³ (Didapat dari tabel 4.1)
Ditanyakan :
𝑊𝐵 ?
Jawab :
𝑊𝐵 = 𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵 . ρ
= 0,06 m³ . 7900 kg/m³
= 473,4 kg
4.4.3. Mencari Berat Total Surface Tabung (𝑊𝑆)
Berat surface tabung adalah berat surface pada point A di jumlahkan dengan berat surface
pada tabung point B. Berikut ini cara penyelesainnya :
𝑊𝑆 = (𝑊𝐴 + 𝑊𝐵)
Dimana :
𝑊𝐴 : Berat surface pada point A, kg
𝑊𝐵 : Berat surface pada point B, kg
45
g: Gaya gravitasi bumi (m/s²)
𝑊𝑆 : Berat surface tabung , kg
Diketahui :
𝑊𝐴 = 2370 kg
𝑊𝐵 = 473,4 kg
Ditanyakan :
𝑊𝑆 ?
Jawab :
𝑊𝑆 = (𝑊𝐴 + 𝑊𝐵) . g
= (2370 kg + 473,4 kg) . 9,81 m/s²
= 2843,4 kg . 9,81 m/s²
= 27893 kg m/s² atau N
4.4.4. Mencari Berat Isi Tabung (𝑊𝐼𝑇)
Didalam tabung tersebut berisi jutaan chips yaitu bahan untuk pembuatan benang / kain
maka dari itu berapa berat / kapasitas isi tabung tersebut , berikut ini penjelasannya :
Diketahui :
ρ Chips = 3 kg/m³
g = 9,81 m/s²
𝑉2𝐴 = 13,5 m³
𝑉4𝐵 = 1,43 m³
Ditanyakan :
𝑊𝐼𝑇 ?
Jawab :
𝑊𝐼𝑇 = (𝑉2𝐴 + 𝑉4𝐵 ) . 𝜌𝐶ℎ𝑖𝑝𝑠 . g
= (13,5 m³ + 1,43 m³ ) . 3 kg/m³ . 9,81 m/s²
= 14,93 m³ . 3 kg/m³ . 9,81 m/s²
= 439 ,39 kg m/s² atau N
46
4.4.5. Mencari Berat Total Keseluruhan Tabung (𝑾𝑻𝑻)
Dalam mencari berat total keseuruhan tabung menggunakan rumus
WTT = 𝑊𝑆 + 𝑊𝐼𝑇
Dimana :
𝑊𝑆 : Berat surface tabung , N
𝑊𝐼𝑇 : Berat isi tabung, N
WTT : Berat total tabung, N
Diketahui :
𝑊𝑆 = 27893 N
WIT = 439 ,39 N
Ditanyakan :
WTT ??
Jawab :
WTT = 𝑊𝑆 + 𝑊𝐼𝑇
= 27893 N + 439 ,39 N
= 28332, 39 N
Dikarenakan beban di distribusikan ke 4 buah penyangga balok maka masing – masing
balok menerima beban sebesar 7083 N
4.5. Mencari Berat Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG (𝐖𝐖𝐅)
Gambar 4.9 Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG
47
Gambar 4.10 Profil WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG
Diketahui :
d = 300 mm = 0,3 m h = 282 mm = 0,282 m
y = 150 mm = 0,15 m L = 956 = 0,956 m
t = 9 mm = 0,009 m
b = 150 mm = 0,15 m
s = 9 mm = 0,009 m
Ditanyakan :
𝐖𝐖𝐅 (balok) ?
Jawab:
A = b.d – h ( b - t )
= 0,15 m . 0,3 m – 0,282 m ( 0,15 m – 0,009 m )
= 0,045 m² - 0,031 m²
= 0, 014 m²
V = A . L
= 0, 014 m² . 0, 956 m
= 0, 01338 m³
= 1,3384 x 10−3 m³
Maka berat Wf 300 x 150 x 9 x 956 LG menggunakan rumus :
WWF = ( V . massa jenis besi ) . g
Diketahui :
V = 1,3384 x 10−3 m³
ρ besi = 7900 , kg/m³ (Didapat dari tabel 4.1)
g = 9,81 , m/s²
Ditanyakan :
Wwf ?
48
Jawab :
Wwf = V . ρ besi . g
= ( 1,3384 x 10−3 m . 7900 kg/m³ ). 9,81 m/s²
= 103 N
4.6. Mencari Berat Breaket Plate 200 X 150 X 10 THK (𝐖𝐛𝐅)
Gambar 4.11 Profil Plate 200 X 150 X 10 THK for Breaket
Diketahui :
P = 200 mm = 0,2 m
L = 150 mm = 0,15 m
t = 10 mm = 0,01 m
Ditanyakan :
(WbF) = ?
Jawab :
𝑉𝑃 = P X L X t
= 0,2 x 0,15 x 0,01
= 3 x 10−4 m³
WbF = ( 𝑉𝑃 . ρ besi ). g
= ( 3 x 10−4 m³ . 7900 kg/m³) . 9,81 m/s
= 23 N
49
4.7. Mencari Gaya Total Pembebanan (𝐖𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥) Pada Batang 1
Diketahui :
WTT = 7083 N
WWF = 103 N
WbF = 23 N
Ditanyakan :
WTotal = ?
Jawab :
WTotal = WTT + WWF + WbF
= 7083 N + 103 N + 23 N
= 7209 N
4.8. Analisa Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG
Gambar 4.12 Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG yang direncanakan
Gambar 4.13 Gaya tekan yang terjadi pada balok
50
Profil WF 300 X 150 X 9 X 956 LG seperti Gambar 4.12 akan direncanakan sebagai
tumpuan beban yang diberikan dari gaya Berat Tank dengan mutu baja BJ 50.\ Hitung
Defleksi yang terjadi, dengan keterangan sebagai berikut :
Spesifikasi WF 300 x 150 x 9 x 956 LG
L = 956, 5 mm
WTotal = 7209 N
Dari SNI 03 - 1729 – 2002 didapat, Data BJ 50 :
Es = 2 x 105 Mpa ( Didapat dari tabel 4.2 )
Fu = 500 Mpa
Fy = 290 Mpa
Tabel 4.2 Modulus elastis benda padat SNI 03 - 1729 – 2002
51
Tabel 4.3 Sifat mekanis baja struktural
4.8.1. Mencari Momen Geser
Gambar 4.14 DBB gaya yang terjadi pada balok
Σ Fx = 0
Σ Fy = 0
RAY + RBY – W = 0
RAY + RBY – 7209 = 0
RAY + RBY = 7209 N
Σ MO = 0
-W ( r ) + RBY ( r) = 0
- (7209 N. 0,478 m) + RBY ( 0,956 ) = 0
RBY = 3445 ,9 𝑁 𝑚
0,956 𝑚
= 3605 N
RAY + RBY = 7209 N
RAY + 3604 N = 7209 N
RAY = 7209 N - 3604 N
= 3605 N
52
Bidang momen
0 ≤ x ≤ 0,478
Gambar 4.15 DBB Bidang Momen Geser 1
Σ Fy = 0
RAY – V = 0
V = 3605 N
X = 0 Mx = RAY. X
= 3605 N . 0
= 0 N
X = ½ . 0, 956 m Mx = RAY . ½ L
= 3605 N. 0,478 m
= 1723 Nm
0,478 ≤ x ≤ 0, 956
Gambar 4.16 DBB Bidang Momen Geser 2
Σ Fy = 0
RAY –W –V = 0
3605 N – 7209 N + V = 0
-3604 V = 0
V = -3604 N
53
X = 0,478 m Mx = RAY (X) – W (x –1/2 L)
= 3605 N ( 0,478 ) – 7209 N ( 0,478 – 0,956 )
= 3605 N ( 0,478 )
= 1723 Nm
X = 0,956 m Mx = RAY (X) – W (x – 1/2L)
= 3605 ( 0,956 ) – 7209 (0,956 – 0,478 )
= 3446 – 3446
= 0 Nm
Gambar 4.17 Diagram Gaya Geser
Gambar 4.18 Diagram Momen Geser
54
4.8.2. Mencari Momen Inersia
Gambar 4.19 Profil WF 300 X 150 X 9 X 956 LG
Diketahui :
d = 300 mm = 0,3 m h = 282 mm = 0,282 m
y = 150 mm = 0,15 m L = 956 = 0,956 m
t = 9 mm = 0,009 m
b = 150 mm = 0,15 m
s = 9 mm = 0,009 m
Ditanyakan :
I = ?
Jawab:
I = 𝑏 . 𝑑3− ℎ3 ( 𝑏−𝑡 )
12
= 150 𝑚𝑚 . 3003 𝑚𝑚 − 2823 𝑚𝑚 ( 150 𝑚𝑚 − 9 𝑚𝑚 )
12
= 405 𝑥 107 𝑚4 −3162033288 𝑚4
12
= 887966712 𝑚𝑚4
12
= 73997226 𝑚𝑚4
4.8.3. Mencari Defleksi Maksimum
Diketahui :
WTotal = 7209 N
L = 956 mm = 0, 956 m
E = 2 x 105 Mpa ( Didapat dari tabel 4.2 )
55
I= 73997226 𝑚𝑚4 = 73997226 x 10−12 𝑚4
Ditanyakan :
𝛥𝑚𝑎𝑥 = ?
Jawab:
𝛥𝑚𝑎𝑥 = 𝑊 . 𝐿3
48 𝐸 𝐼
= 7209 N. 0,956 m3
48 . 2 x 105 Mpa . 73997226 10−12 𝑚4
= 6891,8 N. m3
710373369,6 x 105 Mpa .𝑚4
= 0,009701664357 mm
Gambar 4.20 Analisa Defleksi Batang 1 dengan Sofwer Ansys 14.0
56
Gambar 4.21 Analisa defleksi dengan sofwer Autodesk Inventor propesional 2014
4.8.4. Mencari Tegangan Lentur Maximum (Deformasi)
Diketahui :
I = 73997226 𝑚𝑚4 = 73997226 10−12 𝑚4
L = 0,956 m
WTotal = 7209 N
Ditanyakan
𝑀𝑚𝑎𝑥 = ?
𝜎𝑚𝑎𝑥 = ?
Jawab :
𝑀𝑚𝑎𝑥 = WTotal . L
= 7209 N. 0, 956 m
= 6891,8 Nm
Untuk mencari Tegangan maksimal yang terjadi pada balok WF 300 X 150 X 6.5
X 9 X 956 LG dengan rums berikut.
𝜎𝑚𝑎𝑥 = 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝐼
= 6891,8 𝑁𝑚
73997226 𝑥 10−12 𝑚4
= 9,313597783 Mpa
57
Jadi Tegangan maksimal yang terjadi pada balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956
LG sebesar 9,313597783 Mpa
Gambar 4.22 Analisa tegangan dengan sofwer Ansys14.0
Gambar 4.23 Analisa tegangan dengan sofwer Autodesk Inventor Profesional 2014
58
4.9. Analisa Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
Gambar 4.24 Analisa Balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
Gambar 4.25 Gaya tekan yang terjadi pada balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
Profil WF 300 X 150 X 9 X 2615 LG seperti Gambar 4.25 yang akan direncanakan sebagai
tumpuan beban yang diberikan dari gaya Berat Tank dan berat Balok WF 300 X 150 X 6.5
X 9 X 956 LG dengan mutu baja BJ 50 .Hitung Defleksi yang terjadi, dengan keteranagn
sebagai berikut:
Spesifikasi WF 300 x 150 x 9 x 2615 LG
L = 2615 mm
WTotal = 16070 N
Dari SNI 03 - 1729 – 2002 didapat, Data BJ 50 :
Es = 2 x 105 Mpa ( Dari tabel 4.2 )
Fu = 500 Mpa
Fy = 290 Mpa ( Dari tabel 4.3 )
59
4.9.1. Mencari Berat WF 300 X 150 X 9 X 1480 LG (WwfA)
Gambar 4.26 Balok WF 300 X 150 X 9 X 1480 LG
Gambar 4.27 Profil WF 300 X 150 X 9 X 1480 LG
Spesifikasi :
d = 300 mm = 0,3 m h = 282 mm = 0,282 m
y = 150 mm = 0,15 m L = 1480 mm = 1,48 m
t = 9 mm = 0,009 m
b = 150 mm = 0,15 m
s = 9 mm = 0,009 m
Ditanyakan :
Berat WWFA (balok) ?
60
Jawab:
A = b.d – h ( b - t )
= 0,15 m . 0,3 m – 0,282 m ( 0,15 m – 0,009 m )
= 0,045 m² - 0,031 m²
= 0, 014 m²
V = A . L
= 0, 014 m² . 1,48 m²
= 0,02 m³
Maka berat Wf 300 x 150 x 9 x 1480 LG menggunakan rumus :
WWFA = ( V . massa jenis besi ) . g
Diketahui :
V = 0,02 m³
ρ besi = 7900 , kg/m³
g = 9,81 , m/s²
Ditanyakan :
o WWFA ?
Jawab :
WWFA = ( V . ρ besi ). g
= 0,02 m³ . 7900 kg/m³ . 9,81 m/s²
= 1550 N
Jadi berat Wf 300 x 150 x 9 x 1480 LG sebesar 1550 N
4.9.2. Mencari Berat Plate 368 X 150 X 10 THK di Batang 2 ( 𝐖𝐁𝐅𝟐 )
Gambar 4.28 Plate 368 X 150 X 10 THK
61
Diketahui :
P = 368 mm = 0,368 m
L = 150 mm = 0,15 m
t = 10 mm = 0,01 m
Ditanyakan :
WBF2 = ?
Jawab :
Vp = P X L X t
= 0,368 x 0,15 x 0,01
= 5,52 x 10−4 m³
WBF2 = ( Vp . ρ besi ). g
= ( 5,52 x 10−4 m³ . 7900 kg/m³ ) . 9,81 m/s²
= 42,7 N
4.9.3. Mencari Berat WF 300 x 150 x 9 x 2615 LG (WwfB)
Gambar 4.29 WF 300 x 150 x 9 x 2615 LG
Gambar 4.30 Profil WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
62
Spesifikasi :
Diketahui :
d = 300 mm = 0,3 m h = 282 mm = 0,282 m
y = 150 mm = 0,15 m L = 2615 = 2,615 m
t = 9 mm = 0,009 m
b = 150 mm = 0,15 m
s = 9 mm = 0,009 m
Ditanyakan :
Berat Wwf B(balok) ?
Jawab:
A = b.d – h ( b - t )
= 0,15 m . 0,3 m – 0,282 m ( 0,15 m – 0,009 m )
= 0,045 m² - 0,031 m²
= 0, 014 m²
V = A . L
= 0, 014 m² . 2,615 m
= 0,03661 m³
Maka berat Wf 300 x 150 x 9 x 2615 LG menggunakan rumus :
WWFB = ( V . massa jenis besi ) . g
Diketahui :
V = 0,03661 m³
ρ besi = 7900 , kg/m³
g = 9,81 , m/s²
Ditanyakan :
o WWFB ?
Jawab :
WWFB = V . ρ besi . g
= 0,03661 m³. 7900 kg/m³ . 9,81 m/s²
= 2837, 23 N
63
4.9.4. Mencari gaya pada beban W 1 dan W2 pada batang 2
Dimana :
WWFA : Berat WF 300 X 150 X 9 X 1480 LG , N
WWFB : Berat WF 300 x 150 x 9 x 2615 LG , N
WBF2 : Berat Plate 368 X 150 X 10 THK, N
RAY : Gaya yang terjadi pada RAY batang 1, N
RBY : Gaya yang terjadi pada RBY batang 1, N
W1 : Gaya 1 yang terjadi pada batang 2, N
W2 : Gaya 2 yang terjadi pada batang 2, N
Diketahui :
WWFA = 1550 N
WBF2 = 42,7 N
WWFB = 2837, 23 N
RAY = 3605 N
RBY = 3605 N
Ditanyakan :
W1 ?
W2 ?
Jawab :
W1 = RAY + WWFA + WWFB + WBF2
= 3605 N + 1550 N + 2837, 23 N + 42,7 N
= 8034, 93 N
Dikarenakan W1 dan W2 jumlah yang bebannya sama maka W2 adalah 8035 N
4.9.5. Mencari Momen Geser dan Gaya Geser
Gambar 4.31 DBB momen geser dan gaya geser
64
Σ Fx = 0
Σ Fy = 0
RCY + RDY – W1 – W2 = 0
RCY + RDY – 8035 N - 8035 N = 0
RCY + RDY = 16070 N
Σ MO = 0
-W1 (r) - W2 (r) + RDY ( r) = 0
- ( 8035 .0,75 ) + ( - 8035 . 1,865 ) + RDY ( 2,615) = 0
- 6026,25 – 14985 + RDY(2,615) = 0
RDY = 21011,5 𝑁𝑚
2,615 𝑚
= 8035 N
RCY + RDY = 16070 N
RCY + 8035 N = 16070 N
RCY = 16070 N - 8035 N
= 8035 N
Bidang momen
0 ≤ x ≤ 0,75
Gambar 4.32 DBB Bidang Momen Geser 1 WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
Σ Fy = 0
RCY – V = 0
V = 8035 N
X = 0 Mx = RCY. X
= 8035 N. 0
= 0
X = 0,75 m Mx = RCY . X
= 8035 N. 0,75 m
= 6026 Nm
65
0,75 ≤ x ≤ 1,865
Gambar 4.33 DBB Bidang Momen Geser 2 WF 300X150X6.5X 9X2615 LG
Σ Fy = 0
RCY –W1 –V = 0
8035 N – 8035 N + V = 0
V = 0 N
X = 0,75 m Mx = RCY (X) – W1 (X– 0,75)
= 8035 N (0,75) – 8035 N (0,75 – 0,75)
= 6026 - 0
= 6026 Nm
X = 1,865 m Mx = RCY (X) – W1 (X – 0,75)
= 8035 N (1,865) – 8035 N (1,865 – 0,75)
= 14985 – 8959
= 6026 Nm
1,865 ≤ x ≤ 2,615
Gambar 4.34 DBB Bidang Momen Geser 3 WF 300X150X6.5X 9X2615 LG
66
Σ Fy = 0
RCY – W1 - W2 – V = 0
8035 N – 8035 N - 8035 N + V = 0
V = 8035 N
X = 1,865 m Mx = RCY (X) – W1(X– 0,75)
- W2 (X -1,865)
= 8035 N (1,865) – 8035 N (1,865 –
0,75) - 8035 N (1,865 - 1,865)
= 14985 Nm - 8959 Nm - 0
= 6026 Nm
X = 2,615 m Mx = RCY (X) – W1 (X – 0,75) - W2 (X –
1,865)
= 8035 N (2,615) – 8035 N (2,615 –
0,75) - 8035 N (2,615 - 1,865)
= 21011,5 Nm - 14985 Nm - 6026 Nm
= 0 Nm
Gambar 4.35 Diagram Gaya Geser WF 300X150X6.5X 9X2615 LG
Gambar 4.36 Diagram Momen Geser WF 300X150X6.5X 9X2615 LG
67
4.9.6. Mencari Momen Inersia pada profil WF 300X150X6.5X 9X2615 LG
Gambar 4.37 Profil WF 300X150X6.5X 9X2615 LG
Diketahui :
d = 300 mm = 0,3 m h = 282 mm = 0,282 m
y = 150 mm = 0,15 m L = 956 = 0,956 m
t = 9 mm = 0,009 m
b = 150 mm = 0,15 m
s = 9 mm = 0,009 m
Ditanyakan :
I = ?
Jawab:
I = 𝑏 . 𝑑3− ℎ3 ( 𝑏−𝑡 )
12
= 150 𝑚𝑚 . 3003 𝑚𝑚 − 2823 𝑚𝑚 ( 150 𝑚𝑚 − 9 𝑚𝑚 )
12
= 405 𝑥 107 𝑚4 −3162033288 𝑚4
12
= 887966712 𝑚𝑚4
12
= 73997226 𝑚𝑚4
4.9.7. Mencari Defleksi Maksimum
Untuk mencari defleksi maksimum maka harus dicariberat total pada batang 2 (
𝑊𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 2 ) maka,
𝑊𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 2 = 𝑊1 + 𝑊2
= 8035 N + 8035 N
= 16070 N
Diketahui :
68
𝑊𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 2 = 16070 N
L = 2615 mm = 2,615 m
E = 2 x 105 Mpa (Dari tabel 4.2)
I = 73997226 𝑚𝑚4 = 73997226 x 10−12 𝑚4
𝑎 = 750 = 0,75 m
Ditanyakan :
𝛥𝑚𝑎𝑥 = ?
Jawab:
𝛥𝑚𝑎𝑥 = 𝑊 . 𝑎
24 𝐸 𝐼 (3L² - 4𝑎²)
= 16070 N N . 0,75 𝑚
24 . 2 x 105 Mpa . 73997226 x 10−12 𝑚4
(3.2,615² m - 4 . 0,75² )
= 12052,5 N.𝑚
3551866848 pa .𝑚4 (20,5 m² - 2,25 m²)
= 6. 192746925 x 10−5 m
= 0,06192746 mm
Gambar 4.38 Analisa defleksi dengan sofwer Autodesk Inventor Propesional 201
69
Gambar 4.39 Analisa deformasi dengan sofwer Ansys 14.0
4.9.8. Mencari Tegangan Lentur Maksimum pada balok WF 300X150X6.5X
9X2615 LG
Diketahui :
I = 73997226 x 10−12 𝑚4
L = 2,615 m
W = 16070 N
Ditanyakan
𝑀𝑚𝑎𝑥 = ?
𝜎𝑚𝑎𝑥 = ?
Jawab :
𝑀𝑚𝑎𝑥 = W . L
= 16070 N. 2,615 m
= 42023 Nm
Untuk mencari Tegangan maksimal yang terjadi pada balok WF 300 X 150 X 6.5
X 9 X 2615 LG dengan rums berikut.
𝜎𝑚𝑎𝑥 = 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝐼
= 42023 Nm
73997226 x 10−12 𝑚4
= 5678996 Pa
= 5.6 Mpa ≤ 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 “ Aman”
70
Jadi Tegangan maksimal yang terjadi pada balok WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
sebesar 5.6 Mpa, maka balok tersebut aman digunakan dikarenakan 𝜎𝑚𝑎𝑥 ≤ 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛
Gambar 4.40 Analisa Tegangan maksimum dengan sofwer Ansys 14.0
pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
Gambar 4.41 Analisa Tegangan maksimum dengan sofwer Autodesk Inventor
Profesional 2014 pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG
71
4.10 Perhitungan Baut
Gambar 4.42 Assy bolt dan nut
Baut ini terpasang pada sebuah H beam WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG yang fungsinya
sebagai pusat tumpuan beban dari berat total Assy tank, breaket, dan H beam WF 300 X
150 X 6.5 X 9 X 956 LG. Berikut ini spesifikasi baut
Spesifikasi baut
Materials Baut ANSI A325, baja berkekuatan tinggi
Kekuatan tarik 𝜎𝑡 = 825 Mpa
Safety faktor 𝑓𝑐 = 5
Tegangan yang diizinkan 𝜎𝑎 = 165 Mpa
Tegangan geser yang diizinkan 𝜏𝑎= 0,5 . 165 Mpa = 82,5 Mpa
72
Tabel 4.4 Sifat- sifat baja
4.10.1. Mencari beban pada masing – masing baut
Dalam mencari berapa besar gaya yang terjadi pada masing - masing baut
menggunakan rumus ;
W = 𝑊𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑁
Dimana :
W = Gaya berat yang terjadi pada masing – masing baut, N
𝑊𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = Besar berat total dari Assy tank, breaket dan H beam, N
N = Jumlah baut
Diketahui :
𝑊𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 7083 N
N = 8 buah baut
Ditanya : W ?
Jawab :
73
W = 𝑊𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑁
= 7083 𝑁
8
= 885,37 N
Jadi masing – masing baut menerima beban sebesar 885,37 N
4.10.2. Mencari tegangan tarik pada baut ( 𝝈𝒍 )
𝜎𝑙 = 𝑊
( 𝜋/4) (0,8𝑑).² ≤ 𝜎𝑎
Dimana :
W = 885,37 N
π = 3,14
d = 18 mm = 0,018 m
𝜎𝑎 = 165 Mpa
Diyanyakan : 𝜎𝑙 ?
Jawab :
𝜎𝑙 = 𝑊
( 𝜋/4) (0,8𝑑).² ≤ 𝜎𝑎
= 885,37 N
( 3,14/4) (0,8 . 0,018 m).² ≤ 𝜎𝑎
= 540,85 Pa ≤ 𝜎𝑎
Jadi baut ϕ18 mm dengan material ANSI A325 aman digunakan dikarenakan 𝜎𝑙 ≤ 𝜎𝑎
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan pada BAB IV, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Deformasi yang terjadi pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG dengan material
Bj 50 SNI 03 - 1729 – 2002 sebesar 9,313597783 Mpa, aman digunakan di
karenakan 𝝈𝒎𝒂𝒙 < Fu nilai Fu sebesar 500 Mpa
b. Defleksi yang terjadi pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG dengan material
Bj 50 SNI 03 - 1729 – 2002 sebesar 0,009701664357 mm
c. Deformasi yang terjadi pada WF 300 X 150 X 9 X 2615 LG dengan material Bj
50 SNI 03 - 1729 – 2002 sebesar 5.6 Mpa, aman digunakan di karenakan 𝝈𝒎𝒂𝒙
< Fu nilai Fu sebesar 500 Mp
d. Defleksi yang terjadi pada WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG dengan material
Bj 50 SNI 03 - 1729 – 2002 sebesar 0,06192746 mm
e. Perbandingan Deformasi WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 956 LG dengan material
Bj 50 SNI 03 - 1729 – 2002 dengan membandingkan 2 sofwer dimana
deformasi hasil analaisa software Ansys 14.0 sebesar 12,443 Mpa dan Software
Autodesk Inventor Profesional 2014 sebesar 10,43 MPa 𝝈𝒎𝒂𝒙 < Fu nilai Fu
sebesar 500 Mpa “aman digunakan”
f. Perbandingan Deformasi WF 300 X 150 X 6.5 X 9 X 2615 LG dengan material
Bj 50 SNI 03 - 1729 – 2002 dengan membandingkan 2 Software dimana
deformasi hasil analaisa Software Ansys 14.0 sebesar 8,8166 MPa dan Software
Autodesk Inventor Profesional 2014 sebesar 11,88 MPa 𝝈𝒎𝒂𝒙 < Fu nilai Fu
sebesar 500 Mpa “aman digunakan”
g. Tegangan tarik pada baut M18 dengan material ANSI A325 sebesar 540,85 Pa ,
maka aman digunakan dikarenakan 𝝈𝒍 ≤ 𝝈𝒂 sebesar 165 Mpa
75
5.2. Saran
1. Dalam menganalisa kekakuan baja agar diperhatikan dan diperhitungan gaya
lintang pada balok tersebut
2. Pada jenis sambungan baut , agar diperhatikan berapa tegangan permukaan ulir
dalam dan ulir luar karena jika tidak diperhitungkan akan mengakibatkan baut
jadi lonjer (dol)
3. Untuk dibagian PED (Project Enginering Departement) khususnya enginering
alangkah bagusnya disediakan komputer desain untuk Sofwer analisa cohtohnya
ANSYS
76
DAFTAR PUSTAKA
1. Spoot,MF., Design of Machine Elements, Prentice-hall,Marubeni,1986
2. Popov Zainul Astamar,MEKANIKA TEKNIK (Machine Of Materials).edisi ke dua
(versi S1)
3. Van Vlack,Lawrance 1989.Ilmu dan Teknologi Bahan ,Jakarta : Erlangga
4. Ach. Muhib Zainuri, ST “KEKUATAN BAHAN”
5. Pressure Vessel and Piping Design : Design and Analysis, 1972 ASME
6. Timoshenko, S: “Strength Of Materials “. D. Van Nostrand Company
77
LAMPIRAN – LAMPIRAN
78
GEDUNNG PTA PLANT. PT APF
PRODUKSI FILAMENT YARN
DI PTA PLANT
79
MESIN OTOMATIS TERPISAH
Gambar di samping ini adalah
sebuah mesin penghasil ( Purified Terephthalic Acid ).
Yang dimana selalu berlebihan
dalam menimbang karung (chips)
idak sesuai dengan apa yang
diinginkan
80
Gambar disamping
adalah hasil proto type
proses modifikasi poly
silodengan
menggunakan sofwer
Auto desk Inventore
Profesional 2014